PEMAKNAAN KARIKATUR” SEKONGKOL KAKAP NAZARUDDIN” COVER MAJALAH TEMPO (Studi Analisis Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “SEKONGKOL KAKAP NAZARUDDIN Pada Cover Majalah Tempo Edisi 22 – 28 Agustus 2011).

PEMAKNAAN KARIKATUR” SEKONGKOL KAKAP
NAZARUDDIN” COVER MAJ ALAH TEMPO
(Studi Analisis Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “SEKONGKOL KAKAP
NAZARUDDIN Pada Cover Majalah Tempo Edisi 22 – 28 Agustus 2011)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosisal dan Ilmu Politik

SKRIPSI

oleh :

BANGKIT YUDHO SASONGKO
NPM. 0543310447

YAYASAN KESEJ AHTERAAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
2011


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, serta sholawat dan salam
penulis panjatkan kepada Nabi Muhamad SAW. Karena karuniaNya, penulis bisa
menyelesaikan Skripsi Penelitan ini. Hanya kepadaNya-lah rasa syukur
dipanjatkan atas selesainya Skripsi Penelitian ini. Sejujurnya penulis akui bahwa
kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan Skripsi ini, tetapi faktor kesulitan
itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah apbila
kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki. Semua proses kelancaran pada
saat pembuatan Skripsi penelitian tidak lepas dari segala bantuan dari berbagai
pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan sumbangsihnya. Maka
penulis ″wajib″ mengucapkan banyak terimakasih kepada mereka yang disebut
berikut :
1. Bapak dan Ibu yang telah mendukung, membimbing dengan penuh kasih
sayang dan perhatiannya secara moril maupun materiil, serta atas do’a yang
tak henti-hentinya beliau haturkan untuk penulis.
2. Ibu Dra.Hj.Suparwati M.Si selaku Dekan FISIP UPN ″Veteran″ Jawa

Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi.
4. Drs. Syaifuddin Zuhri,M.Si Selaku Sekertaris Jurusan Program Studi Ilmu
Komunikasi.

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Dra. Diana Amalia, M.si Selaku Dosen Pembimbing yang selalu senantiasa
meluangkan waktu dan pemikiran dalam membantu penulis.
6. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi Terima kasih buat semua ilmunya.
Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih kepada teman-teman
yang telah membantu dalam pembuatan Skripsi ini, baik dari dukungan,
bimbingan maupun do’anya. Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangankekurangan dalam penyusunan Skripsi penelitan ini. Maka penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun. Terima Kasih.

Surabaya, Desember 2011


Penulis

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN J UDUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN
UJ IAN SKRIPSI...............................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN
SKRIPSI..................................................................................................


iii

KATA PENGANTAR……………………………………………………iv

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. vi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….... ix

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. x

ABSTRAK………………………………………………………………..xi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah ………………......................... 1


1.2.

Perumusan Masalah ………………................................ 12

1.3.

Manfaat Penelitian..................................................

12

1.3.1. Manfaat Teoritis................................................ 12
1.3.2. Manfaat Praktis................................................. 12

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA
2.1.

Landasan Teori ............................................................... 13
2.1.1. Media Cetak......................................................... 13


vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.2. Majalah ............................................................... 13
2.1.3. Cover Majalah..................................................... 15
2.1.4. Hukum................................................................. 17
2.1.5. Politik ................................................................. 18
2.1.6. Pembicaraan Politik Sebagai
Kegiatan Simbolik....................................... 19
2.1.7. Seni dalam Politik............................................... 20
2.1.8. Konsep Makna.................................................... 21
2.1.9. Pemaknaan Warna……………………………. 24
2.1.10. Kartun dan karikatur........................................... 29
2.1.11. Karikatur dalam Media Massa............................ 31
2.1.12. Karikatur sebagai Kritik Sosial.......................

33


2.1.13. Gesture......................................................

34

2.1.14. Tipografi............................................................. 36
2.1.15. Busana Dalam Simbolik.................................... 38
2.1.16. Crowd Surfing................................................... 38
2.1.17. USB Flash Drive................................................ 39
2.1.18. Pendekatan Semiotika........................................ 40
2.1.19. Semiotika Charles S. Pierce............................... 43
2.2.

Kerangka Berpikir.......................................................... 46
2.2.1. Bagan Kerangka Berpikir.................................... 47

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1.


Metode Penelitian……………………………............... 48

3.2.

Definisi Operasional Konsep.................................... 49
3.2.1. Korpus…………………………………………. 49
3.2.2. Unit Analisis.......................................................... 50
3.2.3. Teknik Pengumpulan Data……………………... 52
3.2.4. Teknik Analisis Data............................................. 53

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data

……………………………………………………....... 55
4.1.1 Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo …

55

4.1.2 Majalah Tempo……………………………….... 57
4.2

Penyajian Data................................................................. 57

4.3

Analisis pemaknaan karikatur Cover Majalah Tempo
Edisi 22-28 Agustus 2011……………………………

60

4.3.1 Ikon......................................................................... 61
4.3.2 Indeks...........................................................63
4.3.3 Simbol.................................................................... 66

4.4

Makna keseluruhan Pemaknaan Karikatur cover
majalah Tempo edisi 22-28 Agustus 2011 dalam
Model Triangle of Meaning Pierce…………… ……. 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

kesimpulan............................................................................71

5.2

Saran.....................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...... 74
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………....... 75

vi


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
BANGKIT YUDHO SASONGKO. PEMAKNAAN KARIKATUR” SEKONGKOL KAKAP
NAZARUDDIN” COVER MAJ ALAH TEMPO
(Studi Analisis Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “SEKONGKOL KAKAP
NAZARUDDIN” pada Cover Majalah Tempo Edisi 22 – 28 Agustus 2011)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang
dikomunikasikan Karikatur “SEKONGKOL KAKAP NAZARUDDIN” Pada Cover Majalah
Tempo Edisi 22 – 28 Agustus 2011
Metode yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif, dan menjadi korpus pada Cover
Majalah Tempo Edisi 22 – 28 Agustus 2011 adalah sebatas gambar ilustrasi, tulisan judul
“SEKONGKOL KAKAP NAZARUDDIN” yang terdapat pada korpus kemudian dianalasis
menggunakan pendekatan semiotik Charles Sanders Pierce (sign, object, interpretan ) dimana
objek dibagi menjadi ikon, indeks, simbol.
Hasil yang didapat menandakan bahwa pesan yang disampaikan melalui penggambaran
karikatur tersebut adalah terjadinya praktek atau upaya pemutar balikan fakta terhadap kasus
Hukum M.Nazaruddin.
KATA KUNCI :
Karikatur, Semiotik, Cover Majalah Tempo, Charles Sander Pierce

ABSTRACT
BANGKIT YUDHO SASONGKO. THE MEANING OF CARICATURE” SEKONGKOL
KAKAP NAZARUDDIN” COVER MAGAZINE TEMPO.
(Study of Semiotic Analysis Caricature “SEKONGKOL KAKAP NAZARUDDIN” On Tempo
Magazine Cover Edition 22th -28th August 2011)
The purpose of the study was to determine how is communicated caricature magazine
Tempo “ SEKONGKOL KAKAP NAZARUDDIN” on the cover of Tempo Magazine
The method used is Descriptive Qualitative, and the corpus in Tempo Magazine Cover
Edition 22th to 28th August 2011 is limited to the illustration, writing the title of
"SEKONGKOL KAKAP NAZARUDDIN" contained in the corpus and then dianalasis semiotic
approach of Charles Sanders Pierce (sign, object, interpretan ) where the object is divided into
icons, indexes, symbols.
The results indicate that the message conveyed through the depiction of these caricatures
is the practice or attempted reversal player facts of the case law of M. Nazaruddin.
KEY WORDS:
Caricature, Semiotics, Tempo Magazine Cover, Charles Sanders Pierce

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perss dalam penyampaian opini yang terkait dengan isu politik dan hukam
memiliki cara yang unik dan khas dalam pemberitaannya, menyampaikanopini
dengan karikatur memiliki kelebihan dalam menyampaikan gagasan dan keritikana
ke tengah masyarakat yang memiliki budaya heterogen seperti di Indonesia.
Karikatur dapat dimaknai berbeda oleh setiap individu yang melihat gambar
karikatur tersebut.Karikatur adalah bagian dari seni ilustrasi yang dapat memberikan
repesentasiterhadap suatu fenomena budaya, sosial, politik dan hukum.
Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita temui
didalam berbagai media cetak, di dalam media ini karikatur menjadi pelengkap
terhadap tajuk rencana, opini, serta artikel pilihan lainnya. Keberadaannya biasanya
disajikan sebagai selingan atau dapat dikatakan sebagai penyejuk setelah para
pembaca menikmati rubrik-rubrik atau artikel-artikel yang lebih serius dengan
sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran. Meskipun sebenarnya
pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah karikatur sama seriusnya dengan
pesan-pesan yang disampaikan lewat berita dan artikel namun pesan-pesan dalam
karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar
itu terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan
oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan.

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Kontrol sosial salah satunya dapat dilakukan dengan tampilan gambar kartun
maupun karikatur. Keberadaan gambar kartun dalam media massa cetak, khususnya
pada majalah bukan berarti hanya melengkapi artikel tulisan-tulisan di majalah saja,
tetapi juga memberikan informasi kepada masyarakat. Banyak kejadian yang
dilaporkan dalam bentuk gambar (misalnya kartun) yang lebih efektif dari pada kalau
diterangkan dengan kata-kata, karena kartun mempunyai kekuatan dan karakter
sehingga pembaca tertarik untuk sekedar melihat atau bahkan berusaha memahami
makna dan pesan yang terkandung dalam gambar dari kartun tersebut.
Kartun merupakan simbolic speech (komunikasi tidak langsung) artinya
bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun tidak dilakukan
secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain makna
yang terkandung dalam gambar kartun tersebut merupakan makna yang terselubung.
Simbol-simbol pada gambar kartun tersebut merupaakan simbol yang disertai signal
(maksud) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka
yang menerimanya. Kartun yang membawa pesan kritik sosial yang muncul di setiap
penerbitan majalah adalah political cartoon (kartun politik) atau editorial cartoon
(kartun editorial), yang biasa digunakan sebagai cover majalah maupun versi gambar
humor dalam suatu majalah atau surat kabar.
Dunia

perkartunan

di

Indonesia

pada

masa

kini

lebih

memperlihatkankeIndonesiaannya, baik dari segi gambar maupun dari segi bahasa
(Hidayat dalamSundari, ed. 2001: 211). Artinya dalam proses kreatif penciptaan
karya kartunis mencobauntuk melihat sisi sosiokultural yang berlaku di lingkungan
tempat tinggalnya, sehinggapemahaman terhadap kebudayaan merupakan syarat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

dalam proses berkartun. Seorangkartunis yang kompetitif harus memenuhi
persyaratan tertentu, ada tiga elemen yangharus dipenuhi, diantaranya: kompetisi di
bidang teknis/artistik, kompetisi di bidangpengamatan atau observasi dan kompetisi
di bidang lelucon (Sudarmo, 2004:63-64).Kartunis lebih dari sekadar seorang tukang
gambar karena kartunis sejati harus mampumerumuskan dan menyimpulkan apa
yang dibuatnya.Khusus untuk elemen keduaseorang kartunis adalah orang yang
memiliki kemampuan dalam mengamati berbagaifenomena dan masalah secara
cermat dan akurat, terutama menyangkut detail dansubstansi.
Menurut GM. Sudharta yang dikutip Pramono R. Pramoedjo menjelaskan,
“Perkembangan karikatur sebagai wacana jurnalistik dapat menggiring interpretasi
pembaca pada hal-hal yang lebih imajinatif.Bahkan tidak tertutup kemungkinan
interpretasi si pembaca melampaui imajinasi karikaturisnya.Secara positif hal ini
menjadi pendewasaan kita terutama dalam menghadapi kritik.karikatur dapat
mengiringi interpretasi pembaca pada hal yang imajinatif dan pembaca bisa saja
menginterpretasikan melampaui apa yang dipikirkan oleh karikaturisnya.
Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahasa simbol
atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan bentuk non verbal
dalam karikatur lebih diarahkan kepada pengembangan interpretasi oleh pembaca
secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang diungkapkan melalui karikatur
tersebut. Dengan kata lain, meskipun dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan
pandangan-pandangan seorang karikaturis, namun melalui suatu proses interpretasi
muatan makna yang terkandung didalamnya akan dapat berkembang secara dinamis,
sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam pemaknaanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Muhammad Nashir Setiawan menganalogikan karikatur:
“Untuk mengungkap interpretasi maksud suatu karikatur kurang
lebih tingkat kesulitannya sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Ini
merupakan penegasan bahwa pada sisi lain tindakan manusia terdapat
makna yang harus ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan
interaksi sosial melalui bentuk komunikasi yang menggunakan media
simbol-simbol. Lebih lanjut dikatakan bahwa karikatur merupakan salah
satu karya seni yang dapat dijadikan rujukan untuk memahami dinamika
sosial yang sedang terjadi dalam masyarakat.”
Muhammad Nashir Setiawan, Menakar Panji Koming : Tafsiran Komik Karya Dwi
Koendoro Pada Masa Reformasi tahun 1998, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2002, h.
50.

Sementara itupesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur disosialisaikan
kepada khalayak sasaran melalui tanda.Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari
dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dari
ragam bahasanya, tema dan pengertian yang didapatkan, sedangkan tanda visual
akan dilihat dari cara menggambarkannya apakah secara ikonis, indeksikal maupun
simbolis.
Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar makna
sosial di balik tindakan manusia, atau menginterpretasikan maksud dari karikatur
sama dengan menafsirkan tindakan sosial yang berhubungan dengan tanda dan
makna yang ada pada karikatur, ilmu yang berkaitan dengan tanda dikenal dengan
semiotika.Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan
dengannya;

cara

berfungsinya,

hubungannya

dengan

tanda-tanda

lain,

pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Aart van
Zoest, 1991,5).
Semiologi berasal dari kata semeiotics (Yunani: σημ όκιωτςε ,

semeiotikos),

artinya an interpreter of signs. Jadi, semiologi adalah ilmu tentang tafsir tanda,
termasuk sistem tanda. Definisi ini membuat aplikasi semiologi sangat luas, bisa
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

digunakan berbagai bidang keilmuan, karena semiologi adalah metoda tafsir untuk
seluruh tanda yang diproduksi oleh manusia.Semiologi berkembang menjadi ilmu
untuk menafsirkan berbagai hal berhubungan dengan tanda-tanda, termasuk berguna
bagi analisis kritik ideologi, seperti yang diungkapkan Roland Barthes "semiologi
sebagai metode dasar kritik ideology.
Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki
makna yang dapat di gali. Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi
Pokok perhatian semiotika adalah tanda. Tanda itu sendiri adalah sebagai sesuatu
yang memiliki ciri khusus yang penting.Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam
arti tanda itu dapat ditangkap. Kedua, tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain.
Artinya bisa menggantikan, mewakili dan menyajikanPokok perhatian semiotika
adalah tanda.Tanda itu sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki ciri khusus yang
penting.Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam arti tanda itu dapat ditangkap.
Kedua, tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain. Artinya bisa menggantikan,
mewakili dan menyajikan.Tanda dan hubungan-hubungannya adalah kunci dari
analisis semiotik.
Media massa mempunyai dua pengertian yakni pers dalam arti sempit dan
pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat
kabar, majalah mingguan, tabloid, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas
meliputi media massa cetak dan elektronik, antara lain radio siaran dan televisi siaran
sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik. (Effendy, 1993 : 90)
Perspektif media juga akan menentukan fakta yang akan dipilih dan
ditonjolkan. Penonjolan proses membuat informasi lebih bermakna. Realitas yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

disajikan secara menonjol memiliki potensi untuk dperhatikan dan dapat
mempengaruhi pembaca dalam memahami sebuah realitas. Media adalah alat atau
sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak.
Masyarakat haus akan informasi. Sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
Berita-berita yang disajikan oleh media massa merupakan hasil seleksi dari
berbagai isu yang berkembang di masyarakat. Selain itu berita yang disampaikan
kepada khalayak juga harus mengandung nilai berita. Jadi, tidak semua kejadian di
masyarakat ditampilkan oleh media massa. Media massa juga memiliki wewenamg
untuk menentukan fakta apa yang akan diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan
dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Hal ini berkaitan
dengan cara pandang atau perspektif yang digunakan oleh masing-masing media.
(Sobur, 2002 : 162)
Pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia media
yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indera manusia seperti mata
dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca indera selanjutnya diproses dalam
pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap suatu hal
sebelum dinyatakan dalam tindakan. Media cetak sebagai salah satu media massa
memiliki fungsi utama yaitu memberikan informasi kepada khalayak. Media cetak
khususnya majalah berbentuk seperti buku, memiliki kualitas yang baik dan dapat
disimpan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga informasi yang terkandung
didalamnya dapat dibaca berulang kali.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Kurniawan Junaedhi dalam Buku Ensiklopedi Pers Indonesia menyebutkan
pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media
massa cetak, berupa lembaran-lembaran berisi berita, karangan-karangan dan iklan
yang diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan, serta diedarkan
secara umum. (Junaedhi, 1991 : 257). Media cetak seperti majalah, surat kabar dan
buku justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya,
karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya (Cangara,
2005:128).ang kali.
Majalah yang ada saat ini, seiring dengan perkembangan jaman telah
mengalami banyak kemajuan. Jika pada mulanya kehadiran majalah dalam bentuk
cetak sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas apa adanya. Maka saat ini
hadir dalam bentuk dan sajian yang lebih bagus dan menarik. Karena dicetak dengan
kualitas yang tinggi. Macam-macam majalah yang beredar saat ini saangat beaneka
ragam seperti majalah anak-anak, remaja, dewasa, olahraga, keluarga, politik, lakilaki dan perempuan. Semakin banyak jumlah majalah yang beredar di masyarakat
secara otomatis akan membuat pembaca menjadi selektif dalam memilih majalah
sesuai dengan kebutuhan mereka akan informasi dan hiburan.
Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya meliputi
bermacam-macam artikel, cerita, gambar dan iklan (Djuroto, 2002:32). Majalah
mempunyai fungsi menyebarkan informasi yang ada disekitar lingkungan
masyarakat. Selain itu, memberikan hiburan baik dalam bentuk tekstual atau visual
seperti gambar kartun maupun karikatur. Dalam buku Desain Komunikasi Visual,
Kusmiati (1999:36), mengatakan bahwa Visualisasi adalah cara atau sarana untuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu
menarik

emosi pembaca,

dapat

menolong

seseorang

untuk

menganalisa,

merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan mengkhayalkannya pada
kejadian yang sebenarnya. Media verbal gambar merupakan media yang paling cepat
untuk menanamkan pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan
dengan informasi tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana.
Gambar berdiri sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan
“simbol” yang jelas dan mudah dikenal (Waluyanto, 2000:128).
Peneliti memilih majalah Tempo karena merupakan salah satu majalah
mingguan yang pada umumnya meliput berita politik, sosial, hukum dan HAM.
Tempo memiliki ciri khusus di sampul depan yang selalu menyajikan karikatur yang
menyesuaikan isu-isu hangat tentang politik yang masih banyak dibicarakan oleh
masyarakat luas, salah satunya tentang tokoh-tokoh politik nasional. Dengan adanya
penyampaian pesan lewat karikatur akan didapatkan presepsi yang berbeda-beda dari
khalayak sasaran yang memaknainya.
Alasan peneliti dalam mengambil objek penelitian karikaturpada cover
majalah Tempo edisi 22- 28 Agustus 2011 karena ingin menetahui makna pesan
yang ada dibalik gambar karikatur. Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 22-28
Agustus 2011 menitik beratkan kepada arah penanganan khasus korupsi M.
Nazaruddin, Tempo berusaha memberikan muatan pesan atau gagasan dalam gambar
karikatur tentang khasus M. Nazaruddin yang rawan akan pemutarbalikan fakta hal
ini dapat dilihat dari gambar karikatur cover majalah Tempo, dimana posisi
Nazarudin digambarkan terbalik.Pemberitaan yang diberitakan dengan cara yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

unik, salah satunya lewat karikatur. Dan setiap visual ataupun gambar yang muncul
(lewat

karikatur) memiliki pengertian

yang

berbeda-beda, sehingga

akan

memunculkan makna dibalik pemberitaan tersebut.
Pasca tertangkapnya M.Nazaruddin di Cartagena Columbia publik berharap
agar segera terkuak sekandal korupsi yang melibatkan Komisi X DPR dan suap
proyek wisma atlet SEAGAMES yang melibatkan Kementrian Pemuda dan
Olahraga.

Tidak wajarnya proses pemulangan Nazarudin membuat terjadi adu

argumen atara pengacara O.C Kaligis dan Duta Besar Columbia untuk Indonesia,
hilangnya barang bukti dalam tas Nazaruddin yang dititipkan Micheal Manufandu
dan tuduhan ke pengacara Nazaruddin yang mengatur rencana pelarian keluar negri.
Penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung pada karikatur
tentang kasus M. Nazaruddin pada cover Majalah Tempo 22-28 Agustus
2011ditampilkan sebuah karikatur yang menggambarkan Nazarudin sedang diangkat
oleh beberapa tangan layaknya aksi crowd surfing di tengah konser musik dan posisi
Nazarudin diposisikan terbalik terbalik kepala dibawa dan kaki di atas.
Tempo merupakan salah satu Majalah yang mempunyai rubrik khusus dalam
menyajikan karikatur.Majalah yang terkenal dengan pesan-pesannya yang kritis ini
lebih banyak menyajikan topik-topik dalam bidang sosial politik dalam setiap kali
penerbitannya. Akibat kekritisannya tersebut Majalah Tempo juga pernah di bredel
pada tahun 1982 dan 1994 namun hal ini tidak membuat Tempo terus tenggelam.
Dengan semangatnya untuk memperjuangkan kebebasan Pers, Tempo berhasil
bangkit dan menerbirtkan kembali sirkulasinya pada tahun 1998 dan berhasil
menjadi pemimpin untuk industri penerbitan Majalah di Indonesia serta diterbitkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

dengan

skala

nasional

atau

beredar

teori

semiotika

diseluruh

wilayah

Indonesia.

(www.tempointeractive.com).
Melalui

pendekatan

diharapkan

karikatur

mampu

diklasifikasikan berdasarkan tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung
didalamnya. Oleh karena itu, pembahasan ini menggunakan kajian kritis yang
bertujuan untuk mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada (Sobur,
2006 : 132).
Dengan pendekatan teori semiotika diharapkan dapat diketahui studi tentang
tanda dan yang berhubungan dengannya, baik tanda verbal maupun tanda visual
untuk mendukung kesatuan penampilan karikatur serta mengetahui muatan isi pesan
(verbal dan visual).Selain itu, juga menggunakan warna sebagai acuan untuk meneliti
karikatur karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis Charles S. Pierce.
membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori yaitu : ikon,
indeks dan simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya
bersifat bersamaan bentuk alamiah.( Sobur, 2004 : 83). Teori Charles S. Pierce bagi
peneliti mempermuda dalam menafsirkan makana atau pesan yang ada dalam
karikatur, dengan penerapan pemaknaan tanda berdasarkan Latar belakang budaya,
agama dan tingkat pendidikan memiliki peranan dalam menafsirkan makna atau
pesan dalam suatu karikatur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

1.2 Per umusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
Bagaimana Pemaknaan karikatur pada Cover Majalah TEMPOedisi22-28
Agustus 2011?.
1.3 Manfaat penelitian
1.3.1 Manfaat Teor itis
Untuk

memberikan

ciri

ilmiah

pada

sebuah

penelitian

dengan

mengaplikasikan teori Komunikasi, tentang pemahaman pesan yang dikemas melalui
penelitian menggunakan metode semiotika.
1.3.2

Manfaat Praktis

1. Kegunaan teoritis, memberikan makna pada tanda dan lambang yang terdapat
dalam objek untuk memperoleh hasil dari interpretasi datamengenai
pemaknaan karikatur pada sampul majalah Tempo dengan menggunakan
metode semiotik Pierce.
2. Dapat menjadi tambahan refrensi untuk penelitian semiotika untuk
Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang tertarik dengan dunia semiotika.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teor i

2.1.1

Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua,

yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak
maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak
digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di
masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio,
televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahanperubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi
jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang
melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti
dalam Permana, 2009 : 14).
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis
yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran
dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman
putih (Kasali, 1995 : 99).

2.1.2

Majalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majalah adalah terbitan

berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, informasi yang
12
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra, dan sebagainya
yang menurut kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah
tengah bulanan, majalah mingguan dan sebagainya.
Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi
foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel
utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah
sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan
keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa.
Majalah adalah terbitan berkala yang berita bacaannya ditujukan untuk
umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
Menurut Junaedhie ( 1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum,
komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan
seni.
2.

Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidangbidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.1.3

Cover Majalah
Selain sebagai “ pemanis “ dan daya tarik sebuah majalah, cover

majalah juga mempunyai fungsi secara umum antara lain sebagai
Informasi visual kepada pembaca mengenai hal apa yang terdapat didalam
majalah dan sebagai identitas media untuk nmengkomunikasikan dari isi
berdasarkan materi atau isi melalui segi visualnya. Dalam Teori Dasar
Desain komunikasi Visual (1999 ; 231) Dilihat dari segi fungsi desain
visualnya, cover majalah dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Sebagai media komunikasi
Komunikasi adalah kegiatan yang saling berhubungan
dengan menggunakan lambang yang mengandung arti. Berasal dari
kata latin “ Communicare “ yang berarti “ berperan serta “
(Encyclopedia Americana 1976) Dalam suatu proses, komunikasi
terdapat suatu unsur – unsur yaitu adanya sumber atau komunikator
(penyampai pernyataan atau pesan) dan komunikan (penerima
pernyataan atau pesan). Dalam hal majalah, pihak perusahaan
penerbit yang mengeluarkan majalah berperan sebagi komunikator.
Rancangan cover sebagai pesan. Dan masyarakat (pembaca /
konsumen) sebagai komunikan. Jadi cover majalah merupakan
media

komunikasi

yang

menyampaikan

pesan

atau

mengungkapkan isi majalah kepada masyarakat, dan ilustrasi
digunakan sebagi wujud pesan atau ungkapan tadi. Dengan hanya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

melihat covernya saja, konsumen diharapkan sudah dapat
mengetahui watak atau karakteristik dari majalah.
2. Sebagai media promosi
Promosi adalah suatu usaha untuk menaikkan, memajukan
dan mengembangkan atau penunjang sesuatu. Baik dalam bidang
jasa maupun niaga. Dalam hal ini, cover majalah adalah salah satu
bentuk usaha untuk menaikkan dan menunjang daya tarik dalam
hal pemasaran dan informasinya. Maksudnya adalah dengan cover
majalah yang menarik, konsumen akan tertarik untuk kemudian
membeli majalah tersebut. Karena tidaklah jarang misalnya ditoko
buku, orang yang tadinya hanya melihat – lihat akhirnya membawa
pulang majalah sebab tertarik dengan cover majalahnya.
3. Sebagai media seni rupa
Cover majalah dapat menjadi media seni rupa, yaitu berupa
sebuah karya seni rupa. Karena berkualitas seni jika ditinjau dari
sudut pandang kesenirupaan. Sebuah cover majalah yang
merangsang mata merupakan hasil dari penyususnan unsur – unsur
rancangan grafis seperti gambar, huruf, warna dan tata rupa yang
saling menyatu dan serasi. Melalui cover majalah yang berwujud
seni, maka dapat ditingkatkannya apresiasi seni rupa dari
masyarakat luas. Karena majalah dapat dijumpai dari kota besar
sampai kota kecil. Secara tidak langsung konsumen dapat
membandingkan antara cover majalah yang satu dengan yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

lainnya, sehingga timbul kesadaran dan pengertian terhadap
keindahan sebuah cover majalah.
2.1.4

Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas

rangkaian kekuasaan kelembagaan. dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan
dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan
bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar
masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana
yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi
hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan
hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan
di mana mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk
meninjau

kembali keputusan dari pemerintah, sementara

hukum

internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan
mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. filsuf
Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih
baik dari pada dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum
hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem
yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa
kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu
Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia
Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau
Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan
dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang
diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya
yang ada di wilayah Nusantara.
(http://in.wikipedia.org/wiki.Hukum-Wikipedia/bahasaIndonesia,ensiklopedia bebas.htm)

2.1.5

Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan

dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang
dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih
kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Ada perbedaan yang besar antara sistem politik Indonesia dan
negara demokratis lainnya didunia. Diantaranya adalah adanya Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang merupakan ciri khas dari kearifan lokal
Indonesia, Mahkamah Konstitusi yang juga berwenang mengadili sengketa
hasil pemilihan umum, bentuk negara kesatuan yang menerapkan prinsipprinsip federalisme seperti adanya Dewan Perwakilan Daerah, dan sistem
multipartai berbatas dimana setiap partai yang mengikuti pemilihan umum
harus memenuhi ambang batas 2.5% untuk dapat menempatkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat maupun di Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah/DPRD Kabupaten/Kota.
(http://in.wikipedia.org/wiki.politik-Wikipedia/bahasaIndonesia, ensiklopedia bebas.htm)

2.1.6

Pembicaraan Poltik Sebagai Kegiatan Simbolik
Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah

berkembang.

Ada

yang

menyangkut

pembicaraan

mereka

yang

melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum,
konstitusi, dan sebagainya. Namun sebagaian besar lambang tersebut
adalah pembicaraan pengaruh yakni, mimbar, slogan, pidato, editorial dan
lain sebagainya (Marliani, 2004 : 27).
Sebagai pengguna dan penafsir lambang, manusia terkadang
irasional dengan menganggap seolah-olah ada hubungan antara suatu
lambang dengan apa yang dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam
konteks perpolitikan dapat dianggap sebagai lambang tertentu yang
dipersepsi sebagai sesuatu yang memiliki daya atau kekuatan tertentu
sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa perlu melakukan
perang dengan mengadakan warna atau meniadakan warna tersebut.
Akhirnya politik kita menjadi sekedar adu warna dan bukan menjadi adu
program politik hal ini sekali lagi membuktikan bahwa sebuah proses
simbolik itu manusiawi dan tidak terhindarkan (Mulyana, 1999 : 80).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2.1.7

Seni dalam Politik
Dalam pembicaraan mengenai kaitan antara seni dan politik, tidak

terlepas tentang peran karya seni tersebut dalam hal ini berupa karikatur
terhadap

suatu

kesadaran

politik pada

masyarakat,

sebagaimana

kandungan arti dan makna yang terdapat di dalam karya seni itu.
Sebuah karya seni akan dapat menggugah kesadaran pada
masyarakat jika karya seni itu dapat memberikan pengertian tentang apa
yang disampaikan kepada masyarakat tersebut, dan dapat memberikan
pengertian tentang betapa pentingnya arti dari kekuasaan dalam hal ini
berupa demokratisasi politik.
Peran seni sebagai alat politik dapat dilihat melalui pendekatan
kultur dan sosialisasi politik. Sidney Verba, sebagaimana dikutip oleh
Lucian Pye dalam political culture mendeskripsikan kultur politik sebagai
suatu hal yang terjadi dalam sistem kepercayaan-kepercayaan empiris,
simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang membatasi keadaan dalam
mana tindakan politik terjadi. Dengan kata lain, konsep kultur politik
menekankan setiap individu mempunyai suatu jenis orientasi kepada dunia
politik, yang dapat ditunjukan melalui perilaku ataupun hanya sekedar
berpendapat atau bersikap. Sementara itu pendekatan sosialisai politik
menekankan untuk membentuk sebuah kultur politik suatu bangsa, ia
mendorong penduduk atau sebagaian penduduk untuk memandang dan
mengalami kehidupan politik dengan sebuah cara yang baru (Brotoseno
dalam Marliani, 2004 : 31).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Lewat beberapa analisa diatas, dapat kita jelaskan seni dalam hal
ini berupa karikatur sampul depan majalah Tempo edisi 22 - 28 Agustus
2011 dalam upaya mensosialisasikan isyarat-isyarat dan informasiinformasi politik yang memperkuat atau mengubah pola-pola politik,
dimana pesan-pesan yang disampaikan tersebut diterima dan di
interpretasikan dalam lingkungan sosialnya merupakan suatu bentuk seni
yang berperan sebagai alat sosialsasi politik.

2.1.8

Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan

kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of
Meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27) telah
mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.
Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur 2004 :
248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para
ahli filsafat dan para teoritis ilmu social selama 2000 tahun silam.
Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan
“ultarealitas”, para pemeikir besar telah sering mempergunakan konsep itu
dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan
mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.
“tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008 : 47), “setiap usaha
untuk memberikan jawaban yang langsunng telah gagal. Beberapa seperti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya
memberikan jawaban salah”.
Menurut Devito, makna terletak pada kata-kata melainkan pada
manusia. “Kita” lanjut Devito,menggunakan kata-kata untuk mendekati
makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara
sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan.
Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan akan
sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi
adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar
dan apa yang ada dalam benak kita.
Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan
dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1)
menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah,
(3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur,
2004 : 258).
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep
makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997 : 123-125)
sebagai berikut :
1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata
melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk
mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata
itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna
yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada
dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.
2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang
kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari katakata ini dan berubah dab ini khusus yang terjadi pada dimensi
emosional makna.
3. Makna menbutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi
mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal
bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan
eksternal.
4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat
dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana
terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan
tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang
cerita, persahabatan, kebahagian, kejahatan dan konsep-konsep lain
yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik,
kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah
kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.
Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa
menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara
berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita
peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat
kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang
benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang
tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang
sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai
tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003 : 285-289).

2.1.9

Pemaknaan War na
Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata

memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah,
kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam
Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003 : 260-261), terdapat
kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan
warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat
dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat
buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.
Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat
positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu
yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang yang bersifat
kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi kata hitam umumnya
berkonotasi negative dan warna putih berkonotasi positf (sobur, 2001 :
25).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal,
misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah
darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di
beberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi
merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai
hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan
kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu
kebencian dan dendam tergantung dari situasi.
Kuning bisa diartikan sebagai sebuah optimis, filosofi dalam
budaya barat. Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual,
misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna
oranye yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada
suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat (Mulyana, 2003 :
376).
Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya
“periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan
periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan
mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :
1. Merah.
Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta,
nafsu, agresif, bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif,
bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk
menunjuk emosi atau debaran jantung.
2. Oranye.
Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan,
antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan,
keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan
pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu
yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan
dan independent.
3. Kuning.
Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan
toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang,
dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan
optimis, dan termasuk pada golongan warna yamg mudah
menarik perhatian.

Warna

ini dapat

digunakan untuk

menaikkan metabolisme.
4. Merah Muda.
Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra,
keberanian dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan
memiliki peranan yang penting dalam kebudayaan di bumi.
5. Hijau.
Hijau

melambangkan

alami,

sehat,

keberuntungan,

pembaharuan, warna bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

materi, kelimpahan, kesuburan, keajaiban, tanaman dan pohon,
pertumbuhan, pencapaian personal, kebangkitan, jiwa muda,
stabilitas, daya tahan, kesegaran, lingkungan, keamanan,
rujukan,

cinta,

keseimbangan,

ketenangan,

harapan,

ketergantungan, dan persahabatan. Warna hijau melambangkan
elastisitas keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri,
posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari
warna ini adalah teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya,
keras kepala, dan berpendirian tetap.
6. Biru.
Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan,
teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan
yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spiritual,
kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian,
kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari
dalam, kesedihan, kestabilan, ke

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 ).

1 1 92

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 ).

0 3 91

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO ENGLISH EDITION (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21 – 27 Desember 2011).

2 9 82

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO ENGLISH EDITION (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21 – 27 Desember 2011).

1 3 82

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

0 2 23

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO ENGLISH EDITION (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21 – 27 Desember 2011)

0 0 21

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO ENGLISH EDITION (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21 – 27 Desember 2011)

0 0 21

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 )

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 )

0 0 24