PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012).

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJ ALAH TEMPO
(Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Kar ikatur di Majalah Tempo Edisi 30
Apr il-6 Mei 2012)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memper oleh Gelar
Sar jana Program Studi Ilmu Komunikasi Pada FISIP UPN ”Veter an”
J awa Timur

Oleh :
Betha Adityangga
0543310452

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJ ALAH TEMPO
(Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Rubrik " Kartun"
Majalah Tempo Edisi 30 Apr il-6 Mei 2012)

Disusun Oleh :

BETHA ADITYANGGA
NPM. 0543310452

Telah disetujui umtuk mengikuti Ujian Skr ipsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr s. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT: 3 7006 9400351


Mengetahui
DE K AN

DRA. HJ . Supar wati, M.Si
NIP: 195597181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJ ALAH TEMPO
(Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Rubrik " Kartun"
Majalah Tempo Edisi 30 Apr il-6 Mei 2012)
Oleh :
BETHA ADITYANGGA
NPM. 0543310452

Telah dipertahankan di hadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas
Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada tanggal

Pembimbing Utama

Tim Penguji:
1.

Drs. Syaifuddin Zuhr i, M.Si

Dr s. Syaifuddin Zuhr i, M.Si

NPT: 3 7006 9400351

NPT: 3 7006 9400351
2.

J uwito, S.Sos, M.Si
NPT: 3 6704 95 00361
3.

NIP/NPT:
Mengetahui,

DE K AN

DRA. HJ . Supar wati, M.Si
NIP: 195597181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
BETHA ADITYANGGA, PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJ ALAH
TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Kar ikatur di Majalah Tempo
Edisi 30 April-6 Mei 2012)
Penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung pada
karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap berbagai fenomena di masyarakat.
Landasan teori penelitian ini adalah Majalah Sebagai Media Komunikasi
Massa, Karikatur, Semiotika, Semiotik Charles Sanders Pierce, Klasifikasi Tanda,
Tipografi, Konsep Komunikasi Verbal, Konsep Ekspresi Wajah, Konsep Warna,
Konsep Makna, Konsep Laki-Laki, Konsep Kursi, Konsep Mahkota, Konsep
Lumpur, Konsep Tanah, Konsep Baju, Celana dan Rambut, serta Konsep
Menarik.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan analisis
semiotik milik Pierce dan metode deskriptif. Corpus dari penelitian ini adalah
gambar karikatur di Majalah Tempo edisi 30 April-6 Mei 2012
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa tengah terjadi permasalahan di
dalam tubuh Partai Golkar, menyangkut rencana pemilihan Aburizal Bakrie
sebagai calon tunggal yang akan diusung Partai Golkar dalam bursa pemilihan
Presiden tahun 2014 mendatang.
Kesimpulan bahwa keinginan Aburizal Bakrie menjadi calon presiden,
harus melalui kesepakatan seluruh internal partai, agar tidak terjadi perselisihan.
Kata Kunci : Semiotika, Kar ikatur , Majalah Tempo.
ABSTRACT
BETHA ADITYANGGA, CARICATURE MEANING of TEMPO MAGAZINE
(Study Semiotika About Caricature Meaning in Tempo Magazine Edition April
30-Mei 6, 2012).
This research is try to uncover the meaning contained on caricature featured
as critical expression against many phenomenon that happening in society.
Theoritical basic of this research is Magazine as a Mass Media
Communication, Caricature, Semiotics, Charles Sanders Pierce semiotic, Sign
Classification, Typhography, Verbal Communication Concept, Face Expression,
Colour Concept, Meaning Concept, Men Concept, Chair Concept, Crown

Concept, Mud Concept, Soil Concept, Cloth Concept, Pants Concept, Hair
Concept and Interesting Concept.
This research is using qualitative descriptive method with using analysis
Pierce property and using descriptive method. Corpus of this research is
caricature picture in Tempo Magazine edition April 30-Mei 6, 2012.
In this research obtained result that something happen inside of organization
that concern plan of Aburizal Bakrie election as a single candidat in Presiden
election 2014.
Conclusion that Aburizal Bakrie’s obsession became a single candidat Presiden is
still have an agreement through entire member, in order to dispute does not
happened.
Keyword : Semiotika, Caricature, Tempo Magazine.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya

kepada


KARIKATUR

penulis,
DI

sehingga

MAJ ALAH

skripsi
TEMPO

dengan
(Studi

judul

PEMAKNAAN


Semiotika

Tentang

Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012) dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Syaifuddin Zuhri,
M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasihat serta motivasi kepada penulis. Penulis juga
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual
maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu DRA. HJ. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Orangtua penulis yang telah memberikan do’a, perhatian, dukungan dan
kasih sayang yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
dengan baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iii
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Kawan-kawan seperjuangan penulis yang senantiasa memberi dukungan
dan semangat yang tanpa henti.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan
segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 29 Mei 2012

Penulis


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iv
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN J UDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJ UAN MENGIKUTI UJ IAN SKRIPSI ................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ . viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... ix
ABSTRAKSI...................................................................................................... x
BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah.................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 7
1.4. Kegunaan Penelitian.................................................................... 8


BAB II

KAJ IAN PUSTAKA ..................................................................... 9
2.1. Landasan Teori......................................................................... 9
2.1.1. Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa ................... 9
2.1.2. Karikatur........................................................................ 15
2.1.2.1. Jenis-jenis Karikatur.............................................. 16
2.1.3. Semiotika ....................................................................... 17
2.1.4. Semiotik Charles Sanders Pierce .................................... 18
2.1.5. Klasifikasi Tanda ........................................................... 22
2.1.6. Tipografi ........................................................................ 23

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.7. Konsep Komunikasi Verbal........................................... .. 24
2.1.8. Konsep Ekspresi Wajah................................................. .. 25
2.1.9. Konsep Warna................................................................... 26
2.1.10. Konsep Makna ............................................................. 30
2.1.11. Konsep Laki-Laki............................................................ 33
2.1.12. Konsep Kursi.................................................................. 35
2.1.13. Konsep Mahkota............................................................. 36
2.1.14. Konsep Lumpur............................................................... 37
2.1.15. Konsep Tanah.................................................................. 38
2.1.16. Konsep Baju, Celana dan Rambut.................................. 38
2.1.17. Konsep Kata Menarik..................................................... 40
2.1.18. Konsep Kata Menaiki...................................................... 40
2.1.19. Babak Awal Pertarungan Internal Partai Golkar ........... 40
2.1.20. Aburizal Bakrie VS Akbar Tandjung ............................ 41
2.2. Kerangka Berpikir .................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 46
3.1. Definisi Operasional ................................................................. 46
3.1.1. Definisi Operasional Konsep ........................................ 47
3.1.2. Karikatur ...................................................................... 47
3.1.3. Semiotika ..................................................................... 47
3.1.4. Permasalahan di Indonesia ........................................... 48
3.2. Kerangka Konseptual ............................................................... 48
3.2.1. Corpus........................................................................... . 48

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.2.2. Unit Analisis ................................................................ 49
3.2.2.1. Ikon ................................................................. 49
3.2.2.2. Indeks .............................................................. 50
3.2.2.3. Simbol ............................................................. 52
3.3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 52
3.4. Teknik Analisis Data ............................................................... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 55
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian............................................. 55
4.1.1. Gambaran Umum Majalah Tempo.................................... 55
4.1.2. Sejarah Majalah Tempo.................................................... 56
4.1.3. Gambaran Umum Rubrik Kartun pada Majalah Tempo... 59
4.2. Penyajian Data............................................................................ 59
4.2.1. Ikon.................................................................................... 61
4.2.2. Indeks................................................................................ 67
4.2.3. Simbol................................................................................ 71
4.3. Pemaknaan Keseluruhan Gambar Karikatur di Majalah Tempo
edisi 30 April -62 Mei 2012......................................................... 85
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 89
5.1. Kesimpulan.................................................................................. 89
5.2. Saran............................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 92
LAMPIRAN

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.

Model Semiotika Pierce.......................................................

20

Gambar 2.

Model Kategori Tanda.........................................................

21

Gambar 3.

Bagian Kerangka Berpikir Penelitian tentang Pemaknaan
Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei
2012....................................................................................... 43

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Gambar Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei
2012.......................................................................................... 95

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia, dalam rangka
bersosialisasi dan tukar-menukar informasi terhadap sesama. Informasi tersebut
dapat berupa lisan, tulisan, gambar, bahasa isyarat maupun tingkah laku yang
mendukung tercapainya penyampaian informasi. Sebagai kebutuhan esensial dan
seiring dengan berkembangnya pengetahuan manusia, maka proses komunikasi
dilakukan manusia dengan menggunakan media komunikasi yang mampu
mendukung tercapainya proses tersebut. Media atau saluran komunikasi
merupakan alat penyampaian atau pengiriman pesan, misalnya media cetak dan
elektronik.
Dewasa ini orang-orang semakin cerdas, dan tidak terelakkan memiliki akses
terhadap media. Mereka membaca buku atau koran, mendengarkan radio,
menonton televisi, atau media massa lainnya. Namun, tidak ada jaminan bahwa
menjadi cerdas juga memiliki kecerdasan bermedia (media literacy).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa kemudahan
bagi siapa saja yang ingin mempelajari ilmu dan pengetahuan dari media massa.
Tidak heran apabila kecerdasan dapat dibangun melalui akses terhadap media.
Howard Gardner (1999) mengemukakan definisi kecerdasan yaitu suatu
potensi biopsikologis untuk memproses informasi yang dapat diaktifkan dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

suatu latar kultural untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk-produk
yang merupakan nilai dalam suatu kultur. Oleh sebab itu, kecerdasan dapat diasah
melalui media. (http://kajiankomunikasi.wordpress.com/2008/09/19/cerdas-darimedia-dan-cerdas-bermedia/diakses 05/05/2012, 10.35)
Menurut Effendy (2003:37) media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari
yang tradisional sampai yang modern. Misalnya kentongan, bedug, pagelaran
kesenian, surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk,
surat kabar, majalah, film, radio. Dan televisi yang pada umumnya

dapat

diklasifikasikan sebagai media tulis atau cetak, visual, aural, dan audio visual.
Untuk mencapai sasaran komunikasi dapat memilih salah satu atau gabungan dari
beberapa media, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan
disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan.
Diantara beberapa jenis media tersebut, media cetak seperti majalah memiliki
ciri khas dibandingkan dengan media massa lainnya. Majalah adalah suatu bentuk
informasi yang di dalamnya berupa kategori-kategori apa saja. Baik dalam bentuk
artikel,

iklan,

berita

dan cerita.

(http://www.anneahira.com/majalah-gaul-

5736/diakses 05/05/2012, 11:15)
Pesan melalui media cetak diungkapkan dengan huruf-huruf mati, yang baru
menimbulkan makna apabila khalayak berperan secara aktif. Karena itu berita,
tajuk rencana, artikel, dan lain-lain, pada media cetak harus disusun sedemikian
rupa, sehingga mudah dicerna oleh khalayak.
Kelebihan media cetak lainnya, ialah bahwa media ini dapat dikaji ulang.
didokumentasikan. Dan dihimpun untuk kepentingan pengetahuan. serta dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

dijadikan bukti otentik yang bernilai tinggi. (Effendy, 2000:313 314). Sebagai
media massa, majalah diterbitkan oleh instansi tertentu yang bertanggungjawab
terhadap semua materi pemberitaannya, karena hal mendasar dalam komunikasi
massa adalah keterlibatan lembaga walaupun interpretasi dan opini personal tetap
sangat dibutuhkan dalam proses pengemasan materi komunikasi, sebagaimana
diungkapkan oleh Gerbner dalam Ardianto (2007:5) bahwa “komunikasi massa
itu melibatkan lembaga”. Dapat didefinisikan bahwa komunikasi massa adalah
aktivitas berkomunikasi yang melibatkan perantara berupa sistem produksi dan
distribusi pesan secara massal dengan mengatasnamakan lembaga tertentu bukan
perorangan, sebuah lembaga yang mampu memproduksi dan mendistribusikan
pesan secara massal dalam bentuk tertentu yang lebih dikenal sebagai media
massa.
Selama ini, media cetak seperti majalah tidak hanya berperan sebagai
pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi juga mempunyai suatu
karakteristik yang menarik. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini
(1991:11) mengatakan bahwa fungsi pers yaitu memberikan informasi, hiburan
dan kontrol sosial. Fungsi pers sebagai kontrol sosial adalah yang terpenting,
karena pada hakekatnya dianggap

sebagai kekuatan keempat yakni dalam

menjalankan kontrol masyarakat terhadap pemerintahan, baik berupa dukungan
maupun kritikan.
Kontrol Sosial dapat dilakukan dengan beberapa cara baik eksplisit maupun
implisit. Secara eksplisit kontrol sosial ini dapat terlihat dari penulisan rubrik
majalah. Isi rubrik ada yang secara jelas ditampilkan oleh penulis (tersurat) dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

ada yang tidak secara jelas ditampilkan oleh penulis (tersirat). Isi rubrik
merupakan pokok masalah yang dibicarakan dalam rubrik. Rubrik memuat isi dan
pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Isi rubrik merupakan hal
pokok yang dibahas dalam rubrik. Sementara itu pesan rubrik merupakan anjuran
atau nasihat penulis yang terdapat dalam rubrik yang ditujukan kepada pembaca.
Secara implisit kontrol sosial dapat dilakukan salah satunya adalah dengan
tampilan karikatur. Disamping melengkapi dan memberikan hiburan selain beritaberita utama yang disajikan, keberadaan karikatur pada majalah juga dapat
memberikan informasi dan tambahan pengetahuan kepada masyarakat.
Dalam mewakilinya di media cetak, karikatur merupakan salah satu unsur
terpenting, bahkan tak terpisahkan disamping rubrik, opini, dan artikel pilihan
lainnya. Bagi pembaca atau setidak-tidaknya para pembaca awam, karikatur
membawa arti komunikasi yang cukup penting. Ketika pesan tak bisa lagi
tersampaikan dalam bentuk tulisan, maka karikatur seringkali justru bermakna
penting karena bisa diinterpretasikan menurut pengalaman personal. Fakta-fakta
yang kadang merupakan peristiwa pahit bisa dikemukakan tanpa menyinggung
perasaan (Dan Nimmo. 1993:46).
Gambar karikatur adalah karya pribadi dan produk suatu keahlian seorang
kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis,
maupun bagaimana dia memilih tema atau isu yang tepat. Karikatur merupakan
tanggapan atau opini secara subjektif terhadap suatu kejadian, tokoh, seratus soal,
pemikiran atau pesan tertentu. Gambar karikatur merupakan symbolic speech
(komunikasi tidak langsung) artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

dalam gambar karikatur tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan
menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam
gambar karikatur adalah makna yang terselubung. Simbol-simbol pada gambar
karikatur tersebut merupakan simbol yang disertai maksud (signal) yang
dinamakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (si pengirim) dan mereka
yang menerimanya (si penerima). (Van Zoest: 1996,3).
Menurut Prof. Imam Buchori Zainuddin, salah seorang dosen FSRD ITB,
kartun adalah gambar, yang melukiskan adegan tentang perilaku manusia dengan
berbagai kiprahnya dalam kehidupan sosial, baik diungkapkan secara simbol atau
representasional

dengan

cara-cara

humor,

atau

cara-cara

(http://www.fikom.unpad.ac.id/?page=detailartikel&id=82/diakses

yang

satiris.

05/05/2012,

14:50)
Karikatur membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang dikemas
secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Karikatur sebagai produk seni,
menghendaki penafsiran yang disertai persepsi imajinasi dari penikmatnya. Ketika
imajinasi sudah turut campur, maka penikmat karikatur akan disuguhi sebuah
ruang interpretasi yang betul-betul bebas. Karikatur (latin:carrier) sebenarnya
memiliki arti sebagai gambar yang didestorsikan, didestorsikan, diplesetkan, atau
dipelototkan secara karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah.
Seni memelotkan wajah ini sudah berkembang sejak abad ke-17 Eropa, Inggris
dan sampai ke Amerika bersamaan dengan perkembangan media cetak pada masa
itu (Pramoedjo, 2008:13).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Pemilihan gambar karikatur di majalah Tempo edisi 30 April-6 Mei 2012
sebagai objek penelitian, dikarenakan gambar karikatur tersebut merupakan
penggambaran dari peristiwa yang hangat dan sedang terjadi dalam Partai Politik
tanah air. Partai politik yang dimaksud adalah Partai Golongan Karya (Golkar),
dimana saat ini sedang mengalami konflik internal partai sehubungan dengan
penetapan calon tunggal Capres yang diusung Partai Golkar.
Penelitian ini berusaha mengungkapkan makna yang terkandung pada
karikatur di majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012 yang menampilkan
gambar dua orang laki-laki dan sebuah kursi. Laki-laki pertama digambarkan
menyerupai Ir. H. Aburizal Bakrie, Ketua Umum DPP Partai Golkar periode
2009-2014 dan laki-laki kedua menyerupai Akbar Tanjung Dewan Pembina Partai
Golkar. Selain kedua gambar tersebut, terlihat gambar kursi bermahkotakan
burung Garuda, yang terletak di bagian atas kursi. Kursi tersebut menggambarkan
jabatan atau kedudukan penguasa nomor satu di Indonesia. Sedangkan pada
dudukan kursi terdapat gambar semburan lumpur, yang menguatkan sosok lakilaki pertama adalah Aburizal Bakrie. Terlihat pada gambar, Aburizal Bakrie
sedang berusaha menaiki kursi. Di sampingnya, Akbar Tanjung digambarkan
menarik salah satu kaki Aburizal Bakrie. Hal tersebut menggambarkan kondisi
internal Partai Golkar, dimana Akbar Tanjung tidak mendukung proses
pencalonan Aburizal Bakrie sebagai Capres yang diusung oleh Partai Golkar.
Majalah Tempo adalah salah satu media cetak mingguan yang bertahan dalam
persaingan jurnalistik Indonesia, yang memiliki dua edisi berbeda dalam setiap
minggunya, yaitu Tempo edisi bahasa Indonesia dan Tempo Magazine edisi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

bahasa Inggris. Majalah Tempo yang pertama kali terbit sejak Maret 1971 pada
era pemerintahan Presiden Soeharto, dikenal kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Bahkan tidak jarang majalah Tempo juga “menyerang” pengusaha-pengusaha
kelas kakap yang sering merugikan rakyat. Tempo adalah media independen yang
tidak memiliki kedekatan khusus dengan pemerintah.
(http://anneahira.com/majalah-tempo.htm/diakses 05/05/2012, 17:50)
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
sebuah studi semiologi untuk mengetahui pemakaman karikatur di Majalah
Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012.

1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimanakah Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6
Mei 2012?

1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo
Edisi 30 April-6 Mei 2012.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.4. Kegunaan Penelitian
Manfaat / kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian adalah :
1. Manfaat Teoritis, yaitu :
1) Menambah perbendaharaan karya ilmiah di bidang komunikasi.
2) Memberikan sumbangsih pemikiran pada kajian Ilmu Komunikasi,
terutama mengenai Studi Semiotika.
3) Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis, yaitu :
Mengetahui dan memahami pemaknaan karikatur dalam media majalah, dan
diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada khalayak luas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi,
karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan
sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap
aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai
manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar dari
kegiatan kehidupan kita mengunakan komunikasi baik komunikasi verbal maupun
nonverbal. Kegiatan komunikasi adalah penciptaan interaksi perorangan dengan
menggunakan tanda-tanda yang tegas. Komunikasi massa berfungsi menyiarkan
informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah
yang banyak dengan menggunakan media. (Effendy, 2003:80)
Komunikasi massa adalah komunikasi terpenting dalam kehidupan manusia.
Banyak definisi tentang komunikasi massa yang dikemukakan para ahli
komunikasi. Namun, dari sekian banyak definisi itu terdapat benang merah
kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya, komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal
perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media
of mass communication (media komunikasi massa) yang dihasilkan oleh teknologi
modern. (Nurudin, 2007:4)

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Menurut Gerbner (1967) dalam Rakhmat (2002:188) Komunikasi massa
adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus
pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang dilakukan
melalui media massa modern meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang
luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2003:79).
Secara teoritis, berbagai media massa memiliki fungsi sebagai saluran
informasi, seluruh pendidikan, dan saluran hiburan, namun kenyataannya media
massa memberikan efek lain di luar fungsinya itu. Efek media massa tidak hanya
mempengaruhi sikap seseorang namun pula dapat mempengaruhi perilaku,
bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat mempengaruhi
perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat
mempengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.
Hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam waktu pendek sehingga
dengan cepat dapat mempengaruhi mereka, namun juga memberi efek dalam
waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahan-perubahan dalam
waktu yang lama. McQuail menjelaskan bahwa :
Efek media massa memiliki andil dalam pembentukan sikap,
perilaku dan keadaan masyarakat. Antara lain terjadinya
penyebaran budaya global yang menyebabkan masyarakat
berubah dari tradisional ke modern. Selain itu, media massa juga
mampu mengubah masyarakat dari kota sampai ke desa, sehingga
menjadi masyarakat konsumerisme.” (Bungin, 2006:320).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Berkaitan dengan efek media massa maka salah satu media massa yang juga
dapat memberikan efek kepada khalayaknya adalah majalah. Majalah (magazine)
adalah publikasi atau terbitan berkala yang memuat berbagai artikel berita olahan
(depth reporting), berita investigasi, cerita, dongeng, mitos dan legenda. Majalah
dicetak dalam lembaran kertas berukuran kuarto, folio, atau bahkan lebih kecil
dan dengan ciri-ciri utama dijilid seperti buku. Berdasarkan visi dan segmentasi
pembacanya, secara umum bentuk majalah terbagi atas majalah foto, majalah
anak-anak, majalah berita, majalah ilmiah, danlain-lain. Menurut Dominick,
klasifikasi majalah dibagi dalam lima kategori utama, yaitu:
1. General Consumer Magazine (majalah konsumen umum)
2. Business Publication (majalah bisnis)
3. Literacy Reviews and Academic Journal (kritik sastra dan majalah ilmiah)
4. Newsletter (majalah khusus terbita berkala)
5. Public Relations Magazines (Majalah Humas)
(http://www.scribd.com/doc/29524999/13/Karakteristik-Majalah/diakses
05/05/2012, 15:10)
Majalah pada perkembangannya, menjelma sebagai salah satu bentuk pers
yang mempunyai kekuatan & kewenangan untuk menjadi sebuah kontrol sosial
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut disebabkan karena
falsafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial, budaya dan politik.
Menurut Sumadiria (2005:32-35) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukkan lima
fungsi dari pers yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepatcepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual, akurat,
faktual dan bermanfaat.
2. Fungsi Edukasi, artinya informasi yang disebarluaskan pers hendaknya
dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan
mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana
hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan
masyarakat.
4. Fungsi Kontrol sosial atau koreksi. Pers mengemban fungsi sebagai
pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan
ketika melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat
atau negara.
5. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi mampu menjadi fasilitator atau
mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa
yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan yang
lain.
Berbicara mengenai majalah, tentu tidak akan terlepas dari asal-usul majalah
itu sendiri. Sejarah majalah di Indonesia dimulai pada masa menjelang dan awal
kemerdekaan Indonesia. Tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Panja
Raja pimpinan Markoem Djojo Hadisuparto.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

1. Awal Kemerdekaan
Majalah Revue Indonesia yang diterbitkan oleh Soemanang, SH telah
mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar yang
jumlahnya sudah mencapai ratusan. Terbit semuanya dengan satu tujuan, yaitu
menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda,

mengobarkan semangat

perlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional
untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.
2. Jaman Orde Lama
Penguasa Perang Tertinggi mengeluarkan pedoman resmi untuk penerbit
surat kabar dan majalah di seluruh Indonesia. Pedoman itu intinya adalah surat
kabar dan majalah wajib menjadi pendukung, pembela dan alat penyebar.
Pada masa ini perkembangan majalah tidak begitu baik, karena relatif sedikit
majalah yang terbit.
3. Jaman Orde Baru
Banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya. Hal ini sejalan
dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang semakin baik, serta
tingkat pendidikan masyarakat yang semakin maju.
Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju, artinya redaksi
telah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya. Kategori majalah pada
masa Orde Baru; majalah berita, keluarga, perempuan, laki-laki, remaja

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

perempuan, remaja laki-laki, anak-anak, ilmiah popular, umum, hukum, pertanian,
humor, olahraga dan daerah.
Fungsi majalah mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik.
1. Kekuatan majalah
(a) Sasaran khalayak jelas, karena lebih tersegmen dan terspesialisasi
(b) Majalah dapat mengangkat produk-produk yang diiklankan sejajar dengan
persepsi khalayak sasaran terhadap prestige majalah tersebut.
(c) Usia edar majalah lebih panjang daripada surat kabar.
(d) Kualitas visual lebih baik daripada surat kabar
(e) Efektif untuk pesan iklan yang berbau promosi penjualan
2. Kelemahan Majalah
(a) Fleksibelitas kurang, karena ada deadline dalam pembuatan final artwork
iklan
(b) Biaya pencetakan tinggi karena kualitas visual yang lebih bagus
(c) Biasanya tidak memiliki ready stock, karena distribusi majalah umumnya
lambat dan jaringan distribusi kurang tepat sasaran
3. Karakteristik Majalah
Majalah adalah media yang memiliki organisasi sederhana, relatif lebih
mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah
tetap dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik
tersendiri, seperti berikut:
(a) Penyajian lebih dalam
(b) Gambar/foto lebih banyak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

(c) Cover/sampul sebagai daya tarik

2.1.2. Kar ikatur
Karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang, biasanya orang
terkenal dengan “mempercantiknya” dengan penggambaran ciri khas lahiriyahnya
untuk tujuan mengejek. (Sudarta, 1987 dalam Sobur, 2006:136)
Senada dengan Sudarta, Pramono berpendapat bahwa sebetulnya karikatur
adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah kaprah. Karikatur
yang sudah diberi beban pesan, kritik, dan sebagian berarti menjadi kartun opini.
Dengan kata lain, yang muncul di setiap penerbitan surat kabar adalah political
cartoon atau editorial cartoon, yakni versi lain editorial, atau tajuk rencana dalam
versi gambar humor. Inilah yang disebut sebagai karikatur. (Sudarta, 1987 dalam
Sobur, 2006:139).
Dalam Encyclopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan representasi
sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan sehingga melahirkan
kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai sarana kritik sosial dan politik.
(Sumandiria, 2005:8).
Karikatur adalah produk surat keahlian seorang karikaturis, baik dari segi
pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi, referensi,
bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat (Sobur, 2006:140).
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk
gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau
informasi atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

disajikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat
karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik.
(Sobur, 2006:140).
2.1.2.1. J enis-jenis Karikatur
Adapun jenis-jenis karikatur adalah sebagai berikut:
1. Hanya berupa satu tampilan saja
Dimana didalamnya bisa terdapat beberapa gambar yang dipadu dengan
tulisan- tulisan. Biasanya komik tipe kartun/karikatur ini berjenis humor
(banyolan) dan editorial (kritikan) atau politik (sindiran) yang mana dari
gambar tersebut dapat menimbulkan sebuah arti sehingga si pembaca dapat
memahami maksud dan tujuannya.
Contoh:
Bisa dilihat pada surat kabar maupun majalah dimana suka menampilkan
gambar kartun/karikator dari sosok tokoh tertentu yang maknanya sebagai
kritikan dan sindiran bahkan terkadang dikemas dengan lucu serta menghibur.
2. Komik Potongan (Comic Str ip)
Artinya penggalan-penggalan gambar yang disusun/dirangkai menjadi
sebuah alur cerita pendek. Namun isi ceritanya tidak terpaku harus selesai
disitu bahkan bisa juga dijadikan suatu cerita bersambung/berseri. Biasanya
terdiri dari 3 hingga 6 panel atau sekitarnya. Komik Potongan (Comic Strip)
ini biasanya disodorkan dalan tampilan harian atau mingguan disebuah surat
kabar, majalah maupun tabloid/buletin. Penyajian isi cerita juga dapat berupa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

humor/banyolan atau cerita yang serius yang asik untuk disimak setiap
periodenya hingga tamat.
Contoh:
- Panji Koming di surat kabar Kompas
- Gibug (Komik Potongan yang dijadikan buku saku)
3. Buku Komik (Comic Book)
Alunan gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam bentuk sebuah
buku (terdapat sampul dan isi). Buku Komik (Comic Book) ini acap kali
disebut sebagai komik cerita pendek, yang biasanya dalam Buku Komik
berisikan 32 halaman, biasanya pada umumnya ada juga yang 48 halaman dan
64 halaman, dimana didalamnya berisikan isi cerita, iklan, dan lain-lain. Buku
Komik seperti ini bisa kamu dapatkan di toko-toko buku atau toko-toko komik
maupun lapak-lapak.

2.1.3. Semiotika
Secara etimologi, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semelon yang
berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar
konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu
yang lain (Eco, 1979:16) dalam Sobur (2006:95).
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari
jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memakai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes,
1988:179;Kurniawan, 2001 dalam Sobur, 2006:15).

2.1.4. Semiotik Charles Sander s Peir ce
Model dasar semiotik dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce (18391914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913), yang pada perkembangannya
sangat mempengaruhi model-model berikutnya. Peirce menekankan pada
hubungan antara tanda, obyek dan peserta komunikasi. Hubungan antara ketika
unsur tersebut adalah untuk mencapai suatu makna, terutama antara tanda dan
obyeknya. Karena itu hubungan antara ketiganya disebut hubungan makna. Bila
Peirce menekankan pada fungsi logika tanda, maka Saussure yang dianggap
sebagai pendiri linguistik modern, lebih menekankan pada hubungan dari masingmasing tanda, dan menurut Saussure tanda merupakan obyek fisik yang penuh
dengan berbagai makna. Saussure tidak perlu memperhatikan realitas dari makna
seperti yang dikemukakan oleh Peirce. (Bintoro, 2002:12)
Bagi Pierce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa
dilakukan melalui tanda. Artinya manusia hanya dapat bernalar melalui tanda.
Dalam pemikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat
diterapkan pada segala macam tanda. (Berger, 2000:11-12)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema “kebenaran”
sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa tersebut
dipaparkan dalam pembentukan tanda-tanda (gambar, kata-kata, dan lainnya)
dalam format sebuah kartun editorial. Sehingga yang menjadi perhatian dalam
penelitian in adalah bagaimana suatu peristiwa dalam masyarakat dipandang,
dituangkan dan dinilai. Sebab itulah diperlukan adanya kartun editorial tersebut,
dengan situasi dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat. Hal itulah yang
kemudian dijadikan alasan penggunaan model Peirce, karena Peirce dalam hal ini
termasuk pada bidang studi semiotik budaya tempat kode-kode dan tanda-tanda
digunakan.
Teori semiotik Peirce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui hubungan
segitiga yaitu tanda berhubungan dengan objek yang dirujuknya. Hubungan
tersebut membuahkan interpretan. Peirce menjelaskan modelnya sebagai berikut
“A sign is somethingwhich stands to somebody for something in the respect or
capacity. It addresses somebody that is, creates in the mind of that person an
equivalent sign, or perhaps a more developed sign. The sign which it creates I call
interpretant of the first sign. The sign for something, its object. (Tanda adalah
sesuatu yang memberi arti atas sesuatu bagi seseorang. Tanda ditujukan kepada
seseorang, karenanya membuat seseorang menciptakan tanda yang ekuivalen atau
tanda yang lebih berkembang di dalam benaknya. Tanda yang diciptakan itu saya
sebut interpretant dari tanda yang pertama. Tanda memberi arti atas sesuatu yang
disebut obyek)” (Fiske, 2006:45).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Model semiotik Peirce dapat digambarkan dalam bentuk segitiga seperti
berikut :
Gambar 2.1. Model Semiotik Pierce
Sign

Interpretan

Objek
Sumber: Fiske (2006:42)

Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungannya
antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk pada sesuatu di luar
tanda itu sendiri, yaitu objek dipahami oleh seseorang. Interpretan adalah tanda
yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Interpretan merupakan konsep mental yang diproduksi oleh tanda dan pengalaman
pengguna tanda terhadap sebuah objek. Apabila ketiga elemen makna itu
berinteraksi dalam benak seseorang maka muncul makna tentang sesuatu yang
diwakili oleh tanda tersebut. Diantara ketiganya, interpretanlah yang paling sulit
dipahami. Interpretan adalah tanda sebagaimana diserap oleh benak kita, sebagai
hasil penghadapan kita dengan tanda itu sendiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Berdasarkan objeknya Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks),
dan symbol (simbol). Ketiga kategori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2. Model kategori Tanda
Icon

Index

Simbol

Sumber : Fiske (2006:47)
Model tersebut merupakan hal penting dan sangat fundamental dari hakekat
tanda. Peirce mengungkapkannya sebagai berikut:
1. Ikon
Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya bersifat
bersamaan bentuk alamiah (berupa hubungan kemiripan). Misalnya adalah potret
dan peta. Potret merupakan ikonik dari orang yang ada dalam potret tersebut,
sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam peta tersebut.
2. Indeks
Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan
acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang
langsung mengacu pada kenyataannya. Misalnya adalah asap sebagai tanda
adanya api.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

3. Simbol
Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda dan
acuannya (berdasarkan hubungan konvensi atau perjanjian). Misalnya orang yang
menggelengkan kepalanya merupakan simbol yang menandakan ketidaksetujuan
yang termasuk secara konvensional. (Sobur, 2003:41).

2.1.5. Klasifikasi Tanda
Berdasarkan berbagai klasifikasi tanda, Pierce membagi tanda menjadi
sepuluh jenis:
1. Qualisign, yakni kualitas sejauh mana yang dimiliki tanda.
2. Icosonic Sinsign, yakni tanda memperlihatkan kemiripan.
3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman
langsung yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya
disebabkan sesuatu.
4. Dicent Legisign, yakni tanda yang menginformasikan memberikan
informasi tentang sesuatu.
5. Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma.
6. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek
tertentu.
7. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan
merujuk pada subyek informasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang dihubungkan
dengan objeknya melalui asosiasi ide umum.
9. Dicent Symbol atau Proposition, merupakan tanda yang langsung
menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak.
10. Argument, yakni tanda yang merupakan inferens seseorang terhadap
sesuatu berdasarkan alasan tertentu.

2.1.6. Tipografi
Sudah menjadi rahasia umum dalam tanah media komunikasi visual,
topografi merupakan unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan. Dalam
perkembangannya, ada lebih dari seribu macam huruf Romawi atau latin yang
telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf-huruf tersebut sejatinya hasil
dari perkawinan silang dari lima jenis huruf berikut ini.
1. Huruf Romein, garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara tebal tipis
dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiap batang hurufnya.
2. Huruf Egyptian, garis hurufnya memiliki ukuran yang sama tebal pada
setiap sisinya. Kaki atau kiatnya berbentuk lurus atau kaku.
3. Huruf Sans Serief, garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki
atau kait.
4. Huruf Miscellaneous, jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya
daripada nilai komunikasinya. Bentuknya senantiasa mengedepankan
aspek dekoratif dan ornamental.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

5. Huruf Script, jenis huruf ini mempunyai tulisan tangan dan bersifat
spontan. (Tinarbuko, 2008:28-29).
Sementara itu, Danton Sihombing (2001:96) mengelompokkan keluarga
huruf berdasarkan latar belakang sejarahnya :
1. Old Style, jenis huruf ini meliputi: Bembo, Caslon, Galliard, Garamond.
2. Transisional, jenis huruf ini meliputi: Baskerville, Perpetua, Times new
Roman.
3. Modern, jenis huruf in imeliputi: Bodoni
4. Egyptian atau Slab Serif, jenis huruf ini meliputi: Bookman, Serifa
5. Sans Serif, jenis huruf ini meliputi: Franklin Githic, Futura, Gill Sans,
Optima,
Dengan demikian, keberadaan topografi dalam rancangan karya desain
komunikasi visual sangat penting. Sebab melalui perencanaan dan pemilihan
topografi yang tepat baik untuk ukuran, warna, dan bentuk, diyakini mampu
menguatkan isi pesan verbalnya. (Tinarbuko, 2008:29-30)

2.1.7. Konsep Komunikasi Nonver bal
Manusia dalam berkomunikasi, selain memakai kode verbal (bahasa) juga
menggunakan kode nonverbal. Kode nonverbal biasa disebut bahasa isyarat atau
bahasa diam (silent language). (Cangara, 2008:103)
Oleh sebab itu, Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaan kode
nonvernal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk:
1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan katakata (substitution)
3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum
sempurna.
Secara sederhana, komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang dilakukan
dengan menggunakan semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A.
Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang memiliki
nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup
perilaku yang disengaja juga tidak sengaja sebagai bagian dari peristiwa
komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa
menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain. (Mulyana,
2000:343)

2.1.8. Konsep Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah merupakan perilaku nonverbal utama yang mengekspresikan
keadaan

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012).

1 2 105

PEMAKNAAN KARIKATUR NUNUN NURBAETI PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika pemaknaan karikatur “Mafia Di Balik Nunun” Pada Cover Majalah Tempo edisi 19-25 Desember 2011).

0 2 110

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “Kesaksian Menjerat Miranda” Edisi 30 Januari-5 Februari 2012).

0 0 92

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “Kesaksian Menjerat Miranda” Edisi 30 Januari-5 Februari 2012).

0 2 92

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “INDONESIA 2012 BERSELANCAR DI ANTARA KRISIS” Edisi 12-18 Desember 2011).

0 1 112

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

0 2 23

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “INDONESIA 2012 BERSELANCAR DI ANTARA KRISIS” Edisi 12-18 Desember 2011)

0 0 20

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012)

0 2 19

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012)

0 1 19