EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 99 JAKARTA TIMUR.

(1)

ABSTRAK ……… .

i

DAFTAR ISI ……….

. ii KATA PENGANTAR ……… … v

UCAPAN TERIMA KASIH ………. vi

Daftar Grafik ………. vii

Daftar Gambar ……….. viii

BAB I Pendahuluan ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 22

C. Pertanyaan Penelitian ……… 22

D. Tujuan Penelitian ……….. 23

E. Manfaat Penelitian ……… 24

F. Asumsi Penelitian ………. 24

G. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ………….. 27

H. Metodologi Penelitian ……….. 29

I. Lokasi penelitian……… 30

BAB II KETERAMPILAN BELAJAR BRAIN GYM DAN BIMBINGAN KELOMPOK... 31 A. Keterampilan Belajar ……….. 31

1. Pengertian Keterampilan Belajar ... 31

2. Bentuk Keterampilan Belajar ... 34

B. Teknik Belajar Brain Gym ... 69

1. Pengertian Brain Gym ... 69

2. Kebiasaan masyarakat... 69

3. Perubahan kebiasaan masyarakat... 72

4. Pembagian dan fungsi otak... 73

5. Kegiatan lomba dan sosialisasi Brain gym... 74

6. Dimensi otak dan gerakan Brain Gym... 77

7. Multi kecerdasan... 78

8. Hubungan aktivitas dengan kondisi otak... 81

9. Pembentukan dan pelatihan otak... 86

10. Memaksimalkan otak kanan... 86


(2)

C. Bimbingan Kelompok ... 99

1. Pengetian Bimbingan ... 101

2. Pengertian Kelompok ... 106

3. Bimbingan Kelompok ... 103

4. Latihan bimbingan kelompok... 109

D. Teknik Belajar Brain Gym Dalam Bimbingan Kelompok 118 1. Layanan Bimbingan kelompok... 118

2. Metode pembelajaran... 120

3. Teknik Brain gym... 121

BAB III METODE PENELITIAN ………. 124

A. Metode Penelitian ………. 124

1. Langkah-langkah metode eksperimen... 124

2. Gambaran umum alur berfikir penelitian... 126

B. Teknik Pengumpualan Data……….. 129

C. Persiapan Penelitian ………. 130

1. Observasi Lapangan ... 130

2. Penyusunan Pedoman Wawancara ... 130

3. Pengembangan Instrumen ... 131

4. Penyebaran kusioner ... 132

5. Pengolahan Dan Analisis Data Penelitian ... 133

6. Hasil Pre-tes... 142

D. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ………….. 147

1. Teknik belajar Brain gym ... 147

2. Pengertian belajar ... 150

3. Keterampilan belajar... ... 150

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 152 A. Deskripsi Penelitian ………. 152

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 152

B. Hasil pre-tes……….………. 158

C. Hasil Pos-tes……….………. 165

D. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam Meningkatkan keterampilan belajar... 171

1. Faktor pendukung... 172


(3)

1. Keterampilan Mencatat Dengan Peta Pikiran …….. 178

2. Kerampilan Mendengar aktif ………. 179

3. Keterampilan Membaca efektif ……… 180

4. Keterampilan Menghafal Atau Mengingat …………. 181

5. Keterampilan Menghadapi Ujian ………. 182

6. Keterampilan Mengatasi Kejenuhan Dan Meningkatkan Moivasi Belajar ... 183

E.. Efektivitas Bran Gym dalam meningkatkan keterampilan belajar ... 184

F. Kesimpulan indeks gain... 185

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 186

a. Kesimpulan ... 188

b. Rekomendasi ... 190

DAFTAR PUSTAKA ... 191


(4)

B A B I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan sebuah negara. Pendidikan selalu dikaitkan dengan kemakmuran suatu bangsa. Sudah menjadi paradigma umum bahwa kesuksesan dalam hidup bermasyarakat dapat diperoleh melalui pendidikan.

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. BAB II pasal 3 yang berbunyi

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan merupakan investasi yang amat berharga bagi peningkatan kualitas sebuah generasi. Generasi suatu bangsa akan maju apabila pendidikannya maju dan bermutu. Pendidikan yang bermutu atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga komponen yaitu administratif dan kepemimpinan, bidang intruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan konseling ( Yusuf LN 2009:4)

Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah lembaga pendidikan tingkat menengah yang menggemban Visi dan misi yang telah ditetapkan bersama pada segenap akademika pada jenjang Sekolah Menengah tersebut. Adapun Visi


(5)

dari SMAN 99 yaitu “Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan Taqwa” , sedangkan Missi SMAN 99 adalah: (1) meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertingkah lfaku; (2) melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan Bimbingan Konseling yang efektif, efisien, kreatif dan inovatif sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan potensinya; (3) meningkatkan motivasi dan komitmen mencapai prestasi terbaik dan berwawasan “Unggul”; (4) terlaksananya pelayanan Bimbingan Konseling yang profesional dan optimal.

Untuk terlaksananya pelayan Bimbingan dan Konseling yang professional dan optimal sesuai misi yang diemban, maka layanan Bimbingan dan konseling, perlu ditunjang dengan program yang komprehensif berbasiskan tugas-tugas perkembangan yang mencakup komponen pelayanan dasar, pelayanan responsif dan komponen pelayanan individual serta komponen dukungan sistem manajemen yang baik, konselor yang kompeten, didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, organisasi yang kuat, serta lingkungan belajar yang kondusif untuk mengantarkan peserta didik untuk mencapai perkembangan yang optimal. Untuk mengembangkan potensi yang optimal, peserta didik harus berprilaku efektif yaitu harus memahami fungsinya dan tanggung jawabnya sebagai seorang siswa. Siswa harus sepenuhnya memanfaatkan waktunya untuk belajar dengan sungguh-sungguh sebagai tanggung jawabnya pada diri, orang tua dan tanggung jawab pada Allah SWT, dalam menyonsong masa depannya.


(6)

Dalam menyonsong kehidupan masa depan, maka ” Peran Bimbingan Konseling sebagai upaya strategi layanan untuk mengembangkan potensi Siswa secara optimal, maka secara umum layanan harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia agar mampu menjawab tantangan kehidupan masa depan, ” (Suherman, AS. 2007:7) Artinya layanan Bimbingan dan konseling hendaknya membatu mempermudah Siswa dalam mengenal bakat,minat,kemampuan sehingga Siswa dapat mengembangkan kemampuannya tersebut seoptimal mungkin untuk menyesuaikan dengan baik.

Pada jenjang pendidikan formal, termasuk jenjang pendidikan di SMA konsep bimbingan dan konseling mencakup: (1) program Bimbingan dan konseling merupakan suatu keutuhan yang mencakup berbagai dimensi terkait dan dilaksanakan secara terpadu, kerjasama personel bimbingan dengan personel lainnya, keluarga dan masyarakat, (2) layanan Bimbingan Konseling ditujukan untuk seluruh peserta didik, mengunakan berbagai strategi pelaksanaan ( Pengembangan pribadi, dan dukungan sistem) meliputi ragam dimensi, masalah, setting, metode dan lama waktu layanan. (Panduan pelaksanaan Bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah 2008:1.)

Salah satu strategi pelaksanaan layanan dasar Bimbingan Konseling, dapat dilakukan melalui kontak langsung maupun tidak dengan kontak langsung kepada peserta didik. Strategi ini dapat dilakukan dengan pelayanan klasikal dan layanan bimbingan kelompok dan lain-lain. Bimbingan klasikal adalah proses memfasilitasi perkembangan konseli (peserta didik) dengan cara kontak langsung di kelas secara terjadual dalam bentuk diskusi kelas atau curah


(7)

pendapat (brain storming). Salah satu tujuan dari bimbingan klasikal adalah mengembangkan potensi, tanggung jawab, daya juang dan mengembangkan motivasi belajar peserta didik. Sedangkan layanan bimbingan kelompok adalah pelayanan yang diberikan oleh konselor kepada peserta didik melalui kelompok kecil, 5 s.d. 10 orang dengan tujuan merespon kebutuhan dan minat peserta didk mengenai masalah yang bersifat umum yang dirasakan bersama.

Prayitno. dkk, (2005) menyatakan bahwa masalah belajar siswa SLTA cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kategori masalahnya adalah masalah keterampilan belajar dan kondisi diri selalu menduduki posisi dominan. Skor mutu kegiatan belajar mengajar mereka rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Dimiyati & Mudjiono (1999:32-37) menyatakan bahwa untuk mencapai taraf penguasaan belajar yang baik, perlu dipelihara keterlibatan siswa dalam belajar dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, bertindak sebagai pendidik, dan penyesuaian model pembelajaran dengan kondisi siswa. Jika masalah belajar ini tidak diatasi dengan baik, maka akan berakibat rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Keterampilan belajar yang diharapkan mengacu kepada bagaimana siswa belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari. Dikdasmen (2004:9) menyatakan bahwa pengembangan keterampilan memproses perolehan peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkembangkan sikap dan nilai yang dituju. Menurut Ron Fry (dalam Herman., dkk 2004:132) mengemukakan tujuh keterampilan, yaitu (a) mengatur pelajaran, (b) membaca dan mengingat, (c) mengatur waktu belajar,


(8)

(d) mengikuti pelajaran di kelas, (e) menggunakan kepustakaan,(f) menulis karya tulis dengan baik, dan (g) mempersiapkan diri untuk ujian.

Menurut Prayitno (2002) bahwa keterampilan belajar yang harus dikuasai siswa meliputi; (a) perencanaan masa studi, (b) kemampuan menjalani prosespembelajaran, (c) peningkatan kemampuan membaca, (d) kemampuan mengingat, konsentrasi, dan ketahahanan dalam belajar, (e) penyelesaian tugas dan penulisan karya ilmiah, (f) belajar dari dan bersama orang lain, dan (g) ketetampilan mengikuti ujian.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan katerampilan belajar oleh siswa akan mampu meningkatkan mutu kegiatan belajarnya sesuai dengan target kompetensi belajar yang diharapkan.

(Tersedia di BK Bimbingan dan konseling Indonesia http:// konselingindonesia.com Menggunakan Joomla! Generated: 15 March, 2010, 09:06)

Berdasarkan hasil penelitian ” Prihastuti ” dari Fakultas Psikologi Unair, penelitian dilakukan pada siswa kelas 3 SD Percobaan 2 Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta. (2008). Berdasarkan hasil interpretasi uji statistik dapat disimpulkan bahwa efek pemberian perlakuan Brain Gym pada siswa Kelas 3 SD Percobaan 2 Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta cukup efektif, karena aktivitas Brain Gym dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan keterampilan belajar siswa terutama kecakapan berhitung siswa. Dari hasil temuan penelitan Prihastuti bahwa: penelitian menunjukkan bahwa gerakan


(9)

SD. Temuan ini semakin mendukung pernyataan yang disampaikan oleh Dennison, Paul E., and G. E. Dennison (2007) bahwa individu dari berbagai usia menggunakan program belajar yang dikenal Brain Gym untuk memperoleh perbaikan yang cepat dan seringkali dramatis dalam keterampilan belajar seperti membaca, menulis, menyimak, berbahasa, dan berhitung.

”Effect of educational Kinesiology on responsetimes of learing-Disabled Students” Khalsa, Guruchiter Kaur dan sifft, Josie M. American Alliance for Health, Physical Education and Dance National Convention. April 1987, Studi dibuat dengan melibatkan 50 siswa. Kelompok Brain Gym memperlihatkan satu urutan gerakan , sementara kelompok kontrol terlibat dalam gerakan kesembarangan selama tujuh menit. Masa tanggap visual dari semua anak diuji sebelum dan sesudah melakukan gerakan-herakan yang ditentukan. Hasilnya menunjukan bahwa anak-anak yang melakukan gerakan Brain Gym waktu tanggapnya meningkat sementara kelompok kontrol tidak. Paul.E. Dennison 2009:73.)

Berdasarkan hasil psikotes siswa kelas X SMAN 99 Jakarta tahun ajaran 2008/2009 yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 dilaporkan bahwa rata-rata IQ Siswa adalah 121,76 yakni masuk klasifikasi baik yang berarti prestasi yang wajar diperoleh Siswa adalah antara 7 sampai 9. Atau dengan rata-rata 8 (Lembaga psiko Kartika buana 2008:3), tetapi prestasi belajar siswa belum sesuai dengan hasil psikotest tersebut. Salah satu penyebabnya adalah siswa kurang mengetahui keterampilan belajar.


(10)

Berdasarkan permasalahan di atas , bahwa kemampuan IQ siswa bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan siswa, tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi di antaranya, keterampilan belajar, karena Siswa yang mempunyai keterampilan belajar tinggi akan memperoleh prestasi akademik yang baik dibanding dengan Siswa yang tidak memiliki keterampilan belajar, karena siswa yang mempunyai keterampilan untuk belajar tersebut selalu ingin mengunakan waktunya seoptimalkan mungkin untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah.

Menurut ajaran Agama Islam dalam sebuah hadis mengatakan: ” barang siapa mencari ilmu, maka Tuhan akan memudahkan atau memperlancar baginya masuk Surga” , dan sesungguhnya Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena puas dengan apa yang diperbuatnya, dan bahwasanya penghuni langit dan bumi sampai ikan di lautan, meminta ampun kepada orang yang pandai ( orang berilmu). ( hadis riwayat Tarmizi ).

Sesuai dengan hadist tersebut, maka Siswa yang mengamalkan ajaran agama, maka siswa harus menguasai keterampilan dalam belajar, dan memiliki kebiasaan belajar yang baik teratur (rutin) , mempunyai sikap yang positif dalam belajar dan menghilangkan sikap yang negatif terhadap belajar, agar memperlancar jalan menuju surga.

Menurut Yusuf, LN ( 2009 : 138 ), pengertian sikap dan kebiasaan belajar adalah ” Kecenderungan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan belajar, sebagai dampak dari suasana perasaan (feeling) dan


(11)

keyakinannya tentang belajar” sedangkan kebiasaan belajar adalah ” Prilaku (kegiatan) belajar yang relatif menetap, karena sudah berulang-ulang (rutin) dilakukan”

Kemudian dikemukakan oleh Yusuf, LN, ada beberapa ciri-ciri dan sikap kebiasaan belajar yang positif yaitu:

1. Menyenangi belajar (teori dan praktek).

2. Merasa senang untuk mengikuti kegiatan belajar yang diprogramkan sekolah.

3. Mempunyai jadwal belajar yang teratur.

4. Mempunyai disiplin diri dalam belajar (bukan karena orang lain.) 5. Masuk kelas pada waktunya.

6. Memperhatikan penjelasan dari guru.

7. Mencatat pelajaran dalam buku khusus secara rapi dan lengkap. 8. Senang mengajukan pertanyaan apabila tidak memahaminya. 9. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelas.

10. Membaca buku-buku pelajaran secara teratur.

11. Mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah dengan sebaik-baiknya. 12. Meminjam buku-buku ke perpustakaan untuk menambah wawasan

keilmuan.


(12)

14. Senang membaca buku-buku lain, majalah, atau koran yang isinya relevan dengan pelajaran atau program studi yang ditempuh.

15. Tidak mudah putus asa apabila mengalami kegagalan dalam belajar (seperti tidak lulus tes, atau nilainya rendah).

Jadi, sikap dan kebiasaan belajar yang positif adalah ulet, tidak mudah putus asa, gemar membaca, harus dimiliki oleh siswa, agar mencapai ajaran agama yang diyakini/ diimani karena Siswa akan merasa kurang sempurna manakala tidak belajar dengan sungguh-sungguh seperti tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan lain-lain.

Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, Siswa harus mengetahui arti dari belajar dan tujuan belajar serta mengetahui cara belajar yang efektif dan efesien. Belajar adalah proses mental yang tidak berdiri sendiri tetapi ditentukan oleh banyak faktor yakni faktor diri sendiri, faktor di luar diri sendiri serta faktor pendekatan yang digunakan. Perbuatan belajar menghasilkan perubahan dan ciri khas perubahan dalam belajar yang meliputi perubahan-perubahan: (1) intensional atau disengaja, (2) positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri.) (3) efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perbuatan baru.( Tim Musyawarah Bimbingan konseling DKI 2004:29 )

Salah satu keterampilan belajar adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa ( Suherman AS 2007:6 ) karena motivasi merupakan sesuatu yang mendesak atau mendorong individu ke arah suatu kegiatan, khususnya guna mencapai tujuan. Untuk itu guru pembimbing harus mempunyai


(13)

kemampuan untuk membangkitkan motivasi (belajar) siswa dalam mencapai tujuannya. Seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap kegiatan belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar tanpa perasaan bosan apalagi menyerah. Dengan demikian motivasi belajar merupakan tenaga pendorong yang dapat menggerakkan atau mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar dalam mencapai tujuan belajar sehingga kebutuhan belajarnya terpenuhi. Di samping motivasi di dalam diri individu juga terdapat motif yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Motivasi dan motif merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motif timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong individu untuk melakukan tindakan yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan. Bilamana tujuan itu tercapai maka kemungkinan ia akan mendapatkan kepuasan. Motif seseorang melakukan kegiatan didasarkan atas kebutuhannnya. Motif memiliki peranan yang sangat penting bagi kegiatan-kegiatan baik yang bersifat individu maupun kelompok.

Keterampilan belajar harus dimiliki oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Ada lima teknik dan keterampilan belajar yaitu: (1) konsentrasi terfokus. (2) cara mencatat.(3) Organisasi dan pencapain tes (ulangan/ujian). (4) cara membaca cepat. (5) teknik mengingat, dan modalitas belajar yaitu kemampuan tertentu sebagai cara mudah menyerap informasi, memahami pelajaran. ( Kanwil Diknas DKI 2001:53)

Menurut Paul. E. Denison (2009) bahwa Brain Gym juga dapat meningkatkan keterampilan belajar di antaranya: (1) keterampilan kecakapan


(14)

membaca dan mencatat, (2) keterampilan berfikir, (3) kecakapan menulis. (4) kecakapan kesadaran diri, (5) keterampilan menghadapi lingkungan dan (6) keterampilan belajar di rumah, (7) keterampilan memrsiapkan ujian dan lain-lain.

Dalam upaya meningkatkan mutu belajar peserta didik khususnya dan meningkakan mutu pendidikan pada umumnya, di kota Bogor pada tanggal 26 Februari 2009, dilaksanakan Brain Gym, yang diikuti oleh 100 guru yang berasal dari kabupaten dan kota Bogor, bertempat di Wisma Tamu Institut Pertanian Bogor (IPB), dipandu oleh Elisabeth Demuth dari Swiss. Tujuan dari Brain Gym adalah mendorong para guru dan orang tua untuk mengajarkan teknik belajar

Brain Gym kepada siswanya agar tidak stres dalam belajar, termotivasi dan bersemangat dalam belajar. Menurut Elisabeth Demuth bahwa Brain Gym

merupakan gerakan sederhana yang memudahkan kegitan belajar dan menyesuaikan dengan tugas sehari-hari. Melalui Brain Gym, hambatan di dalam tubuh yang berpengaruh pada kemampuan belajar dan daya tangkap siswa bisa diatasi. Menurut Elisabeth Demuth, Brain Gym sangat membantu guru maupun orangtua dalam menangani anak-anak yang mengalami hambatan belajar. Melalui Brain Gym, guru maupun orang tua bisa mengurangi stress, lebih sehat dan lebih senang mengajar untuk anak-anaknya sendiri, daya tangkap akan semakin baik dan akan meningkatkan motivasi belajar (semangat belajar),” Ditambahkan oleh Elisabeth, bahwa secara umum otak manusia terbagi ke dalam tiga bagian yakni, otak kiri-kanan, otak muka-belakang dan otak atas-bawah.“Ketiga bagian otak inilah yang harus terus dilatih agar fungsi otak dapat


(15)

bekerja secara seimbang. Bila salah satu bagian saja kurang dilatih, maka bagi anak-anak akan kurang bersemangat untuk belajar, kurang kreatif dan sulit untuk memahami suatu hal,” tandas Elisabeth. Ada beberapa gerakan sederhana senam otak di antaranya adalah dua pasang telinga, saklar otak, tombol bumi, tombol angkasa, delapan-tidur dan gerakan gajah. Beberapa gerakan tersebut mempunyai fungsi-fungsi tertentu dalam melatih otak manusia. Misalnya, gerakan pasang telinga yang mengharuskan kita memijat daun telinga akan membantu meningkatkan pendengaran, meningkatkan daya pikir dan meningkatkan daya ingat.

(Tersedia di http://www.radar-bogor.co.id/20/ar_id=MjY2NjQ=&click=ODU online (selasa 01 september 2009).

Pembagian dan fungsi otak adalah; (1) batang otak fungsinya untuk mengendalikan pernafasan, denyut jantung, reaksi insting saat bahaya seperti marah dan menyerang, mengatur dan membentuk siklus tidur; (2) sistem Limbick berfungsi mengendalikan emosi, membantu keseimbangan hormonal, rasa haus, lapar, dorongan seksual, pusat kesenangan, metabolisme, ingatan jangka panjang dan motivasi belajar; (3) neokorteks berfungsi mengendalikan penglihatan, pendengaran, kreasi, berfikir, berbicara, intelegensia dan mengendalikan nafsu dan emosi ( Ibe hayatain 2009 : 4)

Brain Gym dapat dilaksanakan dalam kegiatan layanan bimbingan klasikal atau layanan bimbingan kelompok, karena dalam bimbingan klasikal atau bimbingan kelompok dapat melakukan kontak langsung antara Konselor dan peserta didik, untuk melaksanakan layanan dasar bimbingan dan


(16)

konseling. Srategi layanan bimbingan meliputi layanan individual dan layanan kelompok. Bimbingan individual yaitu hubungan timbal balik antara konseleor dan konseli untuk mencapai pemahaman tentang diri sendiri, dalam hubungannya dengan permasalahan, perkembangan dan pengambilan keputusan, dirinya untuk saat ini dan pada masa yang akan datang. Sedangkan bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan individu mengembangkan wawasan dan pemahaman yang diperlukan tentang suatu masalah tertentu, mengeksplorasi dan menentukan alternatif terbaik untuk memecahkan masalah atau dalam upaya mengembangkan pribadinya

Selanjutnya dijelaskan oleh Natawidjaya (1987:33) bahwa bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada memberi kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhan.

Perbedaan bimbingan individu dengan bimbingan kelompok adalah terletak pada suasana bantuan karena dalam bimbingan individual, konseli dibantu dalam suasana antar pribadi, sedangkan dalam bimbingan kelompok, individu dibantu dalam suasana kelompok sehingga melibatkan individu-individu yang lain. Kegiatan Brain Gym lebih efektif dilaksanakan dalam suasana kelompok karena kegiatan Brain Gym adalah kegiatan gerakan sederhana yang dilakukan dengan riang gembira. Gerakannya bervariasi bisa dilaksanakan dengan irama musik, sehingga menyenangkan peserta didik. Kegunaannya adalah untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa.


(17)

Mekanismenya adalah integrasi otak yang diperlukan untuk menyerap pelajaran secara keseluruhan, dengan cara memaksimalkan otak kiri dan otak kanan,

(Midline movements ) meningkatkan energi, (Energy exercises) dan gerakan peregangan otot (Lengthening activities) dan lain-lain.

Brain Gym didasarkan pada tiga pokok yang sederhana yaitu: (1) belajar adalah kegiatan yang alami yang menyenangkan yang terus terjadi sepanjang hidup; (2) kesulitan belajar adalah ketidakmampuan mengatasi stres dan keraguan dalam menghadapi suatu tugas yang baru; (3) kita semua mengalami ”kesulitan belajar” selama kita telah belajar untuk tidak bergerak ( Dennison. P. 2009:2 )

Kedua belahan otak penting artinya bagi kehidupan manusia. Keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan akan dirasakan apabila seseorang memanfaatkan kedua belahan otak dengan baik. Aktivitas belajar atau mengerjakan tugas lainnya akan lebih baik jika kemampuan kedua bagian otak dioptimalkan sesuai dengan apa yang tengah dipelajari atau apa yang tengah di kerjakan (Yusup Purnomo Hadianto dan Renita Mulyaningtyas 2008 :34)

Kenyataan, dalam banyak hal manusia lebih banyak mengunakan otak kiri, misalnya dalam berkomunikasi sebahagian besar memakai komunikasi verbal. Jika kecenderungan ini tidak diimbangi oleh otak kanan, maka dalam kehidupan seseorang akan memiliki kecenderungan stres, menderita gangguan kesehatan mental, dan munculnya kemampuan fisik yang buruk. Untuk itu disarankan menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan. Caranya dengan memasukan unsur musik dan estetika dalam pengalaman belajar. Hal ini akan


(18)

menimbulkan emosi positif, yang akhirnya akan membuat kerja otak lebih efektif. Emosi positif akan mendorong kekuatan otak dan mendorong pencapaian prestasi. Amatilah pembelajaran di sekolah? Jika banyak siswa merasa jenuh atau bosan, mungkin pembelajaran lebih banyak menggunakan otak kiri. (Yusup Purnomo Hadianto dan Renita Mulyaningtyas 2008 : 34)

Berdasarkan pendapat Yusup Purnomo Hadianto dan Renita Mulyaningtyas pada buku Bimbingan Konseling di SMA kelas X, tersebut diatas kenyataannya banyak siswa yang jenuh atau bosan karena pada umumnya siswa menerima pelajaran dengan metode ceramah. Brain Gym adalah gerakan sederhana yang dilakukan dengan musik sehingga bisa mengusir rasa jenuh dan bosan serta dapat mendatangkan emosi positif. Jika emosi positif sudah tercipta maka Siswa akan bersemangat dan dapat enjoi dalam bgelajar, sehingga belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki dalam Quantum Learning (2000:41) bahwa emosi positif dapat meningkatkan kekuatan otak, keberhasilan dan kehormatan diri . Sebagaimana di gambarkan sebagai berikut:


(19)

Ada beberpa teknik dan metode yang untuk meningkatkan keterampilan dan pembiasaan belajar anatara lain dengan:

1. Edu – K (Educational Kinesiology)

Berasal dari kata latin ”educare” yang artinya menarik keluar dan ”kinesiology”

= kinesis yang berasal dari kata Yunani, yaitu ilmu tentang gerakan tubuh manusia. Inti dari Edu-K : “Menarik keluar potensi yang terpendam melalui gerakan tubuh.”

Mengapa Brain Gym dilakukan?

Orang yang sulit belajar akan berusaha keras yang mengakibatkan terjadi stress di otak, sehingga mekanisme integrasi otak melemah dan bagian otak tertentu kurang berfungsi. Informasi yang diterima di otak bagian belakang sulit diekspresikan, sehingga orang merasa kurang berhasil dan stress akan mengakibatkan semangat belajar berkurang. Dan orang yang kurang belajar dan berusaha, prestasinya akan statis, bahkan menurun dan perasaan tidak berhasil semakin bertambah sehingga sulit untuk keluar dari lingkaran negative itu.

Emosi Positif

Kekuatan Otak

Kehormata n Diri

Keberhasila n


(20)

Bagaimana Brain Gym menunjang kemampuan belajar ?

Melalui tes otot dicari tahu hambatan di tubuh yang berpengaruh pada kemampuan belajar dan daya tangkap. Brain Gym membuka bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan belajar/bekerja berlangsung menggunakan seluruh otak (whole brain).Kegunaanya:

a. Stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih

b. Hubungan antar- manusia dan suasana belajar/bekerja lebih rileks dan senang

c. Kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat

d. Orang menjadi lebih bersemangat, lebih konsentrasi, lebih kreatif dan efisien

e. Orang merasa lebih sehat karena stres berkurang f . Motivasi belajar dan prestasi belajar meningkat

2. Tiga dimensi otak Sesuai Edu – K

Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan yang disampaikan melewati serabut syaraf secara sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya, otak bagian kiri bertanggung jawab untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Dengan Brain Gym, maka tiga dimensi otak akan diaktifkan secara keseluruhan.

Ada beberapa gerakakan dalam gerak latih otak yaitu: a. Lateralisasi-Komunikasi (Kanan-Kiri)

Gerakan untuk menyebrang garis tengah, menyangkut sikap positif:


(21)

tubuh digerakkan dan bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Gerakan menyebrang garis tengah, mengaktifkan kerjasama tersebut. Kemampuan belajar paling tinggi apabila kedua belah otak bekerjasama dengan baik.

b. Fokus Pemahaman (Muka –Belakang)

Gerakan meregangkan otot, menyangkut: konsentrasi, pengertian, dan

pemahaman. Gerakan ini menunjang kesiapan untuk menerima hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Kalau sulit memahami inti keseluruhan pelajaran, atau orang tidak dapat berkonsentrasi, sebaiknya gerakan ini dilakukan agar otot lega dan semangat belajar meningkat.

c. Pemusatan-Pengaturan (Atas-Bawah)

Gerakan untuk meningkatkan energi, menyangkut: mengorganisasi, mengatur, berjalan, tes atau ujian. Otak terdiri dari milyaran sel saraf kecil bernama neuron yang jalurnya dihubungkan seperti kabel pada telepon. Bila gerakan ini dibuat berarti hubungan elektrik jaringan dapat diaktifkan agar dapat berfungsi baik dalam memberikan informasi dari badan ke otak dan sebaliknya.

3. Keuntungan Brain Gym

a. Memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stress

b. Dapat dipakai dalam waktu singkat (kurang dari 5 menit) c. Tidak memerlukan bahan atau tempat khusus


(22)

e. Meningkatkan kepercayaan diri f. Menunjukkan hasil dengan segera g. Dapat dijelaskan secara neurofisiologi :

h. Sangat efektif dalam penanganan seseorang yang mengalami hambatan dan stress belajar.

i. Memandirikan seseorang dalam hal belajar, dan mengaktifkan seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki.

j. Diakui sebagai salah satu teknik belajar yang paling baik oleh National Learning Foundation USA, dan sudah tersebar luas di lebih dari 80 negara (http://atikofianti.wordpress.com/2007/12/05/health-brain-gym-senam-otak/(20 juli 2009)

Sejak pendidikan formal menjadi sebuah kewajiban dalam menuntut ilmu, timbul standar baru untuk menjelaskan arti cerdas dan tidak cerdas. Konsep IQ (Intelligence Quotient) pun menjadi patokan untuk menentukan siapa yang lebih cerdas atau yang paling bodoh, di luar system penilaian dan ujian yang diterapkan pada setiap disiplin ilmu. Seseorang yang sering merasa sulit berkonsentrasi atau sering lupa menjadi tidak percaya diri. Saat hal itu terjadi, dia akan berusaha terlalu keras sehingga terjadi stress di otak. Akibatnya mekanisme integrasi otak melemah sehingga bagian-bagian otak tertentu kurang berfungsi sehingga dia akan semakin merasa tidak mampu. Hal ini berakibat terjadi pada semangat belajar dan motivasi belajar berkurang, sehingga prestasinya menjadi statis bahkan menurun. Hal ini dapat terjadi pada siapa saja. Menurut Bambang


(23)

Anggrayanto, Super Smart Trainer dari Yogyakarta, ditemukan sebuah metode belajar untuk mengatasi kesulitan dalam berpikir dan belajar yang disebut dengan “Scud Memory: Scud Memory merupakan sebuah metode belajar yang memadukan kerja otak kiri dan otak kanan agar otak mampu memproses informasi secara lebih cepat, mampu menyimpan ingatan lebih lama dan menjadikan proses belajar menjadi lebih mudah serta kreatif. Dengan menggunakan metode Scud Memory, otak akan terangsang untuk berkembang sampai optimal. Scud Memory mirip dengan Brain Gym

yaitu menerapkan merupakan gerak sederhana yang menyenangkan dan dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar dengan menggunakan seluruh otak. Brain Gym ikut membantu mengurangi stress di otak sehingga seluruh bagian otak bekerjasama dengan baik. Bukan itu saja, Brain Gym juga dapat meningkatkan pendengaran dan penglihatan serta memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stres. Secara umum Brain Gym membantu dalam memahami dan melengkapkan proses belajar, membantu memahami dan menguasai daya ingat, membantu meahami bagimana belajar dengan menyenangkan (tanpa stres), serta membantu memahami dan melatih potensi otak. Selain itu, masih ada banyak manfaat lain yang didapatkan dengan melakukan gerakan-gerakan yang bervariasi, dan gerakan-gerakan yang menyenangkan pada dan membuat perasaan lebih rileks.

Manusia belajar dengan bergerak. Hasilnya adalah suatu keutuhan dan optimal, ”fusion of full expression dan creativity”, cara berpikir dan


(24)

perasaan, terfokus dan terorganisasi, mudah memahami dan mendalami. Pada awalnya program Edu-K ini digunakan untuk siswa yang memiliki kekurangan atau kesulitan dalam belajar, tetapi sekarang ini sudah digunakan secara internasional oleh pendidik, siswa, atlet, artis, karyawan di kantor, orang lanjut usia. Program ini direkomendasikan kepada mereka yang bekerja di bidang medik dan bidang pendidikan untuk membuat perubahan positif, kreatif, dinamis, dan kebebasan bergerak dalam kehidupan mereka. Manfaat yang diperoleh adalah untuk membantu siswa-siswa dan orang dewasa, serta orang tua. Dalam meningkatkan motivasi belajar, belajar segala sesuatu lebih cepat dan mudah, lebih fokus dan terorganisir lebih baik, memulai dan menyelesaikan tugas-tugas dengan mudah, mengatasi tantangan dan kesulitan belajar beajar,meraih prestasi lebih tinggi dan lain lain.

Karena diakui sebagai teknik belajar yang paling baik yang sudah tersebar lebih dari 80 negara, maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana keefektifan teknik Brain Gym dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan keterampilan belajar di SMAN 99 Jakarta.

Jika masalah ini tidak diteliti, karena terdapat banyak siswa yang jenuh atau bosan dalam belajar. Karena belajar merupakan kondisi ”tersiksa”, (bukan hal yang menyenangkan), maka penulis kawatir, prestasi belajar siswa tidak akan maksimal.


(25)

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan kondisi yang ada di lapangan maka peneliti dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut: “ Apakah teknik Brain Gym efektif untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa di SMAN 99 Jakarta?

C. Pertanyaan Penelitian.

Layanan bimbingan dan konseling adalah bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan dengan tujuan mengantarkan peserta didik untuk mencapai perkembangan yang optimal. Salah satu misi pendidikan di SMAN 99 Jakarta adalah: ”melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang efektif, efesien, kreatif dan inovatif sehingga dapat mengantarkan siswa dapat berkembang sesuai dengan potensinya serta dapat meningkatkan keterampilan belajar, komitmen mencapai prestasi terbaik berwawasan unggul” Artinya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan rangkaian program pendidikan di sekolah untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa untuk mencapai pestasi. Untuk mencapai prestasi belajar dilaksanakan aktivitas pembelajaran. Namun dalam proses pembelajaran tersebut tidak semua berjalan dengan wajar, karena ada peserta didik yang lambat belajar, ada peserta didik yang belum menguasai keterampilan belajar, seperti keterampilan membaca efektif, mencatat dengan mapping, membangkitkan motivasi, mengatasi kejenuhan, mempersiapkan ujian dan lain-lain.


(26)

Mencermati kondisi tersebut diatas yaitu adanya kesenjangan antara kenyataan di lapangan dengan harapan untuk meningkatkan kterampilan belajar, maka teknik belajar Brain Gym yang dilaksanakan dalam suasana kelompok diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa di SMAN 99 Jakarta. Untuk itu penelitian dilakukan adalah upaya untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan diatas. Rumusan tersebut dapat diuraikan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Seperti apa gambaran keterampilan belajar di SMAN 99 Jakarta? 2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat keterampilan belajar

Siswa SMAN 99 Jakarta?

3. Apakah teknik belajar Brain Gym efektif untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan , maka tujuan pokok penelitian adalah merumuskan teknik belajar dengan Brain Gym

untuk meningkatkan keterampilan belajar Siswa SMAN 99 Jakarta. Secara spesifik tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran keterampilan belajar di SMAN 99 Jakarta

2. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat keterampilan belajar Siswa SMAN 99 Jakarta


(27)

3. Memperoleh rumusan teknik belajar Brain Gym , efektif untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Manfaat teoritis yaitu:

a. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penerapan teknik belajar dengan Brain Gym untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan belajarnya.

b. Mengembangkan layanan Bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok dengan teknik belajar Brain Gym.

Manfaat praktis

a. Meyumbangkan hasil pikiran dalam rangka mengembangkan keterampilan Guru Bimbingan dan konseling dalam melaksanakan

Brain Gym yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

b. Memberikan sumbangan pikiran hasil penelitian ini untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya untuk meningkatkan prestasi belajar di SMAN 99 Jakarta.

F. Asumsi Penelitian

Penelitian ini bertitik tolak pada anggapan dasar sebagai berikut:

1. Belajar merupakan perubahan atau ”berubah” mengubah tingkah laku. Belajar akan membawa suatu perubahan tingkah laku pada


(28)

idividu-individu yang belajar, yang terkait dengan penambahan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat watak dan penyesuaikandiri (Sardiman AM 1998:21)

2. Keterampilan belajar adalah mengacu kepada bagaimana siswa belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari. Dikdasmen (2004: 9) menyatakan bahwa pengembangan keterampilan-keterampilan belajar memproses perolehan peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuh-kembangkan sikap dan nilai yang dituju.

3. Brain Gym terdiri dari dari gerakan-gerakan dan aktivitas yang mudah dan menyenangkan, yang telah digunakan bersama murid-murid untuk meningkatkan pengalaman belajar dengan keseluruhan otak. Aktivitas ini membuat semua sistem belajar lebih mudah (Paul .E, Dennison, Phd 2006:2)

4. Brain Gym dilaksanakan secara kelompok dengan penuh semangat dan riang gembira .( Tersedia online 20 Februari 2007 : sumber http;//subersehat .com)

5. Brain Gym atau senam otak telah dilakukan di Sekolah Bina Talenta Graha, Kota Harapan Indah, Bekasi untuk mengatasi lemahnya motivasi belajar dan kesulitan belajar. Seluruh Guru dan murid pada setiap pagi selama lima menit melakukan senam otak


(29)

sebelum belajar. Hasilnya baik. Umumnya, para siswa lebih mudah menerima pelajaran di sekolah. Tak hanya itu, siswa yang awalnya pendiam, tidak bersemangat, tidak termotivasi, menjadi aktif setelah melakukan senam otak.(Tersedia online 22 Maret 2009 : sumber w.w.w. berani.co.id )

6. Bimbingan Klassikal merupakan proses memfasilitasi perkembangan konseli (peserta didik) dengan cara melakukan kontak lansung di kelas secara terjadwal dalam bentuk diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat) (Panduan pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah menengah 2008:18).

7. Bimbingan kelompok diberikan kepada semua siswa (individu) atas dasar jadual yang reguler (natawijaya 1987:35) sedangkan tujuan dari bimbingan kelompok adalah mencegah berkembangnya masalah pada konseli. (Natawijaya:1987:32:Nurihsan,2005:17) Ditegaskan pula oleh Yusuf L.N. bimbingan kelompok adalah layanan dasar yang harus diberikan untuk semua siswa, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja maupun dewasa (Yusuf LN:2009: 62)

8. Jika dalam pembelajaran di sekolah, banyak siswa merasa jenuh atau bosan, mungkin pembelajaran lebih banyak menggunakan otak kiri. (Yusup Purnomo Hadianto dan Renita Mulyaningtyas:34)


(30)

G.Definisi Operasional dan Variabel Penelitian.

Kegiatan bimbingan klassikal dapat dilaksanakan dengan jam tatap muka yang terjadual untuk menyelenggarakan kegiatan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten dan lain-lain, dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Agar pembahasannya tidak terlalu meluas, maka akan dijelaskan tentang defenisi operasionalnya adalah sebagai berikut:

1. Pengertian keterampilan belajar.

Keterampilan belajar merupakan keahlian yang didapatkan (acquired skills) oleh seorang individu melalui proses latihan yang kontinyu dan mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif ataupun psikomotorik. Dengan mengusai keterampilan belajar, maka individu dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan. (http://motivasibelajar.wordpress.com/2008/05/16/3/(20 Juli 2009)

2. Pengertian teknik belajar Brain Gym

Sukardjiman ( Pendiri club Brain Gym Indonesia) mengatakan bahwa Brain Gym adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk

memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari. Metode belajar dikembangkan oleh Paul E. Dennison, Dr. Phill, bersama isterinya Gail E. Dennison yang merupakan pelopor pendidik di Amerika dalam penerapan penelitian otak. Ada beberpa teknik dan metode untuk meningkatkan keterampilan dan pembiasaan belajar . Metode ini diakui sebagai salah satu teknik belajar yang paling baik oleh


(31)

National Learning Foundation USA, dan sudah tersebar secara luas yaitu lebih dari 80 negara di seluruh dunia. Tersedia http://atikofianti wordpress.com/ 2007/ 12/05/ health-Brain-Gym-senam-otak/ (20 Juli 2009)

Biasanya para pendidik dalam mengatasi kegagalan membuat program untuk memotivasi, menekankan, mengulang-ngulang, bahkan

”memaksa” belajar, untuk mengatasi delema kegagalan yang dialami siswa di sekolah. Program ini berhasil sampai tahap tertentu, karena beberapa siswa bisa melakukan dengan baik sementara yang lainnya tidak bisa melakukannya, dikarenakan tidak memakai mekanisme integrasi otak yang diperlukan untuk menyerap pelajaran secara keseluruhan. Informasi diterima oleh otak bagian belakang sebagai pesan (impress), tetapi tidak dapat diungkapkan oleh otak bagian depan (express). Ketidak mampuan untuk menerangkan apa yang sudah dipelajari menyebabkan pelajar terperangkap dalam sindrom kegagalan. ( Paul. E. Dennison, Gail. E. Dennison 2009:i.)

Salah satu hubungan aktivitas dengan kondisi otak dengan cara metode latihan Brain Gym dan Exercise adalah untuk meningkatkan penyaluran oksigen, penyaluran darah dan penyaluran asam animo ke bagian Cortex sehingga otak menjadi segar dan berfungsi efektif dan otak belahan kiri dan belahan kanan akan sehat jika mengikuti aktivitas pikiran (IBE ”Hayatain: 2009:6). Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan teknik belajar Brain Gym adalah


(32)

serangakaian gerakan yang dilakukan degan riang gembira secara kelompok pada saat bimbingan klasikal atau bimbingan kelompok agar memudahkan kegiatan belajar , sehingga bisa mengatasi malas, jenuh dan cepat bosan serta kurang motivasi belajar. Bagaimana Brain Gym

menunjang kemampuan belajar? Melalui tes otot dicari tahu hambatandi tubuh yang berpengaruh pada kemampuan belajar dan daya tangkap.

Brain Gym membuka bagian2 otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan belajar berlangsung menggunakan seluruh otak (whole brain).

H. Metodologi Penelitian

Metode penelitian dengan metode eksperimen, yaitu membandingkan kelompok yang mendapatkan teknik Brain Gym dengan kelompok yang tidak mendapatkan Brain Gym, kemudian membandingkan hasil pre-tes dan hasil pos-tes.

Pre test dan pos-tes dilakukan untuk mengetahuil profil keterampilan belajar siswa antara lain: (1) keterampilan mencatat; (2) keterampilan menghafal materi pembelajaran;(3) keterampilan menyiapkan ujian; (4) keterampilan mendengar aktif; (5) keterampilan mengerjakan soal ujian/tes; (5) keletihan/kejenuhan.(bosan dalam belajar.) /keterampilan meningkatkan motivasi belajar. Kemudian dilakukan teknik belajar Brain Gym dengan beberapa gerakan.


(33)

I. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMAN 99 Jakarta Timur. Dipilihnya SMAN 99 Jakarta Timur adalah karena ada kesesuaian antara permasalahan yang dihadapi di SMAN 99 Jakarta dengan tema yang dimiliki peneliti. Peneliti juga telah memiliki gambaran lokasi yaitu salah satu sekolah yang berlokasi di wilayah Jakarta Timur bagian selatan yang lokasinya berbatasan dengan Kotamadya Depok Propinsi Jawa Barat.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode penelitian

Metode eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danim, 2OO2).

1. Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperirmen dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu, (1) melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan;(2) mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah; (3) melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah; (4) membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan: a) mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen; b) menentukan cara mengontrol; c) memilih rancangan penelitian yang tepat; d) menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang


(35)

mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian; e) membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen; f) membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan; g) mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis; (5) melaksanakan eksperimen; (6) mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen; (7) mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telahditentukan; (8) menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya; (9) menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan (Sukardi, 2003).


(36)

3. Gambaran umun alur berfikir penelitian adalah sebagai berikut:

t

Tahap Persiapan

Tahap

Pengumpulan data

Tahap Analisis data

Tahap tindakan Tahap Pembahasan

Menentukan masalah penelitian

Menyusun Instrument penelitian berdasarkan kajian Teoritik dan empirik

Validasi Instrument

Revisi Instrument Uji Coba Instrument Pengumpulan data

PreTest

Analisis

Tindakan /Treatment

Pos-test

Hasil dan Pembahasan


(37)

Rancangan eksperirnen yang sederhana berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan pada penelitian. Ada dua hal yang digunakan pada rancangan eksperimen yaitu:

a. Tes awal – tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest) b. Perbandingan kelompok statis (the static group comparison design) Penelitian eksperimental merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Disamping itu penelitian eksperimen juga merupakan pendekatan penelitian yang khas yang ditunjukkan oleh dua hal yaitu pertama, penelitian eksperimen menguji secara langsung pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dan yang kedua, menguji hipotesis hubungan sebab akibat. Ciri utama penelitian eksperimen adalah pengontrolan variabel dan pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen.

Krathwol (1985) dalam Hadi dan Mutrofin (2006) menjelaskan bahwa eksperimen-eksperimen yang mencakup pengenalan intervensi terencana (treatment) dalam situasi dengan tujuan untuk mencapai hasil dan perubahan tertentu, merupakan pengertian umum dan istilah desain ekperimen. Mereka mengemukakan beberapa langkah yang menjadi dasar dari logika desain eksperimen sebagai berikut : Langkah pertama dalam desain eksperimen adalah menerjemahkan perkiraan atau harapan dalam suatu hipotesis menjadi rumusan yang lebih operasional.


(38)

Setelah operasionalisasi langkah kedua, adalah penciptaan situasi yang memungkinkan dilakukannya tindakan atau perubahan yang diperlukan. Selanjutnya melalui pemilihan desain yang memadai maka akan diperoleh serangkaian alternatif yang dapat dipilih salah satu atau beberapa di antaranya yang terbaik. Terakhir, seandainya data yang ada sesaui dengan dugaan periset maka masih perlu dilakukan pengujian akhir dalam kerangka desain agar hipotesis yang tengah diuji itu terbebas dari diskonformasi.

Penggunaan desain ekperimen secara khusus pada riset evaluasi dikemukakan oleh Hadi dan Mutrofin (2006). Dijelaskan bahwa dalam desain ekperimen dua kelompok dikaji yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh perlakuan program atau proyek dan kelompok kontrol yang dalam berbagai aspek lain identik dengan kelompok eksperimen, tidak dikenakan perlakuan atau treatment dalam bentuk prrogram atau proyek. Kedua kelompok diukur berdasarkan variabel hasil yang diinginkan sebelum dan sesudah program/proyek, selanjutnya perubahan pada kedua kelompok diperbandingkan. Apabila semua faktor lain yang relevan terkontrol secara memadai maka perbedaan setelah komponen utama dalam penelitian eksperimen adalah program/proyek di antara kedua kelompok tersebut seharusnya merupakan hasil program tersebut.


(39)

B.TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis melakukan beberapa teknik pengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi

Observasi dilakukan di lokasi penelitian, di kelas X D SMAN 99 Jakarta Timur, dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap objek yang diteliti, untuk mendapatkan informasi yang akan dipergunakan untuk penelitian ini. Penulis melakukan observasi terhadap teknik belajar Brain Gym. Hal-hal yang diobservasi adalah gerakan-gerakan khusus

Brain Gym adalah gerakan silang, gerakan 8 tidur, tomol angkasa, tombol imbang, titik positif, mengisi energy dan gerakan X dan lain-lain.

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada siswa, tentang hambatan dalam melaksanakan beberapa teknik Brain Gym, minat melaksanakan Brain Gym,

gerakan-gerakan yang paling disenangi atau gerakan-gerakan yang sulit dilakukan dan lain-lain dengan cara berintekaksi langsung dengan siswa (responden). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk melengkapi data.


(40)

3. Studi dokumentasi

Penulis melakukan studi dokumentasi, nilai Ulangan Blok, hasil psikotest, kegiatan-kegitan ekstr kurikuler , jadwal belajar siswa di rumah, buku catatan siswa dan lain-lain, untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Studi dokumentasi sebagai salah satu sumber data penelitian dalam penelitian Tindakan Kelas. Studi dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian. (Moleong 2008:217)

C. Persiapan penelitian

1. Observasi lapangan

Observasi lapangan merupakan langkah awal untuk menentukan subjek yang akan diteliti sesuai dengan judul penelitian. Peneliti mengobservasi setiap gerakan-gerakan Brain Gym yang dilakukan, yang menyangkut dengan gerakan lateralitas, pemfokusan dan gerakan-gerakan pemusatan. Observasi ini dilakukan agar adanya kesesuaian antara fokus penelitian dengan objek penelitian sehingga menunjang dan sesuai dengan judul yang sudah ditetapkan.

2. Penyusunan pedoman wawancara

Pada tahap ini penulis melakukan penyusunan pedoman wawancara. Setelah pedoman wawancara selesai, penulis membuat beberapa pertanyaan yang akan diberikan kepada responden. Pertanyaan yang penulis buat yang sesuai dengan fokus penelitian atau masalah yang akan diteliti. Setelah pedoman wawancara


(41)

dan beberapa pertanyaan dibuat, maka tahap berikutnya adalah mengkonsultasikan dan menjastifikasi pertanyaan tersebut pada dosen pembimbing. Wawancara dapat dipandang sebagai suatu bentuk percakapan dan dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang terdapat dalam lingkungan tertentu.

3. Pengembangan instrument

Pada tahap ini dilakukan pemotretan terhadap keterampilan belajar siswa, dilakukan melalui suatu intrumen yang disusun dalam bentuk kusioner. Karena kusioner tersebut tidak diuji cobakan, maka untuk menentukan kelayakan kusioner ditentukan berdasarkan penilaian oleh penimbang (Agung, 1992:63)

Untuk itu butir-butir pernyataan dalam penelitian dinilai oleh empat orang pakar bimbingan dan konseling pada program bimbingan dan konseling Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Jumlah pernyataan yang diajukan kepada ke empat orang pembimbing memberikan dua kali penilaian. Pada langkah pertama jumlah pernyataan yang diajukan kepada pembimbing ahli terdiri dari 127 butir. Pada bagian pertama ke kempat penimbang secara umum memberikan saran bagaimana membuat butir-butir kosioner yang sesuai dengan topik yang dibahas dan memberikan koreksian terhadap beberapa butir yang dianggap tidak sesuai dan tidak perlu. Sehingga jumlah butir yang disempurnakan menjadi 103 butir. Setelah dilakukan perbaikan dan penyrmpurnaan selanjutnya rancangan kuesioner tersebut kembali diminta penilaian kepada para penimbang. Setelah penimbang melakukan penilain


(42)

kembali, maka jumlah butir pernyataan yang dimasukan ke dalam kuesioner adalah sebanyak 80 butir.

4. Penyebaran kusioner

Tahap ini adalah adalah tahap pelaksanaan penelitian untuk memperoleh data penelitian. Ada dua kegiatan yang dilakukan peneliti sesuai jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pertama, untuk memperoleh data tentang pelaksanaan Brain Gym dengan melakukan wawancara kepada siswa, wali kelas dan pihak kesiswaan . Kedua untuk memperoleh data tentang keterampilan belajar siswa. Kegiatannya dengan cara menyebarkan intrumen/angket penelitian. Peneliti menyebar angket kepada 40 siswa sebagai responden.

Adapun kisi-kisi butir pernyataan kusioner keterampilan belajar siswa. ASPEK YG DI

UNGKAP.

INDIKATOR BUTIR

PERNYATAAN

JUMLAH Keterampilan mencatat dengan

peta pikiran

Meringkas informasi dgn gagasan penting

1 s.d. 9 9

Keterampilan mendengar aktif Mendengar secara aktif 10 s.d. 12 3

Memperhatikan bahasa tubuh si pembicara.

13 s.d. 14 2

Keterampilan membaca efektif. Mengetahui kiat-kiat membaca.

15 s.d. 23 9

Meningkatkan kecepatan membaca

24 s/d 30 7

Keterampilan menghafal atau mengingat

Menghafal dengan ciri berkualitas

31 s.d. 37 7

Keterampilan menghadapi ujian.

Persiapan ujian. 38 s.d. 41 4

Menjaga kesehatan 42 s/d 46 5

Mengerjakan tes 47 s/d 51 5

Mengatasi kejenuhan dan membangkitkan motivasi.

Mengatasi kejenuhan 52 s.d. 59 8


(43)

Memiliki cita/visi kedepan

68 s.d .74 7

Memenej (mengelola) waktu belajar

75 s.d. 80 6

5. Pengolahan dan analisis data penelitian

1) Uji Validitas dan reliabelitas intrumen

Ukuran memadai atau tidaknya intrumen sebagai alat pengumpul data dan sebagai alat pengukur variable penelitian, harus memenuhi syarat utama, yaitu syarat validitas atau kesahihan dan syarat realibilitas atau keajekan.

Faisal dan GW Mulyadi (1982:24), menjelaskan bahwa, maksud dari Validitas dan reliabelitas sebagai berikut:

Validitas pengukuran berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan fungsi ukur dari alat yang digunakan. Suatu alat pengukuran dikatakan valid jika benar-benar sesuai dan menjawab secara cermat tentang variabel yang mau diukur. Sedangkan reliabilitas pengukuran, berhubungan dengan daya konstan alat pengukur didalam melahirkan ukuran-ukuran yang sebenarnya dari apa yang di ukur. Alat pengukur yang realiabel kecil kemungkinan melahirkan ukuran yang berbeda-beda, bila kenyataan objeknya memang sama, waluapun dilakukan oleh lain petugas dan/atau lain kesempatan.

Menurut Sugiono (1999 :267) ‘Valid, berarti isntrumen tersebut dapat digunakan untuk mrngukur apa yang hendak ’diukur.” Sedangan instrumen yang reliabel berarti insrtumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Untuk mengetahui validitas dan raliabilitas suatu intrumen pengumpulan data, peneliti perlu melakukan uji terhadap intrumen tersebut. Dalam hal


(44)

ini uji terhadap angket yang telah disusun. Tujuan dari uji instrumen adalah untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi terutama pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat peneliti.

Pengujian terhadap validitas dan realibitas instrumen dalam penelitian ini sebagai berikut :

Uji validitas instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Suharsimi Arikunto (1998:136) mengungkapkan bahwa : tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana variable data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variable yang dimaksud.

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sebuah instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006: 168). Uji validitas setiap item pernyataan dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor yang diperoleh dari setiap responden pada item pernyataan yang bersangkutan dengan skor total yang diperoleh responden dari keseluruhan komponen kuesioner. Untuk menghitung koefisien korelasi ini digunakan teknik korelasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas setiap item pernyataan adalah rumus rank-difference correlation atau korelasi tata jenjang yang juga dikenal dengan Spearman’s rho, yaitu sebagai berikut:


(45)

(Arikunto, 2006: 278) Keterangan:

ℎ = korelasi tata jenjang

D = difference, beda antara jenjang setiap subjek N = banyaknya subjek

Dalam proses perhitungan koefisien validitas item dilakukan dengan bantuan software SPSS 17.0, dengan menggunakan nilai p (probability value) pada taraf signifikansi standar program (p<0,01 dan p<0,05). Setelah diujicobakan, dari 80 item pernyataan, ternyata 76 item di antaranya memiliki koefisien validitas yang signifikan sehingga dinyatakan memadai dan dapat dipergunakan dalam penelitian selanjutnya, sedangkan 4 item pernyataan lainnya tidak signifikan sehingga ke-4 item (nomor 9, 15, 27, dan 52), dinyatakan tidak memadai dan tidak dapat dipergunakan dalam penelitian (dibuang).

Secara detail, hasil ini dapat dilihat sebagai berikut.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya (Arikunto, 2006: 178). Koefisien reliabilitas instrumen pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:

ℎ = 1 - ∑


(46)

(Arikunto, 2006: 196) Keterangan:

= reliabilitas instrumen k = banyaknya item pernyataan

∑ = jumlah varians item = varians total

Adapun proses perhitungan koefisien reliabilitas instrumen dilakukan dengan bantuan software SPSS 17.0.

Untuk menentukan reliabilitas alat ukur, peneliti menggunakan prinsip umum yang digunakan dalam menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas alat ukur dan ada tidaknya korelasi antara dua variabel menurut Guilford (Sugiyono, 2008: 231).

Tabel Koefisien Reliabilitas Guilford Interval

Koefisien

Tingkat Hubungan 0,00 –

0,199

Sangat Rendah 0,20 –

0,399

Rendah 0,40 –

0,599

Sedang 0,60 –

0,799

Kuat 0,80 –

1,000

Sangat Kuat

Dari pengolahan data yang dilakukan, diperoleh indeks koefisien korelasi dengan bantuan software SPSS 17.0, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen pada standar Alpha Cronbach (α) sebesar 0,904,


(47)

pada p<0,05. Merujuk pada tabel di atas, reliabilitas instrumen instrumen penelitian tentang keterampilan belajar siswa SMAN 99 Jakarta secara keseluruhan menunjukkan derajat korelasi yang sangat kuat sehingga dipandang layak untuk digunakan dalam penelitian.

Lebih jelas, hasil ini dapat dilihat pada tabel hasil pengolahan SPSS versi 17.00 sebagai berikut.

Reliability Statistics

Cronb ach's Alpha

N of Ite m s

.904 76

Setelah kusioner di uji validitas dan diujicobakan, dari 80 item pernyataan, ternyata 76 item di antaranya memiliki koefisien validitas yang signifikan sehingga dinyatakan memadai dan dapat dipergunakan dalam penelitian selanjutnya, sedangkan 4 item pernyataan lainnya tidak signifikan sehingga ke-4 item (nomor 9, 15, 27, dan 52), dinyatakan tidak memadai dan tidak dapat dipergunakan dalam penelitian (dibuang). Secara rinci dapat dilihat dari rekap uji validitas intrumen sebagai berikut :

Setelah dibuang ke 4 item kusioner tersebut, maka kusioner tersebut disebar untuk melihat sejauh mana profil keterampilan belajar kelas X SMAN 99 Jakarta.

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian tentang Keterampilan Belajar Siswa SMAN 99 Jakarta


(48)

NO. ITEM DAN DESKRIPSI STATISTIKNYA INDEKS

item_1 Correlation Coefficient .640

**

Sig. (1-tailed) .000

item_2 Correlation Coefficient .549

**

Sig. (1-tailed) .000

item_3 Correlation Coefficient .606

**

Sig. (1-tailed) .000

item_4 Correlation Coefficient .534

**

Sig. (1-tailed) .000

item_5 Correlation Coefficient .524

**

Sig. (1-tailed) .000

item_6 Correlation Coefficient .572

**

Sig. (1-tailed) .000

item_7 Correlation Coefficient .616

**

Sig. (1-tailed) .000

item_8 Correlation Coefficient .461

**

Sig. (1-tailed) .001

item_9 Correlation Coefficient .078

Sig. (1-tailed) .317

item_10 Correlation Coefficient .698

**

Sig. (1-tailed) .000

item_11 Correlation Coefficient .562

**

Sig. (1-tailed) .000

item_12 Correlation Coefficient .474

**

Sig. (1-tailed) .001

item_13 Correlation Coefficient .896

**

Sig. (1-tailed) .000

item_14 Correlation Coefficient .808

**

Sig. (1-tailed) .000

item_15 Correlation Coefficient .239

Sig. (1-tailed) .069

item_16 Correlation Coefficient .582

**

Sig. (1-tailed) .000

item_17 Correlation Coefficient .591

**

Sig. (1-tailed) .000

item_18 Correlation Coefficient .569

**

Sig. (1-tailed) .000

item_19 Correlation Coefficient .434

**

Sig. (1-tailed) .003


(49)

NO. ITEM DAN DESKRIPSI STATISTIKNYA INDEKS

Sig. (1-tailed) .001

item_21 Correlation Coefficient .527

**

Sig. (1-tailed) .000

item_22 Correlation Coefficient .468

**

Sig. (1-tailed) .001

item_23 Correlation Coefficient .401

**

Sig. (1-tailed) .005

item_24 Correlation Coefficient .582

**

Sig. (1-tailed) .000

item_25 Correlation Coefficient .531

**

Sig. (1-tailed) .000

item_26 Correlation Coefficient .428

**

Sig. (1-tailed) .003

item_27 Correlation Coefficient .209

Sig. (1-tailed) .097

item_28 Correlation Coefficient .486

**

Sig. (1-tailed) .001

item_29 Correlation Coefficient .677

**

Sig. (1-tailed) .000

item_30 Correlation Coefficient .371

**

Sig. (1-tailed) .009

item_31 Correlation Coefficient .537

**

Sig. (1-tailed) .000

item_32 Correlation Coefficient .387

**

Sig. (1-tailed) .007

item_33 Correlation Coefficient .391

**

Sig. (1-tailed) .006

item_34 Correlation Coefficient .557

**

Sig. (1-tailed) .000

item_35 Correlation Coefficient .677

**

Sig. (1-tailed) .000

item_36 Correlation Coefficient .622

**

Sig. (1-tailed) .000

item_37 Correlation Coefficient .665

**

Sig. (1-tailed) .000

item_38 Correlation Coefficient .566

**

Sig. (1-tailed) .000

item_39 Correlation Coefficient .672

**


(50)

NO. ITEM DAN DESKRIPSI STATISTIKNYA INDEKS

item_40 Correlation Coefficient .538

**

Sig. (1-tailed) .000

item_41 Correlation Coefficient .734

**

Sig. (1-tailed) .000

item_42 Correlation Coefficient .446

**

Sig. (1-tailed) .002

item_43 Correlation Coefficient .635

**

Sig. (1-tailed) .000

item_44 Correlation Coefficient .618

**

Sig. (1-tailed) .000

item_45 Correlation Coefficient .733

**

Sig. (1-tailed) .000

item_46 Correlation Coefficient .664

**

Sig. (1-tailed) .000

item_47 Correlation Coefficient .737

**

Sig. (1-tailed) .000

item_48 Correlation Coefficient .392

**

Sig. (1-tailed) .006

item_49 Correlation Coefficient .491

**

Sig. (1-tailed) .001

item_50 Correlation Coefficient .456

**

Sig. (1-tailed) .002

item_51 Correlation Coefficient .316

*

Sig. (1-tailed) .023

item_52 Correlation Coefficient .163

Sig. (1-tailed) .157

item_53 Correlation Coefficient .805

**

Sig. (1-tailed) .000

item_54 Correlation Coefficient .561

**

Sig. (1-tailed) .000

item_55 Correlation Coefficient .608

**

Sig. (1-tailed) .000

item_56 Correlation Coefficient .623

**

Sig. (1-tailed) .000

item_57 Correlation Coefficient .697

**

Sig. (1-tailed) .000

item_58 Correlation Coefficient .544

**

Sig. (1-tailed) .000


(51)

NO. ITEM DAN DESKRIPSI STATISTIKNYA INDEKS

Sig. (1-tailed) .006

item_68 Correlation Coefficient .576

**

Sig. (1-tailed) .000

item_69 Correlation Coefficient .758

**

Sig. (1-tailed) .000

item_70 Correlation Coefficient .457

**

Sig. (1-tailed) .002

item_71 Correlation Coefficient .580

**

Sig. (1-tailed) .000

item_72 Correlation Coefficient .418

**

Sig. (1-tailed) .004

item_73 Correlation Coefficient .450

**

Sig. (1-tailed) .002

item_74 Correlation Coefficient .724

**

Sig. (1-tailed) .000

item_75 Correlation Coefficient .672

**

Sig. (1-tailed) .000

item_76 Correlation Coefficient .637

**

Sig. (1-tailed) .000

item_77 Correlation Coefficient .420

**

Sig. (1-tailed) .004

item_78 Correlation Coefficient .811

**

Sig. (1-tailed) .000

item_79 Correlation Coefficient .530

**

Sig. (1-tailed) .000

item_80 Correlation Coefficient .671

**

Sig. (1-tailed) .000

Keterangan Uji Satu Pihak:

** Taraf Signifikansi Korelasi pada p<0,01 * Taraf Signifikansi Korelasi pada p<0,05

= Dibuang

Setelah dibuang ke 4 item kusioner tersebut, maka kusioner tersebut disebar untuk melihat sejauh mana profil keterampilan belajar kelas X SMAN 99 Jakarta.


(52)

B. HASIL PRE-TES

Hasilnya pre-tes secara statistic adalah sebagai berikut.

Untuk melihat posisi pertanyaan di atas, baik yang total maupun aspek-aspeknya, dipergunakan rumus Azwar (2005) sebagai berikut.

(M + 1,5s) < X nilai A

(M + 0,5s) < X ≤ (M + 1,5s) nilai B (M - 0,5s) < X ≤ (M + 0,5s) nilai C (M - 1,5s) < X ≤ (M - 0,5s) nilai D X ≤ (M - 1,5s) nilai E

Merujuk pada rumus di atas, dapat dimodifikasi sebagai berikut.

(M + 1,5s) < X kategori Tinggi Sekali untuk nilai A

(M + 0,5s) < X ≤ (M + 1,5s) kategori Tinggi untuk nilai B

(M - 0,5s) < X ≤ (M + 0,5s) kategori Sedang untuk nilai C

(M - 1,5s) < X ≤ (M - 0,5s) kategori Rendah untuk nilai D

X ≤ (M - 1,5s) kategori Rendah Sekali untuk nilai E

Sebagai contoh, untuk memperoleh kualifikasi keterampilan belajar siswa di SMAN 99 Jakarta, dilakukan langkah-langkah berikut.

Diketahui:

Jumlah Item = 76

Bobot Maksimal Setiap Item = 5 Skor Maksimum Ideal (SMideal) = 380 Rata-rata Ideal (xideal) = 190 Standar Deviasi Ideal (Sideal) = 63,333

Ditanyakan:

Kualifikasi keterampilan belajar siswa di SMAN 99 Jakarta? Jawab:


(53)

190 + 1.5 63,333 ≈ 285 190 + 0.5 63,333 ≈ 222 190 - 0.5 63,333 ≈ 158 190 - 1.5 63,333 ≈ 95

Berdasarkan hasil di atas, kemudian dibuat klasifikasi berikut. Tabel Kualifikasi Keterampilan Belajar Siswa di SMAN 99 Jakarta

NO. SKOR KUALIFIKASI

1. > 286 Tinggi Sekali (TS)

2. 223 – 285 Tinggi (T)

3. 159 – 222 Sedang (Sd)

4. 96 – 158 Rendah (R)

5. < 95 Rendah Sekali (RS)

Merujuk pada pertanyaan penelitian ketiga, yaitu: “Sejauhmana peningkatan keterampilan belajar SMAN 99 Jakarta setelah diintervensi oleh layanan Brain Gym diberikan?”

Mengingat rerata hitung (mean) dan simpangan baku (standard deviation) yang diperoleh berdasarkan skala ordinal tidak dapat diuji statistik parametriknya, maka pengujian selanjutnya menggunakan uji statistik nonparametrik terhadap masing-masing 20 orang sampel yang menjadi kelompok eksperimen dan kontrol. Dalam hal ini, kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan intervensi layanan Brain Gym dan kelompok kontrol yang tidak diberikan layanan tersebut. Adapun


(54)

pengujian yang digunakan ialah uji Mann-Whitney, dengan rumusan hipotetis sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen dan keterampilan belajar siswa kelompok kontrol H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara

keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen dan keterampilan belajar siswa kelompok kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 17, diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel

Hasil Pengolahan Uji Mann-Whitney

Test Statisticsb

KETER AMPILA N2

Mann-Whitney U 195.500

Wilcoxon W 405.500

Z -.122

Asymp. Sig. (2-tailed)

.903

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.904a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: KELOMPOK

Dari tabel hasil di atas diketahui, bahwa nilai signifikansi sebesar 0,903 lebih besar dari pada α=0,05. Dapat disimpulkan, hipotesis nol yang


(55)

menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen dan keterampilan belajar siswa kelompok kontrol, diterima. Berarti keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen secara statistik tidak berbeda dengan keterampilan kelompok kontrol.

Selanjutnya, untuk mengetahui lebih lanjut apakah keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dari pada keterampilan belajar kelompok kontrol, digunakan uji pihak kanan, dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Keterampilan belajar siswa kelompok kontrol lebih baik dari pada keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen

H1 : Keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dari pada keterampilan belajar siswa kelompok kontrol

Kriteria uji yang digunakan adalah tolak H0 jika Zhitung≥Zkritis. Berdasarkan hasil tabel 1 di atas diketahui, bahwa nilai Zhitung=-0,122 dan merujuk pada tabel distribusi z, untuk α=0,05 diperoleh nilai ≥Zkritis=1,645. Karena nilai Zhitung=-0,122 berada pada daerah penerimaan H0 maka berarti, bahwa keterampilan belajar siswa kelompok kontrol secara statistik lebih baik dari pada kelompok eksperimen.

Merujuk pada deskripsi hasil statistik uji Mann-Whitney diperoleh hasil sebagai berikut.


(56)

KETERA PILAN2

Jika ha

Kemud mengetahui pe kelas kontrol,

Ranks KEL

OM

POK N

Mean Rank

ERAM Eksp

erim en

40 20.28

Kont rol

40 20.73

Total 80

hasil tersebut divisualkan, maka diperoleh gam

udian, untuk perhitungan indeks gain yang peningkatan nilai pretest dan postest kelas e

, tidak dilakukan karena indeks gain ini

Sum of Ranks

405.50

414.50

ambar berikut.

g bertujuan untuk s eksperimen dan i akan digunakan


(57)

apabila rata-rata nilai postest kelas eksperimen dan postest kelas kontrol berbeda (online, 2010).

http://math.opan.web.id/2010/05/indeks-gain.html

D. DEFENISI OPERASIONAL DAN VARIABEL PENELITIAN

1.Teknik belajar Brain Gym.

Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan untuk menguasai kemampuan belajar siswa dengan menggunakan keseluruhan gerakan-gerakan. Brain Gym membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik. Brain Gym didasarkan pada tiga pokok yang sederhana yaitu; (1) belajar adalah kegiatan yang alami dan menyenangkan yang terus terjadi sepanjang hidup; (2) kesulitan belajar adalah ketidak mampuan mengatasi stres dan keraguan dalam menghadapi suatu tugas yang baru; (3) seseorang pernah mengalami "kesulitan belajar" selama belajar untuk tidak bergerak artinya gerakan-gerakaan Brain Gym, mampu mengatasi kesulitan dan ketidak mampuan menguasai keterampilan belajar.

Upaya untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan akan sangat menentukan penguasaan keterampilan belajar. Materi pelajaran apapun yang diambil siswa, tolok ukur sesungguhnya dalam sistem pendidikan masa depan adalah seberapa besar kemampuan dalam membangkitkan gairah belajar secara menyenangkan


(1)

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

1) Agar Guru Bimbingan dan Konseling semakin frofesional dalam melaksanakan layanan bimbingan Konseling, mulai dari layanan dasar sampai kepada layanan dukungan sistem.

2) Agar Guru Bimbingan dan Konseling menambah pengetahuannya untuk ICT, sehingga mempermudah melakukan layanan dukungan sisitem, karena layanan dukungan sistem belum terlaksana dengan baik.

3) Agar Guru Bimbingan dan Konseling dalam melayani siswa, melayani dengan hati, tulus iklas, agar siswa semakin terbuka kepada Guru Bimbingan dan Konseling untuk bersama-sama siswa menangani masalah-masalah siswa termasuk masalah belajar.

3. Bagi peneliti

1) Agar peneliti memperdalam indikator yang digunakan yang mengacu kepada aspek-apek belajar seperti motivasi belajar, kebiasaan-kebiasaan belajar, prestasi belajar. Kusionernya dapat ditambah, diperbaiki, dan diperjelas maksudnya sehingga dapat dihasilkan suatu intrumen penelitian yang lebih akurat.

2) Indikator yang dipergunakan hendaknya lebih diperluas dengan mengacu kepada teori dan konsep yang lebih mendalam dari hasil kajian berbagai buku yang mendukung terhadap konsep penelitian. Dengan perluasan indikator ini diharapkan akan terjadi kegamlangan makna yang akan diperoleh untuk penelitian selanjutnya.


(2)

3) Agar Peneliti bisa meningkatkan diri.

Peneliti ingin meningkatkan diri seperti meningkatkan kesabaran, empati, responsif, dalam memberikan pelaynan kepada siswa terutama dalam meberikan teknik-teknik Brain Gym.

Dermikianlah rekomendasi yang bisa penulis sampaikan, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi keberhasilan dunia pendidikan umumnya dan Bimbingan dan konseling khususnya..Amin...


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A.M., Sardiman. (1986). Interaksi & Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Pt raja Grafindo Persada.

Anne Lou. (2009). Pengajaran Yang kreatif dan Menarik. Jakarta : PT. Indeks 2009.

Anderson, Bob. (2008). Streching. Jakarta: Serambi.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asri, C. Budiningsih. (2008). Belajar dan Pembelajaran. jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bahri Syaiful dan Zain Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Bloom, John W. (2004). Cyberconseling and Cyberlearning An Encore.

Alexandria, VA: American Counseling Assosiation.

Chatib Munir. (2009). Sekolahnya Manusia. (Cetakan IV). Jakarta : Kaifa.

Danim, Sudarwan. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme tenaga Kependidikan. Bandung: Penerbit Pustaka Setia. DeBono Edward. (2007). Revolusi Berpikir. (Cetakan II). Bandung : Kaifa PT

Mizan Pustaka.

Dennison, Paul E. (2008). Brain Gym and Me. Jakarta: Pt Gramedia Widiasarana Indonesia.

DePorter Bobbi, Reardon Mark, dan Singer Sarah. (2001). Quantum Teaching Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang Kelas. (Cetatakan III). Bandung : Kaifa.

DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. (2001). Quantum learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Media kaifa

Dimyati dan Mudjiono. (2006), Belajar dan Pembelajaran. jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djati, Indra. (2001). Menuju masyarakat Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

E.Hopcroft John, Motwani Rajeev, dan D.Ulman Jefrey. (2007). Teori Bahasa dan Otomata. (Edisi 2). Yogyakarta : Andi.

E.Dennison Paul dan E.Dennison Gail. (2009). Brain Gym Cildren’s Edition Revised Senam Otak Buku Panduan Lengkap. (Edisi Indonesia). Jakarta : PT. Gramedia.


(4)

E.Dennison Paul dan E.Dennison Gail. (2009). Brain Gym Teacher’s Edition Revised Senam Otak Buku Panduan Lengkap. (Edisi Indonesia). Jakarta : PT. Gramedia.

E. Michael. (1982). The Counseling Experience. Monterey California : Brooks/ColePublishing Company.

Enjang. (2009). Komunikasi Konseling. jakarta: Penerbit Nuansa.

Gamon , David dan Bradgon, Allan. (2005) Cara Baru mengasah Otak dengan Asyik. Jakarta: Kaifa.

Goldberg, Alvin dan Larson, E. Carl. (2006). Komunikasi Kelompok, Proses-proses Diskusi dan penerapannya. jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hanafiah Nanang dan Suhana Cucu. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran.

(Cetakan Pertama). Bandung : PT Refika Adirama.

Hasan, M. Iqbal. (2002). Pokok-Pokok Materi Statistik (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Askara.

Hill, Winfred F. (2009). Teori-Teori Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Nusa Media. Huraerah, Abu dan Purwanto. (2006). Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi.

Jakarta: refika Aditama.

I. Richard. (2008). Leaning To Teach Belajar Untuk Mengaja Buku Kesatu .(Edisi Ketujuh). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

I. Richard. (2008). Leaning To Teach Belajar Untuk Mengaja Buku Kedua. (Edisi Ketujuh). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ide, Pangkalan. (2008). Menyeimbangkan Otak Kiri dan Otak kanan. Jakarta: Pt Elex media Komputindo.

Jamil, Sya'ban dan Taufik Hidayanto. 2008. 100 game Kreatif untuk Membangun dan membentuk Team yang Solid. Jakarta: gradien Mediatama.

Kartadinata, Sunaryo et al. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional

Kurniali, Peter C dan Brotoasmoro, tedjodiningrat. (2007). Move Your Body Right!. Jakarta: Pt Elex Media Koputindo.Oemar Hamalik. (2009). Proses Belajar Mengajar. (Cetakan kesembilan belas). Jakarta : PT. Bumi Aksara Majalah kasih edisi kedua, terbitan Jakarta, Tuesday, 03 March2009

Madhi, jamal. (2009). Kreatif berpikir. Surakarta: Ziyad Visi Media. Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Olivia, Femi.(2008). Mengoptimalkan Otak denganh Sistem Biolearning. jakarta: pt Elex Media Koputindo.


(5)

Prayitno. Amti Erman,(2004) Dasar-dasar bimbingan dan konseling Jakarta, rineka karya

Prashing Barbara. (1998). The Power of Learning Styles. Newyork. Newyork Educational Press Ltd. Edisi Indonesia. (2007). Bandung : Kaifa PT. Mizan Pustaka.

Rochman Natawidjaja. (2009). Konseling Kelompok, Konsep Dasar & Pendekatan. Bandung : Rizqi Pres.

Rusmana Nandang, (2009) Bimbingan kelompok di sekolah, Bandung Rizqi Pres Rusmana Nandang, (2009) Permainan (game dan play), Bandung Rizqi Pres Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Malang : CV Sinar Baru-YA3

Malang.

Santoso, rukky. (2006).Right Brain. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Semiawan, Conny. R. (2009). Kreativitas keberbakatan: Mengapa, Apa dan Bagaimana. Jakarta: PT Indeks.

Sharan Shlomo. (1999). Coperative Learning. London : Connecticut. Edisi Indonesia. (2009). Innovasi Pengajaran dan Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarta : Imperium.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Soedarso. (2006). Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan efektif. (Cetakan ke-13). Jakarta. : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suherman AS, (2007). Optimalisasi Interaksi Pembelajaran. Bandung : Madani Produktion.

Suherman AS, (2007). Manajemen bimbingan dan konseling. Bandung : Madani Produktion

Sukidin, Basrowi dan suranto. (2008). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit Insan Cendikia.

Surya Muhammad, (2008) Mewujudkan bimbingan dan konseling profesional, Bandung Jurusan psikologi Pendidikan dan bimbingan.

Suryabrata, Sumadi. (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta: rajawali Press.

Yusuf Syamsu.LN (2009). Program Bimbingan & Konseling di Sekolah, Bandung : Rizki Press.

Yusuf Syamsu.LN (2007). Psikologi perkembangan anak dan remaja, Bandung : PT. Remaja rosdakarya.

Zaini Hisyam, Munthe Bermawy, dan Ayu Sekar. (2006). Strategi Pembelajaran Aktif. Pustaka Insan Madani dan Yogyakarta ; Center for Teaching Staff Development (CTSD).


(6)