Makalah Pertumbuhan Penduduk dan Ketahan

MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR
“DAMPAK PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KETAHANAN PANGAN INDONESIA”

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Masalah
Ketahanan Pangan di Indonesia ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Ir. Marhaenus J. Rumondor, M.Si.
selaku Dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar FMIPA, Universitas Sam Ratulangi, yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai perkembangan dan masalah-masalah penduduk di Indonesia

dalam perspektif ketahanan pangan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga

makalah

sederhana

ini

dapat

dipahami

bagi

siapapun


yang

membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Manado, 20 Agustus 2017

Penyusun

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................
KATAPENGANTAR ......................................................................................................
DAFTARISI ....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujan ............................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ketahanan Pangan ....................................................................... 3
2.2 Ketahanan Pangan di Indonesia ..................................................................... 3
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan di Indonesia ....................... 5
2.4 Upaya dalam Meningkatkan Kualitas di Indonesia ........................................ 7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ... ............................................................................................... 9
3.2 Saran ............. . .............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan adalah pertahanan negara, ketika ketahanan pangan suatu negara
terancam, maka kelangsungan hidup suatu bangsa dipertaruhkan.Pandangan ini cukup

menjelaskan mengapa ketahanan pangan selalu menjadi perhatian besar di banyak negara di
dunia.Dalam berbagai pertemuan tingkat dunia, masalah ketahanan pangan selalu menjadi
agenda utama.Sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan ketahanan pangan tidak pernah
lepas dari perhatian pemerintahan di berbagai belahan dunia.Pertamaadalah ledakan
penduduk, pangan tak pelak merupakan nafas kehidupan miliaran penduduk dunia.Kedua,
terjadinya perubahan iklim yang berdampak pada penurunan produktivitas pangan.Ketiga,
mulai terbatasnya sumber-sumber pangan.Ketiga faktor ini berpeluang besar menghadirkan
ancaman bagi ketahanan pangan setiap negara, tidak terkecuali Indonesia.
Indonesia kini tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak
keempatdunia. Data Badan Pusat Statistik menyebutkandalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir rata-rata pertumbuhan penduduk di Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun.Angka
pertumbuhan tersebut mencerminkan besarnya tantangan yang harus dihadapi dalam
mencapai ketahanan pangan.Oleh sebab itu pemerintahselalu menempatkan masalah
ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional yang tertuang dalam
setiap tahap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan di era
pemerintahanPresiden Jokowi sekarang ini, pencapaian kedaulatan pangan menjadi bagian
dari agenda ketujuhNawa Cita untuk Indonesia.
Masalah ketahanan pangan selama ini adalah isu sentral dalam pembangunan
Indonesia, karena menyangkut kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Isu ketahanan pangan
seringkali dikaitkan dengan teknologi dan peningkatan produksi pangan sebagai solusi dalam

penanganannya, sehingga solusinya seringkali berupa pengendalian konversi lahan pertanian,
menciptakan teknologi dan bahkan menciptakan infrastruktur baru. Padahal masalah sosial
budaya merupakan isu penting dalam menanggulangi masalah ketahanan pangan. Ketahanan
Pangan berkaitan dengan budaya makan masyarakat, dimana makanan bukan saja persoalan
kebutuhan biologis namun merupakan persoalan kebiasaan, kebudayaan, kepercayaan dan
keyakinan.
4

Tingkat pertumbuhan penduduk dan ketersediaan pangan memiliki hubungan yang
sangat erat. Pertumbuhan penduduk dalam sebuah negara harus diimbangi dengan
meningkatnya jumlah ketersediaan pangan bagi para penduduknya. Thomas Robert Malthus
(1798) telah memprediksi bahwa dunia akan menghadapi ancaman karena ketidakmampuan
penyediaan

pangan

yang

memadai


bagi

penduduknya.

Malthus

dalam

teorinya

mengungkapkan bahwa peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung dan
pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sehingga manusia pada masa depan akan
mengalami ancaman kekurangan pangan. Sehingga diperlukan suatu usaha yang maksimal
untuk menciptakan sebuah keseimbangan antara tingkat pertumbuhan penduduk dan
ketersediaan pangan.
Begitupun jumlah penduduk Indonesia yang melonjak cukup pesat harus menjadi
perhatian pemerintah. Pertumbuhan penduduk pasti mempengaruhi ketahanan pangan. Suatu
sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Pertumbuhan
penduduk yang tidak terkendali akan menjadi pemicu utama lahirnya persoalan pangan.


1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan saat ini terkait dengan
adanya fakta bahwa pertumbuhanpermintaan pangan lebih tinggi dari penyediaannya.
Permintaan pangan yang tinggi disebabkan dari pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
ekonomi, peningkatan daya beli, dan perubahan seleramasyarakat.Sementara itu dalam hal
penyediaan, berkaitan dengan masalah produksi yang mengalami pertumbuhan cenderung
menurun atau stagnan (Handewi etal., 2003).

1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat
yang ingin dicapai dari makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan dan ketersediaan pangan di
Indonesia.

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan dan
cara penanggulangannya.

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ketahanan Pangan
Dari perspektif sejarah istilah ketahanan pangan (food security) muncul dan dibangkitkan
karena kejadian krisis pangan dan kelaparan.7 Istilah ketahanan pangan dalam kebijakan
pangan dunia pertama kali digunakan pada tahun 1971 oleh PBB untuk membebaskan dunia
terutama negara–negara berkembang dari krisis produksi dan suplay makanan pokok (Maleha
dan Sutanto, 2006).
Fokus ketahanan pangan pada masa itu menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan
pokok dan membebaskan daerah dari krisis pangan yang nampak pada definisi ketahanan
pangan oleh PBB sebagai berikut: food security is availability to avoid acute food shortages
in the event of wide spread coop vailure or other disaster (Syarief, Hidayat, Hardinsyah dan
Sumali, 1999).
Selanjutnya definisi tersebut disempurnakan pada Internasional Conference of Nutrition
1992 yang disepakati oleh pimpinan negara anggota PBB sebagai berikut: tersedianya pangan
yang memenuhi kebutuhan setiap orang baik dalam jumlah dan mutu pada setiap saat untuk
hidup sehat, aktif dan produktif (Maleha dan Sutanto, 2006).
Di Indonesia, secara formal dalam dokumen perencanaan pembangunan nasional, istilah
kebijakan dan program ketahanan pangan diadop sejak tahun 1992 (Repelita VI) yang definisi
formalnya dicantumkan dalam undang-undang pangan tahun 1996. Dalam pasal 1 undangundang pangan tahun 1996, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya

pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah
maupun mutunya, merata dan terjangkau.
2.2 Ketahanan Pangan di Indonesia
Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu strategis bagi Indonesia mengingat
kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan mempunyai dimensi sangat luas dan
terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.

6

Dengan demikian diperlukan

penyelarasan peningkatan produksi di satu pihak (kepentingan makro) dan peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani di lain pihak (kepentingan mikro) dengan prinsip
pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat petani sebagai upaya pemberdayaan. Oleh
karena itu, jika secara konsisten ingin mensimultankan pencapaian tujuan peningkatan
produksi dan tujuan kesejahteraan khususnya untuk petani yang sebagian besar berusahatani
pangan, maka kebijakan swasembada (self sufficiency) untuk komoditi beras yang strategis
haruslah disesuaikan dan diarahkan kepada self sufficiency ratio sebagai guide lines yaitu
suatu indeks yang menunjukkan perbandingan supplai pangan yang harus dihasilkan secara
domestik terhadap jumlah keseluruhan permintaan pangan dalam negeri. Dengan demikian

terjadi keseimbangan antara kepentingan produsen dan konsumen dengan tingkat harga
produk yang layak (at reasonable prices), sehingga memungkinkan usahatani itu memperoleh
nilai tambah, melakukan reinvestasi dan berkembang mandiri secara berkelanjutan (Maleha
dan Sutanto, 2006).
Dalam hal ketahanan pangan, beras merupakan komoditas utama bagi Indonesia. Beras
hingga kini masih merupakan salah satu komoditi pangan pokok bagi masyarakat Indonesia
dan merupakan komoditi strategis bagi pembangunan nasional. Pengalaman pada periodeperiode awal pembangunan di tanah air menunjukkan bahwa kekurangan beras sangat
mempengaruhi kestabilan pembangunan nasional. Bahkan hingga kini, bukan saja pada
tingkat nasional, daerah, dan rumah tangga tetapi juga tingkat internasional dimana terlihat
besarnya dampak yang ditimbulkan akibat kekurangan persediaan pangan beras.
Mengingat penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah petani, masalah ketahanan
pangan menjadi isu penting yang harus diselesaikan. Ketahanan pangan yang buruk akan
mengakibatkan kerawanan sosial yang meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Ilma
Adelman (dalam Tambunan, 2003) yang mengatakan bahwa sektor pertanian merupakan
penggerak pembangunan. Adanya ketahanan pangan yang baik mengindikasikan bergeraknya
sektor pertanian di Indonesia, dan meurut Adelman, dalam teorinya mengatakan, sektor
pertanian yang baik mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi.
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa dengan lemahnya ketahanan pangan,
mengindikasikan adanya kelemahan disektor pertanian. Kelemahan disektor pertanian dapat
mengakibatkan tidak berjalannya pertumbuhan ekonomi yang akkan mengakibatkan

kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial yang dibiarkan lambat laun akan menjadikan stabilitas
keamanan terganggu dan muncul kejadian yang disebut kerawanan sosial.
7

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Indonesia
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia, diantarnya
adalah sebagai berikut :
1) Faktor ketersediaan pangan terdiri dari indikator kepadatan penduduk desa, rasio konsumsi
normatif, dan jenis tanah.
2) Faktor sosial ekonomi terdiri dari indikator dari jumlah rumah tangga tanpa akses listrik,
jumlah rumah tangga miskin, dan jumlah kejadian BBLR.
3) Faktor dampak kesehatan terdiri dari indikator dari jumlah kejadian gizi kurang dan gizi
buruk serta laju pertumbuhan penduduk.
4) Faktor fisik alam terdiri dari indikator jumlah kejadian bencana alam, luas puso,
jenis jalan utama desa, dan ketinggian desa.
Kita akan membahas salah satu dari faktor tersebut, yaitu pertumbuhan penduduk. Akibat
tingkat pertumbuhan penduduk yang besar terutama tingkat kelahiran yang tidak dapat
ditekan maka akan terjadi komposisi penduduk usia muda menjadi lebih besar, diprediksi
pada tahun 2030 usia produktif akan lebih dari 60% sehingga mengkhawatirkan terjadinya
ledakan penduduk dimasa yang akan datang. Hal ini akan berakibat pada tingginya kebutuhan
akan sandang, papan dan pangan, terutama dalam pangan Indonesia saat ini konsumsi beras
per kapita oleh masyarakat Indonesia mencapai 139 kilogram per kapita per tahun dan terus
meningkat setiap tahunnya (PANAP Rice Sheets.). Jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta
jiwa berarti kebutuhan beras per tahun dalam hitungan kasar sebesar adalah 33.026.400.000
kilogram (33.026 juta ton) per tahun pada tahun 2010 atau pada tahun 2014 dalam survey
pertanian terhitung 56 juta ton pertahun kebutuhan beras untuk masyarakat Indonesia. Badan
Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa produksi padi 2014 mencapai 70,83 juta ton
gabah kering giling (GKG), angka ini turun 450 ribu ton atau 0,63 persen dibanding
2013. Penurunan produksi padi paling besar terjadi di Pulau Jawa hingga 830 ribu ton,
sedangkan di luar Jawa mengalami penurunan 390 ribu ton. Produksi padi menyusut susut
karena terjadi penurunan luas panen 41,61 ribu hektare (ha) atau 0,30 persen dan penurunan
produktivitas sebesar 0,17 kuintal atau ha (0,33 persen). Dapat diartikan sebenarnya produksi
padi Indonesia mengalami surplus yang cukup, namun yang dikhawatirkan adalah penurunan
luas lahan pertanian yang terus diganti peruntukannya sebagai perumahan maupun peruntukan
lainnya. Hayu Parasati (Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2010) mengungkapkan fakta bahwa sebanyak 110 ribu hektar lahan
8

pertanian terancam dialihfungsikan menjadi lahan nonpertanian tiap tahun. Jika ini terus
berlanjut, dikhawatirkan lahan pertanian irigasi akan semakin menyusut dari 7,3 juta hektar
saat ini menjadi 4,3 juta hektar. Di daerah perdesaan, alih fungsi lahan dari pertanian irigasi
menjadi lahan non pertanian bisa mencapai 110 ribu hektar per tahun. Diperkirakan nanti
hanya akan tersisa 4,3 juta hektar lahan pertanian yang dapat digunakan dengan baik pada
tahun 2030, yang menyebabkan produksi pangan akan jauh merosot dan Indonesia terancam
krisis pangan. Pertumbuhan penduduk membawa konsekuensi pula terhadap peningkatan dan
pertumbuhan permukiman dan perkotaan, pertumbuhan industri dan pariwisata yang
menyingkirkan lahan-lahan pertanian.
Pertumbuhan penduduk yang pesat dan kegagalan program keluarga berencana di
sejumlah negara memunculkan tantangan serius bagi penyediaan pangan penduduk dunia ke
depan. Krisis pangan serta adanya kompetisi sengit penggunan lahan untuk pangan dan bahan
bakar menjadi semacam lonceng peringatan yang harus dijawab oleh para pemimpin dunia.
Masalah jumlah penduduk yang besar ini tak hanya sekedar persoalan ekonomi, sosial dan
lingkungan melainkan juga terkait dengan persoalan politik dan idiologis. Secara politik
jumlah penduduk yang tinggi tanpa adanya langkah penanganan dan antisipasi yang serius
khususnya yang terkait dengan pangan, energi, lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan
lapangan pekerjaan akan berimplikasi pada ancaman kedaulatan bangsa dan ketahanan
nasional. Krisis politik yang dibarengi krisis ekonomi, ancaman kelaparan akibat kekurangan
pangan & pasokan energi serta lingkungan hidup berpotensi menghancurkan eksistensi
sebuah Negara.
Besarnya jumlah penduduk terkait langsung dengan jumlah penyediaan pangan,
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat menuntut pemenuhan pangan yang sangat besar
pula. Dibutuhkan sedikitnya 130kg beras untuk setiap orang per tahunnya. Belum
maksimalnya penyediaan pangan yang ditandai dengan besarnya impor kebutuhan pangan
saat ini, menjadi pertanda yang serius bagi kita agar memiliki perhatian pada persoalam
penyediaan pangan di negara tercinta ini.
Thomas R. Malthus dalam teorinya mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti
deret ukur sedangkan pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung. Untuk
keadaan Indonesia dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% dan ketersediaan lahan
untuk tanaman padi seluas 7,7 ha, hal ini sangat tidak menguntungkan karena pada teori
Malthus menghendaki produksi pangan melebihi dari pertumbuhan penduduk untuk
9

menganggap bahwa sebuah negara aman dari krisis pangan, sehingga berdasarkan pada teori
ini dapat diprediksikan bahwa suatu saat lahan pertanian di Indonesia akan hilang.
Disebabkan karena adanya perkembangan yang pesat pada pembukaan dan penggunaan lahan
untuk

pemukiman

penduduk

dan

meningkatnya

kebutuhan

akan

pangan.

Untuk

menanggulangi permasalahan ini maka pemerintah harus serius dalam mengerem laju
pertumbuhan penduduk melalui program-program yang sudah dilaksanakan seperti Keluarga
Berencana. Serta melakukan kajian ulang terhadap rancangan tata kelola kota untuk
menetapkan batas minimum lahan pertanian, sehingga setiap kota dan wilayah di Indonesia
kan memiliki rencana jangka panjang akan ketahanan pangan. Pemerintah juga harus
mendukung konsep pembangunan yang berwawasan kependudukan dan pengembangan
manajemen pertanian secara komprehensif. Secara eksplisit konsep ini terkait dengan program
kebijakan kependudukan bagi peningkatan kualitas, proses pengedalian pertumbuhan, acuan
untuk menyeimbangkan antara aspek kualitas-kuantitas kependudukan, mobilisasi penduduk
secara global dan jaminan ketersedian alam bagi peningkatan kesejahteraan, termasuk juga
akumulasi pembangunan pertanian-pangan untuk memacu hasil produksi pangan secara
berkelanjutan. Hal ini mengacu pada pemahaman bahwa mutualisme interkasi antara
kependudukan, proses kontuinitas pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta jaminan
lingkungan harus bersandar pada filosofi bahwa manusia merupakan faktor utama dalam
proses pembangunan yang berkelanjutan.
2.4 Upaya dalam Meningkatkan Kualitas Pangan di Indonesia
Jumlah penduduk Indonesia yang banyak ( lebih dari 230 juta) dan terus bertambah
memerlukan produk pangan dalam jumlah yang terus meningkat (peningkatan kebutuhan
pangan nasional 1-2% per tahun), sehingga keberadaan lahan sawah dalam jumlah yang
cukup dan layak untuk mendukung ketersediaan dan ketahanan pangan mutlak diperlukan.
Disamping itu perlu upaya peningkatan produksi pangan (terutama padi)secara berkelanjutan.
Mengandalkan pangan impor untuk ketahanan pangan nasional tentu riskan terhadap berbagai
aspek kehidupan, termasuk ekonomi,sosial dan politik nasional.
Upaya peningkatan produksi harus diimbangi dengan peningkatan pendapatan petani,
kemudahan aksebilitas konsumen, dan aktualisasi keamanan pangan. Sebaliknya komoditas
non pangan yang umumnya bersifat komersialdituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi
agar mampu meraih pangsa pasar global secara optimal. Oleh karena itu produktivitas tinggi,

10

efisiensi sistem produksi, serta peningkatan mutu dan nilai tambah produk menjadi tumpuan
utama dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Untuk mencapai berbagai target dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan untuk
mempertahankan ketahanan pangan dan pengembangan bioenergi nasional, diperlukan
strategi dan kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya lahan, baik lahan pertanian
(sawah yang sudah dimanfaatkan saat ini maupun lahan cadangan ). Strategi tersebut adalah
1. Mengoptimalakan pemanfaatan sumber daya lahan eksisting agar lebih produktif dan lestari
baik secara kuantitas dan kualitas, yaitu dengan intensifikasi dan peningkatan intensitas
tanam, pengembangan inovasi tekhnologi, dan pengendalian konversi lahan.
2. Perluasan areal pertanian, seperti ekstensifikasi dengan memanfaatkan lahan potensial.
3. Percepatan penyiapan dan pelaksanaan beberapa kebijakan dan regulasi kelembagaan untuk
melindungi lahan pertanian tanaman pangan/sawah.
Upaya pemerintah Indonesia sendiri dalam meningkatkan kualitas ketahanan pangan di
indonesia adalah sebagai berikut :
1. Pertama, adanya peningkatan kualitas pangan yang didukung oleh berbagai pihak terutama
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengelola sektor pangan.
2. Kedua, BUMN pangan sebagai agen pembangunan harus bisa menciptakan stabilitas harga
pangan. Agar gejolak harga pangan yang kerap kali terjadi tidak menjadi suatu hal yang sulit
untuk ditangani.
3. Ketiga, dengan terciptanya peningkatan kualitas pangan dan stabilitas harga pangan, maka
perbaikan gizi pun perlu dikontrol perkembangannya, agar tidak ada lagi istilah gizi buruk
yang terjadi di masyarakat.
4. Keempat, mitigasi gangguan terhadap pangan pun perlu dilakukan. "Pangan ini sangat rentan
terhadap cuaca, maka dari itu perlu ada mitigasi gangguan terhadap pangan," ucap Bambang.
5. Kelima, guna menciptakan peningkatan kualitas pangan, peningkatan kesejahteraan petani
pangan pun perlu diperhatikan. Mengingat petani adalah ujung tombak peningkatan pasokan
pangan.

11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tentang masalah ketahanan pangan di Indonesia ini, dapat
ditarik kesimpulan, yaitu:


Ketahanan pangan merupakan salah satu sistem pertahanan negara, ketika ketahanan
pangan suatu negara terancam, maka kelangsungan hidup suatu bangsa dipertaruhkan.



Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi
sehingga penyediaan pangan termasuk masalah yang sangat kompleks.



Tingkat pertumbuhan penduduk sangat erat kaitannya dengan ketersediaan pangan
karena ketidakmampuan penyediaan pangan dapat menjadi ancaman serius.



Pengatasan masalah pangan dapat diatasi melalui beberapa bidang seperti pertanian,
kelautan dan perikanan, kehutanan, energy dan sumber daya mineral, dan lingkungan
hidup.

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan khususnya kepada pemerintah Indonesia sebagai para
penentu kebijakan ialah agar dengan serius melihat perkembangan penduduk di Indonesia
yang tergolong besar sebagai salah satu masalah penting yang sangat mempengaruhi stabilitas
negara, terutama pada ketersediaan pangan. Selain itu, perlu diperhatikan juga sektor
pertanian, jumlah penduduk miskin dan jumlah pertambahan industri, karena hal tersebut
sangat mempengaruhi ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan yang cukup tentu akan
membantu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

12

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-panganindonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
https://masrogultom.wordpress.com/2014/05/20/bagaimana-upaya-untuk-meningkatkanketahanan-pangan-di-indonesia/
https://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/11/03/130000526/ini.5.cara.pemerintah.meningkat
kan.kualitas.pangan
https://delfistefani.wordpress.com/2012/12/09/makalah-pengantar-kependudukan-perkembanganpenduduk-dan-ketersediaan-pangan/

13