Studi Deskriptif Mengenai Tingkah Laku Prososial Yang Didasari Oleh Motivasi Pada Pengurus Komunitas "X" di Kota Bandung.

(1)

iii

Universitas Kristen Maranatha dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis motivasi prososial yang dominan yang terdapat pada pengurus di komunitas “X” kota Bandung ketika menjalankan tugasnya dan kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Sampel dalam penilitian ini berjumlah 34 orang.

Motivasi prososial menurut Janus Reykowski (Eisenberg, 1982) adalah alasan atau dorongan yang berasal dari dalam diri yang menimbulkan semacam kekuatan agar seseorang berbuat atau berperilaku untuk mencapai tujuan yaitu memberi oerlindungan, perawatan, dan meningkatkan kesejahteraan dari objek sosial eksternal baik itu secara perseorangan, kelompok, maupun suatu perkumpulan secara keseluruhan, organisasi gereja. Motivasi prososial ini memiliki 5 aspek yaitu condition of initiation, anticipatory outcome, facilitating conditions, inhibitory conditions, dan qualitative characteristics.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek motivasi prososial dari Reykowski. Validitas alat ukur diuji dengan menggunakan expert validity. Data hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan distribusi frekuensi dari data primer, kemudian dihitung persentasenya dengan cara menghitung frekuensi setiap kategori jawaban sehingga dapat diperoleh hasil persentase dari setiap jawaban.

Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa sebanyak 88,24% responden didominasi oleh motivasi intrinsic, 8,82% responden didominasi oleh motivasi endocentric dan 2,84% responden didominasi oleh motivasi ipsocentric. Kesimpulan yang diperoleh adalah pengurus pada komunitas “X” di kota Bandung pada umumnya lebih di dominasi oleh Intrinsic Prosocial Motivation, namun tidak terdapat keterkaitan yang jelas antara motivasi prososial dengan pengasuhan orang tua, lingkungan sosial, dan lama bergabung.

Berdasarkan penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran agar dilakukan penelitian serupa dengan meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi prososial komunitas “X” seperti perkembangan moral dan norma sosial. Peneliti juga memberikan saran kepada setiap pembimbing dan koordinator agar lebih mengenali dan mendekati setiap pengurus agar lebih mudah di arahkan lagi kepada motivasi intrinsic. Selain itu pula, bagi para koordinator seksi diharapkan dapat menicptakan suasana yang kondusif untuk pembentukan dan mempertahankan motivasi intrinsic.


(2)

vii

Universitas Kristen Maranatha

Lembar Pengesahan ………. ii

Abstrak ……….. iii

Kata Pengantar ………. iv

Daftar Isi ……… vii

Daftar Tabel ……….. xi

Daftar Bagan ………. xii

Daftar Lampiran ………... xiii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Identifikasi Masalah ………... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ……… 10

1.4 Kegunaan Penelitian ………... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritik ……… 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ………. 11

1.5 Kerangka Pikir ……… 12

1.6 Asumsi ……… 21


(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha

2.1.2 Perkembangan dari Tingkah Laku Prososial ……….. 24

2.1.3 Dua Jenis Standar yang Mempengaruhi Pembentukan Motivasi Prososial ……… 24

2.1.4 Aspek-Aspek Motivasi Prososial ……… 25

2.1.5 Macam-Macam Motivasi Prososial ……… 28

2.1.6 Faktor yang dapat Mempengaruhi Perkembangan Motivasi Prososial ……… 30

2.2 Karakteristik Perkembangan Pada Masa Dewasa ………. 34

2.2.1 Karakteristik Kognitif Pada Masa Dewasa ……….. 34

2.2.2 Karakteristik Moral Pada Masa Dewasa ……….. 36

2.2.3 Perkembangan Psikososial ………... 36

2.3 Psikologi Organisasi ……….. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 41

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ……….. 41

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ………. 42


(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

3.4 Alat Ukur ……….. 45

3.4.1 Alat Ukur Motivasi Prososial ………... 45

3.4.1.1 Sistem Pemberian Nilai ………... 46

3.4.1.2 Kisi-Kisi Alat Ukur ………. 47

3.4.2 Data Penunjang ………... 50

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ………... 50

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ………. 51

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ………... 51

3.5.1 Populasi Sasaran ………. 51

3.5.2 Karakteristik Populasi ……… 51

3.6 Teknik Analisis Data ……… 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 53

4.1 Gambaran Responden ………... 53

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 53

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ……… 54


(5)

x

Universitas Kristen Maranatha

4.3 Pembahasan ………56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 63

5.1 Kesimpulan ………... 63

5.2 Saran ………. 63

DAFTAR PUSTAKA ………. 65

DAFTAR RUJUKAN……… 66


(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan jenis Kelamin ………... 53 Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ……… 54 Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Bergabung …………... 54 Tabel 4.4 Gambaran Tentang Motivasi Prososial ……….. 55


(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha Bagan 3.1 Skema Rancangan Penelitian ………. 42


(8)

xiii

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 2. Data Primer

Lampiran 3. Crostabulation


(9)

(10)

2 ALAT UKUR

Pengantar

Salam Damai Kristus,

Saya mahasiswa psikologi Universitas Kristen maranatha yang sedang menyusun skripsi meminta kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner dengan tujuan untuk mencari data mengenai penelitian yang sedang saya lakukan. Saudara diharapkan mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya. Data yang saudara berikan hanya untuk keperluan penelitian, dan identitas saudara akan saya rahasiakan. Atas kesediaan saudara, saya ucapkan terima kasih. Tuhan memberkati.

Instruksi

Di bawah ini terdapat beberapa rangkaian cerita mengenai kejadian sehari-sehari. Saudara diminta untuk membayangkan seandainya saudara adalah tokoh dalam cerita ini (saudara), yang merupakan salah seorang dari team dalam komunitas. Pilihlah salah satu pernyataan dari ketiga kemungkinan pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, atau c. Saudara diminta untuk mengisi SESUAI DENGAN APA YANG SAUDARA

RASAKAN BUKAN BERDASARKAN NORMA ATAU ATURAN


(11)

3 Identitas

Jenis Kelamin : ( Pria / Wanita )

Usia :

Lama bergabung dalam komunitas :

Alasan Saudara bergabung di komunitas : a. Ikut teman

b. Tertarik dengan tugas pelayanannya c. Lainnya:

………... ...

A) Apakah sejak kecil Saudara sering melihat orang tua menolong orang lain? ( YA / TIDAK )

B) Apabila saya menolong orang lain, hal yang sering orangtua saya lakukan adalah ….

a. Memberi saya hadiah yang diinginkan

b. Memuji saya dan menjelaskan bahwa perbuatan saya itu benar dan sesuai dengan yang seharusnya dilakukan

c. Memberikan saya pujian dan menjelaskan bahwa menolong akan membantu meringankan masalah orang lain

C) Teman dekat saya biasanya ….

a. Senang menolong orang lain yang memerlukan bantuan

b. Acuh tak acuh dan membiarkan orang lain yang memerlukan bantuan c. Mengejek teman yang menolong orang lain


(12)

4

1. Saudara diajak oleh teman-teman sesama team komunitas untuk melayani pujian di persekutuan doa di luar kota yang baru didirikan. Saudara sebenarnya sedang tidak ingin pergi akan tetapi saudara tetap melakukannya. Saudara melakukan hal tersebut karena:

a. Saudara khawatir dianggap tidak mau melayani

b. Saudara ingin meringankan beban mereka dan ingin memberikan sukacita kepada segenap umat yang hadir

c. Saudara menilai hal tersebut merupakan sesuatu hal yang wajar dilakukan sebagai team komunitas

2. Suatu hari ketika akan doa syafaat, pemimpin pujiannya (worship leader) tidak bisa datang karena dia mendadak ada keperluan di kantor yang mendesak dan akhirnya tidak ada yang memimpin pujian dalam doa syafaat. Saat itu saudara satu-satunya team pujian yang datang, namun pada saat itu saudara sedang serak sehingga saudara kesulitan untuk bernyanyi dan saudara belum memilih lagu-lagunya. Akhirnya saudara meminta waktu 5-10 menit untuk memilih beberapa lagu. Alasan saudara melakukan hal tersebut adalah:

a. Agar doa syafaat dapat berjalan terlaksana dan berjalan dengan lancar b. Karena hal tersebut sudah tugas team pujian untuk memimpin jalannya

doa syafaat

c. Dengan begitu saudara dapat menambah kemampuan saudara untuk menjadi pemimpin pujian (worship leader)

3. Saudara adalah seorang anggota team komunitas yang dikenal cukup aktif dalam berbagai kegiatan di Gereja. Saudara hampir tidak pernah menolak permintaan bantuan yang berkaitan dengan acara di Gereja. Hal yang mendorong saudara untuk berbuat demikian adalah:

a. Saudara berpikir bahwa hal yang dilakukan merupakan bagian dari tugas sebagai team komunitas


(13)

5

b. Saudara melihat bahwa tenaga saudara dibutuhkan oleh Gereja, dan Saudara dengan senang hati membantu agar acara tersebut dapat berjalan dengan lancar

c. Saudara ingin memperluas pergaulan, oleh karena itu saudara aktif di kegiatan Gereja agar dapat berkenalan dengan banyak orang

4. Salah satu teman komunitas saudara bertanya apakah dia dapat meminjam uang kepada saudara karena dia harus membayar pengobatan ibunya dan dia belum punya cukup uang untuk membayarnya, padahal saudara sudah lama menabung untuk membeli barang yang diinginkan. Alasan saudara mau meminjamkan uang tersebut kepada teman saudara adalah:

a. Saudara menyadari bahwa kebutuhan teman tersebut lebih mendesak dan penting daripada keinginan saudara membeli barang

b. Sebagai seorang teman dan khususnya sebagai seorang team komunitas, saudara merasa senang dan bangga bila dapat membantu orang lain

c. Saudara ingin agar ketika saudara membutuhkan bantuan, maka akan ada orang lain yang membantu saudara

5. Ketika acara persekutuan doa selesai, saudara dihampiri oleh teman saudara (wanita) yang meminta bantuan untuk mengantarnya pulang, padahal rumahnya berbeda arah dengan rumah saudara. Yang saudara lakukan adalah:

a. Saudara sadar bahwa teman saudara tidak mungkin pulang malam dan saudara akan mengantarkannya pulang meskipun rumahnya tidak searah

b. Saudara akan mencarikan orang lain yang searah dengan rumah teman saudara

c. Saudara tetap mengantarkannya karena sebagai teman kita harus tolong menolong


(14)

6

6. Suatu hari ketika saudara pulang ke rumah dengan keadaan lelah, tiba-tiba teman saudara di komunitas meminta untuk mengantarkannya ke rumah sakit karena pacarnya baru saja mengalami kecelakaan dan sekarang sedang berada di UGD. Dia tidak mempunyai kendaraan dan hari sudah larut malam. Selain itu juga, teman saudara meminta saudara untuk menemaninya di rumah sakit beberapa saat sehingga saudara dan dia dapat pulang bersama-sama. Yang akan dilakukan saudara adalah:

a. Saudara kuatir apabila harus meninggalkannya sendirian sehingga saudara akan mengantar dan menemani teman tersebut

b. Saudara akan mengantarnya ke rumah sakit, namun saudara tidak dapat menemaninya dan akan langsung pulang untuk beristirahat c. Saudara akan membantunya untuk memesan taxi dan menjelaskan

bahwa besok saudara akan menjenguknya

7. Malam itu saudara sudah merencanakan untuk pergi nonton di bioskop bersama salah satu teman yang sudah lama tidak bertemu. Ketika dalam perjalanan untuk bertemu dengan teman lama di bioskop, sahabat saudara dalam komunitas memberi kabar kalau dia sedang tersesat di jalan dan tidak tahu kemana arah pulang menuju kost-nya, karena sahabat saudara baru berada di kota tersebut. Saudara bimbang dan akhirnya saudara memutuskan untuk menjemputnya. Hal yang menjadi pertimbangan saudara adalah:

a. Saudara merasa tidak enak bila harus membatalkan rencana nonton di bioskop bersama teman lama, namun pada saat yang sama sahabat saudara sedang memerlukan pertolongan

b. Saudara ingin bertemu dengan teman lama dan pergi nonton bersamanya, namun sahabat saudara juga sedang memerlukan pertolongan

c. Saudara tidak dapat bertemu dengan teman lama saudara karena akan menolong sahabat yang tersesat


(15)

7

8. Pada malam itu di persekutuan doa, saudara bertugas sebagai team pujian, namun team perlengkapan terlambat datang, sehingga sound system belum terpasang dan masih tersusun rapi di ruang perlengkapan. Padahal acara persekutuan doa akan di mulai 15 menit lagi. Yang akan saudara lakukan adalah:

a. Saudara akan membantu mengeluarkan perlengkapan untuk meringankan beban team perlengkapan dan acara dapat dimulai tepat waktu

b. Saudara akan membantu menyiapkan perlengkapan karena sebagai team diwajibkan untuk tolong menolong

c. Saudara akan membantu menghubungi team perlengkapan dan meminta teman-teman membantu

9. Pada saat persekutuan doa, saudara dimintai tolong menggantikan teman saudara menjadi usher (penerima tamu) saat itu juga, karena teman saudara tidak kunjung datang dan sulit untuk dihubungi. Permasalahannya adalah saudara tidak menggunakan seragam yang telah ditentukan karena saudara tidak mengetahuinya, sehingga apabila saudara membantu akan terlihat berbeda karena tidak mengenakan seragam. Pertimbangan saudara adalah:

a. Apabila membantu, saudara akan merasa malu karena tidak mengenakan seragam yg sama dengan teman yang lain

b. Saudara merasa tidak peduli dengan semua itu, karena yang terpenting adalah niat melayaninya

c. Apabila tidak ada orang lain lagi, maka saudara harus melayani karena saudara merupakan team dari komunitas

10.Saudara diminta oleh seorang teman untuk menggantikan tugasnya dalam acara persekutuan doa hari itu, karena teman tersebut harus menjaga kakaknya yang baru saja dirawat di RS. Saudara menyanggupinya dengan pertimbangan:


(16)

8

a. Saudara berharap agar teman tersebut dapat mengingat dan membalas kebaikan saudara

b. Saudara ingin agar teman saudara dapat berkonsentrasi untuk mengurus kakaknya, dan tidak kuatir terhadap tugasnya di persekutuan doa

c. Hal tersebut merupakan kesempatan untuk dapat memberikan bantuan kepada orang lain dalam rangka tugas pelayanan team komunitas

11.Komunitas saudara akan mengadakan rekoleksi untuk umum dan saudara diminta untuk menjadi team publikasi, saudara harus membagikan flier pagi hari di gereja pada pukul 07.00 yang telah ditentukan oleh koordinator. Ternyata saudara mendapat tugas di gereja yang cukup jauh dari tempat saudara dan saudara harus membagikannya bersama teman yang tidak dekat dengan saudara. Di satu sisi saudara juga tidak mempunyai kendaraan, sehingga harus menggunakan kendaraan umum. Yang akan saudara lakukan adalah:

a. Saudara akan menyarankan orang lain yang lebih dekat dengan lokasi gereja dan meminta untuk ditempatkan di gereja yang lebih dekat b. Saudara akan tetap menjalankannya, karena sebagai team saudara

merasa tidak boleh pilih-pilih terhadap tugas

c. Saudara akan menjalankan tugas sebagai team publikasi dengan baik sesuai yang dibutuhkan

12.Saat itu pukul 23.00, tiba-tiba saudara di telepon oleh teman satu komunitas yang sedang ada masalah dan dia memerlukan saudara untuk konsultasi. Namun di satu sisi saudara memerlukan istirahat dan juga besok saudara harus melakukan presentasi untuk kenaikan jenjang karier yang persiapannya belum selesai. Tindakan saudara adalah:

a. Saudara akan mengatakan kepada teman tersebut untuk bercerita singkat karena besok akan presentasi, dan setelah selesai presentasi saudara akan menghubunginya kembali


(17)

9

b. Saudara akan mendengarkan teman tersebut dan memberikan masukan c. Saudara menyarankan kepada teman tersebut untuk mencari orang lain

karena esok saudara harus presentasi

13.Saudara memiliki seorang sahabat komunitas, tiba-tiba pada suatu hari dia merasakan sakit yang luar biasa pada bagian perutnya dan sudah tidak bisa berdiri lagi. Padahal sore itu saudara harus membawakan pengajaran dalam pertemuan team, namun sahabat saudara tidak mempunyai teman atau keluarga yang dapat membantunya kecuali saudara. Hal utama yang membuat saudara bimbang adalah:

a. Sebagai seorang team komunitas, saudara akan merasa bersalah bila tidak menolong sahabat saudara walaupun saudara harus membawakan pengajaran

b. Saudara ingin fokus pada pengajaran agar berjalan dengan lancar, namun saudara ingin mengantarkan sahabat tersebut ke rumah sakit c. Bila menolong sahabat tersebut, maka saudara akan kehilangan waktu

untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk pengajaran sore nanti

14.Saudara baru saja membeli sebuah laptop, namun di saat yang bersamaan komunitas saudara sedang membutuhkan laptop untuk fasilitas multimedia pada hari jumat di acara persekutuan doa. Pada saat itu saudara bimbang, karena saudara takut laptop saudara rusak dan dipinjamkan pada orang yang tidak bertanggung jawab. Yang akan saudara lakukan adalah:

a. Saudara meminjamkan laptop agar acara persekutuan doa dapat berjalan dengan lancar

b. Saudara memberikan pinjaman laptop karena saudara merasa itu merupakan hal yang wajar sebagai team dari komunitas

c. Saudara membantu mencarikan orang yang dapat meminjamkan laptopnya untuk multimedia


(18)

10

15.Setiap minggu, saudara menerima tugas rutin baik dalam pelayanan di multimedia, sound system, usher (penerima tamu), dan sebagainya. Terkadang, saudara ingin meluangkan waktu untuk beberapa hal yang saudara anggap penting sehingga saudara ingin membatalkan tugas tersebut karena:

a. Saudara merasa mengalami kerugian besar baik dari segi waktu, tenaga dan biaya dengan menjalankan tugas tersebut

b. Saudara merasa dengan melakukan tugas rutin tersebut bertentangan dengan prinsip yang ada di dalam diri, karena seharusnya saudara bisa memanfaatkan waktu tersebut, misalnya untuk keluarga

c. Saudara sudah sibuk dengan tugas kantor atau tugas kampus dan tidak mendapat manfaat dengan mengikuti kegiatan tersebut


(19)

Nomor Nomor Item

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 int endo int int ipso int ipso ipso int int int int int int int 2 ipso endo int int ipso endo ipso int ipso int ipso endo int endo ipso 3 int int int endo ipso int int ipso int int ipso endo int int endo 4 int int int int endo ipso int int int endo ipso endo int int endo 5 endo endo endo int ipso int endo int int int ipso int int int endo 6 int int int int endo int ipso int int int endo endo endo int endo 7 int int int int ipso endo endo int int int endo endo endo int endo 8 int endo int int ipso int int int int int endo endo ipso int endo 9 ipso endo int endo ipso int endo int endo int ipso endo int endo endo 10 endo int int int int endo int int int int endo endo int int endo 11 endo int int int int int int ipso int int ipso endo endo int endo 12 int int int endo int int int int int int ipso int int int ipso 13 int int int int ipso int ipso int int int ipso int endo int endo 14 endo endo int int int int int int int int ipso endo endo int endo 15 endo int int int endo int int int int int ipso int int int endo 16 int int int int ipso int int int int int int int endo int endo 17 endo int int int ipso endo endo int int int ipso endo endo int endo 18 ipso int endo int endo int int int int ipso ipso endo ipso int endo


(20)

20 int int int int int int ipso ipso int int ipso int endo int endo 21 int int int int int endo endo int int int endo endo endo int int 22 int int int int int int ipso int int endo int endo endo int endo 23 endo int endo int ipso int endo int int int ipso ipso int endo endo 24 int int int ipso ipso int endo int int int ipso int endo int endo 25 ipso int int ipso int int endo ipso endo int endo endo endo endo ipso 26 endo endo int endo int int endo int int int int int int ipso endo 27 ipso int int endo ipso int endo int int int ipso endo endo int int 28 int int endo int ipso endo endo int ipso int ipso int endo endo ipso 29 int int int int int int endo int int int ipso endo int ipso endo 30 int int int int endo int int int int int ipso int endo int int 31 int endo int endo ipso endo endo endo int int int endo endo int ipso 32 int int endo int endo int int ipso endo endo int int endo int endo 33 endo int ipso int ipso int int ipso int int endo endo int int endo 34 int int int int ipso int endo int int int endo int int endo endo


(21)

CROSSTABULATION

Usia * Motivasi Prososial Crosstabulation

usia Motivasi Prososial Total Ipsocentric Endocentric Intrinsic

20 – 26 Tahun 1 (9,09%) 3 (27,27%) 7 (63,64%) 11 (100%) 27 – 33Tahun 0

(0%) 0 (0%) 17 (100%) 17 (100%) 34 – 39 Tahun 0

(0%) 0 (0%) 6 (100%) 6 (100%)

Total 1

(2,94%) 3 (8,82%) 30 (88,24%) 34 (100%)

Jenis Kelamin * Motivasi Prososial

Jenis Kelamin Motivasi Prososial Total Ipsocentric Endocentric Intrinsic

Wanita 1 (5%) 3 (15%) 16 (80%) 20 (100%)

Pria 0

(0%) 0 (0%) 14 (100%) 14 (100%)

Total 1

(2,94%) 3 (8,82%) 30 (88,24%) 34 (100%)


(22)

Lama bergabung * Motivasi Prososial

Lama bergabung Motivasi Prososial Total Ipsocentric Endocentric Intrinsic

3 bulan – 1 Tahun 0 (0%) 0 (0%) 10 (100%) 10 (100%) 2 – 5 Tahun 1

(5,26%) 3 (15,79%) 15 (78,95%) 19 (100%) 6 – 10 Tahun 0

(0%) 0 (0%) 5 (100%) 5 (100%)

Total 1

(2,94%) 3 (8,82%) 30 (88,24%) 34 (100%)

Pengasuhan Orang Tua * Motivasi Prososial Crosstabulation

Pengasuhan orang tua

Motivasi Prososial Total Ipsocentric Endocentric Intrinsic

Memberi hadiah yang diinginkan 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) Memuji, menjelaskan perbuatan benar, sesuai dengan yang seharusnya 0 (0%) 2 (9,09%) 20 (90,91%) 22 (100%) Memuji, menjelaskan bahwa menolong membantu meringankan masalah orang lain 1 (8,33%) 1 (8,33%) 10 (83,33%) 12 (100%)

Total 1

(2,94%) 3 (8,82%) 30 (88,24%) 34 (100%)


(23)

Pengamatan terhadap orang tua * Motivasi Prososial

Pengamatan terhadap Orang

tua

Motivasi Prososial Total Ipsocentric Endocentric Intrinsic

Sering 1 (3,22%) 3 (9,68%) 27 (87,1%) 31 (100%)

Tidak 0

(0%) 0 (0%) 3 (100%) 3 (100%)

Total 1

(2,94%) 3 (8,82%) 30 (88,24%) 34 (100%)

Lingkungan sosial * Motivasi Prososial

Lingkungan Sosial

Motivasi Prososial Total Ipsocentric Endocentric Intrinsic

Senang Menolong 1 (3,45%) 2 (6,89%) 26 (89,66%) 29 (100%) Acuh tak Acuh 0

(0%) 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%) Mengejek 0

(0%) 0 (0%) 1 (100%) 1 (100%)

Total 1

(2,94%) 3 (8,82%) 30 (88,24%) 34 (100%)


(24)

Jenis motivasi

Aspek-aspek motivasi

Condition of initiation Anticipatory outcome Facilitating conditions Inhibitory conditions Qualitative characteristics of an act

3 4 5 2 8 10 1 11 14 7 13 15 6 9 12

Ipsocentric Motivation 1 (33,33%) 1 (33,33%) 14 (46,67%) 0 (0%) 6 (20%) 1 (33,33%) 2 (6,67%) 17 (56,67%) 2 (6,67%) 5 (16,67%) 2 (6,67%) 2 (6,67%) 1 (33,33%) 1 (33,33%) 1 (33,33%) Endocentric Motivation 5 (16,67%) 4 (13,37%) 7 (23,35%) 6 (20%) 0 (0%) 3 (10%) 9 (30%) 7 (23,33%) 3 (10%) 11 (36,67%) 16 (53,33%) 24 (80%) 5 (16,67%) 1 (33,33%) 15 (50%) Intrinsic Motivation 24 (80%) 25 (83,33%) 9 (30%) 24 (80%) 24 (80%) 26 (86,67%) 19 (63,33%) 6 (20%) 25 (83,33%) 14 (46,67%) 12 (40%) 4 (13,33%) 24 (80%) 28 (93,34%) 14 (46,67%)

Total 30

(100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%) 30 (100%)

Ket: Anticipatory : int : 24 + 24 +26

Qualitative: int 24 + 28 + 14

Cond of ini: int 24 + 25 + 9

Facilitating: int 19 +6 + 25


(25)

Jenis motivasi

Aspek-aspek motivasi

Condition of initiation Anticipatory outcome Facilitating conditions Inhibitory conditions Qualitative characteristics of an act

3 4 5 2 8 10 1 11 14 7 13 15 6 9 12

Ipsocentric Motivation 0 (0%) 1 (33,33%) 2 (66,67%) 0 (0%) 1 (33,33%) 0 (0%) 2 (66,67%) 1 (33,33%) 0 (0%) 3 (100%) 0 (0%) 2 (66,67%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) Endocentric Motivation 0 (0%) 2 (66,67%) 0 (0%) 2 (66,67%) 1 (33,33%) 3 (100%) 0 (0%) 1 (33,33%) 2 (66,67%) 0 (0%) 2 (66,67%) 1 (33,33%) 2 (66,67%) 2 (66,67%) 3 (100%) Intrinsic Motivation 3 (100%) 0 (0%) 1 (33,33%) 1 (33,33%) 1 (33,33%) 0 (0%) 1 (33,33%) 1 (33,33%) 1 (33,33%) 0 (0%) 1 (33,33%) 0 (0%) 1 (33,33%) 1 (33,33%) 0 (0%)

Total 3

(100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%) 3 (100%)

Ket: Qualitative: en 2+2+3

Anticipatory: en 2+1+3

Facilitating: en 1+2

Inhibitory: en 1+2


(26)

Jenis motivasi

Aspek-aspek motivasi

Condition of initiation Anticipatory outcome Facilitating conditions Inhibitory conditions Qualitative characteristics of an act

3 4 5 2 8 10 1 11 14 7 13 15 6 9 12

Ipsocentric Motivation 0 (0%) 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (100%) 1 (100%) 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) Endocentric Motivation 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 1 (100%) Intrinsic Motivation 1 (100%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (100%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

Total 1

(100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%)


(27)

Komunitas “X”

Bandung

1. Arti kata :

Komunitas yang melayani, pelayanan yang dilakukan adalah hal-hal yang luar biasa dalam pelayanan di balik hal-hal-hal-hal yang tampak biasa.

Pelayanan yang creative berarti pelayanan yang unik, berbeda, membawa makna baru dan memberi nilai tambah.

2. Identitas :

Sekelompok jiwa muda Katolik di Keuskupan Bandung, yang dibakar oleh Api Roh Kudus dan berkreasi bagi kemuliaan Tuhan

3. Visi :

Segenap insan di Keuskupan Bandung yang memiliki kedewasaan rohani Katolik dan berkreasi dalam pelayanan bagi kemuliaan Tuhan 4. Misi :

a. Mewartakan kasih Kristus melalui kegiatan kerohanian dalam kehidupan sehari-hari

b. Membangun hidup rohani pelayan-pelayan Tuhan c. Mengembangkan talenta dan kreatifitas dalam pelayanan 5. Motto : “Serve The Lord With Our Talents”


(28)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Manusia sering disebut sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk individu karena memiliki unsur-unsur jasmani dan rohani yang ada di dalam dirinya. Di sisi lain manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain, sehingga dikatakan sebagai makhluk sosial. Sesuai dengan kodratnya sebagai mahluk sosial maka manusia bermasyarakat atau bersosialisasi salah satu fungsinya adalah untuk memenuhi kebutuhan atau mengembangkan dirinya. Salah satu bentuk dari sosialisasi

tersebut adalah dengan cara berorganisasi

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/definisi-manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-makhluk-sosial/).

Dalam bukunya Edgar H. Schein (1991) dikatakan bahwa terdapat 3 jenis organisasi, yaitu organisasi informal, sosial dan formal. Organisasi informal merupakan pola koordinasi yang lahir di kalangan anggota-anggota organisasi formal, misalnya seorang buruh dan seorang sekretaris yang bercakap-cakap ketika makan siang bersama, saling mengeluh tentang pekerjaan atau atasan mereka. Organisasi sosial merupakan pola koordinasi yang dengan spontan atau secara tidak langsung muncul dari interaksi orang tanpa melibatkan koordinasi


(29)

Universitas Kristen Maranatha rasional untuk mencapai tujuan bersama yang jelas, misalnya keluarga, perkumpulan, gerombolan, dan massa. Sedangkan organisasi formal adalah koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud dan tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab. Contoh dari organisasi formal adalah perusahaan, sekolah, rumah sakit, perserikatan, dan gereja.

Organisasi gereja merupakan salah satu organisasi religius yang berorientasi untuk tujuan merangkul segenap umatnya. Biasanya organisasi di dalam gereja ini tidak diberikan imbalan materi. Organisasi ini pada umumnya berfungsi sebagai sarana untuk menghadirkan kasih dari sang Pencipta, selain itu juga organisasi dapat digunakan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan seseorang sebagai makhluk sosial. Dalam agama katholik terdapat bermacam-macam organisasi, beberapa diantaranya adalah mudika (muda-mudi katholik), legio, misdinar/putra-putri altar, komunitas “X”, dan masih banyak lagi yang lain.

Komunitas “X” merupakan sekelompok orang katholik yang berada pada tahap perkembangan dewasa yang mempunyai tujuan untuk membantu melayani segenap umat yang memerlukan baik dari dalam komunitas, gereja maupun di luar gereja dengan kerelaan hati dan tanpa imbalan. Visi dari komunitas “X” ini adalah segenap insan di Keuskupan Bandung yang memiliki kedewasaan rohani Katholik dan berkreasi dalam pelayanan bagi kemuliaan Tuhan. Misi yang telah ditetapkan salah satunya adalah mewartakan kasih Kristus melalui kegiatan kerohanian dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melakukan atau menjalani kegiatan


(30)

Universitas Kristen Maranatha kerohanian tersebut setiap pengurus yang terlibat diharapkan mau membantu orang yang membutuhkan berdasarkan dorongan hati yang merupakan suatu wujud tindakan nyata berdasarkan ajaran gereja bukan untuk mendapatkan suatu pujian atau keuntungan pribadi, karena sebagai manusia kita diharuskan untuk tolong menolong satu dengan yang lainnya.

Komunitas “X” yang memiliki jumlah pengurus sebanyak 54 orang ini memiliki program yang biasa dibuat dalam jangka waktu satu tahun sekali. Program yang telah dijalankan selama tahun 2010 ini dibagi kedalam kegiatan rutin dan kegiatan tambahan lainnya yang berbeda setiap tahunnya. Kegiatan rutin yang dilakukan komunitas “X” antara lain adalah kegiatan persekutuan doa yang biasa diadakan pada minggu kedua dan empat, kegiatan kelompok kecil yang biasa diadakan pada minggu pertama dan ketiga, fellowship yaitu kegiatan untuk menjalin persahabatan antar anggota untuk menyalurkan kreatifitas seperti games atau drama yang diadakan setiap minggu kelima. Selain itu juga ada kegiatan syafaat (doa bersama) yang biasa diadakan setiap seminggu sekali pada hari selasa, biasanya komunitas “X” juga diajak berpartisipasi di dalam koor gereja sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Kegiatan tambahan lainnya yang diadakan tahun 2010 adalah kemping rohani, Persekutuan Doa sebandung, seminar hidup baru dalam roh, dan pada akhir tahun 2010 ditutup dengan sosialisasi ke panti jompo. Sedangkan kegiatan tambahan lainnya yang sudah dilakukan pada tahun 2011 adalah gathering night pada bulan Agustus dan seminar hidup dalam roh yang di adakan pada bulan Oktober.


(31)

Universitas Kristen Maranatha Komunitas “X” biasanya melakukan beberapa bantuan yang sering disebut dengan pelayanan, mulai dari pelayanan pujian dan musik, pelayanan doa, sampai ke pelayanan sosial. Adapun pelayanan sosial yang sering dilakukan misalnya, kunjungan orang sakit dan kunjungan ke panti-panti (panti wreda, panti asuhan, panti anak-anak cacat, panti tuna netra). Sedangkan pelayanan doa yang biasa dilakukan adalah pelayanan seperti mengunjungi dan mendoakan orang sakit, mendoakan orang yang meminta jasa pelayanan doa baik sesudah selesai acara persekutuan maupun membuat janji terlebih dahulu, dan lainnya. Pelayanan pujian dan musik biasanya tidak hanya di dalam komunitas itu sendiri, namun komunitas “X” juga melayani komunitas lain yang meminta bantuan dari komunitas “X”. Semua pelayanan ini tentulah bertujuan untuk menolong bagi mereka yang memerlukan dengan memberikan penghiburan, memberikan bantuan dengan dukungan doa, dan membantu berjalannya suatu acara yang dibutuhkan salah satunya dengan mengisi acara dengan pujian dan musik.

Pelayanan tersebut dapat dikatakan sebagai tingkah laku prososial karena meliputi fenomena yang luas, seperti menolong, membagi, mengorbankan diri sendiri dan melaksanakan norma-norma yang berlaku. Tingkah laku prososial dapat terlaksana karena didasari dengan adanya motivasi prososial yang dapat mendorong individu untuk melakukan tingkah laku yang berorientasi pada perlindungan, pemeliharaan, atau mempertinggi kesejahteraan dari objek sosial yang eksternal, yaitu orang tertentu, suatu masyarakat sebagai kesatuan, suatu institusi sosial, atau untuk suatu kelompok (Reykowski, dalam Eisenberg 1982:378).


(32)

Universitas Kristen Maranatha Di dalam komunitas ini terdapat Pembina yang mempunyai tugas untuk memantau setiap perkembangan dari komunitas tersebut dan membantu apabila kordinator tidak dapat mengatasi permasalahan yang ada di dalam komunitas sesuai kebutuhan koordinator. Peneliti melakukan wawancara mengenai pelayanan pengurus di dalam komunitas “X” dengan pembina yang sudah mengikuti komunitas ini dari awal berdirinya tahun 1999 dan membantu merintis komunitas ini, bahwa setiap tahun yang menjadi masalah adalah seringnya pengurus yang sudah terpilih pada awal periode mulai gugur pada pertengahan tahun dan bahkan menghilang tanpa kabar berita, adanya jadwal latihan yang tertunda dari waktu yang telah ditetapkan (paling cepat mulai sekitar 30 menit dari waktu yang ditentukan), adanya latihan atau pertemuan rapat yang tidak dihadiri oleh semua pengurus pada komunitas “X” ini, misalnya dari keseluruhan pengurus yang ikut menghadiri acara atau pertemuan adalah sekitar 70%.

Pembina juga mengemukakan bahwa hal ini tentu saja mempengaruhi pengurus misalnya dalam hal pelatihan menjadi kurang optimal pada pelaksanaan dan pertemuan yang tidak dihadiri oleh seluruh pengurus menghambat komunikasi yang ingin disampaikan dan setiap perkembangan baru lainnya. Hal ini mengakibatkan beberapa pengurus yang menjadi bersungut-sungut karena adanya komunikasi yang terhambat atau tidak lancar dan mengakibatkan relasi antar pengurus menjadi kurang baik, padahal tujuan awalnya adalah mewujudkan kasih Allah.


(33)

Universitas Kristen Maranatha Pembina menegaskan mengenai pentingnya komitmen dan motivasi yang kuat untuk membantu tercapainya visi (segenap insan di keuskupan Bandung yang memiliki kedewasaan rohani katholik dan berkreasi dalam pelayanan bagi kemuliaan Tuhan) dan misi (mewartakan kasih Kristus melalui kegiatan kerohanian dalam kehidupan sehari-hari) yang telah ditetapkan komunitas, hal ini merupakan tugas dari para pengurus untuk memenuhinya. Untuk mewujudkannya diperlukan kerelaan hati dalam menolong dan membantu tanpa pamrih.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan koordinator dari komunitas “X” yang mempuyai tugas untuk memonitor jalannya persekutuan doa dan kegiatan sel, berkoordinasi dengan BPK, moderator, dan paroki, dan menentukan visi komunitas, tema persekutuan doa, dan pembicara. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator utama/ketua dari komunitas ini, koordinator merasakan bahwa di dalam komunitas pengurus mampu melaksanakan tugas dengan baik namun proses pengerjaannya sambil bersungut-sungut, terkadang masih ada konflik sesama teman atau masih menunjuk orang lain ketika diberi tugas. Hal tersebut terjadi biasanya karena malas untuk berlatih, malas karena adanya pembebanan tugas dari pengurus lain, ataupun karena adanya masalah pribadi antar pengurus yang terjadi, yang menyebabkan penyelesaian tugas mereka menjadi tidak efektif. Untuk itulah diperlukan keikhlasan untuk mau menerima tugas dengan lapang dada agar dapat mewujudkan kasih dari Sang Pencipta dengan didasari oleh motivasi menolong yang baik apabila melayani, karena apabila ditawarkan suatu tugas dan sudah disanggupi namun tidak dilaksanakan oleh pengurus, akhirnya akan menyalahkan orang lain, bahkan


(34)

Universitas Kristen Maranatha apabila pengurus sudah diberikan tugas yang telah direncanakan setiap 4 bulan sekali tiba-tiba dibatalkan begitu saja bahkan terkadang ketika sehari sebelum pelaksanaannya.

Hal-hal tersebut tentu saja dapat mempengaruhi susunan organisasi mereka, karena mengakibatkan adanya pembebanan tugas pada pengurus lain di komunitas “X” sehingga mereka harus mengisi posisi dan tanggung jawab dari pengurus yang tidak dapat melaksanakan tugasnya, contohnya pengurus sound system terlambat hadir, akibatnya pengurus pujian yang akan bertugas harus mau membereskan sound system sendiri agar acara dapat berjalan dengan lancar. Contoh lainnya misalnya pengurus among tamu yang seharusnya menyambut tamu, namun mereka sibuk mempersiapkan perlengkapan karena pengurus perlengkapan tidak hadir sehingga tamu yang datang tidak disambut. Semua pembebanan tugas yang dapat mempengaruhi susunan organisasi ini mengakibatkan visi dan misi belum tercapai dan untuk mencapai visi dan misi tersebut, diperlukan suatu tindakan prososial. Dalam melakukan suatu tindakan prososial ini dibutuhkan suatu pengorbanan yang sangat besar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pembina dan koordinator, terlihat bahwa motivasi prososial komunitas “X” belum terwujud sesuai dengan definisinya. Motivasi prososial itu sendiri tidaklah sekedar mengenai menolong, akan tetapi masih ada rasa membagi, mempertinggi kesejahteraan, perlindungan, dan pemeliharaan yang belum tercapai, contoh dari yang belum tercapai ini adalah terlambat latihan dari waktu yang telah ditetapkan, tugas pengurus yang


(35)

Universitas Kristen Maranatha dibebankan pada orang lain karena pengurus mundur dari kepengurusan, masih ada konflik sesama teman, komunikasi yang terhambat, dan lain-lain.

Setelah wawancara dengan dengan Pembina dan koordinator, wawancara juga dilakukan kepada 10 orang pengurus di komunitas “X”, 1 orang (10%) mengatakan bahwa ia menolong karena dilandasi oleh pemikiran bahwa pertolongan yang diberikan akan memberikan keuntungan bagi dirinya, untuk mendapatkan pahala dari Tuhan. Dalam teori Reykowski, hal ini termasuk ke dalam motivasi tingkah laku prososial jenis ipsocentric motivation, yaitu motivasi tingkah laku prososial seseorang dikontrol oleh harapan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk menghindari kerugian.

Selain itu pula 4 orang (40%) mengatakan bahwa agar dirinya dapat menjadi lebih baik lagi dan karena mereka seorang anggota pengurus sehingga sudah seharusnya mereka melakukan pertolongan, merasa menjadi lebih baik lagi setelah melakukannya. Menurut Reykowski motivasi yang seperti ini dikategorikan kedalam endocentric motivation, karena motivasi ini merupakan suatu kondisi yang dapat memfasilitasi munculnya tingkah laku prososial dalam kesesuaian dengan aspek-aspek moral. Misalnya seseorang berbuat kebaikan karena sebagai manusia kita harus berbuat baik, harus tolong menolong, dan berdasarkan suatu kewajiban.

Jenis ketiga dari motivasi ini adalah intrinsic prosocial motivation, menurut Reykowski motivasi ini adalah motivasi yang paling baik dibandingkan kedua motivasi lainnya. Intrinsic prosocial motivation merupakan tingkah laku


(36)

Universitas Kristen Maranatha yang dikontrol oleh motivasi prososial berdasarkan perubahan pada kondisi orang lain atau objek sosial lainnya (ingin mengadakan perubahan yang bersifat positif pada orang lain). Hasil wawancara terhadap 5 orang (50%) pengurus komunitas “X”, mereka menjawab bahwa mereka menolong karena orang lain perlu ditolong, dan merasa Tuhan begitu baik mengubahkan kehidupannya sehingga mereka ingin orang lain pun merasakan kebaikanNya.

Setiap pengurus di dalam komunitas ini diharapkan memiliki intrinsic prosocial motivation yang paling dominan, agar dapat mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan komunitas. Apabila setiap pengurus mempunyai motivasi intrinsic yang paling dominan di dalam dirinya, maka seharusnya tidak akan terjadi selisih paham antar pengurus, komunikasi tidak terhambat, tidak perlu menggantikan tugas dari pengurus yang tidak bisa menjalankan tugasnya, tugas atau tujuan lebih mudah dicapai, dan dapat tercipta kedamaian.

Simpulan berdasarkan data-data survei dan hasil wawancara dengan pembina beserta koordinator dari komunitas “X” terlihat adanya suatu kesenjangan antara fakta dan harapan, sehingga peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai motivasi prososial yang ada di dalam anggota pengurus dari komunitas “X” di kota Bandung.


(37)

Universitas Kristen Maranatha 1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tadi, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah gambaran motivasi prososial pengurus pada komunitas “X” di kota Bandung.

1.3Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai motivasi prososial yang mendasari pengurus pada komunitas “X” di Bandung dalam menjalankan tugasnya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis motivasi prososial yang dominan yang terdapat pada pengurus di komunitas “X” kota Bandung ketika menjalankan tugasnya dan kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi.


(38)

Universitas Kristen Maranatha 1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritik

1. Sebagai masukan untuk ilmu psikologi sosial mengenai motivasi prososial.

2. Sebagai masukan bagi peneliti lain dan para dosen yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai motivasi prososial.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Sebagai sumber informasi bagi koordinator komunitas “X” tentang motivasi prososial anggotanya agar lebih mengarahkan anggotanya agar visi dan misi dapat tercapai.

2. Sebagai masukan bagi para pengurus dalam komunitas khususnya untuk pengurus di komunitas “X” agar dapat mengevaluasi motivasinya dalam pelayanan dan mengembangkan motivasi prososial yang ada di dalam dirinya sehingga motivasi prososialnya dapat diarahkan pada intrinsic prosocial motivation, agar visi dan misi yg di tetapkan koordinator dapat tercapai.


(39)

Universitas Kristen Maranatha 1.5Kerangka Pikir

Dalam agama katholik terdapat bermacam-macam organisasi, beberapa diantaranya adalah mudika (muda-mudi katholik), legio, misdinar/putra-putri altar, komintas “X”, dan masih banyak lagi yang lain. Komunitas “X” merupakan sekelompok orang katholik yang berada pada tahap perkembangan dewasa. Komunitas “X” dibentuk dengan tujuan untuk membantu melayani segenap umat yang memerlukan baik dari dalam gereja maupun di luar gereja. Visi dari komunitas ini adalah segenap insane di Keuskupan Bandung yang memiliki kedewasaan rohani katholik dan berkreasi dalam pelayanan bagi kemuliaan Tuhan, sedangkan salah satu misinya adalah mewartakan kasih Kristus melalui kegiatan kerohanian dalam kehidupan sehari-hari.

Komunitas “X” biasanya melakukan beberapa pelayanan, diantaranya adalah pelayanan pujian dan musik mulai dari komunitas itu sendiri sampai antar persekutuan lain yang memerlukan bantuan, pelayanan doa (mengunjungi dan mendoakan orang sakit, mendoakan orang yang meminta jasa pelayanan doa, baik setelah selesai persekutuan maupun membuat janji terlebih dahulu), dan masih banyak pelayanan sosial lainnya seperti kunjungan orang sakit, dan kunjungan ke panti-panti, seperti panti wreda, panti asuhan, panti anak-anak cacat, dan panti tuna netra. Bentuk pelayanan ini merupakan cara dari komunitas “X” untuk memberikan pertolongan (tingkah laku prososial) dalam aktivitas kelompok. Pelayanan ini bertujuan untuk menolong bagi mereka yang memerlukan dengan memberikan penghiburan, memberikan bantuan dengan dukungan doa, dan


(40)

Universitas Kristen Maranatha membantu berjalannya suatu acara yang dibutuhkan salah satunya dengan mengisi acara dengan pujian dan musik.

Reykowski mengemukakan bahwa tingkah laku prososial meliputi fenomena yang luas, seperti menolong, membagi, mengorbankan diri sendiri dan melaksanakan terhadap norma-norma yang berlaku. Tingkah laku prososial dapat terlaksana karena didasari dengan adanya motivasi prososial yang mendorong individu untuk melakukan tingkah laku yang berorientasi pada perlindungan, pemeliharaan, atau mempertinggi kesejahteraan dari objek sosial yang eksternal, misalnya seperti orang tertentu, suatu institusi sosial, suatu masyarakat sebagai kesatuan, atau untuk suatu kelompok (Reykowski, dalam Eisenberg 1982:378).

Motivasi prososial yang dimiliki oleh pengurus komunitas “X” dapat dijelaskan melalui pendekatan kognitif, karena semua proses mekanisme dalam manusia terjadi pada kognisi individu. Terdapat standar yang berada pada setiap individu yang memiliki bagian penting dalam sistem kognitif, pertama adalah Standards of Well-Being (standar yang berhubungan dengan kesejahteraan individu), misalnya status seseorang, tingkat kebutuhan akan kepuasan yang akan membentuk jenis Ipsocentric dan Endocentric motivation. Standar yang kedua adalah Standards of Social Behavior (standar perilaku sosial) atau biasa disebut juga dengan standar moral yang akan membentuk jenis motivasi Intrinsic Prosocial motivation.

Terdapat lima aspek yang dapat membedakan motivasi prososial yang muncul pada diri individu, yaitu Condition of initiation (kondisi awal yang


(41)

Universitas Kristen Maranatha memunculkan), Anticipatory outcome (kondisi akhir/perkiraan hasil yang diharapkan), Facilitating conditions (kondisi yang memfasilitasi), Inhibitory conditions (kondisi yang menghalangi), dan Qualitative characteristics of an act (kualitas tindakan yang dilakukan). Dari kelima aspek ini akan menghasilkan salah satu dari ketiga motivasi prososial yang dominan dalam diri individu: Ipsocentric motivation, Endocentric motivation, dan yang terakhir adalah Intrinsic Prosocial motivation. Semua penjelasan diatas akan di aplikasikan ke dalam contoh pada alenia berikutnya.

Pengurus yang memiliki mekanisme jenis Ipsocentric motivation struktur kognitifnya lebih di dominasi oleh standard of well being, memiliki perilaku sosial yang didasari oleh keuntungan pribadi atau untuk kesejahteraan diri sendiri atau untuk menghindari hilangnya keuntungan pribadi. Condition of initiation dalam perilaku prososial adalah adanya harapan akan reward dari lingkungan atau mencegah hukuman sosial, misalnya pengurus menawarkan bantuan kepada tim sound system yang sedang mempersiapkan sound system. Oleh karena itu pengurus memiliki anticipatory outcome bahwa dirinya akan mendapat keuntungan pribadi dari tindakan yang dilakukannya, yaitu menunjukkan bahwa pengurus mau bekerja dalam mempersiapkan suatu acara. Kemudian facilitating condition-nya adalah adanya harapan akan reward yang meningkat apabila melakukan perilaku prososial atau terjadi peningkatan ketakutan akan kehilangan reward pada pengurus apabila tidak melakukan perilaku prososial. Dalam hal ini reward akan memicu pengurus untuk melakukan perilaku prososial, misalnya


(42)

Universitas Kristen Maranatha pengurus akan berusaha membantu membereskan setiap minggu agar pengurus dianggap sebagai orang yang mau bekerja dan rajin membantu.

Pemberian bantuan ini akan terhambat (inhibitory conditions) karena adanya kemungkinan bahwa pengurus akan kehilangan rewards, atau mendapatkan ancaman karena melakukan tindakan prososial, atau kemungkinan akan mendapat reward yang lebih tinggi. Misalnya pengurus tidak membantu tim sound system, maka orang tidak akan melihat dan orang tidak akan memberikan pujian bahwa pengurus merupakan seorang yang rajin membantu. Bantuan yang diberikan merupakan derajat ketepatan (qualitative characteristics of an act) yang rendah karena tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh objek sosial (pengurus kurang memperhatikan akan kebutuhan komunitas), misalnya pengurus membantu tim sound agar tidak dianggap acuh terhadap komunitas.

Bagi pengurus yang memiliki mekanisme endocentric motiovation, kognitifnya didominasi oleh standard of well being dalam melaksanakan perilaku prososial akan dikontrol oleh antisipasi terhadap perubahan self-esteem tergantung dari realisasi norma yang ada di dalam diri pengurus. Condition of initiation dari perilaku prososialnya adalah aktualisasi dari norma, misalnya sudah menjadi kewajiban apabila pengurus melakukan tugasnya sebagai pengurus dari komunitas “X”. hasil yang diperkirakan (anticipatory outcome) oleh pengurus adalah pengurus merasa diri berharga ketika mendengarkan cerita dari teman komunitas “X” yang sedang mengalami masalah. Perilaku prososial juga akan semakin dimunculkan apabila sesuai dengan nilai moral yang ada di dalam dirinya


(43)

Universitas Kristen Maranatha (facilitating conditions), misalnya apabila ada teman dari komunitas “X” yang harus pulang dengan kendaraan umum setelah selesai acara persekutuan, maka pengurus akan mencarikan tumpangan agar temannya tidak harus pulang dengan kendaraan umum. Apabila hal ini bertentangan dengan norma/nilai moral (inhibitory conditions) yang ada pada pengurus, maka pengurus tidak akan ikut campur akan masalah tersebut, karena baginya itu merupakan masalah pribadi.

Bantuan yang diberikan oleh pengurus memiliki derajat ketepatan (qualitative characteristics of an act) yang rendah, karena tidak sesuai dengan kebutuhan dari objek sosial. Pengurus melakukan perilaku prososial karena berdasarkan norma dalam dirinya dan kewajibannya sebagai seorang pengurus komunitas “X”. Mekanisme ini merupakan jenis Endocentric motivation.

Sedangkan pengurus yang mempunyai mekanisme intrinsic prososial motivation, biasanya struktur kognitifnya didominasi oleh standard of social behavior, maka perilaku prososialnya akan diarahkan untuk mempertahankan keadaan normal objek sosial, dan keinginan untuk memperbaiki kondisi objek sosial. Situasi awal yang memunculkan perilaku prososial (condition of initiation) adalah persepsi terhadap adanya kebutuhan akan pertolongan dari objek sosial, misalnya apabila ada teman yang sedang pucat, maka pengurus akan menghampiri untuk menanyakan keadaannya dan bersedia membantunya. Hasil yang diperkirakan (anticipatory outcome) pengurus adalah objek sosial (temannya) mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan yang dibutuhkan, misalnya memberikan obat untuk meredakan sakit temannya. Kondisi yang memfasilitasi


(44)

Universitas Kristen Maranatha (facilitating conditions) perilaku prososial adalah kondisi dari objek sosial yang membutuhkan, seberapa terdesak, seberapa penting pertolongan yang dibutuhkan objek sosial, misalnya pengurus rela mengorbankan dana pribadi untuk memberikan makanan dan obat untuk temannya yang sedang sakit.

Perilaku prososial tidak akan muncul (inhibitory conditions) apabila pengurus menyadari bahwa objek sosial (teman), mampu memenuhi kebutuhan tanpa bantuan darinya, misalnya apabila temannya yang sakit sudah merasa lebih baik dan kuat, maka pengurus tidak akan mengantar temannya pulang karena temannya pulang bersama kakaknya. Bantuan yang diberikan oleh pengurus memiliki ketepatan derajat (qualitative characteristics of an act) yang tinggi, karena sesuai dengan kebutuhan dari objek sosial, misalnya pengurus membantu mencarikan obat dan makanan agar rasa sakit yang dirasakan temannya bisa membaik (Janusz Reykowski, dalam Eisenberg 1982: 383-385).

Dari ketiga mekanisme motivasi yang telah dijelaskan di atas, yang paling ideal dimiliki oleh pengurus komunitas “X” adalah motivasi intrinsik (intrinsic prosocial motivation). Dengan didasari oleh motivasi ini, pengurus pada komunitas “X” ini diharapkan untuk tidak lagi melaksanakan tugasnya sebagai pelaksanaan kewajiban sebagai pengurus semata, akan tetapi diharapkan akan melaksanakan tugas secara maksimal, benar-benar dapat memahami kebutuhan orang lain, lebih bertanggung jawab terhadap tugas, tidak bersungut-sungut dalam pengerjaannya dan dapat memberikan bantuan secara tepat.


(45)

Universitas Kristen Maranatha Dalam perkembangan motivasi prososial, terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi yang berkembang pada diri setiap individu yaitu faktor eksternal meliputi pola asuh orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosial. Faktor eksternal yang berasal dari pola asuh orang tua dalam keluarga, dalam hal ini seorang anak akan mempelajari tindakan prososial dengan melihat tingkah laku dari orang tuanya (Eisenberg 1982: 88). Berdasarkan penelitian Kochanska (1980), seorang anak yang diajarkan mengenai tindakan prososial dengan reward yang bersifat materi dan berasal dari luar (external material reward), akan menimbulkan anak yang memiliki motivasi ipsocentric. Sedangkan anak yang diberikan efek mengenai efek sosial dari tindakan mereka, meskipun tanpa adanya external material reward, maka akan memunculkan intrinsic prosocial motivation. Kemudian selain itu, lingkungan sosial (lingkungan di dalam komunitas “X”) juga akan berpengaruh dengan adanya konformitas kelompok, yang menjadikan individu akan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari kelompoknya (H. Paspalanowa, 1979 dalam Eisenberg 1982: 390-391). Lingkungan sosial ini sudah ada di dalam komunitas “X” yang sebenarnya sudah mengembangkan motivasi prososial.

Selain faktor eksternal, terdapat juga faktor internal yang meliputi usia dan jenis kelamin. Perkembangan usia tidak dapat terlepas dari perkembangan moral dan kognitif karena semakin dewasa usia seseorang perkembangan moral dan kognitifnya semakin berkembang (baik), sehingga para ahli menemukan bahwa pada orang dewasa memiliki tingkat moral judgement yang lebih tinggi dibanding dengan usia yang lebih muda (Eisenberg,1982:83). Sedangkan menurut faktor


(46)

Universitas Kristen Maranatha internal yang kedua, yaitu jenis kelamin. Dalam buku Eisenberg 1982:39-40 dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam menolong orang lain pada pria dan wanita dalam generousity (suka memberi, penyayang, pengasih, suka menolong, dan suka beramal) dan perilaku helpfulness & comforting dibandingkan pria. Selain itu ditemukan juga keterkaitan yang signifikan antara moral judgement dengan perilaku generousity & helpfulness, dan tingkat/level moral judgement yang tinggi merujuk pada intirinsic prosocial motivation (perilaku menolong untuk memberikan kondisi yang positif kepada objek sosial). Dengan kata lain, keterangan di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap motivasi prososial.

Individu yang berada pada masa dewasa memiliki perkembangan kognitif yang berkaitan dengan tingkah laku prososial tersebut, begitu pula dengan pengurus yang ada pada komunitas “X”. Mereka mulai memahami bahwa kebenaran adalah relatif, bahwa arti dari sebuah peristiwa itu terjadi dan dibatasi pada kerangka berpikir yang digunakan untuk memahami peristiwa tersebut. Selain itu, mereka sudah mampu berpikir tidak dengan sudut pandang mereka sendiri, melainkan dengan sudut pandang dari orang lain (Santrock, 2002:92).

Berdasarkan uraian diatas, maka skema dari kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut :


(47)

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir

Faktor yang mempengaruhi: 1. Faktor Eksternal:

- Pengasuhan Orang Tua - Lingkungan sosial 2. Faktor Internal:

- Usia (Perkembangan kognitif) - Jenis Kelamin

Pengurus Komunitas

“X”

5 aspek:

1. Condition of Initiation 2. Anticipatory Outcome 3. Facilitating Conditions 4. Inhibitory Conditions

5. Qualitative Characteristics of an Act

Tingkah Laku Prososial yang didasari Motivasi

Ipsocentric Motivation

Intrinsic Prosocial Motivation Endocentric

Motivation

Tingkah laku prososial


(48)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

a. Komunitas “X” di kota Bandung merupakan suatu kelompok yang mempunyai tugas untuk menolong (prososial) atau memberikan pelayanan kepada orang yang memerlukan.

b. Tindakan menolong yang dilakukan oleh pengurus komunitas “X” dalam menjalankan tugasnya didasari dengan motivasi tingkah laku prososial.

c. Motivasi prososial pengurus komunitas “X” dibedakan ke dalam tiga jenis motivasi, yaitu ipsocentric motivation, endocentric motivation, dan intrinsic prosocial motivation.

d. Setiap pengurus komunitas “X” memiliki ketiga jenis motivasi prososial, namun perbedaannya adalah jenis motivasi yang paling dominan dalam diri pengurus komunitas.

e. Motivasi prososial pada pengurus komunitas “X” dapat dilihat berdasarkan 5 aspek (condition of initiation, anticipatory outcome, facilitating conditions, inhibitory conditions, qualitative characteristics of an act).

f. Motivasi prososial pengurus komunitas “X” dapat terbentuk dengan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (jenis kelamin dan usia) dan faktor eksternal (lingkungan dan pola asuh orang tua).


(49)

63

Universitas Kristen Maranatha 5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data dan pembahasan hasil, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Motivasi Prososial yang dimiliki oleh pengurus pada komunitas “X” di kota Bandung pada umumnya lebih di dominasi oleh Intrinsic Prosocial Motivation.

2. Tidak terdapat keterkaitan antara motivasi prososial dengan jenis kelamin, pengasuhan orang tua, pengamatan terhadap orang tua, lingkungan sosial, dan lama bergabung.

5.2 Saran A. Saran Teoritik

1. Bagi peneliti bidang psikologi sosial disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi prososial komunitas “X” seperti perkembangan moral dan kognitif.

2. Bagi peneliti bidang psikologi sosial agar mempertimbangkan teori motivasi prososial yang lebih utuh.


(50)

Universitas Kristen Maranatha 1. Bagi koordinator dan Pembina komunitas “X”, diharapkan agar dapat

mempertahankan Intrinsic Prosocial Behavior dari para pengurusnya. Caranya dengan tetap memberikan pertolongan kepada orang lain, baik di dalam pelayanan di dalam komunitas atau dimanapun.


(51)

65

Universitas Kristen Maranatha Eisenberg, Nancy. 1982. The Development of Prosocial Behavior. London : Academic Press, Inc.

Gulo, W. 2002. Metodologi penelitian. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Santrock, John W. 2004. Life span development. Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W. 2002. life span development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta. Erlangga.


(52)

66

Universitas Kristen Maranatha Wibowo, Lina Lestari. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Motif Prososial Pada

Anggota Aktif Legio Maria Senior Kuria ”X” Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

http://www.kamusbesar.com/38539/bersungutsungut, Diakses Februari 2012 Visi dan Misi Komunitas “X” Bandung


(1)

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir

Faktor yang mempengaruhi: 1. Faktor Eksternal:

- Pengasuhan Orang Tua - Lingkungan sosial 2. Faktor Internal:

- Usia (Perkembangan kognitif) - Jenis Kelamin

Pengurus Komunitas

“X”

5 aspek:

1. Condition of Initiation 2. Anticipatory Outcome 3. Facilitating Conditions 4. Inhibitory Conditions

5. Qualitative Characteristics of an Act Tingkah Laku Prososial yang didasari Motivasi Ipsocentric Motivation Intrinsic Prosocial Motivation Endocentric Motivation Tingkah laku prososial


(2)

21

1.6 Asumsi

a. Komunitas “X” di kota Bandung merupakan suatu kelompok yang mempunyai tugas untuk menolong (prososial) atau memberikan pelayanan kepada orang yang memerlukan.

b. Tindakan menolong yang dilakukan oleh pengurus komunitas “X” dalam menjalankan tugasnya didasari dengan motivasi tingkah laku prososial.

c. Motivasi prososial pengurus komunitas “X” dibedakan ke dalam tiga jenis motivasi, yaitu ipsocentric motivation, endocentric motivation, dan intrinsic prosocial motivation.

d. Setiap pengurus komunitas “X” memiliki ketiga jenis motivasi prososial, namun perbedaannya adalah jenis motivasi yang paling dominan dalam diri pengurus komunitas.

e. Motivasi prososial pada pengurus komunitas “X” dapat dilihat berdasarkan 5 aspek (condition of initiation, anticipatory outcome, facilitating conditions, inhibitory conditions, qualitative characteristics of an act).

f. Motivasi prososial pengurus komunitas “X” dapat terbentuk dengan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (jenis kelamin dan usia) dan faktor eksternal (lingkungan dan pola asuh orang tua).


(3)

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data dan pembahasan hasil, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Motivasi Prososial yang dimiliki oleh pengurus pada komunitas “X” di kota Bandung pada umumnya lebih di dominasi oleh Intrinsic Prosocial Motivation.

2. Tidak terdapat keterkaitan antara motivasi prososial dengan jenis kelamin, pengasuhan orang tua, pengamatan terhadap orang tua, lingkungan sosial, dan lama bergabung.

5.2 Saran

A. Saran Teoritik

1. Bagi peneliti bidang psikologi sosial disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi prososial komunitas “X” seperti perkembangan moral dan kognitif.

2. Bagi peneliti bidang psikologi sosial agar mempertimbangkan teori motivasi prososial yang lebih utuh.


(4)

64

1. Bagi koordinator dan Pembina komunitas “X”, diharapkan agar dapat mempertahankan Intrinsic Prosocial Behavior dari para pengurusnya. Caranya dengan tetap memberikan pertolongan kepada orang lain, baik di dalam pelayanan di dalam komunitas atau dimanapun.


(5)

Eisenberg, Nancy. 1982. The Development of Prosocial Behavior. London : Academic Press, Inc.

Gulo, W. 2002. Metodologi penelitian. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Santrock, John W. 2004. Life span development. Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W. 2002. life span development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta. Erlangga.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Wibowo, Lina Lestari. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Motif Prososial Pada Anggota Aktif Legio Maria Senior Kuria ”X” Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

http://www.kamusbesar.com/38539/bersungutsungut, Diakses Februari 2012

Visi dan Misi Komunitas “X” Bandung