Review Jurnal Tanaman Jambu Biji

JAMBU BIJI (Psidium guajava)

Oleh :
Dwi Rezky Sukmawaty
J1E113011

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2015

Review Journal
JAMBU BIJI (Psidium guajava)
PENDAHULUAN
Jambu biji (Psidium guajava) bukan merupakan tanaman
asli Indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika
Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi
ke beberapa Negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Selatan, dan
Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Seiring dengan berjalannya
waktu, jambu biji menyebar di beberapa Negara seperti Thailand,

Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Australia (Parimin,
2005)
Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium
berasal dari bahasa Yunani, yaitu “psidium” yang berarti delima.
Sementara “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang
Spanyol. Adapun taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan
sebagai berikut.

Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae


Review Journal
Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Myrtales

Family

: Myrtaceae

Genus

: Psidium

Spesies

: Psidium guajava Linn.


(Parimin, 2005)
Batang tanaman jambu merah bertekstur keras, kuat, padat
dan tak mudah patah. Batang ini berkayu dan memiliki cambium.
Warna batang cokelat, permukaan batang halus. Kulit batang
tampak selalu mengelupas dan berganti kulit. Hal ini terjadi karena
batang selalu bertambah besar (Soedjito,2008).
Sosok tanaman jambu biji berupa pohon kecil. Tingginya
sekitar 2-10 m. Batangnya berukuran kecil da keras. Permukaan
kulit batang berwarna cokelat mengkilap yang mudah terkelupas.
Daunnya berbentuk bulat telur agak menjorong dengan garis
tulang daun yang tegas. Bunganya berwarna putih keluar dari
ketiak daun. Buah jambu biji berbentuk bulat. Saat masih muda,
buah berwarna hijau gelap dan berubah menjadi hijau muda atau
hijau

kekuningan

setelah


tua dan

masak.

Daging

buah

mengandung biji yang amat banyak. Bijinya berukuran kecil-kecil
dan amat keras (Muhlisah, 2007).
Sejak 2003 telah dilakukan penelitian ekstrak daun biji
untuk pengobatan DBD oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(POM) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabay. Penelitian
dimulai dari uji preklinik untuk mengetahui kandungan yang ada

Review Journal
pada daun jambu biji, uji toksisitas, menentukan formula yang
sesuai sampai dengan uji coba pada hewan percobaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa daun jambu biji tua ternyata

mengandung berbagai macam komponen yang berkhasiat untuk
mengatasi penyakit demam berdarah dengue (DBD) (Suharmiati
& Handayani, 2013 )
FITOKIMIA
Buah jambu biji dilaporkan mempunyai kandungan vitamin C dan
fenol yang bisa menjadi antioksidan (Gull et al, 2012) Buah jambu biji merah
segar memiliki kandungan metabolit sekunder yaitu flavonoid , terpenoid, dan
tannin (Rahmawati et al, 2013). Buah jambu biji dilaporkan pula memiliki
senyawa metabolit sekunder berupa saponin, dan alkaloid ketika di uji (Sangi
et al, 2008)
Pada daun jambu biji dilaporkan memiliki senyawa triterpenoid
(Begum et al, 2002). Untuk mengetahui adanya senyawa triterpenoid pada
tanaman jambu biji ini dapat dilakukan dengan menambahkan pereaksi
Lieberman-Burchard yang terdiri dari asam sulfat pekat dan asam asetat
anhidrat. Hasil positif dari pengujian ini adalah ekstrak pada bagian tanaman
yang diuji (Pada jambu biji adalah daun dan buah) menunjukkan terjadi
perubahan warna yaitu warna merah, merah jambu, atau ungu. Pada tanaman
jambu biji diperoleh hasil pada daun dan buah terdapat senyawa triterpenoid
dalam jumlah sedikit (Widiyati , 2006). Ekstraksi daun jambu biji melalui
ekstraksi kuersetin dengan pelarut n-heksana yang dilanjutkan dengan pelarut

methanol menunjukkan bahwa senyawa kuersetin terbukti positif ada di
dalam daun jambu biji (Ariani et al, 2008). Kadar kuersetin yang tinggi pada
daun jambu biji dapat digunakan untuk pengobatan yang berhubungan dengan
pembuluh kapiler (Yuliani et al, 2003 ). Pada ekstrak daun jambu biji juga
memiliki kandungan kimia asam heksadekanoat atau asam palmitat dan

Review Journal
diisooktil benzendikarboksilat (Hapsari, 2011) Screening fitokimia pada

ekstrak daun jambu biji diperoleh hasil sebagai berikut :

(Egharevba et al, 2010)
Pada analisis secara kualitatif, daun jambu biji menunjukkan bahwa
mengandung golongan senyawa tannin dan steroid yang banyak, sedikit
flavonoid, saponin dan fenol hidrokuinon, tetapi tidak menunjukkan adanya
alkaloid dan triterpenoid (Indriani, 2006). Ekstrak daun jambu biji yang
menggunakan etanol maupun air menunjukkan adanya senyawa fenolat dan
aktivitas antioksidan di dalam ekstrak tersebut (Rivai et al, 2010)

AKTIFITAS FARMAKOLOGI

 Antidiare
Pengujian menggunakan metode secara in vitro dan in vivo dengan
hewan percobaan berupa mencit putih jantah Swiss Webster sehat dengan
bobot 20-25 g kemudian di kelompokkan dan dipuasakan sesuai dengan
pengamatan. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak etanol daun jambu
biji daging buah putih dan ekstrak etanol daun jambu biji daging buah
merah. Bakteri yang digunakan pada pengamatan ini ada 4 macam yaitu
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, dan Salmonella
typhi. Hasil percobaan in vitro menunjukkan bahwa ekstrak etanol jambu
biji daging buah putih (KHM 60 mg/ml) memiliki aktivitas lebih kuat

Review Journal
terhadap Salmonella typhi dibandingkan dengan ekstrak etanol jambu biji
daging buah merah (tidak terdapat hambatan hingga konsentrasi 100
mg/ml), dengan demikian ekstrak etanol jambu biji daging buah putih
dapat lebih manjur untuk mengobati diare yang disebabkan oleh bakteri
tersebut Pada percobaan in vivo kedua ekstrak uji tidak menunjukkan
perbedaan efek yang bermakna terhadap konsistensi feses, berat total
feses, waktu munculnya diare, lamanya diare dan transit usus. Frekuensi
defekasi ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih 150 mg’kg bb

pada menit ke-180 sampai 240 berbeda bermakna dibandingkan dengan
kelompok control (p