EFEKTIFITAS PROSES MANAJEMEN MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) : Studi Komparatif pada MAN Model dan MAN Reguler di Kota Bandung.

EFEKTIFITAS PROSES MANAJEMEN

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)
(Studi Komparatif pada MAN Model dan MAN Reguler di Kota Bandung

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

M. Syarifuddin
NIM: 999.477

PPROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2002

LEMBAR PERSETUJUAN


DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembin ibing I

Prof. Dr. H. Tb. Ab in Syamsudin Makmun, MA.
NIP^TCtfl88292
pNsc

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Djam'an Satori, MA
NIP 130256639

PERSETUJUAN KETUA PROGRAM STUDI

DISETUJUI OLEH

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Prof. Dr. H. Tb.

Makmun, MA.
188292

ABSTRAK

EFEKTIFITAS PROSES MANAJEMEN MADRASAH
ALIYAH NEGERI (MAN)

(Studi Komparatif pada MAN Model dan MAN Reguler di Kota
Bandung)
Oleh: M. Syarifuddin
NIM 999477

Sesuai kajian latar belakang penelitian, maka pada penelitian ini
rumusan masalahnya yaitu "Bagaimanakah keefektifan proses manajemen


Madrasah Aliyah Negeri (MAN) IModel dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2di
Kota Bandung. Dari rumusan masalah tersebut dirumuskan masalah yang lebih
spesifik sebagai berikut: 1). Bagaimanakah tingkat keefektifan proses
manajemen dalam hal : Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan

Evaluasi secara bersama-sama pada MAN model dan reguler di kota Bandung
2). Bagaimanakah tingkat keefektifan proses perencanaan (planning) pada MAN
model dan reguler di kota Bandung. Yang mencakup: kerjasama, program kerja
dan implementasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan di MAN reguler
dan MAN Model? 3). Bagaimanakah tingkat keefektifan proses pengorganisasian
{organizing) pada MAN model dan reguler di Bandung, yang meiiputi- job
deskripsi, fasilitas, dan kompetensi di MAN reguler dan MAN model? 4)
Bagaimanakah tingkat keefektifan proses pelaksanaan {actuating) pada MAN
model dan reguler di kota Bandung mencakup: kepemimpinan, personality dan
kesejahteraan baik di MAN reguler maupun di MAN Model? Dan 5)
Bagaimanakah tingkat keefektifan proses penilaian (evaluasi/controlling) pada
MAN model dan reguler di kota Bandung menyangkut: disiplin, pelayanan
belajar, humas, dan pembinaan di MAN reguler dan MAN model?


Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan dan
menganalisis keefektifan manajemen Madrasah Aliyah Negeri model dan reguler
di Kota Bandung yang berada di Bandung, dibawah binaan Kantor Wilayah
Departemen Agama Propinsi Jawa Barat.

Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Komparatif berdasarkan
propesi responden yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan pegawai
adminitratif. Penelitian ini bersifat ex post facto, karena peristiwanya telah terjadi
dan dalam penelitian ini tidak dilakukan pengendalian atau manipulasi terhadap
vanabelnya. Data dikumpulkan dengan pengukuran langsung terhadap

responden berdasarkan pengalaman telah lalu yang dimiliki.

Dari hasil analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

keefektifan Madrasah Aliyah Negeri di Bandung secara umum termasuk kategori

efektif. Terdapat perbedaan yang signifikan antara keefektifan MAN Model
dengan Reguler yaitu MAN Model dengan rata-rata skor sebesar 184 495 lebih


efektif dibanding MAN Reguler dengan skor 173.3231, artinya hipotesis diterima
Data kedua kelompok tersebut termasuk normal dan homogen. Data penelitian
menunjukkan bahwa dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan pada Madrasah Aliyah Negeri telah dilakukan secara efektif

Dengan demikian kepala sekolah telah melaksanakan tugasnya mengarah pada
sasaran yang telah ditentukan bersama.

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN DARI PEMBIMBING
ABSTRAK

KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH

'
'"

DAFTAR ISI


Vl

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

x
x"

XIII

BAB I PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah

1
10


C. Tujuan Penelitian

^

D. Kegunaan Penelitian
E. Asumsi Penelitian
F. Hipotesis Penelitian
G. Keterbatasan Penelitian

13
13
14
14

H. Paradigma Penelitian

^

BAB II KAJIAN PUSTAKA


17

A. TINJAUAN TEORITIS
1. Manajemen Madrasah (Sekolah)
a.
b.
c.
d.

Perencanaan (Planning)
Pengorganisasian (Organizing)
Penggerakkan (Actuating)
Pengawasan (Controlling)

2. Efektifitas Manajemen Madrasah (Sekolah)
a. Konsep Efektifitas Pendidikan
b. Efektifitas Madrasah (Sekolah)
c. Karakteristik Kriteria Efektifitas Madrasah
3. Status Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional

4. Kesimpulan Hasil Kajian Teoritik

17
17

26
32
34
37

40
40
44
48
52
57

B. TINJAUAN EMPIRIK
1. Madrasah Aliyah Negeri (Model) 1 Bandung
2. Madrasah Aliyah Negeri (Reguler) 2 Bandung


59
59
62

C. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

66

A. Desain Penelitian
B. Populasi dan Sampel

66
66

C. Lokasi Penelitian


cn

69
X

D. Variabel Penelitian
E. Instrumen Penelitian
F. Uji Coba Instrumen
G.Kategori Rerata Skor

BAB IV PEMBAHASAN DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Penanggungjawab Madrasah Aliyah

B. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri Bandung ....

1.
2.

69
6g
70
76

78
78

80

Madrasah Aliyah Negeri 1 (Model) Bandung
Madrasah Aliyah Negeri 2 (Reguler) Bandung

80
87

C. Manajemen Madrasah Aliyah
D. Perencanaan Madrasah
E. Pengorganisasian Madrasah Aliyah Negeri
F. Penggerakan dan Kepemimpinan
G. Pengawasan (Contrail) Madrasah
H. Rekapitulasi Rerata Jumlah Skor dan Simpangan Baku .

89
g7
102
105
109
112

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI .,:
A. Kesimpulan
B. Implikasi Penelitian
C. Rekomendasi Penelitian

114
114
-j16
118

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

121
125

DAFTAR TABEL
Nomor

u .

Halaman

3.1

Keadaan Responden dan Sampel Penelitian

67

3.2

Sampel Penelitian

68

4.1

Keadaan Siswa MAN 1(Model) Bandung

84

4.2

Keadaan Siswa MAN 2 (Reguler) Bandung

88

4.3
4.4

Kriteria Keefektifan Manajemen Madrasah Aliyah
92
Keadaan Fasilitas Madrasah Aliyah Negeri Bandung 96

4.5

Kriteria keefektifan perencanaan Madrasah Aliyah

98

4.6

Kriteria keefektifan pengorganisasian
Madrasah Aliyah

103

4.7

Kriteria keefektifan penggerakan dan kepemimpinan

Madrasah Aliyah

106

4.8

Kriteria keefektifan pengawasan Madrasah Aliyah

110

4.9

Rekapitulasi rerata jumlah skore dan simpangan baku
keefektifan Madrasah Aliyah Negeri 1(MAN Model)

Bandung

4.10 Rekapitulasi rerata jumlah skore dan simpangan baku

112

keefektifan Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN Model)
Bandung
113

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.1

Paradigma Penelitian

16

3.1

Variabel Penelitian

69

3.2

Kategori Rentangan Skore

77

4.1

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama

78

4.2

Struktur Organisasi DEPAG Tingkat Provinsi

79

4.3

Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri

85

4.4
4.5

Struktur Organisasi PSBB Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) Model Bandung

Struktur Organisasi Bidang Keterampilan

Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN) Model Bandung

Xlll

86

87

^DlO/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan
pembangunan sumber daya manusia (SDM) melalui program pendidikan
yang diselenggarakan di sekolah, untuk mencapai tujuan pendidikan

memerlukan manajemen sekolah yang handal dan profesional yang
tampak pada tingginya kualitas pelayanan belajar dan kualitas manajerial
sekolah yang dibuktikan oleh mutu lulusan memenuhi kualifikasi yang
dipersyaratkan.

Peningkatan

mutu atau kualitas pendidikan artinya untuk

meningkatkan pelayanan pendidikan dalam bentuk kegiatan belajar
mengajar dikelas dan pelayanan teknis operasional pendidikan yang
membawa iklim perubahan dimasyarakat diperlukan manajer sekolah

(kepemimpinan) yang mempunyai visi, misi serta wawasan strategik
dalam mengelola pendidikan.

Sejarah peradaban manusia menunjukan bahwa masyarakat selalu
berubah, bahkan dalam beberapa dasawarsa terakhir, perubahan tersebut
meningkat dengan pesat teriebih lagi dengan munculnya istilah reformasi.

Tingkat perubahan yang dialami masyarakat tidak sama, dimana
sebagian masyarakat masih berada pada tahap perubahan dari
masyarakat agraris-tradisional ke masyarakat industri-modern. Pada saat
yang sama, masyarakat yang lain berada pada tahap perubahan dari

masyarakat industri-modern menuju era informasi dan globalisasi.

Kontribusi pendidikan terhadap perubahan yang dialami masyarakat
member! arti penting, karena semakin terdidik masyarakatnya, maka
semakin cepat masyarakat tersebut beradaptasi terhadap perubahan,
tetapi bagi masyarakat yang tidak terdidik mereka hanya sedikit disentuh
oleh perubahan.

Dengan demikian tampak bahwa sampai tingkat tertentu, perbedaan
tingkat perubahan masyarakat tersebut disebabkan perbedaan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teriepas dari perbedaan

tingkat perubahan tersebut, cepat atau lambat setiap masyarakat akan
dihadapkan pada era informasi dan globalisasi, yang tidak terelakkan oleh

setiap masyarakat di dunia. Pola kehidupan manusia oleh Sutrisno, (1990)
akan berubah sejalan dengan sifat dan ciri dari era informasi dan

globalisasi. Dimana masyarakat sedang dihadapkan pada suatu fase

tranformasi yang mendasar, karenanya setiap manusia dihadapkan pada
keharusan untuk dapat menemukan suatu sistem maupun struktur dunia
di masa yang akan datang. Singkatnya, setiap masyarakat dituntut untuk

berusaha menentukan sikap dengan setepat-tepatnya dalam menghadapi
perubahan global tersebut.

Keberhasilan

suatu masyarakat mengahadapi perubahan dan

mengatasi tantangan ini, antara lain, ditentukan oleh kemampuan sumber

daya manusia (SDM). Di Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang, tidak akan lepas dari tantangan seperti itu. Dan upaya
peningkatan sumber daya manusia pada hakekatnya telah digariskan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea IV yaitu membentuk

suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini juga
dijabarkan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 Bab II
Pasal 4 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan banqsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
h!l9 * TJa? ubertac*wa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekert. luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Dengan rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas
menggambarkan bahwa perkembangan pendidikan nasional di Indonesia

lebih menekankan pada terciptanya SDM yang berkualitas, dalam arti
manusia yang kreatif, inovatif, menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan berkeinginan untuk maju. Pelaksanaan pendidikan
dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini menteri yang menyelenggarakan
satuan pendidikan yang bersangkutan, didukung oleh orang tua dan
masyarakat Indonesia, agar bangsa Indonesia dapat sejajar dengan
bangsa-bangsa lainnya.

Manheim, Karl (1985:119) mengatakan pendekatan terhadap
perubahan dapat dilakukan dengan memusatkan analisa pada
masyarakat, dalam ruang lingkup demikian terjadinya perubahan akan

dapat diamati dan dirumuskan. Dessler, Gary (1997:19) mengemukakan

bahwa peran manajemen SDM berubah dari pelindung dan penyaring
menjadi perencana dan agen perubahan. Untuk menghadapi tantangan

perubahan tersebut, upaya peningkatan keefektifan penyelenggaraan
program pendidikan di sekolah menjadi tema sentral dalam proses
pembangunan pendidikan.

Institusi sekolah dan madrasah merupakan bagian dari agen
perubahan dalam membangun SDM. Kebanyakan madrasah di Indonesia

pada mulanya dibangun oleh masyarakat atau yayasan swasta untuk
pendidikan

agama

perkembangannya

Islam

madrasah

bagi

anak-anak

sebagai

agen

mereka.

Dalam

perubahan

mulai

mengajarkan mata pelajaran umum selain mata pelajaran pokok yaitu
agama Islam untuk meningkatkan statusnya menjadi setara dengan
Sekolah Menengah Umum lainnya. Dengan berlakunya kurikulum tahun
1994 Madrasah diwajibkan untuk memberikan mata pelajaran umum
sesuai kurikulum tersebut.

Dalam upaya memantapkan posisi madrasah sebagai agen
pembaharuan menyelenggarakan program pendidikan, maka keefektifan

pendidikan diukur dari kemampuan kepemimpinan (strong leadership)
kepala sekolah sebagai manaier lembaaa pendidikan meniadi taruhan

menqhadapi persoalan tersebut. hal itu dilakukan denoan mftngnji
kemampuannya untuk memberdavakan funasi-funqsi manaiemen dalam
menvelenqqarakan program pendidikan di sekolah

Karena kepala madrasah adalah kepala dari lembaga, maka ia

adalah pimpinan yang mengambil peran dalam seluruh pelayanan
madrasah. Kepala madrasah memulai perencanaan seluruh pelayanan

sekolah dan mempunyai 3 peran penting yaitu sebagai pimpinan

administrasi, sebagai pengerah sumber daya, dan sebagai pemimpin
pendidikan. Struktur organisasi madrasah seharusnya fungsional bukan

birokratik, artinya seluruh guru dan siswa hams dapat berhubungan
langsung dengan kepala madrasah dimana mereka setiap saat
membutuhkan informasi, komunikasi, dan bimbingan. Hams ada

kesempatan yang luas bagi guru untuk saling interaksi dan konsultasi
dengan kepala sekolah.

Dalam upaya mencerdaskan masyarakat institusi pendidikan
terutama madrasah atau sekolah menduduki posisi penting, Wiranto
Arismunandar (1990) mengemukakan pada dasarnya setiap manusia

dapat belajar sendiri, akan tetapi hanya sebagian kecil saja orang yang
berhasil mencapai tingkat pengetahuan dan kemampuan yang
diharapkan, sehingga pendidikan jalur sekolah secara berjenjang
merupakan sarana yang paling efektif untuk kepentingan kegiatan belajar
mengajar yang dapat secara teratur mentrasfer kebudayaan melalui

metode belajar, mengajar, sistem evaluasi untuk mengukur kemajuan
belajar, dan kurikulum yang terstruktur.

Bertolak dari arti penting posisi dan kedudukan penyelenggaraan
pendidikan jalur sekolah untuk mengelola program sekolah, maka

keefektifan penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam penyelenggaraan
program pendidikan nasional di sekolah perlu diwujud-nyatakan dalam

bentuk pelayanan belajar. Ketepatan implementasi kebijakan pendidikan
tersebut di sekolah merupakan faktor penentu bagi pencapaian tujuan
pendidikan nasional sebagai salah satu indikator keefektifan manajemen

sekolah, termasuk pengembangan kepemimpinan sekolah sebagai
manajer lembaga pendidikan di sekolah guna meningkatkan sumber daya
manusia (SDM).

Mengacu pada latar belakang tersebut, dalam kaitan ini kepala
madrasah sangat berperan untuk terciptanya harapan di atas, melalui
wewenang kepemimpinannya yang dapat menciptakan kinerja
manajemen ke arah pengembangan tersebut. Kepala madrasah
menyediakan bantuan profesional dan keahlian kepada guru dan siswa

dalam proses belajar mengajar, dengan pusat perhatian pada mutu
pendidikan untuk siswa. Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990
pasal 12 ayat 1, 2, dan 3 menyatakan :

1. Pimpinan sekolah menengah terdiri atas kepala sekolah dan
seorang atau lebih wakil kepala sekolah berdasarkan kebutuhan

2. Pimpinan sekolah dibantu oleh tenaga kependidikan lainnya dan
tenaga administrasi.

3. Susunan organisasi, tugas dan wewenang sekolah menengah

yang diselenggarakan oleh pemerintah ditetapkan oleh menteri
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari PP tersebut menggambarkan bahwa struktur kepemimpinan
madrasah terdiri dari kepala dan wakil kepala berdasarkan kebutuhan,
artinya dapat saja madrasah hanya dipimpin oleh kepala tanpa wakil
kepala, pimpinan dibantu oleh seluruh guru dan tenaga kependidikan
menyelenggarakan program pendidikan.

Dalam kaitannya dengan tanggungjawab kegiatan penyelenggaraan
program pendidikan, kepala madrasah mengelola dalam ruang lingkup

administrasi sekolah dan pelayanan kegiatan belajar mengajar yang terdiri
atas komponen-komponen Administrasi kesiswaan, kepegawaian,

kesejahteraan guru, program pengajaran/kurikulum, media pengajaran,
buku penunjang pelajaran, sarana dan prasarana, keuangan, tata usaha,
hubungan madrasah dan masyarakat, serta pengelolaan lingkungan
madrasah.

Dalam kaitan tanggungjawab dan tugas kepala madrasah,
sebagaimana telah dikemukan di atas, Menteri Agama mengeluarkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 370 tahun 1993, dalam Bab Vpasal 7
ayat 1) di kemukakan Kepala Madrasah Aliyah bertanggung jawab atas :
1. Penyelenggagaan kegiatan pendidikan yang meiiputi •
a. Penyusunan program kerja madrasah"

b. Pengaturan

kegiatan

belajar mengajar, pelaksanaan

penilaian hasil belajar, serta bimbingan penyuluhan-

c. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Madrasah (RAPBM);
d. Pendayagunaan perpustakaan madrasah

J

2. Pembinaan kesiswaan;

3. Pelaksanaan bimbingan dan penilaian atas guru dan tenaqa
kependidikan lainnya;

y

4. Penyelenggaraan administrasi madrasah yang meiiputi
administrasi ketenagaan, keuangan, kesiswaan, pelengkapan
kurikulum dan perpustakaan;
5. Perencanaan
pengembangan,
pendayagunaan, dan
pemeliharaan sarana dan prasarana;

6. Pelaksanaan hubungan madrasah dengan lingkungan, orang tua
dan/atau masyarakat;

7. Pemeliharaan keamanan, ketertiban dan suasana keagamaan.

Oleh sebab itu, lembaga pendidikan sebagaimana juga madrasah

berfungsi untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui proses
penerapan fungsi-fungsi manajemen yang efektif, dan untuk memenuhi

tuntutan keefektifan tersebut lembaga pendidikan itu (Madrasah) hams
dipimpin oleh seorang manajer yang memiliki visi dan kualifikasi untuk

tugas tersebut, maka dalam pelaksanaan mengelola madrasah apakah

sesuai dengan teori-teori manajemen sebagai yang dikemukaL!|&^l
para ahli dan dilaksanakan oleh administratuur modern, atau rru

hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya menjadi alasan penting bagi
peneliti untuk melakukan penelitian keefektifan manajemen madrasah.

Mengacu pada latar belakang tersebut di atas, peneliti ingin
melakukan penelitian tentang Efektifitas Proses Manajemen Madrasah

Aliyah (MAN), dengan melakukan Studi Komparatif pada MAN 1

(Model) dan MAN 2 (Reguler) di Bandung. Penelitian ini menjadi
penting, didasarkan pada pertimbangan bahwa baik Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Model maupun Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Reguler
selama ini terdapat dual sistem manajemen yang terdapat dikedua

lembaga pendidikan tersebut yaitu pengelolaan dengan konsep model dan
pengelolaan secara reguler.

Sekolah dan Madrasah merupakan dua istilah dengan arti yang
sama yaitu sebagai penyelenggara pendidikan di kelas. Penelitian ini

dilakukan di lembaga pendidikan yang bernama madrasah yang
sebenarnya juga adalah sekolah, persoalan madrasah dan sekolah adalah

persoalan yang sama dalam pendidikan yang tidak luput dari berbagai
kendala manajemen.

Oleh karena dua istilah yang mengandung makna yang sama tetapi
dengan latar belakang berdirinya yang berbeda seperti pengertian kata

sekolah dan madrasah sebagaimana dikemukakan dalam Ensiklopedi
Indonesia (1984:3060) Sekolah adalah tempat anak didik mendapat
pelajaran yang diberikan oleh guru, jika mungkin guru yang berijazah.

Pelajaran hendaknya diberikan secara pedagogik dan didaktik. Tujuannya
untuk mempersiapkan anak didik menurut bakat dan kecakapannya
masing-masing, agar mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat. Menurut

badan pimpinannya, terdapat sekolah pemerintah, sekolah agama, dan
sekolah swasta. Sedangkan menurut macam pelajarannya terdapat
sekolah umum dan sekolah kejuruan.

Sedangkan madrasah menurut buku yang sama diistilahkan

sebagai sekolah agama Islam, yang pertama kali didirikan di Persia pada
awal abad ke 11. Di Indonesia madrasah sebagai istilah khusus untuk

sekolah-sekolah agama Islam. Atas dasar tingkatannya, madrasah di

bedakan menjadi tiga yaitu: Ibtidaiyah setingkat Sekolah Dasar,
Tsanawiyah setingkat Sekolah Lanjutan Pertama, dan Aliyah setingkat
Sekolah Lanjutan Atas (sekarang SMU). Madrasah merupakan perpaduan
antara pendidikan sistem pesantren (pondok) yang khusus mengajarkan
agama Islam dengan sistem pendidikan yang mengajarkan ilmu
pengetahuan umum. (Ensiklopedi Indonesia 1984:2078)

Dengan demikian, Madrasah Aliyah Negeri adalah lembaga
pendidikan yang setara dengan SMU atau SLTA mempunyai spesifikasi
penekanan berimbang antara mata pelajaran agama Islam dengan mata

pelajaran umum. Tetapi dalam perkembangannya Madrasah Aliyah
adalah merupakan lembaga pendidikan yang sama dengan SMU dengan
kurikulum yang sama pula, hanya bercirikan agama.

Di Jawa Barat ditemui sejumlah 754 Madrasah Aliyah terdiri dari

83 MAN, 642 MAS, dan 29 MAK (Madrasah Aliyah Khusus/Keagamaan).

Dari 83 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) terbagi menjadi dua

yaitu: 79 MAN Reguler dan 4 MAN Model, termasuk di dalamnya

I Banten. Adapun tempat pelaksanaan MAN model itu berada pada 4
lokasi sebagai berikut: 1). Bandung MAN I Cijerah Bandung; 2). MAN
Cipasung Tasikmalaya; 3). MAN Ciwaringin Cirebon; dan

4). MAN 2

Serang.

Ke

empat

MAN

model

tersebut, mempunyai dasar hukum

berdiriannya dengan Surat Keputusan yang sama, yaitu SK Dirjen
Binbaga Islam Nomor E.IV/PP.006/Kep/17A/1998, Tahun 1998. Yang
pada akhirnya MAN Model akan dijadikan madrasah percontohan dalam

pengelolaan dan pelaksanaan serta sandar peralatan yang diperlukan.

B. Perumusan Masalah

Sesuai latar belakang penelitian, masalah pokok yang dipelajari
dalam

penelitian

ini

rumusan masalahnya yaitu "Bagaimanakah

keefektifan proses manajemen Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Model
dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 di Kota Bandung, masalah tersebut
dirinci lebih spesifik menjadi sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat keefektifan proses manajemen dalam hal
: Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Evaluasi

secara bersama-sama pada MAN model dan reguler di kota
Bandung.

2. Bagaimanakah

tingkat

keefektifan proses perencanaan

(planning) pada MAN model dan reguler di kota Bandung. Yang
mencakup: kerjasama, program kerja, dan implementasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan di MAN reguler dan MAN
Model?

3. Bagaimanakah tingkat keefektifan proses pengorganisasian

(organizing) pada MAN model dan reguler di Bandung, yang
meiiputi: job deskripsi, fasilitas, dan kompetensi di MAN reguler
dan MAN model?

4. Bagaimanakah

tingkat

keefektifan

proses pelaksanaan

(actuating) pada MAN model dan reguler di kota Bandung
mencakup: kepemimpinan, personality, dan kesejahteraan baik
di MAN reguler maupun di MAN Model?

5. Bagaimanakah tingkat keefektifan proses penilaian (evaluasi/

controlling) pada MAN model dan reguler di kota Bandung
menyangkut: disiplin, pelayanan belajar, humas, dan pembinaan
di MAN reguler dan MAN model?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan dan

menganalisis keefektifan proses manajemen Madrasah Aliyah Negeri
model dan reguler di Kota Bandung yang berada di Bandung, dibawah
binaan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat.

TT

2. Tujuan Khusus

Sedangkan secara khusus penelitian ini adalah untuk mengungkap
dan menganalisis serta memaknai efektifitas pengelolaan MAN model dan

MAN reguler di kota Bandung dengan dual sistemnya, sehingga tujuannya
adalah:

a. Menemukan tingkat keefektifan proses manajemen dalam hal:

Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Evaluasi
secara bersama-sama pada MAN model dan reguler di kota
Bandung.

b. Menemukan tingkat keefektifan proses perencanaan (planning)
mencakup: kerjasama, program kerja, dan implementasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan di MAN reguler dan MAN
Model.

c. Menemukan tingkat keefektifan proses pengorganisasian
(organizing) yang meiiputi: job deskripsi, fasilitas, dan
kompetensi di MAN reguler dan MAN model

d. Menemukan tingkat keefektifan proses pelaksanaan (actuating)
mencakup: kepemimpinan, personality, dan kesejahteraan baik
di MAN reguler maupun di MAN Model.

e. Menemukan tingkat keefektifan proses evaluasi/controlling
menyangkut: disiplin, pelayanan belajar, humas, dan pembinaan
di MAN reguler dan MAN model.

TT

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:
a. Pengembangan ilmu

1. Para ahli manajemen pendidikan dan peneliti yang menaruh
perhatian pada pengembangan ilmu manajemen pendidikan
yang bermanfaat bagi institusi penyelenggara program
madrasah dan sekolah.

2. Peneliti sendiri dalam mengembangkan wawasan keilmuan

manajemen dan administrasi pendidikan temtama pada
masalah keefektifan manajemen madrasah/sekolah dibidang
proses manajemen pendidikan.

b. Para Praktisi

1- Para pengambil kebijakan pendidikan, baik pada tingkat
nasional maupun regional yang berkaitan dengan pengelolaan
Madrasah Aliyah.

2. Para guru, pengamat pendidikan, dan pelaksana pendidikan

baik pemerintah, swasta dan organisasi kemasyarakatan yang
mempunyai minat kuat terhadap manajemen pendidikan.
E. Asumsi Penelitian

1. Semakin baik proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
pada MAN Model maupun Reguler semakin efektif manajemen
madrasah.

2. Semakin baik proses perencanaan madrasah semakin dekat
kemungkinan pencapaian tujuan yang ditetapkan.

3. Semakin baik pengorganisasian kerja pada madrasah semakin

efektif pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada setiap
personel.

4. Semakin baik penggerakan dan kepemimpinan semakin dapat
menumbuhkan semangat kerja bagi personel.

5. Semakin baik pengawasan pada madrasah semakin sedikit resiko
kegagalan dalam melaksanakan tugas yang diebebankan.
F. Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan yang signifikan tentang keefektifan manajemen
MAN Model dengan MAN Reguler.

2. Ada perbedaan yang signifikan tentang keefektifan perencanaan
MAN Model dengan MAN Reguler.

3. Ada

perbedaan

yang

signifikan

tentang

keefektifan

pengorganisasian MAN Model dengan MAN Reguler.

4. Ada perbedaan yang signifikan tentang keefektifan penggerakan
dan kepemimpinan MAN Model dengan MAN Reguler.

5. Ada perbedaan yang signifikan tentang keefektifan pengawasan
MAN Model dengan MAN Reguler.
G. Keterbatasan Penelitian

1. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan terhadap
kelompok populasi yang lebih luas ataupun terhadap keefektifan

TT

Madrasah Aliyah diluar objek penelitian karena keterbatasan
penelitian ini.

2. Instrumen penelitian disusun dan dikembangkan oleh peneliti
dengan mengacu kepada indikator-indikator yang
dikembangkan dari teori-teori yang dipelajari oleh peneliti.
Ketidak sempurnaan atau kelemahan instrumen merupakan
keterbatasan penelitian ini.

3. Penelitian ini tidak dapat mengungkapkan semua variabel yang
berpengamh terhadap keefektifan Madrasah Aliyah pada objek
penelitian.

4. Data yang diperoleh melalui instrumen didukung dokumen,
obsevasi, dan wawancara langsung peneliti berdasarkan
persepsi responden yang dituangkan melalui instrumen

penelitian/angket. Kekeliman persepsi terhadap hasil observasi

dan wawancara serta intrumen lainnya merupakan keterbatasan
penelitian ini.

5. Keterbatasan penelitian ini juga terletak pada terbatasnya
unsur-unsur organisasi Madrasah Aliyah.

H. Paradigma Penelitian

Dengan bertitik tolak dari latar belakang pada uraian terdahulu,
maka paradigma penelitian nya dapat digambarkan sebagai berikut
(Gambar: 1.1)

ttt

Gambar: 1.1

PARADIGMA PENELITIAN
Kerjasama,

Program kerja

Strategic
Planning

Job Deskripsi,

dan

Fasilitas, dan

Implementasi.

Kompetensi

Penggerakan

(Actuating)

Keefektifan

Manajemen
MAN

Organisational
Structure

i

Kepemimpinan,
Personality, dan
Kesejahteraan

Strategic
Control

Disiplin, Laya
nan belajar, Hu
mas, dan
Pembinaan

+*"'10'*

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang dikemukakan

pada Bab I, penelitian ini ingin mengungkapkan Keefektifan Manajemen
Madrasah Aliyah Negeri. Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif
Komparatif berdasarkan propesi responden yang terdiri dari kepala
sekolah, guru dan pegawai adminitratif. Penelitian ini bersifat ex post
facto, karena peristiwanya telah terjadi dan dalam penelitian ini tidak
dilakukan pengendalian atau manipulasi terhadap variabelnya. Data
dikumpulkan dengan pengukuran langsung terhadap responden
berdasarkan pengalaman telah lalu yang dimiliki.

B. Populasi dan Sampel

Penelitian ini mengambil tempat pada Madrasah Aliyah Negeri di
Kota Bandung dan dilaksanakan pada Bulan Agustus s/d Desember 2001.
1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru pada MAN 1dan MAN 2
Kota Bandung tahun ajaran 2000-2001.
2. Sampel

Penarikan sampel menurut Donald Ary (1985) adalah tindakan menarik
sebagian dari populasi dan mengamatinya, kemudian mengeneralisasikan

hasil pengamatan itu dari populasi induk. Pernyataan Donald Ary tersebut
66

-rrr

menunjukkan bahwa seluruh populasi tidak perlu untuk diamati, tetapi
cukup sebagian saja. Tujuan penarikan sampel dari populasi ini adalah

untuk memperoleh informasi mengenai populasi. Tuckman (1978)
mengatakan bahwa sampel dapat diambil minimal 10% dari populasi, dan

Arikunto (1992) mengatakan jika jumlah subjek lebih dari 100, maka dapat
diambil sampel sebesar 10%-15% atau 20% sampai 25%. Karena
populasinya kurang dari 100 orang, maka dalam penelitian ini memakai
sampel total.
Tabel: 3.1

Keadaan Responden dan Sampel Penelitian
No.

Mata Pelajaran

Polpulasi
MAN1

MAN2

Pendidikan
Pancasila
Bahasa dan

Jumlah

Populasi/Sampel
10

10

sastra

Indonesia
3.

Bahasa Arab

12

Bahasa Inggeris
Sejarah

10

nasional dan
umum

6.

Sejarah

11

Kebudayaan
Islam

Matematika

10

IPA

10

IPS
10.

10

Pendidikan

10

Kewarganegara
an

11.

13.

Qur.an Hadits
Fiqih
Aqidah Akhlak

14.

Seni dan

15.

Pendidikan
Jasmani dan
Kesehatan

12.

12
13

11

Ketrampilan

Jumlah

91

65

156

•OB"

Penetapan sampel pada penelitian ini lebih dulu ditentukan ciri secara

purpossive yaitu dengan melihat bidang tugas dari masing-masing guru
dan golongan kepangkatannya. Sugiyono (1992) mengemukakan bahwa
purpossive sampling adalah penentuan sampel dengan tujuan tertentu,
Arikunto (1993:113) mengemukakan purpossive sampling adalah:

a' SS^^fJST1
hamSmerupakan
didasarkanciriatas
ciri-cir'
'. sifat-sifat, atau
karakteristik tertentu yang
pokok
populasi
tnhS yan9 di!mbH Sbagai samPel benar-benar merupakan

XopS(CttTmengandung cin'-ciri yang terda^at

C' SendXiStik P°PU,aSi dil3kUkan d6n9an "™< di dalam
Kerlinger (1973) mengemukakan purpossive sampling adalah
sampel yang meiiputi kelompok yang diduga sebagai anggota.

Mengacu pada pengertian purpossive sampling maka sampel
penelitian ini ditentukan ciri-cir, dan sifat-sifatnya bagi guru mata pelajaran.
Seperti tampak pada tabel tersebut dijumpai sebanyak 15 mata pelajaran
baik pada MAN 1 dan 2, oleh karena itu secara purpossive sampel
ditentukan seluruh guru pada setiap mata pelajaran.
Tabel: 3.2

Sampel Penelitian
Responden
Populasi

Sampel

1.

MAN 1

91

2.

91

MAN 2

65

65

156

156

Jumlah

Dengan demikian dari 156 populasi ditentukan seluruh guru
(sampel total) pada setiap guru mata pelajaran, maka sampel dalam
penelitian ini secara purpossive ditentukan sebanyak 156 orang guru
terdiri dari 91 orang guru MAN 1dan 65 orang guru MAN2.

TJ^"

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di Madrasah Aliyah Negeri I
Bandung yang berlokasi di Cijerah Bandung sebagai MAN model dan

Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandung yang berlokasi di desa Cipadung
Kecamatan Cibim Bandung sebagai MAN reguler. Kedua MAN tersebut di
atas berada di Wilayah Kota Bandung propinsi Jawa Barat.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada lima variabel yang akan diteliti yaitu:
Gambar: 3.1

I

Variabel Penelitian
Variabel

Kode

Keefektifan Manajemen Madrasah

X1

Keefektifan Perencanaan Madrasah

X2

Keefektifan Pengorganisasian

X3

Keefektifan Penggerakan

X4

Keefektifan Pengawasan

X5

E. Instrumen Penelitian

Leedy (1985) mengemukakan penelitian dengan menggunakan
metode deskripsi survey dapat menggunakan angket (teknik pengumpulan
pendapat) dalam memperoleh data. Desain penelitian ini adalah penelitian
deskriptif survey bersifat ex post facto dengan komparatif, maka untuk

pengumpulan data digunakan angket. Data yang digunakan dalam

penelitian ini dalam bentuk data primer dikumpulkan menggunakan
instrumen. Data sekunder dikumpulkan melalui dokumentasi dari

Madrasah Aliyah dan instansi terkait yang digunakan sebagai penimbang
(judgment) terhadap data primer.

Instrumen pengumpulan data disusun oleh peneliti yang
dikonsultasikan dengan pembimbing. Instrumen penelitian ini berbentuk

angket dengan jawaban berskala lima yaitu: Sangat Setuju (SS) diberi
skor 5 behavior itu ditampakan secara positif termasuk kategori sangat
berKeefektifan, Setuju (S) diberi skor 4 behavior itu lebih banyak
ditempatkan daripada tidak, termasuk kategori Keefektifan baik sekali,
Kadang-kadang (KD) diberi skor 3behavior itu antara ditampakan dengan
relatif sama, termasuk kategori berKeefektifan, Kurang setuju (KS) diberi
skor 2 behavior itu lebih banyak tidak ditampakan, termasuk kategori
kurang berKeefektifan, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
behavior itu tidak tampak, termasuk kategori tidak berKeefektifan.
F. Uji Coba Instrumen

Uji coba dilakukan untuk melihat apakah alat ukur sudah benar-

benar dapat mengukur apa yang akan diukur dan dapat dipercaya, maka

dilakukan uji validitas (kesahihan) dan uji reliabilitas (keajeganketerandalan). Setelah instrumen diujicobakan, selanjutnya dianalisis

dengan melakukan pengkajian kesahihan dan keterandalan. Ary (1985),
Moore (1983), dan Hadi (1989) mengemukakan bahwa kesahihan

instrumen dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang
digunakan sudah mencerminkan keseluruhan isi yang dikaji. Instrumen
dikatakan sahih apabila instrumen itu memberikan hasil yang relatif sama
meskipun digunakan untuk mengukur berulangkali dalam hal yang sama.

Kesahihan ini diukur dengan cara mengetahui korelasi antar skor yang
diperoleh dari masing-masing butir pernyataan (item) dengan skor
keseluruhan angket.

Pengukuran reliabilitas (keterandalan) suatu instrumen
mencerminkan kemantapan, keajegan atau stabilitas hasil pengamatan

dari instrumen itu. Cara yang ditempuh dalam uji coba ini ialah dengan
cara ukur sekali, artinya menurut Hadi (1989) pengukuran dapat dilakukan
sekali melalui contoh-contoh butir yang diketik dari populasi butir dan

kemudian membandingkan hasil pengukuran butir contoh yang satu
dengan butir contoh yang lainnya.

Instrumen yang telah diujicobakan pada 30 guru MAN Sumedang,
pemilihan MAN tersebut sebagai sasaran uji coba instrumen didasarkan

pada beberapa pertimbangan: 1). Dilihat dari wilayah MAN Sumedang
berada di Jawa Barat, 2). Pedoman yang dipakai dalam pengelolaan MAN
adalah sama, 3). Dilihat dari segi status MAN Sumedang adalah sekolah
Negeri.

Setelah instrumen diujicobakan selanjutnya dianalisis dengan
melakukan pengkajian kesahihan dan keterandalan. Kesahihan instrumen
dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sudah
mencerminkan keseluruhan isi yang dikaji. Instrumen dikatakan sahih

apabila instrumen itu memberikan hasil yang relatif sama, meskipun
digunakan untuk mengukur berulangkali dalam hal yang sama (Ary, 1985,
Moore 1983, dan Hadi 1989). Kesahihan ini diukur dengan cara
mengetahui korelasi antar skor yang diperoleh dari masing-masing butir
pernyataan (item) dengan skor keseluruhan angket. Menurut Arikunto

(1989) dapat digunakan teknik pearson product moment, dengan rumus
sebagai berikut:

NZXY-(IX) (IY)
r=

_

V{NZX2-(IX)2}{NSY2-(SY)2}

Keterangan: r=koefisien korelasi antar skor butir dan skor total
X = Skor butir
Y = Skor total

N = Jumlah sampel.

Untuk menentukan kesahihan setiap butir pertanyaan nilai r yang
diperoleh (r) dibandingkan dengan rdari tabel (rt) pada taraf signifikansi
5%. Jika rh< rt (rh= r hitung dan rt= r tabel) maka butir pernyataan
tersebut dinyatakan gugur, sedangkan jika rh> dari rt, maka pernyataan
tersebut dinyatakan sahih.

Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap 51 butir pernyataan
pada instrumen "Keefektifan manajemen madrasah aliyah", bahwa 49 butir
pernyataan dinyatakan sahih, dan 2butir pernyataan yaitu nomor 14 pada
variabel perencanaan dan No. 31 pada variabel control dinyatakan
kurang. Jadi jumlah pernyataan yang dipakai dalam penelitian ini
sebanyak 49 butir pernyataan (lihat lampiran instrumen).

Pengukuran reliabilitas instrumen (keterandalan) mencerminkan

kemantapan dan keajegan atau stabilitas hasil pengamatan dari instrumen

itu. Cara yang ditempuh dalam uji coba ini ialah dengan cara ukur sekali,
artinya menurut Hadi (1991) pengukuran dapat dilakukan sekali dalam
contoh-contoh butir yang dipetik dalam populasi dan kemudian
membandingkan hasil pengukuran butir contoh yang satu dengan butir
contoh yang lain.

Reliabilitas (keterandalan) angket diukur dengan menggunakan
koefisien alpha dengan rumus:
rxx=

Qh2

QX2

Dimana :

rxx = Reabilitas tes

Qb22 =Variansi skor sejati
= variansi skor diamati

(Ary, 1985:228)

Koefisien reliabilitas instrumen ini tidak dapat diketahui dengan
membandingkan terhadap instmmen lainnya yang sejenis yang dapat
dijadikan sebagai instrumen kriterium. Dari analisis keterandalan angket
ternyata, bahwa angket dinyatakan reliabel dengan koefisien alpha
sebesar 0.8467 dari 49 item instrumen. Koefisien alpha ini menunjukkan
keterandalan yang tinggi berdasarkan kriteria konversi dari Sutrisno Hadi

(1989). Dalam penelitian ini menggunakan jasa komputer dengan program
SPSS/PC+.

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data digunakan dengan dua macam
kesiapan yaitu persiapan administratif dan persiapan teknis
a. Persiapan administratif

Persiapan administratif diperlukan yaitu penyiapan surat izin
penelitian dari Direktur Program Pascasarjana UPI kepada Kepala MAN 1

dan 2untuk memudahkan pengumpulan data dan juga aspek legalitas.
b. Persiapan teknis

Persiapan teknis yang dilakukan peneliti ialah mencakup menyusun
disain penelitian, menyusun instrumen penelitian, melakukan uji coba
instrumen, melakukan revisi instrumen, pengumpulan data penelitian, dan
pengolahan data penelitian.

2. Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan melalui angket, diikuti dengan pemberian
skor. Data tersebut merupakan hasil pengukuran variabel-variabel. Data
yang diperoleh dari hasil instrumen berupa angket merupakan data
penelitian ini. Sebelum diolah lebih lanjut, data-data tersebut dimasukkan
kedalam suatu tabel dasar yang memuat masing-masing keperluan data
sesuai variabel. Data yang diperoleh diolah teriebih dahulu sebelum

dianalisisTiap-tiap butir pernyataan diberi skor dan masing-masing sub
variabel diberi jumlah skor. Dari jumlah skor yang diperoleh dapat
diketahui kecenderungan data dari setiap variabel.
Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1 Untuk mengetahui deskripsi fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, control, dan keefektifan manajemen
madrasah dianalisis dengan metode univariate analisis. Karena menurut
Babies (1986), bahwa univariate analisis mengacu pada pemeriksaan satu
variabel tunggal, yang diwakili oleh pernyataan tunggal angket

(kuesioner). Adapun teknik yang dipakai adalah summary average,
meiiputi: a. Rerata atau mean (Arkin dan Colton 1970), b. Simpangan
baku atau standar deviasi dengan rumus:

SB

1

Zfx2
N

Keterangan: SB = Simpangan Baku
Fx2 = Deviasi dari rerata
N = Jumlah sampel

2. Pada dasarnya hipotesis dalam penelitian ini terdiri atas hipotesis
nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis penelitian ini secara
statistik dapat ditulis sebagi berikut.
1. Ho1

: r=0atauHa1

: r=0

2. Ho2 : r = 0 atau Ha2

: r=0

3. Ho3 : r = 0 atau Ha3

: r=0

4. Ho4

: r = 0 atau Ha4 : r = 0

5. Ho5 : r = 0 atau Ha5 : r = 0

Untuk menguji hipotesis 1,2,3,4 dan 5dipergunakan rumus uji t
(t-tes) dua sisi dilakukan pada taraf siknifikansi 5% dengan rumus sebagai
berikut:

X1

'

-

X2

(n1-1)s12 +(n2-1)s21

~

n1+n2-2

n1

n2

Phopam(1989)
Keterangan :

t

=Nilai perbedaan statistik secara signifikan

x1

=Rata-rata (mean) kelompok 1(MAN1)

x2

=Rata-rata (mean) kelompok 2(MAN2)

s1

= Variansi kelompok 1

s2

= Variansi kelompok 2

n1

=Jumlah sampel kelompok 1

n2

=Jumlah sampel kelompok 2

Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima,
demikian pula sebaliknya.

G. Kategori rerata skor

Adapun kriteria yang digunakan dalam mengkategorikan rerata

jumlah skor yang dicapai dan simpangan bakunya sebagaimana
dikemukakan Sudjana (1991) mengatakan bahwa cara menghitung rerata
ideal atau (Mi) ialah setengah skor maksimum, dan simpangan baku ideal
(SDi) adalah sepertiga dari rerata ideal. Stamboel (1990) mengatakan
bahwa kriteria simpangan baku yang dicapai adalah simpangan baku kecil

yang berarti kelompoknya bersifat homogen, sedangkan deviasi standar

besar berarti kelompoknya bersifat heterogen.

Kriteria kategori rerata jumlah skor yang dicapai kriteria pada tabel
4 dimodifikasi dari kriteria penilaian yang dikemukakan oleh Suryabrata

(1989), adapun cara menghitung rerata ideal (Mi) ialah setengah skor
maksimum, dan simpangan baku ideal (Sdi) adalah sepertiga dari rerata
ideal (Sudjana, 1991).
Gambar: 3.2

Kategori Rentangan Skor
Kategori

Rentangan Skor
Mi+1.50 SDi atau lebih

Keterangan
Baik
sekali,

artinya

betul-betul

memenuhi kriteria keefektifan dilihat

dari variabel yang diteliti.
Mi+0.50 SDi dan Mi +

Baik,

artinya

bila

hampir

atau

cenderung lebih efektif.

1.50 SDi

Mi
-0.50 SDi
Mi+1.50 SDi

dan

Sedang,
artinya kadang-kadang
efektif dan kadang-kadang tidang
efektif

2

Mi-0.50

SDi

dan Mi-

Kurang, artinya kurang efektif

1.50 SDi

T

Mi-050

kurang

SDi

atau

Kurang Sekali, artinya tidak efektif

**D!l>/*

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan

1. Keefektifan Madrasah Aliyah Negeri di Bandung secara umum
termasuk kategori efektif. Terdapat perbedaan yang signifikan antara

keefektifan MAN Model dengan Reguler yaitu MAN Model dengan
rata-rata skor sebesar 184.495 lebih efektif dibanding MAN Reguler
dengan skor 173.3231, artinya hipotesis diterima. Data kedua

kelompok tersebut termasuk normal dan homogen. Data penelitian
menunjukkan bahwa dalam perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan pada Madrasah Aliyah Negeri telah
dilakukan secara efektif. Dengan demikian kepala sekolah telah

melaksanakan tugasnya mengarah pada sasaran yang telah
ditentukan bersama.

2. Perencanaan program Madrasah Aliyah Negeri Bandung dari
penelitian ini termasuk kategori efektif, menunjukkan proses
perencanaan mulai dari penentuan sasaran, alat, tuntutan kebutuhan,

dan taksiran pos-pos tujuan yang dilakukan sesuai kesepakatan
bersama. Proses perencanaan pada MAN Model ditemui mean skor

sebesar 26.4505 menunjukkan lebih efektif dibanding MAN Reguler
dengan skor 23.4615. Artinya kreatifitas dan kebersamaan kepala
Madrasah Aliyah Model tampak lebih baik dibanding yang reguler.
1U

115

3. Pengorganisasian Madrasah Aliyah Negeri di Bandung dalam
penelitian ini menunjukkan efektif yaitu telah menunjukkan kegiatan
manajerial yang mewujudkan hasil yang sesuai dengan yang
direncanakan, sesuai struktur tugas, wewenang, dan tanggungjawab
personel sehingga terlaksana tugas pada setiap unsur organisasi
Madrasah. Dalam penempatan personel sesuai tugas yang
dibebankan dan posisinya dalam organisasi mean skor MAN Model

sebesar 35.4505 tampak lebih efektif dibanding MAN Reguler dengan
mean skor sebesar 29.3077. Artinya kepala Madrasah Aliyah Model

lebih memperhatikan relevansi tugas yang diberikan dengan
kedudukan personel dalam organisasi.

4. Penggerakan dan kepemimpinan Madrasah Aliyah Negeri di Bandung
dalam

penelitian

ini menunjukkan kategori efektif. Hal ini

mendeskripsikan kepala Madrasah Aliyah telah menunjukkan
kemampuannya menggerakkan dan memimpin semua personel untuk
menyelesaikan tugas, membina kerjasama dengan semua personel,
menggerakkan sumberdaya sekolah, dan memberi kesejahteraan
sebagai motivasi kerja dalam rangka mencapai tujuan Madrasah.

Dalam kemampuan menggerakkan dan memimpin kepala Madrasah

tampak bahwa mean skor MAN Model sebesar 35.4505 menunjukkan
lebih efektif dibanding MAN Reguler dengan mean skor sebesar

29.3077 dari analisis tersebut mengindikasikan ada perbedaan yang
signifikan penggerakan dari kepemimpinan MAN Model dengan MAN

116

Reguler. Artinya kepala MAN Model lebih berwibawa dan memiliki

kemampuan memimpin dan menggerakkan seluruh personel
Madrasah dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan.

5. Pengawasan (Controlling) pada Madrasah Aliyah Negeri di Bandung
dalam penelitian ini menunjukkan efektif. Pengawasan yang dilakukan
kepala Madrasah dapat memastikan bahwa semua personel
melaksanakan tugas sesuai rencana, dan kepala Madrasah
mengoreksi penyimpangan sesuai aturan yang berlaku dengan
mengumpulkan informasi keadaan sekarang untuk memperbaiki
pelaksanaan tugas selanjutnya. Dalam hal memastikan apakah semua
personel telah melaksanakan tugas sesuai yang ditugaskan mean skor

MAN Model sebesar 81.5385 sedangkan mean skor MAN Reguler
sebesar 86.6923 data ini menunjukkan adanya perbedaan yang
siknifikan yaitu MAN Reguler lebih efektif dibanding MAN Model.

Artinya kepala sekolah MAN Reguler meluangkan lebih banyak
waktunya untuk mengoreksi dan memperhatikan kesesuaian kerja
personel dengan tugas yang diberikan.
B. Implikasi Penelitian

Hasil penelitian yang dikemukakan pada kesimpulan diatas,
memberikan implikasi bahwa keefektifan manajemen madrasah trdak

dapat dipisahkan dari keefektifan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi dalam penyelenggaraan program pendidikan
pada Madrasah Aliyah Negeri di Kota Bandung. Keefektifan manajemen

117

madrasah aliyah memberi gambaran kualitas pelayanan kegiatan belajar
mengajar di Madrasah. Implikasi dari keefektifan manajemen madrasah

memberi tekanan penting pada keefektifan fungsi-fungsi manajemen yaitu:
1. Perencanaan, keefektifan penyelenggaraan program kegiatan
madrasah diukur dari pencapaian program kerja yang telah disusun

berdasarkan target waktu yang ditentukan yaitu triwulan, semester, dan
program tahunan secara rinci dan fisibel menjadi perencanaan jangka
pendek, menengah, dan panjang dalam penyelenggaraan program
madrasah. Ketika perencanaan itu dibuat tidak memenuhi ketentuan maka

sebagai implikasinya target dan tujuan program kerja madrasah menjadi
tidak jelas dan tidak efektif, sebaliknya hasil penelitian menunjukkan
bahwa jika perencanaan disusun memenuhi ketentuan yang telah
ditetapkan dan fisibel, maka akan berimplikasi pada peningkatan
keefektifan dan kualitas manajemen madrasah tersebut.

2. Pengorganisasian, indikator keefektifan pengorganisasian madrasah

ditampakkan antaralain pada kesesuaian pembagian dan pembebanan

tugas kepada personel sesuai bidang dan keahliannya berimplikasi pada
kelancaran pelayanan belajar, artinya keefektifan organisasi berimplikasi
membawa perbaikan dan menciptakan situasi lingkungan yang kondusif
bagi warga madrasah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
3.

Penggerakan dan kepemimpinan,

sebagai manajer dalam

melaksanakan tugasnya kepala madrasah mempunyai peran yang sangat
strategis berkaitan dengan tugasnya dalam hal kelangsungan kerja

118

organisasi

madrasah. Kepemimpinan yang efektif pada madrasah

berimplikasi secara langsung atau tidak langsung pada kinerja guru dan
pegawai, serta dukungan masyarakat dan stakeholder lainnya dalam
peningkatan mutu dan keefektifan madrasah secara keseluruhan.

4. Pengawasan (Control), keefektifan pengawasan ditampakkan pada
terkontrolnya seluruh kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
dan pelaksanaan. Secara operasional semua tugas yang dibebankan
kepada personel madrasah dilaksanakan tanpa melakukan kesalahan,
pengawasan seperti ini berimplikasi pada kualitas proses manajemen

dalam memberikan pelayanan teknis administrasi dan layanan belajar
pada madrasah dan kualitas mutu lulusan.
C. Rekomendasi Penelitian

1. MAN 1 (Model)

Dari
Negeri di
perbedaan
yaitu MAN

analisis penelitian menunjukkan keefektifan Madrasah Aliyah
Bandung secara umum termasuk kategori efektif. Terdapat
yang signifikan antara keefektifan MAN Model dengan Reguler
Model lebih efektif dibanding MAN Reguler. Data penelitian

menunjukkan

bahwa

dalam

perencanaan,

pengorganisasian,

penggerakan, dan pengawasan pada Madrasah Aliyah Negeri termasuk

kategori efektif. Dari keempat kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini

kategori keefektifan pada MAN 1 (Model) masih dapat ditingkatkan
menjadi kategori sangat efektif. Dalam penelitian ini direkomendasikan

119

agar supaya MAN 1 (Model) melaksanakan penelitian sederhana yang

dapat menunjukkan keefektifan manajemen madrasah sehingga dalam
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dapat
disempurnakan setiap tahun ajaran.

2. MAN 2 (Reguler)

Hasil analisis dalam penelitian

ini menunjukkan bahwa

manajemen MAN 1 (Model) lebih efektif dibanding manajemen MAN 2

(Reguler). Untuk

perencanaan dan pengawasan program Madrasah

Aliyah Negeri 2 Bandung dari penelitian ini termasuk kategori efektif,
sedangkan untuk pengorganisasian dan penggerakan termasuk kategori
sedang. Dengan demikian penelitian ini merekomendasikan kepada MAN
2 (Reguler) untuk senantiasa melakukan perbaikan pada proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan juga pengawasan
ditingkatkan dari kategori sedang menjadi efektif.

3. Departemen Agama Kota Bandung dan Propinsi Jawa Barat

Departemen Agama di Kota Bandung dan Propinsi Jawa Barat
untuk memantau penyelenggaraan program pendidikan di MAN

direkomendasikan melakukan penelitian untuk menentukan standar
keefektifan yang dapat berlaku paling tidak sekawasan Jawa Barat untuk
memperkuat posisi dan kedudukan MAN se Jawa Barat.

120

4. Peneliti Manajemen Pendidikan

Karena keterbatasan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan

MAN diluar MAN yang diteliti, dan untuk mengetahui aspek-aspek lainnya
yang berkontribusi terhadap keefektifan MAN, maka direkomendasikan

kepada peneliti ahli manajemen untuk melakukan penelitian lebih
mendalam sebagai upaya meningkatkan kual