PERBANDINGAN JUMLAH ANAK DARI MENCIT BETINA YANG DIKAWINKAN DENGAN MENCIT JANTAN YANG MENDAPAT PERLAKUAN JUS BIJI PINANG MUDA DAN JUS DAUN JATI BELANDA.

(1)

PERBANDINGAN JUMLAH ANAK DARI MENCIT BETINA YANG DIKAWINKAN DENGAN MENCIT JANTAN YANG MENDAPAT PERLAKUAN

JUS BIJI PINANG MUDA DAN JUS DAUN JATI BELANDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh

MUHAMMAD IHSANURROZI 0905910

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATI KA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERBANDINGAN JUMLAH ANAK DARI MENCIT BETINA YANG DIKAWINKAN DENGAN MENCIT JANTAN YANG MENDAPAT PERLAKUAN

JUS BIJI PINANG MUDA DAN JUS DAUN JATI BELANDA

Oleh

MUHAMMAD IHSANURROZI 0905910

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

© Muhammad Ihsanurrozi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PERBANDINGAN JUMLAH ANAK DARI MENCIT BETINA YANG DIKAWINKAN DENGAN MENCIT JANTAN YANG MENDAPAT PERLAKUAN

JUS BIJI PINANG MUDA DAN JUS DAUN JATI BELANDA

Oleh

Muhammad Ihsanurrozi 0905910

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. H. Saefudin, M.Si. NIP. 196307011988031003

Pembimbing II

Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, M.S. NIP. 195904011983032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Dr. H. Riandi, M.Si. NIP.196305011988031002


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Perbandingan jumlah anak mencit betina dara yang dikawinkan dengan mencit jantan yang mendapat perlakuan jus biji pinang muda dan jus daun jati belanda ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,

Muhammad Ihsanurrozi 0905910


(5)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Batasan Masalah 4

D. Tujuan 4

E. Manfaat 4

F. Asumsi 4

G. Hipotesis 5

BAB II MANFAAT TUMBUHAN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DAN PINANG (Areca catechu L.) SERTA SISTEM REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN


(6)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu A. Deskripsi Tumbuhan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)

6 B. Kandungan Kimia Tumbuhan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia

Lamk.) dan Efeknya terhadap Fungsi Tubuh

9 C. Manfaat Tumbuhan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)

13 D. Deskripsi Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.) 15 E. Kandungan Kimia Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.) dan Efeknya terhadap Fungsi Tubuh

18

F. Manfaat Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.) 19

G. Hewan Uji Mencit (Mus musculus L.)

H. Sistem Reproduksi Mus musculus L. Jantan dan betina

I. Spermatogenesis dan Spermatozoa pada Mus musculus L. Jantan

J. Hormon Reproduksi Jantan dan Kontrolnya terhadap Spermatogenesis

21 24-25

27

30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 33

B. Desain Penelitian 33

C. Populasi dan Sampel 36


(7)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Alat dan Bahan 37

F. Prosedur Penelitian 38

1. Tahap penelitian 38

a. Aklimatisasi mencit... b. Penentuan dosis

38

c. Pembuatan kandang pemeliharaan mencit 40

d. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Jus daun jati

Belanda 40

d. Pengumpulan bahan dan pembuatan jus biji pianng muda 41

e. pemeriksaan fase estrus pada mencit 42

f. Pengawinan mencit jantan yang telah diberi perlakuan dengan mencit betina dara...

42

g. Jumlah anak mencit yang lahir... 42

h. Jumlah anak mencit yang lahir 42

i. Jumlah titik implantasi 43

j. Analisis data 43

H. Alur Penelitian 44


(8)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Hasil Penelitian 45

1. Titik implantasi mencit setelah Pemberian Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda

46 2. jumlah anak yang lahir

49

B. Pembahasan 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 59

B. Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN 64


(9)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Deskripsi Mus musculus L 23

3.1 Hasil Pengocokan Mencit dan Jenis Perlakuan 34 3.2

4.1

4.2

Peta Kandang Berdasarkan Hasil Pengocokan

Data Hasil Penelitian Jumlah Titik Implantasi (Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda).

Data Hasil Penelitian Jumlah Anak Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda).

34 48


(10)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Pohon Jati Belanda 7

2.2 Daun dan Bunga Jati Belanda 8

2.3 Buah dan Biji Jati Belanda 8

2.4 Struktur Orlistat 9


(11)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.6 Struktur Triterpenoid 12

2.7 Pohon dan Daun Pinang 16

2.8 Perbungaan pada Tumbuhan Pinang 17

2.9 Buah Pinang dan Irisan Melintang Biji Pinang 17

2.10 Struktur Kimia Arekolin 18

2.11 Mus musculus L. 22

2.12 Sistem Reproduksi Mus musculus L. Jantan dan Betina 25-26

2.13 Proses Spermatogenesis 28

2.14 Tahapan Pematangan Sperma 30

3.2 Alur Penelitian 44

4.1 Uterus mencit 46

4.2 Histogram Rata-rata jumlah titik implantasi (Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda)

46

4.3 Anak mencit 49

4.4 Histogram Rata-rata jumlah anak yang lahir (Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda)


(12)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN


(13)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1 Data Jumlah Titik Implantasi Mencit Betina Dara yang

Dikawinkan dengan Mencit Jantan yang Diberi Jus Daun Jati Belanda dan Mencit Jantan yang diberi Jus Biji Pinang

Muda... 64

2 Data Jumlah Anak yang Dilahirkan Mencit Betina Dara yang Dikawinkan dengan Mencit Jantan yang Diberi Jus Daun Jati Belanda dengan Jus Biji Mencit Jantan yang diberi Jus Pinang Muda... 65

3 Uji Statistika Hasil Pengamatan Jumlah Titik Implantasi Mencit ( Mus musculus L.) dengan Software SPSS 18 for Windows... 66 4 Uji Statistika Hasil Pengamatan Jumlah Anak Mencit ( Mus musculus L.) dengan Software SPSS 18 for Windows... 73

5 Tabel Alat dan Bahan Penelitian yang Digunakan... 80

6 Tabel Konversi Penghitungan Dosis... 82


(14)

i

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERBANDINGAN JUMLAH ANAK DARI MENCIT BETINA YANG DIKAWINKAN DENGAN MENCIT JANTAN YANG MENDAPAT PERLAKUAN JUS BIJI PINANG

MUDA DENGAN JUS DAUN JATI BELANDA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan jumlah anak mencit betina dara (Mus musculus L) Galur Swiss Webster yang dikawinkan dengan mencit jantan yang diberi jus biji pinang muda (Areca catechu L) dengan jantan yang diberi jus daun jati belanda (Guazuma ulmifolia L). Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah titik implantasi dan jumlah anak mencit yang lahir pasca dikawinkan dengan masing-masing jantan yang telah diberi perlakuan. Mencit betina yang digunakan berjumlah masing-masing perlakuan 24 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok yang dikawinkan dengan kelompok mencit jantan yang telah diberi jus biji Pinang muda dan jus Jati Belanda. Adanya sumbat vagina dinyatakan sebagai H-0 kebuntingan. Masa kebuntingan mencit rata-rata 19-21 hari. Rancangan Acak Lengkap (RAL)dengan 6 kali pengulangan dan 4 dosis perlakuan (0,00 g/BB/hari; 0,15 g/BB/hari;0,25 g/BB/hari; 0,35 g/BB/hari) digunakan dalam penelitian ini. Hasil jumlah rata-rata titik implantasi tertingggi terdapat pada perlakuan jus jati belanda dan jus biji pinang muda pada dosis 0,0 g/BB/hari (10,83  1,17) dan titik implantasi terendah terdapat pada perlakuan jus jati belanda dengan dosis 0,35 g/BB/hari (4,83  0,98). Begitu pula dengan rerata jumlah anak tertinggi terdapat pada kedua perlakuan kontrol (9,67  1,37). Sedangkan jumlah anak terrendah pada perlakuan jus biji pinang muda dengan dosis 0,35 g/BB/hari(0,00  0,00). Hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa jumlah anak mencit betina dara yang dikawinkan dengan jantan yang diberi jus biji Pinang muda tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan jumlah anak mencit betina dara yang dikawinkan dengan mencit jantan yang diberi jus daun Jati Belanda. Akan tetapi kedua jus tersebut menunjukkan mampu menurunkan jumlah anak dan titik implantasi.


(15)

i

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

COMPARISON OF TOTAL CHILD FEMALE MICE MATED TO MALE MICE JUS GOT SEED TREATMENT MATCHMAKER TEAK LEAF JUICE WITH DUTCH

ABSTRACT

Research has been conducted with the aim to compare the number of children virgin female mice (Mus musculus L) strain Swiss Webster mice were mated with males fed young betel nut juice (Areca catechu L) with males who were given juice leaves of Dutch identity (Guazuma ulmifolia L). The parameters used in this study is the point of implantation and the number of children born after the mice were mated with each male who had been treated. Female mice were used each treatment totaling 24 tails were divided into 4 groups of male mice mated with a group that has given young Pinang seed juice and juice Teak Netherlands. The presence of vaginal plugs expressed as H-0 of pregnancy. Gestation period of mice an average of 19-21 days. Completely Randomized Design (CRD) with 6 replicates and 4-dose treatment (0.00 g / bw / day, 0.15 g / bw / day; 0.25 g / bw / day, 0.35 g / BW / day ) used in this study. The results of the average number of implantation tallest point contained in the treatment of Dutch identity juice and the juice of young betel nut at a dose of 0.0 g / bw / day (10.83  1.17) and the lowest was at the point of implantation treatment with a dose of Dutch identity juice 0.35 g / bw / day (4.83  0.98). Similarly, the average number of children was highest in both of the control treatments (9.67  1.37). While the lowest number of children at a young betel nut juice treatment at a dose of 0.35 g / bw / day (0.00  0.00). Comparative statistical analysis showed that both of the juice leaf juice Teak Dutch and young betel nut juice has similar effectiveness to decrease the number of children produced, but the number of children born to the lowest found in young betel nut juice dose of 0.35 g / BW / day. The results of the study, it can be concluded that the number of children virgin female mice were mated with males fed young Areca seed juice has no significant difference by the number of children virgin female mice were mated with male mice fed leaf juice Teak Netherlands. However, both of the juice showed beeing able to decrease the number of children and the point of implantation.


(16)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kendala utama yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini umumnya bersumber pada permasalahan kependudukan. Mulai dari masih tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan, rendahnya kesadaran masyarakat tentang hak-hak reproduksi, serta masih cukup tingginya laju pertumbuhan penduduk, yang tidak sebanding dengan daya dukung lingkungan (Zaeni, 2006). Oleh karena itu, untuk mencegah tingginya laju pertumbuhan penduduk, perlu dilakukan birth control dengan menggunakan alat kontrasepsi. Usaha untuk mengembangkan pemecahan masalah kependudukan di dunia tersebut adalah dengan mengadakan gerakan Keluarga Berencana (BKKBN, 1981).

Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB, namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang (Kusumaningrum, 2009). Kontrasepsi sebagian besar dilakukan oleh para wanita, sedangkan tingkat kesertaan KB pria masih sangat rendah. Kurangnya partisipasi pria disebabkan terbatasnya sarana kontrasepsi, yaitu berupa kondom dan vasektomi (Adimulya, 1990). Kelemahan alat kontrasepsi kondom memberikan ketidaknyamanan pada pasangan, sedangkan vasektomi (sterilisasi) menyebabkan terjadinya gangguan pada imunoglobulin. Salah satu usaha yang sedang dilakukan adalah menemukan obat antifertilitas pria yang dapat diberikan per oral (Astika, 1991). Namun, sarana kontrasepsi pria yang telah ditemukan adalah berupa suntikan, yaitu testosteron (Setiadi & Nukman, 1994) dan medroksi progesteron asetat (Soeharsono & Sarmanu, 1998). Kontrasepsi yang berupa suntikan banyak tidak diminati karena belum memasyarakat dan akan menimbulkan efek samping.


(17)

2

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh karena itu, diperlukan penelitian terhadap tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat antifertilitas oral pada pria. Tanaman obat antifertilitas diantaranya adalah daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan biji pinang (Areca catechu L.).

Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman herbal yang sering digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat (Rachmadani, 2001). Daun tanaman ini sering digunakan sebagai campuran jamu untuk melangsingkan tubuh (Sukandar et al., 2009). Komposisi kandungan senyawa kimia dari daun Jati Belanda ialah flavonoid, tanin, alkaloid, triterpenoid, dan saponin (Utomo, 2008). Dalam beberapa penelitian yang telah ada, disebutkan bahwa kandungan senyawa seperti isoflavonid, flavonoid, xanthon, tanin, alkaloid, triterpenoid, dan golongan steroid, merupakan senyawa bioaktif pada tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat pengontrol fertilitas (Susetyarini, 2008). Jati Belanda memiliki semua senyawa tersebut, sehingga daun Jati Belanda pun berpotensi sebagai obat pengatur fertilitas.

Tumbuhan pinang (Areca catechu L.) adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan ramuan obat. Tumbuhan pinang memiliki banyak manfaat diantaranya adalah air rebusan dari biji pinang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang), mencret dan disentri (Oudhia, 2002; Kristina & Syahid, 2007). Akhir-akhir ini biji pinang muda digunakan sebagai campuran minuman kesehatan yang disebut jus pinang, seperti di daerah Aceh dan Sumatera Utara. Jus pinang dengan campuran madu, kuning telur, dan susu, dipercaya dapat menambah stamina kaum pria dan untuk anti ejakulasi dini, sehingga masyarakat meyakini jus pinang tersebut berdampak baik terhadap kualitas sperma yang


(18)

3

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dihasilkan, namun penelitian yang membuktikan kebenaran hal ini belum banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Sinha & Rao (1985 dalam Er et al., 2006) menyebutkan bahwa arekolin memiliki kemampuan untuk mengubah morfofungsi gonad pada mencit jantan yang meliputi abnormalitas pada bentuk sperma serta ketidakteraturan sintesis DNA pada sel germinal dan sel-sel lainnya pada tubuh manusia. Berdasarkan fakta tersebut, kenyataannya arekolin yang merupakan kandungan alkaloid terbesar dalam biji pinang memiliki efek yang bertolak belakang dengan kepercayaan sebagian besar masyarakat terhadap kualitas sperma. Kualitas sperma yang semakin menurun mengakibatkan menurunnya jumlah sperma yang dapat membuahi sel telur (Wulandari, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Yulianty (2012) menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun Jati Belanda sejumlah 0,05 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari berpengaruh menurunkan kualitas sperma mencit (Mus musculus L). Pada penelitian yang dilakukan oleh Utami (2011) didapatkan hasil bahwa pemberian jus biji pinang berpengaruh terhadap peningkatan jumlah sperma abnormal sekunder dan penurunan persentase motilitas sperma mencit jantan. Daun Jati Belanda dan biji pinang muda memiliki kesamaan kandungan senyawa bioaktif, yaitu flavonoid, alkaloid, dan tanin (Sukandar et al., 2009; IARC, 2004 dalam Jaiswal et al., 2011). Akan tetapi penelitian lanjutan mengenai perbandingan pengaruh jus biji Pinang muda dengan Jus daun Jati Belanda tersebut belum dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai perbandingan jumlah anak yang dihasilkan oleh mencit betina dara (Mus musculus L.) Galur

Swiss Webster yang dikawinkan dengan mencit jantan yang diberikan jus biji Pinang muda dengan mencit jantan yang diberikan jus daun Jati Belanda. Perbandingan tersebut meliputi jumlah titik implantasi dan jumlah anak yang lahir.


(19)

4

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di sebutkan, maka didapatkan suatu rumusan masalah. Dimana rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

" Bagaimanakah perbandingan jumlah anak yang dihasilkan oleh mencit betina dara (Mus musculus L.) galur Swiss Webster, yang dikawinkan dengan mencit jantan yang diberikan jus pinang dengan jantan yang diberikan jus jati belanda?

Dari rumusan masalah yang ada maka dapat di uraikan menjadi pertanyaan penelitian. yang di ajukan adalah :

1. Berapa rata-rata jumlah titik implantasi dan jumlah anak yang dilahirkan oleh mencit betina yang dikawinkan dengan mencit jantan yang telah diberi jus daun Jati Belanda pada setiap dosis pemberian?

2. Pada dosis berapa jus biji pinang muda dan jus daun Jati Belanda berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak mencit betina yang dikawinkan dengan mencit jantan (Mus musculus L.) galur Swiss Webster

yang diberi jus daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dengan jantan yang diberi jus biji piang muda ?

3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dalam penelitian ini adalah :

1. Hewan yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) galur Swiss Webster usia empat bulan dan mencit betina dara.


(20)

5

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Sampel daun Jati Belanda yang digunakan adalah daun Jati Belanda yang telah dikeringkan dan telah digiling menjadi bubuk.

3. Jus daun Jati Belanda yang digunakan adalah air hasil hydrolytic maseration

yang telah terpisahkan dari ampas dan selulosanya.

4. Jus biji pinang yang digunakan berasal dari biji pinang muda yang dihancurkan dan dikeringkan, lalu ditambahkan aquades dan dipanaskan. 5. Dosis yang digunakan adalah 0,15 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari; dan 0,35

g/BB/hari (Adjirni et al., 2001; Aulanni’am et al., 2007; Rahardjo et al.,

2006; Utomo, 2008; Yulianty, 2012).. 6. Jumlah fetus dan tapak implantasi

7. Dosis yang digunakan pada jus pinang, 0 μg/ml, 0.1 μg/ml, 0.3 μg/ml, 0.5

μg/ml, 0.7 μg/ml, dan 1.0 μg/ml berdasarkan hasil konversi dari penelitian Er

et al.(2006) sedangkan pada jus jati belanda dosis yang digunakan adalah 0,1 g/bb/hari, 0,2 g/bb/hari, 0,3 g/bb/hari, 0,4 g/bb/hari, dan 0,5 g/bb/hari (Adjirni, et al, 2001; Utomo, 2008).

4. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan jumlah anak yang di hasilkan oleh Mencit betina dara (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster usia empat bulan, yang dikawinkan dengan mencit jantan, yang diberikan Jus Pinang dengan jantan yang diberikan Jus Daun Jati Belanda, yang nantinya akan di aplikasikan terhadap manusia sebagai alat kontrasepsi atau KB alami tanpa efek samping berlebih.


(21)

6

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat lain dari jus biji pinang muda yang berkaitan dengan reproduksi pria. Jus biji pinang ini dapat digunakan sebagai alternatif KB alami bagi pria dengan keunggulan tidak menurunkan stamina pria, tetapi menrunkan kualitas sperma. Dan juga manfaat dari jus jati belanda yang berkaitan dengan kontrasepsi alami untuk pria. Serta menumbuhkan minat masyarakat untuk membudidayakan tamanan Jati Belanda dan tanaman Pinang yang kaya akan manfaat sebagai tanaman obat.

6. Asumsi

Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Senyawa bioaktif pada tumbuhan, khususnya kelompok senyawa steroid, alkaloid, isoflavonoid, flavonoid, triterpenoid dan xanthon memiliki kemampuan sebagai bahan pengatur fertilitas (Adnan, 2002; Francis et al.,

2002; Susetyarini, 2008; Robertzon et al., 2002; Wahyuningsih, 2011). 2. Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) memiliki kandungan bahan kimia

steroid, alkaloid, tanin, flavonoid, triterpenoid, dan xanthon, yang dapat digunakan sebagai bahan pengatur fertilitas (Rachmadani, 2001; Rahardjo et al., 2006; Sukandar et al., 2009; Seigler et al., 2005; Silitonga et al., 2011). 3. Biji Areca catechu L. memiliki kandungan bahan kimia flavonoid, tanin, dan

alkaloid. Alkaloid terbesar dalam biji pinang adalah arekolin yang dapat menginduksi ekspresi cyclooxygenase-2 sel sperma sehingga menghasilkan respon inflamasi (peradangan), yang berpengaruh terhadap gerakan flagel dan menyebabkan reduksi motilitas sperma (IARC, 2004 dalam Jaiswal et al., 2011; Er et al., 2006).


(22)

7

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bentuk sperma lain dari biasa (abnormal), motilitas dan kerapatan sperma ikut juga menentukan kemandulan. Hal tersebut mengakibatkan beberapa penetrasi sperma ke oosit terhambat (Yatim, 1994).

7. Hipotesis

Berdasarkan asumsi-asumsi yang disebutkan, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah adalah pemberian jus daun Jati Belanda(Guazuma ulmifolia Lamk.) dan jus biji pinang muda (Areca catechu L.) pada mencit (Mus musculus) galur Swiss Webster jantan tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap jumlah anak pada mencit betina yang dikawinkan dengan mencit jantan tersebut.


(23)

34

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang ditempuh ialah jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan dengan memanipulasi menggunakan perlakuan sesuai dengan kebutuhan (Nazir, 2003).

B. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalma penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), dimana terdapat kelompok perlakuan dan kontrol dengan faktor lingkungan yang homogen(Nazir,2003). Kelompok perlakuan terdiri dari empat kelas. Yang masingmasing kelas diberi perlakuan dengan pemberian ekstrak daun Jati belanda dan Ekstrak pinang sebanyak , 0,15 g/BB/hari, 0,25 g/BB/hari, 0,35 g/BB/hari. Serta kelompok kontrol negatif, terdiri dari kelompok mencit yang hanya diberi akuades setiap harinya. Banyaknya pengulangan yang dilakukan(replikasi) diperoleh dari Federer, 1983 yaitu :

(T– 1) (n– 1) > 15 (4 – 1) (n– 1) > 15 3(n-1 ) > 15

3n – 3 > 15 3n > 18 3

Keterangan: T = jumlah perlakuan

n > 6 n = jumlah replikasi

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah pengulangan yang dilakukan untuk setiap perlakuan ialah n > 6. Mencit yang digunakan dibagi menjadi empat


(24)

35

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun Jati Belanda dan Ekstrak biji Pinang. Pengacakan dilakukan untuk menghilangkan bias (Sudjana, 2002).

Tabel.3.1. Hasil Pengocokan Mencit dan Jenis Perlakuan 1 D 1 2 A5 3 B 5 4 D5 5 D 6 6 A3 7 C 6 8 C 2 9 A 2 10 D 3 11 B 4 12 A 1 13 B 2 14 C 4 15 D 4 16 C 3 17 D 2 18 C 1 19 C 5 20 B 2 21 B 1 22 A 4 23 A 6 24 B 6

Keterangan :

A : Kontrol Negatif

B : Diberi ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 0,15 g/bb/hari C : Diberi ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 0,25 g/bb/hari D : Diberi ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 0,35 g/bb/hari 1,2,3 dst: Nomor mencit

Berdasarkan Tabel 3.1. maka akan diperoleh penataan mencit berdasarkan nomor mencit yang telah didapatkan dengan cara pengacakan. Adapun peta kandang yang didapatkan sebagai berikut:

Tabel.3.2 Peta Kandang

Kandang Nomor Mencit

A 2 6 9 12 22 23

B 3 11 13 20 21 24

C 7 8 4 16 18 19


(25)

36

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

A : Kontrol Negatif

B : Diberi ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 0,15 g/bb/hari C : Diberi ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 0,25 g/bb/hari D : Diberi ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 0,35 g/bb/hari 1,2,3 dst: Nomor mencit

Tabel.3.3. Hasil Pengocokan Mencit dan Jenis Perlakuan 1 D 5 2 B 6 3 C 1 4 B 3 5 A 5 6 B 2 7 B 1 8 D 2 9 C 2 10 D 6 11 B 4 12 A 6 13 A 2 14 A 1 15 C 3 16 D 4 17 C 4 18 C 5 19 A 3 20 B 5 21 D 3 22 C 6 23 A 4 24 D 1

Keterangan :

A : Kontrol Negatif

B : Diberi ekstrak biji pinang dengan dosis 0,15 g/bb/hari C : Diberi ekstrak biji pinang dengan dosis 0,25 g/bb/hari D : Diberi ekstrak biji pinang dengan dosis 0,35 g/bb/hari 1,2,3 dst: Nomor mencit

Berdasarkan Tabel 3.3. maka akan diperoleh penataan mencit berdasarkan nomor mencit yang telah didapatkan dengan cara pengacakan. Adapun peta kandang yang didapatkan sebagai berikut

Tabel.3.4 Peta Kandang

Kandang Nomor Mencit

A 5 12 13 14 19 23


(26)

37

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C 3 9 15 17 18 22

D 1 8 10 16 21 24

Keterangan :

A : Kontrol Negatif

B : Diberi ekstrak biji pinang dengan dosis 0,15 g/bb/hari C : Diberi ekstrak biji pinang dengan dosis 0,25 g/bb/hari D : Diberi ekstrak biji pinang dengan dosis 0,35 g/bb/hari 1,2,3 dst: Nomor mencit

Sebelum ke tahap perlakuan, seluruh hewan percobaan diaklimatisasi selama tujuh hari. Penimbangan berat badan dilakukan sebelum dan selama perlakuan. Parameter yang diukur adalah jumlah anak yang dihasilkan dari masing perlakuan . Masing-masing perlakuan akan diulang sebanyak lima kali. Frekuensi pemberian ekstrak dilakukan sebanyak satu kali setiap harinya pada pagi hari. Setelah dua minggu, semua mencit dibedah dan diambil spermanya dari dari cauda epididymis. Yang akan diamati adalah jumlah sel sperma/ml suspensi sperma, abnormalitas sperma, motilitas sperma, berat testis awal dan berat testis pasca pemberian Ekstrak

.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus L.) jantan dan betina galur Swiss Webster. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah uterus dan anak mencit

D. Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di kandang mencit di Botani UPI, Bandung. Sedangkan pengambilan sampel akan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI, Bandung. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai Maret 2014 yang akan dilaksanakan di


(27)

38

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kandang mencit pribadi dan Laboratorium Fisiologi Universitas Pendidikan Indonesia.

E. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdapat di Laboratorium Fisiologi Universitas Pendidikan Indonesia. Alat-alat yang digunakan selama penelitian ini terdapat pada Tabel.3.5, sedangkan daftar bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdapat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.5. Alat – alat Penelitian

No. Nama Alat Jumlah Spesifikasi

1. Bak plastik (kandang) 6 buah 40 x 30 x 12 cm

2. Tempat minum mencit 6 buah -

3. Suntikan/ alat gavage 2 buah Merk Syring/981

4. Thermometer ruang 1 buah Merk

5. Evaporator 1 buah -

6. Pisau bedah 2 buah Merk B|BRAUN

7. Gunting bedah 2 buah Merk Nagoya Japan Stainless

8. Bak bedah 1 buah P = 29,5 cm

9. Jarum pentul 1 bungkus -

10. Mikroskop cahaya 2 buah Merk

11. Neraca timbangan analitik

(Electrical Balance) 2 buah Merk AND, HF 300

12. Timbangan Dial-O-Gram 1 buah Merk OHAUS

13. Sarung tangan 3 buah -

14. Neubauer-Improved 2 buah Neubauer-Improved 0630010


(28)

39

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15. Tissue 1 buah Merk Nice

16. Lap 3 buah -

17. Kertas label 1 pak -

18. Cawan Petri 3 buah Normax

19. Beaker glass 100 ml 2 buah Schott Duran

20. Beaker glass 250 ml 1 buah Pyrex ® Iwaki TE-32

21. Pipet 4 buah (Pyrex) Iwaki

22. Refrigerator 1 buah National NR-B 43 AGR

23. Gelas ukur 10 ml 1 Buah Pyrex Iwaki

24. Gelas ukur 1000 ml 1 Buah Pyrex

25. Microscope Slides Ground

Edges dan Deck Glass 20 Buah

25.4 x 76.2 mm; 1 mm-1.2 mm thick dan 24 x 24 mm; 0.13 – 0.17 mm

Tabel 3.6. Daftar Bahan-bahan Penelitian

No. Nama Bahan Jumlah

1. Mencit jantan dan Mencit Betina Dara Masing- masing 30 ekor

2. Makanan mencit 10 kg

3. Daun Jati Belanda Kering 200 gram

4. Biji Pinang

Aquades 10 liter

5. Alkohol 70% 500 ml

6. NaCl 0,9% 1000 ml

7. Eosin 100 ml

8. Minyak emersi 100 ml

9. Pakan berlemak 3 kg


(29)

40

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prosedur penelitian pada penelitian ini meliputi tahap persiapan dan tahap penelitian. Berikut ialah perinciannya :

1. Aklimatisasi Mencit

Pemeliharaan hewan dilakukan selama satu minggu di laboratorium pribadi di daerah Kiaracondong, Bandung. Sebelum diberi perlakuan, mencit diaklimatisasi pada suhu ruangan rata-rata 23-29oC, periode ini dilaksanakan selama 7 hari dengan tujuan agar hewan uji teradaptasi dengan kondisi lingkungan yang akan ditempati selama percobaan. Mencit dikelompokan dalam kandang berukuran 40cm x30cm x12 cm berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan kepadatan empat ekor setiap kandang.

Selama aklimatisasi, semua kelompok diberi pakan mencit sejumlah 5 gram/ekor, dan minum secara ad libitum. Botol minuman dibersihkan tiap tiga hari sekali dan diisi ulang dengan air yang baru apabila air telah habis. Kandang dibersihkan sebanyak 1 minggu sekali. Aklimatisasi dilakukan untuk meminimalkan faktor-faktor yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung.

2. Penentuan Dosis

Dosis yang diberikan pada penelitian ini terdiri dari 0,00 g/BB/hari (kontrol); 0,15 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari; dan 0,35 g/BB/hari. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan dari penelitian Utomo (2008) yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak alkohol daun Jati Belanda sejumlah 6324 mg/kg BB tidak memberikan kematian pada tikus putih. Selain itu dalam penelitian Adjirni et al. (2001) yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak air daun Jati Belanda sampai 941 mg/kg BB atau setara dengan 0,94 g/kg BB (100 kali dosis normal) tidak memberikan kematian pada mencit, sehingga dapat dikatakan bahwa jus daun Jati Belanda merupakan bahan yang aman digunakan dalam pengobatan. Penelitan dari Rahardjo et al. (2006) juga menyatakan bahwa dosis 100-350 mg/BB/hari merupakan dosis aman untuk digunakan pada hewan uji. Diambilnya range antara


(30)

41

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,15 g/BB/hari hingga 0,35 g/BB/hari didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianty (2012), dengan hasil yang paling berpengaruh terhadap kualitas sperma didapat pada dosis tertinggi yakni 0,25 g/BB/hari dari kelima dosis perlakuan (0,05 g/BB/hari; 0,10 g/BB/hari; 0,15 g/BB/hari; 0,20 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari). Range 0,15 g/BB/hari hingga 0,35 g/BB/hari merupakan dosis aman penggunaan jus daun Jati Belanda, sedangkan dosis lethal sendiri berjumlah 1,34 gram/BB/hari (Adjirni et al., 2001). Pada penelitian

Aulanni’am et al. (2007) dan Akmal et al. (2010), hasil menunjukkan bahwa

pemberian ekstrak air biji pinang sejumlah 4 g/200 g BB/hari tidak memberikan kematian pada tikus putih atau setara dengan 0,56 g/BB/hari pada hewan uji mencit.

3. Pembuatan Kandang Pemeliharaan Mencit

Kandang mencit terbuat dari bak plastik berukuran 40 cm x 30 cm x12 cm. Bak plastik diberi medium tempat hidup mencit berupa serutan kayu. Bagian atas bak diberi ram kawat untuk mencegah mencit keluar dari kandang. Kandang diberi tempat minum mencit sebanyak satu buah per kandang (Utami, 2010).

4. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Ekstrak Jati Belanda

Bubuk daun Jati Belanda dikumpulkan dari pemasok obat herbal Cina di daerah Pasar Baru, Bandung. Kemudian dilakukan ekstraksi dengan cara

hydrolitic maseration atau maserasi hidrolisis. Yakni maserasi dengan menggunakan air sebagai pelarut bahan yang diekstraksi (Tandon, 2008).

Pembuatan stok ekstrak dilakukan dengan cara melarutkan 1 bagian bubuk daun Jati Belanda ke dalam 10 bagian air. Kemudian didiamkan dalam wadah tertutup alumunium foil selama 24 jam pada suhu ruangan serta diberi agitasi 60 rpm. Setelah 24 jam, larutan disaring dan residunya diperas. Setelah itu ekstrak cair diuapkan pada suhu 70 oC pada waterbath hingga berubah menjadi pasta.


(31)

42

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pasta kemudian disimpan dalam wadah tertutup dan dijadikan sebagai stok untuk dijadikan ekstrak (Indriani, 2006).

Untuk masing- masing konsentrasi, dilakukan pengekstrakan dengan cara: a. 0,15 g /bb/hari

1,0 gram ekstrak dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml b. 0,25 g/bb/hari

2,0gram ekstrak di larutkan dalam aquades hingga 10 ml c. 0,35 g/bb/hari

3gram ekstrak dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml d. Kontrol negatif

Mencit hanya diberi minum aquades setiap hari nya

Penentuan dosis didasarkan pada penelitian Utomo (2008) yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak sejulah 6324 mg/bb/hari pada tikus putih tidak menyebabkan kematian. Jika dikonversi pada mencit, maka pemberian 903,5 mg/bb/hari atau setara dengan 0,9 g/bb/hari tidak menyebabkan kematian pada mencit.

5. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Ekstrak biji Pinang muda

Biji pinang diperoleh langsung dari pohon pinang yang ditanam di FPMIPA UPI, Bandung. Biji pinang yang digunakan adalah biji pinang muda yang kulitnya berwarna hijau. Biji pinang yang dipilih harus dalam keadaan baik (tidak busuk dan tidak berjamur). Cara pembuatan jus biji pinang adalah sebagai berikut: pinang dikupas, lalu diambil bijinya dan dihancurkan dengan martil, kemudian dijemur sampai kering. Biji pinang yang sudah kering ditimbang sebanyak 30 gram dan ditambahkan aquades sebanyak 200 ml. Selanjutnya dipanaskan hingga tersisa 100 ml jus biji pinang, sehingga setiap 1 ml mengandung 0,3 gram ekstrak biji pinang, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit. Perhitungan tersebut adalah untuk dosis 0,15 g/BB/hari. Begitu juga dengan pembuatan jus


(32)

43

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pinang dengan dosis 0,25 g/BB/hari dan 0,35 g/BB/hari menggunakan penghitungan seperti yang telah dijelaskan (Aulanni’am et al., 2007).

Untuk masing-masing dosis, dilakukan pembuatan jus biji pinang muda dengan cara:

1) 0,15 g/BB/hari

30 gram biji pinang ditambahkan aquades 200 ml dan dipanaskan hingga tersisa 100 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

2) 0,25 g/BB/hari

50 gram biji pinang ditambahkan aquades 200 ml dan dipanaskan hingga tersisa 100 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

3) 0,35 g/BB/hari

70 gram biji pinang ditambahkan aquades 200 ml dan dipanaskan hingga tersisa 100 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

4) 0,00 g/BB/hari (kontrol)

Terdiri dari aquades tanpa jus biji pinang muda.

6. Pemeriksaan Fase Estrus Pada Mencit

Pemeriksaan Fase Estrus pada mencit betina dilakukan dengan cara membuat preparat apusan vagina. Pertama ambil seekor mencit betina, kemudian pegang dengan tangan kiri, ibu jari dan telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dosrsal. Dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking memegang badan ekor. Bagian vagina disemprotkan NaCl 0,9% menggunakan pipet yang tumpul, kemudian dihisap sampai 3 sampai 4 kali dengan hati-hati dan perlahan.cairan pada pipets dari hasil penyemprotan/pengisapan kemudian diteteskan ke gelas objek 1-2 tetes. Biarkan hingga kering dan tetesi dengan larutan pewarna eosin 1 % . Biarkan 5 sampai 10 menit, bilas dengan aquadest. Tutup dengan glass penutup dan amati dibawah mikroskop. Pada fase estrus ini ditandai dengan


(33)

44

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adanya sel kornifikasi atau sel epitel menanduk yang sangat banyak. Sel epitel dengan inti berdegenerasi.

7. Pengawinan Mencit Jantan Yang Telah Diberi Perlakuan Dengan Mencit Betina Dara

Pengawinan dilakukan pada mencit jantan yang telah diberi perlakuan dengan mencit betina yang sedang pada masa estrus. Satu ekor mencit jantan dari setiap dosis perlakuan ditempatkan dengan satu mencit betina yang sedang dalam masa estrus. Mencit betina diperiksa setiap harinya untuk menentukan kebuntingannya. Adanya sumbat vagina menandai telah terjadinya kopulasi dan dihitung sebagai umur kebuntingan 0 (H-0). Masa kebuntingan mencit berkisar selama19- 21 hari.

8. Jumlah Anak Mencit Yang Lahir

Penghitungan jumlah anak mencit dilakukan berdasarkan berapa jumlah anak mencit yang dilahirkan oleh induk betina mencit yang sebelumnya dikawinkan dengan induk jantan yang di beri perlakuan. H-0 kebuntingan ditetapkan pada saat sudah terjadinya kopulasi antara mencit jantan dan mencit betina yang dapat dilihat dengan adanya sumbat vagina serta terdapatnya sperma pada apusan vagina mencit betina. Masa kebuntingan mencit betina berkisar selama 19-21 hari.

9. Jumlah Titik Implantasi

Penghitungan jumlah titik implantasi dilakukan dengan cara membedah mencit, memisahkan organ uterusnya. Organ uterus yang telah dipidahkan diberi larutan NaCl 0,9% kemudian di tetesi larutan Kalium Permangangat sebagai zat pewarna untuk memudahkan menghitung titik implantasi yang ada. Pembedahan dilakukan stelah mencit betina melahirkan. Untuk mencit yang tidak mengalami kelahiran di bedah pada hari ke 21 pasca terjadinya kopulasi.


(34)

45

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10. Analisis Data

Data yang didapatkan diuji homogenitas dan normalitasnya. Uji normalitas menggunakan uji Test of Normality (Kolmogorov-Smimov) dan uji homogenitas menggunakan Test of Homogenity of Variances (Levene Statistic). Data yang berdistribusi normal dan bervarian homogen dianalisis secara statistik parametrik yaitu, analisis varian (Two-Way ANOVA). Data yang memiliki perbedaan signifikan untuk setiap perlakuan kemudian diuji lebih lanjut dengan uji wilayah perbandingan berganda Tukey HSDa. Data yang tidak berbeda signifikan tidak diuji lebih lanjut dengan uji Tukey HSDa. Analisis data menggunakan Software SPSS 20 for Windows

Alur Penelitian

TAHAPAN PERENCANAAN

Observasi Literatur Studi Lapangan

Pembuatan Proposal

TAHAPAN PRA PENELITIAN

Pembuatan jus daun Jati Belanda dan jus biji pinang muda

Persiapan alat dan bahan Persiapan kandang pemeliharaan

mencit


(35)

46

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Alur Penelitian

Perhitungan jumlah anak dari betina pada masing- masing perlakuan

ANALISIS DATA


(36)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa jumlah anak mencit betina dara yang dikawinkan dengan mencit jantan yang diberi jus daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) tidak memilki perbedaan yang signifikan dengan jumlah anak mencit betina dara yang dikawinkan dengan jantan yang diberi jus biji pinang muda (Areca catechu L.) . Akan tetapi kedua jus tersebut menunjukan, mampu menurunkan jumlah anak dan titik implantasi.

B. Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat pengaruh yang lebih nyata terhadap jumlah anak pada mencit dengan penambahan waktu pemberian jus daun Jati Belanda dan jus biji pinang muda, serta perlunya pengujian faktor hormon apa saja yang berpengaruh terhadap jumlah anak dan titik implantasi terhadap mencit betina dara (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster.


(37)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

DAFTAR PUSTAKA

Achiraman, S. & Archunan, G. (2002). “Characterization of Urinary Volatiles in Swiss Male Mice (Mus musculus): Bioassay of Identified Compounds”. J Biosci. 27, (7), 679–86.

Adil, E. (1987). Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Jakarta: Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Adimulya, A. (1990). “Prospek Penelitian dalam Bidang Andrologi Untuk

Menunjang NKKBS”, dalam Simposium Genetika dan Andrologi. Bandung. Adjirni, Wahyoedi, B., & Nuratmi, B. (2001). Penelitian Toksisitas Akut dan

Subkronik Daun Jati Belanda pada Hewan Percobaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. [Online]. Tersedia: http://www.kalbe.co.id/files/ cdk/files/16TokisisitasAkut98.pdf/16TokisisitasAkut98.html [8 Juli 2013] Adnan. (2002). Potensi Tumbuhan Sebagai Bahan Pengatur Fertilitas. [Online].

Tersedia: http://www.scribd.com/doc/56934039/Potensi-Tumbuhan-Antifertilitas-adnan-UNM.html [12 September 2013]

Adyana, K. (2008). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Akmal, M., Mahdi, C., & Aulanni’am. (2010). “Peningkatan Konsentrasi Testosteron pada Tikus Akibat Paparan Ekstrak Air Biji Pinang”. Jurnal Veteriner. 11,(4), 244-250.

Andriani, Y. (2005). “Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Bobot Badan Kelinci yang Diberi Pakan Berlemak”. Jurnal Jurusan Kimia FMIPA Bengkulu. 1-2.

Ashfahani, E., Wiratmini, N., & Sukmaningsih, A. (2008). “Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)”. Jurnal Biologi. 14, 20-23. Astika, G.N. (1991). Perspektif Kontraksepsi Herbal Pria. Surabaya: Konggres

Nasional V PANDI.

Aulanni’am, Akmal, M., & Rosmaidar. (2007). “Efek Anfertilitas Fraksi Air Biji Pinang (Areca catechu) Sebagai Agen Apoptosis pada Sel-el Jaringan Testis


(38)

62

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Awang, M.N. (1986). “Estimation of Arecoline Contents in Commercial Areca (Betel) Nuts and Its Relation to Oral Precancerous Lesions”. Singapore Medicine Journal. 27, (4), 317-320.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (1981). Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana dan Program Kependudukan. Jakarta: BKKBN.

Basten, S. (2009). Male Subfecundity. Dalam The Future of Human Reproduction

[Online], Vol 6, 21 halaman. Tersedia: http://www.spi.ox.ac.uk/fileadmin/ documents/pdf/Sperm_-_Number_6.pdf [12 September 2013]

Campbell, N., Reece, J.B., Lawrence G.M., Urry, L., Molles M., Zimmer, C., Wills, C., Minorsky, P., Niles, M.J., & Stretton, A. (1999). Biology Fifth Edition. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Campbell, N., Reece, J.B., Urry, L., Molles M., Zimmer, C., Wills, C., Minorsky, P., Niles, M.J., & Stretton, A. (2005). Biology Seventh Edition. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Chamero, P., Marton, T.F., & Logan, D.W. (2007). “Identification of Protein Pheromones That Romote Aggressive Behaviour”. Nature. 450, (7171), 899– 902.

Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press.

Croteau, R. (2000) Natural Products (Secondary Metabolites). New York: American Society of Plant Physiologists.

CSIR (Council of Scientific and Industrial Research). (1985). The Wealth of India (Row Material) (Volume 1A). New Delhi, India: CSIR Publication and Information Directorate.

Ditjen POM. (1978). Materia Medika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Er, T.K, Tsai, E.M., Tsai, L.Y., Ko, Y.C., & Lee, J.N. (2006). “In Vitro Effects of Arecoline on Sperm Motility and Cyclooxygenase-2 Expression”. The Journal of Toxicological Sciences. 31, (1), 75–82.

Francis, G., Kerem, Z., Makkar H.P.S., & Becker, K. (2002). “The Biological

Action of Saponins in Animal Systems: A Review”. British Journal of Nutrition. 88, 587-605.


(39)

63

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Garg, J.M. (2009). Guazuma ulmifolia. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Guazuma_ulmifolia [13 Oktober 2013]

Grieve, M. (1995). A Modern Herbal (Areca Nut). [Online]. Tersedia:http://www. botanical.com/botanical/mgmh/a/areca056.html [12 September 2013]

Griffin, P.H. (1990). Plants for Fertlity Regulation. Geneva, Swiss: WHO Technical Report Series.

Hadley, M.E. (2000). Adrenal Steroid Hormone, in Endocrinology. Prentice-Hall. Han, L., Fang, Y., Li, M., Yang, H., & Huang, F. (2013). The Antitumor Effects of

Triterpenoid Saponins from the Anemone flaccida and the Underlying Mechanism. [Online]. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC3804048 [24 September 2013]

Harlis. (2011). “Morfologi Spermatozoa Epididimis Tikus (Rattus novergicus, L) setelah Diperlakukan Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri, L.)”.

Paradigma. 15, 39-44.

Hendri, J. (2008). Jati Belanda si Pelangsing Pengusir Kaki Gajah. [Online]. Tersedia: http://www.smallcrab.com/kesehatan/338--jati-belanda-si-pelangsing-pengursir-kaki-gajah.html [28 September 2013]

IARC (International Agency for Research on Cancer). (2004). Betel-quid and Areca-nut Chewing and Some Areca-nut-derived Nitrosamines. Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans (Volume 85). Lyon, France: IARC Scientific Publications WHO.

ICSH (International Centre of Science and High Technology). (2008). Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Trieste: International Centre for Science and High Technology.

Indriani, S. (2006). “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajavaL)”. Jurnal Pertanian Indonesia. 11, (1), 13-17.

Jaiswal, P., Kumar, P., Singh, V.K., & Singh, D.K. (2011). “Areca catechu L.: A Valuable Medicine Against Different Helath Problems”. Research Journal of Medicinal Plant. 5, (2), 145–152.

Keine, B. (2007). Orlistat. [Online]. Tersedia: http://www.pharmawiki.ch/wiki/ index.php?wiki=Orlistat [28 Oktober 2013]

Kimoto, H., Haga, S., Sato, K., & Touhara, K. (2005). "Sex-Specific Peptides from Exocrine Glands Stimulate Mouse Vomeronasal Sensory Neurons”.


(40)

64

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nature. Vol 437, 898-901. [Online]. Tersedia: http://www.nature.com/ nature/journal/v437/n7060/abs/nature04033.html. [28 September 2013] Kristina & Syahid. (2007). Penggunaan Tanaman Kelapa (Cocos nucifera),

Pinang (Areca catechu) dan Aren (Arenga pinnata) sebagai Tanaman Obat. [Online].Tersedia:http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=co

m_content&view=article&id=76:penggunaan-tanaman-kelapa-pinang-areca-catechu-dan-aren-sebagai-tanaman-obat&catid=19:artikel&Itemid=9 [12 September 2013]

Kusumaningrum, R. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah.

Lakpanhal, P. (2007). “Quercetin: A Versatile Flavonoid”. Internet Journal of Medical Update. 2, (2), 22-37.

Lawrence, M.J., & Brown, R.W. (1974). Mammals of Britain Their Tracks, Trails and Signs. Blandford Press

Lee, K.K., & Choi, J.D. (1999), “The Effects of Areca Catechu L Extract. II. on

Anti-Inflammation and Anti-Melanogenesis”. International Journal of Cosmetic Science. 21, 275–284.

Lenny, S. (2006). Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan Alkaloida. Karya Ilmiah pada FMIPA Universitas Sumatera Utara Medan: tidak diterbitkan.

Lyneborg, L (1971). Mammals of Europe. Blandford Press.

Maafir, R. (2008). Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica Less) terhadap Proses Spermatogenesis pada Mencit (Mus musculus L.). Skripsi FMIPA UIN Malang: tidak diterbitkan.

Machmudin, D., Hernawati, Priyandoko, D., & Shintawati, R. (2011). Embriologi Hewan. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia. Medero. (2008). Mouse Lecture & Wet Lab. [Online]. Tersedia:

http://www.uprh.edu/~RISE/activities/mouse/files/page11_1.jpg [25 Oktober 2013]

Meiyanto, E., Susidarti, S.A., Handayani, S., & Rahmi, F. (2008). Ekstrak Etanolik Biji Buah Pinang (Areca catechu L.) Mampu Menghambat Proliferasi dan Memacu apoptosis sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia, 19, (1), 12-19.


(41)

65

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mhdsyukur. (2009). Teknik Budidaya Pinang. [Online]. Tersedia: http://mhdsyukur.wordpress.com [3 Januari 2013]

Miller, W.L. (1995). “Mitochondrial Specificity of the Early Step in Steroidogenesis”. J.Steroid Biochem Mol Biol. 55, 607 – 616.

Miller, W.L. & Strauss, J.F. (1999). “Molecular Pathology and Mechanism of Action of the Steroidogenic Acute Regulatory Protein, StAR”. J.Steroid Biochem Mol Biol. 69, 131 – 141.

Mills, S. & Bone, K. (2000). Principles and Practice of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. Edinburgh: Churchill Livingstone.

Modareshi, M., Messripouri, M., & Khorami, H. (2011). “Effect of Soybean on

Male Reproductive Physiology in Mice”. International Conference on Life Science and Technology. [Online]. Tersedia: http://www.ipcbee.com/vol3/5-L014.pdf [13 Oktober 2013]

Muchtaromah, B. (2009). “Potensi Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus)”. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus. 3D, 57–60.

Musser, G., Amori, G., Hutterer, R., Kryštufek, B., Yigit, N. & Mitsain, G. (2008). Mus musculus (2008 IUCN Red List of Threatened Species). [Online]. Tersedia: http://www.ucnredlist.org/details/13972. [28 September 2013]

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nisa, L.S. (2004). Kontrasepsi Alami untuk Pria. [Online]. Tersedia:

http://www.radarbanjarmasin.com./berita/index.asp?Berita=Kesehatan&id=4 6397. [12 September 2013]

Norris, D.O. (1980). Vertebrate Endocrinology. Philadelphia: Lea & Febiger. Nurholis, D. (2011). Manfaat Buah Pinang. [Online]. Tersedia:

http://resepminumankesehatan.blogspot.com/2013/07/manfaat-buah-pinang.html [13 Juli 2013]

Oudhia, P. (2001). Traditional medicinal knowledge about common herbs used in treatment of Erysipelas in Chhattisgarh, India. [Online]. Tersedia: http://www.botanical.com/site/column_poudhia/340_erysipelas.html [13 Oktober 2013]


(42)

66

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

____________. (2002). Some Less Known Traditional Medicinal Uses of Common Herbs Used in Treatment of Eczema in Chhattisgarh, India. [Online].Tersedia:http://www.botanical.com/site/column_poudhia/409_ecze

ma.html [13 Oktober 2013]

____________. (2003). Supari as Home Remedy in Chhattisgarh, India. [Online]. Tersedia: http://www.botanical.com/site/column_poudhia/454_supari.html [13 Oktober 2013]

Partodiharjo, S. (1980). Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Penerbit Mutiara.

Perez, S. (2006). Cell Counts using Improved Nebauer Haemocytometer. [Online]. Tersedia: http:www.people.oregonstate.edu [28 Oktober 2013] Putrisusanti, Y. (2013). Tikus Putih. [Online]. Tersedia: http://putihtikus.blogspot.

com/2013/04/budidaya-tikus-putih.html [24 September 2013]

Rachmadani. (2001). Repository Institut Pertanian Bogor “Pemberian Ekstrak Air

Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Berpotensi Menurunkan

Kadar Lipid Darah pada Tikus Putih”. [Online]. Tersedia: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16917/G01rac_abstrac t.pdf?sequence=2.pdf [12 September 2013]

Rahardjo, S., Ngatijan, & Pramono, S. (2006). “Aktivitas Lipase Pankreas Rattus novergicus Akibat Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)”. Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran. 38, (1), 15-23.

Robertzon, K., O'Donnell, L., Simpson, E., & Jones, M. (2002). “The Phenotype of the Aromatase Knockout Mouse Reveals Dietary Phytoestrogens Impact Significantly on Testis Function”. Journal of Endocrinology. 8, 2913-2921. Russell, L.D., Ettlin, R.A., Hikim, A.P., & Clegg, E.D. (1990). Mammalian

spermatogenesis. In Histological and Histopathological Evaluation of the Testis (ed. L. D. Russell, R. Ettlin, A. P. Sinha Hikim and E. D. Clegg), pp. 1-40. Clearwater, FL: Cache River Press.

Schwiebert, R. (2007). The Laboratory Mouse. Laboratory Animal Center National University of Singapore (LAC-RCULA) Web Handout, 1-24.

Seigler, D., Pauli, G., & Wegelius, E. (2005). “Cyanogenic Glycosides and Menisdaurin from Guazuma ulmifolia, Ostrya virginiana, Tiquilia canescens”. Journal of Phytochemistry. 66, (1), 1567-1580.


(43)

67

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sentra Informasi IPTEK. (2005). Tanaman Obat Indonesia (Pinang). [Online]. Tersedia; http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=94 [28 Oktober 2013]

Setiadi, H. & Nukman, M. (1994). Peran Testosteron Sebagai Kontrasepsi Pria. Medika (No. 2 Tahun 2000).

Shyi-Wu, Guey-Shyang, W.H., Te-Jung, C., & Wang, P.S. (2008). “Effects of Arecoline on Testosterone Release in Rat”. Am J Physiol Endocrinil Metab. 295, E497-E504.

Silitonga, R., Iswantini, D., Martatilofa, E., & Darusman, L. (2011). “Zingiber cassumunar, Guazuma ulmifolia, and Murraya paniculata Extracts as Antiobesity : In Vitro Inhibitory Effect on Pancreatic Lipase activity”. Hayati Journal of Biosciences. 8, (1), 6-10.

Soeharsono & Sarmanu. (1998). Histologik Testis Tikus Putih yang Diberi SuntikanMedroksi Progesteron Asetat. Surabaya: Lembaga Penelitian Unair. Sopia, S. (2009). Pengaruh Pemberian Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa)

terhadap Motilitas Spermatozoa Tikus Wistar Hiperlipidemia. Laporan Akhir Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah FK Universitas Dipenogoro, Semarang. Staples & Bevaqua. (2006). Areca catechu (Betel Nut Palm). [Online]. Tersedia:

http://www.agroforestry.net/tti/Areca-catechu-betel-nut.pdf [13 Juli 2013] Stocco, D.M. & Clark, B.J. (1996). “Role of Steroidogenic Acute Regulatory

Protein (StAR) in Steroidogenesis.” Biochem Pharmacol 51, 197 – 205. Sudjana. (2002). Desain dan Analisis Eksperimen Edisi IV. Bandung: Tarsito. Suharmiati & Maryani, H. (2003). Khasiat dan Manfaaat Jati Belanda, si

Pelangsing dan Peluruh Kolesterol. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Sukandar, E.Y., Elfahmi, & Nurdewi. (2009). “Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Kadar Lipid Darah

pada Tikus Jantan”. Jurnal Kedokteran Maranatha. 8, (2), 102–112.

Sulaksana, J. (2005). Kemuning Dan Jati Belanda Dan Pemanfaatan Untuk Obat.

Jakarta: Penabur Swadaya.

Suparni. (2009). Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Jumlah Sperma dan Morfologi Sperma Mencit Jantan Dewasa (Mus musculus L.) yang Dipaparkan Monosodium Glutamat (MSG). Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan: tidak diterbitkan.


(44)

68

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Susetyarini, E. (2008). Laporan Karya Ilmiah Universitas Muhammadiyah Malang. “Efek Senyawa Aktif Daun Beluntas terhadap Kadar Testosteron Tikus Putih (Ratus norwegicus) Jantan”. [Online]. Tersedia: http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/viewFile/193/259_umm_ research_report_fulltext.pdf [28 Oktober 2013]

Taman Nasional Alas Purwo. (2007). Jati Belanda. [Online]. Tersedia: http://www.tnalaspurwo.org/jati_belanda.pdf [13 Oktober 2013]

Taman Nasional Alas Purwo. (2010). Pinang (Areca catechu). [Online]. Tersedia: http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kea_pinang_areca_catechu.pdf [28 Oktober 2013]

Toelihere, M.R. (1985). Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Angkasa. University Animal Care Committee (UACC). (2009). Module 1. The Laboratory

Mouse (Handling and Restrain). McGill Handout Mouse Module 1, 1-21. Utami, N. (2011). Pengaruh Pemberian Jus Biji Pinang Terhadap Kualitas

Sperma Mencit (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Utomo, A. (2008). Laporan Karya Ilmiah Universitas Diponegoro “ Uji

Toksisitas Akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia

Lamk.) pada Tikus Wistar”. [Online] Tersedia:

http://eprints.undip.ac.id/23952/1/Astika.pdf [14 November 2013]

Wahyuningsih, R.S. (2011). Pengaruh Isoflavon Kedelai Terhadap Kadar Hormon Testosteron, Berat Testis, Diameter Tubulus Seminiferus, dan Spermatgenesis Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus). Tesis. Sekolah Pascasarjana Program Studi Biomedik Universitas Diponegoro. [Online]. Tersedia: http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ PENGARUH-ISOFLAVON-KEDELAI-TERHADAP-KADAR-HORMON-

TESTOSTERON-BERAT-TESTIS-DIAMETER-TUBULUS- SEMINIFERUS-dan-SPERMATOGENESIS-TIKUS-PUTIH-JANTAN-Rattus-norvegicus.pdf [3 Januari 2013]

Wang, C.K., & Lee, W.H. (1996). “Separation, Characteristics, and Biological

Activities of Phenolics in Areca Fruit”. J. Agric. Food Chem. 44, 2014 -2019. Wang, C.K., Lee, W.H., & Peng, C.H. (1997). “Contents of Phenolics and Alkaloids in Areca catechu Linn. During Maturation”. J Agric Food Chem. 45, 1185-1188.


(1)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nature. Vol 437, 898-901. [Online]. Tersedia: http://www.nature.com/ nature/journal/v437/n7060/abs/nature04033.html. [28 September 2013] Kristina & Syahid. (2007). Penggunaan Tanaman Kelapa (Cocos nucifera),

Pinang (Areca catechu) dan Aren (Arenga pinnata) sebagai Tanaman Obat. [Online].Tersedia:http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=co

m_content&view=article&id=76:penggunaan-tanaman-kelapa-pinang-areca-catechu-dan-aren-sebagai-tanaman-obat&catid=19:artikel&Itemid=9 [12 September 2013]

Kusumaningrum, R. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah.

Lakpanhal, P. (2007). “Quercetin: A Versatile Flavonoid”. Internet Journal of Medical Update. 2, (2), 22-37.

Lawrence, M.J., & Brown, R.W. (1974). Mammals of Britain Their Tracks, Trails and Signs. Blandford Press

Lee, K.K., & Choi, J.D. (1999), “The Effects of Areca Catechu L Extract. II. on Anti-Inflammation and Anti-Melanogenesis”. International Journal of Cosmetic Science. 21, 275–284.

Lenny, S. (2006). Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan Alkaloida. Karya Ilmiah pada FMIPA Universitas Sumatera Utara Medan: tidak diterbitkan.

Lyneborg, L (1971). Mammals of Europe. Blandford Press.

Maafir, R. (2008). Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica Less) terhadap Proses Spermatogenesis pada Mencit (Mus musculus L.). Skripsi FMIPA UIN Malang: tidak diterbitkan.

Machmudin, D., Hernawati, Priyandoko, D., & Shintawati, R. (2011). Embriologi Hewan. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia. Medero. (2008). Mouse Lecture & Wet Lab. [Online]. Tersedia:

http://www.uprh.edu/~RISE/activities/mouse/files/page11_1.jpg [25 Oktober 2013]

Meiyanto, E., Susidarti, S.A., Handayani, S., & Rahmi, F. (2008). Ekstrak Etanolik Biji Buah Pinang (Areca catechu L.) Mampu Menghambat Proliferasi dan Memacu apoptosis sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia, 19, (1), 12-19.


(2)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mhdsyukur. (2009). Teknik Budidaya Pinang. [Online]. Tersedia: http://mhdsyukur.wordpress.com [3 Januari 2013]

Miller, W.L. (1995). “Mitochondrial Specificity of the Early Step in Steroidogenesis”. J.Steroid Biochem Mol Biol. 55, 607 – 616.

Miller, W.L. & Strauss, J.F. (1999). “Molecular Pathology and Mechanism of Action of the Steroidogenic Acute Regulatory Protein, StAR”. J.Steroid Biochem Mol Biol. 69, 131 – 141.

Mills, S. & Bone, K. (2000). Principles and Practice of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. Edinburgh: Churchill Livingstone.

Modareshi, M., Messripouri, M., & Khorami, H. (2011). “Effect of Soybean on Male Reproductive Physiology in Mice”. International Conference on Life Science and Technology. [Online]. Tersedia: http://www.ipcbee.com/vol3/5-L014.pdf [13 Oktober 2013]

Muchtaromah, B. (2009). “Potensi Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus)”. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus. 3D, 57–60.

Musser, G., Amori, G., Hutterer, R., Kryštufek, B., Yigit, N. & Mitsain, G. (2008). Mus musculus (2008 IUCN Red List of Threatened Species). [Online]. Tersedia: http://www.ucnredlist.org/details/13972. [28 September 2013]

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nisa, L.S. (2004). Kontrasepsi Alami untuk Pria. [Online]. Tersedia: http://www.radarbanjarmasin.com./berita/index.asp?Berita=Kesehatan&id=4 6397. [12 September 2013]

Norris, D.O. (1980). Vertebrate Endocrinology. Philadelphia: Lea & Febiger. Nurholis, D. (2011). Manfaat Buah Pinang. [Online]. Tersedia:

http://resepminumankesehatan.blogspot.com/2013/07/manfaat-buah-pinang.html [13 Juli 2013]

Oudhia, P. (2001). Traditional medicinal knowledge about common herbs used in treatment of Erysipelas in Chhattisgarh, India. [Online]. Tersedia: http://www.botanical.com/site/column_poudhia/340_erysipelas.html [13 Oktober 2013]


(3)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

____________. (2002). Some Less Known Traditional Medicinal Uses of Common Herbs Used in Treatment of Eczema in Chhattisgarh, India. [Online].Tersedia:http://www.botanical.com/site/column_poudhia/409_ecze

ma.html [13 Oktober 2013]

____________. (2003). Supari as Home Remedy in Chhattisgarh, India. [Online]. Tersedia: http://www.botanical.com/site/column_poudhia/454_supari.html [13 Oktober 2013]

Partodiharjo, S. (1980). Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Penerbit Mutiara.

Perez, S. (2006). Cell Counts using Improved Nebauer Haemocytometer. [Online]. Tersedia: http:www.people.oregonstate.edu [28 Oktober 2013] Putrisusanti, Y. (2013). Tikus Putih. [Online]. Tersedia: http://putihtikus.blogspot.

com/2013/04/budidaya-tikus-putih.html [24 September 2013]

Rachmadani. (2001). Repository Institut Pertanian Bogor “Pemberian Ekstrak Air Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Berpotensi Menurunkan Kadar Lipid Darah pada Tikus Putih”. [Online]. Tersedia: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16917/G01rac_abstrac t.pdf?sequence=2.pdf [12 September 2013]

Rahardjo, S., Ngatijan, & Pramono, S. (2006). “Aktivitas Lipase Pankreas Rattus novergicus Akibat Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)”. Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran. 38, (1), 15-23.

Robertzon, K., O'Donnell, L., Simpson, E., & Jones, M. (2002). “The Phenotype of the Aromatase Knockout Mouse Reveals Dietary Phytoestrogens Impact Significantly on Testis Function”. Journal of Endocrinology. 8, 2913-2921. Russell, L.D., Ettlin, R.A., Hikim, A.P., & Clegg, E.D. (1990). Mammalian

spermatogenesis. In Histological and Histopathological Evaluation of the Testis (ed. L. D. Russell, R. Ettlin, A. P. Sinha Hikim and E. D. Clegg), pp. 1-40. Clearwater, FL: Cache River Press.

Schwiebert, R. (2007). The Laboratory Mouse. Laboratory Animal Center National University of Singapore (LAC-RCULA) Web Handout, 1-24.

Seigler, D., Pauli, G., & Wegelius, E. (2005). “Cyanogenic Glycosides and Menisdaurin from Guazuma ulmifolia, Ostrya virginiana, Tiquilia canescens”. Journal of Phytochemistry. 66, (1), 1567-1580.


(4)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sentra Informasi IPTEK. (2005). Tanaman Obat Indonesia (Pinang). [Online]. Tersedia; http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=94 [28 Oktober 2013]

Setiadi, H. & Nukman, M. (1994). Peran Testosteron Sebagai Kontrasepsi Pria. Medika (No. 2 Tahun 2000).

Shyi-Wu, Guey-Shyang, W.H., Te-Jung, C., & Wang, P.S. (2008). “Effects of Arecoline on Testosterone Release in Rat”. Am J Physiol Endocrinil Metab. 295, E497-E504.

Silitonga, R., Iswantini, D., Martatilofa, E., & Darusman, L. (2011). “Zingiber cassumunar, Guazuma ulmifolia, and Murraya paniculata Extracts as Antiobesity : In Vitro Inhibitory Effect on Pancreatic Lipase activity”. Hayati Journal of Biosciences. 8, (1), 6-10.

Soeharsono & Sarmanu. (1998). Histologik Testis Tikus Putih yang Diberi Suntikan Medroksi Progesteron Asetat. Surabaya: Lembaga Penelitian Unair. Sopia, S. (2009). Pengaruh Pemberian Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa)

terhadap Motilitas Spermatozoa Tikus Wistar Hiperlipidemia. Laporan Akhir Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah FK Universitas Dipenogoro, Semarang. Staples & Bevaqua. (2006). Areca catechu (Betel Nut Palm). [Online]. Tersedia:

http://www.agroforestry.net/tti/Areca-catechu-betel-nut.pdf [13 Juli 2013] Stocco, D.M. & Clark, B.J. (1996). “Role of Steroidogenic Acute Regulatory

Protein (StAR) in Steroidogenesis.” Biochem Pharmacol 51, 197 – 205. Sudjana. (2002). Desain dan Analisis Eksperimen Edisi IV. Bandung: Tarsito. Suharmiati & Maryani, H. (2003). Khasiat dan Manfaaat Jati Belanda, si

Pelangsing dan Peluruh Kolesterol. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Sukandar, E.Y., Elfahmi, & Nurdewi. (2009). “Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Kadar Lipid Darah pada Tikus Jantan”. Jurnal Kedokteran Maranatha. 8, (2), 102–112.

Sulaksana, J. (2005). Kemuning Dan Jati Belanda Dan Pemanfaatan Untuk Obat. Jakarta: Penabur Swadaya.

Suparni. (2009). Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Jumlah Sperma dan Morfologi Sperma Mencit Jantan Dewasa (Mus musculus L.) yang Dipaparkan Monosodium Glutamat (MSG). Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan: tidak diterbitkan.


(5)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Susetyarini, E. (2008). Laporan Karya Ilmiah Universitas Muhammadiyah Malang. “Efek Senyawa Aktif Daun Beluntas terhadap Kadar Testosteron Tikus Putih (Ratus norwegicus) Jantan”. [Online]. Tersedia: http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/viewFile/193/259_umm_ research_report_fulltext.pdf [28 Oktober 2013]

Taman Nasional Alas Purwo. (2007). Jati Belanda. [Online]. Tersedia: http://www.tnalaspurwo.org/jati_belanda.pdf [13 Oktober 2013]

Taman Nasional Alas Purwo. (2010). Pinang (Areca catechu). [Online]. Tersedia: http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kea_pinang_areca_catechu.pdf [28 Oktober 2013]

Toelihere, M.R. (1985). Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Angkasa. University Animal Care Committee (UACC). (2009). Module 1. The Laboratory

Mouse (Handling and Restrain). McGill Handout Mouse Module 1, 1-21. Utami, N. (2011). Pengaruh Pemberian Jus Biji Pinang Terhadap Kualitas

Sperma Mencit (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Utomo, A. (2008). Laporan Karya Ilmiah Universitas Diponegoro “ Uji Toksisitas Akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia

Lamk.) pada Tikus Wistar”. [Online] Tersedia:

http://eprints.undip.ac.id/23952/1/Astika.pdf [14 November 2013]

Wahyuningsih, R.S. (2011). Pengaruh Isoflavon Kedelai Terhadap Kadar Hormon Testosteron, Berat Testis, Diameter Tubulus Seminiferus, dan Spermatgenesis Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus). Tesis. Sekolah Pascasarjana Program Studi Biomedik Universitas Diponegoro. [Online]. Tersedia: http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ PENGARUH-ISOFLAVON-KEDELAI-TERHADAP-KADAR-HORMON-

TESTOSTERON-BERAT-TESTIS-DIAMETER-TUBULUS- SEMINIFERUS-dan-SPERMATOGENESIS-TIKUS-PUTIH-JANTAN-Rattus-norvegicus.pdf [3 Januari 2013]

Wang, C.K., & Lee, W.H. (1996). “Separation, Characteristics, and Biological Activities of Phenolics in Areca Fruit”. J. Agric. Food Chem. 44, 2014 -2019. Wang, C.K., Lee, W.H., & Peng, C.H. (1997). “Contents of Phenolics and Alkaloids in Areca catechu Linn. During Maturation”. J Agric Food Chem. 45, 1185-1188.


(6)

M ohamad Ihsanurrozi, 2014

Perbandingan Jumlah Anak Dari M encit Betina Yang Dikawinkan Dengan M encit Jantan Yang M endapat Perlakuan Jus Biji Pinang M uda Dan Jus Daun Jati Belanda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wang, S.W., Hwang, G.S., Chen, T.J., & Wang, P.S. (2008). “Effects of Arecoline on Testosterone in Rats”. Am J Physiol Endocrinol Metab. 295, E497-E504.

Wetwitayaklung, P., Phaechamud, T., Limmatpavirat, C., & Keokitichai, S. (2006). “The Study of Antioxidant Capacity in Various Part of Areca catechu L.”. Naresuan University Journal. 14, (1), 1–14.

Wongso, A.D. (2008). Morfologi Spermatozoa. [Online]. Tersedia:

http://klinikandrologi.blogspot.com/2008/07/morfologi-sperma-morfologi-yang.html [28 Oktober 2013]

Yatim, W. (1994). Histologi. Bandung : Tarsito.

____________. (1994). Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Tarsito.

Yulianty, N. (2012). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Zaeni, A. (2006). Implementasi Kebijakan Program Keluarga Berencana di Kabupaten Batang Studi Kasus Peningkatan Kesertaan KB Pria di Kecamatan Gringsing. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang: tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

EFEK PROTEKSI JUS JAMBU BIJI PUTIH TERHADAP KERUSAKAN HISTOLOGIS MUKOSA LAMBUNG MENCIT YANG DIINDUKSI ASPIRIN

0 4 43

PERBANDINGAN JUMLAH ANAK DARI MENCIT BETINA YANG DIKAWINKAN DENGAN MENCIT JANTAN YANG MENDAPAT PERLAKUAN JUS BIJI PINANG MUDA DENGAN JUS DAUN JATI BELANDA.

4 21 36

PERBANDINGAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIBERI JUS DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DENGAN MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIBERI JUS BIJI PINANG MUDA (Areca catechu L.).

9 25 40

PENGARUH MASERAT DAUN JATI BELANDA (GUAZUMA ULMIFOLIA LAMK.) PADA MENCIT JANTAN YANG DIKAWINKAN DENGAN MENCIT BETINA (MUS MUSCULUS L.) GALUR SWISS WEBSTER TERHAHAP JUMLAH ANAK YANG DIHASILKAN.

0 7 35

PENGARUH JUS DAUN JATI BELANDA (GUAZUMA ULMIFOLIA LAMK.)TERHADAP BERAT DAN HISTOLOGI GINJAL MENCIT (MUS MUSCULUS L.) GALUR SWISS WEBSTER.

1 5 27

Efek analgesik jus umbi wortel [Daucus carota L.] pada mencit putih betina.

0 4 109

Daya antiinflamasi jus tomat [Solanum lycopersicum L.] pada mencit putih jantan.

1 10 115

PERBANDINGAN JUMLAH ANAK DARI MENCIT BETINA YANG DIKAWINKAN DENGAN MENCIT JANTAN YANG MENDAPAT PERLAKUAN JUS BIJI PINANG MUDA DENGAN JUS DAUN JATI BELANDA - repository UPI S BIO 0905910 Title

1 2 4

PERBANDINGAN JUMLAH ANAK DARI MENCIT BETINA YANG DIKAWINKAN DENGAN MENCIT JANTAN YANG MENDAPAT PERLAKUAN JUS BIJI PINANG MUDA DAN JUS DAUN JATI BELANDA - repository UPI S BIO 0905910 Title

0 0 4