this file 6346 12951 1 PB
p-ISSN 2355-5343
e-ISSN 2502-4795
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 14/04/2017; Accepted: 25/04/2017
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 4(1) 2017, 67-78
DOI: 10.23819/mimbar-sd.v4i1.6346
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INQUIRY
PADA SISWA KELAS V SD
Melinda Puspita Dewi1 & Firosalia Kristin2
Program Studi PGSD-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
1Email: 292013074@student.uksw.edu
2Email: firosalia.kristin@staff.uksw.edu
ABSTRACT
The aim of this research is to describe inquiry
method steps on improving the science study
result of 5th graders in SD Negeri 1 Bawen that is
located in Bawen, Central Java. The students are
in 2nd semester, academic year 2016/2017. The
subjects of this research are 24 students who are
5th grader in SD Negeri 1 Bawen. This research is a
class action research through two cycles. The
study method used is inquiry method. The data
collection techniques are both test and non test.
Descriptive comparative analysis is used in
analyzing the data. The result of this research
shows that inquiry study method can improve the
science study result of the 5th grader in SD Negeri
1 Bawen, from cognitive, affective, and
psychomotor aspects. This is supported by data
that have been analyzed, from the condition in
the beginning, 1st cycle, and 2nd cycle. In
conclusion, inquiry method can improve the
science study result of 5th graders in SD Negeri 1
Bawen.
Keywords: study result, science, inquiry method.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan
langkah-langkah
metode
inquiry
dalam
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD
Negeri 01 Bawen, dan meningkatkan hasil
belajar IPA dengan menggunakan metode
inquiry siswa kelas V SD Negeri 01 Bawen
Kecamatan
Bawen
semester
2
tahun
pembelajaran 2016/2017. Subjek penelitian
adalah kelas V SD Negeri 01 Bawen dengan
jumlah 24 siswa. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas sebanyak dua siklus. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah metode
inquiry. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik tes dan nontes. Analisis data dilakukan
dengan analisis deskriptif komparatif. Hasil
Penelelitian menunjukkan bahwa
metode
pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil
belajar IPA baik kognitif, afektif, dan psikomotor
kelas V SD Negeri 01 Bawen. Hal ini didukung
data yang sudah dianalisis, dari kondisi awal,
siklus I, dan siklus II. Dengan demikian metode
inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas V SD Negeri 01 Bawen.
Kata Kunci : hasil belajar, IPA, metode inquiry.
How to Cite: Dewi, M. P., & Kristin, F. (2017). MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INQUIRY PADA
SISWA KELAS V SD. Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 67–78. http://doi.org/10.23819/mimbar-sd.v4i1.6346.
PENDAHULUAN ~ Pendidikan adalah hal
pembelajaran
yang
dikatakan
sumber
penting
daya
bagaimanapun
dalam
pengembangan
manusia,
masa
depan
saling
demikian
berkaitan,
dapat
karena
tujuan
karena
pembelajaran dapat tercapai apabila
bangsa
terjadi
perubahan-perubahan
perilaku
sangat bergantung dari pendidikan yang
yang terjadi pada diri siswa secara positif,
berkualitas. Dalam prosesnya, pendidikan
baik dalam hal kognitif, afektif, maupun
dapat dilaksanakan melalui belajar untuk
skill
dapat
perubahan
mengembangkan
kemampuan
yang manusia dengan baik. Belajar dan
[67]
dan
psikomotorik.
yang
terjadi
Perubahanpada
siswa
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
tersebut
merupakan
hasil
dari
proses
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014, p. 26).
belajar.
Proses pembelajaran IPA menekankan
pada
pengalaman
langsung
agar
IPA merupakan suatu kumpulan yang
mampu memahami alam sekitar secara
sistematis penerapannya terhadap gejala-
ilmiah.
gejala alam melalui metode ilmiah seperti
pembelajaran IPA dibutuhkan metode
observasi dan eksperimen serta menuntun
pembelajaran yang benar-benar ada di
sikap
tahu,
alam, sehingga mampu mengarahkan
terbuka, jujur menurut Trianto (2010, p.
siswa untuk memiliki keterampilan dalam
136). IPA pada hakikatnya terdiri atas
memecahkan
dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
berpikir kritis.
ilmiah
seperti
rasa
ingin
Oleh
karena
itu
masalah
serta
dalam
mampu
skap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang
sebagai proses, produk, dan prosedur. IPA
Hasil observasi di kelas V SD Bawen 01
dipandang sebagai proses di mana IPA
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang
merupakan suatu kegiatan ilmiah guna
menunjukkan
menemukan
sudah
pengetahuan
baru
yang
hasil
cukup
pembelajaran
baik.
Tetapi
ada
IPA
juga
bermanfaat bagi kehidupan manusia. IPA
beberapa siswa yang hasil belajarnya
dipandang sebagai proses apabila hasil
belum mencapai KKM khususnya dalam
proses IPA berupa pengetahuan yang
pembelajaran
diajarkan baik dalam sekolah maupun di
hasil belajar sesuai KKM tersebut disinyalir
luar sekolah, selanjutnya IPA dipandang
karena kurangnya minat siswa dalam
sebagai
mengikuti pembelajaran sehingga siswa
prosedur
digunakan
untuk
karena
cara
mengetahui
yang
sesuatu
cenderung
IPA.
pasif
Belum
dan
tercapainya
pembelajaran
yang lazim digunakan (Trianto, 2010, p.
menjadi kurang efektif. Padahal sudah
137). IPA mempelajari peristiwa-peristiwa
aksiomatis, agar siswa dapat aktif dalam
yang terjadi di alam beserta isinya serta
mengikuti pembelajaran IPA, maka guru
menuntut sikap-sikap ilmiah seperti berpikir
hendaknya menciptakan suasana belajar
kritis, memiliki rasa tanggung jawab. IPA
yang
tidak
misalnya
hanya
merupakan
penguasaan
menarik
dan
dengan
menyenangkan,
berupaya
terhadap kumpulan pengetahuan yang
optimal
berupa fakta, konsep, dan prinsip tetapi
relevan dengan materi IPA.
menggunakan
metode
secara
yang
juga merupakan suatu proses penemuan.
Cara
yang
digunakan
guru
dalam
Pembelajaran IPA adalah interaksi antara
mengatasi kurangnya minat siswa serta
komponen-komponen
pembelajaran
dapam rangka meningkatkan hasil belajar
dalam bentuk proses pembelajaran untuk
IPA, ialah dengan menerapkan metode
mencapai
tujuan
yang
berbentuk
inquiry. Metode inquiry adalah metode
kompetensi
yang
telah
ditetapkan
pembelajaran
[68]
dengan
menanamkan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017
konsep berpikir ilmiah pada diri siswa
ini siswa berdiskusi untuk mendapatkan
sebagai subjek belajar, sehingga dalam
data atau informasi sesuai percobaan
proses pembelajaran siswa lebih banyak
yang telah dilakukan. Langkah keempat
belajar
mandiri,
mengembangkan
ialah
kreatif
dalam
memecahkan
ide
menganalisis data. Pada
mengalisis
suatu
data,
guru
tahap
memberi
permasalahan yang dialami (Sagala, 2011,
kesempatan kepada tiap kelompok untuk
p.
ini,
menyampaikan hasil diskusi yang telah
memiliki
diolah sesuai data yang terkumpul. Pada
kritis
dalam
tahap ini siswa menganalisis data serta
Metode
inquiry
menyampaikan hasil pengolahan data
mampu memberikan siswa pengalaman-
yang terkumpul. Langkah kelima yang
pengalaman belajar secara nyata dan
merupakan tahap terakhir ialah membuat
aktif dengan lingkungan sekitar. Dalam
simpulan. Guru sebagai pembimbing, dan
metode inquiry, siswa dilatih bagaimana
siswa sebagai pengkonstruk simpulan.
196).
Dengan
diharapkan
metode
siswa
inquiry
dapat
keterampilan
berpikir
menganalisis
informasi.
cara memecahkan masalah, membuat
keputusan yang tepat, dan memperoleh
Secara teoretis, metode inquiry memiliki
keterampilan.
kelebihan karena penekanannya pada
pengembangan aspek afektif, kognitf dan
Beberapa langkah (sintaks) metode inquiry
psikomotor secara seimbang, sehingga
yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak
pembelajaran
(Trianto, 2010) adalah sebagai berikut.
pembelajaran
dengan
Pertama,
masalah
dalam
yaitu
mengajukan
metode
dianggap
inquiry
lebih
suatu
bermakna. Di samping itu, inquiry juga
guru membimbing siswa
memberikan ruang kepada siswa untuk
mengidentifikasi
membagi
melalui
siswa
masalah
dalam
dan
belajar sesuai dengan gaya belajar siswa,
beberapa
adanya
kesesuaian
dengan
psikologi
kelompok secara heterogen. Pada tahap
modern, dan dapat melayani kebutuhan
ini,
siswa yang memiliki kemampuan di atas
siswa
duduk
berkelompok
dan
mengidentifikasi masalah. Langkah kedua,
rata-rata (Kurniasih & Sani, 2015).
yaitu membuat hipotesis. Guru memberi
kesempatan
dan
membimbing
siswa
Metode
inquiry
juga
mempunyai
dalam membuat hipotesis yang relevan
beberapa
dengan permasalahan. Pada tahap ini
mengontrol kegiatan dan keberhasilan
siswa
dan
siswa, juga sulit dalam merencanakan
relevan
pembelajaran karena terbentur dalam
memberi
menentukan
pendapat
hipotesis
yang
kelemahan,
yakni
sulit
dengan permasalahan. Langkah ketiga,
kebiasaan
yaitu mengumpulkan data, di mana guru
Dengan demikian, bisa saja terjadi proses
membimbing siswa dalam memperoleh
pembelajaran yang panjang sehingga
informasi melalui percobaan. Pada tahap
[69]
awal
siswa
dalam
belajar.
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
terkendala dengan waktu (Kurniasih &
dilakukan berhasil. Sebaliknya, apabila
Sani, 2015).
hasil pengukuran ternyata menunjukkan
hasil belajar siswa yang rendah, maka
keberhasilan
proses belajar-mengajar kurang berhasil
dengan
atau bahkan tidak berhasil. Hasil belajar
tercapainya hasil belajar sesuai target
dijadikan tolok ukur dalam keberhasilan
yang telah ditetapkan. Ketercapaian hasil
proses pembelajaran, karena berhasil atau
belajar dapat menjadi petunjuk untuk
tidaknya
mengetahui sejauh mana keberhasilan
dilihat dalam hasil belajar siswa.
Salah
satu
ukuran
pembelajaran
adalah
proses
pembelajaran
dapat
siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
Hasil
belajar
Sudjana
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi
kemampuan-
dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor
kemampuan yang dimiliki siswa setelah
internal. Faktor internal merupakan faktor-
siswa menerima pengalaman belajarnya.
faktor yang berasal dari dalam diri siswa
Sedangkan menurut Rusman (2012, p.
yang meliputi faktor jasmaniah, psikologis,
123),
merupakan
kelelahan, dan fisologis. Faktor eksternal
pengalaman yang diperoleh siswa yang
merupakan faktor yang berasal dari luar
mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif,
diri siswa yang dipahami sebagai cara
psikomotor, dan afektif. Ranah kognitif
yang digunakan siswa guna menunjang
merupakan kemampuan pengetahuan,
keefektifan
ranah
pembelajaran. Faktor eksternal meliputi
(2010,
p.
yang
22)
dimaksud
adalah
hasil
belajar
psikomotor
keterampilan
merupakan
dan
ranah
afektif
dan
keefisienan
faktor keluarga, sekolah, serta lingkungan
merupakan sikap.
sekitar (Slameto, 2010, p. 54). Apabila
dalam
pembelajaran
Ketiga kemampuan kognitif, psikomotor,
internal
dan
serta
berjalan
dengan
afektif
dapat
serangkaian
proses
diketahui
kegiatan
melalui
pengukuran
faktor
baik
antara
faktor
eksternal
dapat
dan
seimbang
dipastikan hasil belajar siswa tercapai
(measurement). Pengukuran merupakan
secara
suatu
faktor internal dan eksternal tidak berjalan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
maksimal,
sedangkan
memberikan angka-angka pada suatu
dengan
kejadian, gejala atau benda (Wardani,
belajar siswa akan terganggu.
baik
dapat
apabila
dipastikan
hasil
dkk., 2012, p. 47), sehingga hasil belajar
dapat
diketahui
melalui
kegiatan
Berbagai kajian praktis pernah dilakukan
pengukuran dengan alat yang disebut
oleh
dengan
hasil
Penelitian yang pernah dilakukan oleh
pengukuran memperlihatkan pencapaian
Nurjanah (2016) dan Umami, dkk. (2013)
yang
dikatakan
menunjukkan peningkatan hasil belajar
bahwa kegiatan belajar-mengajar yang
IPA yang signifikan pada siswa kelas V
instrumen.
tinggi,
maka
Apabila
dapat
[70]
beberapa
peneliti
terdahulu.
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017
dengan menggunakan metode inquiry.
Jelaslah berdasar permasalahan tersebut,
Melalui metode inquiry, siswa bukan hanya
bahwa
sebagai pendengar saja di dalam kelas,
mendiskripsikan langkah-langkah metode
melainkan juga harus lebih mandiri dan
inquiry dalam meningkatkan hasil belajar
kreatif
IPA siswa kelas V SD Negeri 01 Bawen
dalam
memecahkan
masalah.
penelitian
ini
Dalam prosesnya, guru hanya sebagai
Kecamatan
Bawen
moderator
pelajaran
2016/2017
dan
pengawas
dalam
pembelajaran.
bertujuan
semester
2
untuk
tahun
dan
untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan
hasil belajar IPA setelah digunakannya
Mencermati persoalan di atas, peneliti
metode inquiry di kelas V SD Negeri 01
tertarik
dengan
Bawen Kecamatan Bawen semester 2
mengikuti
Tahun Pelajaran 2016/2017. Dari tujuan
kegiatan pembelajaran yang berdampak
yang telah dikemukakan tersebut, hasil
pada meningkatnya hasil belajar IPA.
penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas V SD
memberikan manfaat, khususnya pada
Negeri
Bawen
bidang pendidikan, dengan menjadikan
semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
metode pembelajaran inquiry sebagai
Sehubungan
salah
melakukan
harapan
siswa
01
penelitian
dapat
Bawen
aktif
Kecamatan
dengan
latar
belakang
inipun
satu
diharapkan
metode
yang
mampu
mampu
masalah, ditemukan permasalahan yaitu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
terdapat
pelajaran IPA.
beberapa
siswa
kelas
V
khususnya pada pelajaran IPA yang hasil
belajarnya
belum
mencapai
KKM,
METODE
kurangnya minat belajar siswa dalam
Penelitian ini adalah merupakan penelitian
mengikuti
siswa
tindakan kelas, dengan subjek siswa kelas
proses
V sebanyak 24 siswa. Teknik pengumpulan
pembelajaran,
cenderung
pasif
pembelajaran.
dan
saat
inti
data menggunakan teknik tes (soal pilihan
masalah penelitian ini sebagai berikut: (1)
gada) dan nontes (lembar observasi).
Bagaimana gambaran metode inquiry
Penggunaan
dalam meningkatkan hasil belajar IPA
mendapatkan data yang berupa hasil
siswa
belajar siswa pada mata pelajaran IPA,
kelas
V
Dengan
SD
demikian,
Negeri
01
Bawen
teknik
tes
untuk
Kecamatan Bawen semester 2 Tahun
sedangkan
Pelajaran 2016/2017? (2) Apakah dengan
mengambil data tentang pelaksanaaan
menggunakan
kegiatan
metode
inquiry
dapat
observasi
digunakan
pembelajaran
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
menggunakan
V SD Negeri 01 Bawen Kecamatan Bawen
inquiry.
metode
untuk
dengan
pembelajaran
semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017?
Pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan
[71]
dilakukan
secara
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
kuantitatif
dan
kerbehasilan
kualitatif.
digunakan
HASIL
adalah
Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 01
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar
Bawen dengan menggunakan metode
70. Hasil belajar IPA meningkat apabila di
inquiry dapat dilihat dari kondisi awal, siklus
atas 90% siswa memperoleh nilai di atas
I, dan siklus II. Berdasarkan data yang
KKM. Hal ini disebabkan karena data yang
diperoleh, tampak bahwa hasil belajar
diperoleh berdasarkan hasil observasi guru
siswa
dan
signifikan.
siswa
yang
Indikator
berupa
penjelasan
atau
mengalami
Bermula
perubahan
dari
kondisi
yang
awal,
keterangan yang berupa data kualitatif,
terdapat 14 dari 24 siswa belum mencapai
sedangkan
KKM (≥70), akan tetapi pada siklus II hasil
data
yang
diperoleh
berdasarkan hasil tes berbentuk angka-
belajar
angka
Oleh
sehingga seluruh siswa mampu mencapai
karena itu, data kualitatif dan kuantitatif
KKM (≥70). Tabel 1 berikut memberikan
dianalisis dengan menggunakan analisis
gambaran
deskriptif
cara
ketuntasan hasil belajar siswa pada mata
membandingkan kondisi siklusi I dan siklus II
pelajaran IPA mulai dari kondisi awal, siklus
guna
I, dan sampai pada siklus II.
berupa
data
kuantitatif.
komparatif
mengetahui
dengan
peningkatan
hasil
siswa
mengalami
mengenai
peningkatan
perbandingan
belajar pada mata pelajaran IPA.
Tabel 1. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif IPA Kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II
Kondisi Awal
No
Nilai
F
Persen
(%)
Siklus 1
Siklus 2
Hasil Tes
Hasil Tes
F
Persen
Persen
F
(%)
(%)
1
Tuntas
10
41,67%
21
87,5%
24
100%
2
Belum Tuntas
14
58,33%
3
12,5%
0
0%
24
100%
24
100%
24
100%
Jumlah
Berdasarkan Tabel 1, dapat dipahami
hasil belajar IPA sebesar 81,46 yang berarti
bahwa telah terjadi peningkatan hasil
bahwa hasil pelaksanaan tindakan siklus I
belajar pada mata pelajaran IPA mulai
diketahui
dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II.
belum
Pada pelaksanaan tindakan siklus I terlihat
sebagaimana
peningkatan jumlah siswa yang tuntas
tindakan penelitian yang telah ditentukan.
sebanyak 21 siswa (87,5%), sementara 3
Oleh karena itu, diputuskan bahwa masih
siswa lainnya masih memperoleh nilai di
diperlukan
bawah KKM (12,5%), pada siklus I rata-rata
Tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan
[72]
bahwa
nilai
rata-rata
mencapai
ketuntasan
indikator
perbaikan
siswa
keberhasilan
pada
siklus
II.
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017
tindakan siklus II agar ketuntasan belajar
pembelajaran
IPA
ditentukan oleh peneliti sudah tercapai.
siswa
bisa
keberhasilan
mencapai
yang
indikator
diharapkan
yang
inquiry
telah
yaitu
sejumlah 90% dari total keseluruhan siswa.
Penilaian hasil belajar tidak hanya kognitif
Setelah
tetapi
pelaksanaan
tindakan
mencakup
juga
afektif. Dalam
pembelajaran pada siklus II jumlah siswa
penilaian afektif, aspek penilaian yang
yang memperoleh nilai mencapai KKM (≥
dinilai ialah penilian sikap siswa. Penilaian
70) yaitu sebanyak 24 siswa (100%), pada
hasil belajar afektif IPA terdapat beberapa
siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-
kriteria
rata hasil belajar IPA pun mencapai 91,87.
memberikan solusi, dan mendengarkan
Dari hasil belajar IPA dan ketuntasan
pendapat
belajar siswa siklus II, dapat diketahui
merupakan hasil belajar afektif siswa mata
bahwa indikator keberhasilan tindakan
pelajaran IPA pada siklus I, dan siklus II
penelitian
yang disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
menggunakan
metode
yaitu
memberikan
orang
lain.
gagasan,
Berikut
ini
Tabel 2. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Afektif IPA Siklus I, dan Siklus II
Siklus 1
No
Nilai
Siklus 2
F
Persen
(%)
F
Persen
(%)
1
Tuntas
21
87,5%
24
100%
2
Belum Tuntas
3
12,5%
0
0%
24
100%
24
100%
Jumlah
Tabel 2 memberikan penyajian tentang
hasil
perbandingan ketuntasan belajar dalam
sebanyak 24 siswa (100%), nilai rata-rata
kompetensi
mata
hasil belajar afektif IPA siklus II mencapai
pelajaran IPA. Dari tabel yang telah
91,87. Hasil belajar afektif IPA dapat
disajikan dapat dipahami bahwa terjadi
diketahui bahwa indikator keberhasilan
peningkatan hasil belajar khususnya aspek
tindakan
afektif dari siklus I ke siklus II. Pelaksanaan
metode pembelajaran inquiry yang telah
tindakan
ditentukan sudah tercapai.
afektif
siklus
I
siswa
terlihat
pada
peningkatan
penilaian
afektif
penelitian
yang
tuntas
menggunakan
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21
siswa (87,5%), sementara 3 siswa (12,5%)
Selain hasil belajar kognitif dan afektif, hasil
memperoleh nilai di bawah KKM, selain itu
belajar
setelah melakukan penelitian pada siklus I
Penilaian psikomotor dalam hal ini adalah
rata-rata hasil belajar pada aspek afektif
penilaian
mata pelajaran IPA memperoleh nilai
seperti
81,25. Pelaksanaan tindakan pada siklus II
perakitan alat-alat, dan mencoba hasil
[73]
mencakup
tentang
menyiapkan
juga
perilaku
alat,
psikomotor.
fisik
siswa
melakukan
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
kerja. Di bawah ini ialah hasil belajar pada
IPA yang disajikan pada Tabel 3.
aspek psikomotor siswa mata pelajaran
Tabel 3. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotor IPA Siklus I, dan Siklus II
Siklus 1
No
Nilai
F
Siklus 2
Persen
Persen
F
(%)
(%)
1
Tuntas
20
83,33%
24
100%
2
Belum Tuntas
4
16,66%
0
0%
Jumlah
24
100%
24
100%
psikomotor IPA dapat dikatakan sudah
Deskripsi yang disajikan pada Tabel 3
tercapai.
memperlihatkan mengenai perbandingan
ketuntasan belajar pada aspek psikomotor
PEMBAHASAN
siswa mata pelajaran IPA. Dari Tabel 3
Berdasarkan
tersebut dapat dipahami bahwa hasil
belajar
siswa
pada
aspek
Bawen
yang
Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus I,
siswa
yang
pada
beberapa
ditemukan
di
antaranya
yaitu
ketika pembelajaran sedang berlangsung,
sehingga masalah-masalah yang telah
memperoleh nilai di bawah KKM. Adapun
belajar
adanya
pembelajaran dan siswa terlihat pasif
sementara 4 siswa lainnya (16,66%) masih
hasil
ditemukan
kurangnya minat siswa dalam mengikuti
mencapai
ketuntasan sebanyak 20 orang (83,33%),
rata-rata
yang
masalah dalam pembelajaran. Masalah
telah dilakukan yaitu siklus I ke siklus II.
jumlah
observasi
dilakukan peneliti di kelas V SD Negeri 01
psikomotor
mengalami peningkatan dari siklus yang
terlihat
hasil
diuraikan
aspek
merupakan
faktor
yang
menyebabkan hasil belajar pada mata
psikomotor IPA di siklus I mencapai 80,20.
pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 01
Bawen kurang dari kriteria batas KKM yang
Setelah dilakukan tindakan pada siklus II,
telah ditentukan yaitu 70. Dari jumlah
diketahui memberikan dampak hasil yang
seluruh siswa, terdapat 14 siswa (58,33%)
menggembirakan, di mana jumlah siswa
yang
mencapai
ketuntasan
yang belum mencapai KKM, kemudian
aspek
hanya
psikomotor adalah sebanyak 24 siswa
pada
yang
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM
Dengan melihat hasi ini, dapat dikatakan
belajar
(41,67%)
dibandingkan dengan jumlah seluruhnya,
psikomotor IPA siklus II mencapai 92,70.
hasil
siswa
memperoleh nilai di atas KKM. Apabila
(100%), dengan nilai rata-rata hasil belajar
bahwa
10
lebih banyak dibandingkan siswa yang
aspek
memperoleh nilai di atas KKM. Mengamati
[74]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017
kondisi
yang
demikian,
tampaknya
hipotesis, siswa menyampaikan pendapat
diperlukan adanya suatu tindakan guna
mengenai hipotesis yang relevan dengan
perbaikan
masalah yang telah diperoleh.
pembelajaran
untuk
meningkatkan hasil belajar IPA di SD
Negeri 01 Bawen dengan menerapkan
Langkah ketiga yaitu tahap pengumpulan
salah satu metode pembelajaran yaitu
data. Pada tahap ini, guru membimbing
metede pembelajaran inquiry.
siswa dalam memperoleh informasi melalui
percobaan yang dilakukan oleh siswa.
Setelah
dilakukan
dicermati
penelitian,
bahwa
peningkatan
dapat
Siswa melakukan diskusi bersama anggota
hasil
kelompok untuk memperoleh data atau
belajar pada mata pelajaran IPA siswa
informasi
kelas V SD Negeri 01 Bawen Kecamatan
menyelesaikan
Bawen
diperoleh.
semester
II
2016/2017
melalui
penerapan
metode
pertama
dengan
permasalahan
tahun
pelajaran
yang
relevan
dan
dapat
yang
telah
merupakan
tahap
masalah
langkah-langkah
Langkah
inquiry.
mengajukan
guna
Langkah
keempat
suatu
menganalisis data. Dalam tahap ini, guru
memancing
memberi kesempatan kepada tiap-tiap
pengetahuan yang dimiliki siswa. Guru
kelompok
membimbing siswa dalam mengidentifikasi
pengolahan data yang terkumpul. Pada
beberapa masalah sesuai permasalahan
tahap ini siswa menganalisis data serta
yang telah diajukan guru. Guru dapat
menyampaikan hasil pengolahan data
membantu siswa dengan membagi siswa
yang terkumpul.
dalam
beberapa
kelompok
dalam
menyampaikan
hasil
secara
heterogen sehingga siswa dapat duduk
Langkah terakhir yaitu membuat simpulan,
bersama anggota kelompoknya
untuk
di mana siswa dibimbing oleh guru dalam
mendiskusikan dan mengidentifikasii suatu
membuat simpulan dari hasil percobaan
masalah.
yang telah dilakukan oleh masing-masing
kelompok.
Langkah
kedua
merupakan
tahap
membuat hipotesis. Hipotesis merupakan
Perolehan hasil belajar pada tindakan
dugaan
yang dilakukan pada siklus I dengan
sementara
sehingga
guru
membimbing siswa dalam memberikan
menerapkan
kesempatan
Inquiry
siswa
dalam
membuat
mendapatkan nilai rata-rata 80,20 pada
sesuai
dengan
mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01
permasalahan yang telah diperoleh dan
Bawen. Peningkatan dapat dicermati dari
menentukan suatu hipotesis yang menjadi
kondisi awal dimana siswa memperoleh
prioritas dalam melakukan penelitian yang
nilai rata-rata 64. Berdasarkan perolehan
akan dilakukan. Dalam tahap membuat
data hasil tindakan penelitian tersebut
hipotesis
siswa
metode
yang
[75]
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
dapat
dinyatakan
bahwa
tindakan
memenuhi
target
pembelajaran yang dilaksanakan pada
ditentukan
oleh
siklus I menunjukkan hasil belajar pada
prosesnya,
selama
mata
pembelajaran, siswa tampak kurang aktif,
pelajaran IPA yang
namun
hasil
dan
mengikuti
dalam
kegiatan
tidak bisa menanggapi pendapat dari
diperoleh pada siklus I belum mencapai
temannya dan kurang antusias dalam
indikator yang sudah ditentukan. Oleh
mengikuti pembelajaran. Melalui kegiatan
karena
inquiry sebagai dasar tindakan di siklus II,
masih
nilai
peneliti,
yang
yang
itu,
perolehan
meningkat,
keberhasilan
diperlukan
upaya
perbaikan guna mencapai indikator pada
permasalahan
siklus II.
diatasi, sehingga pada akhirnya tercapai
aktivitas
tersebut
coba
rata-rata hasil belajar psikomotor siswa
Pelaksanaan
secara
siklus
nyata
peningkatan
II
yang
dilakukan
menunjukkan
perolehan
nilai
sebesar 92,70.
adanya
rata-rata
Selama
tindakan
pada mata pelajaran IPA yaitu 91,87.
pembelajaran,
Berdasarkan
pembelajaran
perolehan
nilai
rata-rata
perbaikan
digunakan
metode
yang
inquiry
proses
mampu
tersebut, menunjukkan bahwa tindakan
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
siklus
didasarkan pada kelebihan inquiry yang
II
telah
memenuhi
indikator
keberhasilan yang ditetapkan. Perolehan
dapat
rata-rata nilai hasil belajar siswa mata
mencari permasalahan yang dihadapi,
pelajaran IPA siswa mendapatkan nilai
mengembangkan
tuntas di atas batas KKM yaitu 70.
dan
membantu
bekerja
siswa
aktif
kemampuan
secara
dalam
berpikir
ilmiah
yang
menekankan pengalaman belajar secara
Penelitian yang dilakukan ini tidak hanya
langsung. Metode pembelajaran inquiry
meneliti mengenai hasil belajar ranah
mampu membekali siswa untuk berpikir
kognitif saja yang meningkat, akan tetapi
secara
meneliti
mengembangkan
juga
ranah
sikap
dan
ilmiah
dan
mandiri
ide
dan
dalam
kreativitas
keterampilan psikomotorik siswa dalam
guna
memecahkan
permasalahan.
mengikuti pembelajaran IPA juga ikut
Karena
siswa
aktif
meningkat. Rata-rata hasil belajar afektif
pembelajaran,
pada siklus I mencapai 81,25, dan pada
diajarkan
siklus II, diketahui bahwa hasil belajar
dipahami. Selain itu, guru juga hanya
afektif
berperan
IPA
menunjukkan
peningkatan
hingga mencapai rata-rata sebesar 91,87.
berperan
guru
dalam
maka
materi
yang
lebih
dimaknai
dan
sebagai
pembimbing
dan
fasilitator karena guru bukan satu-satunya
sumber ilmu dan pengetahuan.
Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor
setelah siklus I mencapai rata-rata 80,20.
Pengamatan
Capaian nilai tersebut tentunya belum
tindakan
[76]
pada
selama
siklus
pelaksanaan
I
dan
siklus
II
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017
menunjukkan rata-rata kemampuan siswa
dilakukan oleh Nurjanah (2016), di mana
di
hasil
dalam
proses
maupun
hasil
penelitian
tersebut
menunjukkan
pembelajaran mengalami peningkatan.
dampak pembelajaran inquiry terhadap
Siswa semakin aktif berpatisipasi dan aktif
laju peningkatan hasil belajar siswa SD
mengikuti setiap proses pembelajaran,
Negeri 68 Kec. Bacukiki Kota Parepare,
lebih berani menyampaikan gagasan dan
dari siklus I (rata-rata 69,33) ke siklus II
melakukan
(81,66).
kegiatan
tanya-jawab
Dengan
demikian,
dapat
bersama guru, sehingga pembelajaran
dikatakan bahwa bahwa penggunaan
inquiry yang berlangsung tampak menjadi
metode inquiry dapat meningkatkan hasil
lebih menarik dan bermakna bagi siswa,
belajar IPA siswa.
Penerapan metode pembelajaran Inquiry
memberikan banyak hal yang positif bagi
Fakta-fakta
siswa, salah satunya dapat dilihat dari
memberikan
peningkatan hasil belajar mata pelajaran
penggunaan metode Inquiry yang dapat
IPA.
meningkatkan hasil belajar IPA kelas V.
penelitian
di
dukungan
atas,
mengenai
Sejumlah kelebihan metode inquiry yang
Penelitian
tindakan
kelas
ini
sejalan
ditemukan
dari
penelitian
yang
telah
dengan penelitian yang dilaporkan oleh
dilakukan, antara lain dapat menjadikan
Umami,
siswa lebih kreatif dalam kegiatan belajar-
dkk.
(2013),
bahwa
kegiatan
inquiry memberikan dampak peningkatan
mengajar,
hasil
pembelajaran
belajar
di
siklus
I
dengan
terlebih
jika
tersebut
proses
menyajikan
diperolehnya ketuntasan dasar klasikal
konteks kehidupan sehari-hari.
73%, aktivitas guru sebesar 88% (berada
Adanya peningkatan hasil belajar siswa
pada kategori baik) dan aktivitas siswa
pada mata pelajaran IPA, tidak lepas dari
sebesar
peran
71%
(berada
pada
kategori
pembelajaran
inquiry
yang
cukup). Tindakan yang dilakukan pada
menuntut siswa untuk bisa belajar secara
siklus II memberikan ketuntasan belajar
mandiri, mampu memecahkan masalah
sebesar 87%, aktivitas yang dilakukan guru
yang
berkategori
dan
keputusan, dan memperoleh kecukupan
aktivitas siswa berkatagori baik yaitu (84%).
keterampilan melalui pengalaman belajar
Semua hasil penelitian Umami, dkk. (2013)
secara
tersebut menunjukkan efektivtas metode
(Kurniasih & Sani, 2015). Dengan demikian,
Inquiry dalam meningkatkan hasil belajar
secara
IPA SD Inpres Bajawali Kecamatan Lariang
metode inquiry dapat meningkatkan hasil
Kabupaten Mamuju Utara.
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 01
sangat
baik
(96%),
disajikan,
Bawen.
Begitu
pula
jika
hasil
penelitian
ini
disandingkan dengan apa yang telah
[77]
kritis dalam
langsung,
logis
dapat
nyata
membuat
dan
diterima
aktif
bahwa
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
Parepare. Jurnal Publikasi Pendidikan.
4(2), pp. 107-109.
SIMPULAN
Berdasarkan
tindakan
yang
telah
Rusman. (2012). Belajar dan pembelajaran
berbasis komputer. Bandung: Alfabeta.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 01
Bawen Kecamatan Bawen semester 2
Tahun
Pelajaran
2016/2017
Sagala Syaiful. (2011). Konsep dan makna
pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
dapat
meningkat melalui metode inquiry yang
memuat
langkah-langkah:
mengajukan
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
Jakarta:
Rineka Cipta.
(1)
pertanyaan
atau
Sudjana, N. (2010). Penilaian hasil proses
belajar mengajar. (Cet. XV). Bandung:
PT. Ramaja Rosdakarya.
permasalahan, (2) membuat hipotesis, (3)
mengumpulkan
data,
dan
data, (4) menganalisis
(5)
membuat
simpulan.
Trianto. (2010).
Model pembelajaran
terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Meningkatnya hasil belajar pada mata
pelajaran
IPA
merupakan
sebagai
dampak
dari
penerapan
metode
Umami, R., dkk. (2013). Penerapan metode
inquiry untuk meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas IV Inpres Bajawali
Kecamatan
Lariang
Kabupaten
Mamuju Utara. Jurnal Kreatif Online.
3(2), 157-165.
pembelajaran Inquiry, terlihat dari jumlah
sswa yang tuntas saat pengambilan data
awal 10 siswa (58,33%), lalu menjadi 21
siswa (12,5%) pada siklus I, dan pada siklus
Wardani, N.S., dkk. (2012). Asesmen
pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari
Press.
II menjadi 24 siswa (100%). Penelitian ini
tidak hanya mengukur hasil belajar pada
Wisudawati & Sulistyo. (2014). Metodologi
pembelajaran IPA. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
ranah kognitif saja, tetapi juga melihat
peningkatan ranah afektif dan psikomotor
siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.
Dalam
aspek
afektif,
siswa
yang
mencapai ketuntasan hasil belajar di siklus
I sebanyak 21 siswa (87,5%), dan siklus II
sebanyak 24 siswa (100%). Pada aspek
psikomotor,
siswa
yang
mencapai
ketuntasan di siklus I sebanyak 20 siswa
(83,33%), dan siklus II menjadi 24 siswa
(100%).
REFERENSI
Kurniasih, I. & Sani, B. (2015). Model
pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
Nurjanah. (2016). Peningkatan hasil belajar
IPA menerapkan metode inquiry siswa
kelas V SD Negeri 68 Kec. Bacukiki Kota
[78]
e-ISSN 2502-4795
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 14/04/2017; Accepted: 25/04/2017
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 4(1) 2017, 67-78
DOI: 10.23819/mimbar-sd.v4i1.6346
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INQUIRY
PADA SISWA KELAS V SD
Melinda Puspita Dewi1 & Firosalia Kristin2
Program Studi PGSD-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
1Email: 292013074@student.uksw.edu
2Email: firosalia.kristin@staff.uksw.edu
ABSTRACT
The aim of this research is to describe inquiry
method steps on improving the science study
result of 5th graders in SD Negeri 1 Bawen that is
located in Bawen, Central Java. The students are
in 2nd semester, academic year 2016/2017. The
subjects of this research are 24 students who are
5th grader in SD Negeri 1 Bawen. This research is a
class action research through two cycles. The
study method used is inquiry method. The data
collection techniques are both test and non test.
Descriptive comparative analysis is used in
analyzing the data. The result of this research
shows that inquiry study method can improve the
science study result of the 5th grader in SD Negeri
1 Bawen, from cognitive, affective, and
psychomotor aspects. This is supported by data
that have been analyzed, from the condition in
the beginning, 1st cycle, and 2nd cycle. In
conclusion, inquiry method can improve the
science study result of 5th graders in SD Negeri 1
Bawen.
Keywords: study result, science, inquiry method.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan
langkah-langkah
metode
inquiry
dalam
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD
Negeri 01 Bawen, dan meningkatkan hasil
belajar IPA dengan menggunakan metode
inquiry siswa kelas V SD Negeri 01 Bawen
Kecamatan
Bawen
semester
2
tahun
pembelajaran 2016/2017. Subjek penelitian
adalah kelas V SD Negeri 01 Bawen dengan
jumlah 24 siswa. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas sebanyak dua siklus. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah metode
inquiry. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik tes dan nontes. Analisis data dilakukan
dengan analisis deskriptif komparatif. Hasil
Penelelitian menunjukkan bahwa
metode
pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil
belajar IPA baik kognitif, afektif, dan psikomotor
kelas V SD Negeri 01 Bawen. Hal ini didukung
data yang sudah dianalisis, dari kondisi awal,
siklus I, dan siklus II. Dengan demikian metode
inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas V SD Negeri 01 Bawen.
Kata Kunci : hasil belajar, IPA, metode inquiry.
How to Cite: Dewi, M. P., & Kristin, F. (2017). MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INQUIRY PADA
SISWA KELAS V SD. Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 67–78. http://doi.org/10.23819/mimbar-sd.v4i1.6346.
PENDAHULUAN ~ Pendidikan adalah hal
pembelajaran
yang
dikatakan
sumber
penting
daya
bagaimanapun
dalam
pengembangan
manusia,
masa
depan
saling
demikian
berkaitan,
dapat
karena
tujuan
karena
pembelajaran dapat tercapai apabila
bangsa
terjadi
perubahan-perubahan
perilaku
sangat bergantung dari pendidikan yang
yang terjadi pada diri siswa secara positif,
berkualitas. Dalam prosesnya, pendidikan
baik dalam hal kognitif, afektif, maupun
dapat dilaksanakan melalui belajar untuk
skill
dapat
perubahan
mengembangkan
kemampuan
yang manusia dengan baik. Belajar dan
[67]
dan
psikomotorik.
yang
terjadi
Perubahanpada
siswa
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
tersebut
merupakan
hasil
dari
proses
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014, p. 26).
belajar.
Proses pembelajaran IPA menekankan
pada
pengalaman
langsung
agar
IPA merupakan suatu kumpulan yang
mampu memahami alam sekitar secara
sistematis penerapannya terhadap gejala-
ilmiah.
gejala alam melalui metode ilmiah seperti
pembelajaran IPA dibutuhkan metode
observasi dan eksperimen serta menuntun
pembelajaran yang benar-benar ada di
sikap
tahu,
alam, sehingga mampu mengarahkan
terbuka, jujur menurut Trianto (2010, p.
siswa untuk memiliki keterampilan dalam
136). IPA pada hakikatnya terdiri atas
memecahkan
dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
berpikir kritis.
ilmiah
seperti
rasa
ingin
Oleh
karena
itu
masalah
serta
dalam
mampu
skap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang
sebagai proses, produk, dan prosedur. IPA
Hasil observasi di kelas V SD Bawen 01
dipandang sebagai proses di mana IPA
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang
merupakan suatu kegiatan ilmiah guna
menunjukkan
menemukan
sudah
pengetahuan
baru
yang
hasil
cukup
pembelajaran
baik.
Tetapi
ada
IPA
juga
bermanfaat bagi kehidupan manusia. IPA
beberapa siswa yang hasil belajarnya
dipandang sebagai proses apabila hasil
belum mencapai KKM khususnya dalam
proses IPA berupa pengetahuan yang
pembelajaran
diajarkan baik dalam sekolah maupun di
hasil belajar sesuai KKM tersebut disinyalir
luar sekolah, selanjutnya IPA dipandang
karena kurangnya minat siswa dalam
sebagai
mengikuti pembelajaran sehingga siswa
prosedur
digunakan
untuk
karena
cara
mengetahui
yang
sesuatu
cenderung
IPA.
pasif
Belum
dan
tercapainya
pembelajaran
yang lazim digunakan (Trianto, 2010, p.
menjadi kurang efektif. Padahal sudah
137). IPA mempelajari peristiwa-peristiwa
aksiomatis, agar siswa dapat aktif dalam
yang terjadi di alam beserta isinya serta
mengikuti pembelajaran IPA, maka guru
menuntut sikap-sikap ilmiah seperti berpikir
hendaknya menciptakan suasana belajar
kritis, memiliki rasa tanggung jawab. IPA
yang
tidak
misalnya
hanya
merupakan
penguasaan
menarik
dan
dengan
menyenangkan,
berupaya
terhadap kumpulan pengetahuan yang
optimal
berupa fakta, konsep, dan prinsip tetapi
relevan dengan materi IPA.
menggunakan
metode
secara
yang
juga merupakan suatu proses penemuan.
Cara
yang
digunakan
guru
dalam
Pembelajaran IPA adalah interaksi antara
mengatasi kurangnya minat siswa serta
komponen-komponen
pembelajaran
dapam rangka meningkatkan hasil belajar
dalam bentuk proses pembelajaran untuk
IPA, ialah dengan menerapkan metode
mencapai
tujuan
yang
berbentuk
inquiry. Metode inquiry adalah metode
kompetensi
yang
telah
ditetapkan
pembelajaran
[68]
dengan
menanamkan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017
konsep berpikir ilmiah pada diri siswa
ini siswa berdiskusi untuk mendapatkan
sebagai subjek belajar, sehingga dalam
data atau informasi sesuai percobaan
proses pembelajaran siswa lebih banyak
yang telah dilakukan. Langkah keempat
belajar
mandiri,
mengembangkan
ialah
kreatif
dalam
memecahkan
ide
menganalisis data. Pada
mengalisis
suatu
data,
guru
tahap
memberi
permasalahan yang dialami (Sagala, 2011,
kesempatan kepada tiap kelompok untuk
p.
ini,
menyampaikan hasil diskusi yang telah
memiliki
diolah sesuai data yang terkumpul. Pada
kritis
dalam
tahap ini siswa menganalisis data serta
Metode
inquiry
menyampaikan hasil pengolahan data
mampu memberikan siswa pengalaman-
yang terkumpul. Langkah kelima yang
pengalaman belajar secara nyata dan
merupakan tahap terakhir ialah membuat
aktif dengan lingkungan sekitar. Dalam
simpulan. Guru sebagai pembimbing, dan
metode inquiry, siswa dilatih bagaimana
siswa sebagai pengkonstruk simpulan.
196).
Dengan
diharapkan
metode
siswa
inquiry
dapat
keterampilan
berpikir
menganalisis
informasi.
cara memecahkan masalah, membuat
keputusan yang tepat, dan memperoleh
Secara teoretis, metode inquiry memiliki
keterampilan.
kelebihan karena penekanannya pada
pengembangan aspek afektif, kognitf dan
Beberapa langkah (sintaks) metode inquiry
psikomotor secara seimbang, sehingga
yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak
pembelajaran
(Trianto, 2010) adalah sebagai berikut.
pembelajaran
dengan
Pertama,
masalah
dalam
yaitu
mengajukan
metode
dianggap
inquiry
lebih
suatu
bermakna. Di samping itu, inquiry juga
guru membimbing siswa
memberikan ruang kepada siswa untuk
mengidentifikasi
membagi
melalui
siswa
masalah
dalam
dan
belajar sesuai dengan gaya belajar siswa,
beberapa
adanya
kesesuaian
dengan
psikologi
kelompok secara heterogen. Pada tahap
modern, dan dapat melayani kebutuhan
ini,
siswa yang memiliki kemampuan di atas
siswa
duduk
berkelompok
dan
mengidentifikasi masalah. Langkah kedua,
rata-rata (Kurniasih & Sani, 2015).
yaitu membuat hipotesis. Guru memberi
kesempatan
dan
membimbing
siswa
Metode
inquiry
juga
mempunyai
dalam membuat hipotesis yang relevan
beberapa
dengan permasalahan. Pada tahap ini
mengontrol kegiatan dan keberhasilan
siswa
dan
siswa, juga sulit dalam merencanakan
relevan
pembelajaran karena terbentur dalam
memberi
menentukan
pendapat
hipotesis
yang
kelemahan,
yakni
sulit
dengan permasalahan. Langkah ketiga,
kebiasaan
yaitu mengumpulkan data, di mana guru
Dengan demikian, bisa saja terjadi proses
membimbing siswa dalam memperoleh
pembelajaran yang panjang sehingga
informasi melalui percobaan. Pada tahap
[69]
awal
siswa
dalam
belajar.
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
terkendala dengan waktu (Kurniasih &
dilakukan berhasil. Sebaliknya, apabila
Sani, 2015).
hasil pengukuran ternyata menunjukkan
hasil belajar siswa yang rendah, maka
keberhasilan
proses belajar-mengajar kurang berhasil
dengan
atau bahkan tidak berhasil. Hasil belajar
tercapainya hasil belajar sesuai target
dijadikan tolok ukur dalam keberhasilan
yang telah ditetapkan. Ketercapaian hasil
proses pembelajaran, karena berhasil atau
belajar dapat menjadi petunjuk untuk
tidaknya
mengetahui sejauh mana keberhasilan
dilihat dalam hasil belajar siswa.
Salah
satu
ukuran
pembelajaran
adalah
proses
pembelajaran
dapat
siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
Hasil
belajar
Sudjana
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi
kemampuan-
dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor
kemampuan yang dimiliki siswa setelah
internal. Faktor internal merupakan faktor-
siswa menerima pengalaman belajarnya.
faktor yang berasal dari dalam diri siswa
Sedangkan menurut Rusman (2012, p.
yang meliputi faktor jasmaniah, psikologis,
123),
merupakan
kelelahan, dan fisologis. Faktor eksternal
pengalaman yang diperoleh siswa yang
merupakan faktor yang berasal dari luar
mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif,
diri siswa yang dipahami sebagai cara
psikomotor, dan afektif. Ranah kognitif
yang digunakan siswa guna menunjang
merupakan kemampuan pengetahuan,
keefektifan
ranah
pembelajaran. Faktor eksternal meliputi
(2010,
p.
yang
22)
dimaksud
adalah
hasil
belajar
psikomotor
keterampilan
merupakan
dan
ranah
afektif
dan
keefisienan
faktor keluarga, sekolah, serta lingkungan
merupakan sikap.
sekitar (Slameto, 2010, p. 54). Apabila
dalam
pembelajaran
Ketiga kemampuan kognitif, psikomotor,
internal
dan
serta
berjalan
dengan
afektif
dapat
serangkaian
proses
diketahui
kegiatan
melalui
pengukuran
faktor
baik
antara
faktor
eksternal
dapat
dan
seimbang
dipastikan hasil belajar siswa tercapai
(measurement). Pengukuran merupakan
secara
suatu
faktor internal dan eksternal tidak berjalan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
maksimal,
sedangkan
memberikan angka-angka pada suatu
dengan
kejadian, gejala atau benda (Wardani,
belajar siswa akan terganggu.
baik
dapat
apabila
dipastikan
hasil
dkk., 2012, p. 47), sehingga hasil belajar
dapat
diketahui
melalui
kegiatan
Berbagai kajian praktis pernah dilakukan
pengukuran dengan alat yang disebut
oleh
dengan
hasil
Penelitian yang pernah dilakukan oleh
pengukuran memperlihatkan pencapaian
Nurjanah (2016) dan Umami, dkk. (2013)
yang
dikatakan
menunjukkan peningkatan hasil belajar
bahwa kegiatan belajar-mengajar yang
IPA yang signifikan pada siswa kelas V
instrumen.
tinggi,
maka
Apabila
dapat
[70]
beberapa
peneliti
terdahulu.
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017
dengan menggunakan metode inquiry.
Jelaslah berdasar permasalahan tersebut,
Melalui metode inquiry, siswa bukan hanya
bahwa
sebagai pendengar saja di dalam kelas,
mendiskripsikan langkah-langkah metode
melainkan juga harus lebih mandiri dan
inquiry dalam meningkatkan hasil belajar
kreatif
IPA siswa kelas V SD Negeri 01 Bawen
dalam
memecahkan
masalah.
penelitian
ini
Dalam prosesnya, guru hanya sebagai
Kecamatan
Bawen
moderator
pelajaran
2016/2017
dan
pengawas
dalam
pembelajaran.
bertujuan
semester
2
untuk
tahun
dan
untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan
hasil belajar IPA setelah digunakannya
Mencermati persoalan di atas, peneliti
metode inquiry di kelas V SD Negeri 01
tertarik
dengan
Bawen Kecamatan Bawen semester 2
mengikuti
Tahun Pelajaran 2016/2017. Dari tujuan
kegiatan pembelajaran yang berdampak
yang telah dikemukakan tersebut, hasil
pada meningkatnya hasil belajar IPA.
penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas V SD
memberikan manfaat, khususnya pada
Negeri
Bawen
bidang pendidikan, dengan menjadikan
semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
metode pembelajaran inquiry sebagai
Sehubungan
salah
melakukan
harapan
siswa
01
penelitian
dapat
Bawen
aktif
Kecamatan
dengan
latar
belakang
inipun
satu
diharapkan
metode
yang
mampu
mampu
masalah, ditemukan permasalahan yaitu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
terdapat
pelajaran IPA.
beberapa
siswa
kelas
V
khususnya pada pelajaran IPA yang hasil
belajarnya
belum
mencapai
KKM,
METODE
kurangnya minat belajar siswa dalam
Penelitian ini adalah merupakan penelitian
mengikuti
siswa
tindakan kelas, dengan subjek siswa kelas
proses
V sebanyak 24 siswa. Teknik pengumpulan
pembelajaran,
cenderung
pasif
pembelajaran.
dan
saat
inti
data menggunakan teknik tes (soal pilihan
masalah penelitian ini sebagai berikut: (1)
gada) dan nontes (lembar observasi).
Bagaimana gambaran metode inquiry
Penggunaan
dalam meningkatkan hasil belajar IPA
mendapatkan data yang berupa hasil
siswa
belajar siswa pada mata pelajaran IPA,
kelas
V
Dengan
SD
demikian,
Negeri
01
Bawen
teknik
tes
untuk
Kecamatan Bawen semester 2 Tahun
sedangkan
Pelajaran 2016/2017? (2) Apakah dengan
mengambil data tentang pelaksanaaan
menggunakan
kegiatan
metode
inquiry
dapat
observasi
digunakan
pembelajaran
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
menggunakan
V SD Negeri 01 Bawen Kecamatan Bawen
inquiry.
metode
untuk
dengan
pembelajaran
semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017?
Pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan
[71]
dilakukan
secara
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
kuantitatif
dan
kerbehasilan
kualitatif.
digunakan
HASIL
adalah
Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 01
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar
Bawen dengan menggunakan metode
70. Hasil belajar IPA meningkat apabila di
inquiry dapat dilihat dari kondisi awal, siklus
atas 90% siswa memperoleh nilai di atas
I, dan siklus II. Berdasarkan data yang
KKM. Hal ini disebabkan karena data yang
diperoleh, tampak bahwa hasil belajar
diperoleh berdasarkan hasil observasi guru
siswa
dan
signifikan.
siswa
yang
Indikator
berupa
penjelasan
atau
mengalami
Bermula
perubahan
dari
kondisi
yang
awal,
keterangan yang berupa data kualitatif,
terdapat 14 dari 24 siswa belum mencapai
sedangkan
KKM (≥70), akan tetapi pada siklus II hasil
data
yang
diperoleh
berdasarkan hasil tes berbentuk angka-
belajar
angka
Oleh
sehingga seluruh siswa mampu mencapai
karena itu, data kualitatif dan kuantitatif
KKM (≥70). Tabel 1 berikut memberikan
dianalisis dengan menggunakan analisis
gambaran
deskriptif
cara
ketuntasan hasil belajar siswa pada mata
membandingkan kondisi siklusi I dan siklus II
pelajaran IPA mulai dari kondisi awal, siklus
guna
I, dan sampai pada siklus II.
berupa
data
kuantitatif.
komparatif
mengetahui
dengan
peningkatan
hasil
siswa
mengalami
mengenai
peningkatan
perbandingan
belajar pada mata pelajaran IPA.
Tabel 1. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif IPA Kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II
Kondisi Awal
No
Nilai
F
Persen
(%)
Siklus 1
Siklus 2
Hasil Tes
Hasil Tes
F
Persen
Persen
F
(%)
(%)
1
Tuntas
10
41,67%
21
87,5%
24
100%
2
Belum Tuntas
14
58,33%
3
12,5%
0
0%
24
100%
24
100%
24
100%
Jumlah
Berdasarkan Tabel 1, dapat dipahami
hasil belajar IPA sebesar 81,46 yang berarti
bahwa telah terjadi peningkatan hasil
bahwa hasil pelaksanaan tindakan siklus I
belajar pada mata pelajaran IPA mulai
diketahui
dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II.
belum
Pada pelaksanaan tindakan siklus I terlihat
sebagaimana
peningkatan jumlah siswa yang tuntas
tindakan penelitian yang telah ditentukan.
sebanyak 21 siswa (87,5%), sementara 3
Oleh karena itu, diputuskan bahwa masih
siswa lainnya masih memperoleh nilai di
diperlukan
bawah KKM (12,5%), pada siklus I rata-rata
Tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan
[72]
bahwa
nilai
rata-rata
mencapai
ketuntasan
indikator
perbaikan
siswa
keberhasilan
pada
siklus
II.
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017
tindakan siklus II agar ketuntasan belajar
pembelajaran
IPA
ditentukan oleh peneliti sudah tercapai.
siswa
bisa
keberhasilan
mencapai
yang
indikator
diharapkan
yang
inquiry
telah
yaitu
sejumlah 90% dari total keseluruhan siswa.
Penilaian hasil belajar tidak hanya kognitif
Setelah
tetapi
pelaksanaan
tindakan
mencakup
juga
afektif. Dalam
pembelajaran pada siklus II jumlah siswa
penilaian afektif, aspek penilaian yang
yang memperoleh nilai mencapai KKM (≥
dinilai ialah penilian sikap siswa. Penilaian
70) yaitu sebanyak 24 siswa (100%), pada
hasil belajar afektif IPA terdapat beberapa
siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-
kriteria
rata hasil belajar IPA pun mencapai 91,87.
memberikan solusi, dan mendengarkan
Dari hasil belajar IPA dan ketuntasan
pendapat
belajar siswa siklus II, dapat diketahui
merupakan hasil belajar afektif siswa mata
bahwa indikator keberhasilan tindakan
pelajaran IPA pada siklus I, dan siklus II
penelitian
yang disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
menggunakan
metode
yaitu
memberikan
orang
lain.
gagasan,
Berikut
ini
Tabel 2. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Afektif IPA Siklus I, dan Siklus II
Siklus 1
No
Nilai
Siklus 2
F
Persen
(%)
F
Persen
(%)
1
Tuntas
21
87,5%
24
100%
2
Belum Tuntas
3
12,5%
0
0%
24
100%
24
100%
Jumlah
Tabel 2 memberikan penyajian tentang
hasil
perbandingan ketuntasan belajar dalam
sebanyak 24 siswa (100%), nilai rata-rata
kompetensi
mata
hasil belajar afektif IPA siklus II mencapai
pelajaran IPA. Dari tabel yang telah
91,87. Hasil belajar afektif IPA dapat
disajikan dapat dipahami bahwa terjadi
diketahui bahwa indikator keberhasilan
peningkatan hasil belajar khususnya aspek
tindakan
afektif dari siklus I ke siklus II. Pelaksanaan
metode pembelajaran inquiry yang telah
tindakan
ditentukan sudah tercapai.
afektif
siklus
I
siswa
terlihat
pada
peningkatan
penilaian
afektif
penelitian
yang
tuntas
menggunakan
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21
siswa (87,5%), sementara 3 siswa (12,5%)
Selain hasil belajar kognitif dan afektif, hasil
memperoleh nilai di bawah KKM, selain itu
belajar
setelah melakukan penelitian pada siklus I
Penilaian psikomotor dalam hal ini adalah
rata-rata hasil belajar pada aspek afektif
penilaian
mata pelajaran IPA memperoleh nilai
seperti
81,25. Pelaksanaan tindakan pada siklus II
perakitan alat-alat, dan mencoba hasil
[73]
mencakup
tentang
menyiapkan
juga
perilaku
alat,
psikomotor.
fisik
siswa
melakukan
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
kerja. Di bawah ini ialah hasil belajar pada
IPA yang disajikan pada Tabel 3.
aspek psikomotor siswa mata pelajaran
Tabel 3. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotor IPA Siklus I, dan Siklus II
Siklus 1
No
Nilai
F
Siklus 2
Persen
Persen
F
(%)
(%)
1
Tuntas
20
83,33%
24
100%
2
Belum Tuntas
4
16,66%
0
0%
Jumlah
24
100%
24
100%
psikomotor IPA dapat dikatakan sudah
Deskripsi yang disajikan pada Tabel 3
tercapai.
memperlihatkan mengenai perbandingan
ketuntasan belajar pada aspek psikomotor
PEMBAHASAN
siswa mata pelajaran IPA. Dari Tabel 3
Berdasarkan
tersebut dapat dipahami bahwa hasil
belajar
siswa
pada
aspek
Bawen
yang
Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus I,
siswa
yang
pada
beberapa
ditemukan
di
antaranya
yaitu
ketika pembelajaran sedang berlangsung,
sehingga masalah-masalah yang telah
memperoleh nilai di bawah KKM. Adapun
belajar
adanya
pembelajaran dan siswa terlihat pasif
sementara 4 siswa lainnya (16,66%) masih
hasil
ditemukan
kurangnya minat siswa dalam mengikuti
mencapai
ketuntasan sebanyak 20 orang (83,33%),
rata-rata
yang
masalah dalam pembelajaran. Masalah
telah dilakukan yaitu siklus I ke siklus II.
jumlah
observasi
dilakukan peneliti di kelas V SD Negeri 01
psikomotor
mengalami peningkatan dari siklus yang
terlihat
hasil
diuraikan
aspek
merupakan
faktor
yang
menyebabkan hasil belajar pada mata
psikomotor IPA di siklus I mencapai 80,20.
pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 01
Bawen kurang dari kriteria batas KKM yang
Setelah dilakukan tindakan pada siklus II,
telah ditentukan yaitu 70. Dari jumlah
diketahui memberikan dampak hasil yang
seluruh siswa, terdapat 14 siswa (58,33%)
menggembirakan, di mana jumlah siswa
yang
mencapai
ketuntasan
yang belum mencapai KKM, kemudian
aspek
hanya
psikomotor adalah sebanyak 24 siswa
pada
yang
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM
Dengan melihat hasi ini, dapat dikatakan
belajar
(41,67%)
dibandingkan dengan jumlah seluruhnya,
psikomotor IPA siklus II mencapai 92,70.
hasil
siswa
memperoleh nilai di atas KKM. Apabila
(100%), dengan nilai rata-rata hasil belajar
bahwa
10
lebih banyak dibandingkan siswa yang
aspek
memperoleh nilai di atas KKM. Mengamati
[74]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017
kondisi
yang
demikian,
tampaknya
hipotesis, siswa menyampaikan pendapat
diperlukan adanya suatu tindakan guna
mengenai hipotesis yang relevan dengan
perbaikan
masalah yang telah diperoleh.
pembelajaran
untuk
meningkatkan hasil belajar IPA di SD
Negeri 01 Bawen dengan menerapkan
Langkah ketiga yaitu tahap pengumpulan
salah satu metode pembelajaran yaitu
data. Pada tahap ini, guru membimbing
metede pembelajaran inquiry.
siswa dalam memperoleh informasi melalui
percobaan yang dilakukan oleh siswa.
Setelah
dilakukan
dicermati
penelitian,
bahwa
peningkatan
dapat
Siswa melakukan diskusi bersama anggota
hasil
kelompok untuk memperoleh data atau
belajar pada mata pelajaran IPA siswa
informasi
kelas V SD Negeri 01 Bawen Kecamatan
menyelesaikan
Bawen
diperoleh.
semester
II
2016/2017
melalui
penerapan
metode
pertama
dengan
permasalahan
tahun
pelajaran
yang
relevan
dan
dapat
yang
telah
merupakan
tahap
masalah
langkah-langkah
Langkah
inquiry.
mengajukan
guna
Langkah
keempat
suatu
menganalisis data. Dalam tahap ini, guru
memancing
memberi kesempatan kepada tiap-tiap
pengetahuan yang dimiliki siswa. Guru
kelompok
membimbing siswa dalam mengidentifikasi
pengolahan data yang terkumpul. Pada
beberapa masalah sesuai permasalahan
tahap ini siswa menganalisis data serta
yang telah diajukan guru. Guru dapat
menyampaikan hasil pengolahan data
membantu siswa dengan membagi siswa
yang terkumpul.
dalam
beberapa
kelompok
dalam
menyampaikan
hasil
secara
heterogen sehingga siswa dapat duduk
Langkah terakhir yaitu membuat simpulan,
bersama anggota kelompoknya
untuk
di mana siswa dibimbing oleh guru dalam
mendiskusikan dan mengidentifikasii suatu
membuat simpulan dari hasil percobaan
masalah.
yang telah dilakukan oleh masing-masing
kelompok.
Langkah
kedua
merupakan
tahap
membuat hipotesis. Hipotesis merupakan
Perolehan hasil belajar pada tindakan
dugaan
yang dilakukan pada siklus I dengan
sementara
sehingga
guru
membimbing siswa dalam memberikan
menerapkan
kesempatan
Inquiry
siswa
dalam
membuat
mendapatkan nilai rata-rata 80,20 pada
sesuai
dengan
mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01
permasalahan yang telah diperoleh dan
Bawen. Peningkatan dapat dicermati dari
menentukan suatu hipotesis yang menjadi
kondisi awal dimana siswa memperoleh
prioritas dalam melakukan penelitian yang
nilai rata-rata 64. Berdasarkan perolehan
akan dilakukan. Dalam tahap membuat
data hasil tindakan penelitian tersebut
hipotesis
siswa
metode
yang
[75]
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
dapat
dinyatakan
bahwa
tindakan
memenuhi
target
pembelajaran yang dilaksanakan pada
ditentukan
oleh
siklus I menunjukkan hasil belajar pada
prosesnya,
selama
mata
pembelajaran, siswa tampak kurang aktif,
pelajaran IPA yang
namun
hasil
dan
mengikuti
dalam
kegiatan
tidak bisa menanggapi pendapat dari
diperoleh pada siklus I belum mencapai
temannya dan kurang antusias dalam
indikator yang sudah ditentukan. Oleh
mengikuti pembelajaran. Melalui kegiatan
karena
inquiry sebagai dasar tindakan di siklus II,
masih
nilai
peneliti,
yang
yang
itu,
perolehan
meningkat,
keberhasilan
diperlukan
upaya
perbaikan guna mencapai indikator pada
permasalahan
siklus II.
diatasi, sehingga pada akhirnya tercapai
aktivitas
tersebut
coba
rata-rata hasil belajar psikomotor siswa
Pelaksanaan
secara
siklus
nyata
peningkatan
II
yang
dilakukan
menunjukkan
perolehan
nilai
sebesar 92,70.
adanya
rata-rata
Selama
tindakan
pada mata pelajaran IPA yaitu 91,87.
pembelajaran,
Berdasarkan
pembelajaran
perolehan
nilai
rata-rata
perbaikan
digunakan
metode
yang
inquiry
proses
mampu
tersebut, menunjukkan bahwa tindakan
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
siklus
didasarkan pada kelebihan inquiry yang
II
telah
memenuhi
indikator
keberhasilan yang ditetapkan. Perolehan
dapat
rata-rata nilai hasil belajar siswa mata
mencari permasalahan yang dihadapi,
pelajaran IPA siswa mendapatkan nilai
mengembangkan
tuntas di atas batas KKM yaitu 70.
dan
membantu
bekerja
siswa
aktif
kemampuan
secara
dalam
berpikir
ilmiah
yang
menekankan pengalaman belajar secara
Penelitian yang dilakukan ini tidak hanya
langsung. Metode pembelajaran inquiry
meneliti mengenai hasil belajar ranah
mampu membekali siswa untuk berpikir
kognitif saja yang meningkat, akan tetapi
secara
meneliti
mengembangkan
juga
ranah
sikap
dan
ilmiah
dan
mandiri
ide
dan
dalam
kreativitas
keterampilan psikomotorik siswa dalam
guna
memecahkan
permasalahan.
mengikuti pembelajaran IPA juga ikut
Karena
siswa
aktif
meningkat. Rata-rata hasil belajar afektif
pembelajaran,
pada siklus I mencapai 81,25, dan pada
diajarkan
siklus II, diketahui bahwa hasil belajar
dipahami. Selain itu, guru juga hanya
afektif
berperan
IPA
menunjukkan
peningkatan
hingga mencapai rata-rata sebesar 91,87.
berperan
guru
dalam
maka
materi
yang
lebih
dimaknai
dan
sebagai
pembimbing
dan
fasilitator karena guru bukan satu-satunya
sumber ilmu dan pengetahuan.
Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor
setelah siklus I mencapai rata-rata 80,20.
Pengamatan
Capaian nilai tersebut tentunya belum
tindakan
[76]
pada
selama
siklus
pelaksanaan
I
dan
siklus
II
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 1 April 2017
menunjukkan rata-rata kemampuan siswa
dilakukan oleh Nurjanah (2016), di mana
di
hasil
dalam
proses
maupun
hasil
penelitian
tersebut
menunjukkan
pembelajaran mengalami peningkatan.
dampak pembelajaran inquiry terhadap
Siswa semakin aktif berpatisipasi dan aktif
laju peningkatan hasil belajar siswa SD
mengikuti setiap proses pembelajaran,
Negeri 68 Kec. Bacukiki Kota Parepare,
lebih berani menyampaikan gagasan dan
dari siklus I (rata-rata 69,33) ke siklus II
melakukan
(81,66).
kegiatan
tanya-jawab
Dengan
demikian,
dapat
bersama guru, sehingga pembelajaran
dikatakan bahwa bahwa penggunaan
inquiry yang berlangsung tampak menjadi
metode inquiry dapat meningkatkan hasil
lebih menarik dan bermakna bagi siswa,
belajar IPA siswa.
Penerapan metode pembelajaran Inquiry
memberikan banyak hal yang positif bagi
Fakta-fakta
siswa, salah satunya dapat dilihat dari
memberikan
peningkatan hasil belajar mata pelajaran
penggunaan metode Inquiry yang dapat
IPA.
meningkatkan hasil belajar IPA kelas V.
penelitian
di
dukungan
atas,
mengenai
Sejumlah kelebihan metode inquiry yang
Penelitian
tindakan
kelas
ini
sejalan
ditemukan
dari
penelitian
yang
telah
dengan penelitian yang dilaporkan oleh
dilakukan, antara lain dapat menjadikan
Umami,
siswa lebih kreatif dalam kegiatan belajar-
dkk.
(2013),
bahwa
kegiatan
inquiry memberikan dampak peningkatan
mengajar,
hasil
pembelajaran
belajar
di
siklus
I
dengan
terlebih
jika
tersebut
proses
menyajikan
diperolehnya ketuntasan dasar klasikal
konteks kehidupan sehari-hari.
73%, aktivitas guru sebesar 88% (berada
Adanya peningkatan hasil belajar siswa
pada kategori baik) dan aktivitas siswa
pada mata pelajaran IPA, tidak lepas dari
sebesar
peran
71%
(berada
pada
kategori
pembelajaran
inquiry
yang
cukup). Tindakan yang dilakukan pada
menuntut siswa untuk bisa belajar secara
siklus II memberikan ketuntasan belajar
mandiri, mampu memecahkan masalah
sebesar 87%, aktivitas yang dilakukan guru
yang
berkategori
dan
keputusan, dan memperoleh kecukupan
aktivitas siswa berkatagori baik yaitu (84%).
keterampilan melalui pengalaman belajar
Semua hasil penelitian Umami, dkk. (2013)
secara
tersebut menunjukkan efektivtas metode
(Kurniasih & Sani, 2015). Dengan demikian,
Inquiry dalam meningkatkan hasil belajar
secara
IPA SD Inpres Bajawali Kecamatan Lariang
metode inquiry dapat meningkatkan hasil
Kabupaten Mamuju Utara.
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 01
sangat
baik
(96%),
disajikan,
Bawen.
Begitu
pula
jika
hasil
penelitian
ini
disandingkan dengan apa yang telah
[77]
kritis dalam
langsung,
logis
dapat
nyata
membuat
dan
diterima
aktif
bahwa
Melinda Puspita Dewi & Firosalia Kristin, Meningkatkan Hasil Belajar IPA…
Parepare. Jurnal Publikasi Pendidikan.
4(2), pp. 107-109.
SIMPULAN
Berdasarkan
tindakan
yang
telah
Rusman. (2012). Belajar dan pembelajaran
berbasis komputer. Bandung: Alfabeta.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 01
Bawen Kecamatan Bawen semester 2
Tahun
Pelajaran
2016/2017
Sagala Syaiful. (2011). Konsep dan makna
pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
dapat
meningkat melalui metode inquiry yang
memuat
langkah-langkah:
mengajukan
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
Jakarta:
Rineka Cipta.
(1)
pertanyaan
atau
Sudjana, N. (2010). Penilaian hasil proses
belajar mengajar. (Cet. XV). Bandung:
PT. Ramaja Rosdakarya.
permasalahan, (2) membuat hipotesis, (3)
mengumpulkan
data,
dan
data, (4) menganalisis
(5)
membuat
simpulan.
Trianto. (2010).
Model pembelajaran
terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Meningkatnya hasil belajar pada mata
pelajaran
IPA
merupakan
sebagai
dampak
dari
penerapan
metode
Umami, R., dkk. (2013). Penerapan metode
inquiry untuk meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas IV Inpres Bajawali
Kecamatan
Lariang
Kabupaten
Mamuju Utara. Jurnal Kreatif Online.
3(2), 157-165.
pembelajaran Inquiry, terlihat dari jumlah
sswa yang tuntas saat pengambilan data
awal 10 siswa (58,33%), lalu menjadi 21
siswa (12,5%) pada siklus I, dan pada siklus
Wardani, N.S., dkk. (2012). Asesmen
pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari
Press.
II menjadi 24 siswa (100%). Penelitian ini
tidak hanya mengukur hasil belajar pada
Wisudawati & Sulistyo. (2014). Metodologi
pembelajaran IPA. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
ranah kognitif saja, tetapi juga melihat
peningkatan ranah afektif dan psikomotor
siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.
Dalam
aspek
afektif,
siswa
yang
mencapai ketuntasan hasil belajar di siklus
I sebanyak 21 siswa (87,5%), dan siklus II
sebanyak 24 siswa (100%). Pada aspek
psikomotor,
siswa
yang
mencapai
ketuntasan di siklus I sebanyak 20 siswa
(83,33%), dan siklus II menjadi 24 siswa
(100%).
REFERENSI
Kurniasih, I. & Sani, B. (2015). Model
pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
Nurjanah. (2016). Peningkatan hasil belajar
IPA menerapkan metode inquiry siswa
kelas V SD Negeri 68 Kec. Bacukiki Kota
[78]