ANALISIS DAYA SAING SENTRA INDUSTRI ALAS KAKI CIBADUYUT DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015.

(1)

ANALISIS DAYA SAING SENTRA INDUSTRI ALAS KAKI

CIBADUYUT DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC

COMMUNITY 2015

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi

Oleh

Alif Rahman Hakim NIM. 1105465

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

ANALISIS DAYA SAING SENTRA INDUSTRI ALAS KAKI CIBADUYUT DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

Oleh

Alif Rahman Hakim 1105465

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

©Alif Rahman Hakim Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS DAYA SAING SENTRA INDUSTRI ALAS KAKI CIBADUYUT DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

Bandung, 31 Juli 2015 Skripsi ini disetujui oleh:

Pembimbing

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS. NIP. 19611022 198603 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

UPI Bandung

Dr. Neti Budiwati, M.Si. NIP. 19630221 198703 2 001


(4)

ABSTRAK

Analisis Daya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

Oleh

Alif Rahman Hakim 1105465

Permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya daya saing yang rendah para pengelola sentra industri alas kaki Cibaduyut dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) yang akan diberlakukan pada bulan Desember 2015, hal ini dapat dilihat dengan menggunakan teori Diamond

Porter’s yang memiliki empat indikator sebagai pengukurnya, yaitu Factor Condition, Demand Condition, Related and Supporting Industry, Firm Strategy, Structure and Rivalty dan Government. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya saing dan kesiapan para pengelola sentra alas kaki Cibaduyut dalam menghadapi AEC 2015. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah para pengusaha alas kaki di Cibaduyut. Sampel yang diteliti sebanyak 11 perusahaan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kombinasi (Mixed Methods) dengan menggunakan angket dan wawancara sebagai alat pengumpul data. Dari hasil penelitian diperoleh temuan bahwa kondisi sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari Factor Condition, Related and Supporting, Firm Strategy, Structure and Rivalty, industri alas kaki Cibaduyut memiliki daya saing yang rendah. Sedangkan jika dilihat dari Demand Condition sentra industri alas kaki Cibaduyut memiliki daya saing yang tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sentra industri alas kaki Cibaduyut memiliki daya saing yang rendah dan kurang siap dalam menghadapi ASEAN Economics Community 2015.


(5)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

ABSTRACT

Competitiveness Analysis in central footwear industries in cibaduyut For Facing The ASEAN Economic Community 2015

by

Alif Rahham Hakim

1105465

The main issue that observed in this research is the low competitiveness of industries performerr in Cibaduyut facing the ASEAN Economic Community (AEC) that will be started in December, 2015. This can be observed by using Diamond Porter’s theory which has four indicators as its parameters including Factors conditions, Demand Conditions, Related and Supporting Industry, Firm Strategy, Structure and Rivalty and the Government. The purpose of this research is to find out the competitiveness and readiness of the footwear idustrial performer in Cibaduyut facing the AEC 2015. The object of this research is the footwear businessman in Cibaduyut. The sample that observed are eleven company by using purposive sampling and snowball sampling technique. The methods that is used in this research is mixed method by using questionnaire and interview as the data collection instrument. Based on this research it can be observed that the cental footwear industries in Cibaduyut in terms of Factor condition, Demand Condition, Firm Strategy, and Structure and Rivalty, Cibaduyut footwear industries shows lack of competitiveness. While in terms of Demand Condition, it shows a good competitiveness. So it can be concluded that Cibaduyut footwear central industries still lack of competitiveness and unready facing the ASEAN Economic Communiy in 2015.

Keyword : ASEAN Economic Community, Diamond Porter’s,


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii BAB 1 PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penulisan ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Manfaat Penulisan ... Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Error! Bookmark not defined. 2.1 Daya Saing (Competitive Advantage) ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1Factor Conditions ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2Demand Conditions ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3Related and Supporting Industries.. Error! Bookmark not defined.

2.1.4Firm strategy, Structure and RivalryError! Bookmark not defined.

2.2 Industri Kecil dan Mikro ... Error! Bookmark not defined. 2.3 ASEAN Economic Community ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Kerangka Berfikir... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined. 3.3 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.3.1Populasi ... Error! Bookmark not defined. 3.3.2Sampel... Error! Bookmark not defined.


(7)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

3.5 Sumber dan Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.6 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Teknis Analis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.7.1Analisis Sebelum di Lapangan... Error! Bookmark not defined. 3.7.2Analisis Selama di Lapangan ... Error! Bookmark not defined.

3.7.2.1 Data Reduction (Reduksi Data)Error! Bookmark not defined.

3.7.2.2 Data Display (penyajian data)Error! Bookmark not defined.

3.7.2.3 Concusion Drawing/ verificationError! Bookmark not defined.

3.8 Validitas dan Realibilitas Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.8.1Uji Kredibilitas... Error! Bookmark not defined.

3.8.1.1 Menggunakan Bahan ReferensiError! Bookmark not defined. 3.8.1.2 Mengadakan Member CheckError! Bookmark not defined. 3.8.2Pengujian Transferability... Error! Bookmark not defined. 3.8.3Pengujian Dependability ... Error! Bookmark not defined. 3.8.4Pengujian Konfirmability ... Error! Bookmark not defined. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .. Error! Bookmark not defined. 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian... Error! Bookmark not defined. 4.1.1Letak Geografis dan Keadaan AlamError! Bookmark not defined.

4.1.2Sejarah Perkembangan Sentra Industri Alas Kaki CibaduyutError! Bookmark not 4.2 Gambaran Umum Responden ... Error! Bookmark not defined.

4.3 Data Variabel Penelitian... Error! Bookmark not defined. 4.4 Analisis Data dan Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

4.4.1Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dilihat Dari Factor

Condition... Error! Bookmark not defined.

4.4.1.1 Tenaga Kerja... Error! Bookmark not defined. 4.4.1.2 Bahan Baku... Error! Bookmark not defined. 4.4.1.3 Modal ... Error! Bookmark not defined.

4.4.1.4 Infrastruktur (Sarana dan Prasarana Perusahaan)Error! Bookmark not de 4.4.2Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dilihat Dari Demand

Condition (Permintaan, Kesukaan dan Selera Konsumen Lokal)Error! Bookmark

4.4.3Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dilihat Dari Related


(8)

4.4.4Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dilihat Dari Firm

Strategy, Structure and Rivalry... Error! Bookmark not defined.

4.4.5Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dilihat Dari

Government (Pemerintah) ... Error! Bookmark not defined.

4.4.6Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dalam Menghadapi

ASEAN Economic Community 2015Error! Bookmark not defined.

4.5 Validitas dan Realibilitas Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.5.1Uji Kredibilitas... Error! Bookmark not defined. 4.5.2Pengujian Transferability... Error! Bookmark not defined. 4.5.3Pengujian Dependability ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daya Saing Negara-negara Anggota ASEAN Tahun 2014-2015 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.2 Sebaran Usaha Alas Kaki di Indonesia Tahun 2010 Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.3 Balai Pengembangan Industri Kecil dan Mikro Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 1.3 Jumlah Tenaga Kerja Industri Alas Kaki CibaduyutError! Bookmark

not defined.

Tabel 1.4 Besaran Nilai Investasi di Industri Alas Kaki Cibaduyut ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.5 Jumlah Produk Per Tahun yang Dihasilkan Alas Kaki Cibaduyut . Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.6 Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik ke Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.7 Jumlah Produsen Alas Kaki Cibaduyut.. Error! Bookmark not defined. Tabel 1.8 Jumlah Infrastruktur yang Terdapat di Sentra Industri Alas Kaki

Cibaduyut Tahun 2012 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.9 Operasional Variabel... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.10 Pernyataan dan Pilihan Jawaban PenelitianError! Bookmark not

defined.

Tabel 4.11 Data Perusahaan yang Menjadi Objek PenelitianError! Bookmark not defined.

Tabel 4.12 Nama Perusahaan dan Pendapatan Bersih Per Tahun... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.13 Data Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.14 Perkembangan Jumlah Tanaga Kerja Industri Alas Kaki Cibaduyut


(10)

Tabel 4.15 Besaran Nilai Investasi di Industri Alas Kaki Cibaduyut ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.16 Jumlah Infrastruktur yang Terdapat di Sentra Industri Alas Kaki

Cibaduyut Tahun 2012 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.17 Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik ke Kota Bandung ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.18 Analisis Perkembangan Jumlah Produsen Alas Kaki Cibaduyut .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.19 Lima Negara Terbesar Tujuan Ekspor Industri Alas Kaki Indonesia Tahun 2010 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.20. Gambaran Produksi Alas Kaki Dunia Tahun 2010 Error! Bookmark

not defined.

Tabel. 4.21 Gambaran Ekspor Alas Kaki Dunia 2010 Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.22 Gambaran Konsumsi Alas Kaki Dunia Error! Bookmark not defined. Tabel 4.23 Gambaran Impor Dalam Pasar Dunia .. Error! Bookmark not defined. Tabel 4.24 Kesimpulan Analisis Penelititan ... Error! Bookmark not defined.


(11)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diamon Model Porter ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.3 Ruang Pelatihan dan Pelayanan UPT Cibaduyut .... Error! Bookmark not defined.


(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Industri Kecil dan Menengah di Indonesia Tahun 2010-2014... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.2 Analisis Kesiapan Faktor Produksi Dalam Mengahadapi AEC

2015 Dilihat Dari Tenaga Kerja ... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.3 Analisis Kesiapan Faktor Produksi Dalam Mengahadapi AEC

2015 Dilihat Dari Bahan Baku ... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.4 Analisis Kesiapan Faktor Produksi Dalam Mengahadapai AEC

2015 Dilihat Dari Modal ... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.5 Analisis Kesiapan Faktor Produksi Dalam Mengahadapai AEC

2015 Dilihat Dari Infrastruktur ... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.6 Analisis Persepsi Jumlah Konsumen Lokal Yang Membeli

Produk IKM Alas Kaki Cibaduyut... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.7 Analisis Persepsi Jumlah Konsumen Lokal Yang Menyukai

Produk IKM Alas Kaki Cibaduyut... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.8 Analisis Persepsi Jumlah Konsumen Lokal Yang Diketahui

Seleranya Oleh Para Pengusaha IKM Alas Kaki CibaduyutError! Bookmark not define Grafik 4.9 Analisis Kesiapan Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015

Dilihat Dari Related Antar PerusahaanError! Bookmark not defined. Grafik 4.10 Analisis Kesiapan Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015

Dilihat Dari Supporting Perusahaan PenunjangError! Bookmark not defined. Grafik 4.11 Analisis Kesiapan Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015

Dilihat Dari Firm Strategy ... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.12 Analisis Kesiapan Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015

Dilihat Dari Structure Pasar ... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.13 Analisis Kesiapan Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015

Dilihat Dari Rivalry ... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.14 Analisis Persepsi Peran Pemerintah Terhadap Perusahaan

Dalam Mengahadapi AEC 2015 Dilihat Dari Program Pengembangan Usaha ... Error! Bookmark not defined.


(13)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

Grafik 4.15 Analisis Persepsi Peran Pemerintah Terhadap Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015 Dilihat Dari Usaha Program Publikasi ... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.16 Analisis Persepsi Pengetahuan Para Pengusaha Terhadap AEC

2015 ... Error! Bookmark not defined. Grafik 4.17 Analisis Persepsi Kesiapan Para Pengusaha Terhadap AEC

2015 ... Error! Bookmark not defined.


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DOKUMENTASI

LAMPIRAN 2 FORMAT KUESIONER DAN WAWANCARA


(15)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1997 tepatnya dalam ASEAN Summit yang diadakan di Kuala Lumpur, para kepala negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 yaitu mewujudkan kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang merata. Dari sinilah muncul ide pembentukan komunitas ASEAN yang memiliki tiga pilar utama, yaitu: (1) ASEAN Security Community, (2)

ASEAN Economic Community, (3) ASEAN Socio-Cultural Community, komunitas

ini pada awalnya akan diterapkan secara penuh pada tahun 2020. Namun, dipercepat menjadi tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan dari pemimpin negara-negara anggota ASEAN (Sholeh, 2013, hal. 1).

Konferensi percepatan menjadi tahun 2015 tersebut dilaksanakan di Bali dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) IX ASEAN pada tahun 2003, konferensi tersebut merupakan sejarah baru bagi solidaritas kawasan Asia Tenggara dengan tercapainya kesepakatan Bali Concord II, dalam pertemuan itu juga menghasilkan

blue print AEC yang intinya bahwa ASEAN sebagai pusat perdagangan regional

yang terintegrasi dan dapat disejajarkan dengan masyarakat Uni Eropa (Suatma, 2012, hal. 1-2)

Dalam blue print tersebut terdapat empat prioritas dalam kerangka ASEAN

Economic Community (AEC) yaitu:

1. Adanya arus barang dan jasa yang bebas (free flow good services); 2. Ekonomi regional yang kompetitif (competitive economic region); 3. Perkembangan ekuitas ekonomi (equitable economic development); 4. Integrasi memasuki ekonomi global (full integration into global

economy).

Blue print menggambarkan sebuah kesiapan dan langkah yang harus dicapai

dan jadwal pembentukan AEC. dalam blue print AEC disebutkan telah memberikan kesempatan negara-negara yang belum siap menghadapi perdagangan bebas ini. Setiap enam bulan antara anggota ASEAN akan melakukan pertemuan guna mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan akan


(16)

membantu negara-negara yang belum siap seperti Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja.

Dalam blue print ini setidaknya terdapat 12 sektor yang menjadi prioritas integrasi dalam AEC yaitu: Produk industri, jasa penerbangan, otomotif,

E-ASEAN, elektronika, perikanan, peralatan kesehatan, produk berbahan baku karet,

tekstil dan garmen, pariwisata, produk berbahan baku kayu, dan jasa logistik. Dengan adanya AEC, maka segala bentuk pajak dan tarif dihilangkan berdasarkan prioritas sektor yang disetujui, sedangkan segala faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal diizinkan bergerak bebas melewati tapal batas sepuluh negara anggota malalui pasar bersama (Suatma, 2012, hal. 2).

Seperti negara ASEAN lainnya, Indonesia kini juga tengah berpacu dengan waktu dalam menyambut pelaksanaan pasar bebas Asia Tenggara tersebut yang akan dimulai pada bulan Desember tahun 2015. Ketika berlangsung ASEAN

Summit ke-9 tahun 2003 ditetapkan 11 Priority Integration Sectors (PIS). Namun,

pada tahun 2006 PIS yang ditetapkan berkembang menjadi 12 yang dibagi dalam dua bagian yaitu tujuh sektor barang industri dan lima sektor jasa. Ke-7 sektor barang industri terdiri atas produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan, produk berbasis karet, tekstil, otomotif, dan produk berbasis kayu. Sedangkan kelima sektor jasa tersebut adalah transportasi udara, E-ASEAN, pelayanan kesehatan, turisme dan jasa logistik (Wangke, Humphrey, 2014, hal. 5).

Dengan adanya kesepakatan tersebut sudah tentu akan memberikan peluang, tantangan dan ancaman bagi negara anggota ASEAN, bagi negara yang bisa bersaing merupakan sebuah peluang dan sebaliknya bagi negara yang tidak bisa bersaing maka ini merupakan ancaman. Kondisi Indonesia sampai dengan sekarang belum dapat dinyatakan sudah siap bahkan cenderung kesepakatan tersebut menjadi ancaman. Diantara negara-negara ASEAN ternyata kinerja daya saing Indonesia lebih buruk dari Thailand, kendati Thailand mengalami gejolak politik yang cukup lama, hal itu sebagaimana tergambar pada tabel di bawah ini:


(17)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

Tabel 1.1

Daya Saing Negara-negara Anggota ASEAN Tahun 2014-2015

Negara Peringakat

Singapura 2

Malaysia 20

Brunei 28

Thailand 31

Indonesia 35

Philipina 52

Vietnam 68

Laos 93

Cambodia 95

Myanmar 134

Sumber :World Economic Forum 2014-2015 (Kemenkeu, 2015)

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 yang dikeluarkan Word Economic Forum

2014-2015, Indonesia hanya menempati peringkat ke-35 jauh dari Malaysia yang

memiliki daya saing lebih baik pada peringkat ke-20, Brunei Darussalam menempati peringkat ke-28, Thailand berada di peringkat ke-31 bahkan Singapura berada pada peringkat ke-2.

Menurut World Economic Forum (WEF) daya saing adalah “Competitiveness is defined as the set of institutions, policies and factors that determine the level of productivity of a country. The level of productivity, in turn, sets the level of prosperity that can be earned by an economy”. (Wef, 2015). Daya

saing didefinisikan sebagai seperangkat institusi, kebijakan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas suatu negara. Tingkat produktivitas pada gilirannya menentukan tingkat kesejahteraan yang dapat diperoleh dengan ekonomi.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa sesungguhnya Indonesia belum siap menghadapi ASEAN Economic Community (AEC), daya saing yang tinggi dapat menggambarkan kondisi perekekonomian yang baik, perhitungan daya saing sangat diperlukan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kebijakan (pemerintah) dan pelaku ekonomi untuk menentukan arah perekonomiannya. Indonesia harus segera mempersiapkan diri lebih serius lagi dalam menghadapi kesepakatan AEC, bila kondisi ini tidak dapat diatasi maka akan menjadi bomerang bagi Indonesia.


(18)

Menurut Asisten Sekretaris Kabinet Bidang Ekomomi dan Pembangunan, Eddy Cahyono mengatakan dinamika perkembangan ekonomi global akhir-akhir ini memberikan sinyal akan pentingnya peningkatan daya saing, AEC akan menjadi tantangan tersendiri bagi Bangsa Indonesia dengan transformasi kawasan ASEAN menjadi pasar tunggal dan basis produksi, sekaligus menjadikan kawasan ASEAN yang lebih dinamis dan kompetitif. Disamping itu, pemberlakuan AEC 2015 mendatang dapat dijadikan peluang bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengingat semakin meningkatkan size ekonomi kawasan, dimana dalam studi Centre

for Strategic and International Studies (CSIS), diprediksikan negara-negara

ASEAN akan berpendapatan total 5,4 triliun dollar AS pada 2030 mendatang. Namun sebaliknya, pemberlakuan AEC 2015 akan dapat menjadikan kita sebagai pecundang belaka, yang ditandai dengan hanya menjadi pasar impor, dan terjebak menjadi negara berpendapatan menengah

(middle income trap), apabila tanpa persiapan yang matang dalam

meningkatkan produktivitas, efesiensi dan daya saing. Beliau menambahkan produktivitas yang tinggi mencerminkan daya saing tinggi dan daya saing tinggi berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Daya saing tinggi menuntut pemenuhan “prasyarat dasar” yang diantaranya meliputi infrastruktur, kualitas kelembagaan birokrasi, stabilitas ekonomi makro, serta pendidikan (Setkab, 2014).

Melihat sangat pentingnya daya saing berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional Dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi Association Of

Southeast Asian Nations (ASEAN), menginstruksikan kepada jajaran pemerintah

di seluruh Indonesia, untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk meningkatkan daya saing nasional dan melakukan persiapan pelaksanaan AEC yang akan dimulai pada Tahun 2015. Diharapkan melalui Inpres tersebut peningkatan daya saing dapat terus ditingkatkan, utamanya dengan mengedepankan beberapa strategi dasar di antaranya:

1. Pengembangan industri nasional yang berfokus pada pengembangan industri prioritas dalam rangka memenuhi pasar ASEAN, pengembangan industri dalam rangka mengamankan pasar dalam negeri. Selanjutnya, pengembangan industri kecil menengah, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penelitian; dan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI);

2. Pengembangan pertanian, dengan fokus pada peningkatan investasi langsung di sektor pertanian, dan peningkatan akses pasar;

3. Pengembangan kelautan dan perikanan, dengan fokus pada penguatan kelembagaan dan posisi kelautan dan perikanan; penguatan daya saing


(19)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

kelautan dan perikanan; penguatan pasar dalam negeri; dan penguatan dan peningkatan pasar ekspor;

4. Pengembangan energi, yang fokus pada pengembangan sub sektor ketenagalistrikan dan pengurangan penggunaan energi fosil (Bahan Bakar Minyak) sub sektor energi baru, terbarukan dan konservasi energi dan peningkatan pasokan energi dan listrik agar dapat bersaing dengan negara yang memiliki infrastruktur lebih baik;

5. Selain itu, masih ada sepuluh sektor pengembangan lainnya, yang meliputi pengembangan infrastruktur, pengembangan sistem logistik nasional, pengembangan perbankan, investasi, usaha mikro, kecil, dan menengah, tenaga kerja, kesehatan, perdagangan, kepariwisataan, dan kewirausahaan.

Strategi pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan di Indonesia untuk saat ini (Tedjasuksmana, 2014, hal. 190-191). Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari:

1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor;

2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar;

3. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat;

4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi;

5. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor masyarakat sehingga mengurangi tingkat kemiskinan dan lain-lain.

Menurut Bank Indonesia ditinjau dari sudut jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja, UMKM dapat dipandang sebagai tulang punggung perekonomian di negara-negara anggota ASEAN. Selain itu, UMKM yang kuat, dinamis dan efisien akan mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bagi Indonesia peran UMKM merupakan sokoguru utama perekonomian. Hal ini dimungkinkan mengingat entitas usaha mikro mencakup baik sektor formal dan informal dengan karakteristik barrier to entry and exit yang rendah. Entitas skala usaha mikro ini juga yang berperan strategis sebagai jaring pengaman rakyat dalam menghadapi krisis dan turbulensi ekonomi (Aminati, 2009, hal. 1).

Salah satu yang masuk kedalam UMKM adalah sentra Industri Kecil dan Mikro (IKM) alas kaki. Perkembangan IKM sendiri di Indonesia dari tahun 2010-2014 terus mengalami pertumbuhan, seperti terlihat dalam Grafik 1.1 dibawah ini:


(20)

Grafik 1.1

Perkembangan Industri Kecil dan Menengah di Indonesia Tahun 2010-2014

(Unit Usaha)

Sumber : Bandan Pusat Statistik Tahun 2015 (diolah)

Menurut Badan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) ada beberapa provinsi yang memiliki sebaran IKM alas kaki yang berpotensi mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian, provinsi-provinsi tersebut masih didominasi berada di wilayah Pulau Jawa, hal ini dikarenakan Pulau Jawa memiliki letak geografis dan infrastruktur yang lebih baik dibanding pulau lainnya. Untuk lebih lengkapnya perhatikan Tabel 1.2 dibawah ini.

Tabel 1.2

Sebaran Usaha Alas Kaki di Indonesia Tahun 2010

(persen)

Provinsi Sebaran Usaha Sebaran Tenaga Kerja

Jawa Barat 49,62 58,86

Jawa Timur 32,3 20,29

DKI Jakarta 4,75 7,98

Sumatera Utara 5,01 5,17

Jawa Tengah 3,74 3,67

Banten 1,3 1,69

Bali 1,53 1,11

Sumatera Barat 1,13 0,84

Yogyakarta 0,21 0,15

Aceh 0,19 0,09

Lainnya 0,22 0,15

Sumber : Peta Potensi dan Profil IKM Alas Kaki Nasional (BPIPI, 2012, hal. 16)

2010 2011 2012 2013 2014

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Mik ro 2.529.847 2.554.787 2.812.747 2.887.015 3.220.563 Kecil 202.877 424.284 405.296 531.351 284.501 Jumlah 2.732.724 2.979.071 3.218.043 3.418.366 3.505.064

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000


(21)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

Berdasarkan Tabel 1.2 diatas Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi yang memiliki sebaran IKM alas kaki terbanyak di Indonesia, dengan sebaran usaha sebanyak 49,62 persen unit usaha menjadikan provinsi Jawa Barat kawasan paling potensial untuk pengembangan IKM alas kaki. Kawasan IKM alas kaki di Provinsi Jawa Barat juga memberikan andil dalam penyediaan lapangan pekerjaan, dengan sebaran tenaga kerja sebanyak 58,86 persen. Hal ini berbeda dengan provinsi lainya yang memiliki sebaran tenaga kerja tidak jauh berbeda dari sebaran usahanya bahkan lebih sedikit dari sebaran usahanya. Seperti Provinsi Jawa Timur yang hanya memiliki sebaran tenaga kerja sebanyak 20,19 persen dibawah sebaran usahanya sebanyak 32,3 persen unit usaha.

Di Provinsi Jawa Barat sudah dibentuk beberapa sentra pengembangan IKM di beberapa tempat dengan didirikannya balai-balai pengembangan IKM, balai pengembangan IKM adalah unit pelaksana teknis bidang pengembangan dan pembinaan IKM di Jawa Barat, bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Perindag Provinsi Jawa Barat. Unit pengembangan ini memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian tugas pokok dinas Perindag dibidang pengembangan dan pembinaan IKM di Provinsi Jawa Barat.

Balai pengembangan perindustrian membawahi sembilan sub unit dan satu rumah kemasan, dari sembilan sub unit pengembangan dan satu rumah kemasan satu-satunya unit pengembangan yang telah didirikan oleh Dinas Provinsi Jawa Barat untuk IKM alas kaki adalah Unit Pengembangan IKM Persepatuan Cibaduyut. Industri alas kaki Cibaduyut sudah familiar dimata konsumen di Kota Bandung bahkan sampai luar kota, tidak heran karena alas kaki Cibaduyut memiliki harga murah tetapi kualitas bagus bahkan Presiden Ir. Joko Widodo pun memakai sepatu Cibaduyut.


(22)

Tabel 1.3

Balai Pengembangan Industri Kecil dan Mikro Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

No Nama IKM Alamat Unit Usaha

Dilayani 1 Sub Unit Pengembangan IKM

Logam Bandung

Jln. Soekarno – Hatta Km 12,5

Kota 210

2 Sub Unit Pengembangan IKM Persepatuan Cibaduyut

Jln. Raya Cibaduyut No. 150

Kota Bandung 850

3 Sub Unit Pengembangan TPT Majalaya

Jln. Babakan No. 41 Majalaya

Kab. Bandung 210

4 Sub Unit Pengembangan IKM Logam Sukabumi

Jln. Siliwangi No. 133 Cisaat

Kab. Sukabumi 639

5 Sub Unit Pengembangan IKM Logam Bogor

Jl. Industri No.55 Ds.Tarikolot,

Kec.Citereup Kab. Bogor 250

6 Sub Unit Pengembangan IKM Perkayuan Sumedang

Jln. Raya Legok – Conggeang

Km. 1 Kab. Sumedang 90

7 Sub Unit Pengembangan Penyamakan Kulit Garut

Jln. Gagak Lumayung Km. 1,5

Sukaregang Kab.Garut 178

8 Sub Unit Pengembangan Kerajinan Tasikmalaya

Jln. Perintis Kemerdekaan Km.

5 Kota Tasikmalaya 961

9 Sub Unit Pengembangan Rotan Cirebon

Jln. Tegal wamgi No.1 Kab.

Cirebon 352

10 Rumah Kemasan Jln. Parabon III No.1 Kota

Bandung 256

Sumber : Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2014-2015 dalam (Disperindag, 2014)

Namun, disaat sekarang Indonesia akan mengahadapi AEC industri alas kaki Cibaduyut mengalami berbagai permasalahan, mulai dari pengurangan tenaga kerja, penurunan hasil produksi, berkurangnya produsen dan struktur pasar yang kurang kondusip. Sebelumnya kawasan Cibaduyut, Kec. Bojongloa Kidul merupakan kawasan industri alas kaki yang cukup potensial untuk menambah daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Keberadaan kawasan sentera alas kaki ini tentu saja menjadi kebanggan warga Kecamatan Bojongloa


(23)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

alas kaki di Kota Bandung. Disana pengunjung dapat membeli beraneka ragam sandal dan sepatu yang harganya jauh lebih murah dari tempat-tempat lain. Semakin lama kawasan industri alas kaki Cibaduyut berdiri, semakin banyak mengembangkan produk yang dijual, produk-produk lainnya yang kini dijual diantaranya adalah dompet, tas, topi, jaket dan ikat pinggang yang diproduksi dan dijual di kawasan sentra alas kaki Cibaduyut ini (Febrianto, 2014).

Industri alas kaki Cibaduyut kini diprediksi akan kalah bersaing dengan industri alas kaki dari negara lainnya, terutama negara-negara ASEAN yang menjadi pesaing utama dalam AEC. Permasalahan tersebut tentu akan berdampak pada kondisi perekonomian secara mikro maupun makro. Secara mikro, bila hasil produk Industri alas kaki Cibaduyut kalah bersaing dengan produksi impor baik secara kuantitas maupun kualitas, maka dalam perhelatan AEC industri alas kaki Cibaduyut hanya akan menjadi penonton saja, artinya hanya akan dijadikan pangsa pasar yang empuk bagi industri alas kaki dari negara lainnya, tentunya hal ini bila tidak segera diantisipasi akan berdampak pada skala makro.

Berdasarkan teori dari Michael Eugene Porter tentang keunggulan kompetitif Diamond Porter’s, yang meliputi 4 faktor yaitu: (1) Factor conditions, mengacu pada input yang digunakan sebagai faktor produksi, seperti tenaga kerja, sumber daya alam, modal dan infrastruktur, (2) Demand conditions, mengacu pada tersedianya pasar domestik yang siap berperan menjadi elemen penting dalam menghasilkan daya saing, (3) Related and Supporting Industries, mengacu pada tersedianya serangkaian dan adanya keterkaitan kuat antara industri pendukung dan perusahaan, hubungan dan dukungan ini bersifat positif yang berujung pada peningkatan daya saing perusahaan, dan (4) Firm strategy,

Structure and Rivalry, mengacu pada strategi dan struktur yang ada pada sebagian

besar perusahaan dan intensitas persaingan pada industri tertentu (Porter, 1993). Faktor pertama yang berpengaruh terhadap daya saing adalah tenaga kerja, tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses produksi, dengan adanya tenaga kerja yang banyak dan juga kompetitif maka akan menciptakan hasil yang lebih baik. Tetapi, berbeda dengan keadaan jumlah tenaga kerja yang ada di industri alas kaki Cibaduyut yang setiap tahunnya semakin berkurang.


(24)

Tabel 1.3

Jumlah Tenaga Kerja Industri Alas Kaki Cibaduyut

(orang/jiawa)

Tahun Pekerja

2008 6045

2009 6045

2010 2851

2011 3468

2012 2719

Sumber : Harian Kompas 2014 dalam (Febrianto, 2014, hal. -)

Pada Tabel 1.3 diatas dapat kita lihat bahwa sejak tahun 2009 tenaga kerja yang ada di industri alas kaki Cibaduyut semakin berkurang, meskipun ada kenaikan pada tahun 2011 dengan jumlah 3468 orang, tetapi sangat jauh penurunannya dari tahun 2009 sebanyak 6045 orang menjadi 2719 orang pada tahun 2012, ada sekitar 2577 orang yang keluar dari industri alas kaki Cibaduyut.

Selain tenaga kerja, modal juga merupakan faktor yang penting dengan tersedianya modal yang lebih besar akan menciptakan hasil produksi yang lebih banyak pula, sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen lebih banyak yang akan dikonversi menjadi hasil penjualan/ laba yang lebih besar. Sumber modal di industri alas kaki Cibaduyut setiap tahunnya juga mengalami penurunan.

Tabel 1.4

Besaran Nilai Investasi di Industri Alas Kaki Cibaduyut

(ribu rupiah)

Tahun Nilai Investasi

2007 23.720.675

2008 23.720.675

2009 20.064.448

2010 19.004.956

2011 5.109.900

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag Kota Bandung dalam (Iqbal, 2013,

hal. 4)

Berdasarkan Tabel 1.4 diatas dari mulai tahun 2007 nilai investasi modal di sentra industri alas kaki Cibaduyut mengalami penurunan, para investor semakin enggan untuk menanampakan modalnya di industri alas kaki Cibaduyut. Tentunya data tersebut menunjukkan adanya permasalahan, dengan semakin berkurangnya


(25)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

nilai investasi akan berimbas pada hasil produksi. Seperti terjadi pada Tabel 1.5 berikut:

Tabel 1.5

Jumlah Produk Per Tahun yang Dihasilkan Alas Kaki Cibaduyut

(pcs)

Tahun Produk Per Tahun

2007 4.046.700

2008 4.092.300

2009 3.425.424

2010 3.114.022

2011 1.860.000

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag Kota Bandung dalam (Iqbal, 2013,

hal. 5)

Pada Tabel 1.5 diatas menggambarkan bahwa sejak tahun 2008 hasil produksi industri alas kaki Cibaduyut mengalami penurunan, hal ini sesuai dengan jumlah modal/ investasi yang setiap tahunnya sejak tahun 2007 mengalami penurunan. Disisi lain, jumlah pengunjung yang datang ke Kota Bandung setiap tahunnya mengalami peningkatan. Seperti digambarkan pada Tabel 1.6 dibwah ini:

Tabel 1.6

Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik ke Kota Bandung

(orang/jiwa)

Tahun Wisatawan Domestik

2009 35.834.475

2010 34.647.240

2011 36.712.729

2012 39.467.642

2013 44.663.441

Sumber: Dinas Pariwisata Kota Bandung 2013 dalam (Ramadhanita, 2014, hal.

2)

Bila jumlah pengunjung yang besar tersebut tidak terpenuhi kebutuhan alas kakinya dengan baik dikarenakan hasil produksinya yang tidak mencukupi maka sangat disayangkan. Sebuah peluang yang baik untuk menjadikan industri alas kaki Cibaduyut dapat bersaing dengan industri-industri alas kaki yang lainnya baik itu industri dalam negeri maupun asing.


(26)

Permasalahan tersebut belum selesai, kini sentra industri alas kaki Cibaduyut dihadapkan dengan kesepakan AEC yang akan segera bergulir pada bulan Desember 2015. AEC yang seharusnya dapat menjadi peluang dengan prediksi jumlah wisatawan asing akan meningkat setiap tahunnya. Peningkatan tersebut harus diimbangi dengan menciptakan produk yang memenuhi keinginan konsumen, baik itu dari kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas dan kualitas produk harus diciptakan lebih baik, dengan adanya jumlah produksi yang mencukupi dan kualitas yang baik maka dapat mendorong penciptaan daya saing yang tinggi.

Seiring dengan jumlah produksi yang semakin berkurang, masalah lainnya adalah adanya pengurangan jumlah produsen, pengurangan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adanya pengurangan jumlah tenaga kerja. Pengurangan tenaga kerja juga bisa terjadi akibat adanya tuntutan gaji yang tinggi menyebabkan para produsen mengurangi jumlah tenaga kerjanya, dari pengurangan tenaga kerja tersebut akan berdampak pada hasil produksi sehingga sebagian distributor lebih memilih untuk gulung tikar atau menutup tokonya.

Tabel 1.7

Jumlah Produsen Alas Kaki Cibaduyut

(unit)

Tahun Jumlah Produsen

2008 861

2009 848

2010 845

2011 828

2012 828

Sumber: Ema Nur Arifah, Detik Bandung 2012 dalam (Febrianto, 2014)

Semetara itu, jumlah infrastruktur yang tersedia di industri alas kaki Cibaduyut belum memadai, masih harus ditambah dan diperbaiki bila ingin bersaing di AEC 2015. Berdasarkan Tabel 1.8 dibawah pada tahun 2012 dengan jumlah pengunjung yang banyak dan juga meningkat setiap tahunnya, hanya memiliki 176 showroom/ outlet/ toko, 4 pusat perdagangan dan lain sebagainya. Keadaan ini tentunya masih sangat kurang, pemerintah selaku penyedia sarana dan prasarana publik seharusnya dapat menyediakan infrastruktur yang lebih baik agar industri alas kaki Cibaduyut dapat bersaing di AEC 2015.


(27)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

Tabel 1.8

Jumlah Infrastruktur yang Terdapat di Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut Tahun 2012

No. Fasilitas Jumlah

1 Showroom/ outlet/toko 176

2 Pusat perdagangan 4

3 Toko bahan baku dan penunjang 38

4 Industri shoelast 8

5 Industri alat/sparepart 3

6 Industri kemasan 15

7 Industri sol karet 5

Sumber: Unit Pelayanan Teknis (UPT) Industri Alas Kaki Cibaduyut, 2013 dalam

(Fauzi & Tjokropandojo, 2013, hal. 120)

Melihat berbagai permasalahan tersebut, Dinas Industri Mikro dan Kecil Provinsi Jawa Barat seharusnya lebih berbenah dengan ekstra, terlebih lagi para pengelola industri alas kaki Cibaduyut dalam menghadapi AEC 2015. Melihat data dan indikator teori Diamond Porter’s yang sudah disampaikan diatas daya saing industri alas kaki Cibaduyut sangat rendah dan tidak menguntungkan bahkan cenderung memprihatinkan, baik itu dari sisi tenaga kerja, hasil produksi, infrastruktur dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini peneliti akan meneliti sebuah judul skripsi “Analisis Daya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut Dalam Menghadapi Asian Economic Community 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang, maka penulis akan mengambil rumusan masalahnya sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari

Factor Condition dalam menghadapi AEC 2015?

1.2.2 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari

Demand Condition dalam menghadapi AEC 2015?

1.2.3 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari

Related and Supporting Industry dalam menghadapi AEC 2015?

1.2.4 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari


(28)

1.2.5 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari

Government dalam mengahadapi AEC 2015?

1.2.6 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari

Opportunities dalam memenangkan AEC 2015?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari Factor Condition dalam menghadapi AEC 2015.

1.3.2 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari Demand Condition dalam menghadapi AEC 2015.

1.3.3 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari Related and Supporting Industry dalam menghadapi AEC 2015.

1.3.4 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari Firm Strategy, Structur and Rivalty dalam menghadapi AEC 2015.

1.3.5 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari Government dalam menghadapi AEC 2015.

1.3.6 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari Opportunities dalam memenangkan AEC 2015.

1.4 Manfaat Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti berharap hasil penelitian ini akan memberikan manfaat pada beberapa instansi sebagai berikut:

1.4.1 Bagi akademisi, dengan adanya penelitian skripsi ini mudah-mudahan dapat memberikan sumbangsi referensi informasi dan keilmuan supaya dapat memberikan masukan terhadap para pelaku ekonomi khususnya para pengelola sentra industri alas kaki Cibaduyut dalam menghadapi ASEAN Economy Community 2015 sehingga akan siap menghadapinya dan tercipta daya saing yang tinggi.


(29)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

menentukan kebijakan-kebijakan yang strategis dalam menghadapi

ASEAN Economic Community 2015. Sehingga Dinas Perindustrian

Kecil dan Mikro akan lebih siap dan kompetitif.

Bagi pengelola industri alas kaki Cibaduyut, peneliti mempunyai harapan besar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan data dan informasi, sehingga dengan adanya penelitian ini para pengelola IKM alas kaki Cibaduyut khususnya lebih mengetahui peluang dan tantangan yang akan dihadapi dalam ASEAN Economic Community 2015.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. (Larasati, 2013, hal. 43). Objek penelitian ini adalah sentra industri alas kaki Cibaduyut Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kombinasi (mixed method). Metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif (Sugiyono, 2014, hal. 397). Sejalan dengan pengertian tersebut Johnson dan Cristiensen (2007) dalam (Sugiyono, 2013, hal. 404) memberikan definisi tentang metode penelititan kombinasi (mixed research) adalah Research that

involvethe mixing of quantitative and qualitative approach. Selanjutnya Creswell

(2009) dalam (Sugiyono, 2014, hal. 398) memberikan definisi tentang mixed

method research adalah „is an approach to inquiry that combines or associated both qualitative quantitative forms of research. It involves philosophical assumtions the use of quantitative and qualitative approaches, and the mixing of both approached in a study‟.

Metode penelitian kombinasi merupakan pendekatan dalam penelitian yang mengkombinasikan atau menghubungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Hal itu mencakup landasan filosofis, penggunaaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan mengkombinasikan pendekatan dalam penelitian.

Johnson dan Cristensen (2007) dalam (Sugiyono, 2014, hal. 405) mengemukakan bahwa, variasi metode kobinasi merupakan interaksi antara dua aspek, yaitu Time Order Decision (waktu mengkombinasikan) dan Paradigm

Emphasis Desicion (dominasi bobot kombinasi metode). Masih dalam sumber

yang sama pada Time Order Decision meliputi dua aspek yaitu concurrent (kombinasi dicampur) dan sequential (kombinasi berurutan), sedangkan pada


(31)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

aspek Paradigm Emphasis Decision meliputi aspek Dominant Status (bobot tidak sama) dan Equal Status (bobot sama).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kombinasi model atau desain concurrent embedded (campuran tidak seimbang). Metode kombinasi model concurrent embedded adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara tidak seimbang, dalam satu kegiatan penelitian mungkin 70% menggunakan metode kuantitatif dan 30% metode kualitatif atau sebaliknya. Metode tersebut digunakan secara bersama-sama, dalam waktu yang sama, tetapi independen untuk menjawab rumusan masalah yang sejenis (Sugiyono, 2014, hal. 537).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Dalam penelitian kuantitaif populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014, hal. 119). Sedangkan dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh spradley

dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (acitvity) yang beriteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2014, hal. 297)

3.3.2 Sampel

Dalam penelitian kuantitatif sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2014, hal. 120).

Dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling


(32)

tahu tentang apa yang diharapkan atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/ situasi sosial yang diteliti, sedangkan snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar, hal ini dilakkan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data (Sugiyono, 2014, hal. 302).

3.4 Operasional Variabel

Tabel 3.9 Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Analisis Konsep Empiris

Daya Saing

Menurut model

“diamond of advantage” dari Porter, suatu kawasan secara alamiah

akan mengembangkan

keunggulan kompetitif berdasarkan kemampuan inovasi dari perusahan-perusahan yang ada di dalamnya dan vitalitas ekonomi suatu wilayah

merupakan hasil

langsung dari persaingan industri yang ada di kawasan tersebut (Porter, 1993)

Sejumlah jawaban terkait daya saing dan kesiapan sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dengan Indikator sebagai berikut:

1. Fak tor Produk si (meliputi: tenga kerja, bahan baku, Modal, Infrastruktur)

2. Deman Condition (meliputi: permintaan pasar domestik) 3. Related and

Supporting Industry (meliputi: hubungan industri dan dukungan antar industri)

4. Firm Strategy, Structure and Rivalty (meliputi: Strategi dan Struktur Pasar) 5. Government (meliputi:

dukungan pemerintah) 6. Opportunities

(meliputi: kesempatan)

Dalam penelitian kombinasi, kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak menggunakan kuesioner, wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiono, 2013). Oleh sebab itu dalam penelitian ini peneliti melakukan ketiga teknik penelitian tersebut.

1. Kuesioner 2. Wawancara

a. Berapa banyak tenaga kerja yang bekerja?

b. Seberapa tersedia faktor produksi untuk produksi Alas Kaki Cibaduyut?

c. Berapa banyak modal yang diperlukan oleh setiap industri? d. Seberapa lengkap infrastruktur

yang tersedia untuk membantu pergerakan pasar Alas Kaki Cibaduyut

3. Dokumentasi

a. Membuat video penelitian b. Memotret aktivitas penelitian c. Merekam


(33)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

Untuk melihat lebih jelas penggunaan konsep empirisnya, berikut merupakan bentuk pernyataan dan pilihan jawabannya.

Tabel 3.10

Pernyataan dan Pilihan Jawaban Penelitian

No Pernyataan Nilai

1 2 3 4

Factor Condition

1

T enaga kerja yang ada diperusahaan sudah siap bersaing dengan

perusahaan lain. T erutama

perusahaan asing baik secara jumlah dan kualitasnya.

Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap

2

Sumber daya alam yang diperlukan oleh perusahaan sudah siap untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. T erutama perusahaan asing.

Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap

3

Modal yang tersedia di perusahaan sudah siap untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. T erutama perusahaan asing.

Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap

4

Infrastruktur (sarana dan prasarana) yang ada sudah siap digunakan untuk membantu usaha yang dijalankan.

Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap

Demand Condition 5

Jumlah konsumen lokal banyak yang membeli produk alas kaki perusahaan anda.

Tidak Banyak Kurang Banyak Banyak Sangat Banyak

6

Konsumen dalam negeri lebih

menyukai produk alas kaki

Cibaduyut daripada produk alas kaki luar negeri.

Tidak Menyukai Menyukai Kurang Menyukai Menyukai Sangat

7

Perusahaan mengetahui selera konsumen lokal dalam memilih produk yang mereka inginkan

Tidak Mengetahui

Kurang

Mengetahui Mengetahui

Sangat Mengetahui

Related And Supporting

8 Jumlah pemasok bahan baku sudah memenuhi kebutuhan perusahaan.

Tidak Mem enuhi

Kurang

Mem enuhi Mem enuhi

Sangat Mem nuhi

9 Jumlah distributor sudah memenuhi untuk pemasaran produk perusahaan.

Tidak Mem enuhi

Kurang

Mem enuhi Mem enuhi

Sangat Mem nuhi

Firm strategy, structure and rivalry 10

Strategi perusahaan yang dimiliki sudah siap bersaing dengan

perusahaan lain. T erutama

perusahaan asing.

Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap

11

Perusahaan sudah siap bersaing dengan perusahaan lainnya di Cibadyut.

Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap

12

Perusahaan mempunyai strategi khusus untuk memenangkan pasar global.

Tidak Mem punyai

Kurang

Mem punyai Mem punyai

Sangat Mem punyai

Government

13 Bantuan pemerintah dalam

pengembangan perusahaan.

Tidak m em bantu

Kurang

m em bantu Mem bantu

Sangat m em bantu

14 Publikasi Pemerintah t entang Masyarakat Ekonomi ASEAN

Tidak Menginformasikan

Kurang

Menginformasikan Menginformasikan

Sangat Menginfomasikan Opportunity

15 Pengetahuan para pengusaha tentang Maysarakat Ekonomi ASEAN

Tidak m engetahui

Kurang

m engetahui Mengetahui

Sangat m engetahui

16

Kesipan para pengusaha dalam mengahadapi Masyarakat Eknomi ASEAN

Tdak Siap Kurang Siap Siap Sem akin Siap

17

Peluang perusahaan dalam

memenangkan perdagangan di

Masyarakat Ekonomi ASEAN

Tidak Berpeluang

Kurang

Bereluang Berpeluang

Sangat Berpeluang


(34)

3.5 Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data

lebih banyak pada obesrvasi berperanserta (participation oberservation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2013, hal. 309). Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti melakukan ketiga teknik penelitian tersebut.

3.7 Teknis Analis Data

Dalam penelitian kuantitatif teknis analis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014, hal. 199).

Sedangkan dalam penelitian kualitatif data diperoloeh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (tringulasi) dan dilakukan secara terus menerus samapai datanya jenuh, analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan (Sugiyono, 2014, hal. 331).

3.7.1 Analisis Sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun, demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan (Sugiyono, 2014, hal. 334).


(35)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

3.7.2 Analisis Selama di Lapangan

Analisis data penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Miles and Huberman (Sugiyono, 2014, hal. 334). Dengan langkah-langkah sebagi berikut:

3.7.2.1 Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. (Sugiyono, 2013, hal. 338).

3.7.2.2 Data Display (penyajian data)

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdsarkan apa yang telah dipahami tersebut. Bila telah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat dikumpulkan dilapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif berdasarkan data-data yang ditemukan dilapangan dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus (Sugiyono, 2014, hal. 339)

3.7.2.3 Concusion Drawing/ verification

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitataif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitataif yang diharapkan adalah


(36)

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2013)

3.8 Validitas dan Realibilitas Penelitian

Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Sedangkan validitas eksternal berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelititan dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Realibilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Uji keabsahan data dalam penelitan kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),

transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas) dan comfirmability

(obyektivitas) (Sugiyono, 2013, hal. 366). 3.8.1 Uji Kredibilitas

3.8.1.1 Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi disi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.

3.8.1.2 Mengadakan Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

3.8.2 Pengujian Transferability

Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkanya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. 3.8.3 Pengujian Dependability

Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.


(37)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

3.8.4 Pengujian Konfirmability

Pengujian konfirmbility dalam penelititan kualitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelititan telah disepakati banyak orang.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan mengacu pada Teori Diamond Porter’s ada beberapa kesimpulan,yaitu:

5.1.1 Dilihat dari Factor Condition yang terdiri dari jumlah tenaga kerja, ketersediaan bahan baku, ketersediaan modal dan infrastruktur industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;

5.1.2 Dilihat dari Demand Condition yang terdiri dari permintaan, kesukaan dan selera konsumen lokal sentra industri alas kaki Cibaduyut memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;

5.1.3 Dilihat dari Related and Supporting yang terdiri dari hubungan dan dukungan antar perusahaan sentra industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;

5.1.4 Dilihat dari Firm Strategy, Structur and Rivalty yang terdiri dari strategi perusahaan, struktur atau kedudukan perusahaan dan persaingan global sentra industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;

5.1.5 Dilihat dari Government yang terdiri dari program pengembangan pemerintah dan publikasi ASEAN Economic Community 2015 industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;

5.1.6 Dilihat dari Opportunity industri alas kaki Cibaduyut dalam mengahadapi ASEAN Economic Community 2015 yang terdiri dari pengetahuan, kesiapan dan peluang perusahaan kurang memiliki daya saing dalam memenangkan AEC 2015.

Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan teori Diamond Porter’s secara rata-rata sentra industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing menghadapi dan memenangkan ASEAN Economics Community 2015.


(39)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan dan dapat dijadikan acuan untuk menanggulangi permasalahan daya saing di sentra IKM alas kaki Cibaduyut, yaitu:

5.2.1 Harus ada kerjasama antara akademisi (academic) sekalu pihak yang melakukan dan memberikan informasi berdasarkan hasil penelitian, perusahaan (business) selaku pihak yang menjalankan usaha dan pemerintah (government) selaku pihak yang berwenang membuat kebijakan-kebijakan yang tepat. Atau dalam arti lain konsep ini dinamakan dengan Triple Helix ABG.

5.2.2 Para pengusaha harus mempunyai dan menciptakan prinsip Triple-Co, yaitu Co-Ownership (rasa kepemilikan bersama), Co-Determination (rasa memutuskan bersama) dan Co-Responsibility (rasa tanggung jawab bersama. Karena menurut peneliti berdasarkan pengamatan dilapangan langkah yang paling strategis untuk mengahadapi AEC 2015 adalah adalah keberjamaahan (kebersamaan), seperti yang telah dilakukan oleh negera China.

5.2.3 Harus diadakan pelatihan untuk para pengusaha dan tenaga kerja baru, para pengusaha diajarkan tentang manajerial perusahaan dan tenaga kerja baru diajarkan tentang proses pembuatan alas kaki yang baik dari para ahli profesional, hal ini untuk menyerap kembali tenaga kerja yang telah keluar, pelatihan ini seharusnya diadakan oleh pihak pemerintah.

5.2.4 Pemerintah harus sering mengadakan publikasi tentang ASEAN

Economic Community, karena meski sebentar lagi publikasi tersebut

penting supaya para pengusaha mengetahui tantangan dan peluangnnya.

5.2.5 Untuk penelitian selanjutnya, peneliti berharap akan ada penelitian tentang efektivitas sistem manajerial IKM di Cibaduyut, karena sistem manajerial merupakan dasar dari penelitian daya saing, dan juga hal ini sangat penting untuk memprediksi dan menciptakan daya saing yang lebih baik.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, E. R. (2009). Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Laboratorium Prodi Pendidikan Ekonomi UPI Bandung.

Alma, B. (2012). Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Aminati, R. E. (2009). Kajian Menengai Rumusan Standar Minimum Laporan

Keuangan dan Busniness Plan Untuk KUKM. Jakarta: Bank Indonesia.

Bakhri, B. S. (2015). Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Dari Perspektif Daya Saing Nasional. Jurnal Economica, 21-28.

BPIPI, B. P. (2012). Peta Potensi dan Profil IKM Alas Kaki Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah.

BPS. (2015). Industri Kecil dan Mikro. Jakarta: Badan PUsat Statistik.

Budiwati, N. S. (2010). Manajemen Keuangan Koperasi Konsep dan Aplikasi. Bandung : Laboratorium Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia. Disperindag. (2014, Januari 1). Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Jawa Barat. Dipetik Juni 1, 2015, dari disperindag.jabarprov.go.id:

http://disperindag.jabarprov.go.id/balai/7

Fauzi, R. A., & Tjokropandojo, D. S. (2013). Keberlanjutan Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut Sebagai Pusat Pengembangan Ekonomi Lokal. Sekolah

Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB, 117-126.

Febrianto, Y. F. (2014). Profil dan Tanggapan Wisatawan Kawasan Wisata

Belanja Cibaduyut. Bandung: Ropository.upi.edu.

Guza, A. (2008). Undang-undang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta: Penerbit Asa Mandiri.

Iqbal, R. M. (2013). Pengaruh Kreativitas Usaha Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sepatu di Sentra Industri Persepatuan Cibaduyut.

repository.upi.edu.

Kaunang, W. R. (2013). Daya Saing Ekspor Komoditi Minyak Kelapa Sulawesi Utara. Jurnal Emba, 1304-1316.


(41)

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

Kemenkeu. (2015, Juni 1). kementerian keuangan. Dipetik September 18, 2014, dari kemenkeu.go.id: http://www.kemenkeu.go.id/Berita/peringkat-34-dari-144-negara-indeks-daya-saing- indonesia-kembali-meningkat

Kominfo. (2014). Association of Southeast Asian Nation "Komunitas ASEAN

2015". -: Ministry of Communication and Information Technology

Director General of Information and Public Communication.

Larasati, A. D. (2013). Analisis Daya Saing Industri Roti Di Kota Bogor. Skripsi. Maryaningsih, N., Hermansyah, O., & Savitri, M. (2014). Pengaruh Infrastruktur

Terhadap Perekonomian Ekonomi Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter

dan Perbankan, 62-98.

Mulyadi, S. (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Porter, M. E. (1993). Keunggulan Bersaing. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Radiansyah, D. (2012). Analisis Kontribusi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Regional di Indonesia (Periode Tahun 1998-2008). Jakarta:

Universitas Indonesia.

Ramadhanita, R. A. (2014). Pengaruh Produk dan Cintra Saung Angklung Udjo Sebagai Wisata Budaya Terhadap Keputusan Berkunjung.

Repository.upi.edu.

Roshidi, S. (2005). Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi

Mikro dan Makro. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Setkab. (2014, September 30). sekretaris kabinet. Dipetik Juni 1, 2015, dari setkab.go.id: http://setkab.go.id/peningkatan-daya-saing-ekonomi-dan-peran-birokrasi/

Sholeh. (2013). Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi AEC 2015. eJournal

Ilmu Hubungan Internasional, 1-14.

Sijabat, E. K. (2012). Persaingan Industri Kertas Indonesia Analisis Structure Conduct Performance dan Ekonometrik dari Pabrik Kertas Industri. Tesis, -.

Soemarno. (2011). Ekosistem dan Wilayah. Bahan Kajian MK Dinamika


(42)

Suatma, J. (2012). Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic

Community 2015. Jurnal Stie Semarang, 1-7.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Suharto, R., & Devie. (2013). Analisa Pengaruh Supply Chain Management terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan. Business Accounting Review. VOL. 1. NO 2, , -.

Suparmoko, M. (2012). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Suatu

Pendekatan. Yogyakarta: BPFE.

Tedjasuksmana, B. (2014). Potret Umkm Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. The 7th NCFB and Doctoral Colloquium 2014, 189-202.

UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

UUD, U. (2008). Undang-undang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Jakarta: Asa Mandiri.

Wangke, Humphrey. (2014). Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional, 5-8.

Wef. (2015, January 1). World Economic Forum. Dipetik juni 1, 2015, dari www.weforum.org: http://www.weforum.org/reports/global-competitiveness-report-2014-2015

Wiyadi. (2009). Pengukuran Indeks Daya Saing Industri Kecil Dan Menengah Di Jawa Tengah. Jurnal Siasat Bisnis, 77-92.


(43)

85

Alif Rahman Hakim, 2015

Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DOKUMENTASI

LAMPIRAN 2 FORMAT KUESIONER DAN WAWANCARA

LAMPIRAN 3 DATA-DATA


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan mengacu pada Teori Diamond Porter’s ada beberapa kesimpulan,yaitu:

5.1.1 Dilihat dari Factor Condition yang terdiri dari jumlah tenaga kerja, ketersediaan bahan baku, ketersediaan modal dan infrastruktur industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;

5.1.2 Dilihat dari Demand Condition yang terdiri dari permintaan, kesukaan dan selera konsumen lokal sentra industri alas kaki Cibaduyut memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;

5.1.3 Dilihat dari Related and Supporting yang terdiri dari hubungan dan dukungan antar perusahaan sentra industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;

5.1.4 Dilihat dari Firm Strategy, Structur and Rivalty yang terdiri dari strategi perusahaan, struktur atau kedudukan perusahaan dan persaingan global sentra industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;

5.1.5 Dilihat dari Government yang terdiri dari program pengembangan pemerintah dan publikasi ASEAN Economic Community 2015 industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;

5.1.6 Dilihat dari Opportunity industri alas kaki Cibaduyut dalam mengahadapi ASEAN Economic Community 2015 yang terdiri dari pengetahuan, kesiapan dan peluang perusahaan kurang memiliki daya saing dalam memenangkan AEC 2015.

Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan teori Diamond Porter’s secara rata-rata sentra industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing menghadapi dan memenangkan ASEAN Economics Community 2015.


(2)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan dan dapat dijadikan acuan untuk menanggulangi permasalahan daya saing di sentra IKM alas kaki Cibaduyut, yaitu:

5.2.1 Harus ada kerjasama antara akademisi (academic) sekalu pihak yang melakukan dan memberikan informasi berdasarkan hasil penelitian, perusahaan (business) selaku pihak yang menjalankan usaha dan pemerintah (government) selaku pihak yang berwenang membuat kebijakan-kebijakan yang tepat. Atau dalam arti lain konsep ini dinamakan dengan Triple Helix ABG.

5.2.2 Para pengusaha harus mempunyai dan menciptakan prinsip Triple-Co, yaitu Co-Ownership (rasa kepemilikan bersama), Co-Determination (rasa memutuskan bersama) dan Co-Responsibility (rasa tanggung jawab bersama. Karena menurut peneliti berdasarkan pengamatan dilapangan langkah yang paling strategis untuk mengahadapi AEC 2015 adalah adalah keberjamaahan (kebersamaan), seperti yang telah dilakukan oleh negera China.

5.2.3 Harus diadakan pelatihan untuk para pengusaha dan tenaga kerja baru, para pengusaha diajarkan tentang manajerial perusahaan dan tenaga kerja baru diajarkan tentang proses pembuatan alas kaki yang baik dari para ahli profesional, hal ini untuk menyerap kembali tenaga kerja yang telah keluar, pelatihan ini seharusnya diadakan oleh pihak pemerintah.

5.2.4 Pemerintah harus sering mengadakan publikasi tentang ASEAN Economic Community, karena meski sebentar lagi publikasi tersebut penting supaya para pengusaha mengetahui tantangan dan peluangnnya.

5.2.5 Untuk penelitian selanjutnya, peneliti berharap akan ada penelitian tentang efektivitas sistem manajerial IKM di Cibaduyut, karena sistem manajerial merupakan dasar dari penelitian daya saing, dan juga hal ini sangat penting untuk memprediksi dan menciptakan daya saing yang lebih baik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, E. R. (2009). Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Laboratorium Prodi Pendidikan Ekonomi UPI Bandung.

Alma, B. (2012). Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Aminati, R. E. (2009). Kajian Menengai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan dan Busniness Plan Untuk KUKM. Jakarta: Bank Indonesia. Bakhri, B. S. (2015). Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi

ASEAN 2015 Dari Perspektif Daya Saing Nasional. Jurnal Economica, 21-28.

BPIPI, B. P. (2012). Peta Potensi dan Profil IKM Alas Kaki Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah.

BPS. (2015). Industri Kecil dan Mikro. Jakarta: Badan PUsat Statistik.

Budiwati, N. S. (2010). Manajemen Keuangan Koperasi Konsep dan Aplikasi. Bandung : Laboratorium Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia. Disperindag. (2014, Januari 1). Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Jawa Barat. Dipetik Juni 1, 2015, dari disperindag.jabarprov.go.id: http://disperindag.jabarprov.go.id/balai/7

Fauzi, R. A., & Tjokropandojo, D. S. (2013). Keberlanjutan Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut Sebagai Pusat Pengembangan Ekonomi Lokal. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB, 117-126. Febrianto, Y. F. (2014). Profil dan Tanggapan Wisatawan Kawasan Wisata

Belanja Cibaduyut. Bandung: Ropository.upi.edu.

Guza, A. (2008). Undang-undang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta: Penerbit Asa Mandiri.

Iqbal, R. M. (2013). Pengaruh Kreativitas Usaha Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sepatu di Sentra Industri Persepatuan Cibaduyut. repository.upi.edu.

Kaunang, W. R. (2013). Daya Saing Ekspor Komoditi Minyak Kelapa Sulawesi Utara. Jurnal Emba, 1304-1316.

KBBI. (2012, Januari 1). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Dipetik Juni 1, 2014, dari kbbi.web.id: http://kbbi.web.id/domestik


(4)

Kemenkeu. (2015, Juni 1). kementerian keuangan. Dipetik September 18, 2014, dari kemenkeu.go.id: http://www.kemenkeu.go.id/Berita/peringkat-34-dari-144-negara-indeks-daya-saing- indonesia-kembali-meningkat

Kominfo. (2014). Association of Southeast Asian Nation "Komunitas ASEAN 2015". -: Ministry of Communication and Information Technology Director General of Information and Public Communication.

Larasati, A. D. (2013). Analisis Daya Saing Industri Roti Di Kota Bogor. Skripsi. Maryaningsih, N., Hermansyah, O., & Savitri, M. (2014). Pengaruh Infrastruktur

Terhadap Perekonomian Ekonomi Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 62-98.

Mulyadi, S. (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Porter, M. E. (1993). Keunggulan Bersaing. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Radiansyah, D. (2012). Analisis Kontribusi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Regional di Indonesia (Periode Tahun 1998-2008). Jakarta: Universitas Indonesia.

Ramadhanita, R. A. (2014). Pengaruh Produk dan Cintra Saung Angklung Udjo Sebagai Wisata Budaya Terhadap Keputusan Berkunjung. Repository.upi.edu.

Roshidi, S. (2005). Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Setkab. (2014, September 30). sekretaris kabinet. Dipetik Juni 1, 2015, dari setkab.go.id: http://setkab.go.id/peningkatan-daya-saing-ekonomi-dan-peran-birokrasi/

Sholeh. (2013). Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi AEC 2015. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 1-14.

Sijabat, E. K. (2012). Persaingan Industri Kertas Indonesia Analisis Structure Conduct Performance dan Ekonometrik dari Pabrik Kertas Industri. Tesis, -.

Soemarno. (2011). Ekosistem dan Wilayah. Bahan Kajian MK Dinamika Pengembangan Wilayah, -.


(5)

Suatma, J. (2012). Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Jurnal Stie Semarang, 1-7.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Suharto, R., & Devie. (2013). Analisa Pengaruh Supply Chain Management terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan. Business Accounting Review. VOL. 1. NO 2, , -.

Suparmoko, M. (2012). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Suatu Pendekatan. Yogyakarta: BPFE.

Tedjasuksmana, B. (2014). Potret Umkm Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. The 7th NCFB and Doctoral Colloquium 2014, 189-202.

UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

UUD, U. (2008). Undang-undang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Jakarta: Asa Mandiri.

Wangke, Humphrey. (2014). Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional, 5-8.

Wef. (2015, January 1). World Economic Forum. Dipetik juni 1, 2015, dari www.weforum.org: http://www.weforum.org/reports/global-competitiveness-report-2014-2015

Wiyadi. (2009). Pengukuran Indeks Daya Saing Industri Kecil Dan Menengah Di Jawa Tengah. Jurnal Siasat Bisnis, 77-92.


(6)

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DOKUMENTASI

LAMPIRAN 2 FORMAT KUESIONER DAN WAWANCARA

LAMPIRAN 3 DATA-DATA