KORELASI ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA GASTRONOMI BAHASA PRANCIS DAN HASIL TERJEMAHAN TEXTE INJONCTIF KE DALAM BAHASA INDONESIA : Studi Korelasi Pada Mahasiswa Semester VII Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis FPBS UPI Tahun Akademik 2010/2011.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman :

KATA PENGANTAR ………i

ABSTRAK ………iv

DAFTAR ISI ………..v

DAFTAR TABEL ……….x

DAFTAR LAMPIRAN ……….xiii

BAB I PENDAHULUAN ………1

1.1Latar Belakang Masalah ………1

1.2Rumusan dan Batasan Masalah……….4

1.2.1 Rumusan Masalah….………...4

1.2.2 Batasan Masalah………..4

1.3Tujuan Penelitian ....………..5

1.4Asumsi ………...5

1.5Hipotesis ………6

1.6Metode Penelitian ………..6

1.7Lokasi dan Sampel Penelitian………7

1.7.1 Lokasi Penelitian ……….7

1.7.2 Sampel Penelitian ………8

BAB II PENGUASAAN KOSAKATA GASTRONOMI BAHASA PRANCIS DAN TERJEMAHAN TEXTE INJONCTIF ...………9

2.1 Kosakata ………9

2.1.1 Definisi Kosakata ………...9

2.1.2 Kategori Kosakata ………10

2.1.2.1 Verba (verbe) ………10


(2)

2.1.2.3 Adjektiva (adjectif) ………...15

2.1.2.4 Adverbia (adverbe) ………...17

2.1.2.5 Preposisi (préposition) ………..17

2.1.2.6 Pronomina (pronom) ……….18

2..1.2.7 Artikel (article) ………19

2.1.2.8 Konjungtor (conjonction) ………..19

2.1.2.9 Interjeksi (interjection) ………..20

2.2 Gastronomi ………..20

2.2.1 Definisi Gastronomi ……….20

2.2.2 Bidang-Bidang Gastronomi ……….22

2.2.3 Gastronomi di Prancis ………..24

2.2.3.1 Sejarah Gastronomi ………...24

2.2.3.2 Perkembangan Gastronomi ………..27

2.2.4 Gastronomi di Indonesia ……….28

2.2.4.1 Sejarah Gastronomi ………..28

2.2.4.2 Perkembangan Gastronomi ………...30

2.2.5 Pembelajaran Gastronomi ………31

2.3 Terjemahan ………..33

2.3.1 Definisi Terjemahan ……….33

2.3.2 Metode Penerjemahan ………..35

2.3.3 Prosedur Penerjemahan ………37

2.3.4 Teknik Penerjemahan ………..38

2.3.5 Teknik Penerjemahan Texte Injonctif Berupa Resep Masakan………...41


(3)

2.4 Jenis-jenis Teks ………..44

2.4.1 Texte Injonctif ………..44

2.4.2 Texte Explicatif/Informatif ………...46

2.4.3 Narasi ………..48

2.4.4 Teks Argumentatif ………..49

2.4.5 Teks Deskriptif ………51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………54

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ………..54

3.1.1 Populasi Penelitian ………...54

3.1.2 Sampel penelitian ………54

3.2 Definisi Operasional ………55

3.2.1 Korelasi ………55

3.2.2 Penguasaan ………...55

3.2.3 Kosakata ………...55

3.2.4 Gastronomi ………...56

3.2.5 Terjemahan ………...56

3.2.6 Texte Injonctif ………...56

3.3 Instrumen Penelitian ………57

3.4 Validitas ………..64

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………..65

3.6 Prosedur Penelitian ………..67

3.6.1 Persiapan Pengumpulan Data ………...67

3.6.2 Pelaksanaan Penelitian ……….68


(4)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………74

4.1 Data Hasil Tes ………74

4.1.1 Nilai Tes Penguasaan Kosakata Istilah Gastronomi Bahasa Prancis ………74

4.1.2 Nilai Rata-Rata Hasil Terjemahan Texte Injonctif Berupa Resep Masakan ke dalam Bahasa Indonesia ………….….76

4.2 Analisis Hasil Tes ………...78

4.2.1 Analisis Tes Penguasaan Kosakata Istilah Gastronomi Bahasa Prancis ………...78

4.2.2 Analisis Hasil Terjemahan Texte Injonctif Berupa Resep Masakan ke dalam Bahasa Indonesia ……….………79

4.3 Perhitungan Statistik ………...86

4.3.1 Perhitungan Korelasi Kedua Variabel ……….86

4.3.2 Perhitungan Koefisiensi Signifikasi (t) antara Nilai Rata-Rata Tes Penguasaan Kosakata Istilah Gastronomi Bahasa Prancis dan Nilai Rata-Rata Hasil Terjemahkan Texte Injonctif Berupa Resep Masakan ke dalam Bahasa Indonesia………89

4.3.3 Pembuktian Hipotesis ………..90

4.3.4 Tes Koefisiensi Determinasi ………91

4.4 Analisis Data Angket ………..92

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………107

5.1 Kesimpulan ………...107

5.2 Rekomendasi ………108

5.2.1 Rekomendasi kepada Pengajar ………..109

5.2.2 Rekomendasi kepada Mahasiswa ………..109


(5)

RÉSUMÉ EN FRANÇAIS ………...111 DAFTAR PUSTAKA ………xiv LAMPIRAN


(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah dengan mempelajari bahasa Prancis. Bahasa Prancis merupakan bahasa asing terbesar kedua yang digunakan setelah bahasa Inggris. Dalam mempelajari sebuah bahasa, seseorang dituntut untuk dapat memiliki empat keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan ini memiliki peranan yang sangat penting. Keterampilan berbahasa ini saling berkaitan satu sama lain. Keterampilan berbahasa yang dimaksud adalah : keterampilan menyimak (compréhension orale), keterampilan berbicara (production orale), keterampilan membaca (compréhension écrite), dan keterampilan menulis (production écrite).

Selain menguasai empat keterampilan berbahasa tersebut, dalam pembelajaran sebuah bahasa, seseorang dituntut untuk dapat menguasai keterampilan dalam menerjemahkan bahasa asing tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini, tentu saja hal yang dimaksud adalah kemampuan dalam menerjemahkan bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan adalah suatu upaya mengungkapkan kembali pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam


(7)

2 bahasa sasaran (BSa) dengan cara mengganti teks atau bagian teks BSu dengan teks BSa yang sepadan.

Seorang penerjemah adalah seseorang yang dapat menggunakan kedua bahasa yang terlibat dalam penerjemahan sesuai dengan kedudukannya sebagai BSu dan BSa. Ia bukan hanya seorang yang menguasai kedua bahasa tersebut, tetapi yang dapat memahami BSu dan mampu menciptakan padanan BSu itu ke dalam BSa. Namun, penguasaan bahasa saja tidak cukup karena penerjemah tidak hanya melibatkan penerjemah pada dua bahasa tetapi pada latar belakang sosial budaya BSu dan BSa. Oleh karena itu, salah satu syarat penting untuk menjadi penerjemah yang baik diharapkan memiliki wawasan yang luas di samping memiliki pengetahuan khusus tentang bidang teks yang harus diterjemahkan.

Pada hakikatnya penerjemahan adalah sebuah seni, hal tersebut tergantung pada gaya bahasa yang digunakan oleh masing-masing penerjemah untuk menyampaikan pesan yang tedapat dalam bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Menurut Hoed (1993:1), “Penerjemahan didasari oleh kiat yang bertujuan memperoleh padanan bagi bahasa sumber sehingga pesan yang terkandung dalam bahasa sumber tersebut dapat diungkapkan kembali dalam bahasa sasaran”.

Namun ketika seseorang menerjemahkan suatu artikel atau sebuah bacaan, seringkali ditemukan kata atau kalimat yang tidak sepadan dengan BSunya, sehingga hasil terjemahan tersebut terasa kaku dan tidak sesuai. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya. Selain faktor


(8)

3 pengetahuan umum atau budaya yang dimiliki seorang penerjemah, pemilihan kosakata atau vocabulaire juga berperan dalam mengungkapkan kembali pesan yang terkandung dalam BSu. Pemilihan kosakata dalam menerjemahkan sebuah teks, bergantung pada jenis teks yang akan diterjemahkan.

Pemilihan kata yang tepat dalam menerjemahkan sebuah teks bergantung pada tingkat penguasaan kosakata penerjemah. Penguasaan kosakata seseorang merupakan bagian penting dalam pembelajaran sebuah bahasa. Seseorang dapat dikatakan telah menguasai sebuah bahasa apabila orang tersebut telah menguasai kosakata bahasa yang dipelajarinya. Tetapi, tidak semua kosakata dapat dikuasai pembelajar bahasa tersebut, khususnya kosakata yang dipergunakan dalam bidang-bidang tertentu. Dengan kata lain, disebut dengan terminologi atau pengistilahan, yakni kosakata khusus. Contoh pengistilahan dalam bidang kedokteran, bidang perhotelan, bidang kuliner, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah tingkat penguasaan kosakata gastronomi mempunyai hubungan dengan hasil terjemahan texte

injonctif yang berupa recette de cuisine atau resep masakan. Oleh sebab itu,

penulis terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Korelasi antara Penguasaan Kosakata Gastronomi Bahasa Prancis dan Hasil Terjemahan Texte Injonctif ke dalam Bahasa Indonesia”.


(9)

4

1.2Rumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan. Maka, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1) Seberapa besar nilai penguasaan kosakata gastronomi bahasa Prancis dan tingkat kemampuan menerjemahkan texte injonctif berupa resep masakan ke dalam Bahasa Indonesia pada mahasiswa semester VII Jurusan Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2010/2011?

2) Adakah korelasi antara penguasaan kosakata gastronomi bahasa Prancis dan hasil terjemahan texte injonctif berupa resep masakan ke dalam bahasa Indonesia?

3) Kendala apa saja yang dihadapi mahasiswa semester VII Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UPI tahun ajaran 2010/2011 dalam menerjemahkan texte

injonctif berupa resep masakan? 1.2.2 Batasan Masalah

Pembatasan suatu masalah dalam penelitian sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar permasalahan yang akan diteliti terarah serta tidak terjadi penyimpangan yang terlampau jauh dari permasalahan. Berdasarkan rumusan masalah di atas, texte injonctif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa resep masakan (recette de cuisine).


(10)

5

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta memperoleh data dan gambaran lengkap tentang :

1) Nilai penguasaan kosakata gastronomi bahasa Prancis dan tingkat kemampuan menerjemahkan texte injonctif berupa resep masakan ke dalam bahasa Indonesia pada mahasiswa semester VII Jurusan Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2010/2011.

2) Ada atau tidaknya korelasi antara penguasaan kosakata gastronomi bahasa Prancis dan hasil terjemahan texte injonctif berupa resep masakan ke dalam bahasa Indonesia.

3) Kendala yang dihadapi mahasiswa semester VII Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UPI tahun ajaran 2010/2011 dalam menerjemahkan texte injonctif berupa resep masakan.

1.4Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar yang dijadikan titik tolak oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

1) Pembelajaran tentang jenis-jenis karangan berupa teks (texte injonctif, texte

descriptif, texte explicatif, texte narratif, texte argumentatif) sudah diajarkan

pada semester III.

2) Mahasiswa semester VII sudah mengikuti mata kuliah Traduction I pada semester V.


(11)

6

1.5Hipotesis

Surakhmad (1980:39) mengemukakan bahwa, “Hipotesis adalah perumusan sementara terhadap suatu soal yang dimaksud sebagai tuntutan sementara dalam penyelidikan untuk mencari jawaban sementara”. Sejalan dengan pendapat di atas, dalam Larousse dinyatakan “Une proposition à partir de

laquelle on raisonne pour résoudre un problème, pour démontrer un théorème”.

Dengan kata lain, hipotesis adalah pendapat yang dijadikan pegangan untuk memecahkan masalah atau membuktikan teori.

Bertitik tolak pada pendapat di atas, penulis merumuskan hipotesisnya sebagai berikut: “Terdapat hubungan yang signifikan antara penguasaan kosakata gasronomi bahasa Prancis dan hasil terjemahan texte injonctif berupa resep masakan ke dalam bahasa Indonesia”.

1.6Metode Penelitian

Syamsuddin (2007:14) mengemukakan bahwa, “Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan rumusan masalah hubungan kausal dan melalui pendekatan Product

Moment Correlation atau korelasi Pearson. Sebelum menggunakan korelasi ini,


(12)

7 Irianto (2004:136), syarat-syarat yang harus dipenuhi bila menggunakan korelasi Pearson:

1) Pengambilan sampel dari populasi harus random atau acak, 2) Data yang dicari korelasinya harus berskala interval atau ratio, 3) Variasi skor kedua variabel yang akan dicari korelasinya harus sama,

4) Distribusi skor variabel yang dicari korelasinya hendaknya merupakan distribusi unimodal,

5) Hubungan antara variabel X dan Y hendaknya linier.

Jadi, penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan gambaran tentang adakah korelasi antara penguasaan kosakata gastronomi bahasa Prancis dan hasil terjemahan texte injonctif berupa resep masakan ke dalam bahasa Indonesia.

1.7Lokasi dan Sampel Penelitian

1.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Bahasa Prancis, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010, yang termasuk dalam semester ganjil tahun ajaran 2010/2011.


(13)

8

1.7.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah kemampuan menerjemahkan mahasiswa semester VII Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UPI tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 23 orang.


(14)

9

BAB II

PENGUASAAN KOSAKATA GASTRONOMI BAHASA PRANCIS

DAN TERJEMAHAN TEXTE INJONCTIF

2.1Kosakata

Berikut ini akan dipaparkan mengenai definisi kosakata dan kategori kosakata sebagai berikut:

2.1.1 Definisi Kosakata (Vocabulaire)

Dalam bahasa Prancis kosakata disebut juga lexique. Dalam kamus Larousse (1997:598), lexique yaitu,”Ensemble des mots formant la langue d’une communauté

et considéré abstraitement comme l’un des éléments constituant le code de cette langue”. Artinya, kumpulan kata yang membentuk bahasa sebuah masyarakat dan

dianggap sebagai salah satu unsur yang membentuk kode dari bahasa tersebut.

Menurut Wikipedia, “Kosakata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu” (Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kosakata).

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah kumpulan kata yang diketahui oleh seseorang ataupun masyarakat dan merupakan unsur penting yang membentuk bahasa tersebut.


(15)

10

2.1.2 Kategori kosakata

Menurut Rohmawati dalam Complétez Votre Grammaire (2005:9), “Kosakata memiliki banyak kategori yaitu verba, nomina, adjektiva, adverbia dan preposisi”. Berikut penjelasan mengenai kosakata tersebut menurut Rohmawati.

2.1.2.1Verba (verbe)

Verba atau kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Kata kerja juga merupakan kata yang menyatakan keadaan melakukan sesuatu atau menyatakan makna perbuatan.

Menurut Rohmawati (2005:22-28), kata kerja dibagi menjadi beberapa bagian, berikut penjelasannya.

1) Kata kerja transitif (le verbe transitif)

Kata kerja transitif adalah kata kerja yang memiliki pelengkap objek, baik langsung maupun tidak langsung.

Contoh kata kerja dengan pelengkap objek langsung: lire (membaca) dan

manger (makan).

Contoh kata kerja dengan objek tidak langsung (menggunakan kata depan


(16)

11 2) Kata kerja intransitif (le verbe intransitif)

Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap objek langsung ataupun tidak langsung, namun bisa diikuti dengan pelengkap keadaan.

Contoh : travailler (bekerja) dan partir (berangkat). 3) Kata kerja pronominal (le verbe pronominal)

Kata kerja pronominal adalah kata kerja yang menerangkan apa yang dilakukan untuk diri sendiri atau apa yang saling dilakukan bersama orang lain.

Contoh kata kerja pronominal untuk diri sendiri: se réveiller (bangun), se

laver (mandi), s’appeler (bernama), dll.

Contoh kata kerja pronominal bersama orang lain: s’aimer (saling menyukai), se voir (saling bertemu), dll.

4) Kata kerja bantu (l’auxiliare)

Kata kerja bantu adalah kata kerja yang digunakan untuk membentuk kalimat berdasarkan waktu, umumnya pada kala lampau dan kala akan datang. Kala lampau adalah bentuk kalimat yang menunjukan suatu tindakan di masa lampau dan telah selesai.

Contoh: avoir dan être +participe passé, aller + infinitif, venir de + infinitif.


(17)

12 5) Kata kerja selain kelompok diatas

Kata kerja ini tidak termasuk kata kerja transitif maupun intransitif, namun bisa diikuti oleh pelengkap keadaan maupun pelengkap objek tak langsung.

Contoh: habiter (tinggal) dan bouger (bergerak).

2.1.2.2Nomina (nom)

Kata benda adalah jenis kata yang dapat diterangkan menggunakan jenis kata-kata lain, misalnya kata sifat dan kata sandang. Kata benda dibagi menjadi beberapa bagian, sebagaimana dikemukakan Rohmawati (2005:98-101).

1) Kata benda umum

- Memakai sendiri penanda jenis dan penanda jumlahnya (maskulin, feminin, tunggal atau jamak).

Contoh : sa mère → feminin tunggal.

- Biasanya memakai penentu (kata sandang, kata sifat penunjuk, kata sifat kepunyaan, dsb).

Contoh : cette fille cette : kata sifat penunjuk. - Bisa merupakan inti sekelompok nominal.

Contoh: l’honneur de ma famille (kehormatan keluargaku).

- Menunjukan satu atau beberapa mahkluk/objek yang tergolong dalam satu jenis atau kelompok yang sama.


(18)

13 2) Kata benda khas

- Menunjukan mahkluk/benda yang unik dan bersifat perorangan (nama orang, nama geografis, dsb), fungsinya tidak sama dengan kata benda umum.

- Huruf awal katanya selalu ditulis dengan huruf besar.

- Nama orang tidak punya jenis grammatikal dan tidak memakai kata sandang. Orang Prancis biasanya memiliki tiga suku kata nama, yaitu nama depan, nama tengah (jika ada) dan nama keluarga. Suatu nama depan dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin.Contohnya

Paul dan Pauline.

- Kata benda geografis, monument atau sebuah karya biasanya memakai kata sandang. Contoh: la Côte d’Azur, la Grande Arche. Nama negara bisa berkata sandang tunggal maskulin (l’Iran, le Mexique), tunggal feminin (l’Italie, la France) atau jamak (les États-Unis). Nama kota biasanya feminin.

Selain itu, kata benda dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Kata benda yang menunjukan hal atau pengertian, memiliki jenis maskulin dan feminin. Misalnya la fôret – le bois.

2) Kata benda yang menunjukan mahkluk, dibedakan sesuai kenyataan jenis kelaminnya. Jenis kata ini memiliki tiga tipe, yaitu:


(19)

14 • Maskulin dan feminin yang memiliki radikal yang berbeda (homme –

femme).

Tidak mengalami perubahan, biasanya berakhiran –e, untuk membedakannya harus dibedakan kata sandangnya (un artiste – une

artiste).

• Feminin dibentuk dari maskulin dengan tambahan akhiran yang kadang diikuti pula dengan perubahan bunyi (un voisin – une voisine).

Berikut ini akan dijelaskan beberapa bentuk jamak dari kata benda, yaitu:

1) Kata benda umum sederhana

- Dalam bentuk apapun, ditandai dengan penentu (un stylo → des stylos).

- Jika diawali huruf hidup, ada liaison [z] (un amis → des amis

[dezami]).

- Tidak berubah, jika bentuk tunggal berakhiran –s, -x, -z (un mois →

des mois).

- Bentuk jamak menjadi berakhiran –s (un garçon → des garçons).

- Bentuk tak beraturan (madame → mesdames).

2) Kata benda umum majemuk

- Satu kata (un pourboire → des pourboires).


(20)

15 3) Kata benda khas

- Kata benda keluarga, untuk keluarga raja atau ratu ditambahkan akhiran –s, contoh les Bourbons. Untuk keluarga biasa, tidak berubah (les

Duval).

- Kata kerja geografis. Umumnya hanya ada satu buah tanpa ada perubahan (le Japon, les Alpes).

2.1.2.3Adjektiva (adjectif)

Adjektiva atau kata sifat adalah kelas kata yang mengubah nomina (kata benda) atau pronominal, biasanya dengan menjelaskan atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Adjektiva dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata.

Jenis kata sifat kualitatif terbagi menjadi beberapa bagian sebagaimana dikemukakan Rohmawati (2005:124) bahwa kata sifat itu:

- Tidak berubah, sama untuk maskulin maupun feminin; kata sifat yang bentuk maskulinnya berakhiran –e (riche, triste, jeune).

- Berubah bunyi atau akhiran (joli → jolie).

- Berakhiran –e, dengan perubahan bunyi akhir kata (grand → grande).

- Kata sifat beau (bagus), nouveau (baru), dan vieux (tua), berubah menjadi

belle, nouvelle, dan vieille.


(21)

16 - Kata sifat kebangsaan memakai nama negara ditambahkan akhiran –ais.

Bentuk feminin umumnya ditambahkan akhiran –e atau –ne. Bentuk akhiran lain menggunakan kata yang sama untuk maskulin maupun feminin (L’Espagne → espagnol/espagnole, La Suisse → suisse/suisse).

Bentuk jamak kata sifat kualitatif dan kata sifat warna akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Bentuk jamak kata sifat kualitatif

Aturannya hampir sama dengan aturan kata benda, cara penulisan dan hal lain mengikuti aturan kata sifat dengan kata benda. Perkecualian:

- Beberapa kata sifat berakhiran –al, bentuk jamaknya berubah menjadi

–als dan bukannya –aux; (fatal → fatals, banal → banals).

- Kata sifat majemuk, jika penyusunannya adalah kata sifat maka bentuk jamaknya disesuaikan. Jika terdiri atas kata sifat dan kata benda, kata sifatnya tetap tunggal (des produits bon marché) artinya barang murah.

2) Kata sifat warna

- Bentuk feminin umumnya diberi akhiran –e dan bentuk jamaknya diberi akhiran –s (vert, verte → verts, vertes).


(22)

17 - Tidak berubah bentuk maskulin dan femininnya. Khusus marron dan

orange, tidak berubah bentuk tunggal dan jamaknya (un pantalon marron, une robe marron).

2.1.2.4Adverbia (adverbe)

Rohmawati (2005:185-188) menjelaskan bahwa adverbial atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan pada kata lain, sama halnya seperti verba, dan adjektiva. Rohmawati berpendapat bahwa “Adverbia adalah kata yang relatif dapat berdiri sendiri, memiliki fungsi khas dalam suatu frase. Beberapa di antaranya dapat membentuk sendiri sebuah frase”.

Adverbial dan Frase Adverbial Keadaan yaitu adverbial yang memiliki peran dan fungsi yang sama dengan kelompok nominal pelengkap keadaan suatu kata kerja. Adverbial keadaan menyatakan waktu, tempat, sebab dan cara.

- Adverbia Waktu (hier) - Adverbia Sebab (pourquoi) - Adverbia Tempat (içi) - Adverbia Cara (poliment)

2.1.2.5Preposisi (préposition)

Berbeda dengan adverbial, kata depan tidak mempunyai fungsi khas dalam kalimat, merupakan kata atau frase yang tidak berubah hubungannya. Kata depan hanya berperan untuk menghubungkan dua kata atau kelompok


(23)

18 kata yang fungsi gramatikalnya tidak sama dan yang tidak punya status kalimat.

Demikianlah penjelasan yang diungkapkan oleh Rohmawati mengenai kategori kosakata. Sedangkan menurut Anne Lise Lew dalam situs yang beralamat di http://pagesperso-orange.fr/html dalam bahasa Prancis terdapat 9 kelas kata selain yang telah diungkapkan Rohmawati di atas yaitu pronomina, artikel, konjungtor dan interjeksi. Berikut penjelasannya :

2.1.2.6Pronomina (pronom)

Pronomina merupakan kata yang menggantikan kata benda atau frase nominal. Dalam penggunaannya pada kalimat, pronomina selalu menyesuaikan dengan kuantitas, subjek dan jenis kata.

- personnel : je, tu, il, elle, on, nous, vous, ils, elles, moi, toi, lui, eux, …

- relatif : qui, que, où, dont,…

- indéfini : certains, quelques-uns …

-interrogatif : lesquelles, qui …

- possessif : la mienne, le mien, les miens, les miennes, le tien, la tienne, les tiens …


(24)

19

2.1.2.7Artikel (article)

Dalam penggunaannya pada kalimat, artikel selalu menyesuaikan dengan kuantitas dan jenis kata.

- article défini : le, la, les, l’

- article indéfini : un, une, des

- article partitif : du, de la, des

- déterminant indéfini : quelques, tout …

- déterminant numéral : trois (cardinal), le deuxième (ordinal) …

- déterminant interrogatif : quel, quelle, quels, quelles, ….

- déterminant exclamatif : quel, quelle, quels, quelles, …

- déterminant possessif : mon, ton, son, ma, ta, sa, mes, tes, ses, leur …

- déterminant démonstratif : ce, cette, cet, ces

2.1.2.8Konjungtor (conjonction)

Konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa sederajat. Penggunaan konjungsi disesuaikan dengan konteks kalimat dan tidak ada penyesuaian apapun.

La conjonction de coordination : menggabungkan dua atau lebih kata dan


(25)

20

La conjonction de subordination : menggabungkan klausa. Contoh : comme, quoique, si, si bien que.

2.1.2.9Interjeksi (interjection)

Interjeksi merupakan ungkapan langsung yang terdiri dari satu atau dua kata.

L’onomatopée : bentuk kata yang menirukan sesuatu bunyi. Contoh: Boum ! Splash ! Wouf !

Les autres interjections : menunjukan emosi dalam ucapan. Contoh : Eh ! Aïe ! Oh !

2.2Gastronomi

Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, bidang-bidang, sejarah dan perkembangan gastronomi di Prancis dan di Indonesia, serta pembelajaran gastronomi.

2.2.1 Definisi Gastronomi

Etimologi gastronomi didefinisikan Wikipedia (Tersedia:

http://fr.wikipedia.org/wiki/Gastronomie), berasal dari Bahasa Yunani kuno gastros yang artinya "lambung" atau "perut" dan nomos yang artinya "hukum" atau "aturan". Dalam situs yang sama didefinisikan, “La gastronomie est l'ensemble des règles


(26)

21

(fluctuantes, selon pays, classes sociales et modes) qui définissent l'art de faire bonne chère .

Dapat diartikan secara luas bahwa gastronomi adalah sejumlah aturan yang beragam standarnya berdasarkan pada negara, kelas sosial, dan gaya hidup masyarakat mengenai makanan yang baik.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia versi online

(tersedia :http://kamusbahasaindonesia.org), dinyatakan bahwa gastronomi adalah Seni menyiapkan hidangan yang lezat-lezat dan diartikan dengan kata lain, yaitu tata boga. Tata boga mempunyai arti sebagai suatu teknik untuk meramu, mengolah, dan menyediakan serta menghidangkan makanan dan minuman.

Sedangkan dalam Le Petit Larousse (1997 :472) gastronomi didefinisikan sebagai berikut, “La gastronomie est conaissance de tout ce qui se rapporte à la

cuisine, à l’ordonnancement des repas, à l’art de déguster et d’apprecier les mets .

Artinya gastronomi adalah pengetahuan tentang semua yang berhubungan dengan masakan, resep makanan, seni mencicipi dan menilai hidangan.

Larousse Gastronomique (1998 :512) menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan gastronomi adalah “Gastronomie est l’art de faire bonne chère . Dalam buku yang sama dijelaskan bahwa Charles Monselet, seorang ahli pencicip (gourmet) berkebangsaan Prancis pada akhir abad ke-19 menganggap bidang gastronomi itu sebagai sebuah kesenangan yang tidak mengenal situasi dan batas usia, seperti pernyataannya ”La joie de toutes les situations et de tous les âges”.


(27)

22 Dari keseluruhan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa gastronomi adalah ilmu atau segala sesuatu yang berhubungan dengan masakan dan makanan.

2.2.2 Bidang-Bidang Gastronomi

Dalam situs Wikipedia (Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Gastronomi) dijelaskan bahwa bidang-bidang gastronomi terbagi menjadi lima bagian, berikut penjelasannya:

1) Gastronomi Praktis

Bidang ini berhubungan dengan praktik dan studi dari persiapan, produksi dan penyajian dari makanan dan minuman dari berbagai negara-negara di seluruh dunia. Gastronomi praktis meliputi teknik dan standar yang terlibat dalam konversi bahan mentah menjadi produk makanan yang spesifik dari segi nasional, regional, dan budaya. Para pelaku gastronomi praktis contohnya terdiri dari juru masak dan semua orang yang berhubungan dengan pelanggan termasuk pelayan. Singkatnya, konversi makanan dan minuman menjadi hidangan yang utuh merupakan spesialisasi gastronomi praktis.

2) Gastronomi Teoretis

Gastronomi teoretis mendukung gastronomi praktis dengan cara mempelajari pendekatan proses, sistem, resep, buku masakan, dan tulisan lainnya . Bidang ini mendokumentasikan berbagai macam prosedur yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesuksesan dalam mengolah suatu hidangan. Perencanaan teoretis yang harus dilalui seseorang saat memformulasikan dan


(28)

23 menyiapkan acara, menu, hidangan dan minuman adalah bagian dari gastronomi teoretis. Fungsi gastronomi teoretis adalah sebagai sumber kreativitas yang menginspirasikan terciptanya makanan klasik dan nasional dunia selama berabad-abad. Koki serta profesional makanan dan minuman mengkombinasikan kemampuan praktis mereka dengan masukkan teoretis untuk memaksimalkan pembelajaran dan efisiensi mengolah bahan pangan.

3) Gastronomi Teknis

Gastronomi teknis meninjau evaluasi sistematik dari hal apapun di bidang gastronomi yang membutuhkan penilaian/pengukuran. Bidang ini juga menjadi penghubung antara industri makanan skala kecil menjadi industri massal. Gastronomi teknis mencakup evaluasi dari makanan instan, instalasi baru serta evolusioner, metode produksi baru serta keahlian, dan peralatan yang dibutuhkan untuk memulai produksi. Selain itu gastronomi teknis berperan untuk mengawasi performa setiap tahapan melalui periode percobaan. Pelaku di bidang gastronomi teknis termasuk teknisi, ilmuwan makanan, spesialis operasional yang bekerja di area ini. Juru masak konsultan juga berperan di bidang ini.

4) Gastronomi Makanan

Gastronomi makanan berhubungan dengan makanan, minuman, dan pembuatannya. Contohnya, gastronomi makanan mempelajari peranan dari anggur, dan minuman lain dalam hubungannya dengan makanan, yang adalah mengharmoniskan dan memaksimalkan kenikmatan yang didapatkan. Mereka


(29)

24 yang bekerja di bidang gastronomi makanan berhubungan erat dengan perkembangan produk makanan dan minuman yang berubah seiring bergantinya waktu dan musim karena waktu menjadi salah satu pertimbangan utama pada gastronomi makanan.

5) Gastronomi Molekuler

Gastronomi Molekuler (molecular gastronomy) adalah studi ilmiah mengenai gastronomi yang mempelajari transformasi fisiokimiawi dari bahan pangan selama proses memasak dan fenomena sensori saat mereka dikonsumsi. Ilmu ini dicirikan dengan penggunaan metode ilmiah untuk memahami dan mengendalikan perubahan molekuler, fisiokimiawi, dan struktural yang terjadi pada makanan pada tahap pembuatan dan konsumsi. Metode ilmiah yang digunakan meliputi pengamatan mendalam, pembuatan dan pengujian hipotesis, ekperimen terkontrol, objektivitas sains, dan reproduksibilitas eksperimen. Gastronomi molekuler tidak sama dengan tipe atau gaya memasak. Adapun seni memasak yang didasarkan atas ilmu gastronomi molekuler disebut dengan seni memasak molekuler (molecular cooking).

2.2.3 Gastronomi di Prancis

2.2.3.1Sejarah Gastronomi

Guy (1985:56) menjelaskan bahwa kata gastronomi pertama kali muncul di Prancis dua ratus tahun yang lalu dalam sebuah puisi yang dikarang oleh Jacques Berchoux (1804). Tetapi sebenarnya hal ini sudah mulai dikenal sejak zaman Gaulois, yaitu pada tahun 58 sebelum masehi. Pada saat itu


(30)

25 gastronomi hanya dianggap sebagai seni memasak. Biasanya, makanan dan cara pengolahannya dilakukan secara sederhana dan biasa jika dibandingkan apa yang dilakukan bangsa Yunani dan Roma ketika menduduki Gaulois pada saat itu, seperti yang dijelaskan dalam buku yang berjudul Histoire de la

Gastronomie en France, Guy (1985:5) menyatakan bahwa

L’alimentation en général et les modes d’apprêts souvent rudimentaires et grossiers comparés à ceux que pratiquent déjà Grecs et Romains tiennent une place importante dans la vie quotidienne des Gaulois.

Pada zaman itu, bangsa Gaulois mempelajari cara penggunaan oven dari bangsa Romawi untuk menggantikan perapian.

Pada abad pertengahan, adalah pertama kalinya masakan yang bernama sup (soupe) muncul. Awalnya, seorang Uskup membuat suatu ramuan yang berkhasiat sebagai obat, dalam pembuatannya hanya ditambahkan daging unggas dan kapri. Di wilayah Quercy dan Auvergne, negara Arab mewariskan masakan yang terbuat dari bahan baku daging domba (mouton) dan masakan yang menggunakan kunyit (safran). Di wilayah tersebut, terdapat hidangan klasik daerah yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis modern bernama “couchicouchq” dan sekarang bernama“couscous”. Masakan tersebut berbahan dasar ayam atau daging kambing yang direbus dengan menggunakan bumbu cabai atau di Indonesia sering disebut gulai. Kedua masakan tersebut diwariskan bangsa Arab pada abad pertengahan.


(31)

26 Tidak hanya ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusastraan saja yang mengalami kelahiran kembali atau “renaissance”. Dibawah kekuasaan raja François I, Henri II, Charles IX, Henri III, dan François II makan merupakan suatu ritual yang sakral. Artinya pada saat makan ada aturan atau tata caranya, hal tersebut menunjukan kesopanan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan zaman sebelumnya. Sehingga Érasme dalam bukunya yang berjudul Traité de

civilité menuliskan tata cara makan tersebut. Pada masa ini, pengaruh Italia

sangat kuat dan mendetail hingga ke hal-hal yang kecil. Pengaruh Italia tidak hanya pada masakan dan tata caranya saja, tetapi hingga ke peralatan makannya. Dan pada masa ini pula, orang-orang mengenal piring. Sebelumnya, makanan dihidangkan dalam sebuah tempat yang besar dan disajikan untuk beberapa orang. Tetapi situasi ini berubah sejak pertama kali piring digunakan sebagai alat saji sebuah hidangan secara perorangan, yakni ketika perayaan pernikahan calon raja François I. Namun begitu, alat makan garpu baru digunakan setelah itu bersama dengan sendok dan pisau makan.

Restauran pertama muncul pada tahun 1765 di Paris dan merupakan perkembangan dari kafe yang sebelumnya sudah ada. Awalnya pengunjung dari restauran ini adalah para bangsawan, namun dampak dari revolusi Prancis yang membuat situasi negara menjadi kacau sehingga banyak bangsawan berimigrasi, dan akhirnya restauran-restauran tersebut sempat mengalami kemunduran.


(32)

27 Perkembangan pesat restauran setelah masa revolusi adanya kekhasan dalam tata cara makan dan makanan. Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah gastronomi. Seperti yang telah dikatakan diawal bahwa kata gastronomi sendiri pertama kali muncul dalam sebuah puisi karya Jacques Berchoux pada tahun 1804. Seiring dengan populernya puisi ini, maka istilah gastronomi ini dikenal pula bahkan hingga ke luar negara Prancis. 15 tahun kemudian Louis XVIII, menganugrahkan penghargaan tertinggi yang bernama

Légion d’honneur kepada Berchoux. Penghargaan ini merupakan bentuk

apresiasi negara kepada warganya yang telah memperkenalkan budaya Prancis. Dalam hal ini Berchoux secara tidak langsung memperkenalkan tata boga Prancis melalui puisinya tersebut.

2.2.3.2Perkembangan Gastronomi

Pada awalnya gastronomi merupakan cara memasak dan mencicipi makanan. Gastronomi mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan kelas sosial, negara, daerah, zaman, dan gaya hidup masyarakatnya. Terkadang gastronomi sering dianggap suatu kemewahan, dengan alasan beberapa makanan dan bahan pangan memiliki harga yang tinggi. Teknik pengolahannya pun menjadi salah satu alasan kemewahannya.

Teknik memasak dalam gastronomi pada dasarnya sama dengan teknik memasak biasa. Perbedaannya hanyalah pada titik berat kesempurnaannya, terutama dalam hal pemilihan bahan masakan, suhu dan waktu pemasakan,


(33)

28 dan kadang-kadang dibutuhkan belajar secara khusus. Seperti yang dikutip dari Wikipedia (Tersedia :http://fr.wikipedia.org/wiki/Gastronomie):

Les techniques culinaires sont, pour l'essentiel, celles de la cuisine ordinaire, mais exécutées à la perfection (choix des produits, température et temps de cuisson, assaisonnements), et demandent pour certaines un long apprentissage.

Saat ini, gastronomi tidak dapat dipisahhkan dari kebudayaan Prancis, selain fashion atau tata busana. Seperti yang dikutip dari situs yang sama :

Elle intègre des données immatérielles comme des savoirs, des pratiques - savoir-faire et rituels -, du lien social et du partage - résumés par la formule «humanisme de la table» où se dit l’ouverture à l’autre et à l’ailleurs -, des discours et des représentations. Immatérialité qui s’incarne dans la matérialité des instruments techniques, des produits, des mets, des livres de recettes, des lieux comme les restaurants, des objets de la cuisine et de la table.

Maksudnya, dalam gastronomi terdapat didalamnya pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, gastronomi sangat berkaitan dengan hubungan dan pembagian kelas sosial. Termasuk di dalamnya, peralatan memasak, tata cara memasak, masakan yang dihasilkan, buku-buku resep, restauran, dan peralatan makan. Bidang memasak berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan seni secara terus menerus.

2.2.4 Gastronomi di Indonesia

2.2.4.1Sejarah Gastronomi

Gastronomi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya serta makanan dari negara lain, yaitu negara India, Timur Tengah, Cina, dan bangsa Eropa seperti Portugis dan Belanda. Pada awalnya, budaya dan masakan India


(34)

29 yang sangat berpengaruh di Indonesia, contohnya dalam penggunaan rempah-rempah yang banyak dan santan pada masakan Indonesia. Selain itu banyak masakan Indonesia yang terinspirasi dari masakan negara Arab yang dibawa oleh para pedagang negara Arab, contohnya sate yang terinspirasi dari masakan Arab yaitu kebab dan masakan lain yang berbahan dasar daging kambing.

Tidak hanya itu, pedagang dari Cina juga membawa bahan pangan dari negara mereka yaitu mi, kacang kedelai, dan berbagai macam sayuran. Bangsa Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun telah memberikan pengaruh bagi perkembangan makanan dan masakan Indonesia. Pada saat itu bangsa Belanda memperkenalkan cita rasa baru dan bahan pangan yaitu lada yang berasal dari Meksiko, kacang dari Amerika, singkong dari Karibia dan kentang yang berasal dari Amerika Selatan.

Gastronomi mempunyai hubungan dengan kebudayaan suatu negara, seperti yang dinyatakan dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Gastronomi

berikut ini:

Hubungan budaya dan gastronomi terbentuk karena gastronomi adalah produk budidaya pada kegiatan pertanian sehingga penggolongan warna, aroma, dan rasa dari suatu makanan dapat ditelusuri asal-usulnya dari lingkungan tempat bahan bakunya dihasilkan.

Dalam situs tersebut dijelaskan pula bahwa, peran gastronomi adalah sebagai landasan untuk memahami bagaimana makanan dan minuman digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Berdasarkan peran tersebut, beberapa


(35)

30 masakan khas Indonesia dikaitkan dengan perayaan tertentu seperti perayaan agama. Contohnya pada saat hari raya Lebaran yang dirayakan oleh umat Muslim, masakan menggunakan ketupat adalah masakan yang umum disajikan. Dapat disimpulkan bahwa gastronomi merupakan salah satu unsur budaya sebuah bangsa.

2.2.4.2Perkembangan Gastronomi

Gastronomi tidak dapat dipisahkan dari pariwisata dan budaya sebuah negara. Seiring dengan berkembangnya pariwisata di Indonesia, maka gastronomi di negara ini ikut berkembang juga. Saat ini, masyarakat Indonesia mengenal istilah “wisata kuliner”. Yang mempunyai arti berwisata untuk menikmati makanan-makanan khas dari sebuah negara atau daerah. Setiap negara atau daerah memiliki kuliner khas atau tradisional yang menjadi identitas negara atau daerah tersebut. Hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan gastronomi di Indonesia.

Dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Gastronomi dinyatakan bahwa, “Yang menjadi pendorong dari wisata gastronomi adalah motivasi dari para wisatawan itu sendiri dan juga mobilitas yang semakin meningkat sehingga memudahkan akses terhadap berbagai jenis makanan lokal”. Kondisi ini juga tidak luput dari media cetak maupun elektronik di tanah air yang banyak membahas mengenai hal ini. Berdasarkan pengamatan peneliti, saat ini dapat kita jumpai acara-acara di televisi tentang gastronomi yang tidak hanya menayangkan acara memasak biasa seperti sebelum-sebelumnya, tetapi


(36)

31 mengenai kekayaan kuliner Indonesia dari berbagai daerah. “Kuliner Pilihan” yang ditayangkan di sebuah televisi swasta setiap hari Sabtu pukul 07.30 WIB adalah merupakan pionir dari acara jenis ini.

Hal ini mempunyai arti bahwa seiring dengan berkembangnya gastronomi di Indonesia, makanan lokal atau daerah dapat ikut berkembang pula karena semakin banyak dicari dan dinikmati oleh para wisatawan dan semakin dikenal di Indonesia atau di mancanegara.

2.2.5 Pembelajaran Gastronomi

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa gastronomi mempunyai hubungan erat dengan kebudayaan suatu negara. Dengan mempelajari kebudayaan suatu negara, secara otomatis dipelajari pula bagaimana cara hidup penduduk suatu negara, politik, sosial, ekonomi dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan negara tersebut, termasuk mempelajari tata boganya. Pembelajaran tata boga mempunyai beberapa tahapan, seperti yang dikutip dalam situs (Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/E%20-%20FPTK/JUR.%20PEND.%20KESEJAHTERAAN%20KELUARGA/SUNAR SIH/Wawasan%20Guru%20Pend.T.Boga.pdf):

Pembelajaran tata boga merupakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang dimulai dari pemahaman makan dan makanan sebagai kebutuhan dasar manusia, dilanjutkan dengan pembahasan istilah-istilah yang digunakan berkenaan dengan makanan mulai dari istilah meal, food sampai zat makanan dengan istilah zat gizi atau nutrisi. Bahasan mengenai pengolahan bahan makanan mulai dari persiapan sampai menjadi hidangan dalam berbagai macam teknik memasak.


(37)

32 Jadi dalam pembelajaran tata boga dipelajari istilah-istilah yang digunakan dalam mengolah makanan, seperti istilah peralatan, bahan makanan, dan teknik yang digunakan dalam proses pembuatannya. Selain itu dipelajari pula praktek pembuatannya. Tata boga mencakup pengetahuan mengenai menu, resep masakan, resep kue, bahan makanan pokok, bahan makanan tambahan, bumbu, teknik memasak, menyajikan hidangan dan mengemas makanan.

Dalam prakteknya, pembelajaran tata boga dimulai dari membersihkan, menyiangi, memotong dan mengiris bahan makanan menggunakan pisau yang sesuai. Selanjutnya, mempersiapkan alat memasak yang akan digunakan dan telah disesuaikan dengan teknik pemasakannya, apakah digoreng, direbus, dikukus atau dipanggang. Dalam menyajikan makanan atau hidangan perlu diperhatikan jumlah, jenis dan kondisi hidangan untuk siap dikonsumsi. Misalnya, hidangan atau kue dipersiapkan untuk oleh-oleh atau hadiah, maka penyajian dan pengemasannya perlu diperhatikan. Dalam situs yang sama seperti diatas dikatakan bahwa “Belajar tata boga untuk seni memasak dan tata hidang dapat memberikan nilai tambah baik dalam memberikan kepuasan dalam menikmati suatu hidangan yang disajikan . Jadi dengan mempelajari tata boga, hasil masakan tidak hanya sekedar makanan biasa. Tetapi terdapat unsur seni yang dapat memberikan nilai lebih pada masakan tersebut.

Namun dalam pembelajaran gastronomi di Jurusan Bahasa Prancis ini, tidak dilakukan prakteknya. Tetapi lebih menitik beratkan pada penguasaan kosakata istilah gastronomi atau tata boga seperti yang telah dijelaskan diatas.


(38)

33 Kosakata istilah gastronomi adalah kosakata yang digunakan dalam bidang kuliner atau memasak. Tujuan pembelajaran kosakata istilah gastronomi adalah untuk menambah dan memperluas wawasan kuliner bagi mahasiswa. Sehingga pada akhirnya mereka mampu mengerti dan memahami bentuk wacana lisan atau tulisan tentang bidang ini.

Berikut ini beberapa contoh kosakata dalam bidang gastronomi: 1) Verba (verbe) : mélanger ‘mencampur’, verser ‘menuangkan’, ajouter

‘menambahkan’, bouillir ‘mendidih’, éplucher ‘mengupas, menguliti’.

2) Nomina (nom) : l’ail ‘bawang putih’, la salade ‘salad’, l’huile ‘minyak goreng’, l’échalote ‘bawang merah’, la crème ‘krim’.

3) Adverbia (adverbe) : légèrement ‘perlahan-lahan’, progressivement ‘secara bertahap’, délicatement ‘secara perlahan-lahan’, premièrement ‘pertama-tama’.

4) Adjektiva (adjectif) : salée ‘asin’, bouillante ‘mendidih’, chaud ‘panas’,

épicée ‘pedas’, sucré ‘manis’.

2.3Terjemahan

2.3.1 Definisi Terjemahan

Menerjemahkan adalah sebuah cara untuk menyampaikan kembali pesan yang terkandung dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa)


(39)

34 secara tepat. Terdapat beberapa definisi mengenai terjemahan. Edmond Carry dalam Lederer (1994:11) mengungkapkan,

La traduction est une opération qui cherche à établir des équivalences entre deux textes exprimés en des langues différentes, ces équivalences étant toujours et nécesairement fonction de la nature des deux textes, de leur destination, des rapports existant entre la culture des deux peuples, leur climat moral, intellectuel, affectif, fonction de toutes les contingences propres à l’époque et au lieu de depart et d’arrivée.

Dapat diartikan bahwa, terjemahan adalah proses untuk mencari kesepadanan antara dua teks dalam bahasa yang berbeda. Dalam mencari kesepadanan tersebut, seorang penerjemah harus selalu memperhatikan fungsi dari kedua teks tersebut ; calon pembaca, hubungan antara kebudayaan masyarakatnya, pesan moralnya, kecerdasan, afektif, dan juga hal-hal yang berkaitan dengan aspek masa dan waktu.Yang lebih penting lagi adalah aspek yang terdapat pada bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Dalam Le Petit Larousse (1997:1021) terjemahan didefinisikan, “Traduction est action de traduire, de transposer dans une autre

langue; ouvrage traduit”.

Artinya terjemahan adalah proses menerjemahkan, atau mengubah suatu teks atau bacaan dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain; hasil yang telah diterjemahkan.

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terjemahan adalah proses untuk mencari kesepadanan dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain,


(40)

35 dengan memperhatikan fungsi teks yang akan diterjemahkan, calon pembaca, agar pesan yang terkandung dalam teks sumber dapat tersampaikan pada teks sasaran.

2.3.2 Metode Penerjemahan

Newmark dalam Hoed (1993:17-21) menyatakan bahwa ada 8 metode penerjemahan yakni:

1) Penerjemahan Kata demi Kata

Dalam metode ini, kata-kata BSa langsung diletakkan di bawah versi BSu. Kata-kata dalam BSu diterjemahkan diluar konteks, dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan apa adanya. Namun metode penerjemahan semacam ini mempunyai kegunaan khusus, dan tidak lazim digunakan sebagai metode penerjemahan yang umum.

2) Penerjemahan Harfiah

Struktur gramatikal BSu dicarikan padanan yang terdekat dalam BSa tetapi penerjemahan leksikalnya dilakukan terpisah dari konteks. Dalam proses penerjemahan, metode ini dapat digunakan sebagai kegiatan prapenerjemahan, tidak sebagai metode yang lazim.

3) Penerjemahan Setia

Dalam metode ini, penekanan ada pada makna kontekstual BSu. Ada upaya untuk benar-benar setia kepada maksud pengarang asli dan kepada segala perwujudan maksudnya dalam teks BSu. Metode ini tidak menghasilkan padanan yang lazim karena terjemahannya tidak menghasilkan versi penyampaian yang wajar.


(41)

36

4) Penerjemahan Semantik

Metode ini berbeda dengan metode penerjemahan setia. Pada metode ini dapat lebih ditekankan kepada BSa. Ini berarti bahwa selain pertimbangan kewacanaan, penerjemah juga mempertimbangkan hal-hal lain yang berkaitan dengan BSa.

5) Saduran

Metode ini merupakan bentuk penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan BSa. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi, yaitu dimana tema, karakter, dan plot dipertahankan. Tetapi dalam penerjemahannya, terjadi peralihan budaya BSu ke budaya BSa.

6) Penerjemahan Bebas

Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk suatu parafrase yang dapat lebih panjang ataupun lebih pendek dari aslinya.

7) Penerjemahan Idiomatik

Metode ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.

8) Penerjemahan Komunikatif

Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa sehingga, baik aspek kebahasaan maupun aspek isinya langsung dapat


(42)

37 dimengerti oleh pembaca. Metode penerjemahan ini dianggap sebagai metode penerjemahan yang ideal.

2.3.3 Prosedur Penerjemahan

Prosedur penerjemahan yang dijelaskan Newmark dalam Hoed (1993:21-27) adalah sebagai berikut:

1) Transposisi

Transposisi adalah suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan perubahan bentuk gramatikal dari BSu ke BSa. Dibawah ini merupakan beberapa jenis transposisi:

a) Transposisi wajib dan otomatis yang disebabkan oleh sistem dan kaidah bahasa, penerjemah tidak mempunyai pilihan lain selain melakukannya. Dalam pencarian padanan ungkapan-ungkapan berikut, seorang penerjemah wajib melakukan transposisi:

• Kata benda jamak dalam BSu menjadi tunggal dalam BSa. Contoh: ikan-ikan itu = the fish ( les poissons)

• Pengulangan kata sifat yang bermakna variasi yang tersirat dalam kata sifat, menjadi penjamakan kata benda itu sendiri. Contoh: Rumah di Jakarta bagus-bagus = the houses in Jakarta are nice (les maisons à

Jakarta sont belles)

• Adjektiva + nomina menjadi nomina + pemberi sifat. Contoh: beautiful woman (belle femme) = wanita cantik


(43)

38 b) Transposisi jenis kedua yaitu transposisi yang dilakukan apabila suatu

struktur gramatikal dalam BSu tidak ada dalam BSa. Seperti contoh berikut ini: peletakan verba di latar depan dalam bahasa Indonesia tidak lazim dalam struktur bahasa Inggris atau bahasa Prancis, kecuali dalam kalimat imperatif.

Contoh: berbeda penjelasannya = the explanations differs (l’explication

est différente).

2) Modulasi

Modulasi adalah prosedur penerjemahan yang menyangkut pencarian padanan dan pengaturan variasi melalui pengaturan/pengubahan sudut pandang, perspektif ataupun perubahan pemikiran.

Contoh:

Laporan itu akan saya sampaikan besok pagi = I will submit the report

tomorrow morning (Je vais donner le rapport demain matin).

2.3.4 Teknik Penerjemahan

Ada 3 jenis teknik penerjemahan yang diungkapkan Hoed (1993:27-34) yakni:

1) Teknik Penerjemahan Berdasarkan Fungsi Teks

Terdapat 6 jenis fungsi teks, yaitu:

• Fungsi ekspresif, fungsi ini berorientasi pada pembicara atau penulis sebagai sumber penyampaian berita. Yang dapat digolongkan dalam jenis


(44)

39 teks fungsi ekspresif antara lain karya sastra (puisi, novel, drama, dsb), otobiografi, esai, dll.

• Fungsi informatif, inti fungsi informatif adalah situasi eksternal, yaitu ungkapan yang disampaikan berorientasi pada fakta suatu topik bahasan atau realita diluar bahasa, termasuk teks laporan tentang gagasan atu teori tertentu. Teks jenis ini biasanya menggunakan gaya bahasa kontemporer, non-regional, non-kelas.

• Fungsi vokatif. Yang menjadi pusat perhatian dalam teks jenis vokatif adalah khalayak pembaca/penerima berita. Istilah vokatif disini maksudnya mengajak atau menghimbau penerima berita untuk bertindak, berpikir, merasa atau bereaksi seperti yang dimaksudkan dalam teks. Contoh teks jenis vokatif adalah tulisan persuasif (misalnya: permohonan, tesisi), propaganda, pengumuman, teks instruksional.

• Fungsi estetik. Tujuan utama dalam teks yang berfungsi estetik adalah untuk memberikan rasa puas atau rasa senang, baik melalui irama (misalnya bunyi bersajak) maupun metafora. Dalam hal ini, efek bunyi dapat berupa aliterasi, asonansi, rima, penekanan, dsb. Sedangkan metafora dipakai untuk menghubungkan antara fungsi ekspresif dan estetik, yaitu penggambaran metaforik yang merangsang keempat atau kelima indra kita.


(45)

40 • Fungsi fatik. Fungsi ini biasanya dipakai sebagai alat kontak dan alat

berakrab-akrab antara para pemakai bahasa. Fungsi fatik dapat dikatakan lebih bersifat kultural, dan penerjemah harus memperhatikan hal tersebut. • Fungsi metalingual. Fungsi metalingual adalah penggunaan bahasa untuk

kepentingan bahasa itu sendiri, misalnya untuk menjelaskan, mendefinisikan, atau menamai.

2) Penerjemahan Gaya Bahasa

Selain memperhatikan jenis teks (dalam arti fungsi dan maksud keseluruhannya), seorang penerjemah juga harus memperhatikan gaya bahasa yang digunakan dalam teks BSu. Dalam teknik penerjemahan ini, penerjemah dapat pula menggunakan aspek makna konotatif dan denotatif dalam proses penerjemahannya.

3) Penerjemahan Ragam dan Dialek

Halliday dalam Hoed (1993:33) membedakan variasi bahasa menurut pemakaiannya disebut register atau ragam, dan menurut pemakainya disebut dialek atau idiolek. Contohnya, pemakaian bahasa dalam teks ilmiah, ilmiah populer atau teknis adalah contoh ragam. Sedangkan dialek Betawi, dialek Solo adalah variasi pemakaian bahasa menurut pemakaiannya. Seorang penerjemah harus memperhatikan hal tersebut dalam terjemahannya agar dapat menghasilkan terjemahan dalam BSa yang sepadan dengan BSu-nya.


(46)

41

2.3.5 Teknik Penerjemahan Texte Injonctif Berupa Resep Masakan

Berdasarkan teknik penerjemahan yang telah dijelaskan, ada 3 jenis teknik penerjemahan, yaitu: teknik penerjemahan berdasarkan fungsi teks, penerjemahan gaya bahasa dan penerjemahan ragam dan dialek. Dalam menerjemahkan jenis teks ini, teknik yang digunakan adalah teknik penerjemahan berdasarkan fungsi teks. Jenis teks ini mempunyai fungsi vokatif. Yang dimaksud vokatif adalah mengajak pembaca teks ini untuk bertindak seperti yang dituliskan didalam teks tersebut. Texte injonctif adalah jenis teks yang berisi perintah, instruksi ataupun saran. Pembaca teks ini diharapkan mampu bertindak sesuai dengan isi dari teks tersebut. Faktor penting yang harus diperhatikan adalah bahwa teks jenis ini harus mudah dipahami oleh pembacanya, sehingga kata-kata yang digunakan dalam menunjukan perintah harus jelas dan tepat.

Yang dimaksud texte injonctif dalam penelitian ini adalah resep masakan (recette de cuisine), sehingga kesulitan yang ditemukan dalam menerjemahkan teks ini adalah banyak dipergunakannya istilah khusus bidang gastronomi atau masak memasak yang ditemukan pada resep masakan (recette de cuisine). Istilah gastronomi tersebut mungkin jarang digunakan dalam dialog sehari-hari, sehingga ditemukan kesulitan dalam menerjemahkannya.


(47)

42

2.3.6 Jenis-jenis Terjemahan

Newmark dalam Hoed (1993:13-15) menggolongkan 8 jenis terjemahan yakni:

1) Penerjemahan Kata demi Kata

Penerjemahan ini adalah yang paling dekat ke BSu. Di sini urutan kata dalam teks BSa tetap dipertahankan, kata-kata diterjemahkan dengan maknanya yang paling dasar di luar konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah. Kegunaan terjemahan ini adalah untuk memahami mekanisme BSu atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan.

2) Penerjemahan Harfiah

Konstruksi gramatikal BSu dikonversikan ke dalam padanannya (BSa), sedangkan kata-kata diterjemahkan di luar konteks. Sebagai proses penerjemahan, penerjemahan harfiah dapat membantu melihat masalah yang harus diatasi.

3) Penerjemahan Setia

Penerjemahan setia mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikal BSu. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan BSu, sehingga terlihat sebagai terjemahan yang kaku dan asing.


(48)

43

4) Penerjemahan Semantik

Hal yang perlu diperhatikan pada penerjemahan semantik adalah harus lebih memperhitungkan unsur estetika (antara lain keindahan bunyi) teks BSu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Perbedaan antara penerjemahan setia dan penerjemahan semantik adalah bahwa dalam penerjemahan setia sifatnya terikat oleh BSu, sedangkan penerjemahan semantik lebih fleksibel.

5) Saduran

Saduran adalah bentuk terjemahan yang paling bebas dan paling dekat ke BSa. Penerjemahan ini terutama untuk drama dan puisi. Tema, karakter dan alurnya tetap dipertahankan. Kebudayaan BSu dikonversikan ke dalam kebudayaan BSa dan teksnya ditulis kembali.

6) Penerjemahan Bebas

Penerjemahan bebas adalah kembali tanpa melihat bentuk aslinya. Biasanya merupakan parafrase yang dapat lebih pendek atau lebih panjang dari aslinya. Dapat juga terjadi parafrase dalam bahasa yang sama, sehingga dapat disebut penerjemahan intra-lingual.

7) Penerjemahan Idiomatik

Pada jenis penerjemahan ini, pesan BSu disampaikan kembali tetapi ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosakata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam BSu tetapi biasa dipakai dalam BSa. Idiom sebaiknya diterjemahkan dengan idiom dalam BSa. Tetapi tidak selalu


(49)

44 mungkin karena idiom tidak selalu sejajar dalm BSu dan BSa. Dalam hal demikian idiom terpaksa diterjemahkan dengan non idiom.

8) Penerjemahan Komunikatif

Penerjemahan komunikatif berusaha menyampaikan makna kontekstual dari BSu sedemikian rupa, sehingga isi dan bahasannya berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembaca BSa. Ini biasanya dianggap terjemahan yang ideal.

2.4Jenis-jenis Teks

Menurut Mauffrey dan Cohen dalam Umaya (2009:47-53) ada beberapa jenis teks sebagai berikut:

2.4.1 Texte Injonctif

Texte injonctif adalah jenis teks yang berisikan petunjuk, perintah, saran

ataupun keterangan. Seperti yang dikutip pada pernyataan berikut ini, “Texte injonctif

est un texte qui donne des consignes, des ordres, des conseils, des indications et des injonctions” (Tersedia : http://www.keepschool.com/cours-fiche-Les_divers_de_types_de_texte.html). Pada jenis teks ini biasanya disertai gambar, foto, diagram, ilustrasi, dll.

Contoh: recette de cuisine (resep masakan), mode d’emploi (petunjuk penggunaan), règle de jeu (aturan permainan), dll.


(50)

45

Texte injonctif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1)Situasi ujaran

Penutur dan pembaca tidak berinteraksi secara langsung. Kalimat atau kata perintah dan larangan sering digunakan dalam teks ini. Penutur menyusun teks ini berdasarkan kemampuan dalam bidang yang ditulisnya. Tujuan penulisan teks ini adalah agar pembaca dapat melakukan hal yang sama seperti apa yang tertulis dalam teks tersebut. Dalam hal ini pembaca dianggap tidak memiliki pengetahuan untuk melakukan hal yang tertulis tanpa membaca teks tersebut.

2)Struktur texte injonctif

Kalimat-kalimat perintah dalam teks tersebut sangat terstruktur dan berhubungan satu dan yang lainnya, sehingga biasanya ditampilkan dalam penomoran. Teks ini menampilkan tindakan-tindakan yang harus dilakukan secara berurutan dan tertib.

3)Ciri-ciri linguistik

- Dalam penulisan teks ini, penutur menggunakan sudut pandang orang kedua dan kadang tidak didefinisikan (impersonel).

- Modus dan bentuk waktu yang digunakan untuk menunjukan perintah adalah bentuk perintah (impératif), bentuk kata kerja dasar (infinitif), bentuk waktu akan datang (futur), bentuk waktu sekarang (présent). - Bentuk kalimat yang digunakan adalah deklaratif dan bentuk kalimat


(51)

46 - Banyak indikasi waktu dan tempat yang digunakan dalam teks ini,

contohnya pertama-tama (premièrement), mula-mula (d’abord),

selanjutnya (ensuite), selama satu jam (pendant une heure), setelah lima menit (après cinq minutes), dll.

- Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari dan cenderung teknis. - Texte injonctif dibedakan dari teks lainnya berdasarkan penggunaan kata

kerja yang khusus, misalnya:

devoir dan pouvoir diikuti dengan kata kerja dasar (infinitif)

Falloir que+subjonctif atau falloir+infinitif dan il est préférable que subjonctif atau il est préférable de infinitif

Conseiller, déconseiller, ordonner, proposer, recommander. 2.4.2 Texte Explicatif/Informatif

“Texte explicatif est un type de texte qui est utilisé pour transmettre une analyse objective d'un phénomène afin qu'il soit correctement assimilé”

(Tersedia: http://www.bacfrançais.com/bac_français/genres-et-types-de-texte.php). Berdasarkan teori tersebut texte explicatif/informatif didefinisikan sebagai salah satu jenis teks bahasa Prancis yang digunakan untuk menyampaikan sebuah uraian objektif mengenai sebuah fenomena agar dapat diterima dengan benar.

Contoh: article scientifique (artikel ilmiah), ouvrage scolaire (karya ilmiah), dll.


(52)

47

Texte explicatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1)Situasi ujaran

Teks ini pada umumya terbagi menjadi beberapa situasi ujaran. Prinsipnya, penutur mempunyai hak penuh dalam menyusun isinya. Tetapi secara umum, penutur tidak terlibat langsung dalam apa yang dia tulis, karena tujuan penulisan teks ini adalah untuk menyampaikan dan memperluas pengetahuan pembacanya. Pembaca teks ini adalah publik yang mempunyai bidang yang berkaitan dengan isi teks, namun tidak menutup kemungkinan bisa berasal dari berbagai kalangan.

2)Struktur texte explicatif

Teks ini sangat terstruktur, informasinya disampaikan secara kontinu, dengan urutan yang logis dan terencana.

3)Ciri-ciri linguistik

- Dalam penulisan teks ini, penutur menggunakan sudut pandang orang ketiga, namun bisa juga kata ganti orang pertama apabila penutur menyusun teksnya berdasarkan pengalaman dan observasinya sendiri. - Bentuk waktu yang digunakan adalah bentuk waktu sekarang (présent). - Bentuk kalimat yang digunakan adalah deklaratif atau bentuk kalimat


(53)

48 - Kata sambung logis (connecteur logique) : pertama-tama (premièrement),

kemudian (ensuite), (enfin), karena (parce que), jadi (donc), sehinnga (en

consequence), dsb.

- Terdapat parafrase untuk istilah-istilah yang digunakan. - Bahasa yang digunakan sangat teknis dan formal.

2.4.3 Narasi

Narasi atau narration di dalam Le PetitLarousse (1997:689) yaitu, “récit,

exposé détaillé d’une suite de faits”. Definisi tersebut dapat diartikan bahwa

narasi adalah sebuah pengisahan atau penjelasan secara detil urutan-urutan sebuah peristiwa.

Contoh : laporan jurnalistik (reportage journalistique), roman, kisah hidup (récit de vie), sejarah (récit historique), berita (fait divers), legenda (légende), kisah-kisah para nabi (parabole), novel (nouvelles), cerita lucu (histoire drôle), dongeng (conte), dll.

Narasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1)Situasi ujaran

Penutur dalam narasi bisa jadi siapa saja. Dan penutur tersebut bisa menjadi pelaku dan terlibat langsung dalam cerita ini, atau bahkan sebaliknya. Dengan tujuan menghibur pembacanya, penutur sering menceritakan kisahnya yang pada kenyataannya hanya khayalan. Pembaca cerita dapat berasal dari berbagai kalangan.


(54)

49 2)Struktur narasi

Di dalam narasi terdapat bagian-bagian penyusunnya yaitu bagian pembuka, konflik, klimaks, penyelesaian, dan penutup seperti teori yang terdapat dalam situs http://www.site-magister.com/typtxt1.htm yaitu, “Le schéma narratifs

sont état initial, élément perturbateur, péripéties, force équilibrante, et état final”.

3)Ciri-ciri linguistik

- Dalam menceritakan tokoh dalam ceritanya, pada umumnya penutur menggunakan sudut pandang orang ketiga, misalnya il, elle, ils, elles,

Pierre, dsb.

- Bentuk waktu yang digunakan adalah bentuk waktu lampau (passé; passé

simple, imparfait….)

- Bentuk kalimat yang digunakan adalah deklaratif atau kalimat pernyataan.

- Kata keterangan waktu dan tempat yang digunakan adalah la veille (sehari sebelumnya), ce jour-là (pada hari itu), le lendemain (keesokan hari/lusa), la semaine suivante (minggu berikutnya), dll.

2.4.4 Teks Argumentatif

Dalam situs http://www.bacfrançais.com/bac_français/genres-et-types-de-texte.php dijelaskan bahwa “ Texte argumentatif a le but de persuader, de convaincre, en apportant des éléments pour étayer le point de vue de l'auteur”


(55)

50 Teks argumentasi bertujuan untuk membujuk dan meyakinkan pembaca dengan cara membawa unsur-unsur yang dianggap penting untuk memperkuat sudut pandang pengarang.

Contoh: essai (esay), discours (pidato), pamphlet (pamphlet), dll. Teks argumentatif memiliki ciri-ciri berikut ini :

1)Situasi ujaran

Teks ini mempunyai tujuan untuk meyakinkan dan membujuk pembaca agar mereka percaya terhadap sudut pandang penutur setelah membaca teks tersebut. Teks ini ditujukan untuk kalangan khusus yang menjadi sasaran penulisnya atau khalayak umum.

2)Struktur teks argumentatif

Argumen-argumen pada teks ini disajikan secara logis dan terstruktur. 3)Ciri-ciri linguistik

- Dalam penulisan teks ini, penutur menggunakan sudut pandang orang pertama atau impersonalia.

- Bentuk waktu yang digunakan adalah bentuk waktu sekarang (présent). - Pada jenis teks ini semua bentuk kalimat dapat digunakan yaitu

deklaratif, bentuk kalimat tanya (interrogatif), kalimat seru (exclamatif), kalimat perintah (impératif).

- Dalam teks ini banyak digunakan kata penghubung yang mengungkapkan sebab, akibat, oposisi, pengandaian dan tujuan.


(56)

51

2.2.5 Teks Deskriptif

Deskriptif bukanlah sebuah jenis teks, deskriptif dapat ditemukan dalam semua jenis-jenis teks berikut ini:

1)Dalam dialog, deskripsi pembicara dapat menggambarkan suatu tempat, orang, objek, dll.

2)Dalam narasi, bagian deskripsi dan narasi disajikan secara bergantian. Terkadang deskripsinya disampaikan oleh penulis atau penutur secara langsung atau melalui tokoh.

3)Dalam texte informatif dan texte injonctif, deskripsi digunakan untuk membantu pembaca dalam memahami apa yang dijelaskan atau yang harus dilakukan pembaca teks tersebut. Untuk memperjelas penyampaian informasinya, pada umumnya ditambahkan penjelasan melalui gambar, skema, foto, dll.

4)Dalam teks argumentatif, deskripsi pada teks ini bertujuan untuk meyakinkan pembacanya. Oleh sebab itu, pada deskripsi ditambahkan argumen.

Contoh: guide touristique (buku petunjuk pariwisata), roman (roman), texte


(57)

52 Teks deskriptif memiliki ciri-ciri berikut ini :

1) Situasi ujaran

Penutur dan pembaca dapat berinteraksi langsung melalui dialog, cerita, argumentasi dan sebagainya ; atau tidak langsung melalui narasi atau teks informatif. Kemungkinan deskripsi yang disajikan subjektif. Contohnya : penutur yang mempunyai penilaian tentang apa yang digambarkan dengan mengungkapkan pendapat (cantik, jelek, pintar, dll). Tetapi bisa juga objektif ketika penutur tidak terlibat langsung dalam deskripsi, yaitu objeknya sendiri yang menjelaskan keadaannya. Pada akhirnya pembaca dapat memberikan penilaian tersendiri terhadap penutur melalui cara penulis itu mendeskripsikan.

2) Struktur teks deskriptif

Penggambaran objek harus secara jelas dan detail atau rinci mengenai unsur-unsur yang terdapat pada objek tersebut. Struktur pendeskripsian suatu objek bisa dibagi kedalam beberapa bagian. Misalnya, berdasarkan penampilannya, pengelompokan, dsb. Namun hal tersebut dapat dikombinasikan secara bersamaan.

3) Ciri-ciri linguistik

- Penutur menggunakan sudut pandang orang ketiga atau impersonalia. Tetapi, berdasarkan teori tentang jenis teks, dijelaskan bahwa pada deskripsi tidak ada pengungkapan sudut pandang pengungkapan orang pertama dan kedua.


(58)

53 - Bentuk waktu yang digunakan adalah bentuk waktu sekarang (présent)

dan imparfait.

- Bentuk kalimat yang digunakan adalah deklaratif. Bentuk kalimat seru dan kalimat tanya juga mungkin digunakan dalam teks ini jika penutur terlibat dalam deskripsinya.

- Gaya bahasa sering muncul untuk menggambarkan pencitraan, perbandingan atau metafora.

- Pada umumnya bahasa yang digunakan berupa bahasa resmi atau bahasa sastra. Namun begitu bahasa sehari-hari kadang muncul pada ujaran langsung atau cerita tertentu.


(59)

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi menurut Servilla dkk (1993) dalam Mahsun (2005:28) adalah “Kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kemampuan penguasaan kosakata dan menerjemahkan yang ada pada mahasiswa semester VII Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UPI tahun ajaran 2010/2011.

3.1.2 Sampel penelitian

Menurut Mahsun (2005:29), “Sampel adalah pemilihan sebagian dari keseluruhan penutur atau wilayah pakai bahasa yang menjadi objek penelitian sebagai wakil yang memungkinkan untuk membuat generalisasi terhadap populasi”. Dalam penelitian ini yang dimaksud sampel adalah kemampuan penguasaan kosakata gastronomi dan menerjemahkan texte injonctif berupa resep masakan mahasiswa semester VII Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UPI tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 23 orang.


(60)

55

3.2Definisi Operasional

3.2.1 Korelasi

Menurut Irianto (2003 :133), “Korelasi merupakan suatu hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya”. Dalam penelitian ini, korelasi yang dimaksud adalah korelasi antara penguasaan kosakata gastronomi bahasa Prancis dan hasil terjemahan texte injonctif berupa resep masakan ke dalam bahasa Indonesia.

3.2.2 Penguasaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:604), penguasaan adalah “Pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan”. Dalam penelitian ini, yang dimaksud penguasaan adalah kesanggupan mahasiswa dalam menguasai kosakata gastronomi.

3.2.3 Kosakata

Dalam bahasa Prancis kosakata disebut juga lexique. Dalam kamus

Larousse (1997:598), lexique yaitu,“Ensemble des mots formant la langue d’une communauté et considéré abstraitement comme l’un des éléments constituant le code de cette langue”.

Artinya, kumpulan kata yang membentuk bahasa sebuah masyarakat dan dianggap sebagai salah satu unsur yang merupakan kode dari bahasa tersebut. Yang dimaksud kosakata dalam penelitian ini adalah kosakata gastronomi bahasa Prancis.


(61)

56

3.2.4 Gastronomi

Gastronomi didefinisikan Wikipedia, “La gastronomie est l'ensemble

des règles (fluctuantes, selon pays, classes sociales et modes) qui définissent

l'art de faire bonne chère

(Tersedia :http://fr.wikipedia.org/wiki/Gastronomie).

Dapat diartikan secara luas bahwa gastronomi adalah sejumlah aturan yang beragam standarnya berdasarkan pada negara, kelas sosial, dan gaya hidup masyarakat mengenai makanan yang baik.

3.2.5 Terjemahan

Dalam Le Petit Larousse (1997 :1021), “Traduction est action de

traduire, de transposer dans une autre langue ; ouvrage traduit”.

Dapat diartikan bahwa terjemahan adalah hasil dari proses menerjemahkan, atau mengubah ke dalam bahasa lain. Berdasarkan definisi tersebut, yang dimaksud dengan terjemahan dalam penelitian ini adalah hasil terjemahan texte injonctif berupa resep masakan mahasiswa semester VII Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UPI tahun ajaran 2010/2011.

3.2.6 Texte Injonctif

“Le texte injonctif est un type de texte dans lequel l’auteur donne des

consignes, des conseils, des indications…pour aider ou inciter le lecteur à faire ou ne pas faire quelque chose” (Tersedia : http://www.lecture-rapide.biz).


(62)

57 Dapat diartikan bahwa texte injonctif adalah salah satu bentuk teks bahasa Prancis yang berisikan petunjuk atau saran yang dapat memberikan dorongan kepada pembaca untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal berdasarkan petunjuk tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, yang dimaksud

texte injonctif dalam penelitian ini adalah recette de cuisine atau resep

masakan yang akan digunakan sebagai teks sumber (Tsu).

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Tes penguasaan kosakata gastronomi

Pada tes ini, terdapat dua jenis tes yaitu :

Tes mencocokkan kosakata gastronomi dengan definisinya

Pada tes mencocokkan kosakata gastronomi dengan definisinya, peneliti memberikan sebuah teks yang berjudul “Conseils et Recette

de Cuisine”. Setelah membaca teks tersebut mahasiswa mengerjakan

tes kosakata yang berupa soal menjodohkan kosakata gastronomi yang terdapat dalam teks yang telah dibaca sebelumnya dengan definisinya masing-masing.


(63)

58

Tes melengkapi kalimat dalam resep dengan menggunakan

kosakata gastronomi

Pada tes melengkapi kalimat dengan menggunakan kosakata gastronomi, mahasiswa diberikan hasil terjemahan resep masakan yang berjudul “Tarte aux Fraises dalam bahasa Indonesia, setelah membaca hasil terjemahan tersebut mahasiswa mengisi tes melengkapi kalimat dalam resep bahasa Prancis dengan menggunakan kosakata gastronomi yang telah disediakan di dalam tabel.

Tabel 3.1

Standar Skala Penilaian Kosakata

No. Jenis tes Jumlah

Soal

Bobot Nilai

Skor Maksimal

1. Tes

(Menjodohkan)

10 0,5 5

2. Tes (Melengkapi) 10 0,5 5

Total 20 10


(64)

59 Dalam tes ini, sampel penelitian diberikan tes menerjemahkan texte injonctif berupa resep masakan yang berjudul “Mousse au chocolat au lait . Peneliti akan menggunakan skala penilaian untuk mengetahui dan menilai hasil menerjemahkan teks tersebut. Peneliti menggunakan standar penilaian sebagai berikut :

Tabel 3.2

Standar Skala Penilaian Terjemahan

Skala Penilaian Penjelasan

4 Sangat baik

3 Baik

2 Cukup


(65)

60 Berdasarkan Putri (2010:42), aspek penilaian untuk tes menerjemahkan berdasarkan standar skala penilaian adalah:

1. Struktur Bahasa

Tabel 3.3

Penilaian Struktur Bahasa

Skala Penilaian Penjelasan

4

Tidak ada satupun kesalahan struktur bahasa

3

Ada kesalahan struktur bahasa tetapi secara umum dianggap baik

2

Cukup banyak kesalahan struktur bahasa

1

Sangat banyak kesalahan struktur bahasa


(1)

Nom : _____________________ No matricule : _____________________

Traduisez le texte ci-dessus en bon indonésien.

……… ……… ……… ………..……… ……… ……… ………..……… ……… ……… ……… ………..……… ……… ……… ………..……… ……… ……… ……… ……… ………


(2)

HASIL TERJEMAHAN

Mousse Coklat Susu

Dengan sedikit tambahan kopi dan karamel, makanan penutup ini merupakan perpaduan antara krim dan mousse.

Persiapan : 20 menit Waktu memasak : 20 menit Waktu pendinginan : 4 jam Bahan-bahan :

• 200 gr coklat susu

• 3 butir telur

• 100 gr gula pasir

• 2 sdm air

• 50 gr mentega

• 200 ml krim

• 1 sdm kopi bubuk Cara membuat :

• Buat karamel dengan mencampur gula dan air.

• Matikan api dan tambahkan mentega, aduk sebentar, lalu tuangkan krim dan kopi bubuk.

• Campur sebentar sambil memasak kembali adonan krim di atas api, lalu biarkan hingga menjadi gumpalan karamel.

• Potong coklat lalu tambahkan ke dalam adonan krim panas.

• Biarkan hingga agak dingin, campurkan kuning telur ke dalam adonan tersebut.

• Kocok putih telur hingga kaku, lalu campurkan sedikit demi sedikit ke dalam adonan coklat.

• Tuangkan mousse ke dalam wadah dan masukan ke dalam kulkas selama satu malam atau minimal selama 4 jam.


(3)

Angket Penelitian

Petunjuk pengisian

1. Bacalah setiap butir pertanyaan di bawah ini dengan baik, kemudian pilihlah jawaban yang tersedia.

2. Jawablah pertanyaan tersebut dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda.

3. Isilah seluruh pertanyaan yang tersedia dengan sejujur-jujurnya.

4. Angket ini semata-mata hanya digunakan untuk tujuan penelitian dan tidak akan mempengaruhi nilai mata kuliah apapun.

1. Apakah Anda pernah mempelajari gastronomi (tata boga)?

a. Ya b. Tidak

2. Jika ya, kapan dan dimana?

……… ……… 3. Apakah Anda pernah membaca teks berbahasa Prancis tentang gastronomi ?

a. Ya b. Tidak

4. Dimanakah Anda membaca teks tersebut ? a. Majalah

b. Koran c. Buku d. Blog

e. Situs Internet f. Sumber lain : ……..

5. Apakah teks jenis ini mudah dimengerti?


(4)

6. Jika jawabannya ya, sebutkan alasannya !

……… ……… 7. Apakah Anda sudah dapat menerjemahkan suatu teks bahasa Prancis dengan

baik ?

a. Ya b. Tidak

8. Bagaimana pendapat Anda tentang penerjemahan ? a. Sangat senang c. Biasa saja

b. Senang d. Tidak suka

9. Menurut Anda, apakah penerjemahan merupakan kegiatan yang sulit?

a. Ya b. Tidak

10. Jika ya, kesulitan-kesulitan apa sajakah yang sering Anda temukan? a. Kosakata c. Ungkapan

b. Tata bahasa d. Mencari kesepadanan

11. Strategi apa yang Anda gunakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut?

a. Membuka kamus atau referensi lain. b. Bertanya kepada teman.

c. Bertanya kepada dosen pengajar.

d. Tidak menerjemahkan bagian dari teks yang menurut Anda sulit untuk diterjemahkan.

12. Apakah Anda mengetahui metode-metode terjemahan ?

a. Ya b. Tidak

13. Metode terjemahan apa yang paling tepat digunakan dalam menerjemahkan? a. Penerjemahan kata per kata dan saduran

b. Penerjemahan harfiah dan bebas

c. Penerjemahan semantik dan komunikatif d. Penerjemahan setia dan idiomatik


(5)

14. Apakah Anda mengetahui jenis-jenis teks bahasa Prancis?

a. Ya b. Tidak

15. Jenis teks apa yang sering Anda terjemahkan? a. Teks deskriptif

b. Teks argumentatif c. Narasi

d. Texte injonctif

e. Texte explicatif

16. Apakah Anda menemukan kesulitan dalam menerjemahkan texte injonctif yang berupa resep masakan (recette de cuisine)?

a. Ya b. Tidak

17. Kesulitan apa yang Anda hadapi dalam menerjemahkan texte injonctif ? a. Kosakata yang jarang digunakan

b. Mencari kesepadanan yang tepat c. Tata bahasa yang digunakan

d. Tidak tersedianya kamus sebagai alat bantu yang relevan

18. Setelah mengetahui arti istilah-istilah gastronomi, apakah Anda merasa terbantu dalam menerjemahkan texte injonctif ?

a. Ya b. Tidak

19. Bila jawabannya ya, apa alasan Anda ?

a. Lebih mudah mengerti arti dari istilah gastronomi yang ada di dalam teks. b. Lebih mudah mencari kesepadanan katanya.

c. Lebih mudah membayangkan tahapan-tahapan dalam isi teks

d. ………

20. Dari kegiatan mencari arti kosakata istilah gastronomi dan menerjemahkan

texte injonctif, menurut Anda apakah keduanya mempunyai hubungan yang

signifikan ?

a. Ya c. Tidak sama sekali b. Mungkin d. Tidak tahu


(6)

DAFTAR NAMA RESPONDEN

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UPI Semester VII Tahun Ajaran 2010/2011

No. Nama NIM

1. Gabriella Yanti Bakara 0705977

2. Neti Nurhidayah 0706015

3. Bayu Anggara 0706387

4. Zena Fitria 0706164

5. Deskharina 0700399

6. Putu Urip Wijaya 0706296

7. Popi Miyondri 0700008

8. Sifah Paujiah 0705975

9. Ikeu Pratiwi 0700354

10. Faradila Irfania 0703772

11. Mega N. P 0706177

12. Rini Rostika 0705979

13. Rahmi Dahlia Khairunnisa 0705904 14. Marathush Sholihah 0703970

15. Cecep 0705939

16. Erma 070038

17. Devi Francinesia 0705978

18. Irma Novita Sari 0705956

19. Diena Nurlestari 0704210

20. Yuyun 0706112

21. Issaura Sari S. H. 0705914

22. Elvilla Junisa 0706079