Kesiapan Ekspor Ukm Konveksi Dan Alas Kaki/Kulit Bogor Dalam Menghadapi Asean Economic Community 2015.

KESIAPAN EKSPOR UKM KONVEKSI DAN ALAS
KAKI/KULIT BOGOR DALAM MENGHADAPI ASEAN
ECONOMIC COMMUNITY 2015

NIFRIYANTI RUMAHORBO

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kesiapan ekspor UKM
konveksi dan alas kaki/kulit Bogor dalam menghadapi ASEAN Economic
Community 2015 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015

Nifriyanti Rumahorbo
NIM H24110012

ABSTRAK
NIFRIYANTI RUMAHORBO. Kesiapan Ekspor UKM konveksi dan Alas
Kaki/Kulit Bogor dalam Menghadapi Asean Economic Community 2015.
Dibimbing oleh EKO RUDDY C dan M SYAEFUDIN ANDRIANTO
ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu peluang yang dapat
dimanfaatkan Indonesia dalam memperluas jaringan pemasarannya. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi karakteristik pemilik dan usaha UKM, menganalisis
mekanisme perdagangan, menganalisis korelasi antara pengalaman dan perencanaan
ekspor beserta negara tujuan ekspor, dan menganalisis faktor yang memengaruhi
kesiapan ekspor UKM. Bentuk analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif,
analisis korelasi sederhana dan metode regresi logistik. Karakteristik pemilik UKM
didominasi oleh laki-laki, mayoritas pemilik UKM berpendidikan SMA dan SD.
Karakterisitik usaha UKM mayoritas memiliki tempat usaha sendiri, tidak memiliki

badan hukum, dan mayoritas memiliki SIUP. Mekanisme perdagangan UKM konveksi
terhadap pelanggan asing yaitu sebesar 34% menjual di dalam negeri ke pembeli asing
dan UKM alas kaki/kulit sebesar 43% menjual ke pembeli di luar negeri tetapi proses
administrasi melalui perusahaan lain. Berdasarkan analisis korelasi sederhana, Vietnam
dan Thailand akan menjadi negara tujuan ekspor tahun 2015. Kesiapan ekspor
dipengaruhi oleh usia usaha, legalitas usaha dan teknologi informasi .

Kata kunci: AEC, ekspor, metode regresi logistik, pemberdayaan UKM.

ABSTRACT
NIFRIYANTI RUMAHORBO. SME Export Readiness convection and Footwear/
Leather Bogor in the Face of Asean Economic Community in 2015. Supervised by
EKO RUDDY C and M SYAEFUDIN ANDRIANTO.
ASEAN Economic Community (AEC) is one of the opportunities that can be
exploited Indonesia in expanding its marketing network. This study aims to identify
the characteristics of business owners and SMEs, to analyze the mechanisms of
trade, analyze the correlation between experience and planning and its export
destination countries, and analyze the factors that affect the export readiness of
SMEs. Forms of data analysis used is descriptive analysis, a simple correlation
analysis and logistic regression methods. Characteristics of SME owners are

dominated by men, the majority of SME owners had high school and elementary
school. Characteristics of SME majority have their own place of business, do not
have the legal entity, and the majority have a License. Convection SME trading
mechanism against foreign customers is equal to 34% sold in the country to foreign
buyers and SMEs footwear/leather by 43% sold to overseas buyers but the
administrative process through another company. Based on a simple correlation
analysis, Vietnam and Thailand will be the country's export destinations in 2015.
Export Readiness influenced by the age of the business, the legality of operations
and information technology.
Keywords: AEC, export, logistic regression methods, empowering SMEs.

KESIAPAN EKSPOR UKM KONVEKSI DAN ALAS
KAKI/KULIT BOGOR DALAM MENGHADAPI ASEAN
ECONOMIC COMMUNITY 2015

NIFRIYANTI RUMAHORBO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyusun hasil penelitian dengan judul “Kesiapan Ekspor UKM
Konveksi dan Alas Kaki/Kulit dalam Menghadapi ASEAN Economic Community
2015”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajamen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor. Dengan selesainya masa studi hingga
penyusunan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta, Jannes Rumaharbo dan Ruslan Sinaga serta adik
yang selalu memberikan saya semangat.
2. Bapak Dr Eko Ruddy Cahyadi, SHut MM dan Bapak M Syaefudin

Andrianto, STP MSi selaku dosen pembimbing skripsi saya.
3. Departemen Manajemen FEM IPB yang telah membiayai penelitian
berjudul Kesiapan Ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit dalam
menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
4. Sahabat tercinta kelompok satu bimbingan skripsi Gina Syaada,
Dwinapriyanti, Nur Maulana Yusuf, Siti Nazlifah, Surahman dan Wandes
dan Sahabat Manajemen Angkatan 48.
5. Sahabat tercinta Rumintang, Royesti, Hanna, Yusrifah dan Indah.
6. Teman kostan Maria, Lorenzia, Valen dan Sarah yang telah membantu
saya turun lapang ke UKM dan teman kostan lainnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

Nifriyanti Rumahorbo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3


Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

4

UKM

4


Ekspor

4

Legalitas Usaha

5

Fasilitas Kredit

5

Peneliti Terdahulu

6

METODE

7


Kerangka Pemikiran Penelitian

8

Lokasi dan Waktu Penelitian

8

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

8

Teknik Pengambilan Sampel

9

Pengolahan dan Analisis Data

9


HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Karakteristik Pemilik

11

Karakteristik Usaha

12

Internasionalisasi

13

Faktor Kesiapan Ekspor

16


Implikasi Manajerial

18

SIMPULAN DAN SARAN

18

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

23

RIWAYAT HIDUP

29

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Kinerja perdagangan Indonesia di ASEAN
Perkembangan UKM 2008-2012
Statistik deskriptif karakteristik responden
Korelasi antara UKM negara tujuan berdasarkan pengalaman dan
perencanaan ekspor
Hasil pendugaan parameter logit
Model summary
Hosmer dan lemeshow
Faktor yang memengaruhi kesiapan ekspor

2
2
11
16
16
17
17
17

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Kerangka pemikiran
Jenis badan hukum UKM konveksi dan Alas kaki/kulit
Legalitas usaha UKM konveksi dan alas kaki/kulit
UKM yang pernah melakukan ekspor
Negara tujuan ekspor sebelum 2015
UKM yang merencanakan ekspor tahun 2015
Negara tujuan ekspor 2015
Mekanisme perdagangan terhadap pelanggan asing

8
12
12
13
13
14
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Kuesioner penelitian
Jenis kelamin pemilik UKM konveksi dan alas kaki/kulit
Pendidikan pemilik UKM konveksi dan alas kaki/kulit
Kepemilikan tempat usaha UKM konveksi dan alas kaki/kulit

23
27
27
28

PENDAHULUAN

Latar Belakang
AEC Blueprint memiliki empat pilar utama, yaitu ASEAN sebagai pasar
tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas
barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas,
ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi dengan elemen
peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual,
pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce, ASEAN sebagai
kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen
pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk
negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam), dan ASEAN
sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global
dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar
kawasan dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global (Ditjenkpi
2015). ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu dari empat
pilar utama dalam ASEAN Community 2015 yang ingin membentuk integrasi
ekonomi di kawasan ASEAN. Dalam menghadapi AEC, negara-negara anggota
ASEAN khususnya Indonesia harus melakukan upaya untuk mempersiapkan diri.
Berdasarkan laporan The Global Competitiveness index 2013-2014, World
Economic Forum, kondisi Indonesia untuk melaksanakan investasi dinilai belum
cukup kompetitif.
Daya saing Indonesia berada di peringkat ke-38 global. Keberadaan posisi
ini dibawah Singapura (peringkat ke-2 global), Malaysia (peringkat ke-24 global),
Brunei (peringkat ke-26 global) dan Thailand (peringkat ke-37 global) sehingga
hadirnya investasi Indonesia masih kalah dengan keempat negara tersebut (WEF
2014). Untuk menyikapi hal tersebut, salah satu strategi yang perlu
diimplementasikan oleh pemerintah Indonesia adalah dengan melakukan
pemberdayaan terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sektor ekonomi nasional yang
sangat strategis dalam pembangunan ekonomi kerakyatan. Pertumbuhan dan
pengembangan sektor UKM sering diartikan sebagai salah satu indikator
keberhasilan pembangunan, khususnya bagi negara-negara yang memiliki income
perkapita yang rendah (Primiana 2009). UKM diharapkan tidak hanya sebagai
sumber penting peningkatan kesempatan kerja, tetapi juga mendorong
perkembangan dan pertumbuhan ekspor di Indonesia. Pemberdayaan UKM
ditengah arus globalisasi dan tingginya persaingan, membuat UKM harus mampu
menghadapi tantangan global. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual
UKM itu sendiri, khususnya agar dapat bersaing dengan produk asing, mengingat
UKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di
Indonesia (Sudaryanto 2011). Oleh karena itu, UKM dituntut untuk meningkatkan
kompetisinya dalam membangun strategi pemasaran yang unggul jika ingin
memasuki pasar luar negeri.
Menurut laporan OECD (2008), meningkatkan peran UKM dalam rantai
nilai global dapat mewakili sektor UKM atau setidaknya untuk segmen dengan

2
potensi pertumbuhan tertinggi, untuk mengakses serangkaian sumber daya yang
hilang dan terlibat dalam hubungan yang saling menguntungkan. Global supply
chain merupakan proses perpindahan barang, informasi, pembayaran dan
pelayanan yang melibatkan supplier dan pelanggan di negara-negara lain. Salah
satu cara yang digunakan dalam global supply chain adalah melakukan ekspor.
Ekspor merupakan sebuah peluang besar yang sangat terbuka dan yang
dapat dimanfaatkan oleh UKM. Berdasarkan kinerja perdagangan Indonesia dan
ASEAN pada Tabel 1, dapat dilihat kesiapan Indonesia menghadapi MEA 2015.
Ekspor Indonesia yang paling besar adalah pada tahun 2008 sebesar 23 992 dan
impor Indonesia dari ASEAN terbesar pada tahun 2008 sebesar 23 460.
Tabel 1 Kinerja perdagangan Indonesia dan ASEAN (Non Migas)
Tahun

Ekspor Indonesia ke
ASEAN (miliar USD)

Impor Indonesia dari
ASEAN (miliar USD)

Trade Balance

2003

9.753

4.480

5.273

2004

12.211

6.284

5.927

2005

14.445

16.244

-1.800

2006

16.578

17.822

-1.244

2007

19.915

19.060

0.855

2008

23.992

23.460

0.532

2009

21.349

18.436

2.914

2010

12.830

11.598

1.232

Sumber : Bank Indonesia (2010)

Pertumbuhan ekspor lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan impor.
Oleh karena itu, UKM dituntut semakin banyak melakukan ekspor. Semakin
banyak UKM yang melakukan kegiatan ekspor, maka semakin besar daya saing
ekonomi yang dihasilkan Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan
UKM pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan UKM 2008-2012
Tahun

Jumlah UKM
(Unit)
2008
51 409 612
2009
52 764 603
2010
53 823 732
2011
55 206 444
2012
56 534 592
Sumber : BPS (2014)

Nilai ekspor UKM (Rp.
Miliar)
178 008.28
162 254.52
175 894.89
187 441.82
208 067.00

Pada tabel di atas, jumlah UKM mengalami peningkatan sedangkan nilai
ekspor mengalami penurunan pada tahun 2009, namun pada tahun 2010-2012
kembali mengalami peningkatan hampir 5% dari tahun sebelumnya pada tahun
2012. Sumbangan ekspor UKM di Indonesia tercatat antara 11%-17.7% lebih
rendah dibandingkan pangsa ekspor UKM Thailand yang mencapai 45.5% dan
Vietnam yang mencapai 20% ( UNCTAD 2003). Menurut Urata (2000), ekspor

3
di Indonesia selama ini berasal dari tiga kelompok industri yaitu kayu, tekstil dan
alas kaki/kulit yang menanggung sekitar 50% dari total ekspor UKM di Indonesia.
Bogor merupakan salah satu kota yang banyak memiliki sentra UKM konveksi
dan alas kaki/kulit di Jawa Barat. UKM dalam penelitian ini adalah UKM
konveksi dan alas kaki/kulit. UKM alas kaki/kulit terdiri dari alas kaki yang
terbuat dari kulit seperti sandal dan sepatu, dan barang lainnya yang terbuat dari
kulit seperti tas dan jaket. Pada tahun 2012, ekspor UKM alas kaki/kulit dan tas
sebesar 29 594 289.07 U$ dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi
39 656 548.72 U$ (Disperindag Kabupaten Bogor 2013). Namun demikian,
mayoritas UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor masih memiliki jaringan
pemasaran yang terbatas. Sebagian besar UKM konveksi dan alas kaki/kulit
Bogor memasarkan produk yang dihasilkan di pasar dalam negeri dan hanya
sebagian kecil yang memasarkan produknya di pasar luar negeri. Menurut Long
(2003), kontribusi UKM terhadap ekspor erat kaitannya dengan kemampuan dari
kelompok usaha tersebut untuk globalisasi. Masih rendahnya daya saing UKM
konveksi dan alas kaki/kulit Bogor di pasar luar negeri sangat mempengaruhi
kesiapan UKM dalam menghadapi AEC 2015. Berdasarkan latar belakang
pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis kesiapan
ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor dalam menghadapi ASEAN
Economic Community 2015.
Perumusan Masalah
Pemberdayaan UKM merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam
menghadapi ASEAN Economic Community. Kegiatan ekspor merupakan sebuah
peluang yang sangat besar dan terbuka yang dapat dimanfaatkan oleh UKM. Oleh
karena itu, perlu diadakannya penelitian mengenai kesiapan ekspor UKM
konveksi dan alas kaki/kulit di Bogor. Permasalahan yang diteliti adalah (1)
Bagaimana karakteristik pemilik usaha dan karakteristik usaha (2) Bagaimana
mekanisme perdagangan UKM terhadap pelanggan asing dan negara tujuan
ekspor 2015 (3) Bagaimana korelasi antara pengalaman ekspor dan perencanaan
ekspor UKM beserta negara tujuan ekspor (4) Faktor-faktor apa saja yang
memengaruhi kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, tujuan dari
penelitian ini adalah (1) Menganalisis karakteristik UKM konveksi dan alas
kaki/kulit di kota dan kabupaten Bogor (2) Menganalisis perdagangan UKM
terhadap pelanggan asing dan negara tujuan ekspor UKM tahun 2015 (3)
Menganalisis korelasi antara pengalaman ekspor dan perencanaan ekspor UKM
beserta negara tujuan ekspor (4) Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap
kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah (1) Bagi pemilik UKM,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai potensi dan
kesiapan mereka dalam melakukan ekspor, sehingga pada akhirnya dapat

4
dijadikan acuan pada saat mereka siap melakukan ekspor (2) Bagi kalangan
akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan preferensi ataupun acuan untuk
penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meneliti Kesiapan Ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit
Bogor dalam menghadapi Asean Economic Community 2015. Ruang lingkup
penelitian ini terbatas pada aspek yang berkaitan dengan ekspor UKM konveksi
dan alas kaki/kulit Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
UKM (Usaha Kecil Menengah)
Pengertian UKM tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan.
Kriteria UKM sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 adalah
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria asset maksimal
sebesar 50 juta dan omzet sebesar 300 juta.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria asset sebesar 50 juta
sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 miliar.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki
kriteria asset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5
miliar sampai dengan 50 miliar.
Menurut BPS (2008), usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki
jumlah tenaga kerja 5-19 orang , sedangkan usaha menengah memiliki jumlah
tenaga kerja 20-99 orang. Jenis–jenis usaha yang terdapat di Indonesia yang dapat
dilakukan oleh UKM adalah usaha dagang, usaha manufaktur (usaha konveksi
pakaian, jeans, jaket, pengrajin sepatu, tas) dan usaha jasa.
Suatu komite untuk pengembangan ekonomi mengajukan konsep tentang
UKM dengan lebih menekankan pada kualitas atau mutu daripada kriteria
kuantitatif untuk membedakan usaha kecil, menengah dan besar. Terdapat empat
aspek yang digunakan dalam konsep UKM, yaitu kepemilikan, operasi terbatas
pada lingkungan atau kumpulan pemodal, wilayah operasi terbatas pada

5
lingkungan sekitar, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya, dan
ukuran jumlah pekerja atau satuan lainnya yang signifikan dari perusahaan lain
dalam bidang usaha yang sama (Partomo dan Soejodono 2004).
Ekspor
Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekpor merupakan salah satu faktor yang
terpenting dari Gross National Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai
ekpor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami
perubahan. Menurut Baldwin (2005), ekspor merupakan salah satu sektor
perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antar
beberapa negara yang dapat dijadikan sebagai perluasan dalam suatu industri
sehingga dapat mendorong industri dan sektor lainnya dalam perekonomian.
Syarat suatu usaha dalam melaksanakan ekspor adalah Surat Ijin Usaha (SIUP)
yang dikeluarkan oleh Kanwil Deperindag, SIUP oleh Lembaga Pemerintah, dan
non teknis lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Manfaat yang
diperoleh dari kegiatan ekspor adalah memperluas pasar bagi produk Indonesia,
menambah devisa negara, dan memperluas lapangan pekerjaan.
Legalitas Usaha
Menurut Permen Dalam Negeri pasal 1 ayat (8 dan 9) Nomor 24 Tahun
2006, izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan
peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas,
menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan
usaha atau kegiatan tertentu (Ayat 8) dan Ayat (9), perizinan adalah pemberian
legalitas kepada sesorang atau pelaku usaha/ kegiatan tertentu, baik dalam bentuk
izin maupun daftar usaha. Legalitas usaha diantaranya Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Tanda Daftar Industri
(TDI), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Surat Keterangan Usaha (SKU)
SIUP adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha
perdagangan dan berfungsi sebagai alat bukti pengesahan dari usaha perdagangan
yang dimiliki. SIUP wajib dimiliki oleh orang atau suatu badan yang memiliki
usaha perdagangan. Surat Izin Gangguan adalah izin kegiatan usaha kepada orang
pribadi/badan dilokasi tertentu yang berpotensi menimbulkan bahaya kerugian
dan gangguan, ketentraman dan ketertiban umum tidak termasuk kegiatan/tempat
usaha yang lokasinya telah ditunjuk oleh Pemerintah Pusat atau Daerah. Dasar
hukum izin ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Tanda Daftar Industri (TDI) wajib dimiliki oleh industri kecil meliputi jenis
industri yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
07/MIND/PER/5/2005 dan atau perubahannya, dengan nilai investasi perusahaan
seluruhnya sampai dengan Rp 200 000 000.00 (dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, sampai dengan Rp 5 000 000.00
(tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib memiliki TDI,
kecuali perusahaan yang bersangkutan menghendaki TDI dan diatas Rp 5 000
000.00 sampai dengan Rp 200 000 000.00 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, wajib memiliki TDI.

6

Fasilitas Kredit
Menurut Muljono (2007), kredit merupakan suatu kemampuan untuk
melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan janji
pembayarannya akan dilakukan pada jangka waktu yang telah disepakati. Unsurunsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas adalah kepercayaan,
kesepakatan, jangka waktu dan resiko (Martono 2000).

Peneliti Terdahulu
UKM dan internasionalisasi menjadi topik yang cukup relevan terutama
karena efek pertumbuhannya dan kapasitas yang menunjukkan UKM dapat
menjadi pendorong ekonomi pembangunan di tingkat nasional, regional dan
global (Europan Commission 2007). UKM dan persaingan global sangat
ditentukan pada keunggulan produk yang dimiliki atau dihasilkan. Perkembangan
UKM dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar.
Menurut Tambunan (2009), UKM di negara-negara ASEAN pada umumya
memiliki permasalahan yang sama dalam pengembangan bisnisnya, antara lain
kendala hukum dan regulasi pemerintah, kualitas produk dan daya saing,
perpajakan, informasi pasar, kualitas SDM, dan keahlian dalam pemasaran.
Kendala yang dialami UKM Indonesia adalah kurangnya bahan baku yang harus
diimpor dari negara lain untuk proses produksi, pemasaran barang, permodalan,
ketersediaan energi, dan informasi pasar.
Menurut OECD-APEC (2007), UKM memiliki beberapa hambatan baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar dalam melakukan akses ke pasar
internasional. Hambatan yang berasal dari dalam diantaranya hambatan informasi,
sumber daya manusia, keuangan, produk dan harga, serta distribusi, logistik dan
promosi. Hambatan yang berasal dari luar diantaranya hambatan prosedural,
pemerintah, pelanggan dan pesaing asing, lingkungan bisnis dan tarif serta non
tarif. Berdasarkan penelitian ISBRC-Pupuk (2003), faktor dari dalam diantaranya
kemampuan manajerial, pengalaman pemilik atau pengelola, dan kemampuan
dalam mengakses teknologi produksi, pasar input dan output dan sumber
permodalan. Faktor dari luar diantaranya kemajuan teknologi dalam produksi, dan
dukungan berupa bantuan teknis dan keuangan dari pemerintah. Disisi lain, UKM
juga menghadapi banyak masalah seperti keterbatasan modal kerja, sumber daya
manusia yang rendah, dan kurang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
(Sudaryanto dan Hanim 2002). Hasil penelitian terbaru mengenai hambatan
internasionalisasi UKM di Indonesia adalah kekurangan modal kerja untuk
membiayai ekspor (Wengel dan Rodriguez 2006). Masalah lain yang dihadapi
sekaligus menjadi kelemahan UKM adalah kurangnya akses informasi, khususnya
informasi pasar (Ishak 2005). Hal tersebut menjadi kendala karena terbatasnya
akses informasi pasar mengakibatkan rendahnya orientasi pasar, lemahnya daya
saing di tingkat global dan perkembangan UKM stagnan.

7

METODE
Kerangka Pemikiran

Usaha Kecil Menengah dituntut supaya terus berkembang dalam
menghadapi ASEAN Economic Community (AEC). UKM dapat berkembang
dengan baik apabila mampu melakukan pengelolaan perusahaan dengan baik dan
melakukan kegiatan ekspor di bagian hilir yang memungkinkan UKM untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih. Gambar 1 menyajikan kerangka pemikiran
penelitian ini. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Fitiraningsih (2014), Tambunan (2010), Davidson
(2002), Handrimurtjahyo et all. (2007), Jesika (2012), Becchetti dan Trovato
(2002), dan Shanmugam dan Bhaduri (2002). Fitrianingsih (2014) dalam studinya
pada Batu Permata Martapura mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi
perkembangan UKM yaitu pangsa pasar dan teknologi. Tambunan (2010)
mengemukakan bahwa prasyarat daya saing utama perusahan yaitu pendidikan,
teknologi, dan informasi pasar. Davidson (2002), mengemukakan faktor yang
memengaruhi pertumbuhan usaha dengan signifikan adalah lamanya usaha dan
legalitas usaha. Handrimurtjahyo et all. (2007) dalam penelitiannya mengatakan
pertumbuhan usaha dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh ukuran usaha,
lamanya unit usaha beroperasi, legalitas badan usaha, fasilitas kredit yang
diperoleh dan kegiatan internasionalisasi. Jesika (2012) mengemukakan, faktor
yang memengaruhi daya saing UKM berorientasi ekspor di DKI Jakarta yaitu
pemasaran dengan pemanfaatan teknologi. Becchetti dan Trovato (2002)
melakukan studi bahwa faktor penentu pertumbuhan UKM di Italia adalah ukuran
unit usaha, umur perusahaan, kemampuan untuk melakukan ekspor dan
pengambilan kredit perbankan. Shanmugam dan Bhaduri (2002) melakukan studi
bahwa pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi secara signifikan oleh umur unit
usaha dan ukuran perusahaan.

8
Perkembangan UKM di
Indonesia

UKM konveksi dan alas
kaki/kulit Bogor

1.Karakteristik usaha dan pemilik
usaha
2.Internasionalisasi

Pengalaman
ekspor

Faktor yang memengaruhi
kesiapan ekspor

Perencanaan
ekspor

1.Tingkat pendidikan
2.Legalitas usaha
3.Teknologi informasi
4.Pengalaman usaha
5.Usia pemilik
6.Informasi terkait pasar luar negeri
7.Pengalaman ekspor
8.Fasilitas kredit

Kesiapan ekspor UKM alas
kaki/kulit menghadapi AEC 2015
Rekomendasi

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Dalam penelitian ini, akan dilihat bagaimana pengalaman dan perencanaan
ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit, mekanisme perdagangan terkait
pelanggan asing dan faktor yang berpengaruh positif terhadap kesiapan UKM
konveksi dan alas kaki/kulit dalam melakukan ekspor .
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UKM konveksi dan alas kaki/kulit di wilayah
Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober hingga bulan
Desember 2014.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara dengan pemilik ataupun pengelola UKM dan

9
kuesioner yang disebar ke pemilik ataupun pengelola UKM. Data sekunder
diperoleh dari berbagai literatur, seperti buku, penelitian terdahulu, internet,
Badan Pusat Statistik, Kantor Koperasi dan UKM Kota dan Kabupaten bogor,
skripsi, tesis serta data-data yang berkaitan dengan skripsi peneliti.
Teknik Pengambilan Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto
2002). Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai sampel adalah
pemilik/pengelola UKM konveksi dan alas kaki/kulit di wilayah Bogor. Teknik
pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Menurut Siregar (2014),
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang semula berjumlah kecil
kemudian anggota sampel (responden) mengajak para temannya untuk dijadikan
sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak jumlahnya.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 UKM yang terdiri dari 39
UKM alas kaki/kulit dan 61 UKM konveksi.
Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Pendekatan analisis
kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data-data fakta dari hasil wawancara
dan kuesioner yang diperoleh dari UKM konveksi dan alas kaki/kulit dan
disajikan melalui metode deskriptif dengan menggunakan pie chart dan korelasi
sederhana. Pendekatan analisis kuantitatif diolah dengan menggunakan Microsoft
excell 2013 dan SPSS versi 22.
Defenisi Operasional
1. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesiapan UKM konveksi
dan alas kaki di wilayah Bogor dilihat dari aspek pemasarannya menghadapi
AEC 2015 dengan 1 = siap dan 0 = tidak siap.
2. Variabel independen
a. Tingkat pendidikan pemilik, merupakan pendidikan terakhir yang
ditempuh pemilik UKM diukur dengan : (1) tidak sekolah, (2) SD dan
sederajat, (3) SMP, (4) SMA, (5) Diploma, (6) Sarjana.
b. Legalitas usaha, terdiri dari empat dimana 0 = yang tidak memiliki
legalitas usaha, 1= memiliki satu legalitas usaha, 2= memiliki dua legalitas
usaha, 3= memiliki tiga legalitas usaha, 4 = memiliki empat legalitas usaha.
c. Teknologi informasi, terdiri dari 0= tidak menggunakan teknologi, 1=
menggunakan teknologi.
d. Pengalaman usaha dalam tahun
e. Usia pemilik dalam tahun
f. Informasi mengenai pasar luar negeri, terdiri dari dua dimana 0= tidak
mengetahui dan 1= mengetahui

10
g. Pengalaman ekspor, terdiri dari 2 dimana 0= tidak berpengalaman dalam
ekspor dan 1= berpengalaman dalam ekspor
h. Fasilitas kredit (pengajuan kredit) , merupakan kredit yang diberikan oleh
lembaga keuangan. Terdiri dari empat dimana 1= tidak berniat
mengajukan, 2= belum pernah tapi niat mengajukan, 3= pernah tapi
ditolak dan 4 = mengajukan kredit dan mendapatkan.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan upaya penelurusan dan pengungkapan
informasi relevan yang terkandung dalam data dengan penyajian hasil dalam
bentuk yang lebih ringkas dan sederhana sehingga akhirnya mengarah pada
adanya penjelasan dan penafsiran (Priarnani 2005).
Analisis Korelasi Sederhana
Analisis korelasi sederhana (bivariate correlation) digunakan untuk
mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan arah hubungan yang
terjadi. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1
atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat. Jika nilai mendekati 0
maka hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan
hubungan searah dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik. Menurut
Sugiyono (2007), pedoman dalam memberikan interpretasi koefisien adalah 0.000.199 = sangat rendah, 0.20-0.399 = rendah, 0.40-0.599 = sedang, 0.60-0.799 =
kuat dan 0.80-1.000 = sangat kuat.
Analisis Regresi Logistik
Regresi logistik (logistic regression) sama dengan analisis regresi berganda,
variabel terikat merupakan dummy variabel (0 dan 1). Sebagaimana metode
regresi biasa, regresi logistik dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: Binary Logistic
Regression (Regresi Logistik Biner) dan Multinomial Logistic Regression
(Regresi Logistik Multinomial). Regresi Logistik biner digunakan ketika hanya
ada 2 kemungkinan variabel respon (Y). Penelitian ini menggunakan regresi
logistik biner, dimana variabel respon (Y) adalah siap ekspor dan tidak siap
ekspor. Regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas dan asumsi klasik
yang lain, meskipun screening data outliers tetap dapat dilakukan (Kriswanto
2009).
Model logit dalm penelitian ini dapat digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi kesipan ekspor UKM konveksi da alas kaki/kulit.
Menurut Juanda (2009), model logit diturunkan berdasarkan pada fungsi peluang
logistik kumulatif.
�� = � �� = � ( + �� =

+ �−

+ ��

)

Keterangan:
Pi
= Kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit menghadapi AEC
2015

11
α
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8

= Intersep
= Tingkat Pendidikan
= Legalitas usaha
= Teknologi infomasi
= Pengalaman usaha
= Usia pemilik
= Informasi terkait pasar luar negeri
= Pengalaman ekspor

= Fasilitas kredit
Odd Ratio merupakan rasio peluang terjadinya pilihan 1 (siap ekspor)
terhadap peluang terjadinya pilihan 0 (tidak siap ekspor). Nilai odds menjadi suatu
nilai indikator kecenderungan UKM konveksi dan alas kaki/kulit untuk
menentukan pilihan 1 (siap ekspor). Semakin besar nilai odds maka peluang
UKM konveksi dan alas kaki/kulit siap ekspor semakin besar. Hubungan antara
parameter dan odds ratio yaitu:
P
Odds Rattio = i
1− Pi

Keterangan :
Pi
= Rasio peluang terjadi pilihan 1

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pemilik Usaha
Responden dalam penelitian ini adalah pemilik UKM konveksi dan Alas
Kaki/Kulit yang berada di kota dan kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan
pada 39 UKM alas kaki/kulit dan 61 UKM konveksi. Pemilik UKM konveksi dan
alas kaki/kulit didominasi oleh laki-laki dimana pemilik UKM konveksi yang
berjenis kelamin laki-laki sebesar 87% dan pemilik UKM alas kaki/kulit berjenis
kelamin laki-laki sebesar 97%. Namun, wanita lebih banyak berperan di UKM
konveksi yaitu sebesar 13% dibandingkan dengan UKM alas kaki/kulit hanya
sebesar 3%. Pendidikan terakhir pemilik UKM konveksi didominasi oleh SMA
sebesar 31% dan UKM alas kaki/kulit adalah SD dan sederajat sebesar 41%. Pada
tabel 3, dapat dilihat bahwa UKM alas kaki/kulit lebih berpengalaman jika
dibandingkan dengan UKM konveksi. Rata-rata pengalaman usaha yang dimiliki
UKM alas kaki/kulit adalah 16 tahun sedangkan UKM konveksi adalah 11 tahun.
Tidak terdapat perbedaan antara usia pemilik UKM konveksi dan usia pemilik
UKM alas kaki/kulit.
Tabel 3 Statistik deskriptif karakteristik responden
Karakteristik
Usia pemilik
Pengalaman usaha

UKM konveksi
Mean
St. dev
40.2295
9.58192
11.3443
7.83132

Sumber : Data diolah (2015)

UKM alas kaki/kulit
Mean
St.dev
45.0256
9.81269
16.7949
9.88135

T
17.682
5.161*

12
Karakteristik Usaha
Mayoritas UKM konveksi dan alas kaki/kulit memiliki tempat usaha sendiri,
dimana 54% UKM konveksi memiliki tempat usaha sendiri dan 90% UKM alas
kaki/kulit memiliki tempat usaha sendiri. UKM konveksi yang melakukan sewa
sebesar 44% dan kerjasama sebesar 2 % sedangkan UKM alas kaki/kulit yang
melakukan sewa sebesar 10 % dan tidak melakukan kerjasama atas kepemilikan
tempat usaha.
Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat mayoritas UKM konveksi dan alas
kaki/kulit tidak berbadan hukum. Namun demikian, UKM konveksi lebih formal
dibandingkan dengan UKM alas kaki/kulit. Hal ini dikarenakan UKM konveksi
memiliki badan hukum sebesar 21% yaitu CV sebesar 15%, PT sebesar 5% dan
koperasi sebesar 1% sedangkan UKM alas kaki/kulit hanya memiliki badan
hukum sebesar 5 % yaitu CV.
UKM konveksi

UKM alas kaki/kulit
0%
5%
0%

5%
15%
1%
79%

non formal

koperasi

95%

CV

PT

non formal

koperasi

CV

PT

Gambar 2 Jenis badan hukum yang dimiliki UKM konveksi dan alas kaki/kulit
Pada Gambar 3, dapat dilihat surat izin yang paling banyak dimiliki oleh
UKM konveksi adalah SIUP dan lainnya (SKU dan TDP) yaitu sebesar 45%, TDI
sebesar 7% sedangkan yang paling sedikit dimiliki adalah surat izin gangguan
sebesar 3%. Surat izin yang paling banyak dimiliki oleh UKM Alas Kaki Kulit
adalah SIUP yaitu sebesar 53%, lainnya (SKU,TDP) sebesar 34%, TDI sebesar
10% dan surat izin yang paling sedikit dimiliki adalah surat izin gangguan sebesar
3%.
UKM konveksi

45%

UKM alas kaki/kulit
34%

45%
3%
7%

SIUP

TDI

Surat Izin Gangguan

53%

3%
10%

Lainnya

SIUP

TDI

Surat Izin Gangguan

Gambar 3 Legalitas usaha UKM konveksi dan alas kaki/kulit

Lainnya

13
INTERNASIONALISASI
Pengalaman Ekspor
Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat UKM yang paling banyak melakukan
ekspor adalah UKM alas kaki/kulit yaitu sebesar 21% jika dibandingkan dengan
UKM konveksi yang melakukan ekspor hanya sebesar 5%. UKM konveksi yang
tidak melakukan ekspor sebesar 95% dan 79% UKM alas kaki/kulit yang tidak
melakukan ekspor.
UKM alas kaki/kulit

UKM konveksi

5%

21%

79%

95%

Pernah melakukan ekspor

Pernah melakukan ekspor

Tidak pernah melakukan ekspor

Tidak pernah melakukan ekspor

Gambar 4 UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang pernah melakukan
ekspor
Berdasarkan Gambar 5, negara yang menjadi tujuan ekspor UKM konveksi
dan alas kaki/kulit adalah Malaysia dan luar ASEAN (Madagaskar, Timur
Tengah, Mesir dan Arab). UKM alas kaki/kulit lebih banyak melakukan ekspor
ke negara malaysia yaitu sebesar 46% dibandingkan dengan UKM konveksi
hanya sebesar 34%. UKM alas kaki/kulit yang melakukan ekspor ke Luar
ASEAN lebih banyak dibandingkan UKM konveksi. Dimana, UKM alas
kaki/kulit yang melakukan ekspor ke Luar ASEAN sebesar 45% sedangkan UKM
konveksi hanya sebesar 22%. Negara lain yang menjadi negara tujuan ekspor
UKM konveksi adalah Singapura sebesar 22%, Thailand dan Vietnam sebesar
11%. Negara lain yang menjadi negara tujuan ekspor UKM alas kaki/kulit adalah
Brunei Darussalam yaitu sebesar 9%.

UKM konveksi dan alas kaki/kulit
22%
45%

Luar ASEAN
11%

Vietnam

0%

Thailand

0%

Singapura 0%
0%
Brunei Darussalam

11%
22%
9%
34%
46%

Malaysia
0%

10%

20%

UKM alas kaki/kulit

30%

40%

UKM konveksi

Gambar 5 Negara tujuan ekspor sebelum tahun 2015

50%

14
Rencana Ekspor Tahun 2015
Jika dilihat dari Gambar 6, UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang
merencanakan ekspor yaitu sebesar 28% dan yang tidak merencanakan ekspor
yaitu sebesar 72%. Artinya, UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang
merencanakan ekspor mengalami peningkatan pada tahun 2015 jika dibandingkan
dengan UKM yang melakukan ekspor sebelum tahun 2015.
UKM alas kaki/kulit

UKM konveksi

28%

28%
72%

72%

Merencanakan ekspor

Merencanakan ekspor

Tidak merencanakan ekspor

Tidak merencanakan ekspor

Gambar 6 UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang merencanakan ekspor 2015
Berdasarkan Gambar 7, negara Malaysia merupakan negara yang paling
dominan menjadi negara tujuan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit tahun
2015. Disusul oleh negara Singapura, Luar ASEAN (Madagaskar, Timur Tengah,
Mesir, dan Arab) dan Brunei Darussalam. UKM konveksi yang melakukan
ekspor ke negara Malaysia lebih banyak yaitu sebesar 45% jika dibandingkan
dengan UKM alas kaki/kulit hanya sebesar 44%. UKM alas kaki/kulit yang
melakukan ekspor ke negara Singapura lebih banyak yaitu sebesar 37%
dibandingkan dengan UKM konveksi hanya sebesar 22%. UKM alas kaki/kulit
yang melakukan ekspor ke Luar ASEAN (Madagaskar, Timur Tengah, Mesir,
dan Arab) sebesar 13% sedangkan UKM konveksi hanya sebesar 11%. UKM
konveksi yang melakukan ekspor ke Brunei Darussalam lebih banyak yaitu 11%
dibandingkan UKM alas kaki/kulit hanya sebesar 6%. Negara lain yang menjadi
negara tujuan ekspor UKM konveksi adalah Vietnam sebesar 7% dan Thailand
sebesar 4%.
UKM konveksi dan alas kaki/kulit
Luar ASEAN
Vietnam
Thailand
Brunei Darussalam
Singapura
Malaysia

13%
11%

0%
0%

7%
4%

6%
11%
37%

22%

0%

5%

10%

15%

UKM konveksi

20%

25%

44%
45%
30%

35%

40%

45%

50%

UKM alas kaki/kulit

Gambar 7 Negara tujuan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit tahun 2015

15
Mekanisme Perdagangan UKM Terhadap Pelanggan Asing
Berdasarkan Gambar 8, mekanisme perdagangan UKM konveksi terkait
pelanggan asing didominasi sebesar 34% menjual di dalam negeri ke pembeli
asing, kemudian sebesar 33% menjual ke pembeli di luar negeri tetapi proses
administrasi melalui perusahaan lain (menggunakan merk dagang perusahaan
lain) dan menjual langsung ke luar negeri atau melalui perwakilan
(menggunakan merk dagang sendiri). Mekanisme perdagangan UKM alas
kaki/kulit terhadap pelanggan asing didominasi dengan menjual ke pembeli di
luar negeri tetapi proses administrasi melalui perusahaan lain sebesar 43%
(merk dagang perusahaan lain), kemudian menjual di dalam negeri ke pembeli
asing sebesar 29% dan menjual ke langsung ke luar negeri atau melalui
perwakilan sebesar 14% (menggunakan merk dagang sendiri).
UKM konveksi
0%
33% 34%
33%

Tidak berhubungan dengan pihak asing
Menjual di dalam negeri ke pembeli asing
Menjual ke pembeli di luar negeri tetapi proses
administrasi melalui perusahaan lain
Menjual langsung ke luar negeri atau melalui
perwakilan

UKM kulit
14%

43%

14%
29%

Tidak berhubungan dengan pihak
asing
Menjual di dalam negeri ke pembeli
asing
Menjual ke pembeli di luar negeri
tetapi proses administrasi melalui
perusahaan lain
Menjual langsung ke luar negeri atau
melalui perwakilan

Gambar 8 Mekanisme perdagangan UKM konveksi dan alas kaki/kulit terhadap
pelanggan asing
Berdasarkan hasil korelasi pada Tabel 4, dapat dilihat korelasi negara tujuan
sesuai dengan pengalaman ekspor dan perencanaan ekspor yang signifikan adalah
Thailand dan Vietnam, sedangkan Malaysia, Singapura, Filipina, Laos, Kamboja,
Brunei Darussalam, Myanmar dan luar ASEAN tidak signifikan. Artinya,
Thailand dan Vietnam akan menjadi negara tujuan ekspor berdasarkan
pengalaman dan perencanaan ekspors sedangkan Malaysia, Singapura, Filipina,
Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, Myanmar dan luar ASEAN tidak menjadi
negara tujuan ekspor. Thailand sebagai negara sesuai pengalaman ekspor dan
sesuai perencanaan ekspor berhubungan positif dan searah. Korelasi yang
dihasilkan sangat kuat yaitu 1.000 artinya UKM konveksi dan alas kaki/kulit
Indonesia tetap melakukan ekspor ke Thailand sebelum tahun 2015 dan pada
tahun 2015.

16
Tabel 4

Korelasi antara negara tujuan ekspor berdasarkan pengalaman ekspor
dan perencanaan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit
Negara Tujuan Ekspor
P-Value

Korelasi (r)

Malaysia

0.168

0.139

Singapura

Singapura

0.097

0.167

Brunei Darussalam

Brunei Darussalam

0.838

-0.021

Thailand

Thailand

0.000

1.000**

Vietnam

Vietnam

0.000

0.704**

Luar ASEAN

Luar ASEAN

0.247

1.117

Pengalaman ekspor

Perencanaan ekspor

0.038

0.208*

Pengalaman

Perencanaan

Malaysia

Sumber : Data diolah (2015)
Vietnam sebagai negara sesuai pengalaman ekspor dan sesuai perencanaan ekspor
berhubungan positif dan searah. Korelasi yang dihasilkan kuat yaitu 0.704 artinya
UKM konveksi dan alas kaki/kulit Indonesia tetap melakukan ekspor ke Vietnam
sebelum tahun 2015 dan pada tahun 2015. UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang
sudah memiliki pengalaman ekspor berhubungan positif dan searah dengan UKM
konveksi dan alas kaki/kulit yang akan merencanakan ekspor. Korelasi yang
dihasilkan antara UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang memiliki pengalaman
ekspor dengan yang merencanakan ekspor rendah karena nilai korelasi yang
dihasilkan yaitu 0.208.
Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Ekspor UKM konveksi dan alas
kaki/kulit dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Untuk mewujudkan kesiapan Usaha Kecil Menengah (UKM) Konveksi dan
Alas kaki/Kulit dalam menghadapi AEC 2015, aspek pemasaran sangat penting
dalam mewujudkan UKM yang efesien dan berdaya saing tinggi. Hal tersebut
dapat direalisasikan dengan meningkatkan pemasaran hasil produksi, sehingga
UKM konveksi dan Alas kaki/Kulit mampu meperluas jaringan pemasarannya.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pemasaran UKM konveksi
dan Alas kaki/Kulit dilakukan dengan model logit. Tabel 5 menyajikan hasil
pendugaan parameter dari model logit tersebut.
Tabel 5 Hasil pendugaan parameter logit
Observasi

Tidak siap ekspor
Siap ekspor
Overall Percentage

Prediksi
Tidak siap ekspor
73
17

Percentage
Correct
Siap ekspor
3
7

96.1
29.2
80.0

Sumber : Data diolah (2015)
Hasil pendugaan parameter diatas menyatakan model regresi logistik yang
digunakan baik, karena mampu memprediksi dengan benar yaitu 80% UKM
konveksi dan alas kaki/kulit yang siap ekspor dan tidak siap ekspor. Nilai R-

17
square hasil regresi logistik Tabel 6, menyatakan sebanyak 26% keragaman dapat
dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya diluar model.
Tabel 6 Model summary
Step

-2log likelihood

Cox dan snell R
Square
0.175

9 .9 9�

1

Nagelkerke R
Square
0.263

Sumber : Data diolah (2015)

Pengujian kebaikan dan kelayakan model juga dilakukan dengan
menggunakan uji Hosmer and Lemeshow.
Tabel 7 Hosmer and Lemeshow
Step
1

Chi-square
6.919

Df
8

Sig
.545

Sumber : Data diolah (2015)
Dari hasil perhitungan pada Tabel 7, diperoleh nilai Hosmer and Lemeshow
Goodness-of-fit sebesar 6.919 dengan probabilitas signifikansi 0.545 yang
nilainya diatas 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima. Pada
Tabel 8, variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen
adalah legalitas usaha, usia usaha dan teknologi informasi.
Tabel 8 Faktor yang memengaruhi kesiapan ekspor UKM konveksi dan
alas kaki/kulit menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Variabel

Metode
Logit Parameter

P-Value

Konstanta
Tingkat Pendidikan
Legalitas usaha
Teknologi informasi
Pengalaman usaha
Usia pemilik
Informasi terkait pasar luar negeri

-3.424
-0.040
0.767
1.032
0.094
0.034
0.206

0.042
0.871
0.083
0.081
0.035
0.274
0.731

Odds
Ratio
0.033
0.961
2.153
2.807
0.910
1.035
1.228

Pengalaman ekspor
Fasilitas kredit

0.381
0.276

0.700
1.190

1.464
1.318

Sumber : Data diolah (2015)
Hal ini dikarenakan legalitas usaha memiliki P-Value sebesar 0.083, pengalaman
usaha memiliki P-Value sebesar 0.035 dan teknologi informasi sebesar 0.081 yang
berarti berpengaruh nyata (taraf 10%).
Variabel legalitas usaha memiliki nilai odds ratio sebesar 2.153, artinya
UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang memiliki skor legalitas usaha lebih besar
untuk melakukan ekspor 2.153 kali dibanding UKM konveksi dan alas kaki/kulit
yang memiliki skor legalitas usaha lebih rendah artinya, kesiapan ekspor UKM
konveksi dan alas kaki/kulit dipengaruhi oleh legalitas usaha. Semakin banyak
UKM konveksi dan alas kaki/kulit memiliki legalitas usaha, kesiapan ekspornya
semakin tinggi. Variabel pengalaman usaha memiliki nilai odds ratio sebesar

18
0.910, artinya UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang memiliki skor usia usaha
lebih besar untuk melakukan ekspor 0.910 kali dibanding UKM konveksi dan alas
kaki/kulit yang memiliki skor nilai usaha lebih rendah. Artinya, kesiapan ekspor
UKM konveksi dan alas kaki/kulit dipengaruhi oleh usia usaha. Semakin lama
suatu usaha berdiri, semakin siap untuk melakukan ekspor. Variabel teknologi
informasi memiliki nilai odds ratio sebesar 2.807, artinya UKM konveksi dan alas
kaki/kulit yang memiliki skor teknologi informasi lebih besar untuk melakukan
ekspor sebesar 2.807 kali dibanding UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang
memiliki skor teknologi informasi lebih rendah. Semakin UKM memiliki dan
menguasai teknologi informasi, semakin siap UKM bersaing dengan negaranegara ASEAN lainnya dan mempermudah aspek pemasarannya.

Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial dari kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas
kaki/kulit Bogor merupakan suatu upaya peningkatan daya saing UKM agar dapat
bersaing dengan UKM lainnya mengahadapi AEC 2015. Masalah yang terjadi
pada UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor adalah hanya sebagian kecil UKM
yang memiliki legalitas usaha dan teknologi informasi. Oleh karena itu, UKM
konveksi dan alas kaki/kulit Bogor diharapkan memiliki legalitas usaha agar dapat
menghadapi AEC dan menembus pasar internasional. Selain itu, UKM juga
sebaiknya meningkatkan kepemilikan teknologi informasi dan cara
mengoperasikannya dikarenakan teknologi informasi dapat mempermudah pihak
UKM memasarkan produknya baik di dalam negeri maupun luar negeri dan dapat
dimanfaatkan oleh pemilik UKM dalam melakukan pendaftaran legalitas usaha
secara online. UKM juga diharapkan meningkatkan kerjasama yang baik dengan
pihak luar untuk menambah pengalaman dalam hal ekspor dan memperkuat rantai
pasok yang terjadi di hulu maupun di hilir. Dalam mewujudkan hal tersebut,
pemerintah diharapkan mempermudah pihak UKM memperoleh legalitas usaha
dan meningkatkan pelatihan dan penyediaan fasilitas berupa seperangkat
komputer yang terkoneksi dengan internet serta dilengkapi website UKM masingmasing. Selain itu, pemerintah juga diharapkan membangun pusat pengembangan
UKM berbasis teknologi informasi di setiap kabupaten atau jika mungkin setiap
kecamatan dibawah pengelolaan dan pembiayaan pemerintah daerah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu
mengenai faktor yang mempengaruhi kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas
kaki/kulit Bogor menghadapi AEC 2015, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan karakteristik pemilik usaha, pemilik UKM konveksi dan alas
kaki/kulit didominasi oleh laki-laki, SMA merupakan tingkat pendidikan

19
pemilik UKM konveksi yang paling dominan dan SD merupakan tingkat
pendidikan pemilik UKM alas kaki/kulit yang paling dominan. Secara umum,
baik UKM konveksi dan alas kaki/kulit, mayoritas UKM tidak memiliki badan
hukum. Legalitas usaha yang paling banyak dimiliki adalah SIUP. Hampir
semua UKM alas kaki/kulit sudah memiliki tempat usaha sendiri sebesar 90%
sedangkan UKM konveksi hanya sebagian saja yaitu sebesar 50%, namun
demikian setengah dari UKM konveksi banyak yang melakukan sewa.
2. Mekanisme perdagangan UKM konveksi terkait pelanggan asing
didominasi dengan menjual di dalam negeri ke pembeli asing sebesar 34%.
Mekanisme perdagangan UKM alas kaki/kulit terhadap pelanggan asing
didominasi dengan menjual ke pembeli di luar negeri tetapi proses
administrasi melalui perusahaan lain sebesar 43%. Malaysia akan menjadi
negara yang paling dominan menjadi negara tujuan ekspor UKM konveksi
dan alas kaki/kulit Bogor pada tahun 2015.
3. Korelasi antara pengalaman ekspor dan perencanaan ekspor UKM konveksi
dan alas kaki/kulit masih sangat terbatas begitu juga dengan negara tujuan
ekspor UKM. Namun demikian, Thailand dan Vietnam akan menjadi negara
tujuan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit pada tahun 2015.
4. Legalitas usaha, usia usaha dan teknologi informasi berpengaruh positif dalam
mendukung kesiapan ekspor UKM.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa legalitas usaha, pengalaman
usaha, dan teknologi informasi merupakan variabel yang memengaruhi kesiapan
ekspor UKM . Saran yang diberikan berdasarkan penelitian ini adalah UKM dapat
meningkatkan kesiapan ekspornya dengan cara meningkatkan kepemilikan
legalitas usaha (SIUP, TDI, SKU, TDP, dan surat izin gangguan). Untuk itu, UKM
yang belum memiliki legalitas usaha diharapkan untuk memiliki legalitas usaha.
Hal ini dikarenakan, salah satu syarat untuk melakukan ekspor adalah memiliki
legalitas usaha. Jika tidak memiliki, maka UKM tersebut sulit untuk melakukan
ekspor. UKM yang sudah lama berdiri, diharapkan lebih mempersiapkan lagi
dalam menghadapi AEC 2

Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

9 87 153

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

2 82 130

Asean Economic Community (AEC) 2015 (Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

1 51 87

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

4 105 139

Strategi Positioning Bank Muamalat Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) 2015

7 47 80

Implementasi Indonesia Japan Economic Partnership Agreement Pada Ekspor Komoditas Udang Dan Tuna Dalam Sektor Perikanan Indonesia

13 53 108

Supply Chain Manajemen dan Pemberdayaan UKM: Strategi Menghadapi Asean Economic Community 2015

0 0 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 BAGI MASYARAKAT ASEAN E. Sejarah Terbentuknya ASEAN - Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indones

0 0 46

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

0 0 21

Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

0 0 14