PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “Kesaksian Menjerat Miranda” Edisi 30 Januari-5 Februari 2012).

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJ ALAH TEMPO
(Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “Kesaksian
Menjerat Miranda” Edisi 30 J anuari-5 Februar i 2012)

SKRIPSI

oleh :
LUTFI BAGUS SETIAWAN
NPM. 0843010194
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJ ALAH TEMPO
(Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur Pada Cover Majalah Tempo

“Kesaksian Menjerat Mir anda” Edisi 30 J anuar i-5 Febr uar i 2012)

Oleh :
LUTFI BAGUS SETIAWAN
NPM. 0843010194
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 14 J uni 2012
PEMBIMBING

Tim Penguji :
1. Ketua

J uwito, S.Sos, M.Si
N.P.T. 3.6704.95.0036.1

J uwito, S.Sos, M.Si
N.P.T. 3.6704.95.0036.1
2. Seker tar is


Dr s.Syaifuddin Zuhr i.MSi.
N.P.T.3.7006.94.0035.1
3. Anggota

Drs. Kusnar to, M.si
NIP. 195808011984021001

Mengetahui,
DEKAN

Dr a. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP. 195507181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH TEMPO

(Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “Kesaksian Menjerat
Miranda” Edisi 30 Januari-5 Februari 2012)

Disusun Oleh :

LUTFI BAGUS SETIAWAN
NPM. 0843010194

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian / Seminar Skr ipsi

Menyetujui,

PEMBIMBING

J uwito, S.Sos, M.Si
N.P.T. 3.6704.95.0036.1

Mengetahui,
DEKAN


Dr a. Ec. Hj. Supar wati, Msi
NIP 195507.1819.8302.2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

ABSTRAK
LUTFI BAGUS SETIAWAN, PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH
TEMPO (Studi Semiotika Terhadap Pemaknaan Karikatur “Kesaksian Menjerat
Miranda” Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 30 J anuari-5 Februari 2012)
Penelitian ini didasarkan pada fenomena bahwa adanya kasus suap cek pelawat
untuk pemenangan Miranda Swaray Goeltom pada pemilihan Gubernur Senior Bank
Indonesia pada tahun 2004 yang telah banyak menyeret nama politisi kondang. Kasus
ini mulai bergulir sejak tahun 2008.
Metode yang digunakan untuk mengetahui makna yang ada adalah dengan
menggunakan analisis semiotik yang termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif.
Disini menggunakan teori semiotik Charles Sanders Peirce, yang membagi tanda
menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks dan simbol.

Hasil dari penelitian ini, menurut peneliti, adanya usaha dari Miranda untuk
melindungi kejahatan orang lain demi menutupi perannya dalam kasus cek pelawat.
Namun langkah yang diambil salah sehingga menimbulkan kecurigaan yang akhirnya
membuat posisi Miranda tersudut dalam kasus cek pelawat.
Kata kunci : Karikatur, semiotik, majalah Tempo, kasus cek pelawat, Charles Sanders
Pierce.
ABSTRACT
This research based on the phenomena of that the bribery case traveler's checks
for winning the election of Miranda Swaray Goeltom Senior Governor of Bank
Indonesia in 2004 which has a lot to drag the name of famous politicians. This case
started rolling since 2008.
The method used to determine the meanings is to use a semiotic analysis
included descriptive qualitative research. Here using the theory of semiotics Charles
Sanders Peirce, who divides signs into three categories: icon, index and symbol.
The results of this research, according to researchers, the efforts of Miranda to protect
the crime of others to cover up his role in the case of traveler's checks. However, any
steps taken, giving rise to suspicion that led to the position of being cornered in the case
of Miranda's checks.
Keywords : caricature, semiotic, Tempo Magazine, cases of travel’s checks , Charles
Sanders Pierce.


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xii

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji sukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat
dan hidayatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PEM AKNAAN KARIKATUR KESAKSIAN M ENJERAT M IRANDA PADA COVER
M AJALAH TEM PO

(St udi Semiot ik Terhadap Karikat ur “ Kesaksian M enjerat M iranda”

Pada Cover M ajalah Tempo Edisi 30 Januari-5 Februari 2012 ).

Pada kesempatan ini juga peneliti ingin menyampaikan banyak terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarta MP, selaku rektor UPN “Veteran” Jatim.
2. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim.
3. Juwito S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN
“Veteran” Jatim.
4. Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si sebagai Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jatim.
5. Juwito S.Sos, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi Peneliti, Terima Kasih atas
segala waktu, masukan, dan bimbingan Bapak terkait penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun staf karyawan FISIP hingga
UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
7. Kedua orang tua peneliti yang sangat berjasa bagi peneliti. Terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada bapak dan ibu.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8. Irma Yulita teman terbaik dan sangat kusayang yang selama ini sangat membantu
dan memotivasi peneliti sebelum hingga selesainya skripsi ini.
9. Teman-teman yang membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini: Reni, Tata, Lulut,
Ajeng, Akhmad dan teman-teman AK.UPN Radio dan juga media Ilmu Komunikasi

lainnya, Kinne, Xphose, UPN Tv, dan juga Himakom.
Tak lupa peneliti mengucapkan selamat jalan kepada Alm. Fachrizal Dwi Putra
yang telah meninggal dunia pada tanggal 28 Januari 2012. Skripsi ini peneliti
dedikasikan bagi almarhum sebagai bentuk persahabatan.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa peneitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu kritik maupun saran selalu peneliti harapkan demi tercapainya hal terbaik
dari skripsi ini. Besar harapan peneliti, semoga penelitian ini dapat memberikan
manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, 16 April 2012

Peneliti

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Pierce....................... ………………..52

Gambar 2.2 Model Kategori Tanda Oleh Pierce......................................................................52
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir……………………………………………….………54
Gambar 4.1 karikatur “Kesaksian Menjerat Miranda” dalam kategori tanda Pierce………..66

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

x

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar karikatur “KESAKSIAN MENJERAT MIRANDA” pada cover majalah
Tempo………………………………………………............................................................82

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xi

DAFTAR ISI


Halaman

HALAMAN J UDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJ UAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….. ....................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
ABSTRAKSI............................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1

Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

1.2

Perumusan Masalah .................................................................. 13

1.3


Tujuan Penelitian ...................................................................... 13

1.4

Kegunaan Penelitian ................................................................. 13

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ............................................................................. 14
2.1

Landasan Teori .......................................................................... 14
2.1.1 Media Cetak .............................................................. 14
2.1.2 Majalah ..................................................................... 14
2.1.3 Cover atau Sampul .................................................... 16
2.1.4

Hukum....................................................................... 16

2.1.5

Politik ........................................................................ 17

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

2.1.6

Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik ...... 18

2.1.7

Seni Dalam Politik ..................................................... 19

2.1.8

Konsep Makna ........................................................... 20

2.1.9

Pemaknaan Warna ..................................................... 23

2.1.10 Konsep Bayangan ...................................................... 28
2.1.11 Makna Busana Jas ...................................................... 29
2.1.12 Makna Rok Sepan ...................................................... 30
2.1.13 Makna Garis .............................................................. 30
2.1.14 Makna Sepatu High Heels .......................................... 33
2.1.15 Makna Jejak Sepatu ................................................... 35
2.1.16 Makna Uang Dollar ................................................... 36
2.1.17 Makna Alat Kebersihan ............................................. 37
2.1.18 Makna Lantai ............................................................. 38
2.1.19 Makna Dinding .......................................................... 39
2.1.20 Makna Jam Tangan .................................................... 39
2.1.21 Makna Rambut .......................................................... 40
2.1.22 Karikatur ................................................................... 42
2.1.23 Karikatur dalam Media Massa.................................... 43
2.1.24 Karikatur Sebagai Krtik Sosial ................................... 45
2.1.25 Komunikasi Non Verbal ............................................ 46
2.1.26 Pendekatan Semiotika ................................................ 47
2.1.27 Semiotika Charles S Pierce ........................................ 50
2.2

Kerangka Berpikir ..................................................................... 52

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 55
3.1

Jenis Penelitian .......................................................................... 55

3.2

Korpus ................................................................................. ...... 56

3.3

Definisi Konseptual ............................................................. ......57
3.3.1 Ikon (Icon).............................................................. ......57
3.3.2 Indeks (Index)......................................................... ......58
3.3.3 Simbol (Symbol) ..................................................... ......58

3.4

Metode Pengumpulan Data ........................................................ 59

3.5

Metode Analisis Data .................................................................. 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data.............61
4.1.1 Pemaknaan Terhadap Karikatur “Kesaksian Menjerat
Miranda”........................................................................61
4.1.2 Majalah Tempo................................................................63

4.2

Penyajian Data.............................................................................64

4.3

Analisis

pemaknaan

karikatur

“Kesaksian

Menjerat

Miranda”......................................................................................67
4.3.1 Ikon..................................................................................68
4.3.2 Indeks................................................................... ............70
4.3.3 Simbol..............................................................................72
4.4

Makna keseluruhan Pemaknaan Karikatur “Kesaksian Menjerat

Miranda” dalam Model Triangle of Meaning Pierce..............................73

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

viii

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

kesimpulan...................................................................................77

5.2

Saran............................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79
LAMPIRAN……………………………………………………………………......82

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Kehadiran media massa terutama media cetak merupakan penanda awal
dari kehidupan modern sekarang ini. Pesan melalui media cetak diungkapkan
dengan huruf-huruf dan baru menimbulkan makna apabila khalayak berperan
secara aktif. Karena itu berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain, pada media
cetak harus disusun sedemikian rupa, sehingga mudah dicerna oleh khalayak.
Kelebihan media cetak adalah media ini dapat dikaji ulang, didokumentasiakan,
dan dihimpun untuk kepentingan pengetahuan, serta dapat dijadikan bukti otentik
yang bernilai tinggi. (Effendy, 2000 : 313-314).
Media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada khalayak. beberapa pakar psikologi memandang
bahwa dalam komunikasi anta manusia, maka media yang paling dominan dalam
berkomunikasi adalah panca indra manusia seperti mata dan telinga. Pesan yang
diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk
mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan
dalam tindakan. Pesan-pesan media dipenuhi oleh gambar-gambar simbolis yang
memang dirancang untuk mempengaruhi individu dan masyarakat. (Littlejohn,
2009 : 410)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi
antar manusia media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca
indera manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca
indera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan
menentukan sikapnya terhadap suatu hal sebelum dinyatakan dalam tindakan.
Media cetak sebagai salah satu media massa memiliki fungsi utama yaitu
memberikan informasi kepada khalayak. Media cetak khususnya majalah
berbentuk seperti buku, memiliki kualitas yang baik dan dapat disimpan dalam
waktu yang cukup lama. Sehingga informasi yang terkandung didalamnya dapat
dibaca berulang kali yang mempunyai kualitas permanent sehingga bisa
disimpan dalam waktu yang lama.
Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang menandai
kehidupan masyarakat modern dalam menyampaikan informasinya, media
mempunyai cara pengemasan yang variatif dan beragam yang disesuaikan
dengan segmentasi, konsumen, orientasi internal diri media itu sendiri dan
banyak faktor-faktor kepentingan yang lain. Media massa merupakan bidang
kajian yang kompleks, media massa bukan berarti hanya suatu variasi media
yang menyajikan informasi kepada khalayak, tetapi khalayak juga yang
menggunakan media massa dengan cara yang beragam. Beberapa orang yang
menggunakan

media

untuk

mendapatkan

informasi,

ada

juga

yang

menggunakan media untuk mendapatkan hiburan atau mengisi waktu. Media
cetak bisa dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Karena memiliki kemampuan membawa pesan yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

spesifik dengan penyajian yang mendalam. Majalah berbentuk seperti buku
yang mempunyai kualitas permanent sehingga bisa disimpan dalam waktu yang
lama.
Majalah yang ada saat ini, seiring dengan perkembangan jaman telah
mengalami banyak kemajuan. Jika pada mulanya kehadiran majalah dalam
bentuk cetak sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas apa adanya. Maka
saat ini hadir dalam bentuk dan sajian yang lebih bagus dan menarik. Karena
dicetak dengan kualitas yang tinggi. Macam-macam majalah yang beredar saat
ini saangat beaneka ragam seperti majalah anak-anak, remaja, dewasa, olahraga,
keluarga, politik, laki-laki dan perempuan. Semakin banyak jumlah majalah
yang beredar di masyarakat secara otomatis akan membuat pembaca menjadi
selektif dalam memilih majalah sesuai dengan kebutuhan mereka akan
informasi dan hiburan.
Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya
meliputi bermacam-macam artikel, cerita, gambar dan iklan (Djuroto, 2002:32).
Majalah mempunyai fungsi menyebarkan informasi yang ada disekitar
lingkungan masyarakat. Selain itu, memberikan hiburan baik dalam bentuk
tekstual atau visual seperti gambar kartun maupun karikatur. Dalam buku
Desain Komunikasi Visual, Kusmiati (1999:36), mengatakan bahwa Visualisasi
adalah cara atau sarana untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas
secara visual yang mampu menarik emosi pembaca, dapat menolong seseorang
untuk menganalisa, merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan
mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal gambar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Informasi
bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap
gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki
subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan mudah
dikenal (Waluyanto, 2000:128).
Buku yang tesusun dari lembaran kertas berjilid dan berbentuk persegi
panjang itu umumnya kurang menarik, yang menarik yang sering mempesona
justru sampulnya atau biasa disebut cover. Walaupun orang sering mengatakan “
Jangan melihat atau menilai sebuah buku hanya dari sampulnya atau covernya
“,namun kekuatan sampul / cover sebagai daya tarik dari sebuah buku atau
majalah juga tidak dapat dipungkiri. Sampul merupakan bagian yang tidak dapt
dipisahkan dari sebuah buku dan memiliki peranan penting karena pada saat akan
membeli atau membaca buku, yang pertama kali diperhatikan adalah sampul dan
ilustrasi gambarnya. Karena melalui ilustrasi sampul, seorang penulis dapat
menuangkan ide dan kreatifitasnya dari karya sastra yang dihasilkan. Sehingga
sampul buku dibuat untuk membuat calon pembeli atau pembaca tertaik dalam hal
pemahaman pesan.
Cover / sampul juga perlu didesain secara indah dan artistik agar mampu
menarik perhatian khalayak untuk membaca atau membelinya. Pemilihan judul
(teks) harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat
menginformasikan isi yang terkandung dalam buku atau majalah tersebut
(Pudjiastuti, 1999 : 29). pada sebuah cover / sampul, ilustrasi digunakan sebagai
gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

grafis yang memikat. Meskipun ilustrasi merupakan attention-getter (penarik
perhatian) yang palimg efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut
juga mampu menunjang pesan yang terkandung dari sebuah cerita. Dengan
ilustrasi, maka pesan menjadi lebih berkesan, karena pembaca akan lebih mudah
mengingat gambar dari pada kata – kata.
Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial sering kali kita temui
didalam berbagai media cetak, didalam media ini karikatur menjadi cover berita
utama, pelengkap terhadap tajuk rencana, opini, serta artikel pilihan lainnya.
Keberadaannya biasanya disajikan sebagai selingan atau dapat dikatakan sebagai
penyejuk setelah para pembaca menikmati rubrik-rubrik atau artikel – artikel yang
lebih serius dengan sederet huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran.
Meskipun sebenarnya pesan -pesan yang disampaikan dalam sebuah karikatur
sama seriusnya dengan pesan – pesan yang disampaikan lewat artikel dan berita,
namun pesan – pesan dalam karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang
menghibur. Seringkali gambar terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat
kritikan yang disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau
mempermalukan.
Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahsa simbol
atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan bentuk non verbal
dalam karikatur diarahkan kepada pengembangan interpretasi oleh pembaca
secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang diungkapkan melalui karikatur
tersebut. Dengan kata lain, meskipun dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

pandangan – pandangan seorang karikaturis, namun akan dapat berkembang
secara dinamis, sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam maknanya.
Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar
makna sosial di balik tindakan manusia, atau menginterpretasikan maksud dari
karikatur sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Menurut Heru Nugroho,
bahwa dibalik tindakan manusia ada makna yang harus ditangkap dan
dipahami, sebab manusia melakukan interaksi sosial melalui saling memahami
makna dari masing-masing tindakan (Indarto, 1999 : 1).
Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari unsur
kecerdasaan, ketajaman dan ketepatan berpikir secara kritis serta ekspresif melalui
seni lukis dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam
kehidupan masyarakat luas, yang secara keseluruhan dikemas secara huoris, tapi
terkadang juga tidak terlalu homuris. Dengan demikian memahami karikatur juga
perlu memiliki referensi – referensi sosial agar mampu menangkap pesan yang
ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun metode pengungkapan
kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat bergantung pada isu besar yang
berkembang yang dijadikan headline.
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa cover / sampul yang berbentuk
karikatur merupakan salah satu wujud lambang ( simbol ) atau bahasa visual yang
keberadaanya dikelompokkan kedalam kategori non verbal dan dibedakan dengan
bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ungkapan. Karikatur merupakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

ungkapan ide dan pesan dari karikaturis kepada publik yang dituju melalui simbol
yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.
Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan
membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti
dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan
non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada
isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh, karena gambar lebih
mudah diingat daripada kata-kata, paling cepat pemahamannya dan mudah
dimengerti. Karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam isi dan
menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa
fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar
menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada
sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya.
Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula.
Dimana didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.
Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal).
Sobur (2003:163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah sesuatu
yang berdiri atau ada untuk sesuatu yang lain, kebanyakan di antaranya
tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide,
cara berpikir, harapan dan banyak hak lain.
Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar
memiliki makna yang dapat di gali. Dengan kata lain, bahasa simbolis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

menciptakan situasi yang simbolis pula. Atau memiliki sesuatu yang mesti di
ungkap maksud dan artinya.

Kasus cek pelawat Pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia
yang melibatkan Miranda Swaray Goeltom dan sejumlah anggota DPR saat ini
masih dalam proses persidangan. Sebanyak 480 lembar cek senilai Rp. 24
miliar sebagian besar mengalir ke 41 anggota DPR periode 1999-2004 dari
empat fraksi, antara lain : Golkar, PPP, TNI/Polri, PDIP, dan sisanya pihak lain.
Miranda Swaray Goeltom sendiri baru dijadikan tersangka oleh KPK pada
Januari 2012.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia dipimpin
oleh Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas Gubernur sebagai pemimpin,
dibantu oleh Deputi Gubernur Senior sebagai wakil, dan sekurang-kurangnya
empat atau sebanyak-banyaknya tujuh Deputi Gubernur. Masa jabatan
Gubernur dan Deputi Gubernur Senior selama 5 tahun dan dapat diangkat
kembali dalam jabatan yang sama untuk sebanyak-banyaknya 1 kali masa
jabatan berikutnya.

Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur diusulkan dan
diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Calon Deputi Gubernur
diusulkan oleh Presiden berdasarkan rekomendasi dari Gubernur Bank
Indonesia. (vide Pasal 41 No. 3 tahun 2004 yang mengubah UU No. 3 tahun
1999 tentang Bank Indonesia). Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak
dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri, terbukti
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

melakukan tindak pidana, tidak dapat hadir dalam jangka waktu 3(tiga) bulan
berturut-turut tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, dinyatakan
pailit atau tidak mampu memenuhi kewajiban kepada kreditur, atau berhalangan
tetap.

Sebagai suatu forum pengambilan keputusan tertinggi, Rapat Dewan
Gubernur diselenggarakan sekurang kurangnya sekali dalam sebulan untuk
menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, serta sekurang-kurangnya
sekali dalam seminggu untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan
moneter atau menetapkan kebijakan lain yang bersifat prinsipal dan strategis.
Pengambilan keputusan dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur, atas dasar
prinsip musyawarah demi mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur
menetapkan keputusan akhir.

(http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Dewan+Gubernur)

Dalam pembuatan sebuah buku, kedudukan cover / sampul cukup penting
untuk menarik perhatian khalayak. Gagasan menampilkan tokoh, yang realistis,
diharapkan membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah
dimengerti dibanding dengan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar
merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan
tertentu pada isi pesan. Dan peran gambar dalam sampul sangat besar
pengaruhnya karena lebih mudah diingat daripada kata – kata, dan paling cepat
untuk pemahaman dan dimengerti maksudnya, karena terkait maksud pesan yang
terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal sebagian besar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

dari khalayak sasaran. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitasnya yang
tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan
informasi visual yang diperlukan.
Simbol – simbol atau tanda – tanda pada sebuah ilustrasi baik itu verbal
maupun visual bukanlah tidak berarti apa – apa, di dalamnya ia mengemban
sebuah makna yang dapat digali kandungan faktualnya atau dengan kata lain
bahasa simbolis tersebut menciptakan situasi yang simbolis pula, artinya penuh
dengan tanda tanya atau hal – hal yang mesti diungkap maksud dan arti yang
terkandung dalam simbolnya. Dalam bidan perancangan grafis, kemudian
berkembang menjadi desain komunikasi visual, banyak memanfaatkan daya
dukung gambar sebagai lambing visual, guna mengefektifkan pesan komunikasi
yang terdapat pada ilustrasi sampul. Upaya mendayagunakan lambang visual,
berangkat dari anggapan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik bersifat khas
untuk

menimbulkan

kesan

tertentu

pada

pengamatanya.

(http

:

//www.fsrd.itb.ac.id/thesis-disertasi/magister-desain-angkatan-2000)
Karena itulah dalam penelitian ini peneliti menaruh perhatian terhadap
pemaknaan karikatur sampul depan majalah “Tempo edisi 30 Januari–5 Februari
2012” dengan judul “Kesaksian Menjerat Miranda”. Karena pada sampul majalah
tersebut digambarkan seorang wanita menggunakan pakaian kantor dan
menggunakan jam tangan di tangan kirinya sedang memegang alat pembersih
lantai. Sosok gambar tersebut membersihkan lantai yang terdapat bekas jejak kaki
yang menggunakan sepatu fantovel dan sejumlah uang Dollar Amerika. Jejak kaki
tersebut mirip jejak kaki pelaku pencurian. Ujug alat pembersih lantai dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

background gambar berwarna kuning dengan mengambil fokus pada ujung
ruangan.
Hal ini berarti sebuah permasalahan karikatur tersebut mulai di fokuskan
pada sosok ekonom dengan ditunjukkan domisai warna kuning pada sampul
majalah dalam kasus cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Bank
Indonesia. Permasalahan ini juga semakin ditegaskan dengan judul karikatur yang
menggunakan warna merah untuk menegaskan pernasalahan kasus tersebut pada
sosok seorang ekonom. Dari permasalahan tersebut membuat peneliti tertarik
untuk mengungkapkan makna-makna yang terkandung pada ilustrasi cover
majalah Tempo edisi 30 Januari–5 februari 2012 yang berjudul Kesaksian
Menjerat Miranda.
Tempo merupakan salah satu Majalah yang mempunyai rubrik khusus
dalam menyajikan karikatur. Majalah yang terkenal dengan pesan-pesannya yang
kritis ini lebih banyak menyajikan topik-topik dalam bidang sosial politik dalam
setiap kali penerbitannya. Akibat kekritisannya tersebut Majalah Tempo juga
pernah di bredel pada tahun 1982 dan 1994 namun hal ini tidak membuat Tempo
terus tenggelam. Dengan semangatnya untuk memperjuangkan kebebasan Pers,
Tempo berhasil bangkit dan menerbirtkan kembali sirkulasinya pada tahun 1998
dan berhasil menjadi pemimpin untuk industri penerbitan Majalah di Indonesia
serta diterbitkan dengan skala nasional atau beredar diseluruh wilayah Indonesia.
(www.tempointeractive.com).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu
diklasifikasikan berdasarkan tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung
didalamnya. Oleh karena itu, pembahasan ini menggunakan kajian kritis yang
bertujuan untuk mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada
(Sobur, 2006 : 132).
Dengan pendekatan teori semiotika diharapkan dapat diketahui studi
tentang tanda dan yang berhubungan dengannya, baik tanda verbal maupun tanda
visual untuk mendukung kesatuan penampilan karikatur serta mengetahui muatan
isi pesan (verbal dan visual). Selain itu, juga menggunakan warna sebagai acuan
untuk meneliti karikatur karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.
Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce,
maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang
digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks dan simbol. Dari interpretasi
tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi
cover depan majalah Tempo edisi 30 Januari-5 Februari 2012.
Peneliti memilih majalah Tempo karena merupakan salah satu majalah
mingguan yang pada umumnya meliput berita dan politik. Pada Majalah Tempo,
terdapat rubrik opini yang menyesuaikan isu-isu hangat tentang politik yang
masih banyak dibicarakan oleh masyarakat luas, salah satunya tentang tokohtokoh politik nasional. Dengan adanya penyampaian pesan lewat karikatur akan
didapatkan presepsi yang berbeda-beda dari khalayak sasaran yang memaknainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah makna karikatur pada cover majalah Tempo?”

1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemaknaan

karikatur pada cover majalah “Tempo”.

1.4

Kegunaan Penelitian
1.

Kegunaan teoritis, memberikan makna pada tanda dan lambang

yang terdapat dalam objek untuk memperoleh hasil dari interpretasi data
mengenai pemaknaan ilustrasi sampul depan buku dengan menggunakan metode
semiotik Peirce.
2.

Kegunaan praktis, untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi

semiotik, sehingga dapat memberi masukan bagi para pembaca buku ini mengenai
makna dari karikatur “Kesaksian Menjerat Miranda” pada sampul depan majalah
“Tempo”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teor i

2.1.1

Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua,

yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak
maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak
digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di
masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio,
televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahanperubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi
jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang
melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti
dalam Permana, 2009 : 14).
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis
yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran
dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman
putih (Kasali, 1995 : 99).
2.1.2

Majalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majalah adalah terbitan

berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, informasi yang

14

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra, dan sebagainya
yang menurut kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah
tengah bulanan, majalah mingguan dan sebagainya.
Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi
foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel
utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah
sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan
keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa.
Majalah adalah terbitan berkala yang berita bacaannya ditujukan untuk
umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
Menurut Junaedhie ( 1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum,
komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan
seni.
b. Majalah Khusus
Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidangbidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.1.3

Cover atau Sampul
Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari sebuah majalah. Karena pada saat kita akan membeli atau membaca
dari sebuah majalah yang diperhatiikan pertama kali adalah sampul dan
ilistrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya pada
ilustrasi sampul. Sampul perlu didesain secara indah dan artistik agar
mampu menarik perhatian khalayak atau pembacanya.
Pemilihan judul atau teks harus singkat, mudah dibaca, mudah
dimengerti dan langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung di
dalamnya. Pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran
pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis
yang memikat. Ilustrasi efektif digunakan untuk menarik perhatian, namun
akan lebih efektif bila ilustrasi tersebut mampu menunjang pesan yang
ingin disampaikan.

2.1.4

Hukum
Hukum adalah system yang terpenting dalam pelaksanaan atas

rangkaian kekuasaan kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan
dalam bidang politik, ekonomi, dan masyarakat dalam berbagai cara dan
bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan social antar masyarakat
terhadap kriminalisai dalam hukum pidana. Hukum pidana yang berupayakan
cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang
akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali
keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur
persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan
lingkungan peraturan atau tindakan militer. Filsuf Aristoteles ,menyatakan
bahwa “Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan
dengan peraturan tirani yang merajalela.
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari system hukum
Eropa, hukum agama dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut,
baik perdata mauoun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental,
khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
merupakan wilayah jajahan denga sebutan Hindia Belanda (NederlanschIndie). Hukum agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut
Islam, maka dominasi hukum atau Syari’at Islam lebih banyak terutama di
bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga
berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-undangan atau
yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari
masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.
(http://in.wikipedia.org/wiki.Hukum-Wikipedia/bahasaIndonesia,ensiklopedia bebas.htm)

2.1.5

Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan

dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal
dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan
secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Ada perbedaan yang besar antara sistem politik Indonesia dan
negara

demokratis

lainnya

di

dunia.

Diantaranya

adalah

Majelis

Permusyawaratan Rakyat yang merupakan cirri khas dari kearifan lokal
Indonesia, Mahkamah Konstitusi yang juga berwenang mengadili sengketa
hasil pemilihan umum. Bentuk negara kesatun yang menerapkan prinsipprinsip federalisme seperti adanya Dewan Perwakilan Daerah, dan sistem
multipartai berbatas dimana setiap partai yang mengikuti pemilihan umum
harus memenuhi ambang batas 2,5% untuk dapat menempatkan anggotanya di
Dewan

Perwakilan

Rakyat

maupun

di

Dewan

Perwakilan

Rakyat

Daerah/DPRD Kabupaten/Kota.
(http://in.wikipedia.org/wiki.politik-Wikipedia/bahasaIndonesia,ensiklopedia bebas.htm)

2.1.6

Pembicaraan Poltik Sebagai Kegiatan Simbolik
Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah

berkembang.

Ada

yang

menyangkut

pembicaraan

mereka

yang

melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum,
konstitusi, dan sebagainya. Namun sebagaian besar lambang tersebut
adalah pembicaraan pengaruh yakni, mimbar, slogan, pidato, editorial dan
lain sebagainya (Marliani, 2004 : 27).
Sebagai pengguna dan penafsir lambang, manusia terkadang
irasional dengan menganggap seolah-olah ada hubungan antara suatu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

lambang dengan apa yang dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam
konteks perpolitikan dapat dianggap sebagai lambang tertentu yang
dipersepsi sebagai sesuatu yang memiliki daya atau kekuatan tertentu
sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa perlu melakukan
perang dengan mengadakan warna atau meniadakan warna tersebut.
Akhirnya politik kita menjadi sekedar adu warna dan bukan menjadi adu
program politik hal ini sekali lagi membuktikan bahwa sebuah proses
simbolik itu manusiawi dan tidak terhindarkan (Mulyana, 1999 : 80).

2.1.7

Seni dalam Politik
Dalam pembicaraan mengenai kaitan antara seni dan politik, tidak

terlepas tentang peran karya seni tersebut dalam hal ini berupa karikatur
terhadap

suatu

kesadaran

politik pada

masyarakat,

sebagaimana

kandungan arti dan makna yang terdapat di dalam karya seni itu.
Sebuah karya seni akan dapat menggugah kesadaran pada
masyarakat jika karya seni itu dapat memberikan pengertian tentang apa
yang disampaikan kepada masyarakat tersebut, dan dapat memberikan
pengertian tentang betapa pentingnya arti dari kekuasaan dalam hal ini
berupa demokratisasi politik.
Peran seni sebagai alat politik dapat dilihat melalui pendekatan
kultur dan sosialisasi politik. Sidney Verba, sebagaimana dikutip oleh
Lucian Pye dalam political culture mendeskripsikan kultur politik sebagai
suatu hal yang terjadi dalam sistem kepercayaan-kepercayaan empiris,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang membatasi keadaan dalam
mana tindakan politik terjadi. Dengan kata lain, konsep kultur politik
menekankan setiap individu mempunyai suatu jenis orientasi kepada dunia
politik, yang dapat ditunjukan melalui perilaku ataupun hanya sekedar
berpendapat atau bersikap. Sementara itu pendekatan sosialisai politik
menekankan untuk membentuk sebuah kultur politik suatu bangsa, ia
mendorong penduduk atau sebagaian penduduk untuk memandang dan
mengalami kehidupan politik dengan sebuah cara yang baru (Brotoseno
dalam Marliani, 2004 : 31).
Lewat beberapa analisa diatas, dapat kita jelaskan seni dalam hal
ini berupa karikatur “Kesaksian Menjerat Miranda” pada rubrik opini
majalah Tempo edisi 30 Januari-5 Februari 2012 dalam upaya
mensosialisasikan isyarat-isyarat dan informasi-informasi politik yang
memperkuat atau mengubah pola-pola politik, dimana pesan-pesan yang
disampaikan tersebut diterima dan di interpretasikan dalam lingkungan
sosialnya merupakan suatu bentuk seni yang berperan sebagai alat
sosialsasi politik.

2.1.8

Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan

kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of
Meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27) telah
mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur 2004 :
248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para
ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam.
Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan
“ultarealitas”, para pemeikir besar telah sering mempergunakan konsep itu
dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan
mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.
“tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008 : 47), “setiap usaha
untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti
misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya
memberikan jawaban salah”.
Menurut Devito, makna terletak pada kata-kata melainkan pada
manusia. “Kita” lanjut Devito,menggunakan kata-kata untuk mendekati
makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara
sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan.
Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan akan
sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi
adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar
dan apa yang ada dalam benak kita.
Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan
dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1)
menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

(3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur,
2004 : 258).
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep
makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997 : 123-125)
sebagai berikut :
1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata
melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuik
mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata
itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna
yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita
gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada
dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.
2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang
kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari katakata ini dan berubah dab ini khusus yang terjadi pada dimensi
emosional makna.
3. Makna menbutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi
mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal
bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan
eksternal.
4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat
dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana
terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang
cerita, persahabatan, kebahagian, kejahatan dan konsep-konsep lain
yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik,
kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah
kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.
Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa
menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara
berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.
6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita
peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat
kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang
benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang
tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang
sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai
tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003 : 285-289).

2.1.9

Pemaknaan War na
Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata

memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah,
kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam
Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003 : 260-261), terdapat
kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

warna-warna seperti

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012).

0 0 105

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 ).

1 1 92

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012).

1 2 105

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “Kesaksian Menjerat Miranda” Edisi 30 Januari-5 Februari 2012).

0 0 92

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “INDONESIA 2012 BERSELANCAR DI ANTARA KRISIS” Edisi 12-18 Desember 2011).

0 1 112

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO YANG BERJUDUL “BAHASYIM SALABIM” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011 ).

0 1 95

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “INDONESIA 2012 BERSELANCAR DI ANTARA KRISIS” Edisi 12-18 Desember 2011)

0 0 20

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012)

0 2 19

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012)

0 1 19