STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG.

(1)

iv

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR

Bismillahirromanirrohim,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Struktur Komunitas Plankton di Perairan Hutan Mangrove Sungai

Cikolomberan, Leuweung Sancang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

sebagian syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sains Program Studi Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Dalam pelaksanaan penelitian ini akan sulit terlaksana tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena ini, pada kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang terkait dalam pelaksanaan penelitian ini hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Drs. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc. selaku dosen pembimbing

skripsi I yang telah memberikan saran serta dukungan dalam pelaksanaan penelitian serta penulisan karya ilmiah ini.

2. Ibu Rini Solihat, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi II yang juga telah memberikan saran serta dukungan dalam pelaksanaan penelitian serta penulisan karya ilmiah ini.

3. Ibu Dr. Hernawati, S.Pt., M.Si.dan Ibu Tina Safaria, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi saran dan dorongan semangat selama masa perkuliahan.

4. Ibu Hj. Dr. Widi Purwianingsih, M.Si selaku ketua Program Studi Biologi yang selalu memberikan motivasi agar bisa menyelesaikan studi kami dengan tepat waktu.

5. Bapak Dr. Riandi, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.


(2)

v

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Ibu Iin Maemunah, S. Pd selaku laboran di Laboratorium Ekologi FPMIPA UPI yang senang tiasa membantu dan memberi motivasi selama penulis melaksanakan penelitian dengan penuh kesabaran.

7. Bapak Aep Saepudin selaku analis Laboratorium Ekologi PPSDAL

UNPAD yang telah memberi pengetahuan dan motivasinya.

8. Ayahanda Deni Suhardiman, Ibunda Herniyati, kakak tersayang, Reisa Rhamadani, S.Pi., serta Desta Rahayu Supriatna yang selalu mendukung dan memberikan doa serta kasih sayang.

9. Santika Febri, Siti Afifah, Rina Marliana, dan Syifa Chairul, selaku sahabat yang senang tiasa memberi motivasi dan teman berbagi yang tidak akan dilupakan. Serta teman-teman yang telah menemani pengambilan sampel, Aly Musyafak dan Teteh Lita Witasari, S.Si.

10.Teman-teman DNA-C yang menemani selama masa perkuliahan, semoga

hubungan silahturahmi kita tidak terputus begitu saja.

Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Namun dibalik semua ini, penulis berharap semoga tulisan yang sederhana ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan pembaca. Aamin.

Bandung, Agustus 2014

Seila Arumwardana NIM. 1005363


(3)

vi

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

BAB Halaman

PERNYATAAN. ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR. ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KELIMPAHAN, KERAGAMAN, DAN DOMINANSI PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE ... 5

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 5

B. Hutan Mangrove... 5

C. Plankton ... 8

1. Jenis Plankton ... 9

2. Struktur Komunitas ... 11

3. Plankton di Perairan Hutan Mangrove ... 12

D. Faktor Fisik dan Kimiawi Perairan ... 13


(4)

vii

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kekeruhan ... 14

3. Salinitas ... 14

4. Potential of Hydrogen (pH) ... 14

5. Oksigen Terlarut (DO/Dissoveled Oxygen) ... 15

6. Unsur Hara ... 15

E. Peranan Komunitas Plankton dalam Ekosistem ... 16

F. Penelitian yang Relevan ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis Penelitian ... 19

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

1. Lokasi Penelitian ... 19

2. Waktu Penelitian ... 19

C. Populasi dan Sampel ... 20

D. Desain Penelitian ... 20

E. Langkah-Langkah Penelitian ... 23

1. Pra-Penelitian ... 23

2. Penelitian ... 23

3. Analisis Data ... 24

F. Alat dan Bahan ... 28

G. Alur Penelitian ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil ... 30

1. Kelimpahan Plankton ... 30

a. Kelimpahan Fitoplankton ... 30

b. Kelimpahan Zooplankton ... 34

2. Komposisi Plankton ... 36

a. Komposisi Fitoplankton ... 36

b. Komposisi Zooplankton ... 37

3. Keragaman, Keseragaman, dan Dominansi Plankton ... 38


(5)

viii

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Pembahasan ... 42

1. Kelimpahan Plankton ... 43

a. Kelimpahan Fitoplankton ... 43

b. Kelimpahan Zooplankton ... 46

2. Komposisi Plankton ... 48

a. Komposisi Fitoplankton ... 48

b. Komposisi Zooplankton ... 52

3. Keragaman, Keseragaman, dan Dominansi Plankton ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 61


(6)

ix

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Karakteristik Rona Lingkungan Setiap Stasiun Pencuplikan... 22

4.1 Kelimpahan (x103 ind/m3) Fitoplankton di Setiap Stasiun Pencuplikan ... 30

4.2 Kelimpahan (x103 ind/m3) Zooplankton di Setiap Stasiun Pencuplikan ... 35

4.3 Komposisi Fitoplankton di Setiap Stasiun Pencuplikan. ... 37

4.4 Komposisi Zooplankton di Setiap Stasiun Pencuplikan ... 37

4.5 Keragaman, Keseragaman, dan Dominansi Fitoplankton ... 38

4.6 Keragaman, Keseragaman, dan Dominansi Zooplankton ... 39

4.7 Hasil Pegukuran Faktor Fisik dan Kimiawi Perairan pada Setiap Stasiun Pencuplikan ... 40

4.8 Perhitungan Faktor Fisik dan Kimiawi yang Paling Berkonstribusi Terhadap Struktur Komunitas Plankton Menggunakan Koefisien Varians (KV) ... 41


(7)

x

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Enam Tipe Komunitas Mangrove Berdasarkan Karakteristik

Fisiografik dan Strukturnya... 7 3.1 Peta Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang ... 20 3.2 Ilustrasi Penempatan Stasiun Pengamatan di Sepanjang Perairan

Hutan Mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang. ... 21 3.3 Alur Penelitian ... 29 4.1 Presentase Komposisi Fitoplankton Berdasarkan Kelas di Setiap

Stasiun Pencuplikan ... 50 4.2 Pengelompokan Habitat Berdasarkan Kelimpahan Plankton ... 51 4.3 Presentase Komposisi Zooplankton Berdasarkan Filum di Setiap


(8)

xi

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

I Format Pengamatan Plankton ... 61

II Alat dan Bahan yang Digunakan... 62

III Pengolahan Data... 64

IV Foto Pengamatan ... 76


(9)

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan salah satu tipe hutan hujan tropis yang memiliki karakteristik ekosistem yang unik. Ekosistem hutan mangrove berkaitan erat dengan daerah muara sungai yang sama-sama memiliki karakteristik yang khas (Wibisono, 2005). Pada umumnya, mangrove tumbuh pada daerah pantai yang datar dan terlindungi oleh terumbu karang (coral reef) serta terdapat di dekat muara sungai (estuaria) (Hutabarat dan Evans, 2006). Ada enam tipe komunitas hutan mangrove, yaitu salah satunya merupakan hutan mangrove di daerah aliran sungai (riverine mangrove forest). Tipe komunitas hutan mangrove ini akan mengalami peningkatan kedalaman air dan tingkat salinitas menurun pada saat musim hujan (Hutchings dan Saenger, 1987). Mangrove tumbuh lebat pada daerah muara sungai karena terdapat substrat lumpur dan pasir yang dapat mendukung pertumbuhannya (Nontji, 1987).

Salah satu hutan mangrove di pesisir Pantai Selatan Jawa Barat terdapat di Cagar Alam Leuweung Sancang. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menggali potensi yang terdapat di cagar alam ini. Namun belum banyak penelitian yang dilakukan pada perairan hutan mangrove pada aliran sungai, khususnya pada hutan mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang. Salah satu penelitian yang telah dilakukan di perairan hutan mangrove ini adalah distribusi, kelimpahan, dan keragaman nekton (Ridho, 2010). Ada pun penelitian plankton yang telah dilakukan di cagar alam ini, yaitu dinamika komunitas plankton di perairan hutan mangrove yang terletak di daerah muara Sungai Cipalawah. Dinamika komunitas yang diamati merupakan komunitas plankton yang terdapat pada perairan terbuka yang berhubungan langsung dengan laut lepas. Dari hasil penelitian tersebut, keragaman plankton yang terdapat di perairan hutan mangrove Leuweung Sancang dikategorikan cukup beragam atau keragaman sedang. Sementara untuk kelimpahan fitoplankton sering ditemukan anggota dari kelas


(10)

2

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bacillariophyceae dan untuk zooplankton yang paling berlimpah adalah anggota dari Crustaceae dan Protozoa (Oktaviani, 2012).

Hutan mangrove Sungai Cikolomberan memiliki peranan yang penting bagi warga sekitarnya, yaitu salah satunya sebagai daerah sumber daya perikanan. Menurut Nontji (1987), perairan hutan mangrove berfungsi sebagai tempat asuhan (nursery ground) bagi berbagai larva hewan akuatik yang memiliki nilai ekonomi penting, yakni seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Selain itu, ekosistem hutan mangrove di daerah estuaria merupakan daerah yang kaya akan nutrisi. Daerah estuaria merupakan daerah percampuran antara air sungai dan air laut. Bahan-bahan organik yang berasal dari hulu sungai dan laut menumpuk di daerah ini karena dipengaruhi fluktuasi pasang dan surut, yang akan menjadi sumber unsur hara bagi tumbuhan dan hewan akuatik yang hidup di daerah ini (Hutabarat dan Evans, 2006). Sumbangan terpenting hutan mangrove bagi ekosistem perairan adalah guguran daun-daun yang didekomposisi oleh detritivor merupakan sumber bahan organik yang penting dalam rantai makanan (food chain) (Nontji, 1987). Hasil dekomposisi tersebut digunakan oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis sehingga dalam komunitas fitoplankton akan berperan sebagai produsen utama (McLusky, 1981).

Plankton merupakan suatu komunitas jasad renik yang terdiri dari dua golongan, yakni flora dan fauna, yang berukuran mikroskopik (Wibisono, 2005), hidup melayang atau mengambang di dalam air mengikuti arus, walaupun ada yang memiliki kemampuan bergerak untuk melawan arus, gerakannya sangat terbatas (Nontji, 1987). Struktur komunitas merupakan kumpulan populasi yang hidup di suatu habitat tertentu yang saling berinteraksi sehingga membentuk suatu hubungan timbal balik (Odum, 1971). Ada pun karaketeristik dari struktur komunitas yang dinyatakan oleh Krebs (1972) meliputi keanekaragaman jenis, bentuk pertumbuhan dan struktur, dominansi, kelimpahan relatif, dan struktur trofik dari komunitas itu sendiri. Struktur komunitas plankton di suatu perairan dapat memperlihatkan perubahan yang terjadi pada daerah tersebut (Wijaya dan Haryati, 2009).


(11)

3

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan penelitian mengenai struktur komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) sebagai indikator kualitas perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan. Hal ini dapat menjadi data awal untuk peningkatan mutu perairan, baik dari segi potensi perikanan maupun konservasi, sehingga perairan ini dapat dimanfaatkan secara optimal bagi warga sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, permasalahan yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah “Bagaimana struktur komunitas plankton di perairan hutan Mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang?”

Berdasarkan rumusan masalah tersebut dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut, yaitu:

1. Bagaimana kelimpahan fitoplankton di perairan hutan Mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang?

2. Bagaimana kelimpahan zooplankton di perairan hutan Mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang?

3. Bagaimana komposisi fitoplankton di perairan hutan Mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang?

4. Bagaimana komposisi zooplankton di perairan hutan Mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang?

5. Bagaimana keragaman plankton di perairan hutan Mangrove Sungai

Cikolomberan, Leuweung Sancang?

6. Bagaimana keseragaman plankton di hutan Mangrove Sungai

Cikolomberan, Leuweung Sancang?

7. Bagaimana dominansi plankton di perairan hutan Mangrove Sungai


(12)

4

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Bagaimana faktor fisik dan kimiawi perairan yang berpengaruh terhadap struktur komunitas plankton di perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, ada beberapa batasan masalah yang diajukan, yaitu:

1. Plankton yang akan diteliti adalah plankton yang tercuplik pada saat pengambilan sampel.

2. Penempatan titik sampling plankton dilakukan di perairan mangrove Sungai Cikolomberan hingga pada perairan dengan rona lingkungan tidak ditemukan lagi vegetasi mangrove.

3. Pengambilan sampel dilakukan pada saat surut.

4. Struktur komunitas plankton yang diamati merupakan komunitas plankton

pada bulan April 2014.

D. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui struktur komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) di perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang. Informasi mengenai struktur komunitas plankton yang disampaikan, yakni kelimpahan, komposisi, keragaman, keseragaman, dan dominansi.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan yang dilihat dari struktur komunitas plankton baik fitoplankton maupun zooplanktonnya pada perairan ini. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh warga setempat untuk menunjang fungsi ekologis alam sekitar tetap terjaga kelestariannya. Serta dapat dimanfaatkan sebagai data awal bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti pada bidang yang sama.


(13)

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif

(Nazir, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan struktur komunitas plankton di perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat serta hubungannya dengan fenomena yang diamati meliputi kelimpahan, komposisi, keragaman, keseragaman, dan dominansi plankton.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang yang terletak di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut Jawa Barat. Sampling dilakukan di sepanjang Sungai Cikolomberan dari mulut muara sungai hingga aliran sungai yang tidak lagi ditumbuhi vegetasi mangrove (Gambar 3.1). Mulut muara sungai berhubungan langsung dengan lautan, di sekitarnya ditumbuhi oleh vegetasi mangrove Aegiceras sp., sementara batas tempat pengambilan sampel pada perairan yang lingkungan sekitar perairannya sudah tidak ditumbuhi vegetasi mangrove melainkan tumbuhan hutan pantai, yaitu Hibiscus sp.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data dan sampel dilakukan pada bulan April 2014. Urutan waktu pengambilan sampel disesuaikan dengan perhitungan cuaca dan waktu pasang surut. Waktu pengambilan sampel, yaitu pada saat perairan surut sehingga perairan hutan mangrove pada sungai ini tidak terlalu dipengaruhi oleh air yang datang pada saat pasang.


(14)

20

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah semua jenis plankton yang terdapat di perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang. Sampel diamati adalah semua individu plankton yang tercuplik pada setiap stasiun pengamatan.

D. Desain Penelitian

Penelitian diawali dengan pra penelitian termasuk survey lokasi penelitian, yakni maksudkan sebagai studi pendahuluan. Pada pelaksanan studi pendahuluan ini dilakukan pengamatan kondisi lingkungan meliputi rona lingkungan, penentuan lokasi titik pengamatan, serta wawancara kepada nelayan mengenai waktu pasang surut. Selain itu, dilakukan juga pengukuran faktor fisik dan kimiawi perairan, serta mengambilan contoh sampel air. Tujuannya adalah menguji metode pengambilan dan pengawetan sampel.

Gambar 3.1. Peta Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang; Kotak berwarna merah, area pengamatan.

(Sumber: Blom Narcon Cooperation (1999), skala 1: 25000)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2013, kondisi perairan Sungai Cikolomberan tidak mengalir ke laut


(15)

21

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lepas. Kondisi ini memengaruhi sifat kimiawi air, terutama tingkat kandungan kadar garam (salinitas). Selain itu, perairan hutan mangrove ini memiliki tingkat kedalaman dan substrat yang berbeda dikarenakan vegetasi hutan mangrove dan hutan pantai disekitarnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan water sampler berkapasitas 3 liter.

Pengawetan plankton yang digunakan adalah formalin 4% (Michael, 1984), yakni menambahkan 1 ml formalin 4% dan 5 tetes gliserin agar jenis diatom tidak mudah rapuh. Ada pun pengawetan yang diuji, yaitu dengan menggunakan larutan alkohol 70% dan 90% (Pusat Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PPSDAL), 1995), gliserin, dan formalin 4%. Terdapat perbedaan pencacahan dan identifikasi plankton yang didapatkan pada saat studi pendahuluan, Bulan November 2013 (Musim Hujan) dan pada saat penelitian, Bulan April 2014 (Musim Peralihan). Ada perbedaan kelimpahan dan keragaman plankton yang ditemukan. Plankton yang ditemukan pada Bulan November 2013 lebih sedikit, baik kelimpahannya maupun keragamannya, dan ada beberapa jenis yang lebih melimpah dibandingkan dengan plankton yang ditemukan pada Bulan April 2014. Pada Bulan November 2013, ditemukan lebih berlimpah Navicula sp., Cyclop sp. dan Nauplius.

Gambar 3.2. Ilustrasi penempatan stasiun pengamatan di sepanjang perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang.


(16)

22

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Stasiun pencuplikan pertama: 2. Stasiun pencuplikan kedua; 3. Stasiun pencuplikan ketiga; 4. Stasiun pencuplikan keempat; 5. Stasiun pencuplikan kelima

Tahap selanjutnya merupakan pelaksanaan penelitian. Penentuan stasiun pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yakni ditentukan berdasarkan rona lingkungan, meliputi substrat dan vegetasi mangrove yang tumbuh di sekitarnya. Setiap stasiun ditempatkan tiga titik pencuplikan sampel secara random, yakni pinggir dan tengah sungai.

Perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan ini dibagi menjadi lima stasiun pengamatan (Gambar 3.2). Stasiun pertama berlokasi pada mulut muara sungai yang berhubungan langsung dengan laut lepas dan stasiun terakhir terletak di hulu sungai yang ditentukan berdasarkan tidak ditemukannya lagi vegetasi mangrove yang tumbuh di sekitar sungai.

Tabel 3.1 Karakteristik rona lingkungan setiap stasiun pencuplikan

Karakteristik Stasiun

1 2 3 4 5

Substrat Pasir Lumpur Pasir

bercampur dengan lumpur Pinggir sungai berlumpur dan tengah sungai pasir

Lumpur

Vegetasi Aegiceras

sp. dan

Bruguiera sp.

Rhizophora sp.

Rhizophora

sp. dan

Bruguiera sp.

Rhizophora

sp. dan

Bruguiera sp.

Hibiscus

sp. dan

rotan hutan pantai Jarak dari stasiun

sebelumnya (m)

- 274 240 180 192

Kedalaman (cm) 10 – 15 80 - 110 70 – 90 40 – 79 30 – 40

Pencuplikan dilakukan tiga kali dalam waktu yang berbeda. Perbedaan waktu pencuplikan dianggap sebagai pengulangan waktu. Total pencuplikan pada semua stasiun pengamatan adalah 15 pencuplikan dalam satu hari pengamatan. Dengan pengulangan tiga kali waktu pencuplikan, maka didapat sebanyak 45


(17)

23

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pencuplikan. Hasil identifikasi dan pencacahan dicatat pada format pengamatan (Lampiran 1) yang didalamnya terdapat stasiun pencuplikan, titik pencuplikan, nama spesies plankton yang ditemukan, dan jumlah frekuensi ditemukan.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini meliputi dua tahap, yaitu tahap pra-penelitian dan pra-penelitian.

1. Pra-Penelitian

Ada pun beberapa hal yang dilakukan pada pra-penelitian ini, yaitu:

a. Mengamati rona lingkungan dan melakukan pemetaan kondisi muara

melalui survey di lokasi penelitian.

b. Melakukan wawancara dengan penduduk setempat.

c. Menentukan lokasi penelitian dan batasan kawasan pengambilan sampel serta penentuan koordinat-koordinat utama yang akan diplot (mapping) ke dalam peta digital.

d. Pengukuran faktor abiotik dan pengambilan contoh sampel.

2. Penelitian

Penelitian dilakukan di sepanjang perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan mulai dari mulut muara sungai berhubungan langsung dengan lautan, di sekitarnya ditumbuhi oleh mangrove Aegiceras sp. hingga perairan yang di sekitarnya sudah tidak ditumbuhi vegetasi mangrove (vegetasi hutan pantai Hibiscus sp.), dibagi menjadi lima stasiun seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1 dan gambar 3.2.

Ada pun langkah-langkah yang akan dilakukan, yaitu:

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.

b. Untuk pengulangan secara meruang dilakukan sampling diambil tiga titik pencuplikan yang mewakili pinggir dan tengah perairan di setiap stasiun pencuplikan.


(18)

24

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Pencuplikan sampel penelitian dilakukan menggunakan water sampler dengan kapasitas 3000 ml.

d. Dari setiap titik pencuplikan disaring sebanyak 30 liter air sungai menggunakan plankton net no. 25 berukuran 0.0535 mm (173 mersh) dengan botol penampung 50ml.

e. Sampel air dipindahkan ke botol sampel yang telah diberi label dan diawetkan menggunakan 1ml formalin 4% dan 5 tetes gliserin. Kemudian dimasukkan ke dalam cooler box. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Ekologi FPMIPA UPI dan Laboratoriaum Biota Perairan PPSDAL Bandung.

f. Pengambilan sampel dilakukan pada saat perairan surut.

g. Pengukuran parameter fisik dan kimiawi berupa suhu udara, intensitas cahaya, suhu air, penetrasi cahaya, kedalaman air, kekeruhan air, salinitas, kecepatan arus, pH air, DO, CO2 bebas, nitrat, dan fosfat dilakukan tiga kali pengulangan pada setiap stasiun.

h. Pengukuran nitrat dan fosfat dilakukan di Laboratorium Analisis Kualitas Perairan PPSDAL Bandung. Pengawetan sampel air untuk uji nitrat diawetkan dengan menambahakan 5 tetes H2SO4 pekat, sedangkan pengawetan sampel air untuk uji fosfat, botol sampel dimasukkan kedalam cooler box yang telah diberi es.

i. Analisis data faktor abiotik digunakan perhitungan rata-rata setiap stasiun pencuplikan sampel.

3. Analisis Data

Data yang telah didapat kemudian dianalisis sesuai dengan karakteristik struktur komunitas, yakni meliputi kelimpahan, keragaman, dan dominansi (Krebs, 1972).

a. Identifikasi dan Determinasi Plankton

1) Identifikasi sampel menggunakan mikroskop cahaya dan Sedgwick Rafter


(19)

25

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Sampel air diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet 1 ml sehingga pengambilan sampel tepat 1 ml.

3) Identifikasi dan pencacahan plankton menggunakan SRCC dilakukan

pengamatan secara horizontal atau mendatar (Michael, 1984). 4) Plankton yang didapat dicatat, dihitung, dan didokumentasikan.

5) Identifikasi plankton mengunakan literatur, seperti: Freshwater Algae: Identification and Use as Bioindicator (Bellinger dan Sigee, 2010); Freshwater Algae of North America (Wehr dan Sheath, 2003); Ecology and Classification of North American Freshwater Invertebrates (Thorp dan Covich, 2001); Illustration of Marine Plankton of Japan (Yamaji, 1982); A Text Book of Algae (Kamat, 1976); Plankton of South Vietnam (Shirota, 1966); Guide to Identification of Marine and Estuarine Invertebrates (Gosner, 1971); Fresh Water Biology (Edmondson, 1959); dan The Freshwater Algae (Prescott, 1954) di Laboratorium Ekologi FPMIPA UPI dan Laboratorium Biota Perairan PPSDAL Bandung.

6) Data identifikasi plankton yang telah didapat divalidasi oleh lembaga PPSDAL Bandung.

b. Perhitungan

1) Analisis Kelimpahan Plankton

Penentuan kelimpahan plankton dilakukan berdasarkan metode pengamatan secara horizontal menggunaan Sedwick Rafter. Kelimpahan plankton dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007):

N = n x

x

Keterangan:

N =Kelimpahan plankton (ind/m3) n = Jumlah individu teramati (ind)

Vr = Volume air contoh yang tersaring (ml)

Vo = Volume air yang tertampung dalam SRC (1 ml) Vs = Volume air contoh yang disaring (liter)


(20)

26

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1000= Konversi dalam m3

2) Komposisi

Komposisi taksa dinyatakan dalam satuan persen (%). Komposisi ini menunjukkan berapa banyak kelas atau filum tertentu di perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang. Rumus untuk menentukan komposisi taksa, yaitu:

Komposisi =

X 100%

3) Keragaman (Diversity) dan Keseragaman (Evennes)

Analisis keragaman yang sering digunakan adalah indeks keragaman Shannon–Wiener. Rumus untuk menghitung indeks keragaman Shannon-Wienner (Odum, 1971), yaitu:

H’ = - ∑ Pi ln Pi Keterangan:

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner

Pi = ni/N

ni = Total individu spesies i

N = Total jumlah individu dalam komunitas

Kriteria indeks keragaman Shannon-Wiener diklasifikasikan sebagai berikut (Fachrul, 2007; Odum, 1971):

H’ < 1, keragaman rendah, komunitas biota tidak stabil.

1 < H’ < 3, keragaman sedang, stabilitas komunitas biota sedang.

H’ < 3, keragaman tinggi, stabilitas komunitas biota dalam kondisi baik (stabil).


(21)

27

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keragaman jenis tidak akan terlepas dari keseragaman

(kemerataan/Evennes). Menurut Odum (1971), keragaman berbanding lurus dengan keseragaman, bila nilai keragaman tinggi maka nilai keseragaman pun akan tinggi, sebaliknya bila nilai keragaman rendah maka nilai keragaman pun akan rendah.

Keseragaman (Evennes) atau dapat dikatakan kemerataan merupakan salah satu faktor penting yang menjadi karakteristik struktur komunitas. Keseragaman dapat memperlihatkan penyebaran suatu jenis di antara jenis lainnya (Nybakken, 1992). Menurut Fachrul (2007), indeks keseragaman menunjukkan pola penyebaran biota merata atau tidak. Kriterianya, bila nilai indeks mendekati 1 (E = 1), maka kemerataan antar jenis relatif sama atau jumlah individu yang dimiliki masing-masing jenis relatif sama. Sebaliknya, bila nilai indeks mendekati 0 (E = 0), maka kemerataan antar jenis rendah, artinya jumlah individu dimiliki setiap jenis sangat jauh berbeda.

Rumus untuk menentukan indeks keseragaman Pielou (Odum, 1971), yaitu:

E = H’ / lnS

Keterangan:

E = Indeks Keseragaman Pielou

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner

S = Jumlah spesies

4) Dominansi Simpson (C)

Hasil indeks dominansi di suatu perairan dapat memperlihatkan keseimbangan (equal) komunitas di dalamnya (Sharma. 1984). Untuk mengetahui adanya dominansi jenis tertentu di perairan digunakan indeks dominansi Simpson (Odum, 1971). Berikut ini adalah rumus penentuan indeks dominansi Simpson:

C = ∑ (ni/N)2


(22)

28

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C = Indeks Dominansi Simpson ni = Total individu spesies i

N = Total jumlah individu dalam komunitas

Kriteria indeks dominansi Simpson berkisar antara 0 – 1 (Fachrul, 2007), bila nilai indeks dominansi Simpson mendekati 0, berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi jenis lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. Bila nilai indeks dominansi Simpson mendekati 1, berarti terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau struktur komunitas dalam keadaan tidak stabil.

5) Koefisien Variansi (KV)

Koefisien Variansi digunakan untuk membandingkan berbagai variasi relatif dengan satuan yang berbeda (Sudjana, 1989), hal ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor fisik dan kimiawi mana yang paling memiliki konstribusi terhadap struktur komunitas plankton. Faktor yang paling memberikan konstribusi memiliki nilai KV tertinggi. Berikut rumus yang digunakan dalam perhitungan KV:

KV =

6) Indeks Kesamaan (Similarity Index)

Untuk menngetahui kemiripan atau kesamaan dari kedua sampel digunakan indeks similaritas (Odum, 1971), Berikut ini rumus penentuan indeks similaritas, yaitu:

S =

x 100%

Keterangan:

S = Indeks Similaritas

A = Jumlah jenis yang ditemukan pada sampel A B = Jumlah jenis yang ditemukan pada sampel B


(23)

29

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C = Jumlah jenis yang sama-sama muncul pada kedua sampel berbeda

F. Alat dan Bahan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan yang sangat menunjang bagi pengamatan mengenai struktur komunitas plankton dan faktor fisika-kimia lingkungan perairan. Alat yang digunakan antara lain, adalah water sampler, plankton net, botol sampel gelap, cooler box, tabung Erlenmeyer, botol sampel plankton, pipet, meteran, alat pengukur suhu, salinitas, pH, DO, dan kekeruhan. Bahan yang digunakan diantara lain, yaitu H2SO4 pekat, es, formalin 4%, gliserin, dan bahan untuk analisis CO2 bebas. Untuk lebih spesifik, daftar alat dan bahan dapat dilihat pada lampiran 2.


(24)

30

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Alur Penelitian

Gambar 3.3. Alur Penelitian

Pra-Penelitian

Penentuan stasiun sampling Pemetaan, pengamatan rona

lingkungan, pengambilan contoh sampel dan pengukuran faktor abiotik

Survey

Wawancara dengan penduduk

Penelitian

Pengolahan data Pra-Penelitian

Sampling

Identifikasi

Analisis Data

Pelaporan dan Pembuatan Kesimpulan Pengukuran faktor fisik dan

kimiawi perairan serta pencuplikan sampel air

Bellinger dan Sigee, 2010; Wehr dan Sheath, 2003; Thorp

dan Covich, 2001; Yamaji, 1982; Kamat, 1976; Gosner,

1971; Shirota, 1966; Edmondson, 1959; dan


(1)

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Sampel air diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet 1 ml sehingga pengambilan sampel tepat 1 ml.

3) Identifikasi dan pencacahan plankton menggunakan SRCC dilakukan pengamatan secara horizontal atau mendatar (Michael, 1984).

4) Plankton yang didapat dicatat, dihitung, dan didokumentasikan.

5) Identifikasi plankton mengunakan literatur, seperti: Freshwater Algae: Identification and Use as Bioindicator (Bellinger dan Sigee, 2010); Freshwater Algae of North America (Wehr dan Sheath, 2003); Ecology and Classification of North American Freshwater Invertebrates (Thorp dan Covich, 2001); Illustration of Marine Plankton of Japan (Yamaji, 1982); A Text Book of Algae (Kamat, 1976); Plankton of South Vietnam (Shirota, 1966); Guide to Identification of Marine and Estuarine Invertebrates (Gosner, 1971); Fresh Water Biology (Edmondson, 1959); dan The Freshwater Algae (Prescott, 1954) di Laboratorium Ekologi FPMIPA UPI dan Laboratorium Biota Perairan PPSDAL Bandung.

6) Data identifikasi plankton yang telah didapat divalidasi oleh lembaga PPSDAL Bandung.

b. Perhitungan

1) Analisis Kelimpahan Plankton

Penentuan kelimpahan plankton dilakukan berdasarkan metode pengamatan secara horizontal menggunaan Sedwick Rafter. Kelimpahan plankton dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007):

N = n x

x

Keterangan:

N =Kelimpahan plankton (ind/m3) n = Jumlah individu teramati (ind)

Vr = Volume air contoh yang tersaring (ml)

Vo = Volume air yang tertampung dalam SRC (1 ml) Vs = Volume air contoh yang disaring (liter)


(2)

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1000= Konversi dalam m3

2) Komposisi

Komposisi taksa dinyatakan dalam satuan persen (%). Komposisi ini menunjukkan berapa banyak kelas atau filum tertentu di perairan hutan mangrove Sungai Cikolomberan, Leuweung Sancang. Rumus untuk menentukan komposisi taksa, yaitu:

Komposisi =

X 100% 3) Keragaman (Diversity) dan Keseragaman (Evennes)

Analisis keragaman yang sering digunakan adalah indeks keragaman Shannon–Wiener. Rumus untuk menghitung indeks keragaman Shannon-Wienner (Odum, 1971), yaitu:

H’ = - ∑ Pi ln Pi

Keterangan:

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner Pi = ni/N

ni = Total individu spesies i

N = Total jumlah individu dalam komunitas

Kriteria indeks keragaman Shannon-Wiener diklasifikasikan sebagai berikut (Fachrul, 2007; Odum, 1971):

H’ < 1, keragaman rendah, komunitas biota tidak stabil.

1 < H’ < 3, keragaman sedang, stabilitas komunitas biota sedang.

H’ < 3, keragaman tinggi, stabilitas komunitas biota dalam kondisi baik


(3)

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keragaman jenis tidak akan terlepas dari keseragaman (kemerataan/Evennes). Menurut Odum (1971), keragaman berbanding lurus dengan keseragaman, bila nilai keragaman tinggi maka nilai keseragaman pun akan tinggi, sebaliknya bila nilai keragaman rendah maka nilai keragaman pun akan rendah.

Keseragaman (Evennes) atau dapat dikatakan kemerataan merupakan salah satu faktor penting yang menjadi karakteristik struktur komunitas. Keseragaman dapat memperlihatkan penyebaran suatu jenis di antara jenis lainnya (Nybakken, 1992). Menurut Fachrul (2007), indeks keseragaman menunjukkan pola penyebaran biota merata atau tidak. Kriterianya, bila nilai indeks mendekati 1 (E = 1), maka kemerataan antar jenis relatif sama atau jumlah individu yang dimiliki masing-masing jenis relatif sama. Sebaliknya, bila nilai indeks mendekati 0 (E = 0), maka kemerataan antar jenis rendah, artinya jumlah individu dimiliki setiap jenis sangat jauh berbeda.

Rumus untuk menentukan indeks keseragaman Pielou (Odum, 1971), yaitu:

E = H’ / lnS

Keterangan:

E = Indeks Keseragaman Pielou

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner S = Jumlah spesies

4) Dominansi Simpson (C)

Hasil indeks dominansi di suatu perairan dapat memperlihatkan keseimbangan (equal) komunitas di dalamnya (Sharma. 1984). Untuk mengetahui adanya dominansi jenis tertentu di perairan digunakan indeks dominansi Simpson (Odum, 1971). Berikut ini adalah rumus penentuan indeks dominansi Simpson:

C = ∑ (ni/N)2


(4)

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C = Indeks Dominansi Simpson ni = Total individu spesies i

N = Total jumlah individu dalam komunitas

Kriteria indeks dominansi Simpson berkisar antara 0 – 1 (Fachrul, 2007), bila nilai indeks dominansi Simpson mendekati 0, berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi jenis lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. Bila nilai indeks dominansi Simpson mendekati 1, berarti terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau struktur komunitas dalam keadaan tidak stabil.

5) Koefisien Variansi (KV)

Koefisien Variansi digunakan untuk membandingkan berbagai variasi relatif dengan satuan yang berbeda (Sudjana, 1989), hal ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor fisik dan kimiawi mana yang paling memiliki konstribusi terhadap struktur komunitas plankton. Faktor yang paling memberikan konstribusi memiliki nilai KV tertinggi. Berikut rumus yang digunakan dalam perhitungan KV:

KV =

6) Indeks Kesamaan (Similarity Index)

Untuk menngetahui kemiripan atau kesamaan dari kedua sampel digunakan indeks similaritas (Odum, 1971), Berikut ini rumus penentuan indeks similaritas, yaitu:

S =

x 100% Keterangan:

S = Indeks Similaritas

A = Jumlah jenis yang ditemukan pada sampel A B = Jumlah jenis yang ditemukan pada sampel B


(5)

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C = Jumlah jenis yang sama-sama muncul pada kedua sampel berbeda

F. Alat dan Bahan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan yang sangat menunjang bagi pengamatan mengenai struktur komunitas plankton dan faktor fisika-kimia lingkungan perairan. Alat yang digunakan antara lain, adalah water sampler, plankton net, botol sampel gelap, cooler box, tabung Erlenmeyer, botol sampel plankton, pipet, meteran, alat pengukur suhu, salinitas, pH, DO, dan kekeruhan. Bahan yang digunakan diantara lain, yaitu H2SO4 pekat, es, formalin 4%, gliserin, dan bahan untuk analisis CO2 bebas. Untuk lebih spesifik, daftar alat dan bahan dapat dilihat pada lampiran 2.


(6)

Seila Arumwardana, 2014

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Alur Penelitian

Gambar 3.3. Alur Penelitian

Pra-Penelitian

Penentuan stasiun sampling Pemetaan, pengamatan rona

lingkungan, pengambilan contoh sampel dan pengukuran faktor abiotik

Survey

Wawancara dengan penduduk

Penelitian

Pengolahan data Pra-Penelitian

Sampling

Identifikasi

Analisis Data

Pelaporan dan Pembuatan Kesimpulan Pengukuran faktor fisik dan

kimiawi perairan serta pencuplikan sampel air

Bellinger dan Sigee, 2010; Wehr dan Sheath, 2003; Thorp

dan Covich, 2001; Yamaji, 1982; Kamat, 1976; Gosner,

1971; Shirota, 1966; Edmondson, 1959; dan