artikel ilmiah mahasiswa dan dosen.

no'

Kr,r',p,in,, lbstrok "The 5'^ Annual Symposium of Attr:stlttlsia and coexisting Disease"
6rand Royal Ponqhegor Hattt, Bandung, 09 - 1'7 JL:ttuori ')t]1]

Plesuitt,tsi po;iur

Henti jantung akibat emboli cairan amnioll saat seksio sesaria
Emilzon Taslim
Bagian Anestesi dan Terapt Interlsif

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr

[/ Djamil Padang

Abstrak
Embolicairan amnion {amntotitfluid entbalism/AFE)jarang ditemukan tetapimerupakan komp'likasi katastropik Cengan gejala
hipoksemia tiba-tiba, hipotensi, henti lantung, dan koagulopati lnsidens AFE berkisar antara 1 dari 8.000 sampai 1 dad 80.000
kehamilan. Sekitar 700,6 kejadian AFE terladi ketika proses rnelahirkan: sekitar B1?ro pada persalinan sponian dan 19% pada
seksio sesaria. AFE terjadi ketika cairan amnion dan alau komponen bayi (iermasuk sel skuamosa, mdsin, mekonium, verniks
kaseosa, dan rambut lanugo) masuk ke dalam aliran darah ihu. Faktcr predisposisi terjadinya AFE adalah usia ibu yang tua,

multipara, makrosomia (bayiyang besar), proses kelahiran yang terialu cepet, dan sti;rulasiberlebihan pada ototuterus,
Tuiisan ini merupakan laporan kasus seorang perempuan berumur 2B tahun yang dirawat di rumah sakit dengan G3P2A0H2,

keharniltn aterm dengan gemelli, telah dllakukan seksio sesaria dengan'teknik anestesi spinal. TinCekan enestesi (spinel)
berlangsung tanpa masalah. Bayi pertama, laki-laki, lahir 5 rnenit pertama dengan skor APGAR 8 dan bayi kedua, perempuan,
lahir 5 menit setelah anak pertama lahir, Cairan ketuban benvarna jernih dan ketika meiahirkan plasenta yang kedua, pasien
tiba-tiba henti jantung: penurunan kesadaran, saturasi 0z menurun, nadi menurun, dan tensi menurun. Dilakukan resusitasi
jantung paru tetapi hemodinamik pasien masih kurang slabil. Vasopresor (epinefrin), antikolinergik (sulfas atropin), dan transfusi
packed red cells (pRC) unit (1000 cc) diberikan kepada pasien. Di ruang pemulihan, kondisi pasien mulai stabil. Pasien
mendapatkan medikasi oksitosin, metergin, misoprostol, antibiotik, dan ;nti perdarahan. Pasien tersebut largsung dirawat di

l

ruang perawatan intensif.

pasien ini memiljki beberapa faktor risiko yang dapat mencetuskan AFE, yaitu: multiparitas, bayi besar (gemelli), persalinan
h
seksio sesaria, dan salah satu iarrin berjenis kelamin
genrclli
ntttltiparitas,

sesarla,
seksio
entbalisnt/AFE),
(amniotic
flutd
amnion
cairan
Kata kunci: embo6

laki-laki

Presenlasl posfer

Penatalaksanaan anestesi pada bedah laparotomi eksploratif emergensi
atas indikasi peritonitis difusa dengan dugaan perforasi apendisitis pada pasien dengan sindroma nefrotik
M Adli Boesoirie, Budiana Rismawan' Ancii Prihartono
Bagian Anestesiologi dan Terapi lnlensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Rumah Sakit Umum Fusat Hasan Sadikin, Bandung

Abstrak

penyakilpenyakit pada ginjal dikelompokkan berdasarkan kesamaan klrnis dan pemeriksaan laboratorium seperti sindroma
Pengelompokan
nefrotik, gagalginjalakut, gagalginjalkronis, nefritis, nefrolitiasis, dan infeksiatau obtruksisaluran kemih.
ginjal
paCa
saat preoperatif'1
tatalaksana anestesi paCa pasien dengan sindroma-sindroma ini dilakukan berdasarkan atas fungsi
(< 2
Sindroma nefrotik merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai adanya proteinuria berat (> 3g/hari), hipoalbuminemia
1'? Penyakit ini dapat bersifat reversibel alaupun ber-lanjut menjadi gagal
gidL), edema, hyperlipidemia ('200 SidL) dan lipiduria.
ginjal bergantung pada penyebab dan penatalaksanaan slndroma tersebut.3
diagnosis
Seorang pasien laki-lakiDerusia 1B tahun dikonsulkan untuk pembedahan laparotomieksploratif emergerisidengan
mentis,
gaival
kondisikompos
darurat
dengan
unit

ke
datang
pedorasiapendiks
oleh
peritonitis Cifus yang diduga disebabkan
inidikeiahuiadanya
37
9"C.
Daripasien
suhu
tubuh
tekanan darah 1201g0 mmHg,laju rradi 112ylmenit,oernafasan 22xlnrenlt,
riwayat sindroma nefroiik.

pernbedahan dengan tanpa
Tujuan utama daritatalaksana perioperatif anestesipacla pasien iniadalah untuk fasilitasitindakan
memperberat atau memperburuk lungsi ginjal
Kata kunci: sindroma nefrotik, peritonitrs

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LAMA KETUBAN PECAH DINI DENGAN
SKOR APGAR NEONATUS DI RSUP DR M. DJAMIL PADANG
Oleh
Hanifa Hafni

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan keadaan dimana pecahnya selaput
ketuban setiap saat sebelum adanya tanda-tanda persalinan. KPD merupakan salah
kehamilan beresiko tinggi, semakin lama Ketuban Pecah Dini akan semakin
meningkatkan resiko morbiditas pada bayi. Skor Apgar merupakan metode yang
digunakan untuk menilai bayi baru lahir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara lama ketuban pecah dini dengan skor apgar neonatus
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh rekam medik RSUP dr M. Djamil Padang yang didiagnosis sebagai
kasus ketuban pecah dini selama periode Januari 2010 sampai Desember 2011.
Sampel diambil dari seluruh populasi yang memenuhi kriteria restriksi
menggunakan tekhnik total sampling, dari seluruh populasi didapatkan 164
sampel yang memenuhi kriteria.
Dari penelitian ini ditemukan insiden KPD di RSUP Dr. M. Djamil
Padang yaitu 8,1%. Pasien dengan KPD kurang dari 6 jam didapatkan skor Apgar

baik 95 kasus (57,9%) dan skor apgar buruk 4 kasus (2,4%), sedangkan KPD
lebih dari 6 jam didapatkan skor apgar baik 5 kasus (3%), dan skor Apgar buruk
60 kasus (36,6%). Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi squre
diperoleh nilai p = 0.485 (p > 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara lama KPD dengan skor Apgar
neonatus di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Kata kunci : Ketuban Pecah Dini, Skor Apgar

RELATIONSHIP BETWEEN THE USE OF INJECTABLE HORMONAL
CONTRACEPTIVE DMPA WITH WEIGHT GAIN IN LAPAI HEALTH CENTERS OF
PADANG
By:
Dhania Pratiwi
1010312066

Injectable hormonal contraceptive Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) is a widely used
method of contraception. Contraception has good effecacy, but it has some side effects. Those
side effects were menstrual disorders such as amenorrhea, patchy hemorrhage, and bleeding
outside the menstrual cycle. In addition, there is increased body weight in DMPA contraceptive
usage.

The purpose of this study was to determine the relationship between the use of injectable
hormonal contraceptive DMPA with weight gain. The study was conducted in Lapai Health
Center of Padang, during May to December, 2013. This research used an observational analytic,
cross sectional design. The sample was the acceptors who had used DMPA contraception at least
eight times, comprising 40 acceptors. Bivariate data were analyzed using T test.
The results showed 23 acceptors (57.50%) experienced increase in body weight. Most of the
average weight gain in one year is >0 – 1 kg (47.8% acceptor). Average body weight before and
after usage of DMPA contraception is 54.4 kg and 58.1 kg. There was a relationship between the
use of injectable hormonal contraceptive DMPA with weight gain (p=0.000 > 0.05).
Keywords: Weight Loss, DMPA, Contraception

ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL SUNTIK DMPA
DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS LAPAI KOTA PADANG
Oleh:
Dhania Pratiwi
1010312066

Kontrasepsi hormonal suntik Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) merupakan salah
satu metode kontrasepsi yang banyak digunakan. Kontrasepsi ini memiliki efektivitas yang baik,

tetapi memiliki beberapa efek samping. Efek samping tersebut adalah gangguan haid berupa
amenorea, bercak-bercak perdarahan, dan perdarahan di luar siklus haid. Selain itu terdapat
adanya peningkatan berat badan pada penggunaan kontrasepsi DMPA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi
hormonal suntik DMPA dengan peningkatan berat badan. Penelitian dilakukan di Puskesmas
Lapai Kota Padang, pada bulan Mei sampai Desember 2013. Jenis penelitian ini adalah analitik
observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah akseptor yang
telah menggunakan kontrasepsi DMPA minimal delapan kali, dengan jumlah 40 akseptor.
Analisis data dilakukan secara bivariat dengan menggunakan uji T.
Hasil penelitian menunjukkan 23 akseptor (57.50%) mengalami peningkatan berat badan.
Sebagian besar rata-rata peningkatan berat badan dalam satu tahun adalah >0 – 1 kg (47.8%
akseptor). Rata-rata berat badan sebelum dan setelah penggunaan kontrasepsi DMPA adalah 54.4
kg dan 58.1 kg. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsi hormonal
suntik DMPA dengan peningkatan berat badan (p=0.000 < 0.05).
Kata kunci: Berat Badan, DMPA, Kontrasepsi

ABSTRAK
HUBUNGAN ANXIETAS DENGAN KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA
MAHASISWI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ANDALAS

FLORA OKTAVIA
0910312030
Amenore sekunder merupakan salah satu gangguan siklus menstruasi yang berkaitan
dengan penurunan fertilitas dan gangguan kesehatan organ reproduksi. Anxietas merupakan
faktor yang dapat menyebabkan amenore sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan anxietas

dengan kejadian amenore sekunder pada mahasiswi pendidikan dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2009 dan 2010 yang dipilih sebagai sampel.
Penelitian ini menggunakan cross sectional study dengan jumlah sampel 193 orang.
Pengumpulan data dari responden dilakukan dengan wawancara terpimpin (pengisian kuesioner).
Analisis statistic yang digunakan adalah uji chi square.
Hasil penelitian menemukan bahwa kejadian amenore sekunder lebih banyak terjadi pada
responden yang mengalami anxietas (35,3%), jika dibandingkan dengan responden yang tidak
mengalami anxietas (2,3%). Uji statistik chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara anxietas dengan kejadian amenore sekunder (p
35 tahun dan memiliki riwayat hipertensi.

Kata kunci : Pre-eklampsia Berat, Faktor Risiko


i

ABSTRACT
RELATION OF RISK FACTORS AND SEVERE PRE-ECLAMPSIA
IN RSUP DR M DJAMIL PADANG

By
Nurulia Muthi Karima

Severe Pre-eclampsia is one of the contributors of maternal morbidity and
mortality if not getting an adequate treatment. the cause of Severe Pre-eclampsia
is still unknown till now, but the most widely adopted hypothesis is the theory of
placental ischemia. Severe pre-eclampsia does not happen by single way. There
are many things that influence, such as maternal age, parity, gestational age,
number of fetuses, the number of ANC visits, and history of hypertension.
The aim of this research is to determine the relations of risk factors and
severe pre-eclampsia in RSUP M Djamil Padang with Case-Control Study as the
research design. This research use secondary data that take from the Installation
Medical Record, the data that will be taken of medical record are the maternal

medical record data with severe pre-eclampsia and without pre-eclampsia in the
obstetrics and gynecology RSUP dr. M. Djamil, period 1 st January 2010 – 31 st
December 2011. The number of samples that will be researched was 74 as case
samples and 74 as control samples, with the exclusion criterias are the patients of
severe pre-eclampsia with other pregnancy complications and incomplete data.
Implementation of the research was conducted from September 2012 - January
2013.
The result of this research is the distributions of all variables almost have
the same numbers, except the variable history of hypertension which is only found
in women with severe pre-eclampsia. The result of the bivariate analysis using
Chi Square test is there are no significant association between risk factors
(maternal age, parity, gestational age, number of fetuses, the number of ANC
visits) with each p value > 0.05. While the results of the multivariate analysis
using logistic regression is maternal age > 35 years was a risk factor for the
incidence of severe pre-eclampsia with Sig. value = 0.034. With this research, the
screening of the incidence of severe pre-eclampsia can be able to do, especially in
women with age> 35 years and had a history of hypertension.

Key Word : Severe Pre-eclampsia, Risk Factor

ii

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti ucapkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan IMT Dengan
Ketahanan (Endurance) Kardiorespirasi pada Mahasiswa Pendidikan Dokter
Unand 2009-2012” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
Kedokteran.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya peneliti
ucapkan kepada:
1. Bapak Dr. dr. Masrul, M.Sc, Sp.GK selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Padang yang memberi kesempatan kepada siapa saja
yang berkeinginan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.
2. Bapak Dr. dr. Afriwardi, Sp.KO, MA selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi pengarahan, saran
dan dukungan moril dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Eti Yerizel, MS selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi pengarahan, saran dan dukungan
moril dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dr. Erkadius, M.Sc selaku penguji.
5. Ibu dr. Rahmi Lestari, Sp.A selaku penguji.
6. Bapak dr. Husnil Kadri, M.Kes selaku penguji.
7. Ibu Prof. dr. Rahmatina B Herman, PhD, AIF selaku Kepala Bagian
Fisiologi FK Unand yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
i

penelitian di Laboratorium Fisiologi. sehingga penelitian ini bisa
terlaksana dengan lancar.
8. Ibu dr. Ulya Uti Fasrini selaku Pembimbing Akademik yang dengan sabar,
teliti dan senang hati membantu peneliti dalam memberikan ide, dorongan
dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
9. Para dosen dan staf Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
10. Ayahanda Diski Hero (almarhum) dan Ibunda Sri Azharni, orang tuaku
tercinta yang dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan telah
mengasuh, membesarkan, mendidik dan menanamkan rasa disiplin dan
tanggung jawab serta senantiasa memberikan dorongan, doa dan semangat
kepada peneliti, sujud dan bakti peneliti haturkan dengan tulus hati.
11. Teman-teman tercinta Tiara Wahyuni, Meidiza Ariandiny, Sri Rahmadani,
Poppy Silvia, Heri Fitrianto, Rizky Erizka, Rigo Juniadi, Ramzy Bayuni
yang telah membantu dalam melakukan penelitian.
12. Teman-teman dan adik-adik angkatan yang telah bekerja sama dan
bersedia menjadi responden penelitian.
13. Komting angkatan 2009 dan sahabat-sahabat senasib seperjuangan di
Pendidikan Dokter 2009 FK UNAND Padang, atas bantuan, kekompakan,
kesetiakawanan dan kerjasama yang selalu ada dalam suka dan duka
selama menempuh pendidikan.
14. Serta semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun peneliti
berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat sekecil apapun kepada
dunia pengetahuan, masyarakat, dan peneliti lain. Akhir kata, peneliti mohon maaf
ii

sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila terdapat salah dan khilaf selama
menempuh pendidikan maupun selama melakukan penelitian. Semoga Allah SWT
senantiasa berkenan memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada kita semua.

Padang, Maret 2013

Peneliti

iii

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN BODY MASS INDEX (BMI) AND
CARDIORESPIRATORY ENDURANCE ON STUDENTS OF MEDICAL
FACULTY OF ANDALAS UNIVERSITY 2009-2012
By:
RENY JAYUSFANI
0910312103

Cardiorespiratory endurance is useful to fulfill biologic necessity of the
body at work by increase aerobic work capacity. Nowadays, there are many cases
about increasing the weight of body, especially at younger generation. It is caused
by anappropriate diet and inactive lifestyle. Increasing of weight will cause
declining of cardiorespiratory endurance. So that, it will impact on physical work
capacity. This study aims to determine the mean of body mass index,
cardiorespiratory endurance and the relationship between cardiorespiratory with
BMI in medical student of Andalas University.
The research was done on medical student of Andalas University Padang
in December 2012 – February 2012. This research used observational study with
cross sectional design study. Sample of this research were 30 people.
Cardiorespiratory endurance was obtained by calculate the value of VO2max. This
measurement used ergometer bicycle with the method was using Astrand 6 minute
cycle test. This test measured the weight and height body. Statistical analysis was
simple linear regression.
The result found that the average body mass index is 23.2 ± 5.1 and an
average maximum oxygen volume is 39.5 ± 12.1. Linear regression found that
there is a moderate significant effect between BMI and cardiorespiratory
endurance (r=0.567, p 0.05, r = - 0.036).
Semakin rendah jumlah trombosit semakin berat derajat klinik DBD,
hematokrit dan hemoglobin tidak berhubungan dengan derajat klinik DBD.
Kata kunci : jumlah trombosit, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, derajat klinik
DBD.

iii

ABSTRACT
Relation Between The Amount Of Platelets, Hematocrit, and Hemoglobin
with a degree Clinical Dengue Hemorrhagic Fever In Adult Patients in
RSUP. M. Djamil Padang
by
Yobi Syumarta
Prompt diagnosis and as an accurate assessment of the stage and condition
of DHF cases is a very important factor for determining patient prognosis . The
existence of an exact value of the results of platelets , hematocrit , and hemoglobin
for each grade of DHF are expected to greatly assist in classify and manage
patients based on the clinical degree. This research was aimed to determine the
relationship between the results of the hemoglobin, hematocrit and platelets count
with the degree of clinical DHF according to WHO criteria.
This research with retrospective design in 84 samples were taken from the
medical records of adult patients in RSUP. M. Djamil Padang from 1 January
2011 until 30 April 2013 . Data that taken from medical records were age, gender,
clinical degree of DHF, platelets, that used direct method Rees Ecker, hematocrit’s
used direct method micro method, and hemoglobin’s used Sahli method. Data
processed by Kendal Tau tests using SPSS software.
Results found average ages of 25.49 ± 10,09 years. The number of male
patients 46 (54.8 %) higher than female patients 38 (45.2 %). Average trombocyte
for grade 1, 2,and 3 were 62.64, 31.14, 36.17 thousand/mm3. Analysis showed that
there is a relationship between the platelet with clinical degree of DHF, where the
lower the number, the more severe the clinical degree of DHF (p < 0.005 , r = 0336). Average hematocrit for grade 1, 2,and 3 were 44.22, 46.90, 38.47%. There
is no relation between hematocrit with clinical degree of DHF (p > 0.05 , r =
0.059). Average hemoglobin for grade 1, 2,and 3 were 14.88, 15.14, 12.96 gr/dl,
there is no relation between hemoglobin with clinical degree of DHF (p > 0.05 , r
= - 0.036) .
More lower the number of trombosit, the more severe the clinical degree of
DHF, and there is no relation between hematocrit and hemoglobin with clinical
degree of DHF.
Keywords : platelet count, hematocrit , hemoglobin levels , clinical degree of
DHF.

iv

ABSTRAK
HUBUNGAN KADAR FT4 DENGAN GEJALA KLINIS
YANG TERKAIT EFEK SIMPATIS BERDASARKAN INDEKS WAYNE DI NAGARI
KOTO SALAK DHARMASRAYA

Oleh
Nining Kurniawati
Saraf simpatis merupakan bagian dari saraf otonom yang mengatur sebagian besar dari kerja
fungsi tubuh. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi aktivitas saraf simpatis adalah hormon
tiroid melalui pengaruhnya terhadap sensitivitas katekolamin. Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat terjadi pada keadaan hipertiroid dan sebaliknya pada hipotiroid. Pengukuran kadar
hormon tiroid dilakukan dengan mengukur kadar FT4, FT3, TSH, dll.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan kadar FT4 dengan gejala klinis yang terkait
efek simpatis di nagari koto salak dharmasraya. Nagari Koto Salak merupakan daerah yang
tergolong ekses yodium berat berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Barat tahun
2010. Keadaan ekses yodium dapat menyebabkan hipertiroid yang selanjutnya akan
mempengaruhi aktivitas saraf simpatis. Mengingat luasnya gejala klinis efek simpatis yang dapat
terjadi, maka pada penelitian ini akan dibatasi berdasarkan kriteria Indeks Wayne. Dari kriteria
indeks Wayne, penulis memilih 5 kriteria berupa palpitasi, penurunan berat badan, nervous,
berkeringat lebih, dan tremor jari halus untuk diteliti. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian Cross Sectional Study.
Dari penelitian ini ditemukan subjek dengan peningkatan kadar FT4 12,96% dan terdapat subjek
dengan gejala klinis palpitasi, penurunan berat badan, nervous, berkeringat lebih, dan tremor jari
halus dengan persentase berturut-turut adalah 42,59% , 38,89% , 46,30%, 25,93% , dan 44,44%.
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square diperoleh hasil tidak
ditemukan adanya hubungan hubungan kadar FT4 dengan 5 gejala klinis yang terkait efek
simpatis berdasarkan indeks wayne (p > 0.05).
Penelitian ini masih sederhana dan belum bisa menunjukkan adanya hubungan antara kadar FT4
dengan gejala klinis yang terkait efek simpatis. Sebaiknya untuk penelitian yang akan datang
diharapkan dapat memiliki jumlah sampel yang banyak dan cakupan gejala klinis lain yang
terlibat dalam aktivitas saraf simpatis yang lebih luas sehingga dapat lebih lengkap dan spesifik.

Kata kunci : Kadar FT4, efek simpatis

ABSTRAK
HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH SAAT MASUK RUMAH SAKIT DENGAN
LAMA HARI RAWAT PASIEN SINDROM KORONER AKUT (SKA) DI RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG
Oleh
Rosi Oktarina
Hiperglikemia masih menjadi topik penelitian yang sering dihubungkan dengan kejadian
sindrom koroner akut (SKA) di dunia, terutama hiperglikemia saat masuk rumah sakit. Hal ini
didasari oleh beberapa pengaruh kadar glukosa darah yang tinggi terhadap sistem kardiovaskuler
seperti gangguan fungsi ventrikel kiri, stroke volume yang menurun, regurgitasi katup mitral
berulang, gangguan pada waktu pengisian diastolik hingga risiko tinggi untuk arritmia, serta
hubungannya dengan peningkatan risiko trombosis. Sehingga semakin memperjelas pengaruh
hiperglikemia yang tidak hanya dapat meningkatkan risiko terjadinya SKA, melainkan juga
dapat memperburuk kondisi pasien SKA sendiri.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan kadar glukosa darah sewaktu dengan
lama hari rawat pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan menggunakan desain penelitian
Cross Sectional Study. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil di Instalasi
Rekam Medik (Medical Record), yakni data rekam medik pasien yang didiagnosis sebagai
Sindrom Koroner Akut (SKA) yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat DR. M. Djamil
Padang Periode Januari –Desember 2011. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dari Bulan
Oktober 2011- Desember 2012.
Dari penelitian ini ditemukan sebagian besar pasien SKA masuk rumah sakit dengan
kadar Glukosa Darah Sewaktu (GDS) sebesar ≥ 200 mg/dl (40%) dan lama hari rawat sebesar ≥
7 hari (52%). Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman ditemukan
adanya hubungan searah antara kadar glukosa darah saat masuk rumah sakit dengan lama hari
rawat pasien SKA dengan kekuatan hubungan yang sedang, r = +0,492 , p = 0, 000 (p