Profil dan Karakteristik Daerah Tertingg

  PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Nama Kelompok 9 :

  1. Eka Sulis Styowati (3612100006)

  2. Rizqia Mintarsih (3612100010)

  3. Amelia Puspasari (3612100019)

  4. Djoko Rachmad Santoso (3612100034)

  5. Irwan Bisri Rianto (3612100068) Tugas Kelompok II Mata Kuliah Prasarana Wilayah dan Kota II

  

PROFIL DAN KARAKTERISTIK DAERAH

TERTINGGAL DI KABUPATEN BONDOWOSO

  

Kata Pengantar

  Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat, kemudahan, kelancaran dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Profil dan Karakteristik Daerah Tertinggal Di Kabupaten Bondowoso” dapat terselesaikan.

  Tugas ini merupakan syarat wajib bagi mahasiswa Jurusan S1 Perencanaan Wilayah Kota FTSP ITS dalam penyelesaian mata kuliah Prasarana Wilayah dan Kota II. Makalah ini juga berisi tentang gambaran umum daerah tertinggal, profil dan karakteristik daerah tertinggal, permasalahan dan potensi daerah tertinggal, review implementasi dari daerah tertinggal, dan kesimpulan khusus terkait penyediaan infrastruktur di daerah tertinggal.

  Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan penulis. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk dijadikan sebagai acuan tugas-tugas selanjutnya.

  Dalam penyelesaian penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, sarana dan prasarana selama penulisan makalah ini. Atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan semoga atas bantuan yang telah diberikan selama penulisan dan penyusunan makalah ini mendapatkan balasan dari Allah SWT.

  Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

  Surabaya, November 2013 Penyusun

  

Abstrak

  Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena beberapa faktor penyebab yaitu geografis, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, prasarana dan sarana, dan daerah terisolasi, rawan konflik dan rawan bencana. Dalam pembangunan daerah tertinggal ada 6 (enam) kriteria wilayah tersebut dikatakan sebagai daerah tertinggal. Pertama adalah faktor ekonomi; kedua adalah faktor sumber daya manusia; ketiga adalah faktor infrastruktur (prasarana), keempat adalah faktor kapasitas wilayah; kelima adalah faktor aksesibilitas; dan yang keenam adalah faktor karakteristik daerah.

  Di Kabupaten Bondowoso yang merupakan daerah tertinggal memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan daerah tertinggal lainnya. Sebagai gambaran wilayah Kabupaten Bondowoso tidak mempunyai laut dan tidak dilalui jalur utama. Jalan terbesar hanya dilalui oleh jalan propinsi antara Bondowoso – Situbondo dan Bondowoso – Jember. Secara topografi, wilayah Kabupaten Bondowoso adalah berbukit-bukit bahkan sebagian besar adalah wilayah berlereng sangat curam. Sehingga Kabupaten Bondowoso merupakan kawasan rawan bencana banjir karena merupakan kawasan bersudut lereng lebih dari 40%. Sebagai salah satu kabupaten yang termasuk kategori “daerah tertinggal”, Kabupaten Bondowoso dihadapkan kepada berbagai masalah yang perlu segera ditangani secara serius, terencana dan berkelanjutan. Issu kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, rendahnya derajat kesehatan, tingginya angka pengangguran, serta rendahnya produktifitas dan kualitas produksi, merupakan masalah- masalah yang perlu memperoleh perhatian segera.

  Dengan adanya penyusunan profil dan karakterstik daerah tertinggal yakni Kabupaten Bondowoso akan memunculkan sebuah potensi yang bisa dikembangakan, permasalahan, dan pemecahan solusi bagi Kabupaten Bondowoso. Kabupaten dengan 2 luas wilayah luas wilayah Kabupaten Bondowoso mencapai 1.560,10 km atau sekitar

  3,26 persen dari total luas Propinsi Jawa Timur, dan terbagi menjadi 23 kecamatan, 10 kelurahan, 119 desa dan 913 dusun ini memiliki potensi dan permasalahan yang berbeda, tergantung dari implementasi dari strategi, kebijakan, dan program prioritas daerahnya. Pemanfaatan potensi dari wilayah akan mengangkat nama dari daerah tertinggal itu sendiri. Sehingga dalam hal ini perlu review implementasi dari strategi, kebijakan, dan program prioritas daerah yang dilakukan oleh pemerintah terutama di Kabupaten Bondowoso.

  Kata Kunci : Daerah Tertinggal, Indikator Daerah Tertinggal

  

Daftar Isi

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

Daftar Tabel

  

  

Daftar Gamb

  

  

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

  Daerah tertinggal adalah daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya yang relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam lingkup skala nasional. Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena beberapa faktor penyebab, antara lain geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah terisolasi, rawan konflik, dan rawan bencana.

  Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. Pembangunan daerah tertinggal ini berbeda dengan penanggulangan kemiskinan dalam hal cakupan pembangunannya. Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, dan keamanan.

  Kriteria wilayah bisa dikatakan sebagai daerah tertinggal ada 6 (enam), yaitu faktor ekonomi, faktor sumber daya manusia, faktor infrastruktur (prasarana), faktor kapasitas wilayah, faktor aksesibilitas, dan faktor karakteristik daerah. Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan program pembangunan daerah tertinggal yang lebih difokuskan pada percepatan pembangunan di daerah yang kondisi sosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas, serta ketersediaan infrastruktur masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya. Kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis terisolir dan terpencil seperti daerah perbatasan antarnegara, daerah pulau-pulau kecil, daerah pedalaman, serta daerah rawan bencana.

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014 telah menetapkan daftar 183 kabupaten yang masuk katagori daerah tertinggal di Indonesia. Salah satunya adalah Kabupaten Situbondo. Kabupaten dengan luas mencapai 1.560,10 2 km ini dihadapkan kepada berbagai masalah yang perlu segera ditangani secara serius, terencana, dan berkelanjutan. Isu kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, tingginya angka pengangguran, rendahnya produktifitas, dan kualitas produksi, merupakan masalah-masalah yang perlu memperoleh perhatian segera. Selain itu masih banyak lagi permasalahan yang harus kita gali dan rinci dari kriteria daerah tertinggal.

  Oleh karena itu, pembahasan dari kriteria wilayah daerah tertinggal, permasalahan dan potensi daerah, dan review implementasi dari strategi, kebijakan, dan program prioritas dari Kabupaten Situbondo sangat perlu dilakukan. Penyusunan profil dan karakteristik Kabupaten Situbondo ini diperlukan data-data yang akurat, terperinci, aktual, dan mudah diakses dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan di daerah tertinggal sehingga memudahkan Kementerian PDT dan Kementerian/Lembaga dalam

  1.2 Tujuan

  Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1.1.1 Untuk mengetahui gambaran umum daerah tertinggal.

  1.1.2 Untuk mengetahui profil dan karakteristik daerah tertinggal di Indonesia berdasarkan kriteria dan indikatornya.

  1.1.3 Untuk mengetahui potensi dan permasalahan daerah tertinggal yang ada di Kabupaten Bondowoso.

  1.1.4 Untuk mengetahui review implementasi dari strategi, kebijakan, dan program prioritas daerah.

  1.3 Sistematika Penulisan

  Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah dalam memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan tentang profil dan karakteristik daerah tertinggal di Kabupaten Bondowoso.

  Bab I merupakan bab pendahuluan dari makalah ini. Bab ini berisikan latar

  belakang, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan dari tugas prasarana wilayah kota II tentang profil dan karakteristik daerah tertinggal di Kabupaten Bondowoso.

  Bab II merupakan bab pembahasan dari makalah ini. Bab ini berisikan

  pembahasan tentang gambaran umum daerah tertinggal, profil dan karakteristik daerah tertinggal, permasalahan dan potensi daerah tertinggal, review implementasi dari daerah tertinggal, dan kesimpulan khusus terkait penyediaan infrastruktur daerah tertinggal.

  Bab III merupakan bab kesimpulan. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran profil dan karakteristik daerah tertinggal di Kabupaten Bondowoso.

Bab II Pembahasan

  2.1 Gambaran Umum Daerah Tertinggal

  Kabupaten Bondowoso adalah sebuah yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Kabupaten Bondowoso dikenal dengan sebutan daerah tapal kuda. Ibukotanya adalah Bondowoso. Luas wilayah di Kabupaten Bondowoso 2 memiliki luas wilayah 1.560,10 km atau sekitar 3,26 persen dari total luas Propinsi Jawa Timur,

  Indonesia yang secara geografis berada pada koordinat antara 113°48′10″ - 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ - 7°56′41″ LS. Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar 15,40 0C – 25,10 0C, karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur serta kaki pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat.

  Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa.

  

Gambar 1 Peta Kabupaten Bondowoso

Sumber : google.com

  Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi (3) tiga wilayah, yaitu wilayah barat merupakan pegunungan (bagian dari pegunungan Iyang), bagian tengah berupa dataran tinggi dan bergelombang, sedangkan bagian timur berupa pegunungan (bagian dari Dataran Tinggi Ijen). Meskipun kabupaten ini berada di antara Kabupaten diatas, tetapi tidak berada di daerah yang strategis karena tidak dilalui jalan negara yang menghubungkan antar provinsi bahkan dianggap seperti kota mati. Selain itu, Kabupaten Bondowoso juga tidak memiliki lautan dan tidak memiliki garis pantai. Hal ini yang menyebabkan Kabupaten Bondowoso sulit berkembang dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Timur.

  Profil dan Karakteristik Daerah

  Profil dan Karakteristik Daerah NO KECAMATAN JUMLAH KELURAHAN JUMLAH DESA JUMLAH DUSUN LUAS (km 2 )

  11 47 102,81

  8 29 27,37

  15. Pakem -

  8 34 72,66

  16. Wringin -

  13 77 58,01

  17. Tegalampel

  1

  7 36 33,58

  18. Taman Krocok -

  7 28 53,62

  19. Klabang -

  20. Botolinggo -

  1. Maesan -

  8 44 110,70

  21. Sempol -

  6 30 217,20

  22. Prajekan -

  7 37 76,39

  23. Cermee -

  15 56 173,36

  Jumlah

  10 209 913 1.560,10

  

Tabel 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Bondowoso

Sumber : Bagian Pemerintah dan Aparatur Setda Kabupaten Bondowoso, 2008

  Kriteria perekonomian masyarakat memiliki beberapa indikator primer diantaranya adalah sebagai berikut.

  Indikator yang pertama menurut Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal yaitu jumlah penduduk. Secara umum jumlah penduduk berpengaruh terhadap perekonomian daerah. Semakin pesat perkembangan jumlah penduduk maka semakin keras pula usaha pemerintah daerah untuk menyesuaikan pembangunan pendukung perekonomian daerah.

  14. Binakal -

  11 55 42,98

  1

  13. Curahdami

  12 62 64,25

  2. Grujugan -

  11 36 36,14

  3. Tamanan -

  8 35 28,04

  4. Jambesari DS -

  10 33 29,03

  5. Pujer -

  11 37 35,91

  6. Tlogosari -

  10 51 91,31

  7. Sukosari -

  4 15 37,88

  8. Sbr. Waringin -

  6 33 138,61

  9. Tapen -

  9 44 48,60

  10. Wonosari -

  12 55 35,01

  11. Tenggarang

  1

  11 46 23,22

  12. Bondowoso

  7

  4 16 21,42

2.2 Profil dan Karakteristik Daerah Tertinggal

2.2.1. Indikator Ekonomi

2.2.1.1. Jumlah Penduduk (Pertengahan Tahun)

  Dilihat dari tabel dengan data yang diambil dari website Kementerian Daerah Tertinggal, jumlah penduduk pertengahan tahun di Kabupaten Bondowoso dari tahun 2003 hingga 2011 selalu mengalami kenaikan. Rata-rata kenaikan jumlah penduduk setiap tahun dalam rentang 9 tahun tersebut adalah 0,7 %. Kenaikan jumlah penduduk terendah terjadi pada tahun 2010- 2011 sebesar 0,1 %. Sedangkan kenaikan jumlah penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2009- 2010 sebesar 3,9 %.

  

Tabel 2 Jumlah Penduduk (Pertengahan Tahun)

JUMLAH PENDUDUK (PERTENGAHAN TAHUN) NO TAHUN

  Satuan : orang 1 2003 696.747 2 2004 698.946 3 2005 701.105 4 2006 703.303 5 2007 705.384 6 2008 707.242 7 2009 708.905 8 2010 736.772 9 2011 737.789

  

Sumber : Publikasi, DAU, BPS )

Jumlah Penduduk (Pertengahan Tahun)

  750,000 740,000 730,000 720,000 k u d u d

  710,000 n e P h la 700,000 m Ju

  690,000 680,000 670,000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

  

Gambar 1 Jumlah Penduduk (Pertengahan Tahun)

Sumber : Publikasi, DAU, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id)

  Profil dan Karakteristik Daerah

2.2.1.2. Jumlah Keluarga

  Meskipun jumlah penduduk pada rentang waktu 2003-2011 di Kabupaten Bondowoso selalu mengalami kenaikan, namun lain halnya dengan jumlah keluarga. Namun, berdasarkan data yang diambil dari website Kementerian Pembangunan Kabupaten Tertinggal, pada tahun 2009 dan 2010 jumlah keluarga tidak ada angka yang ditampilkan. Dari data yang ada (2003- 2008) kenaikan jumlah keluarga tertinggi sebesar 29.334 KK atau sebesar 12,9 % pada tahun 2007-2008. Sedangkan penurunan jumlah keluarga terendah terjadi pada tahun 2005-2006 sebesar 8.556 KK atau 3,6 %.

  

Tabel 3 Jumlah Keluarga

JUMLAH KELUARGA NO TAHUN

  Satuan : KK 1 2003 226.057 2 2004 230.672 3 2005 235.148 4 2006 226.592 5 2007 226.656 6 2008 255.990

  • 7 2009
  • 8 2010 9 2011 256.459

  

Sumber : Podes, dan BPS (

2.2.1.3. Jumlah Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I

  Berdasarkan sumber yang masih sama dalam rentang tahun 2003-2011, jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera I yang tertulis angka hanya pada tahun 2003 dan 2005, yaitu pada tahun 2003 ada sejumlah 139.996 KK atau 0.2 % keluarga prasejahtera dan sejahtera I. Untuk tahun 2005 tertuliskan angka 0 pada jumlah dan persentasenya. Data seperti ini diduga jika tidak ada keluarga prasejahtera dan sejahtera I. Sedangkan pada tahun-tahun yang lain tidak tertulis angka.

  

Tabel 4 Jumlah Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I

KELUARGA PRASEJAHTERA DAN SEJAHTERA I NO TAHUN Jumlah Persentase

  Satuan : KK Satuan : % 1 2003 139.996 0,20

  2

  2004 - -

  3 2005

  4

  • 2006

  5

  • 2007

  6 2008

  7 2009

  8 2010

  Profil dan Karakteristik Daerah

2.2.1.4. Jumlah Penduduk Miskin

  Profil dan Karakteristik Daerah

Sumber : Podes, Dan BPS (

  

Tabel 5 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Bondowoso

NO. TAHUN JUMLAH PENDUDUK (RIBU ORANG)

  1. 2003 180,2 2. 2004 173,0 3. 2005 169,5 4. 2006 183,6 5. 2007 165,7 6. 2008 152,6 7. 2009 138,7 8. 2010 131,9 9. 2011 123,6

  

Sumber : Susenas, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id)

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

  20

  40

  60

  80 100 120 140 160 180 200

  Jumlah Penduduk Miskin

Kabupaten Bondowoso (2003-2011)

  R ib u o ra n g

Gambar 2 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Bondowoso

  

Sumber : Susenas, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id)

  Idealnya untuk pembangunan daerah tertinggal adalah menurunnya jumlah penduduk miskin. Berdasarkan data yang didapat, pada tahun 2003-2011 di Kabupaten Bondowoso jumlah penduduk miskin tidak selalu menurun. Dapat dilihat dalam diagram di bawah ini, bahwa pada tahun 2006 mengalami kenaikan jumlah penduduk miskin sebesar 14,1 ribu orang atau 8,3 %. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2007 setelah mengalami kenaikan di tahun sebelumnya. Penurunannya yaitu sebesar 17,9 ribu orang atau 9,7 %. Untuk tahun-tahun

2.2.1.5. Product Domestic Regional Bruto (PDRB)

  Produk Domestik Regional Bruto merupakan produksi yang dihasilkan oleh suatu masyarakat dalam kurun waktu 1 tahun yang berada di daerah atau regional tertentu. Produk Domestik Regional Bruto sebagai salah satu indikator ekonomi memuat berbagai instrumen ekonomi yang didalamnya terlihat dengan jelas keadaan makro ekonomi suatu daerah dengan pertumbuhan ekonominya, pendapatan per kapita dan berbagai instrumen lainnya. Dimana dengan adanya data-data tersebut akan sangat membantu pengambil kebijakan dalam perencanaan dan evaluasi sehingga pembangunan tidak akan salah arah. Angka Produk Domestik Regional Bruto sangat dibutuhkan dan perlu disajikan, karena selain dapat dipakai sebagai bahan analisa perencanaan pembangunan juga merupakan untuk mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan.

  Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Bondowoso dalam rentang waktu 2003- 2011 selalu mengalami kenaikan. Angka-angka yang terdapat dalam tabel ini artinya setiap tahun Kabupaten Bondowoso menghasilkan PDRB sebesar angka-angka tersebut.

  Tabel 6 Product Domestic Regional Bruto (PDRB)

PRODUCT DOMESTIC REGIONAL BRUTO (PDRB) NO TAHUN

  Satuan : Miliar Rupiah 1 2003 1.604,26 2 2004 1.685,00 3 2005 1.773,00 4 2006 1.872,00 5 2007 2.694,00 6 2008 2.837,00 7 2009 2.979,00 8 2010 3.147,00 9 2011 3.342,00

  

Sumber : BPS )

Profil dan Karakteristik Daerah

  

Project Domestic Regional Bruto (PDRB)

4,000.00 3,500.00 h

  3,000.00 ia p u R

  2,500.00 ar ili M

  2,000.00 an u at S

  1,500.00 am al

  1,000.00 d B R D P

  500.00

  0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Gambar 3 Product Domestic Regional Bruto

  Sumber : BPS )

2.2.1.6. Persentase Penduduk Miskin

  Persentase pendududuk miskin pada rentang tahun 2003-2011 menurun, kecuali pada tahun 2006 yang naik dari 24,31 % di tahun 2005 menjadi 26,23 % di tahun 2006. Hal ini berarti bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bondowoso menurun setiap tahunnya.

  

Tabel 7 Persentase Penduduk Miskin

PRODUCT DOMESTIC REGIONAL BRUTO (PDRB) NO TAHUN

  Satuan : Miliar Rupiah 1 2003 25,43 2 2004 24,36 3 2005 24,31 4 2006 26,23 5 2007 24,23 6 2008 22,23 7 2009 20,18 8 2010 17,89 9 2011 16,66

  Sumber : Susenas, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id) Profil dan Karakteristik Daerah

  Persentase Penduduk Miskin

Kabupaten Bondowoso (2003-2011)

  30

  25

  20 ) % ( se

  15 ta n e rs e

10 P

  5 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 4 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bondowoso

  

Sumber : Susenas, BPS (kpdt.bps.go.id)

2.2.1.7. Persentase Kedalaman Penduduk Miskin

  Tabel 8 Persentase Kedalaman Penduduk Miskin Kabupaten Bondowoso

NO TAHUN PERSENTASE KEDALAMAN PENDUDUK MISKIN (%)

1 2003 4,78

  2 2004 4,3 3 2005 3,87 4 2006 5,21 5 2007 3,97 6 2008 4,44 7 2009

  2.76

  8 2010 2,47

Sumber : Susenas, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id)

  Profil dan Karakteristik Daerah

6 Persentase Kedalaman Penduduk Miskin

  Profil dan Karakteristik Daerah 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

  1

  2

  3

  4

  5

  Kabupaten Bondowoso (2003-2010) P e rs e n ta se ( % )

Gambar 5 Persentase Kedalaman Penduduk Miskin Kabupaten Bondowoso

  

Sumber : Susenas, BPS (kpdt.bps.go.id)

  Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Penurunan persentase kedalaman penduduk miskin berarti semakin meningkatnya taraf hidup penduduk. Seperti yang terlihat pada diagram persentase kedalaman penduduk miskin Kabupaten Bondowoso (2003-2010) masih naik turun yang menandakan bahwa kurang stabilnya perekonomian penduduk miskin di Kabupaten Bondowoso.

2.2.1.8. Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK)

  Indeks Kedalaman Kemiskinan (Proverty Gap Index/P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Penurunan nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Berdasarkan diagram yang diambil dari website Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dengan sumber dari BPS, garis pada diagram tersebut menunjukkan indeks kedalaman kemiskinan beranjak naik kecuali pada tahun 2010 mengalami penurunan.

  

Tabel 9 Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK) Kabipaten Bondowoso

NO TAHUN

  1 2003 84,5 2 2004 86,18

  4 2006 131,36 5 2007 148,85 6 2008 174,75 7 2009 191,56 8 2010 83,35 9 2011 88,37

  

Sumber : Susenas, dan BPS )

Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK)

Kabupaten Bondowoso (2003-2011)

  250 200 150 ks e d In

  100

  50 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 6 Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK) Kabupaten Bondowoso

  Sumber : Susenas, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id)

2.2.2. Indikator Sumber Daya Manusia

  

2.2.2.1. Jumlah Penduduk, Persentase Angkatan Kerja, dan Persentase Pengangguran

Kabupaten Daerah Tertinggal

  Untuk mengetahui pembangunan daerah tertinggal yang perlu diketahui adalah jumlah penduduk, persentase angkatan kerja, dan persentase angka pengangguran. Di dalam pembangunan daerah tertinggal jumlah angkatan kerja diperlukan untuk mengetahui sumber daya manusia yang ada di wilayah Bondowoso dalam pembangunan wilayah tertinggal.

  Jumlah penduduk dibagi menjadi 2 (dua), yaitu penduduk usia produktif (angkatan kerja) dan penduduk usia tidak produktif (bukan angkatan kerja). Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan kedalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja, atau mencari pekerjaan.

  Profil dan Karakteristik Daerah

ASPEK PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL KABUPATEN BONDOWOSO 2007 2008 2009 2010 2011

  Profil dan Karakteristik Daerah

Tabel 10 Jumlah Angkatan Kerja, Persentase Angkatan Kerja, dan Pengangguran

  Jumlah Angkatan Kerja

  391.158 369.369 390.140 405.185 380.476

  Jumlah Bukan Angkatan Kerja

  14.291 11.141 11.568 6.450 15.247

  Jumlah Penduduk 405.449 380.510 401.708 411.635 395.723 Persentase Angkatan kerja

  96,47% 97,07% 97,12% 98,43% 96,14%

  Persentase Angka Pengangguran

  3,52% 2,92% 2,87% 1,56% 3,85%

  Sumber data : BPS dan Sakernas 2007 2008 2009 2010 2011 50,000

  100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000

  

Jumlah Angkatan Kerja, Bukan Angkatan Kerja, dan Penduduk

Ju m la h P e n d u d u k

  

Gambar 7 Jumlah Angkatan Kerja, Bukan Angkatan Kerja, dan Penduduk

Sumber : BPS dan Sakernas )

  Profil dan Karakteristik Daerah 2007 2008 2009 2010 2011

  Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Bondowoso semakin tahun semakin meningkat tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan. Jumlah persentase angkatan kerja per tahun mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan terjadi pada tahun 2007-2010, sedangkan penurunan terjadi pada tahun 2011. Lalu jumlah persentase angka pengangguran di Kabupaten Bondowoso pada setiap tahun juga mengalami penurunan di tahun 2007-2010 tetapi pada tahun 2011 meningkat menjadi 3,85%.

  Angka Melek Huruf

  98,80% 98,80%

  

Angka Melek Huruf 74,30% 74,30% 75,31% 76,72% 78,25%

Angka Melek Huruf 15-24

  

Tabel 11 Jumlah Angka Melek Huruf, Jumlah Angka Partisipasi Sekolah, dan IPM

  Sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Bondowoso ditentukan dengan jumlah sumber daya manusia yang melek huruf, jumlah angka partisipasi sekolah, dan indeks pembangunan manusia. Semakin banyak sumber daya manusia di Kabupaten Bondowoso yang mengerti angka melek huruf, dan partisipasi sekolan akan menyebabkan tingkat sumber daya manusia di Kabupaten Bondowoso menjadi daerah yang tidak tertinggal nantinya.

  

2.2.2.2.

  Gambar 8 Persentase Angkatan Kerja dan Angka Pengangguran Sumber : BPS, dan Sakernas (www.kpdt.bps.go.id)

  93

  

Persentase Angkatan Kerja dan Persentase Angka

Pengangguran %

  99 100 101 102

  98

  97

  96

  95

  94

ASPEK PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL KABUPATEN BONDOWOSO 2007 2008 2009 2010 2011

  Angka

  7-12 98,57% 98,43% 97,29% 97,24%

  Partisipas

  13-15 89,88% 74,38% 80,01% 80,53%

  i Sekolah Indeks Pembangunan

  60,76% 61,26% 62,11% 62,94% 63,81%

  Manusia

Sumber : Susenas, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id )

  Angka Melek Huruf

  79

  78

  77

  76 %

  75

  74

  73

  72

2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 9 Persentase Angka Melek Huruf

  

Sumber : Susenas, dan BPS )

Persentase Angka Melek Huruf Usia 15-24 dan 15-55

  100

  95

  90 %

  85

  80

  75 2007 2008

Gambar 10 Persentase Angka Melek Huruf 15-24 dan 15-55

  

Sumber : Susenas, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id )

Profil dan Karakteristik Daerah

  

Persentase Angka Partisipasi Sekolah

120 100

  80

  60 %

  40

  20 2007 2008 2009 2010

Gambar 11 Persentase Angka partisipasi Sekolah

  

Sumber : Susenas, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id)

Indeks Pembangunan Manusia

  65

  64

  63

  62 %

  61

  60

  59 2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 12 Indeks Pembangunana Manusia

  

Sumber : Susenas, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id )

  Dari tabel diatas, jumlah persentase angka melek huruf di Kabupaten Bondowoso tetap pada tahun 2007-2008 sebesar 74,30%, meningkat tiap tahun dari tahun 2008-2011, sedangkan jumlah persentase angka melek huruf 15-24 tetap pada 98,80% di tahun 2007-2008, dan jumlah persentase angka melek huruf 15-55 menurun sebesar 13,12% antara tahun 2007- 2008. Jumlah persentase angka partisipasi sekolah 7-12 tahun di Kabupaten Bondowoso penurunan di tahun 2007-2010, pada tahun 2007-2008 terjadi penurunan sebesar 0,14% dan

  Profil dan Karakteristik Daerah penurunan sebesar 0,05%. Jumlah persentase angka partisipasi 13-15 tahun di Kabupaten Bondowoso terjadi peningkatan dan penurunan di tahun 2007-2010. Pada tahun 2007-2008 terjadi penurunan sebesar 15,53%, di tahun 2008-2009 teradi peningkatan sebesar 5,63%, dan di tahun 2009-2010 terjadi peningkatan 0,52%. Indeks pembangunan manusia di Kabupaten Bondowoso meningkat setiap tahunnya di tahun 2007-2011.

  

2.2.2.3.

  Jumlah desa, jumlah puskesmas, dan jumlah poliklinik desa di Kabupaten Bondowoso mempengaruhi tingkat masyarakat yang sadar akan kesehatan di daerah tertinggal. Semakin banyak penduduk di Kabupaten Bondowoso yang mengerti akan kesehatan maka taraf hidup penduduk yang ada di Kabupaten Bondowoso akan meningkat begitu pula sebaliknya.

  

Tabel 12 Jumlah Desa, Jumlah Puskesmas, dan Poliklinik Desa

KABUPATEN BONDOWOSO ASPEK PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 2008 2011

  Jumlah Desa 219 219 Jumlah Puskesmas

  25

  26 Jumlah Puskesmas Pembantu

  56

  62 Jumlah Poliklinik Desa

  1

  4 Sumber : Podes, BPS ()

  

Jumlah Desa

250 200 150 h la m Ju

  100

  50 2008 2011

Gambar 13 Jumlah Desa Di Kabupaten Bondowoso

  

Sumber : Podes, dan BPS (

Profil dan Karakteristik Daerah

  

Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poliklinik Desa

  70

  60

  50

  40 h la m

30 Ju

  20

  10 2008 2011

Gambar 14 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Poliklinik Desa

  

Sumber : Podes, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id )

  Dari tabel diatas, jumlah desa yang ada di Kabupaten Bondowoso sebanyak 219 desa dan tidak mengalami perubahan di tahun 2011. Jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Bondowoso awalnya sebanyak 25 buah puskesmas dan mengalami perubahan di tahun 2011 sebesar 26 buah. Jumlah puskesmas pembantu di Kabupaten Bondowoso awalnya berjumlah 56 buah di tahun 2008, dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan jumlah puskesmas pembantu menjadi 62 buah. Jumlah poliklinik desa yang ada di Kabupaten Situbondo semula 1 buah puskesmas di tahun 2008 menjadi 4 buah di tahun 2011.

  

2.2.2.4.

  Jumlah desa, persentase desa yang memiliki fasilitas kesehatan > 5 km, dan persentase desa yang memiliki fasilitas pendidikan > 3 km sedikit di Kabupaten Bondowoso. Suatu wilayah harus bisa memenuhi kebutuhan fasilitas yang tersedia di dalamnya. Jika di suatu wilayah tidak menunjang fasilitas tersebut maka akan terjadi penurunan kualitas hidup penduduk disana.

  

Tabel 13 Persentase Desa yang Memiliki Fasilitas Kesehatan dan Pendidikan

KABUPATEN BONDOWOSO ASPEK PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 2008 2010 2011

  Jumlah Desa 219 219 Persentase Desa yang Memiliki Fasilitas Kesehatan

  30

  > 5 km Profil dan Karakteristik Daerah

90 Persentase Desa yang Memiliki Fasilitas Kesehatan > 5 km

  30

  Ju m la h Gambar 16 Persentase Desa yang Memiliki Fasilitas Kesehatan > 5 km

  80

  70

  60

  50

  40

  teristik Daerah Persentase Desa yang Memiliki Fasilitas Pendidikan > 3 km

  22

  10

  2008 2011

  

Gambar 15 Jumlah Desa Di Kabupaten Bondowoso

Sumber : Podes, dan BPS (

  

Jumlah Desa

Ju m la h

  50 100 150 200 250

  2008 2011

  77 Sumber : Podes, BPS )

  20 Dari tabel diatas, jumlah desa yang ada di Kabupaten Bondowoso sebanyak 136 desa dan tidak mengalami perubahan di tahun 2011. Persentase desa yang memiliki fasilitas kesehatan > 5 km di Kabupaten Bondowoso sebanyak 30 buah di tahun 2008. Jumlah persentase desa yang memiliki fasilitas pendidikan > 3 km di Kabupaten Bondowoso sebanyak 22 buah di tahun 2008, dan meningkat di tahun 2010 sebanyak 77 buah.

  

2.2.2.5.

  Suatu wilayah harus bisa menjangkau wilayah disekitarnya. Jika di wilayah tersebut arak yang ditempuh suatu fasilitas dengan aksesibilitas wilayah tersebut susah dijangkau maka yang akan terjadi adalah ketidakmerataan fasilitas yang ada di wilayah tersebut yang bisa menjangkau hanya penduduk yang dekat dengan fasilitas tersebut.

  

Tabel 14 Rata-rata Jarak Desa Tanpa Fasilitas Pendidikan Terdekat

KABUPATEN BONDOWOSO ASPEK PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 2008 2011

  Rata-rata Jarak Pelayanan Kesehatan 6,61 38,41 Rata-rata Jarak bagi Desa/Kelurahan

  2,38 3,28

  tanpa SD dan SMP Rata-rata Jarak bagi Desa/Kelurahan

  3,74 5,97

  tanpa SD, SMP, dan SMA

Sumber : Podes, BPS )

  

Rata-rata Jarak Pelayanan Kesehatan

  45

  40

  35 r

  30 te e m

  25 ilo K an

  20 u at S

  15 am al D

  10

  5 2008 2011 Gambar 17 Rata-Rata Jarak Pelayanan Kesehatan

  Sumber : Podes, BPS ) istik Daerah

  

Rata-rata Jarak bagi Desa/Kelurahan tanpa Fasilitas

Pendidikan

  7

  6

  5

  r te

  4

  e m ilo K

  3

  an u at S

  2

  am al D

  1 2008 2011

  

Gambar 18 Rata-rata Jarak bagi Desa/Kelurahan tanpa SD dan SMP dan Rata-rata Jarak bagi

Desa/Kelurahan tanpa SD, SMP, dan SMA

Sumber : Podes, BPS )

  Dari tabel diatas, rata-rata jarak pelayanan kesehatan adalah 6,61 km di tahun 2008 dan meningkat menjadi 38,41 km di tahun 2011. Rata-rata jarak desa/kelurahan tanpa SD dan SMP pada tahun 2008 adalah 2,38 km dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 3,28 km. Rata-rata jarak bagi desa/kelurahan tanpa SD, SMP, dan SMA di tahun 2008 sebesar 3,74 km dan meningkat menjadi 5,97 km di tahun 2011.

2.2.3. Indikator Infrastruktur

2.2.3.1. Jumlah Desa dan Jenis Permukaan Jalan Utama

  

Tabel 15 Data Jumlah Desa Menurut Daerah Tertinggal Dan Jenis Permukaan Jalan

TAHUN SUMBER

  Jumlah Desa dengan Jenis Podes,

  Desa 139 148 148 199

  Permukaan Jalan BPS Aspal/Beton Jumlah Desa dengan Jenis Podes,

  Desa

  29

  27

  37

  12 Permukaan Jalan BPS

  diperkeras Profil dan Karakteristik Daerah dengan Jenis Permukaan Jalan BPS Tanah Jumlah Desa dengan Jenis Podes,

  Desa

  2 Permukaan Jalan BPS

  Lainnya Jumlah Desa dengan Jenis

  Podes,

  Permukaan Jalan Desa 197 205 217

  BPS

  yang dapat Dilalui Mobil Banyaknya Desa 197 205 217 219

  Sumber : Podes, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id ) Jumlah Desa dengan Jenis Permukaan Jalan Aspal/Beton

  250 200 150 sa e D

  100

  50 2003 2005 2008 2011 Gambar 19 Jumlah Desa dengan Permukaan Jalan Aspal/Beton

  Sumber : Podes, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id ) Profil dan Karakteristik Daerah

40 Jalan Desa dengan Jenis Permukaan Jalan Diperkeras

40 Jalan Desa dengan Jenis Permukaan Jalan Tanah

  10

  Sumber : Podes, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id )

  D e sa Gambar 21 Jumlah Desa dengan Jenis Permukaan Jalan Tanah

  35

  30

  25

  20

  15

  Profil dan Karakteristik Daerah 2003 2005 2008 2011

  5

  Sumber : Podes, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id ) 2003 2005 2008 2011

  D e sa Gambar 20 Jumlah Desa dengan Jenis Permukaan Jalan Diperkeras

  35

  30

  25

  20

  15

  10

  5

  

Jumlah Desa dengan Jenis Permukaan Jalan Lainnya

  2.5

  2

  1.5 sa e D

  1

  0.5 2005 2011

  Gambar 22 Jumlah Desa dengan Jenis Permukaan Jalan Lainnya Sumber : Podes, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id )

  Jumlah Desa dengan Jenis Permukaan Jalan yang dapat Di- lalui Mobil 220 215 210 205 sa e D

  200 195 190 185

  2003 2005 Category 3 Gambar 23 Jumlah Desa dengan Jenis Permukaan Jalan yang dapat Dilalui Mobil

  Sumber : Podes, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id ) Profil dan Karakteristik Daerah

  Profil dan Karakteristik Daerah 2003 2005 2008 2011 185

  190 195 200 205 210 215 220 225

  Banyaknya Desa D e sa

Gambar 24 Banyaknya Desa

  

Sumber : Podes, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id )

  Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah desa dengan jenis permukaan jalan aspal/beton yakni 60 desa pada tahun 2003 hingga 2011. Peningkatan juga terjadi pada jenis permukaan yang dapat dilalui mobil yakni 20 desa dalam kurun waktu tahun 2003 – 2008. Sedangkan pada jenis permukaan jalan diperkeras, jalan tanah dan lainnya mengalami peningkatan pada tahun 2005-2008 tetapi juga mengalami penurunan pada tahun 2003-2005 dan 2008-2011.

  Dapat disimpulkan bahwa terjadi kecenderungan perbaikan infrastruktur jalan dengan jenis aspal/beton. Hal ini dilihat dari penurunan jenis jalan diperkeras, tanah dan jalan lainnya menjadi peningkatan perbaikan jalan jenis aspal/beton dalam kurun waktu 2003 -2011.

2.2.3.2. Persentase Pengguna Listrik dan Telepon

  

Tabel 16 Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik dan Telepon

TAHUN PRESENTASE RUMAH TANGGA PENGGUNA LISTRIK TELEPON

  2003 47,19 3,17 2005 45,17 5,04 2008 92,49 4,33 2009 96,65 6,29 2010 96,51 2,87

  Sumber : Podes, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id )

  

Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik dan Telepon

120 100

  80

  60 %

  40

  20 2003 2005 2008 2009 2010

Gambar 25 Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik dan Telepon

  

Sumber : Podes, dan BPS (www.kpdt.bps.go.id )

  Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa presentase rumah tangga pengguna listrik mengalami peningkatan terus-menerus dalam kurun waktu tahun 2003-2010 bahkan mendekati 100% dari jumlah rumah tangga di Kabupaten Bondowoso. Peningktan pengguna listrik bertolak belakang dengan presentase rumah tangga pengguna telepon yang hanya mengalami puncak peningkatan pada tahun 2009 dan mengalami penurunan drastis pada tahun 2010. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan listrik lebih utama dibandingkan kebutuhan telepon. Selain itu, kebutuhan telepon rumah menurun pada tahun 2010 disebabkan oleh kemajuan telekomunikasi dengan menggunakan telepon genggam.

2.2.3.3 Jumlah Desa dan Jenis Pasar