manusia nilai moral dan hukum

MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
Dewasa ini masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan
nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, dan perbuatan
negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral karena
dengan adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan sangat
menentukan kepribadian individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan
kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral
yang sesuai dengan norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi
pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi dapat
dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang
sangat kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Peran keluarga dalam pendidikan
mendukung terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan dan reproduksi
langsung dari nilai-nilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari
kehidupan keluarga. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di
lingkungan keluarga adalah penanaman nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan dan

tanggung jawab dalam segenap aspek.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Manusia, nilai, moral dan hukum ?
2. Bagaimana hubungan Manusia dengan nilai, moral dan hukum dalam kehidupan
sehari-hari ?
3. Apa Problematika nilai Moral dalam kehidupan sehari-hari ?
4. Bagaimana Problematika Hukum di Indonesia ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
2. Untuk mengetahui Pengertian Manusia, nilai, moral dan hukum
3. Untuk mengetahui hubungan Manusia dengan nilai, hubungan manusia dengan
moral dan hubungan manusia dengan hukum
4. Untuk mengetahui keterkaitan film Black Jack dengan nilai,moral dan hukum
dalam kehidupan sehari-hari.

PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM

I.

Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai

makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup
(living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan
vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
Setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of
discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan
sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada
individu

lain.

Ia

belajar

berjalan,belajar

makan,belajar

berpakaian,belajar

membaca,belajar membuat sesuatu dan sebagainya,memerlukan bantuan orang lain
yang lebih dewasa.
Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia
menyatakan


bahwa ketergantungan

individu terhadap individu lain dalam

kelompoknya dapat terlihat dari usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan
biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan melalui perantaraan kebudayaan.
Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya system perlindungan dalam
rumah,pakaian dan peralatan. Perlindungan secara umum, dalam pengertian
gangguan/kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia berkelompok.
Untuk menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini, diciptakan
aturan-aturan dan kontrol-kontrol social tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh

dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain itu ditentukan pula siapa yang berhak
mengatur kehidupan kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.
II.

Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia.

Sifat-sifat nilai adalah Sebagai berikut.

a. Nilai itu suatu relitas abstrak dan ad dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat
abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu.
Misalnya orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bias
menindra kejujuran itu.
b. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita dan suatu
keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal das sollen. Nilai diwujudkan dalam
bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya nilai keadilan.
Semua

orang

berharap

manusia

dan

mendapatkan


dan

berperilaku

yang

mencerminkan nilai keadilan.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia
bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya nilai
ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai
derajat ketakwaan.
Menurut Cheng(1995): Nilai merupakan sesuatu yang potensial,dalam arti
terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif ,sehingga berfungsi untuk
menyempurnakan

manusia

(dalam


Lasyo,1999,hlm.1),

sedangkan

Menurut

Lasyo(1999,hlm.9)sebagai berikut: Nilai bagi manusia merupakan landasan atau
motivasidalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
nilai yaitu sesuatu yang menjadi etika atau estetika yang menjadi pedoman dalam
berperilaku.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua
konteks,pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif,apabila dia
memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya,bahkan memandang
nilai telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai.Baik dan buruk,benar dan
salah bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran manusia,tetapi ada sebagai
sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam kehidupannya.Pandangan kedua
memandang nilai itu subjektif,artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang
menilainya.Jadi nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya
penilai.Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek penilai.


III.

Pengertian Moral

Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan.Kata
mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner mores atau manners,morals. Dalam
bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa Arab)atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.
Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika.
Secara etimologis ,etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima masyarakat
umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban,dan sebagainya.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang
mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu
sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral
jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam
kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari

kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi
dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga
sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Jadi moral adalah tata
aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk
melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk
menjadi manusia yang baik.
IV.

Pengertian Hukum
Disamping adat istiadat tadi, ada kaidah yang mengatur kehidupan manusia
yaitu hukum, yang biasanya dibuat dengan sengaja danmempunyai sanksi yang jelas.
Hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat agar terjadi
keserasian diantara wrga masyarakat dan system social yang dibangun oleh suatu
masyarakat. Pada masyarakat modern hukum dibuat oleh lembaga – lembaga yang
diberikan wewenang oleh rakyat. Keseluruhan kaidah dalam masyarakat pada intinya
adalah mengatur masyarakat agar mengikuti pola perilaku yang disepakati oleh
system social dan budaya yang berlaku pada masyarakat tersebut.


Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau
berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat
tersebut.Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola
perilaku masyarakat tadi.Pola perilaku berbeda dengan kebiasaan. Kebiasaan
merupakan cara bertindak seseorang yang kemudian diakui dan mungkin diikuti oleh
orang lain. Pola perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan dilaksanakan pada
khususnya apabila seseorang berhubungan dengan orang lain, dinamakan social
organization
B. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN NILAI,

Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan
sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik
disadari maupun tidak.
Nilai itu penting bagi manusia. Apakah nilai itu dipandang dapat mendorong
manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia
karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang
sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu
dan harus diaplikasikan dalam perbuatan.

Menilai dapat diartikan menimbang yakni suatu kegiatan manusia untuk
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya yang kemudian dilanjutkan dengan
memberikan keputusan. Keputusan itu menyatakan apakah sesuatu itu bernilai positif
(berguna, baik, indah) atau sebaliknya bernilai negatif. Hal ini dihubungkan dengan

unsur-unsur yang ada pada diri manusia yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa, dan
kepercayaan.
Nilai memiliki polaritas dan hirarki, antara lain:
1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai polaritas
seperti baik dan buruk; keindahan dan kejelekan.
2. Nilai

tersusun

secara

hierarkis

yaitu

hierarki

urutan

pentingnya.

Nilai (value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda abstrak yang dapat
diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Notonagoro
membagi hierarki nilai pokok yaitu:
3. Nilai material yaitu sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
4. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
5. Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian terbagi menjadi empat macam:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio manusia
2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan estetis manusia
3. Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa manusia
4. Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan disertai penghayatan
melalui akal budi dan nuraninya
Hal-hal yang mempunyai nilai tidak hanya sesuatu yang berwujud (benda
material) saja, bahkan sesuatu yang immaterial seringkali menjadi nilai yang sangat tinggi
dan mutlak bagi manusia seperti nilai religius. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita,
keinginan, harapan, dan segala sesuatu pertimbangan internal (batiniah) manusia.

Dengan demikian nilai itu tidak konkret dan pada dasarnya bersifat subyektif.
Nilai yang abstrak dan subyektif ini perlu lebih dikonkretkan serta dibentuk menjadi lebih
objektif. Wujud yang lebih konkret dan objektif dari nilai adalah norma/kaedah. Norma
berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat
perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma
sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai
untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat
menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.
Ada beberapa macam norma/kaedah dalam masyarakat, yaitu:
1.

Norma kepercayaan atau keagamaan

2.

Norma kesusilaan

3.

Norma sopan santun/adab

4.

Norma hokum
Dari norma-norma yang ada, norma hukum adalah norma yang paling kuat karena

dapat dipaksakan pelaksanaannya oleh penguasa (kekuasaan eksternal).
Nilai dan norma selanjutnya berkaitan dengan moral. Moral berasal dari bahasa
latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam
bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan
ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang
wajar. Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat
kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral
yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah

lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan tingkah
lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
C. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MORAL
Moral memiliki arti yang hampir sama dengan etika. Etika berasal daribahasa
kuno yang berarti ethos dalam bentuk tunggal ethos memiliki banyak arti yaitu tempat
tinggal biasa, padang rumput, kebiasaan, adat, watak sikap , dan caraberfiki. Dalam
bentuj jamak ethos (ta etha) yang artinya adat kebiasaan. Moralberasal dari bahsa latin
yaitu mos (jamaknya mores) yang berarti adat, cara, dantampat tinggal. Dengan
demikian secara etismologi kedua kata tersebut bermaknasama hannya asal uasul
bahasanya yang berbeda dimana etika dari bahasa yunanisementara moral dari bahasa
latin.
Moral yang pengertiaannya sama dengan etika dalam makna nilai-nilaidan
orma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalammengatur
tingkah lakunya. Dalam ilmu filsafat moral banyak unsur yang dikajisecara kritis, di
landasi rasionalitas manusia seperti sifat hakiki manusia, prinsipkebaikan,
pertimbangan etis dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dansebagainya.
Moral lebih kepada sifat aplikatif yaitu berupa nasehat tentang hal-halyang baik.
Ada beberapa unsur dari kaidah moral yaitu :
a. Hati NuraniMerupakan fenomena moral yang sangat hakiki.
Hati nurani merupakanpenghayatan tentang baik atau buruk mengenai perilaku
manusia dan hati nuraniini selalu dihubunngkan dengan kesadaran manusia dan selalu
terkait

dalamdengan

situasi

kongkret. Dengan hati

nurani manusia akan

sanggupmererfleksikandirinya terutama dalam mengenai dirinya sendiri atau juga
mengenal orang.
b. Kebebasan dan tanggung jawab.
Kebebasan adalah milik individu yang sangat hakiki dan manusiawi dankarena
manusia pada dasar nya adal;ah makhluk bebas. Tetapi didalam kebebasanitu juga
terbatas karena tidak boleh bersinggungan dengan kebebasan orang lainketika mereka
melakukan interaksi. Jadi, manusia itu adalah makhluk bebas yang dibatasi oleh
lingkungannya sebagai akibat tidak mampunya ia untuk hidupsendiri.
c. Nilai dan Norma Moral.
Nilai dan moral akan muncul ketika berada pada orang lain dan ia akan
bergabung dengan nilai lain seperti agama, hukum, dan budaya. Nilai moralterkait
dalam tanggung jawab seseorang. Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang
erat sekali. Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa disertai moralitas. Oleh
karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral, perundangundangan yang immoral harus diganti. Disisi lain moral juga membutuhkan hukum,
sebab moral tanpa hukum hanya angan-angan saja kalau tidak di undangkan atau di
lembagakan dalam masyarakat. Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat,
namun hukum dan moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya ‘mungkin’ ada
hukum yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang
berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dan moral. Untuk itu dalam konteks
ketatanegaraan indonesia dewasa ini. Apalagi dalam konteks membutuhkan hukum.

Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa moralitas
hukum tampak kosong dan hampa (Dahlan Thaib,h.6). Namun demikian perbedaan
antara hukum dan moral sangat jelas.
Perbedaan antara hukum dan moral menurut K.Berten :
1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan secara sistematis
dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum lebih memiliki
kepastian dan objektif dibanding dengan norma moral. Sedangkan norma moral lebih
subjektif dan akibatnya lebih banyak ‘diganggu’ oleh diskusi yang yang mencari
kejelasan tentang yang harus dianggap utis dan tidak etis.
2. Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi
diri sebatas lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang.
3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan
moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan,pelanggar akan terkena
hukuman.
4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara.
Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum adat, namun
hukum itu harus di akui oleh negara supaya berlaku sebagai hukum.moralitas
berdasarkan atas norma-norma moral yang melebihi pada individu dan masyarakat.
Dengan cara demokratis atau dengan cara lain masyarakat dapat mengubah hukum,
tapi masyarakat tidak dapat mengubah atau membatalkan suatu norma moral. Moral
menilai hukum dan tidak sebaliknya.

D. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN HUKUM

Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak
mungkin menggambarkan hidup manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka
manusia, masyarakat, dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan.
Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam
pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan
masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum
mana yang melaksanakannya. Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan
hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau
merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Untuk
mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur tatanan
(organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order)
yang bernama: masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial
masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang
terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).
E. PROBLEMATIKA PEMBINAAN NILAI MORAL

a. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral
Keluarga berperan sangat penting bagi pembinaan nilai moral anak. Hal ini
karena dalam keluargalah, pendidikan pertama dan utama anak sebelum memasuki

dunia pendidikan dan masyarakat. Kehidupan keluarga akan memengaruhi
perkembangan jiwa dan moral anak.
b.

Pengaruh Teman Sebaya terhadap Pembinaan Nilai Moral
Pergaulan dengan teman sebaya sangat memengaruhi sikap dan perilaku
seorang anak. Berteman dengan teman yang tidak baik akan mengakibatkan anak
meniru hal-hal negatif. Sedangkan jika berteman dengan teman yang baik maka
anak juga akan terpengaruh menjadi baik seperti temannya.

c.

Pengaruh Figur Otoritas terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
Figur otoritas seperti presiden, wakil presiden, para menteri, pejabat,
anggota DPR dan MPR, para artis, dan lain-lain harus memberi contoh yang baik
dalam kehidupan sehari-harinya karena pengaruh figur otoritas terhadap
perkembangan nilai moral individu sangat besar.

d. Pengaruh Media Telekomunukasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Penyalahgunaan sarana telekomunikasi yang seharusnya digunakan sesuai
fungsinya cukup mempengaruhi sikap dan perilaku generasi muda. Misalnya dalam
kasus penyalahgunaan internet untuk mendownload film porno. Tidak ada filter
atau benteng yang kokoh untuk melawannya, kecuali iman dan takwa.
e. Pengaruh Media Elektronik dan Internet terhadap Pembinaan Nilai Moral
Media elektronik dan internet yang seharusnya digunakan sebagaimana
mestinya telah cukup banyak disalahgunakan sehingga mengakibatkan nilai moral
merosot.

F. PROBLEMATIKA HUKUM DI INDONESIA

Problema paling mendasar dari hukum di Indonesia adalah manipulasi atas
fungsi hokum oleh pengemban kekuasaan.
Problem akut dan mendapat sorotan lain adalah:
1. Aparatur penegak hukum ditengarai kurang banyak diisi oleh sumber daya
manusia yang berkualitas. Padahal SDM yang sangat ahli serta memiliki integritas
dalam jumlah yang banyak sangat dibutuhkan.
2. Peneggakkan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya karena sering
mengalami intervensi kekuasaan dan uang. Uang menjadi permasalahan karena
negara belum mampu mensejahterakan aparatur penegak hukum.
3. Kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak hukum semakin surut. Hal ini
berakibat pada tindakan anarkis masyarakat untuk menentukan sendiri siapa yang
dianggap adil.
4. Para pembentuk peraturan perundang-undangan sering tidak memerhatikan
keterbatasan aparatur. Peraturan perundang-undangan yang dibuat sebenarnya
sulit untuk dijalankan.
5. Kurang diperhatikannya kebutuhan waktu untuk mengubah paradigma dan
pemahaman aparatur. Bila aparatur penegak hukum tidak paham betul isi
peraturan perundang-undangan tidak mungkin ada efektivitas peraturan di tingkat
masyarakat.

Problem berikutnya adalah hukum di Indonesia hidup di dalam masyarakat
yang tidak berorientasi kepada hukum. Akibatnya hukum hanya dianggap sebagai
representasi dan simbol negara yang ditakuti. Keadilan kerap berpihak pada
mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat. Contoh
kasus adalah kasus ibu Prita Mulyasari.
Pekerjaan besar menghadang bangsa Indonesia di bidang hukum. Berbagai
upaya perlu dilakukan agar bangsa dan rakyat Indonesia sebagai pemegang
kedaulatan dapat merasakan apa yang dijanjikan dalam hukum.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan
saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi
keselarasan dan harmoni kehidupan.