TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA.

SKRIPSI

TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN
TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN
POLUTAN KARBON MONOKSIDA

Oleh :

BOVI RAHADIYAN ADITA CRISTINA
07502010028

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR


Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah – Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan judul TINGKAT
KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN
POLUTAN KARBON MONOKSIDA. Tugas ini merupakan salah satu
persyaratan bagi setiap mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, UPN “ Veteran “ Jawa Timur untuk mendapatkan
gelar sarjana. Selama menyelesaikan tugas ini, penyusun telah banyak
memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini
saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Naniek Ratni, JAR., Mkes, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Ir. Munawar Ali, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan
UPN “Veteran” Jawa Timur .
3. Ir. Naniek Ratni, JAR, Mkes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
membantu, mengarahkan dan membimbing hingga tugas ini dapat selesai
dengan baik.
4. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang telah memberikan
semangat, membantu material, doa, serta support yang tidak pernah habis
buat saya.

5. Semua rekan-rekan di Teknik Lingkungan angkatan 2007 yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga terselesainya
tugas ini.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

6. Semua pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat saya sebutkan
satu per satu.
Apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas skripsi ini,
saran dan kritik yang membangun akan saya terima. Akhir kata penyusun ucapkan
terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila didalam laporan ini
terdapat kata-kata yang kurang berkenan atau kurang dipahami.

Surabaya,

Maret 2012


Penyusun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………iii
DAFTAR TABEL

…………………………………………………………iv

DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK

…………………………………………………v

…………………………………………………………………vi

ABSTRACT ………………………………………………………………….vii

I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

…………………………………………………1

I.2 Rumusan Masalah …………………………………………………3
I.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………3
I.3 Manfaat Penelitian …………………………………………………4
I.4 Ruang Lingkup
II

…………………………………………………4

TINJ AUAN PUSTAKA
II.1 Pencemaran Udara….............................................……………......5
II.1.1 Definisi Pencemaran Udara………………………………...5
II.1.2 Sumber Pencemaran Udara………………………………...8
II.1.3 Jenis Pencemaran Udara……………………………………9

II.1.4 Sistem Pencemaran Udara………………………………….9
II.1.5 Pengaruh Pencemaran Udara Pada Tanaman………………10
II.2 Karbon Monoksida (CO)………………………………………….11
II.2.1 Pembentukan Karbon Monoksida………………………….11
II.2.2 Sumber Karbon Monoksida di Udara……………………...12

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II.2.3 Pengaruh CO Terhadap Manusia………………………….13
II.2.4 Pengaruh CO Terhadap Tumbuhan………………………..15
II.3 Mekanisme Biokimia Tanaman Dalam Menyerap
Karbon Monoksida……………………………………………….15
II.4 Tanaman yang Mampu Mereduksi Polutan………………………16
II.5 Lidah Mertua (Sansevieria sp.)…………………………………...17
II.6 Lili Paris (Spider Plants)………………………………………….19
II.7 Sirih Gading (Scindapsus Aureus)………………………………..20
II.1 Fotosintesis……………………………………………………….21
III


METODE PENELITIAN
III.1 Bahan dan Alat Penelitian.............................................................23
III.2 Variabel Penelitian..........………………………………………..24
III.3 Rangkaian Alat...............………………………………………..25
III.4 Prosedur Penelitian….…………………………………………..25
III.5 Analisa Hasil.......………………………………………………..26
III.6 Kerangka Penelitian

IV

………………………………………..26

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Analisa Awal……………………………………………………28
IV.2 Hasil Penyerapan Karbon Monoksida Pada Tanaman Hias…….28
IV.3 Kemampuan Penyerapan Tanaman Hias Terhadap Gas
Karbon Monoksida……..............................................................37

V


KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan

……………………………………..………...41

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

V.2 Saran

……………………………………………..………...42

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK

Sebagian besar pencemaran udara di kota-kota besar disebabkan oleh
kendaraan bermotor. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di daerah perkotaan
berakibat pada penurunan kualitas udara bersih akibat emisi dari hasil pembakaran
bahan bakar. Pada penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan tanaman hias
dalam menyerap karbon monoksida, penelitian ini menggunakan tanaman lidah
mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant), dan sirih gading (Scindapsus
aureus). Gas pencemar yang dipaparkan tehadap tanaman uji merupakan
pencemar yang berasal dari asap kendaraan bermotor.
Dalam penelitian ini dilakukan pemaparan pada tanaman lidah mertua
(Sansevieria sp), lili paris (Spider plant,) dan sirih gading (Scindapsus aureus)
dengan variasi pemaparan gas buang selama 0,5 jam, 1 jam, dan 1,5 jam yang
dilakukan pada rumah tanaman selama lima hari. Tanaman yang dipilih adalah
jenis tanaman yang memiliki persentase penyisihan terbesar dalam penurunan gas
CO. Dari hasil penelitian didapatkan tanaman lidah mertua (Sansevieria sp)
dengan waktu pemaparan 1,5 jam pada waktu kontak hari ke 5 dapat menyerap
46,21 %, sedangkan lili paris (Spider plant) menyerap 41,47 % dan sirih gading

(Scindapsus aureus) menyerap 32,58 % gas karbon monoksida.
Kata Kunci : karbon monoksida, lidah mertua, lili paris, sirih gading

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
Most of the air pollution in large cities caused by motor vehicle.
Increasing the number of motor vehicles in urban areas resulting in a net
decrease in air quality due to emissions from fuel combustion. In this study aims
to determine the ability of plants to absorb carbon monoxide, this study uses the
lidah mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant), and sirih gading
(Scindapsus aureus). Gaseous pollutants are presented tehadap test plants are
pollutants derived from motor vehicle fumes.
In this study conducteted exposure to the plant lidah mertua (Sansevieria
sp), lili paris (Spider plant,) dan sirih gading (Scindapsus aureus) with
variaotions in the exhaust gas exposure during the 0,5 hour, 1 hour, and 1,5 hour
conducted in house plants during for five days. The chosen plant are the plant
kind which has higher percent remove of carbon monoxide gas. Result of the
research shows that lidah mertua (Sansevieria sp) with exposure time 1,5 hours

contact at day five can absorb 46,21 %, lili paris (Spider plant) while absorbing
41,47 %, and sirih gading (Scindapsus aureus) absorbs 32,58 % carbon monoxide
gas.
Keyword: carbon monoxide, Sansevieria sp, Spider plant, Scindapsus aureus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Pencemaran udara (polution) di Indonesia sangat memprihatinkan. Udara
bersih sangat sulit didapatkan tidak hanya di luar ruangan (outdoor) tetapi juga di
dalam ruangan (indoor). Hal ini disebabkan adanya gas gas beracun yang berasal
dari asap kendaraan bermotor dan asap rokok serta adanya mikroorganisme
merugikan di udara. Karbon monoksida (CO) dalam udara bebas akan teroksidasi
menjadi karbon dioksida (CO2). Karbon monoksida juga sebagai kontributor
meningkatnya efek rumah kaca dan meninmbulkan fenomena pemanasan globlal.
Hal ini disebabkan karena karbon monoksida bersama polutan lainnya (CO, CO2,

metana, ozon, dan N2O), akan membentuk gas rumah kaca sehingga panas
matahari tidak dapat dipantulkan ke angkasa dan terperangkap di dalam bumi
yang pada akhirnya menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.
Karbon monoksida (CO) adalah senyawa yang berwujud gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau. CO lebih mudah diserap dan masuk ke aliran darah
daripada oksigen (O2). Sumber CO dapat berasal dari gas buang dari sistem
pembakaran kendaraan bermotor dan pembakaran sampah. Gas CO dapat
berbentuk cairan pada suhu dibawah -129OC. Di kota besar yang padat lalu
lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara
relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat
pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk,

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi,
proses biologi dan lain-lain.
Banyak penelitian ilmiah yang membuktikan manfaat tanaman indor.
Salah satunya adalah penelitian yang dipelopori ole NASA, yang membuktikan
bahwa tanaman rumahan adalah pembersih udara alami yang ampuh mampu
memerangi sick building syndrome. Memanfaatkan tanaman hias upaya yang
efektif dan efisien untuk menghilangkan atau mengubah CO tersebut. Tanaman
lidah mertua mampu menyerap karbon monoksida hingga 84%, lili paris mampu
menyerap sebesar 96% dan sirih gading mampu menyerap 75%. Tanaman adalah
penyerap CO dan menghasilkan O2 (oksigen), sebagai pembersih udara dari
partikel dan debu serta bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. Oleh
karena itu studi ini dilakukan untuk menganalisa kemampuan tanaman dalam
menurunkan polutan yaitu gas CO. Tanaman uji yang digunakan adalah lidah
mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant) dan sirih gading (Scindapsus
aureus). Namun dari semua jenis tanaman, tentu ada levelnya, mana yang efektif
menyerap CO dan mana yang kurang efektif dalam penyerapannya. Tidak harus
tanaman yang berjenis pohon, bisa juga tanaman hias, tanaman bunga yang efektif
menyerap CO maupun polutan yang lain.
I.2 Rumusan Masalah
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan
penurunan kualitas udara akibat emisi polutan dari hasil pembakaran bahan bakar.
Oleh karena itu, masalah yang akan dicermati pada penelitian ini adalah emisi
polutan pada kendaraan bermotor, pencemaran udara, dan respon tumbuhan dalam
menyerap polutan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh waktu kontak dan waktu pemaparan gas karbon
monoksida terhadap tanaman lidah mertua, lili paris, dan sirih gading.
2. Menentukan kemampuan tanaman lidah mertua, lili paris, dan sirih gading
dalam menyerap gas karbon monoksida.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan terobosan baru mengurangi kandungan CO di udara sehingga
membantu mencegah terjadinya efek pemanasan global.
2. Dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa tanaman hias juga
efektif dalam menyerap polutan (CO).
3. Mengetahui kadar CO pada tanaman hias akibat pengaruh emisi gas
kendaraan bermotor.
I.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Tanaman hias yang digunakan adalah lidah mertua (Sansevieria sp), lili
paris (Spider plant), sirih gading (Scindapsus aureus).
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pot dalam rumah tanaman.
3. Gas pencemar yang akan digunakan adalah gas CO dari asap kendaraan
bermotor.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

II.1 Pencemar an Udar a
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan
meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat – pusat industri, kualitas udara
telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Hal
ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan
kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan. Perubahan lingkungan
udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat
pencemaran (berbentuk gas – gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara.
Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap
kebakaran hutan, akibat gunug berapi, dan debu meteorit. Sebagian besar
pencemaran udara juga disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya aktivitas
transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi
ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.

II.1.1 Definisi Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi
rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang
membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di
kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang

4
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

mengandung zat di atas batas kewajaran. Ada beberapa zat penyusun udara yang
juga disebut sebagai pencemar, namun tidak berbau dan tidak mengubah warna
udara. Karbon monoksida (CO) contohnya. CO merupakan gas pencemar yang
sangat berbahaya karena tidak berbau seperti bau belerang yang menyengat. CO
juga tidak mengubah warna udara, seperti asap yang mengepul dari pabrik.
Sedangkan definisi lain menurut Wardana yaitu masuknya zat pencemar
ke dalam atmosfer baik secara alamiah (debu vulkanik, debu meteorit, pancaran
garam laut) maupun akibat aktifitas manusia (gas beracun, partikel panas, dan
radiasi nuklir sebagai hasil sampingan pemupukan tanaman, pembasmi hama,
pengecatan, pembakaran aktifitas rumah tangga, transportasi dan bermacam –
macam kegiatan industri), yang melayang dalam udara dan bergerak sesuai
dengan gerakan dan tingkah laku udara. Jadi secara garis besar bisa dikatakan
bahwa pencemaran udara terjadi bila adanya zat asing masuk ke atmosfer sampai
menimbulkan perubahan keseimbangan di dalam atmosfer. Untuk komposisi
udara kering dan bersih dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. (Widhowati, 2008)
Tabel 2.1 Komposisi Udara Kering dan Bersih
Konsentrasi
Komposisi
% volume

ppm

Nitrogen

78.09

780900

Oksigen

20.94

209000

Argon

0.93

9300

Karbon dioksida

0.0318

318

Neon

0.0018

18

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Helium

0.00052

5.2

Krypton

0.0001

1

Xenon

0.000008

0.08

Nitrogen oksida

0.000025

0.25

Hidrogen

0.00005

0.5

Metana

0.00015

1.5

Nitrogen dioksida

0.0000001

0.001

Ozon

0.0000002

0.002

Sulfur dioksida

0.00000002

0.0002

Karbon monoksida

0.00001

0.1

Amonia

0.000001

0.01

Adapun di negara Indonesia telah mempunyai standar baku mutu dan waktu
pengukuran udara ambien yang telah diputuskan oleh keputusan Gubernur tahun
1996 dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.2 Baku Mutu Udara Ambien

No

1

Waktu

Baku mutu

pengkuran

maksimum

24 jam

0.1 ppm

8 jam

20 ppm

24 jam

0.05 ppm

Parameter

Sulfur

dioksida

(SO2)
2

Karbon
monoksida (CO)

3

Oksida nitrogen

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

4

Oksidan (O3)

1 jam

0.1 ppm

5

Debu

24 jam

0.26 ppm

6

Timah

24 jam

0.06 ppm

hitam

(Pb)
7

Amonia (NH3)

24 jam

0.03 ppm

8

Hidrokarbon

3 jam

0.24 ppm

II.1.2 Sumber Pencemaran Udara
Secara umum terdapat 2 sumber pencemaran udara yaitu pencemaran
akibat sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang
berasal dari kegiatan manusia (aniropogenic sources), seperti yang berasal dari
transportasi, emisi pabrik, dan persampahan, baik akibat proses dekomposisi
ataupun pembakaran, dan rumah tangga. Di dunia dikenal zat pencemar udara
utama yang berasal dari kegiatan manusia yaitu karbon monoksida (CO), oksida
sulfur (SOx), nitrogen oksida(NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), gas rumah
kaca (CH4, CO2 dan N2O).
Di Indonesia sekarang ini kurang lebih 70% pencemaran udara di sebabkan
emisi kendaraan bermotor kendaraan bermotor mengeluarkan. Zat-zat berbahaya
yang dapat menimbulkan dampak negative, baik terhadap kesehatan manusia
maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/ timah hitam (Pb). Kendaraan
bermotor menyumbang hampir 100% timbal. Selain itu pencemaran udara dapat
menimbulkan hujan asam, pengikisan lapisan ozon, kerusakan pada tanaman,
pelapukan bangunan atau patung-patung yang terbuat dari batu serta dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

mempercepat empat kali lebih cepat proses pengaratan pada benda-benda yang
terbuat dari besi. Yang lebih mengerikan lagi adalah bahwa pencemaran udara ini
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan lebih jauh yaitu menimbulkan efek
rumah kaca yang akan menaikkan suhu permukaan bumi atau dikenal dengan
global warming. Hal ini akan menyebakan kenaikan permukaan air laut karena es
di kutub akan mencair. Global warming juga berdampak pada perubahan iklim di
bumi yang akan menimbulkan kekeringan dan banjir di seluruh dunia. Hal
tersebut akan menyebabkan penyediaan pangan akan terganggu.

II.1.3 J enis Pencemar an Udara
Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam,
yakni:
a. Pencemaran Udara Alami
Adalah: masuknya zat pencemar ke dalam udara/ atmosfer, akibat proses –
proses alam seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran
garam dari laut, debu meteroid dan sebagainya.
b. Pencemaran Udara Non Alami
Adalah: masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada
umumnya tanpa dissadari dan merupakan produk sampingan, berupa gas –
gas beracun, asap, partikel – partikel halus, senyawa belerang, senyawa
kimia, buangan panas dan buangan nuklir.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

II.1.4 Sistem Pencemar an Udara
Sistem pencemaran udara berawal dari berjenis – jenis emisi alami dan
antropogenik. Emisi ini didefinisikan sebagai pencemar primer, karena pencemar
– pencemar golongan ini diemisikan langsung ke udara dari sumbernya (misalnya
SO2, Nox, CO, Pb, zat – zat organik dan partikulat), yang pada dasarnya
ditentukan oleh faktor – faktor meteorologi. Bersamaan dengan itu, terjadi pula
proses – proses transformasi fisiko – kimia yang mengubah pencemar primer
menjadi unsur gas atau partikulat bentuk lain yang dikenal sebagai pencemar
sekunder. Pencemar – pencemar ini dapat tersisihkan dari atmosfer kembali ke
permukaan bumi melalui proses deposisi basah atau kering, yang dapat
memberikan dampak terhadap penerima, seperti manusia, hewan, ekosistem
akuatik, vegetasi dan material. (Putri, 2008)

II.1.5 Pengar uh Pencemar an Udara Pada Tanaman
Tumbuhan dapat menyerap polutan udara secara langsung melalui stomata
dan akar. Polutan gas harus berbentuk terlarut dalam air untuk dapat masuk ke
sistem metabolisme tumbuhan. Pada penyerapan melalui stomata ke dalam
jaringan tumbuhan, polutan gas dapat larut dalam cairan interselular. Jika bersifat
asam, polutan mempengaruhi struktur sel daun. Dengan cara serupa, polutan gas
terlarut yang mencapai struktur akar dapat terserap.
Tumbuhan yang tepapar polutan gas dalam konsentrasi tinggi menunjukan
gejala akut pada strukturnya seperti mengurangi pertumbuhan kambium, akar, dan
bagian reproduktif. Tanaman yang tumbuh di lokasi yang tercemar, cenderung

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

merangsang pengambilan gas lain ke dalam mesofil daun, pada saat proses
asimilasi CO2 berlangsung. Banyak spesies tanamanan yang lebih sensitif
terhadap SO2 pada siang hari ketika stomata terbuka dibanding pada malam hari,
kecuali pada tanaman kentang yang stomatanya tetap membuka pada malam hari.
(Putri 2008)
Akibat lain yang ditimbulkan oleh pencemaran udara terhadap tanaman
adalah kerusakan tanaman yang memungkinkan perubahan hingga tingkat
biokimia sel yang kemudian diikuti dengan perubahan fisiologis mulai individu
hingga tingkat komunitas tanaman. Kerusakan ini umumnya ditandai dengan
adanya luka. Pertumbuhan tidak normal (growth alternation) merupakan luka
tersembunyi yang tidak selalu dapat dideteksi, namun diperlihatkan oleh
pertumbuhan yang tidak wajar, penurunan apical dominance pada kuncup akibat
pertumbuhan yang tertekan pada cabang ataupun kuncup, tanaman membelit,
layu, struktur tanaman kerdil, gugur daun, ataupun jatuhnya kelopak bunga.

II.2Kar bon Monoksida (CO)
Karbon monoksida merupakan pencemar udara yang paling besar dan
umum dijumpai. Sebagian besar karbon monoksida terbentuk akibat proses
pembakaran bahan – bahan karbon yang digunakan sebagai bahan bakar, secara
tidak sempurna, misalnya dari pembakaran bahan bakar minyak, pemanas, proses
– proses industri dan pembakaran sampah. Kegiatan dalam sektor industri
perminyakan merupakan kegiatan yang menimbulkan emisi karbon monoksida
dalam jumlah yang signifikatif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

II.2.1 Pembentukan Karbon Monoksida
Pembentukan karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak
berbau, berwarna, dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada
suhu di atas -1920C. komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air
dan tidak larut di dalam air. Karbonmonoksida yang terdapat di alam terbentuk
dari salah satu proses sebagai berikut:
1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon.
2. Reaksi antara karbondioksida dean komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi.
3. Pada suhu tinggi, karbondioksida terurai menjadi karbonmonoksida dan
oksigen.
Secara alamiah CO diproduksi oleh hydrozoa (siphonophores), suatu
mahluk laut juga oleh reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam atmosfer Oksidasi
tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon terjadi
jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk
pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbondioksida. Pembentukan karbon
monoksida hanya terjadi jika reaktan yang ada terdiri dari karbon dan oksigen
murni. Jika yang terjadi adalah pembakaran komponen yang mengandung karbon
di udara, prosesnya lebih kompleks dan terdiri dari beberapa tahap reaksi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

II.2.2 Sumber Kar bon Monoksida di Udara
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi
sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. Korban monoksida yang berasal
dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran
hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor,
terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah
CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh
dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar
bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran
batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam
laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan
berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung
CO, sehingga para perokok dapat membahayakan dirinya sendiri dari asap rokok
yang sedang dihisapnya.
Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah
tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar
CO yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus. Kadar CO
diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO
yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Karbon
monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama berasal dari alat
pemanas ruang yang menggunakan bahan bakar fosil dan tungku masak. Kadar
nya akan lebih tinggi bila ruangan tempat alat tersebut bekerja, tidak memadai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

ventilasinya. Namun umunnya pemajanan yang berasal dari dalam ruangan
kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap rokok.
Menurut Fardiaz, sumber CO lainnya adalah proses – proses industri, dua
industri yang merupakan sumber CO terbesar yaitu industri besi dan baja. Karbon
monoksida dihasilkan selama beberapa tahap proses dalam produksi besi dan baja.
Dalam industri petroleum, CO dibebaskan selama regenerasi katalis. (Putri, 2008)

II.2.3 Pengar uh CO Ter hadap Manusia
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya
untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut
oksigen

keseluruh

tubuh.

Sifat

ini

menghasilkan

pembentukan

karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan
terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa
oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal,
karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi
enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil
tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah
menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang
pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir
pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan
menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%.
Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem
kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan
sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang,
masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus
mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam
lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya
dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat terganggu/
terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5%
(hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar
80 dan 35 mg/m3). Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena
kemungkinan sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok.

II.2.4 Pengar uh CO Ter hadap Tumbuhan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian CO selama 1 sampai
3 minggu pada konsentrasi sampai 100 ppm tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap tanam-tanaman tingkat tinggi. Akan tetapi kemampuan untuk
fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas akan terhambat dengan pemberian CO selama
35 jam pada konsentrasi 2000 ppm. Demikian pula kemampuan untuk fiksasi
nitrogen oleh bakteri yang terdapat pada akar tanam-tanaman juga terhambat
dengan pemberian CO sebesar 100 ppm selama satu bulan. Karena konsentrasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

CO di udara jarang mencapai 100 ppm, meskipun dalam waktu sebentar, maka
pengaruh CO terhadap tanam-tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata.

II.3 Udar a Dalam Ruangan
Pada konsentrasi polutan dalam ruangan atau rumah menunjukan lebih
tinggi daripada diluar ruangan. Kompor gas menghasilkan NO2, ini menyebabkan
tingginya konsentrasi di dalam ruangan daripada diluar dan tingginya konsentrasi
didapur dari pada kamar tidur. Pada kenyataan walaupun macamnya sedikit
konsentrasi diluar ruangan dari bulan ke bulan konsentrasi dalam ruangan
meningkat dimusim dingin dingin dari pada panas. Perbedaan ini seharusnya
udara bertukar antara didalam dan diluar rumah, dimusim panas jendela dibuka
agar terasa sejuk. Pencemaran udara dalam ruangan tidak hanya dipengaruhi dari
dalam ruangan itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh udara luar dan bakteri yang
dapat tumbuh pada filter AC.

II.4 Mekanisme Biokimia Tanaman dalam Menyer ap Karbon Monoksida
Suatu ciri khas dari mahluk hidup adalah kemampuan atau kapabilitas sel
– sel untuk mengambil zat-zat makanan dari komponen sel itu sendiri sebagai
sumber energi. Suplai dan absorpsi dari senyawa-senyawa kimia yang diperlukan
untuk proses pertumbuhan dan metabolisme disebut nutrisi. Dan senyawa kimia
yang diperlukan oleh organisme disebut nutrien (unsur hara). Mekanisme
bagaimana unsur hara dikonversi menjadi material selular atau digunakan sebagai
sumber energi

dikenal dengan proses metabolisme. Istilah metabolisme

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

mencakup berbagai reaksi yang terjadi pada sel hidup untuk mempertahankan
hidup dan untuk pertumbuhan. Dengan demikian nutrisi dan metabolisme
mempunyai hubungan timbal balik. Pada dasarnya tanaman sangat berbeda
dengan manusia, binatang dan mikroorganisme lainnya yang membutuhkan
senyawa organik dari luar. Elemen esensial adalah elemen yang harus ada agar
siklus hidup yang normal dari organisme bisa terjadi dan fungsinya tidak bisa
diganti oleh senyawa kimia lainnya. Tambahan pula unsur-unsur itu harus
mencakup nutrisi sebagai bahan pokok untuk proses metabolisme yang diperlukan
dalam aktivitas enzim. (Setiono, 2010)

II.5 Tanaman yang Mampu Mer eduksi Polutan
Banyak sekali manfaat tanaman bagi lingkungan dan masyarakat
perkotaan. Pertama, tanaman dapat berfungsi meredam suara yang berasal dari
kendaraan dan kegiatan proses industrialisasi. Kedua, berperan sebagai penyejuk
iklim, terutama iklim mikro (suhu, kelembaban, pengendalian perbandingan
antara gas CO2 dan O2, penangkal angin dan penyaring cahaya matahari). Ketiga,
sebagai pembersih udara dari partikel dan debu serta bahan kimia yang dapat
mengganggu kesehatan
Menurut penelitian di laboratorium, kelima jenis pohon tersebut bisa
mengurangi polusi udara sekitar 47 – 69 %. Pohon tersebut adalah felicium
(filicium decipiens), mahoni (swietenia mahagoni), kenari (canarium commune),
salam (syzygium polyanthum), dan anting – anting (elaeocarpus grandiforus).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Yanu memaparkan, tanaman memiliki efek mereduksi polutan dalam
ruangan yang lebih baik dari efek-efek lain untuk menghadirkan kualitas udara
bersih, seperti memasang exhaust. Tidak sembarang tanaman bisa untuk
mereduksi polutan dalam ruangan. Tanaman yang masuk dalam tanaman indoor
memiliki proses fotosintesa yang tidak sama seperti tanaman pada umumnya.
Banyak penelitian ilmiah yang membuktikan manfaat tanaman indor.
Salah satunya adalah penelitian yang dipelopori oleh NASA, yang membuktikan
bahwa tanaman rumahan adalah pembersih udara alami yang ampuh, yang
mampu memerangi sick bulding syndrome. Lidah mertua mampu memberikan
napas segar bagi ruangan di mana tanaman tersebut ditempatkan karena sepanjang
hidupnya terus – menerus menyerap zat berbahaya di udara.

II.6 Lidah Mertua (Sansevieria sp.)
Lidah mertua berkembang biak melalui umbi lapis, termasuk tanaman hias
yang sering disimpan di dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam
kondisi dengan sedikit air dan cahaya matahari. Bentuk daunnya memanjang
seperti pedang, daun – daunnya langsung dari batang tebal yang berada di dalam
tanah. Daun – daun ini tumbuh muncul dari rimpang akar yang menjalar di bawah
tanah. Apabila pucuk daun yang runcing patah, maka seluruh kegiatan
pertumbuhan daun akan terhenti. Klasifikasi dari tanaman lidah mertua ini adalah
sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Super divisi

: Spermatophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu/ monokotil)

Sub kelas

: Lilidae

Ordo

: Liliales

Famili

: Agavaceae

Genus

: Sansevieria

Spesies

: Sansevieria trifasciata prain
Secara morfologi, tanaman lidah mertua dicirikan dengan daun yang tebal

karena kandungan airnya tinggi. Daun berkedudukan seperti roset mengelilingi
batang semu. Disebut batang semu karena sesungguhnya lidah mertua tidak
memiliki batang. Sebagaimana tanaman monokotil lainnya, akar lidah mertua
berupa akar serabut atau disebut juga wild root (akar liar). Semua akar tumbuh
dari pangkal batang dan berbentuk serabut. Akar yang sehat berwarna putih dan
tampak berisi (gemuk), sedangkan akar yang sakit berwarna cokelat. Selain akar
serabut, ciri khas lain dari lidah merua adalah mempunyai rhizoma yang tumbuh
menjalar di atas permukaan tanah atau tumbuh di dalam tanah. Dapat dilihat
contoh

tanaman

lidah

mertua

pada

Gambar

2.1.

(Sumber:

http://berbagitips.webege.com/images/lidah-mertua.jpg)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Gambar 2.1 Lidah Mertua (Sansevieria sp)
Tanaman ini mampu bertahan lama pada berbagai macam kondisi.
Karena lidah mertua dapat tumbuh pada media yang kurang subur, bahkan tahan
terhadap kekeringan dan panas. Hal itu karena daun lidah mertua banyak
mengandung air (sukulen).
Penelitian yang dilakukan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA)
menunjukan, daun lidah mertua mampu menyerap 107 jenis unsur berbahaya.
Beberapa jenis polutan yang bisa dihancurkan oleh lidah mertua adalah
kloroform, benzena, xylene, formaldehid, dan trochloroetana. Berdasarkan riset
lain dari Wolfereton Environmental Service, kemampuan setiap helai daun lidah
mertua bisa menyerap 0.938 mikrogram perjam formaldehyde. Bila disetarakan
dengan ruangan berukuran 75 m2 cukup diletakan lidah mertua dengan 4 helai
daun.

II.7 Lili Paris (Spider Plant)
Lili paris merupakan jenis tanaman yang tidak suka pada sinar matahari
langsung. Mudah diperbanyak dari anakan yang menjuntai dari pohon induk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Biasa ditanam di dalam pot, namun seringkali sebagai tanaman hias di luar
ruangan yang ditanam langsung di tanah sebagai ground cover. Ia mampu
menyerap segala jenis gas beracun. Lili paris dalam pot ukuran 20 cm mampu
menyerap 86% polutan formaldehida di udara dan karbon monoksida sebanyak
96% dalam 24 jam. Dapat dilihat contoh tanaman lili paris pada Gambar 2.2.
(Sumber: http://www.plantamor.com/thumbnails/chlvitum04n.jpg )

Gambar 2.2 Lili Paris (Spider Plant)
Klasifikasi dari tanaman lili paris (spider plant) ini adalah sebagai berikut:
Famili: Anthericaceae
Genus: Chlorophytum
Spesies: Chlorophytum comosum var

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

II.8 Sirih Gading (Scindapsus Aureus)
Sirih gading adalah tumbuhan merambat semi-epifit yang biasa ditanam
orang sebagai penghias pekarangan atau ruangan. Tumbuhan anggota suku talastalasan (Araceae) ini mudah dikenal dari warna daunnya yang belang warna
kuning cerah hingga kuning pucat, merambat di batang pohon dengan daun yang
besar sehingga menutupi batang pohon yang dirambatnya. Apabila ditanam di
dalam pot, daunnya mengecil. Potongan cabangnya dapat bertahan hidup cukup
lama apabila bagian pangkalnya dicelupkan ke air. Sirih gading dikenal memiliki
nama ilmiah yang berbeda-beda akibat sulitnya ia diidentifikasi karena banyak
jenis lain yang bermiripan. Saat ini ia dimasukkan dalam marga Epipremnum,
setelah sebelumnya dianggap sebagai anggota marga Scindapsus (S. aureus) dan
pernah pula dianggap sebagai anggota marga Raphidophora (sebagai R. pinnata).
Dapat dilihat contoh tanaman sirih gading pada Gambar 2.3. (Sumber:
http://menatawaktu.blogspot.com/2009/06/sirih-gading.html )

Gambar 2.3 Sirih Gading (Scindapsus Aureus)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

II.9 Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau
energi

yaitu

glukosa

yang

dilakukan tumbuhan, alga,

dan

beberapa

jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta
dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.
Tanaman yang mengalami fotosintesis lebih toleran terhadap pencemar
NO2, konsentrasi dimana dapat menghalangi fotosintesis adalah antara 0,5 – 0,7
ppm dalam pemberian untuk jangka pendek dan untuk janka panjang berkisar
sekitar 0,25 ppm. Campuran antara NO2 dan SO2 lebih efektif dalam mengurangi
hasil fotosintesis daripada masing – masing gas yang terpusat. (Maulana, 2004)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan acuan dalam melaksanakan penelitian, yang
disusun bedasarkan pada pemikiran akan adanya permasalahan dalam ide
mencapai tujuan penelitian. Dengan mengikuti langkah – langkah metode
penelitian, diharapkan penelitian akan berjalan lebih sistematis, terarah, dan
mengurangi terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan penelitian.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian besarnya penurunan konsentrasi
gas CO oleh tanaman hias dengan variasi jenis tanaman hias dan tinggi tanaman.
Variasi jenis tanaman yaitu lidah mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant),
sirih gading (Scindapsus aureus). Berdasarkan hasil penelitian akan diketahui
besarnya penurunan konsentrasi gas CO oleh tanaman hias dan efektifitas dari
tanaman hias tersebut untuk menurunkan konsentrasi gas CO dengan variabel
penelitian yang berbeda.

III.1 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tanaman lidah mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant), sirih
gading (Scindapsus aureus)
2. Gas buang kendaraan bermotor
3. Media tanaman (tanah, kompos, pupuk kandang, dan pasir)
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

23
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

1. Sepeda motor tahun 2005
2. Pipa penghubung
3. Rumah tanaman berukuran panjang = 1,5 m; lebar = 0,5 m; dan tinggi
=1m
III.2 Var iabel Penelitian
Pada penelitian kali ini menggunakan 2 macam variabel, yaitu:
1. Variabel yang ditetapkan:
-

Media tanaman: tanah, kompos, pupuk kandang, pasir, dan pupuk
urea sebagai nutrisinya

-

Umur tanaman: 2 bulan

-

Jarak tanaman: 10 cm

2. Variabel peubah:
-

Jenis tanaman: lidah mertua; lili paris; sirih gading

-

Waktu kontak: 1 hari; 2 hari; 3 hari; 4 hari; 5 hari

-

Waktu pemaparan: 0,5 jam : 1 jam : 1,5 jam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

III.3 Rangkaian Alat

A

B

C

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Penelitian

D
Keterangan :
A : pipa masuknya gas CO
B : tanaman Lidah mertua
C : tanaman Lili Paris
D : tanaman Sirih Gading

III.4 Pr osedur Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan tanaman hias dalam
menyerap pulutan karbon monoksida (CO). Penelitian dilakukan dengan membuat
rumah tanaman, dengan media tanah, kompos, pupuk kandang, pasir, dan polutan
yang berasal dari asap kendaraan bermotor.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Prosedur untuk penelitian ini adalah:
1. Pembuatan rumah tanaman untuk proses pemaparan.
2. Pengukuran emisi gas karbon moksida pada kendaraan uji.
3. Penentuan komposisi media tanaman agar mencukupi nutrisi tanaman.
4. Pengamatan dilakukan terhadap tanaman yang telah dipapari gas
buang dan diteliti setiap hari selama 5 hari.
5. Penelitian ini dilakukan di luar ruangan (di alam) depan laboratorium
riset Teknik Lingkungan UPN.
III.5 Analisa Hasil
Dari analisa yang dilakukan selama penelitian serta data yang didapatkan,
dilakukan analisa secara menyeluruh mulai dari tahap kalibrasi, pemaparan gas
pencemar karbon monoksida (CO), menentukan tanaman yang memiliki
penyisihan terbesar dalam penurunan polutan gas karbon monoksida (CO) dan
efek yang ditimbulkan terhadap tanaman.
III.6 Ker angka Penelitian
Kerangka penelitian merupakan gambaran umum mengenai tahapan –
tahapan yang perlu dilakukan dalam penelitian. Kerangka penelitian tentang
Tingkat kemampuan penyerapan tanaman hias dalam menurunkan polutan karbon
monoksida dapat dilihat pada Gambar 3.2

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27
Ide penelitian
Tingkat Kemampuan Penyerapan Tanaman Hias Dalam Menurunkan Polutan
Carbon Monoksida

Studi Pendahuluan
Latar belakang penelitian

Per umusan Masalah

Studi Pustaka
Pencemaran udara, karbon monoksida, jenis tanaman hias, pengaruh polutan
terhadap tumbuhan

Penentuan Var iabel Penelitian

Per siapan Penelitian

Persiapan media tanam

Pembuatan rumah tanaman untuk proses
pemaparan

Analisa awal pada media
tanam

Pengukuran kadar CO emisi polutan pada
kendaraan uji

Pembibitan tanaman

Pelaksanaan Penelitian

Pengamatan
Kadar CO dan fisiologis tanaman

Analisa Data dan Pembahasan
Kesimpulan dan Sar an
Gambar 3.2 Diagram Alir Tahapan Penelitian Skr ipsi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Analisa Awal
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh emisi
polutan dari kendaraan bermotor terhadap pertumbuhan tanaman hias dan juga
untuk mengidentifikasi pengaruh kadar karbon monoksida (CO) dari kendaraan
bermotor terhadap pertumbuhan tanaman hias. Untuk mendukung penelitian ini
maka pada awal penelitian dilakukan analisa uji emisi pada kendaraan bermotor
dan digunakan sebagai sumber pemaparan pada rumah tanaman. Data yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel IV.1 Pengukuran Uji Emisi Pada Kendaraan Bermotor
Parameter

Hasil

Satuan

CO

1,59

%

Sumber: hasil penelitian
IV.2 Hasil Penyer apan Kar bon Monoksida Pada Tanaman Hias
Tumbuhan mempunyai kemampuan menyerap dan mengakumulasi zat
pencemar. Tumbuhan melalui daunnya dapat menangkap partikel karbon
monoksida yang diemisikan kendaraan bermotor.
Menurut

Koeppe dan Miller (1970) dalam Siringoringo (2000),

kemampuan tanaman dalam menyerap karbon monoksida sangat dipengaruhi
keadaan permukaan daun tanaman. Hal yang sama juga juga dinyatakan oleh
Strakman (1969) dalam Siringoringo (2000) bahwa kemampuan daun tanaman
menyerap suatu polutan diprngaruhi oleh karakteristik morfologi daun,seperti

28
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

ukuran dan bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga tekstur
daun. (Yani,2006)
Perbandingan penurunan konsentrasi gas karbon monoksida pada masingmasing jenis tanaman dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.2 Hasil Penyerapan Karbon Monoksida pada Tanaman Lidah mertua,
Lili paris, dan Sirih gading

Hari

Waktu

Kandungan Gas CO2 (ppm)

Kontak

Jenis Tanaman

(jam)

Lidah Mertua

Lili Paris

Sirih Gading

0.5

0.11

0.08

0.06

1

0.24

0.19

0.14

1.5

0.36

0.28

0.21

0.5

0.28

0.21

0.14

1

0.41

0.32

0.28

1.5

0.54

0.46

0.39

0.5

0.31

0.27

0.24

1

0.52

0.41

0.36

1.5

0.73

0.65

0.51

0.5

0.34

0.28

0.26

1

0.6

0.56

0.48

1.5

0.75

0.68

0.53

0.5

0.38

0.3

0.28

1

0.65

0.58

0.53

1.5

0.78

0.7

0.55

0.02

0.01

0.01

1

2

3

4

5

kontrol

Dilihat dari Tabel IV.2 diatas menunjukan bahwa terjadi peningkatan
konsentrasi gas karbon monoksida yang diserap oleh tanaman di dalam rumah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

tanaman, baik pada tanaman lidah mertua, lili paris, maupun sirih gading. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan lama pemaparan gas buang oleh kendaraan sepeda
motor pada rumah tanaman.
Tabel IV.3 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penyerapan Karbon Monoksida
Pada Waktu Pemaparan 0,5 jam
Waktu Kontak

Lidah Mertua

Lili Paris

Sirih Gading

(hari)

(ppm)

(ppm)

(ppm)

1

0.11

0.08

0.06

2

0.28

0.21

0.14

3

0.31

0.27

0.24

4

0.34

0.28

0.26

5

0.38

0.3

0.28

Sumber: hasil penelitian
Dari data pada Tabel IV.3 diatas terlihat bahwa terjadi kenaikan
penyerapan konsentrasi gas karbon monoksida oleh tanaman lidah mertua, lili
paris, dan sirih gading di dalam rumah tanaman. Maka dapat dibuat grafik
pengaruh waktu kontak terhadap penyerapan karbon monoksida pada tanaman
lidah mertua, lili paris, dan sirih gading.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

Gambar IV.1 Grafik Penyerapan Gas Karbon Monoksida Oleh Tanaman
Pada Waktu Pemaparan 0,5 jam
Pada Gambar IV.1 grafik diatas menunjukan nilai penyerapan gas karbon
monoksida pada tanaman lidah mertua pada waktu kontak hari ke 5 sebesar 0,38
ppm. Pada tanaman lili paris pada waktu kontak hari ke 5 sebesar 0,30 ppm,
sedangkan pada tanaman sirih gading sebesar 0,28 ppm. Dari grafik diatas
menujukan bahwa tanaman lidah mertua memiliki tingkat penyerapan yang tinggi
dibanding dengan tanaman lili paris dan sirih gading. Lidah mertua termasuk
tanaman hias yang sering disimpan di dalam rumah karena tanaman ini dapat
tumbuh dalam kondisi dengan sedikit air dan cahaya matahari.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

32

Tabel IV.4 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penyerapan Karbon Monoksida
Pada Waktu Pemaparan 1 jam
Waktu Kontak

Lidah Mertua

Lili Paris

Sirih Gading

(hari)

(ppm)

(ppm)

(ppm)

1

0.24

0.19

0.14

2

0.41

0.32

0.28

3

0.52

0.41

0.36

4

0.6

0.56

0.48

5

0.65

0.58

0.53

Sumber: hasil penelitian
Dari data pada Tabel IV.4 terlihat bahwa semakin meningkatnya waktu
pemaparan, konsentrasi gas karbon monoksida yang diserap oleh ketiga tanaman
tersebut semakin tinggi setiap harinya.

Gambar IV.2 Grafik Penyerapan Gas Karbon Monoksida Oleh Tanaman
Pada Waktu Pemaparan 1 jam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

33

Pada Gambar IV.2 menunjukan nilai penyerapan gas karbon monoksida
dengan waktu pemaparan 1 jam hasil penyerapan terbaik pada tanaman lidah
mertua. Lidah mertua mampu menyerap gas karbon monoksida sebesar 0,65 ppm
pada hari ke 5, sedangkan lili paris mampu menyerap 0,58 ppm dan sirih gading
menyerap 0,53 ppm pada hari ke 5. Semakin meningkatnya waktu pemaparan
tingkat penyerapan tanaman lidah mertua, lili paris, dan sirih gading dalam
menyerap gas karbon monoksida juga semakin tinggi tingkat penyerapannya. Dari
ketiga tanaman tersebut lidah mertua yang paling besar tingkat penyerapannya,
karena daun lidah mertua ini tebal dan banyak mengandung air. Oleh karena i