this file 6346 12951 1 PB

p-ISSN 2355-5343
e-ISSN 2502-4795
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar

Article Received: 14/04/2017; Accepted: 25/04/2017
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 4(1) 2017, 67-78
DOI: 10.23819/mimbar-sd.v4i1.6346

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INQUIRY
PADA SISWA KELAS V SD
Melinda Puspita Dewi1 & Firosalia Kristin2
Program Studi PGSD-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
1Email: 292013074@student.uksw.edu
2Email: firosalia.kristin@staff.uksw.edu
ABSTRACT
The aim of this research is to describe inquiry
method steps on improving the science study
result of 5th graders in SD Negeri 1 Bawen that is
located in Bawen, Central Java. The students are
in 2nd semester, academic year 2016/2017. The

subjects of this research are 24 students who are
5th grader in SD Negeri 1 Bawen. This research is a
class action research through two cycles. The
study method used is inquiry method. The data
collection techniques are both test and non test.
Descriptive comparative analysis is used in
analyzing the data. The result of this research
shows that inquiry study method can improve the
science study result of the 5th grader in SD Negeri
1 Bawen, from cognitive, affective, and
psychomotor aspects. This is supported by data
that have been analyzed, from the condition in
the beginning, 1st cycle, and 2nd cycle. In
conclusion, inquiry method can improve the
science study result of 5th graders in SD Negeri 1
Bawen.
Keywords: study result, science, inquiry method.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan

langkah-langkah
metode
inquiry
dalam
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD
Negeri 01 Bawen, dan meningkatkan hasil
belajar IPA dengan menggunakan metode
inquiry siswa kelas V SD Negeri 01 Bawen
Kecamatan
Bawen
semester
2
tahun
pembelajaran 2016/2017. Subjek penelitian
adalah kelas V SD Negeri 01 Bawen dengan
jumlah 24 siswa. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas sebanyak dua siklus. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah metode
inquiry. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik tes dan nontes. Analisis data dilakukan

dengan analisis deskriptif komparatif. Hasil
Penelelitian menunjukkan bahwa
metode
pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil
belajar IPA baik kognitif, afektif, dan psikomotor
kelas V SD Negeri 01 Bawen. Hal ini didukung
data yang sudah dianalisis, dari kondisi awal,
siklus I, dan siklus II. Dengan demikian metode
inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas V SD Negeri 01 Bawen.
Kata Kunci : hasil belajar, IPA, metode inquiry.

How to Cite: Dewi, M. P., & Kristin, F. (2017). MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INQUIRY PADA
SISWA KELAS V SD. Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 67–78. http://doi.org/10.23819/mimbar-sd.v4i1.6346.

PENDAHULUAN ~ Pendidikan adalah hal

pembelajaran

yang


dikatakan

sumber

penting
daya

bagaimanapun

dalam

pengembangan

manusia,
masa

depan

saling


demikian

berkaitan,

dapat

karena

tujuan

karena

pembelajaran dapat tercapai apabila

bangsa

terjadi

perubahan-perubahan


perilaku

sangat bergantung dari pendidikan yang

yang terjadi pada diri siswa secara positif,

berkualitas. Dalam prosesnya, pendidikan

baik dalam hal kognitif, afektif, maupun

dapat dilaksanakan melalui belajar untuk

skill

dapat

perubahan

mengembangkan


kemampuan

yang manusia dengan baik. Belajar dan
[67]

dan

psikomotorik.
yang

terjadi

Perubahanpada

siswa

Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…

tersebut


merupakan

hasil

dari

proses

(Wisudawati & Sulistyowati, 2014, p. 26).

belajar.

Proses pembelajaran IPA menekankan
pada

pengalaman

langsung


agar

IPA merupakan suatu kumpulan yang

mampu memahami alam sekitar secara

sistematis penerapannya terhadap gejala-

ilmiah.

gejala alam melalui metode ilmiah seperti

pembelajaran IPA dibutuhkan metode

observasi dan eksperimen serta menuntun

pembelajaran yang benar-benar ada di

sikap


tahu,

alam, sehingga mampu mengarahkan

terbuka, jujur menurut Trianto (2010, p.

siswa untuk memiliki keterampilan dalam

136). IPA pada hakikatnya terdiri atas

memecahkan

dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan

berpikir kritis.

ilmiah

seperti


rasa

ingin

Oleh

karena

itu

masalah

serta

dalam

mampu

skap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang
sebagai proses, produk, dan prosedur. IPA

Hasil observasi di kelas V SD Bawen 01

dipandang sebagai proses di mana IPA

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang

merupakan suatu kegiatan ilmiah guna

menunjukkan

menemukan

sudah

pengetahuan

baru

yang

hasil

cukup

pembelajaran

baik.

Tetapi

ada

IPA
juga

bermanfaat bagi kehidupan manusia. IPA

beberapa siswa yang hasil belajarnya

dipandang sebagai proses apabila hasil

belum mencapai KKM khususnya dalam

proses IPA berupa pengetahuan yang

pembelajaran

diajarkan baik dalam sekolah maupun di

hasil belajar sesuai KKM tersebut disinyalir

luar sekolah, selanjutnya IPA dipandang

karena kurangnya minat siswa dalam

sebagai

mengikuti pembelajaran sehingga siswa

prosedur

digunakan

untuk

karena

cara

mengetahui

yang

sesuatu

cenderung

IPA.

pasif

Belum

dan

tercapainya

pembelajaran

yang lazim digunakan (Trianto, 2010, p.

menjadi kurang efektif. Padahal sudah

137). IPA mempelajari peristiwa-peristiwa

aksiomatis, agar siswa dapat aktif dalam

yang terjadi di alam beserta isinya serta

mengikuti pembelajaran IPA, maka guru

menuntut sikap-sikap ilmiah seperti berpikir

hendaknya menciptakan suasana belajar

kritis, memiliki rasa tanggung jawab. IPA

yang

tidak

misalnya

hanya

merupakan

penguasaan

menarik

dan

dengan

menyenangkan,

berupaya

terhadap kumpulan pengetahuan yang

optimal

berupa fakta, konsep, dan prinsip tetapi

relevan dengan materi IPA.

menggunakan

metode

secara
yang

juga merupakan suatu proses penemuan.
Cara

yang

digunakan

guru

dalam

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara

mengatasi kurangnya minat siswa serta

komponen-komponen

pembelajaran

dapam rangka meningkatkan hasil belajar

dalam bentuk proses pembelajaran untuk

IPA, ialah dengan menerapkan metode

mencapai

tujuan

yang

berbentuk

inquiry. Metode inquiry adalah metode

kompetensi

yang

telah

ditetapkan

pembelajaran
[68]

dengan

menanamkan

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017

konsep berpikir ilmiah pada diri siswa

ini siswa berdiskusi untuk mendapatkan

sebagai subjek belajar, sehingga dalam

data atau informasi sesuai percobaan

proses pembelajaran siswa lebih banyak

yang telah dilakukan. Langkah keempat

belajar

mandiri,

mengembangkan

ialah

kreatif

dalam

memecahkan

ide

menganalisis data. Pada

mengalisis

suatu

data,

guru

tahap

memberi

permasalahan yang dialami (Sagala, 2011,

kesempatan kepada tiap kelompok untuk

p.

ini,

menyampaikan hasil diskusi yang telah

memiliki

diolah sesuai data yang terkumpul. Pada

kritis

dalam

tahap ini siswa menganalisis data serta

Metode

inquiry

menyampaikan hasil pengolahan data

mampu memberikan siswa pengalaman-

yang terkumpul. Langkah kelima yang

pengalaman belajar secara nyata dan

merupakan tahap terakhir ialah membuat

aktif dengan lingkungan sekitar. Dalam

simpulan. Guru sebagai pembimbing, dan

metode inquiry, siswa dilatih bagaimana

siswa sebagai pengkonstruk simpulan.

196).

Dengan

diharapkan

metode

siswa

inquiry

dapat

keterampilan

berpikir

menganalisis

informasi.

cara memecahkan masalah, membuat
keputusan yang tepat, dan memperoleh

Secara teoretis, metode inquiry memiliki

keterampilan.

kelebihan karena penekanannya pada
pengembangan aspek afektif, kognitf dan

Beberapa langkah (sintaks) metode inquiry

psikomotor secara seimbang, sehingga

yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak

pembelajaran

(Trianto, 2010) adalah sebagai berikut.

pembelajaran

dengan

Pertama,
masalah
dalam

yaitu

mengajukan

metode

dianggap

inquiry

lebih

suatu

bermakna. Di samping itu, inquiry juga

guru membimbing siswa

memberikan ruang kepada siswa untuk

mengidentifikasi

membagi

melalui

siswa

masalah

dalam

dan

belajar sesuai dengan gaya belajar siswa,

beberapa

adanya

kesesuaian

dengan

psikologi

kelompok secara heterogen. Pada tahap

modern, dan dapat melayani kebutuhan

ini,

siswa yang memiliki kemampuan di atas

siswa

duduk

berkelompok

dan

mengidentifikasi masalah. Langkah kedua,

rata-rata (Kurniasih & Sani, 2015).

yaitu membuat hipotesis. Guru memberi
kesempatan

dan

membimbing

siswa

Metode

inquiry

juga

mempunyai

dalam membuat hipotesis yang relevan

beberapa

dengan permasalahan. Pada tahap ini

mengontrol kegiatan dan keberhasilan

siswa

dan

siswa, juga sulit dalam merencanakan

relevan

pembelajaran karena terbentur dalam

memberi

menentukan

pendapat

hipotesis

yang

kelemahan,

yakni

sulit

dengan permasalahan. Langkah ketiga,

kebiasaan

yaitu mengumpulkan data, di mana guru

Dengan demikian, bisa saja terjadi proses

membimbing siswa dalam memperoleh

pembelajaran yang panjang sehingga

informasi melalui percobaan. Pada tahap
[69]

awal

siswa

dalam

belajar.

Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…

terkendala dengan waktu (Kurniasih &

dilakukan berhasil. Sebaliknya, apabila

Sani, 2015).

hasil pengukuran ternyata menunjukkan
hasil belajar siswa yang rendah, maka
keberhasilan

proses belajar-mengajar kurang berhasil

dengan

atau bahkan tidak berhasil. Hasil belajar

tercapainya hasil belajar sesuai target

dijadikan tolok ukur dalam keberhasilan

yang telah ditetapkan. Ketercapaian hasil

proses pembelajaran, karena berhasil atau

belajar dapat menjadi petunjuk untuk

tidaknya

mengetahui sejauh mana keberhasilan

dilihat dalam hasil belajar siswa.

Salah

satu

ukuran

pembelajaran

adalah

proses

pembelajaran

dapat

siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
Hasil

belajar

Sudjana

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi

kemampuan-

dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor

kemampuan yang dimiliki siswa setelah

internal. Faktor internal merupakan faktor-

siswa menerima pengalaman belajarnya.

faktor yang berasal dari dalam diri siswa

Sedangkan menurut Rusman (2012, p.

yang meliputi faktor jasmaniah, psikologis,

123),

merupakan

kelelahan, dan fisologis. Faktor eksternal

pengalaman yang diperoleh siswa yang

merupakan faktor yang berasal dari luar

mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif,

diri siswa yang dipahami sebagai cara

psikomotor, dan afektif. Ranah kognitif

yang digunakan siswa guna menunjang

merupakan kemampuan pengetahuan,

keefektifan

ranah

pembelajaran. Faktor eksternal meliputi

(2010,

p.

yang

22)

dimaksud

adalah

hasil

belajar

psikomotor

keterampilan

merupakan

dan

ranah

afektif

dan

keefisienan

faktor keluarga, sekolah, serta lingkungan

merupakan sikap.

sekitar (Slameto, 2010, p. 54). Apabila
dalam

pembelajaran

Ketiga kemampuan kognitif, psikomotor,

internal

dan

serta

berjalan

dengan

afektif

dapat

serangkaian

proses

diketahui

kegiatan

melalui

pengukuran

faktor
baik

antara

faktor

eksternal

dapat

dan

seimbang

dipastikan hasil belajar siswa tercapai

(measurement). Pengukuran merupakan

secara

suatu

faktor internal dan eksternal tidak berjalan

kegiatan

yang

dilakukan

untuk

maksimal,

sedangkan

memberikan angka-angka pada suatu

dengan

kejadian, gejala atau benda (Wardani,

belajar siswa akan terganggu.

baik

dapat

apabila

dipastikan

hasil

dkk., 2012, p. 47), sehingga hasil belajar
dapat

diketahui

melalui

kegiatan

Berbagai kajian praktis pernah dilakukan

pengukuran dengan alat yang disebut

oleh

dengan

hasil

Penelitian yang pernah dilakukan oleh

pengukuran memperlihatkan pencapaian

Nurjanah (2016) dan Umami, dkk. (2013)

yang

dikatakan

menunjukkan peningkatan hasil belajar

bahwa kegiatan belajar-mengajar yang

IPA yang signifikan pada siswa kelas V

instrumen.

tinggi,

maka

Apabila

dapat

[70]

beberapa

peneliti

terdahulu.

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017

dengan menggunakan metode inquiry.

Jelaslah berdasar permasalahan tersebut,

Melalui metode inquiry, siswa bukan hanya

bahwa

sebagai pendengar saja di dalam kelas,

mendiskripsikan langkah-langkah metode

melainkan juga harus lebih mandiri dan

inquiry dalam meningkatkan hasil belajar

kreatif

IPA siswa kelas V SD Negeri 01 Bawen

dalam

memecahkan

masalah.

penelitian

ini

Dalam prosesnya, guru hanya sebagai

Kecamatan

Bawen

moderator

pelajaran

2016/2017

dan

pengawas

dalam

pembelajaran.

bertujuan

semester

2

untuk

tahun

dan

untuk

mengetahui seberapa besar peningkatan
hasil belajar IPA setelah digunakannya

Mencermati persoalan di atas, peneliti

metode inquiry di kelas V SD Negeri 01

tertarik

dengan

Bawen Kecamatan Bawen semester 2

mengikuti

Tahun Pelajaran 2016/2017. Dari tujuan

kegiatan pembelajaran yang berdampak

yang telah dikemukakan tersebut, hasil

pada meningkatnya hasil belajar IPA.

penelitian

Subjek yang diteliti adalah siswa kelas V SD

memberikan manfaat, khususnya pada

Negeri

Bawen

bidang pendidikan, dengan menjadikan

semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.

metode pembelajaran inquiry sebagai

Sehubungan

salah

melakukan

harapan

siswa

01

penelitian

dapat

Bawen

aktif

Kecamatan

dengan

latar

belakang

inipun

satu

diharapkan

metode

yang

mampu

mampu

masalah, ditemukan permasalahan yaitu

meningkatkan hasil belajar siswa dalam

terdapat

pelajaran IPA.

beberapa

siswa

kelas

V

khususnya pada pelajaran IPA yang hasil
belajarnya

belum

mencapai

KKM,

METODE

kurangnya minat belajar siswa dalam

Penelitian ini adalah merupakan penelitian

mengikuti

siswa

tindakan kelas, dengan subjek siswa kelas

proses

V sebanyak 24 siswa. Teknik pengumpulan

pembelajaran,

cenderung

pasif

pembelajaran.

dan

saat

inti

data menggunakan teknik tes (soal pilihan

masalah penelitian ini sebagai berikut: (1)

gada) dan nontes (lembar observasi).

Bagaimana gambaran metode inquiry

Penggunaan

dalam meningkatkan hasil belajar IPA

mendapatkan data yang berupa hasil

siswa

belajar siswa pada mata pelajaran IPA,

kelas

V

Dengan

SD

demikian,

Negeri

01

Bawen

teknik

tes

untuk

Kecamatan Bawen semester 2 Tahun

sedangkan

Pelajaran 2016/2017? (2) Apakah dengan

mengambil data tentang pelaksanaaan

menggunakan

kegiatan

metode

inquiry

dapat

observasi

digunakan

pembelajaran

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas

menggunakan

V SD Negeri 01 Bawen Kecamatan Bawen

inquiry.

metode

untuk

dengan

pembelajaran

semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017?
Pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan
[71]

dilakukan

secara

Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…

kuantitatif

dan

kerbehasilan

kualitatif.
digunakan

HASIL

adalah

Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 01

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar

Bawen dengan menggunakan metode

70. Hasil belajar IPA meningkat apabila di

inquiry dapat dilihat dari kondisi awal, siklus

atas 90% siswa memperoleh nilai di atas

I, dan siklus II. Berdasarkan data yang

KKM. Hal ini disebabkan karena data yang

diperoleh, tampak bahwa hasil belajar

diperoleh berdasarkan hasil observasi guru

siswa

dan

signifikan.

siswa

yang

Indikator

berupa

penjelasan

atau

mengalami
Bermula

perubahan
dari

kondisi

yang
awal,

keterangan yang berupa data kualitatif,

terdapat 14 dari 24 siswa belum mencapai

sedangkan

KKM (≥70), akan tetapi pada siklus II hasil

data

yang

diperoleh

berdasarkan hasil tes berbentuk angka-

belajar

angka

Oleh

sehingga seluruh siswa mampu mencapai

karena itu, data kualitatif dan kuantitatif

KKM (≥70). Tabel 1 berikut memberikan

dianalisis dengan menggunakan analisis

gambaran

deskriptif

cara

ketuntasan hasil belajar siswa pada mata

membandingkan kondisi siklusi I dan siklus II

pelajaran IPA mulai dari kondisi awal, siklus

guna

I, dan sampai pada siklus II.

berupa

data

kuantitatif.

komparatif

mengetahui

dengan

peningkatan

hasil

siswa

mengalami

mengenai

peningkatan

perbandingan

belajar pada mata pelajaran IPA.

Tabel 1. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif IPA Kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II
Kondisi Awal
No

Nilai
F

Persen
(%)

Siklus 1

Siklus 2

Hasil Tes

Hasil Tes

F

Persen

Persen

F

(%)

(%)

1

Tuntas

10

41,67%

21

87,5%

24

100%

2

Belum Tuntas

14

58,33%

3

12,5%

0

0%

24

100%

24

100%

24

100%

Jumlah

Berdasarkan Tabel 1, dapat dipahami

hasil belajar IPA sebesar 81,46 yang berarti

bahwa telah terjadi peningkatan hasil

bahwa hasil pelaksanaan tindakan siklus I

belajar pada mata pelajaran IPA mulai

diketahui

dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II.

belum

Pada pelaksanaan tindakan siklus I terlihat

sebagaimana

peningkatan jumlah siswa yang tuntas

tindakan penelitian yang telah ditentukan.

sebanyak 21 siswa (87,5%), sementara 3

Oleh karena itu, diputuskan bahwa masih

siswa lainnya masih memperoleh nilai di

diperlukan

bawah KKM (12,5%), pada siklus I rata-rata

Tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan

[72]

bahwa

nilai

rata-rata

mencapai

ketuntasan

indikator

perbaikan

siswa

keberhasilan

pada

siklus

II.

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017

tindakan siklus II agar ketuntasan belajar

pembelajaran

IPA

ditentukan oleh peneliti sudah tercapai.

siswa

bisa

keberhasilan

mencapai

yang

indikator

diharapkan

yang

inquiry

telah

yaitu

sejumlah 90% dari total keseluruhan siswa.

Penilaian hasil belajar tidak hanya kognitif

Setelah

tetapi

pelaksanaan

tindakan

mencakup

juga

afektif. Dalam

pembelajaran pada siklus II jumlah siswa

penilaian afektif, aspek penilaian yang

yang memperoleh nilai mencapai KKM (≥

dinilai ialah penilian sikap siswa. Penilaian

70) yaitu sebanyak 24 siswa (100%), pada

hasil belajar afektif IPA terdapat beberapa

siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-

kriteria

rata hasil belajar IPA pun mencapai 91,87.

memberikan solusi, dan mendengarkan

Dari hasil belajar IPA dan ketuntasan

pendapat

belajar siswa siklus II, dapat diketahui

merupakan hasil belajar afektif siswa mata

bahwa indikator keberhasilan tindakan

pelajaran IPA pada siklus I, dan siklus II

penelitian

yang disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

menggunakan

metode

yaitu

memberikan

orang

lain.

gagasan,

Berikut

ini

Tabel 2. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Afektif IPA Siklus I, dan Siklus II
Siklus 1
No

Nilai

Siklus 2

F

Persen
(%)

F

Persen
(%)

1

Tuntas

21

87,5%

24

100%

2

Belum Tuntas

3

12,5%

0

0%

24

100%

24

100%

Jumlah

Tabel 2 memberikan penyajian tentang

hasil

perbandingan ketuntasan belajar dalam

sebanyak 24 siswa (100%), nilai rata-rata

kompetensi

mata

hasil belajar afektif IPA siklus II mencapai

pelajaran IPA. Dari tabel yang telah

91,87. Hasil belajar afektif IPA dapat

disajikan dapat dipahami bahwa terjadi

diketahui bahwa indikator keberhasilan

peningkatan hasil belajar khususnya aspek

tindakan

afektif dari siklus I ke siklus II. Pelaksanaan

metode pembelajaran inquiry yang telah

tindakan

ditentukan sudah tercapai.

afektif

siklus

I

siswa

terlihat

pada

peningkatan

penilaian

afektif

penelitian

yang

tuntas

menggunakan

jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21
siswa (87,5%), sementara 3 siswa (12,5%)

Selain hasil belajar kognitif dan afektif, hasil

memperoleh nilai di bawah KKM, selain itu

belajar

setelah melakukan penelitian pada siklus I

Penilaian psikomotor dalam hal ini adalah

rata-rata hasil belajar pada aspek afektif

penilaian

mata pelajaran IPA memperoleh nilai

seperti

81,25. Pelaksanaan tindakan pada siklus II

perakitan alat-alat, dan mencoba hasil
[73]

mencakup

tentang
menyiapkan

juga

perilaku
alat,

psikomotor.

fisik

siswa

melakukan

Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…

kerja. Di bawah ini ialah hasil belajar pada

IPA yang disajikan pada Tabel 3.

aspek psikomotor siswa mata pelajaran
Tabel 3. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotor IPA Siklus I, dan Siklus II
Siklus 1
No

Nilai
F

Siklus 2

Persen

Persen

F

(%)

(%)

1

Tuntas

20

83,33%

24

100%

2

Belum Tuntas

4

16,66%

0

0%

Jumlah

24

100%

24

100%

psikomotor IPA dapat dikatakan sudah

Deskripsi yang disajikan pada Tabel 3

tercapai.

memperlihatkan mengenai perbandingan
ketuntasan belajar pada aspek psikomotor

PEMBAHASAN

siswa mata pelajaran IPA. Dari Tabel 3

Berdasarkan

tersebut dapat dipahami bahwa hasil
belajar

siswa

pada

aspek

Bawen

yang

Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus I,
siswa

yang

pada

beberapa

ditemukan

di

antaranya

yaitu

ketika pembelajaran sedang berlangsung,
sehingga masalah-masalah yang telah

memperoleh nilai di bawah KKM. Adapun
belajar

adanya

pembelajaran dan siswa terlihat pasif

sementara 4 siswa lainnya (16,66%) masih

hasil

ditemukan

kurangnya minat siswa dalam mengikuti

mencapai

ketuntasan sebanyak 20 orang (83,33%),

rata-rata

yang

masalah dalam pembelajaran. Masalah

telah dilakukan yaitu siklus I ke siklus II.

jumlah

observasi

dilakukan peneliti di kelas V SD Negeri 01

psikomotor

mengalami peningkatan dari siklus yang

terlihat

hasil

diuraikan

aspek

merupakan

faktor

yang

menyebabkan hasil belajar pada mata

psikomotor IPA di siklus I mencapai 80,20.

pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 01
Bawen kurang dari kriteria batas KKM yang
Setelah dilakukan tindakan pada siklus II,

telah ditentukan yaitu 70. Dari jumlah

diketahui memberikan dampak hasil yang

seluruh siswa, terdapat 14 siswa (58,33%)

menggembirakan, di mana jumlah siswa
yang

mencapai

ketuntasan

yang belum mencapai KKM, kemudian

aspek

hanya

psikomotor adalah sebanyak 24 siswa

pada

yang

siswa yang mendapat nilai di bawah KKM

Dengan melihat hasi ini, dapat dikatakan
belajar

(41,67%)

dibandingkan dengan jumlah seluruhnya,

psikomotor IPA siklus II mencapai 92,70.

hasil

siswa

memperoleh nilai di atas KKM. Apabila

(100%), dengan nilai rata-rata hasil belajar

bahwa

10

lebih banyak dibandingkan siswa yang

aspek

memperoleh nilai di atas KKM. Mengamati

[74]

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017

kondisi

yang

demikian,

tampaknya

hipotesis, siswa menyampaikan pendapat

diperlukan adanya suatu tindakan guna

mengenai hipotesis yang relevan dengan

perbaikan

masalah yang telah diperoleh.

pembelajaran

untuk

meningkatkan hasil belajar IPA di SD
Negeri 01 Bawen dengan menerapkan

Langkah ketiga yaitu tahap pengumpulan

salah satu metode pembelajaran yaitu

data. Pada tahap ini, guru membimbing

metede pembelajaran inquiry.

siswa dalam memperoleh informasi melalui
percobaan yang dilakukan oleh siswa.

Setelah

dilakukan

dicermati

penelitian,

bahwa

peningkatan

dapat

Siswa melakukan diskusi bersama anggota

hasil

kelompok untuk memperoleh data atau

belajar pada mata pelajaran IPA siswa

informasi

kelas V SD Negeri 01 Bawen Kecamatan

menyelesaikan

Bawen

diperoleh.

semester

II

2016/2017

melalui

penerapan

metode

pertama

dengan

permasalahan

tahun

pelajaran

yang

relevan

dan

dapat

yang

telah

merupakan

tahap

masalah

langkah-langkah
Langkah

inquiry.

mengajukan
guna

Langkah

keempat

suatu

menganalisis data. Dalam tahap ini, guru

memancing

memberi kesempatan kepada tiap-tiap

pengetahuan yang dimiliki siswa. Guru

kelompok

membimbing siswa dalam mengidentifikasi

pengolahan data yang terkumpul. Pada

beberapa masalah sesuai permasalahan

tahap ini siswa menganalisis data serta

yang telah diajukan guru. Guru dapat

menyampaikan hasil pengolahan data

membantu siswa dengan membagi siswa

yang terkumpul.

dalam

beberapa

kelompok

dalam

menyampaikan

hasil

secara

heterogen sehingga siswa dapat duduk

Langkah terakhir yaitu membuat simpulan,

bersama anggota kelompoknya

untuk

di mana siswa dibimbing oleh guru dalam

mendiskusikan dan mengidentifikasii suatu

membuat simpulan dari hasil percobaan

masalah.

yang telah dilakukan oleh masing-masing
kelompok.

Langkah

kedua

merupakan

tahap

membuat hipotesis. Hipotesis merupakan

Perolehan hasil belajar pada tindakan

dugaan

yang dilakukan pada siklus I dengan

sementara

sehingga

guru

membimbing siswa dalam memberikan

menerapkan

kesempatan

Inquiry

siswa

dalam

membuat

mendapatkan nilai rata-rata 80,20 pada

sesuai

dengan

mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01

permasalahan yang telah diperoleh dan

Bawen. Peningkatan dapat dicermati dari

menentukan suatu hipotesis yang menjadi

kondisi awal dimana siswa memperoleh

prioritas dalam melakukan penelitian yang

nilai rata-rata 64. Berdasarkan perolehan

akan dilakukan. Dalam tahap membuat

data hasil tindakan penelitian tersebut

hipotesis

siswa

metode

yang

[75]

Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…

dapat

dinyatakan

bahwa

tindakan

memenuhi

target

pembelajaran yang dilaksanakan pada

ditentukan

oleh

siklus I menunjukkan hasil belajar pada

prosesnya,

selama

mata

pembelajaran, siswa tampak kurang aktif,

pelajaran IPA yang

namun

hasil

dan

mengikuti

dalam
kegiatan

tidak bisa menanggapi pendapat dari

diperoleh pada siklus I belum mencapai

temannya dan kurang antusias dalam

indikator yang sudah ditentukan. Oleh

mengikuti pembelajaran. Melalui kegiatan

karena

inquiry sebagai dasar tindakan di siklus II,

masih

nilai

peneliti,

yang

yang

itu,

perolehan

meningkat,

keberhasilan

diperlukan

upaya

perbaikan guna mencapai indikator pada

permasalahan

siklus II.

diatasi, sehingga pada akhirnya tercapai

aktivitas

tersebut

coba

rata-rata hasil belajar psikomotor siswa
Pelaksanaan
secara

siklus

nyata

peningkatan

II

yang

dilakukan

menunjukkan

perolehan

nilai

sebesar 92,70.

adanya
rata-rata

Selama

tindakan

pada mata pelajaran IPA yaitu 91,87.

pembelajaran,

Berdasarkan

pembelajaran

perolehan

nilai

rata-rata

perbaikan

digunakan

metode

yang

inquiry

proses

mampu

tersebut, menunjukkan bahwa tindakan

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini

siklus

didasarkan pada kelebihan inquiry yang

II

telah

memenuhi

indikator

keberhasilan yang ditetapkan. Perolehan

dapat

rata-rata nilai hasil belajar siswa mata

mencari permasalahan yang dihadapi,

pelajaran IPA siswa mendapatkan nilai

mengembangkan

tuntas di atas batas KKM yaitu 70.

dan

membantu

bekerja

siswa

aktif

kemampuan
secara

dalam

berpikir

ilmiah

yang

menekankan pengalaman belajar secara
Penelitian yang dilakukan ini tidak hanya

langsung. Metode pembelajaran inquiry

meneliti mengenai hasil belajar ranah

mampu membekali siswa untuk berpikir

kognitif saja yang meningkat, akan tetapi

secara

meneliti

mengembangkan

juga

ranah

sikap

dan

ilmiah

dan

mandiri

ide

dan

dalam

kreativitas

keterampilan psikomotorik siswa dalam

guna

memecahkan

permasalahan.

mengikuti pembelajaran IPA juga ikut

Karena

siswa

aktif

meningkat. Rata-rata hasil belajar afektif

pembelajaran,

pada siklus I mencapai 81,25, dan pada

diajarkan

siklus II, diketahui bahwa hasil belajar

dipahami. Selain itu, guru juga hanya

afektif

berperan

IPA

menunjukkan

peningkatan

hingga mencapai rata-rata sebesar 91,87.

berperan

guru

dalam

maka

materi

yang

lebih

dimaknai

dan

sebagai

pembimbing

dan

fasilitator karena guru bukan satu-satunya
sumber ilmu dan pengetahuan.

Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor
setelah siklus I mencapai rata-rata 80,20.

Pengamatan

Capaian nilai tersebut tentunya belum

tindakan
[76]

pada

selama
siklus

pelaksanaan
I

dan

siklus

II

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017

menunjukkan rata-rata kemampuan siswa

dilakukan oleh Nurjanah (2016), di mana

di

hasil

dalam

proses

maupun

hasil

penelitian

tersebut

menunjukkan

pembelajaran mengalami peningkatan.

dampak pembelajaran inquiry terhadap

Siswa semakin aktif berpatisipasi dan aktif

laju peningkatan hasil belajar siswa SD

mengikuti setiap proses pembelajaran,

Negeri 68 Kec. Bacukiki Kota Parepare,

lebih berani menyampaikan gagasan dan

dari siklus I (rata-rata 69,33) ke siklus II

melakukan

(81,66).

kegiatan

tanya-jawab

Dengan

demikian,

dapat

bersama guru, sehingga pembelajaran

dikatakan bahwa bahwa penggunaan

inquiry yang berlangsung tampak menjadi

metode inquiry dapat meningkatkan hasil

lebih menarik dan bermakna bagi siswa,

belajar IPA siswa.

Penerapan metode pembelajaran Inquiry
memberikan banyak hal yang positif bagi

Fakta-fakta

siswa, salah satunya dapat dilihat dari

memberikan

peningkatan hasil belajar mata pelajaran

penggunaan metode Inquiry yang dapat

IPA.

meningkatkan hasil belajar IPA kelas V.

penelitian

di

dukungan

atas,

mengenai

Sejumlah kelebihan metode inquiry yang
Penelitian

tindakan

kelas

ini

sejalan

ditemukan

dari

penelitian

yang

telah

dengan penelitian yang dilaporkan oleh

dilakukan, antara lain dapat menjadikan

Umami,

siswa lebih kreatif dalam kegiatan belajar-

dkk.

(2013),

bahwa

kegiatan

inquiry memberikan dampak peningkatan

mengajar,

hasil

pembelajaran

belajar

di

siklus

I

dengan

terlebih

jika

tersebut

proses

menyajikan

diperolehnya ketuntasan dasar klasikal

konteks kehidupan sehari-hari.

73%, aktivitas guru sebesar 88% (berada

Adanya peningkatan hasil belajar siswa

pada kategori baik) dan aktivitas siswa

pada mata pelajaran IPA, tidak lepas dari

sebesar

peran

71%

(berada

pada

kategori

pembelajaran

inquiry

yang

cukup). Tindakan yang dilakukan pada

menuntut siswa untuk bisa belajar secara

siklus II memberikan ketuntasan belajar

mandiri, mampu memecahkan masalah

sebesar 87%, aktivitas yang dilakukan guru

yang

berkategori

dan

keputusan, dan memperoleh kecukupan

aktivitas siswa berkatagori baik yaitu (84%).

keterampilan melalui pengalaman belajar

Semua hasil penelitian Umami, dkk. (2013)

secara

tersebut menunjukkan efektivtas metode

(Kurniasih & Sani, 2015). Dengan demikian,

Inquiry dalam meningkatkan hasil belajar

secara

IPA SD Inpres Bajawali Kecamatan Lariang

metode inquiry dapat meningkatkan hasil

Kabupaten Mamuju Utara.

belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 01

sangat

baik

(96%),

disajikan,

Bawen.
Begitu

pula

jika

hasil

penelitian

ini

disandingkan dengan apa yang telah
[77]

kritis dalam

langsung,

logis

dapat

nyata

membuat

dan

diterima

aktif

bahwa

Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…

Parepare. Jurnal Publikasi Pendidikan.
4(2), pp. 107-109.

SIMPULAN
Berdasarkan

tindakan

yang

telah

Rusman. (2012). Belajar dan pembelajaran
berbasis komputer. Bandung: Alfabeta.

dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 01
Bawen Kecamatan Bawen semester 2
Tahun

Pelajaran

2016/2017

Sagala Syaiful. (2011). Konsep dan makna
pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

dapat

meningkat melalui metode inquiry yang
memuat

langkah-langkah:

mengajukan

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
Jakarta:
Rineka Cipta.

(1)

pertanyaan

atau
Sudjana, N. (2010). Penilaian hasil proses
belajar mengajar. (Cet. XV). Bandung:
PT. Ramaja Rosdakarya.

permasalahan, (2) membuat hipotesis, (3)
mengumpulkan
data,

dan

data, (4) menganalisis

(5)

membuat

simpulan.

Trianto. (2010).
Model pembelajaran
terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Meningkatnya hasil belajar pada mata
pelajaran

IPA

merupakan

sebagai

dampak

dari

penerapan

metode

Umami, R., dkk. (2013). Penerapan metode
inquiry untuk meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas IV Inpres Bajawali
Kecamatan
Lariang
Kabupaten
Mamuju Utara. Jurnal Kreatif Online.
3(2), 157-165.

pembelajaran Inquiry, terlihat dari jumlah
sswa yang tuntas saat pengambilan data
awal 10 siswa (58,33%), lalu menjadi 21
siswa (12,5%) pada siklus I, dan pada siklus

Wardani, N.S., dkk. (2012). Asesmen
pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari
Press.

II menjadi 24 siswa (100%). Penelitian ini
tidak hanya mengukur hasil belajar pada

Wisudawati & Sulistyo. (2014). Metodologi
pembelajaran IPA. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

ranah kognitif saja, tetapi juga melihat
peningkatan ranah afektif dan psikomotor
siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.
Dalam

aspek

afektif,

siswa

yang

mencapai ketuntasan hasil belajar di siklus
I sebanyak 21 siswa (87,5%), dan siklus II
sebanyak 24 siswa (100%). Pada aspek
psikomotor,

siswa

yang

mencapai

ketuntasan di siklus I sebanyak 20 siswa
(83,33%), dan siklus II menjadi 24 siswa
(100%).

REFERENSI
Kurniasih, I. & Sani, B. (2015). Model
pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
Nurjanah. (2016). Peningkatan hasil belajar
IPA menerapkan metode inquiry siswa
kelas V SD Negeri 68 Kec. Bacukiki Kota
[78]