ANALISIS FAKTOR - FAKTOR PRODUKSI DAN RESIKO USAHA JAMUR TIRAM PUTIH DI DESA WADUNGASIH KECAMATAN BUDURAN.

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR PRODUKSI DAN RESIKO USAHA
JAMUR TIRAM PUTIH DI DESA WADUNGASIH
KECAMATAN BUDURAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi : Agribisnis

Diajukan Oleh:
NANDA ENDAR PERMANA
NPM: 0924010010

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Skripsi dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Resiko
Usaha Jamur
Penyusunan

Tiram

Di

Desa Wadungasih

Kecamatan


Buduran

”.

Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan kuliah pada akhir semester Jurusan Agribisnis di Fakultas
Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.
Hal ini penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan
tidak terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ir. Mubarokah, MTP selaku Dosen Pembimbing dan juga Ir. Sigit Dwi Nugroho,
MSi yang telah banyak memberikan banyak pengarahan, motivasi, masukan
serta meluangkan waktu dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan untuk membimbing penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MM selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr.Ir. Ramdan Hidayat, MSi selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas PertanianUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Seluruh keluarga besarku terutama Orang tuaku, kakak-kakakku dan adikadikku yang telah banyak memberikan dukungan do’a, semangat dan kasih
sayang yang tak terhingga.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Sahabat-sahabatku serta teman-teman semester VI Jurusan Agribisnis, serta
semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Namun demikian penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun
penyajian proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu penulis harapkan kepada pembaca, kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan proposal skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surabaya,

Juni 2013


Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RINGKASAN
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ………………. iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. ………vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….. ………vii
I.

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Permasalahan…... ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. ……….3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 5
A. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 5
B. Pengertian Usaha Tani………… .................................................................... 7
C. Faktor yang Mempengaruhi Produksi…………………………………………. 9
D. Morfologi dan Klasifikasi Jamu Tiram ............................................................ 14
E. Budidaya Jamur Tiram………………… .......................................................... 16
F. Analisis Resiko……………………..…………………………………………… 26
III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................. 32
A. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 32
B. Hipotesis………………………………………………………………………….. 36
IV. METODE PENELITIAN ..................................................................................... 37
A. Penentuan Lokasi. ......................................................................................... 37
B. Penentuan Responden…. ............................................................................. 37

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 37
D. Difinisi dan Pengukuran Variabel....................................................................39
E. Metode Pengujian..........................................................................................39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………… ……….47
A. Gambaran Umum Desa Wadungasih………………………………………….. 47
B. Proses Produksi Jamur Tiram Putih di Desa Wadungasih……………………. 53
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jamur Tiram Putih…………….. 62
D. Analisis Resiko Pada Usahatani Jamur…………….………………………….. 67
E. Kendala yang Di Hadapi Dalam Usahatani Jamur…………….………………. 71
VI. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………..

74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 76
LAMPIRAN……………………………………………………………………… ……… 78

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses produksi pada
usahatani jamur tiram putih. Agar peneliti dapat menganalisis resiko fisik,
ekonomi, dan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi jamur tiram
putih serta mengetahui upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Analisis
yang digunakan yaitu analisis deskriptif, regresi linier berganda, uji f, dan analisis
resiko. Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko
adalah Value at Risk.Hasil penelitian dari usaha jamur tiram putih di desa
wadungasih kecamatan buduran menunjukan Luas Kumbung, Jumlah Baglog,
Frekuensi Penyiraman dan Tenaga Kerja merupakan faktor – faktor produksi
yang sangat berpengaruh pada usahatani jamur tiram putih dengan di
buktikannya
menggunakan analisis regresi linier dengan hasil signifikan.
produksi jamur pada usahatani jamur tiram putih memiliki resiko gagal sebesar
44,4% dan resiko ekonomi yang dialami petani selama tahun 2011-2012,
kurangnya penerimaan produksi sebesar Rp, 10.419.732, sehingga produksi
jamur mengalami resiko cukup tinggi. Kendala yg dihadapi oleh petani jamur di
desa Wadungasih.diantaranya ketersediaan modal dan kurangnya motivasi.

Untuk mengatasi hal tersebut untuk para petani harus memperhatikan pertu
bahan jamurnya dimana kemungkinan gangguan hama seperti tikus, atau tidak
stabilnnya suhu dalam kumbung yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur,
maka untuk menghindari kegagalan tersebut petani harus lebih
memperhatikannya.
Kata Kunci : Usahatani, Jamur Tiram Putih, dan Resiko
ABSTRACT
This research aims to study the production process on the white oyster
mushroom farming. So that researchers can analyze the risk of physical,
economic, and factors - factors that affect the production of white oyster
mushroom, and know the efforts to overcome these problems. The analysis used
the descriptive analysis, multiple linear regression, f test, and risk analysis. The
most effective method is used to measure the impact of risk is Value at Risk.Hasil
study of white oyster mushroom business in the village district wadungasih
Buduran shows Kumbung area, Total Baglog, Watering Frequency and Labor is a
factor - a very influential factor in the production of oyster mushroom farm in
white with proved it using linear regression analysis with significant results.
production of mushrooms in oyster mushroom farms have the risk of failure by
44.4% and economic risks experienced by farmers during the years 2011-2012,
the lack of production revenue of Rp, 10,419,732, resulting in production of

mushrooms at risk is quite high. Constraints faced by farmers who fungus in the
village Wadungasih.diantaranya availability of capital and lack of motivation. To
overcome this, the farmers have to pay attention to the material Pertu
mushrooms where the possibility of pests such as mice, or in kumbung stabils
temperature that can affect the growth of fungi, to avoid the failure of farmers to
be more noticed.
Keywords: Farming, White Oyster Mushroom, and Risk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

NANDA ENDAR PERMANA (0924010010), ANALISIS FAKTOR - FAKTOR
PRODUKSI DAN RESIKO USAHA JAMUR TIRAM PUTIH DI DESA
WADUNGASIH KECAMATAN BUDURAN. DOSEN PEMBIMBING UTAMA: Ir.
MUBAROKAH, MTP. DOSEN PENDAMPING: Ir. SIGIT DWI NUGROHO, MSi

RINGKASAN
Jamur tiram putih termasuk salah satu varietas jamur yang banyak di
kembangkan untuk berbisnis terutama di desa Wadungasih Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo. Resiko terbesar yang dihadapi usaha budidaya jamur tiram

putih di Desa Wadungasih adalah resiko produksi. Proses produksi jamur tiram di
desa Wadungasih dilakukan dengan beberapa tahap hingga sampai ke tangan
konsumen. Jamur tiram putih yang dihasilkan oleh petani Desa Wadungasih ratarata dari 1000 log dapat memproduksi kurang lebih 900 kg dan dipasarkan dalam
bentuk segar. Hasil produksi jamur tiram putih di desa wadungasih dibagi
menjadi 2 hasil produksi, yang pertama yaitu buah jamur yang masi segar
langsung dari pemanenan dan produk segar dan sudah dalam bentuk olahan.
Berdasarkan tabel penelitian dapat diketahui nilai koefisien determinasi (RSquare) yang digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) sebesar 0.99. Hal ini berarti
variable luas kumbung, jumlah baglog, frekuensi penyiraman dan tenaga kerja
secara bersama mampu menjelaskan pengaruh terhadap produksi jamur tiram
putih sebesar 99% . Sedangkan sisanya yaitu sebesar 1% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak diteliti seperti adanya hama, penyakit atau kompsisi
pada baglog jamur. Uji F adalah untuk mengetahui derajat signifikansi pengaruh
secara simultan variabel-varibel independen (X) terhadap variabel dependen
Jumlah produksi jamur tiram putih di desa Wadungasih.. Dari hasil tabel diatas
dapat pula diketahui nilai Fhitung sebesar 24,596 . nilai Fhitung > Ftabel (276,661 >
3,052), maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa Luas Kumbung,
Jumlah Baglog, Frekuensi Penyiraman dan Tenaga Kerja secara bersama-sama
berpengaruh terhadap hasil atau Jumlah Produksi Jamur tiram putih.
Analisis risiko dari produksi jamur tiram putih menunjukkan bahwa petani di

desa Wadungasih mengalami kerugian apabila mengalami produksi yang
dihasilkan kurang dari produksi normal yang telah ditetapkan. Target SR yang
ditetapkan yaitu 80 persen dan dengan asumsi berat rata-rata jamur yang
dipanen yaitu 1kg per baglog. Harga jamur tiram putih yang dijual yaitu Rp
13.000 per kilogram. Ketua petani jamur setidaknya juga memberi motivasi untuk
para petani yang lain agar dapat menggerakan petani yang lain menjadi
mempunyai keinginan untuk megembangkan lagi usahatani jamur tiram.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari
kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciriciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk
setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.
Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal
dengan sebutan King Oyster Mushroom. Jamur tiram mempunyai khasiat untuk
kesehatan manusia sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol,
sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi, penyakit jantung,
untuk mengurangi berat badan, obat diabetes, obat anemia dan sebagai obat
anti tumor (Suriawiria, 2006).
Jamur tiram putih adalah jamur yang hidup di kayu dan mudah
dibudidayakn menggunakan substrat serbuk kayu dan diinkubasikan dalam
kumbung. Jamur tiram dapat ditumbuh kembangkan pada media serbuk kayu
yang di kemas dalam kantong plastik. Jamur tiram biasa hidup pada daerah
bersuhu 10-32o celcius.
Jamur tiram putih termasuk salah satu varietas jamur yang banyak di
kembangkan untuk berbisnis terutama di desa Wadungasih Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo. Jamur tiram putih memiliki bebarapa ke unggulan
diantaranya jamur tersebut dapat di olah atau dijadikan berbagai makanan
seperti kripik, krispi dan sebagainya. Jamur tiram juga dapat di panen lebih cepat
meskipun di kembangkan di daerah di dataran rendah serta meiliki produksi
tinggi. Kandungan jamur tiram di bandingkan dengan jamur yang lainnya juga
memiliki kandungan protein yang lebih tinggi di bandingkan dengan jamur yang
lainnya.

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Menurut Sunarto sebagai ketua kelompok petani di kampung jamur,
tingkat peminat jamur tiram di Sidoarjo dan sekitarnya juga sangat banyak.
Permintaan untuk konsumsi pada masyarakat juga semakin meningkat terutama
pada varietas jamur tiram di daerah dataran rendah, tidak banyak pengusaha
jamur di daerah dataran rendah yg berhasil mengembangkan usahanya apalagi
untuk mempertahankan usahanya tersebut. Salah satu cara untuk memenuhi
permintaan konsumen adalah dengan meningkatkan produksi jamur tiram.
Resiko terbesar yang dihadapi usaha budidaya jamur tiram putih di Desa
Wadungasih adalah resiko produksi. Dimana hasil panen yang diperoleh
bervariasi dalam jumlahnya. Hasil produksi jamur tiram putih dalam setiap
periode memiliki jumlah yang berbeda - beda.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi hal yang dapat menunjang atau
menghambat hasil dari produkis jamur tiram. Misalkan dalam aspek lingkungan
yang menentukan keberhasilan budidaya jamur tiram diantaranya adalah
kelembapan, waktu tumbuh, kandungan CO2, cahaya dan sirkulasi udara. Selain
aspek lingkungan sebagai faktor keberhasilan budidaya jamur tiram, bahwa
terdapat beberapa faktor penentu lain yang menunjang keberhasilan seperti
lingkungan kawasan, bentuk sifat lahan, tenaga kerja yang diperlukan, sumber
bahan baku, sumber air, dan bibit yang harus disesuaikan.
B. Permasalahan
Nilai ekonomis jamur tiram beberapa tahun ini terus meningkat.
Komoditas jamur terutama jamur tiram sangat banyak di minati oleh para
konsumen untuk di jadikan konsumsi di berbagai jenis makanan. Permintaan
akan produk ini senantiasa meningkat juga disebabkan karena kebutuhan pasar
akan produk kian meluas, tak hanya dalam bentuk segar, tetapi juga olahan.
Begitu banyaknya peminat jamur akan kenikmatan makanan yang berasal dari
jamur membuat banyak warga yang berinisiatif membuat usaha jamur tersebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

terjadi berdirinya Kampung Jamur. Petani Jamur di daerah tersebut berjumlah
sekitar 20 orang yang berusahatani jamur kecil – kecilan.
Pengaruh cuaca yang tidak menentu mengakibatkan petani jamur tidak
dapat memaksimalkan produksi jamur yang petani dirikan, sehingga permintaan
yang semakin meningkat tidak dapat petani penuhi. Jika diadakan penelitian
lebih lanjut untuk mencari dan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi
apa saja yang ada pada usaha budidaya jamur tiram putih di desa Wadungasih
ini. Identifikasi ini dilakukan dengan harapan dapat diterapkan, paling tidak dapat
meminimalkan dampak dan probabilitas dari sumber-sumber resiko. Oleh karena
itu berkait dengan produksi jamur tiram di Kampung Jamur Desa Wadungasih
dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Faktor – faktor apa yang berpengaruh terhadap produksi jamur tiram putih?
2. Bagaimanakah kemungkinan terjadinya resiko pada usahatani jamur tiram ?
3. Apakah yang menjadi kendala dalam usahatani jamur tiram?
C. Tujuan Penelitian
1.

Mempelajari proses produksi pada usahatani jamur tiram putih.

2.

Menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi jamur
tiram putih.

3.

Menganalisis terjadinya resiko fisik dan resiko ekonomi pada kegiatan
produksi jamur tiram ?

4.

Mengetahui kendala dalam usahatani jamur tiram dan upaya mengatasinya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi ilmu pengetahuan
Dengan disusunnya skrpisi ini, penulis berharap dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat
menjadi bahan studi perbandingan bagi penulis dimasa yang akan datang
pada Usaha tani di Kampung Jamur Desa Wadungasih.
b. Bagi penulis
Dengan penyusunan skripsi ini penulis mendapat manfaat yaitu
sebagai penerapan dan perbandingan dengan teori-teori yang pernah
penulis terima dibangku kulah terhadap kenyataan yang sebenarnya di
Kampung Jamur Desa Wadungasih.
c. Bagi Petani Jamur
Dengan

disusunnya

skripsi

ini,

pihak

terkait

dapat

mempergunakannya sebagai dasar pertimbangan dan masukan informasi
guna meningkatkan kegiatan produksi jamur yang diharapkan oleh pihak
terkait

dengan

produksi

Jamur

Tiram

di

Kampung

Jamur

Desa

Wadungasih.
d. Bagi lembaga/perguruan tinggi
Dengan disusunnya skripsi ini diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah bahan pustaka (literatur) di perpustakaan dan dapat di jadikan
refrensi oleh mahasiswa lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Netty Widyastuti dan Donowati Tjokrokusumo 2008. Melakukan penilitian
tentang Aspek Lingkungan Sebagai Faktor Penentu Keberhasilan Budidaya
Jamur Tiram (Pleurotus sp) Aspek lingkungan yang menentukan keberhasilan
budidaya

jamur tiram

diantaranya

adalah kelembapan,

waktu

tumbuh,

kandungan CO2, cahaya dan sirkulasi udara. Selain aspek lingkungan sebagai
faktor keberhasilan budidaya jamur tiram, kenyataan di lapang menunjukkan
bahwa terdapat beberapa faktor penentu lain yang menunjang keberhasilan
seperti lingkungan kawasan, bentuk sifat lahan, tenaga kerja yang diperlukan,
sumber bahan baku, sumber air, dan bibit yang harus disesuaikan.Perlu
memperhatikan alur budidaya jamur tiram .Perlu peran peneliti untuk melakukan
optimasi budidaya jamur tiram secara sinergi dengan para petani, sehingga akan
lebih meningkatkan produksi.
Maharani (2007) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Usahatani
dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Studi kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan
Cisarua,

Kabupaten

Bandung,

Jawa

Barat).

Memperoleh

hasil

bahwa

besarnyaR/C rasio atas biaya tunai adalah 2,69 dan besarnya R/C rasio atas
biaya total adalah 2,20. Berdasarkan kedua perhitungan tersebut maka dapat
disimpulkan

bahwa

usahatani

dan sudah efisien. Bibit jamur

jamur

tiram

tiram

putih

dan

putih

ini

minyak

menguntungkan
tanah merupakan

variabel yang berpengaruh nyata pada peningkatan produksi jamur tiram putih.
Oleh karena itu dengan memperhatikan penggunaan ketiga variabel tersebut
maka

efisiensi

usahatani jamur

tiram putih

dapat dipertahankan.

Berdasarkan analisis saluran tataniaganya dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan saluran tataniaganya tidak ada yang efisien,hal ini dikarenakan

5
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

keuntungan yang diperoleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari
keuntungan lembaga tataniaga lainnya.
Penelitian yang dilakukan Ruillah (2006), mengenai Analisis Usahatani
Jamur Tiram Putih, kasus Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas
produksi yang terbesar adalah bibit yaitu sebesar 0,22 persen. Adapun variable
dummy adalah lahan dan luas kumbung yang tidak berpengaruh terhadap luas
produksi, tetapi lebih di tentukan oleh jumlah log jamur yang diproduksi oleh
petani. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui
bahwa R/C atas biaya tunai petani pada skala III lebih besar dibandingkan
dengan skala I dan II yaitu sebesar 3,75. Hal ini berarti setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan oleh petani skala III akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,75
sehingga usahatani jamur tiram putih yang lebih efisien terletak pada skala III.
Jamilah (2010) meneliti tentang analisis resiko produksi wortel dan
bawang daun. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat resiko
produksi wortel dan bawang daun, serta menganalisis alternatif penanganan
resiko produksi dari kedua jenis komoditas tersebut. Penelitian ini difokuskan
pada analisis resiko produksi. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur
tingkat resiko menggunakan analisis dasar yang sering digunakan untuk
mengukur resiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation. Alat
analisis dasar tersebut juga akan digunakan penulis untuk menghitung resiko
produksi jamur tiram putih.
Penelitian terdahulu di atas mempunyai perbedaan dengan penelitian ini
yang menganalisis resiko dengan metode nilai standar atau z-score dan
mengkaji pengaruh faktor – faktor produksi jamur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

yang meliputi beberapa

7

variable seperti bibit jamur, tenaga kerja, dan luas kumbung terhadap produksi
jamur tiram di Kampung Jamur Desa Wadungasih.
B. Pengertian Usaha Tani
Menurut Soeharjo dan Patong (1973), usahatani adalah kombinasi yang
tersusun (organisasi) dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi
di lapangan pertanian. Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri diusahakan oleh
seorang atau sekumpulan orang.
Mosher (1966) memberikan defenisi farm (yang diterjemahkan oleh
Krisnadi menjadi usahatani) sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan
bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia
seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji. Dalam suatu usahatani,
tanaman yang diusahakan tidaklah terbatas pada suatu macam tanaman
tertentu,tetapi dapat terdiri atas berbagai macam tanaman, ternak dan ikan.
Usaha tani merupakan sebagian dari sebidang tanah, dimana seorang
petani atau badan tertentu untuk mengembangkan tumbuh – tumbuhan dan
hewan dengan bantuan alam, tenaga kerja, dan modal untuk memperoleh
penghasilan yang sebesar – besarnya. Dalam melaksanakan usahatani, seorang
petani haruslah berpikir bagaimana untuk mengalokasikan input seefisien
mungkin. Untuk memperoleh produksi yang optimal, tindakan yang dapat
dilakukan adalah bagaimana untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar
dengan menekan seluruh biaya produksi sekecil – kecilnya. Untuk memperoleh
produksi yang optimal dari usahatani, petani harus melakukan usaha untuk
memadukan faktor – faktor produksi, sarana produksi, tenaga kerja, modal, dan
manajemen.(Adiwilaga,1994)
Pengertian usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi.

Pada waktu tertentu.

Dikatakan efektif bila pertani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya
yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang
melebihi masukkan (input). (Soekarwati, 2002)
Ilmu usahatani yaitu ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan orang di bidang pertanian, tegasnya ilmu
usahatani itu mnyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha penyusun,
mengatur, menjalankan perusahaan itu. Secara garis besar, usaha tani dapat
didefinikasikan sebagai suatu usaha yang bertujuan memperoleh bidang
produksi pertanian. Usaha ini merupakan kemampuan dari sumber daya alam
yang diperlukan untuk suatu produksi pertanian, seperti air tanah dan lain-lain.
Usahatani dapat berupa kegiatan atau aktivitas bercocok tanam atau memelihara
tanah, maka dapat di katakan bahwa ilmu usaha tani adalah ilmu yang
menyelidiki dan kegiatan manusia dalam melakukan kegiatan pertanian di
tanahnya. (Adiwilaga, 1994).
Usahatani dapat dikatakan sebagai unit atau produksi dalam keseluruhan
organisasi. Usahatani pada umumnya dilakukan di areal yang sempit, tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Teknologi yang digunakan juga relatif
sederhana. Umumnya cara permodalannya yang di miliki petani tidak mampu
untuk membeli teknologi. Dengan demikian petani berusahatani menurut apa
yang dikuasainya. (Hermanto,1994)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

C. Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi yangdisebut input
dengan hasil produksi yang disebut output (Sudarsono,1984 : 32-36). Dari input
yang tersedia setiap perusahaan termasuk didalamnya sektor pertanian, ingin
memperoleh hasil maksimunsesuai dengan tingkat teknologi yang ada pada saat
itu. Fungsiproduksi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara untuk memperoleh
output tertentu, bisa bersifat labour intencive ( lebih banyak penggunaan tenaga
kerja) seperti yang banyak dilakukan sistempertanian di Indonesia, atau dengan
system capital intencive dengan lebih banyak menggunakan capital dan mesinmesin seperti banyak dilakukan di negar-negara maju seperti Amerika, Jepang
(Deliarnov,1994: 180-181).Suatu fungsi produksi dapat memberi gambaran
kepada kitatentang produksi yang efisien secara teknis, artinya semua
penggunaan

input

dalam

produksi

serba

minimal

atau

serba

efisien(Sudarsono,1984: 44-45). Sedangkan menurut Deliarnov (1994:97-98) dari
input yang tersedia setiap perusahaan ingin memperoleh hasilyang maksimal
sesuai dengan tingkat teknologi yang tertinggi padasaat itu.Untuk meningkatkan
produksi dapat dilakukan dengan cara (Soekartawi,1990:15-17):
a.Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.
b.Menambah beberapa input (lebih dari input yang digunakan).
Produktivitas dari faktor-faktor produksi dapat dicerminkan dari produk marginal .
Produk marginal adalah tambahan produksi yang diperoleh sebagai akibat dari
adanya penambahan kuantitas faktor produksi yangdipergunakan. Produk
marginal dapat berada pada posisi law of diminishing returns , yaitu penurunan
tingkat penambahan hasilkarena adanya penambahan input variabel. Dan posisi
law of increasing returns yaitu hukum pertambahan hasil produksi yangsemakin

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

besar. Semakin banyak faktor produksi yang dipakai produksinya semakin
meningkat. Diantara kedua posisi tersebut terdapatskala pertambahan hasil yang
konstan(Sudarsono,1984 : 32-36).
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan
perkembangan pendapatan, dimana produksi memiliki jalinan timbal balik (dua
arah) yang sangat erat dengan pendapatan, maka pengaruh produksi terhadap
pendapatan usahatani yaitu jika produksi semakin meningkat maka pendapatan
petani juga akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya jika produksi menurun
maka pendapatan petani juga akan mengalami penurunan (Gaspersz,2003).
Biaya Produksi adalah biaya yang harus di keluarkan oleh pengusaha
untuk dapat menghasilkan output. Hubungan biaya produksi dengan pendapatan
yaitu dimana jika biaya produksi semakin besar maka hasil output juga akan
semakin meningkat.
Harga adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang
bersangkutan dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain, apapun bentuknya.
Sehingga hubungan antara harga dengan pendapatan yaitu jika harga semakin
meningkat, maka pendapatan petani juga akan meningkat. Dan jika harga turun
maka pendapatan petani juga menurun.
Fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara
berbagai kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output. Asumsi
dasar untuk menjelaskan fungsi produksi adalah berlakunya “ the law of
diminishing ret urns” yang menyat akan bahwa apabila suatu input dit ambahkan
dan input lain tetap maka tambahan out put dari setiap tambahan satu unit input
yang ditambahkan mula-mula menaik, tapi pada suatu tingkat tertentu akan
menurun jika input tambahan tersubut terus menerus dit ambahkan. Jadi dalam
ini ada 3 tingkat produksi :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

1) Tahap 1 : produksi terus bertambah dengan cepat
2) Tahap 2 : pertambahan produksi total semakin lama semakin mengecil
3) Tahap 3 : pertambahan produksi total semakin berkuran
1. Element input dalam sistem produksi
Pada dasarnya input dalam sistem produksi dapat di klasifikasikan ke
dalam dua jenis, yaitu: input tetap (fixed input) dan input variabel (variable input).
Input tetap di definisikan sebagai suatu input bagi sistem produksi yang tingkat
penggunaan itu tidak tergantung pada jumlah output yang diproduksi. Input
variabel di definisikan sebagai suatu input bagi sistem produksi yang tingkat
penggunaan input itu tergantung pada jmulah output yang akan di produksi,
(Kotler, 2004). Dalam sistem produksi terdapat beberapa input baik variabel
maupun tetap, sebagai berikut (anomimous,2011):
a. Tenaga kerja . Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi dan
orang-orang yang terlibat dalam proses sistem produksi di anggap
sebagai input tenaga kerja . Tenaga kerja adalah semua yang bersedia
dan sanggup bekerja. Golongan ini meliputi yang bekerja untuk
kepentingan sendiri, baik anggota-anggota keluarga yang tidak menerima
bayaran berupa uang maupun mereka yang bekerja untuk gaji dan upah.
Juga yang menganggur, tetapi yang sebenarnya bersedia dan mampu
untuk bekerja. Berdasarkan umur tenaga kerja dibagi tiga :
1. Penduduk dibawah usia kerja : dibawah 15 tahun
2. Golongan antara 15 - 64 tahun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

3. Golongan yang sebenarnya sudah melebihi umur kerja, diatas 65
tahun.
Faktor produksi berupa tenaga kerja ini adalah manusia / SDM yang
mempunyai keahlian dan ketrampilan yang dibedakan 3 golongan, yaitu :
1. Tenaga kerja kasar, adalah tenaga yang tidak berpendidikan atau
berpendidikan rendah dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang
pekerjaan (contoh : tukang sapu jalan, kuli bangunan dll).
2. Tenaga kerja terampil, adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari
pelatihan atau pengalaman kerja (contoh : montir mobil, tukang kayu,
perbaikan TV dan lain-lain).
3. Tenaga kerja terdidik, adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan
cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu (contoh : dokter, akuntan,
insinyur, dll).
b. Modal. Operasi sistem produksi membutuhkan modal. Biasanya dalam
periode jangka pendek, modal diklasifikasikan sebagai input tetap.
c. Material. Agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur,
maka diperlukan material atau bahan baku. Material di klasifikasikan
sebagai input variabel.
d. Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik/usahatani lainnya
membutuhkan energi untuk menjalankan aktivitas itu.
e. Tanah. Sistem produksi manufaktur membutuhkan lokasi atau ruang
untuk mendirikan pabrik, gudang, dan lain-lain. Namun, dalam sistem
produksi pertanian, input tanah biasanya diklasifiksikan sebagai input
variabel

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

f.

Informasi. Dalam industri modern, informasi telah dipandang sebagai
input.

g. Manajerial. Sistem industri modern yang berada dalam lingkungan pasar
global

yang

amat

sangat

kompetitif

membutuhkan

:

supervisi,

perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang efekstif
untuk meningkatkan performasi sistem itu secara terus menerus.
2. Eleman Output dalam sistem produksi
Pengukuran output yang paling mudah dan bersifat klasik adalah unit
output yang di produksi oleh sistem produksi itu (Kotler. 2004). Dalam sistem
Produksi modern, seperti: Just in time (JIT), beberapa pengukuran pada tingkat
output

sistem

produksi

yang

relavan

dipertimbangkan,

adalah

(anonymous,2011):
a. Kuantitas produk sesuai pesanan konsumen atau permintaan pasar
diukur dalam satuan unit.
b. Tingkat efektifitas dari sistem produksi, merupakan rasio output aktual
terhadap output yang direncanakan sesuai permntaan pasar, di ukur
dalam satuan persen, nilai ideal adalah 100%.
c. Banyaknya produk cacat, dapat diukur dalam satuan unit atau persentase
dari output total yang diproduksi sesuai permitaan pasar.
d. Biaya per unit output, diukur dalam satuan mata uang seperti rupiah/unit,
dollar/unit, dll
e. Karakteristik kualitas produk sesuai keinginan konsumen (pasar).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang juga mengalami
masalah kelangkaan. Untuk mencapai tujuan keuntungan yang maksimum,
perusahaan harus dapat mengalokasikan sumberdaya secara efektif dan efisien.
Sumberdaya merupakan faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi
barang atau jasa. Menurut Lipsey (1984) fungsi produksi adalah hubungan
antara faktor produksi yang digunakan sebagai input dalam proses produksi
dengan jumlah output yang dihasilkan (pada suatu waktu dan tingkat teknologi
tertentu).(anonimous, 2011)
Efektivitas merupakan karakteristik lain dari proses yang mengukur
derajat pencapaian output dari sistem produksi. Efisiensi adalah ukuran yang
menunjukkan bagaimana baiknya sumber daya-sumber daya ekonomi digunakan
dalam proses produksi untuk menghasilkan output (Gaspersz, 2003).
Efisiensi dalam teori produksi adalah cara untuk memaksimumkan
keuntungan. Hal ini terlihat dari konsep keuntungan yang merupakan selisih dari
penerimaan dengan biaya. Untuk memaksimumkan keuntungan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu memaksimumkan penerimaan atau meminimumkan
biaya. Maksimum penerimaan ini, dalam efisiensi berarti memproduksi output
semaksimum mungkin dengan tingkat penggunaan input yang tetap. Minimum
biaya adalah memproduksi output pada tingkat tertentu dengan biaya produksi
seminimum mungkin (Gaspersz, 2003).
D. Morfologi dan Klasifikasi Jamur Tiram
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak
dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada
tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan
yang sudah jadi yang dibuat/dihasilkan oleh organisme lain untuk kebutuhan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

hidupnya.

Jamur

digolongkan

sebagai

tanaman

heterotrofik

karena

ketergantungannya terhadap organisme lain tersebut (Cahyana, et. al., 2007).
Jamur tiram atau jamur tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung
berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak
cekung dan berwarna putih hingga krem. Tubuh buah memiliki batang yang
berada dipinggir (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram
(ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.
Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King Oyster
Mushroom (Suriawiria, 2001).
Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah dari hitam, abu-abu,
coklat, hingga putih dengan permukaan yang hampir licin dengan diameter 5 - 20
cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran (8 11) × (3 - 4) μ m. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat. Di
alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan
pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di
permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang
sudah ditebang. Klasifikasi Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ) secara
lengkap menurut Cahyana (1997) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Mycetea

Divisio

: Amastigomycotae

Phylum

: Basidiomycotae

Kelas

: Hymenomycetes

Ordo

: Agaricales

Family

: Pleurotaceae

Genus

: Pleurotus

Spesies

: Pleurotus ostreatus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Aspek keuntungan lain bila dibandingkan antara bahan pangan dan
makanan lain dengan beberapa jenis jamur yang dapat dikonsumsi adalah nilai
gizinya. Jamur tiram memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan kandungan asam
amino yang lengkap.

Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram Putih
(Per 100 gram bahan kering)
No.
Zat Gizi
Kandungan
Kalori (energi)ab
265 Kal
1.
2.
Protein kasar (N x 4,48)b
18,9%
3.
Karbohidrat totalab
58,0%
4.
Lemakb
1,7%
ab
5.
Abu
9,3%
6.
Seratab
11,5%
7.
Thiamina
1,16-4,80 mg
8.
Ribotflavina
4,7-4,9 mg
9.
Niacina
46-108,7 mg
10. Ca (kalsium)b
24 mg
b
12. K (kalium)
4660 mg
13. P (fosfor)b
1850 mg
14. Na (natrium)b
837,0 mg
15. Fe (besi)b
184 ppm
16. Cd (cadmium)b
0,5 ppm
17. Zn (seng)b
111,4 ppm
18. Cub
15,8 ppm
19. Pbb
1,5 ppm
Sumber. aOei, 1996; b Bano et al, 1981 dalam Bano & Rajarathnam.1982.
E. Budidaya Jamur Tiram
Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada
yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur yang merugikan antara
lain karena bersifat patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia,
hewan maupun tumbuhan. Diantara jamur yang menguntungkan manusia
misalnya : penicillium yang menghasilkan antibiotik penisilin, jamur-jamur yang
berperan dalam proses fermentasi makanan seperti kecap, tempe, tape, tauco
dan lain-lain. Bahkan banyak jenis jamur yang dapat dikonsumsi (dimakan)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shiitake, jamur agaricus (campignon)
dan jamur merang.
Dewasa ini budidaya jamur (Mushrooming the mushroom) yang dapat
dimakan telah banyak dilakukan orang yaitu dengan menggunakan limbah
pertanian sebagai media tumbuhnya. Budidaya jamur yang dapat dimakan
(edible mushroom) merupakan salah satu cara mengatasi kekurangan pangan
dan gizi serta menganekaragamkan pola komsumsi pangan rakyat. Dari analisa
menunjukkan bahwa kandungan mineral jamur lebih tinggi daripada gading sapi
dan domba, bahkan hampir dua kali lipat jumlah garam mineral dalam sayuran.
Jumlah proteinnya dua kali lipat protein asparagus, kol, kentang dan empat kali
lipat daripada tomat dan wortel serta enam kali lipat dari jeruk. Selain itu jamur
juga mengandung zat besi, tembaga, kalium dan kapur, kaya vitamin B dan D,
sejumlah enzim tripsin yang berperan sangat penting pada proses pencernaan,
kalor dan kolesterolnya rendah.
Beberapa keuntungan budidaya jamur yaitu :
1. Melalui pemanfaatan bahan-bahan limbah di sekitar kita akan menjadikan
lingkungan kita bersih, indah dan sehat.
2. Budidaya jamur dapat diusahakan tanpa menggunakan lahan yang luas
3. Produk Jamur dapat dimanfaatkan untuk menambah gizi atau menu serta
dapat menambah pendapatan keluarga.
4. Kompos bekas media tanam dapat langsung digunakan untuk pupuk kolam
ikan, makanan ikan dan untuk memelihara cacing.
Menurut Cahyana (1997) Budidaya jamur tiram putih secara komersil
memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya.
Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang
inkubasi, ruang penanaman dan ruang pembibitan. Bangunan tersebut dibuat
dari kerangka kayu dengan dinding dari anyaman bambu dan atapnya dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

genteng. Dinding bangunan dibuat dari anyaman bambu dengan tujuan
memperkecil biaya bangunan, disamping pembuatannya yang mudah, anyaman
bambu ini sangat baik dalam pengaturan suhu dan kelembaban ruangan, karena
memberikan sirkulasi udara yang baik dari ventilasi anyaman serta dengan
masuknya angin melalui jaringan anyaman, dapat mempercepat perkembangan
spora jamur.
Dalam budi daya Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ) secara modern
dengan orientasi produksi tinggi, kumbung sangat diperlukan. Kumbung adalah
Bangunan berbentuk rumah yang khusus dibangun untuk digunakan sebagai
tempat membudidayakan Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ) dan
berfungsi melindungi media tanam jamur dari air hujan dan sinar matahari
langsung dan kemungkinan masuknya kontaminan spora jamur lain yang tidak
diharapkan. Kondisi di dalam kumbung bisa diatur menyerupai keadaaan habitat
asli Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ).
Rangka kumbung bisa dibuat dari bahan besi, kayu, atau bahkan untuk
menghemat bisa memanfaatkan batangan bambu yang harganya lebih murah.
Dinding dan atapnya bisa dibuat dari lembaran plastik atau bahan – bahan lain
yang mudah didapat disekitar rumah, seperti anyaman tebu atau jerami asalkan
bisa menahan air hujan dan sinar matahari secara langsung. Sementara itu,
ukuran kumbung yang dibuat tergantung dari skala usaha yang dikehendaki.
Sebagai patokan, ukuran yang sering digunakan dan cukup memadai adalah 6 x
4 x 2,5 meter. Dengan ukuran seperti itu, di dalam kumbung dapat diletakkan
dua baris rak kayu atau bambu untuk menempatkan media tanam jamur dengan
masing – masing rak terdiri atas 3 – 5 tingkat. Rak – rak tersebut ditempatkan
sehingga tersisa ruang di antara keduanya untuk tempat melintas para pekerja
saat mengontrol pertumbuhan jamur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Pembangunan gubug atau rumah jamur mempunyai beberapa syarat
seperti luas dari gubug jamur tersebut tergantung pada lokasi yang tersedia.
Tinggi dinding 3m, tinggi puncak bangunan dengan lantai dasar 4m – 4,5m.
Dinding tersebut terbuat dari anyaman bambu dan atap dari bangunan gubug
berasal dari anyaman bambu atau genting dan untuk lantai di anjurkan berpasir
agar waktu penyiraman menjaga kelembaban.
Beberapa syarat tumbuhnya jamur tiram:
1. Budidaya jamur tiram dapat dilakukan secara optimal sepanjang tahun pada
dataran yang letaknya 550m – 800m dpl.
2. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium 20oC – 30oC dan
kelmbaban 80% - 85%.
3. Suhu untuk pembentukan tubuh buah (fruiting body) lebih rendah atau sama
dengan 26oC dan kelembaban dalam kubung 90%-94%.
4. Kubung atau rumah jamur di anjurkan di bangun pada tempat – tempat yang
teduh (dibawah tegakan pohon tahunan) dan tidak terkena pancaran sinar
matahari secara langsung ini dimaksudkan untuk menjaga suhu dan
kelembaban ruang kubung.
5. Sirkulasi udara dalam kubung lancar dan angin spoi-spoi basah.
6. Jamur

tiram

membutuhkan

oksigen

sebagai

senyawa

pertumbuhan.

Terbatasnya oksigen dalam kubung mengganggu pembentukan tubuh buah
jamur.
7. Oksigen berlebihan menybabkan tubuh buah jamur tiram cepat menjadi layu.
Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang sekarang telah
banyak dibudidayakan orang. Media tanam atau substratnya yang sudah umum
digunakan adalah gergajian kayu alba (sengon), tetapi sembarang gergajian
kayu sebetulnya dapat digunakan, tentunya kayu yang tidak beracun, kemudian
di campur dengan bahan-bahan yang lain dengan berbandingan tertentu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Adapun proses budidaya jamur tiram putih adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Alat
a. Bahan
Bahan – bahan lain yang digunakan dalam budidaya jamur kayu pada media
plastik terdiri dari beberapa macam yaitu serbuk kayu, bekatul (dedak padi),
Tapioka, kapur (CaCO3), gips (Ca2SO4) dan TSP. Dapat pula ditambahkan
tepung tapioka atau tepung biji–bijian yang lain. Perbandingan kebutuhan bahan
– bahan tersebut adalah seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Kebutuhan Bahan – Bahan dalam Budidaya Jamur Tiram
Formulasi

I
II
III
IV

Serbuk
kayu
(kg)
100
100
100
100

Tapioka
(kg)

Bekatul
(kg)

Kapur
(kg)

Gips
(kg)

TSP
(kg)

5

15
5
10
10

5
2.5
2.5
5

1
0.5
0.5
1

0.5
0.5
0.5

Sumber : Cahyana et. al (1999)
Pada Tabel 2 terdapat berbagai formulasi media untuk pertumbuhan
jamur tiram. Hal tersebut berdasarkan pengalaman masing – masing pengusaha
yang dilakukan di tempat yang berbeda yang lebih menguntungkan. Berdasarkan
Tabel 2 dapat dipilih salah satu formulasi yang sesuai dengan kondisi tempat
budidaya.
b. Alat
Peralatan dalam budidaya jamur tiram putih pada umumnya menggunakan
alat-alat sederhana yang mudah diperoleh seperti :
1. Jarum Inokulasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Jarum inokulasi digunakan untuk menginokulasi miselium jamur
ke media, maksudnya mengambil potongan agar-agar yang telah
ditumbuhi miselium dan memindahkannnya ke media agar-agar.

2. Sprayer
Sprayer digunakan untuk menyemprotkan alkohol 70% ke dalam
ruangan agar ruangan menjadi steril. Penyemprotan ini dilakukan satu
jam sebelum melakukan inokulasi.
3. Timbangan
Timbangan 150 kg digunakan untuk menimbang bahan-bahan
yang akan digunakan untuk pembuatan media tanam atau media bibit
jamur, sedangkan timbangan 2 kg digunakan untuk menimbang hasil
panen jamur.
4. Alkohol 70%
Alkohol

ini

digunakan

untuk

pekerjaan

aseptik,

misalnya

mencelupkan jarum inokulasi, selain itu digunakan untuk mensterilkan
tangan yang akan melakukan pekerjaan inokulasi.
5. Saringan Pengayak
Saringan pengayak digunakan untuk mengayak serbuk gergaji
agar seragam ukurannya dan tidak tercampur dengan bahan ikutan
lainnya seperti kayu atau kerikil. Saringan ayakan dapat dibuat dengan
menggunakan kawat ayakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang
1,5 meter dan lebar 1 meter.
6. Autoklaf
Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media. Contoh bahanbahan yang dapat disterilkan dengan autoklaf adalah kapas, sumber

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

karet, serbuk kayu, baglog, media bibit dan botol bibit. Kapasitas autoklaf
yang digunakan adalah 500 baglog.
7. Termometer
Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur suhu udara di dalam
bangunan atau kumbung jamur.
8. Higrometer
Alat ini digantung dalam ruangan dan digunakan untuk mengukur
kelembaban ruangan penanaman atau ruang inkubasi.
2. Proses pengomposan
Sebelum ditanam bibit, bahab-bahan media tanam tersebut di komposkan
terlebih dahulu selama 15 hari dengan tahapan sebagai berikut :
a. Serbuk gergaji yang telah benar-benar kering direndam dengan air
bersihdidalam suatu wadah selama 1 malam.
b. Tiriskan

(sampai

dikepal

tidak

pecah),

selanjutnya

tambahkan

tambahkankapur beserta bekaltul dan diaduk sampai rata. Biarkan dalam
tumpukan selama 5 hari.
c. Tumpukan diaduk kembali dengan ditambahkan pupuk TSP dan biarkan
selama 5 hari.
d. Bahan diaduk kembali dan tambahkan gips. Biarkan lagi tumpukan itu
sampai 5 hari, maka proses pengomposan telah selesai.
3. Proses Pembungkusan
Bahan-bahan media tanam yang telah dikomposkan dimasukkan ke
dalam kantong plastik. Kantong plastik pada kedua ujung pangkalnya ditekuk
kedalam, sehingga setelah diisi dan dipadatkan kantong plastik dapat berdiri
seperti botol. Kantong plastik diisi kurang lebih ¾ bagian, kemudian yang ¼
bagiannya ditekuk ke dalam.Untuk meletakkan kantong plastik yang telah diisi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

(polibek) pada posisi terbalik yaitu bagian yang ditekuk/ dilipat kedalam
ditempatkan dibawah.
4. Proses Sterilisari
Siapkan

alat

dru