ISOLASI DNA DARI TANAMAN Brassica juncea

ISOLASI DNA DARI TANAMAN Brassica juncea
Khurin’in (1112095000006)¹
drh. Bhintarti S. Hastari, M.Biomed²
Festy Aulyaur Rahmah, S.Si²
Nugroho Adi Maulana³
Indina Reihannisha³
¹Mahasiswa Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
²Dosen praktikum Biologi Molekular
³Asisten praktikum Biologi Mlekular
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412 Indonesia
Hurin.rin02@gmail.com
17 Oktober 2014

ABSTRAK
Isolasi DNA tanaman adalah langkah pertaman dalam teknik pemuliaan tanaman untuk mengeksploitasi
genetik tanaman sehingga didapat sifat tanaman yang unggul. Dalam praktikum isolasi DNA tanaman
kali ini digunakan daun muda dan segar dari tanaman sawi hijau yang sedikit kontaminan DNA dan
metabolit sekundernya. Sawi hijau merupakan salah satu komoditi tanaman yang populer di pasaran,
mudah ditemukan dengan harga terjangkau. Beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam isolasi DNA
tanaman yaitu proses isolasi jaringan secara mekanik seperti penggerusan untuk mempermudah proses
pelisisan dinding sel tanaman yang strukturnya lebih kompleks dibandingkan struktur dinding sel bakteri.

Selain itu perlu juga diperhatikan metabolit sekunder yang terdapat pada bagian tanaman yang akan
diisolasi karena dapat menjadi kontaminan sehingga menghambat proses isolasi DNA.
Kata kunci : Isolasi, DNA, tanaman

I.

DASAR TEORI
Sawi hijau (Brassica juncea) merupakan

berbunga. Seluruh bagian dari tanaman ini

komoditi tanaman sayuran yang populer di

diambil kecuali akarnya (Susanti, 2012).
Isolasi DNA pada tanaman digunakan

pasaran. Sawi hijau mudah tumbuh di dataran

sebagai


rendah ataupun dataran tinggi sehingga mudah

pemuliaan

didapat. Pada suhu yang sejuk akan lebih cepat

potensi genetik suatu tanaman (Stoskopf et al.,

langkah

awal

tanaman

dalam

untuk

melakukan


mengeksploitasi

1993) yang bertujuan memaksimumkan hasil

jenis

pada suatu kondisi lingkungan tertentu dalam

(Kusumawaty, 2012).
DNA yang diisolasi dari tanaman

suatu

usaha

budidaya

pertanian

dengan


meminimalkan keluaran. Salah satunya lewat
modifikasi keragaman tanaman. Keberhasilan
usaha pemuliaan tanaman sangat tergantung pada
kemampuan mengidentifikasi induk jenis unggul
yang

sifatnya

akan

digabungkan

melalui

persilangan serta mengenali dan menyeleksi
dalam populasi yang bersegeregasi secara efektif
dan hal ini dapat dilakukan melalui tahap isolasi
DNA terlebih dahulu (Shivanna dan Sawhney,


jumlah

Berbagai teknik analisis dalam pemulian

ukuran

yang

sama

seringkali terkontaminasi oleh polisakarida dan
metabolit

sekunder

seperti

tanin,

pigmen,


alkaloid dan flavonoid. Sedangkan DNA dari
hewan lebih banyak mengandung protein. Salah
satu kesulitan isolasi DNA dari tanaman tinggi
adalah proses destruksi dinding sel untuk
melepaskan isi sel. Hal ini disebabkan karena
tanaman memiliki dinding sel yang kuat dan
seringkali
kontaminasi

1997).

dan

pada

beberapa

tersebut


sulit

jenis

tanaman,

dipisahkan

dari

ekstrak asam nukleat. Kehadiran kontaminasi di

tanaman dan biologi molekuler yang berdasarkan

atas

pada hibridisasi molekuler atau Polymerase

misalnya DNA tidak sensitif oleh enzim restriksi


Chain Reaction (PCR) membutuhkan DNA

dan menggangu proses amplifikasi DNA dengan

dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang

PCR. Demikian pula pada hewan yang memiliki

baik. Oleh karena kandungan senyawa sekunder

kandungan kitin (seperti serangga), memerlukan

dalam sel tanaman berbeda-beda, maka setiap

teknik dan metode khusus untuk menghancurkan

tanaman membutuhkan prosedur isolasi yang

sel hingga isi dapat terpisah atau keluar dari sel


optimum agar diperoleh DNA genom yang dapat

(Kusumawaty, 2012).

digunakan

sebagai

bahan

dalam

dapat

menghambat

aktivitas

enzim,


analisis

molekuler. Optimasi prosedur tersebut dapat

II.

MATERI DAN METODE

dilakukan terhadap komposisi larutan bufer

Praktikum isolasi DNA tanaman ini

lisisnya ataupun teknik penanganan fisik dalam

dilaksanakan pada hari Jum’at, 24 Oktober 2014

pemisahan DNA genom dari senyawa lain. Pada

pkl. 13.30-16.00 WIB di Laboritorium Biologi


prinsipnya optimasi prosedur ini bertujuan

Dasar Pusat Laboritorium Terpadu Fakultas

melindungi DNA genom dari degradasi akibat

Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

senyawa sekunder yang dilepaskan ketika sel

Jakarta.

dihancurkan atau kerusakan akibat penanganan
fisik (Miligan, 1992).
Pada dasarnya

isolasi

DNA

dapat

dilakukan dari berbagai sumber, antara lain
organ manusia, darah, daun, daging buah,
serangga, kalus, akar batang, daging dan sisik
ikan. Pada individu yang sama DNA yang
diperoleh dari berbagai sumber akan memiliki

Alat-alat

yang

digunakan

yaitu

mikropipet, refrigerated centrifuge, water bath
dan refrigerator.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu daun
sawi, bufer ekstraksi, kloroform, isoamilalkohol,
isopropanol dan bufer TE.
Daun sawi muda yang segar ditimbang
0,3 gram dan dimasukkan ke dalam tabung

mikro steril. Dilunakkan daun selama 10 menit

lainnya serta pertulangan daunnya tidak banyak

pada suhu ruang, tip steril digunakan sebagai

dan keras mempermudah pengerjaan dalam

penumbuk

menggunakan

proses isolasi jaringan. Selain itu akar memiliki

penambahan buffer). 500 ʯL bufer ekstraksi

struktur yang keras sehingga sulit dalam proses

(200 mM Tris-HCl pH 7,5), 250 mM NaCl, 25

isolasi

mM EDTA, dan 0,5% SDS) dimasukkan

terdapat banyak metabolit-metabolit sekunder

kedalam tabung lalu divortex selama 5 menit.

yang dapat menjadi kontaminan yang sulit

daun

Tabung

(tanpa

kemudian

diinkubasi

dalam

jaringannya,

dipisahkan

dari

sedangkan

ekstrak

pada

asam

buah

nukleat

waterbath pada suhu 60 ºC selama 30 menit.

(Kusumawaty, 2012). Adapun hasil dari berbagai

Ditambahkan kloroform: isoamil alkohol (24:1)

tahapan dalam isolasi DNA dari tanaman sawi

sebanyak 1 x volume sampel. Tabung kemudian

hijau dapat dilihat pada tabel 3.1.

dikocok dan lalu disentrifuga pada 15.000 x
selama 5 menit pada suhu 4ºC. diambil
uspernatan lalu dipindahkan ke tabung mikro

Tabel 3.1. Hasil isolasi DNA sawi hijau
(Brassica juncea)
Tahap

Proses

tabung sebanyak 1x volume sampel. Tabung

Isolasi

(bahan)
Pelunakan

kemudian dikocok dan diinkubasi pada suhu -20

jaringan

daun

yang baru. Isopropanol ditambahkan kedalam

ºC

selama

15

menit.

Tabung

kemudian

itu

ditambahkan

dibuang
100

ʯL

supernatannya
bufer

TE.

(tip

steril secara

disentrifuugasi pada 15.000 x g selama 5 menit
setelah

Hasil

manual)

dan

Tabung

Daun menjadi

dimasukkan kedalam es selama 5 menit dan
kemudian disentrifugasi kembali pada 15.000 x g

halus
Lisis sel

Pelisisan

selama 2 menit. Diambil supernatan yang

sel dengan

mengandung DNA kemudian dipindahkan ke

500

tabung yang baru dan simpan tabung pada suhu

bufer

-20 ˚ C.

ekstraksi

ʯL

HASIL DAN PEMBAHASAN

mM Ekstrak daun
dalam larutan
Tris-HCl

Isolasi DNA dari tanaman sawi hijau

pH

7,5), bufer ekstrak

(Brassica juncea) pada tahap pertama yaitu

250

mM

dilakukan isolasi jaringan yang diambil dari daun

NaCl,

sawi hijau yang masih muda dan segar.

mM EDTA,

Pemilihian sawi hijau adalah karena sawi hijau

dan

merupakan komoditi sayuran yang mudah

SDS)

didapat dan harganya terjangkau (Susanti, 2012),

divorteks

selain itu struktur daunnya yang tidak tebal, tidak

(5 menit).
Denaturasi

(200
III.

terdapat trikom ataupun modifikasi epidermis

Purifikasi

25
0,5%
dan

tahap I

dan
presipitasi

1
2

protein

Pemekatan

Presipitasi

DNA

DNA
(isopropan

3

(kloroform:

ol

isoanil
alkohol
(24:1) 1 x

1x
a

volume
sampel)

Terbentuk tiga

volume

fasa:
1. Fasa Atas :

sampel)

DNA murni

a. Pelet

atau

presipitat DNA
Pengaweta

Presipitat

n DNA

DNA

a

ditambah

dan air

bufer TE

(supernatan)
2. Interfasa :

b

protein dan

a. Bufer TE
b. Presipitat DNA

zat-zat sisa
atau sampah
3. Fasa organik :

murni

kloroform dan
Tahap pertama yaitu isolasi jaringan

senyawasenyawa
organik terikat

dimana pada tahap ini daun sawi hijau ditumbuk
dengan tip steril hingga halus. Tahap ini
bertujuan untuk mempermudah tahap pelisisan
sel. Hal ini disebabkan karena tanaman memiliki
dinding sel yang kuat dan seringkali pada
beberapa jenis tanaman, kontaminasi tersebut
sulit dipisahkan dari ekstrak asam nukleat.
Kehadiran

kontaminasi

di

atas

dapat

menghambat aktivitas enzim, misalnya DNA
tidak

sensitif

oleh

enzim

restriksi

dan

menggangu proses amplifikasi DNA dengan
PCR, sehingga memerlukan teknik dan metode
khusus untuk menghancurkan sel hingga isi
dapat terpisah atau keluar dari sel salah satunya
yaitu dengan penumbukan (Kusumawaty, 2012).
Tahap kedua setelah penumbukan yaitu
lisis

sel.

Pelisisan

sel

yaitu

dengan

menambahkan 500 ʯL bufer ekstraksi (200 mM
Tris-HCl pH 7,5), 250 mM NaCl, 25 mM EDTA,
dan 0,5% SDS) kedalam tabung berisi daun yagn

sudah dihaluskan kemudian divorteks selama 5

di fasa paling atas akibat adanya penambahan

menit

kloroform.

agar

homogen.

Penambahan

bufer

ekstraksi yaitu untuk merusak membran sel dan

Tahap selanjutnya adalah pemekatan

menjaga struktur DNA selama proses pelisisan

DNA.

dengan berbagai campuran. NaCl berfungsi

memisahkan DNA dari larutan dapat dilakukan

untuk menghilangkan polisakarida, sebagaimana

dengan presipitasi dengan menggunakan alkohol

telah dijelaskan sebelumnya bahwa dinding sel

seperti

tanaman mengandung polisakarida dan metabolit

isopropanol umumnya dilakukan dalam kondisi

lain

Keberadaan

suhu dingin yaitu dengan diinkubasi pada suhu

polisacharida dan metabolit sekunder dalam sel

-20ºC selama 15 menit, suhu ini mendukung

tanaman sering menyulitkan dalam isolasi asam

DNA dalam bentuk presipitat. Setelah perlakuan

nukleat (Wilkins dan Smarts, 1996). EDTA

itu, DNA akan terpresipitasi dan dapat dipeletkan

berfungsi untuk mencegah koagulasi DNA

dengan sentrifugasi.

sedangkan

merusak

dengan isopropanol langsung terlihat adanya

membran sel. Setelah dilakukan vorteks, tabung

pemisahan larutan menjadi dua fasa, dan DNA

kemudian diinkubasi di waterbath pada suhu

terprepitisasi dibawah (lampiran 7.)

60ºC

(Kusumawaty,

SDS

selama

2012).

berfungsi

30

menit,

untuk

tujuannya

agar

mengoptimalkan kerja dari bufer ekstrak.

Cara

sederhana

isopropanol.

Tahap

dan

murah

Proses

untuk

presipitasi

Pada saat penambahan

berikutnya

yaitu

pengawetan

prespitat DNA pada yang telah didapat dengan

Tahap ketiga yaitu purifikasi DNA, tahap

menggunakan bufer TE dan disimpan pada suhu

ini berfungsi untuk memisahkan DNA dengan

-20ºC.

Perlakuan

penyimpanan

pada

suhu

protein lain dan sisa-sisa dari larutan pada saat

tersebut dan penambahan Bufer TE berfungsi

proses pelisisan sel. Pada tahap ini ditambahkan

untuk mengawetkan DNA, dan menjaga kondisi

CIAA (24:1) sebanyak 1 x volume sampel.

pellet DNA tidak rusak.

Pelarut organik ini secara signifikan dapat
mendenaturasi

protein

dan

melarutkan

komponen lipid, selain itu kloroform juga
menstabilkan

zona

interfase

yang

berisi

kontaminan DNA. Pada penambahan kloroform
ini akan menghasilkan tiga fasa yaitu paling atas
adalah DNA dan air, fasa kedua protein dan sisasisa kontaminan atau sampah dari sel yang
disebut juga zona interfase, dan fasa ketiga
adalah kloroform seta senyawa-senyawa organik

IV.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum isolasi DNA

dari tanaman sawi hijau (Brassica juncea) yaitu:
1. Bagian tanamna yang diambil harus
dalam keadaan masih muda dan segar
karena kontaminannya lebih sedikit.
2. Dilakukan
penggerusan
dalam
mengisolasi
struktur

kontaminannya sehingga DNA yang didapat
merupakan

DNA

murni,

selain

itu

juga

memudahkan pengambilan DNA yang terdapat

dinding

karena

selnya

kompleks dibandingkan bakteri.

yang diikatnya sehingga disebut juga fasa
organik. Fase ini memisahkan DNA dengan

jaringannya

DAFTAR PUSTAKA

lebih

Kusumawaty, Diah. 2012. Materi Kuliah; Isolasi

Krieg, P.A. (ed). A Laboratory Guide to

DNA Kecil. Pendidikan Biologi UPI.

RNA. Isolation, Analysis and Synthesis.

Bandung.

Wiley – Liss. New York.

Miligan, B.G. 1992. Plant DNA Isolation. In:
A.R. Hoelzel (Ed). Molecular Genetic
Analysis of Populations, a Practical
Aproach. Oxford University Pres. New
York.
Shivanna K.R., Sawhney V.K. 1997. Pollen
biology and pollen biotechnology: an
introduction In Pollen Biotechnology
for Crop Production and Improvement
Cambridge University Press.
Stoskopf, N.C., Thomes D.T. dan Christie B.R.
1993. Plant Breeding, Theory and
Practice. Westview Press. Oxpord.
Susanti, T., Rondonuwu F.S. dan Sutresno A.
2012. Pengaruh musik pada range
frekuensi (3000-6000 Hz) terhadap
pertumbuhan dan produktivitas sawi
hijau (Brassica juncea). FMIPA Fisika
Universitas

Kristen

Satya

Wacana.

Diponegoro.
Wilkins, T.A. and Smart, L.B. 1996. Isolation of
RNA from Plant Tissue. Di dalam:

V1 = 0,19
5.

Ditanya: volume yang diambil untuk 2,44
ml dengan total 7,5 ml?
dd H2O (Aquades ) = 7,5 – 2,44 = 5,06
ml

LAMPIRAN
Lampiran Perhitungan Pengenceran
1.

Lampiran Gambar

Diketahui: 1 M Tris-HCL Ph 7,5 200Mm
Tris-HCL Ph 7,5 diambil sebanyak 1,5ml
dengan total 7,5 ml
Ditanya: V1?
M1.V1 = M2. V2
1000. V1 = 7,5. 200
V1= 1,5 ml

2.

Diketahui: 5 M NaCl 250 Mm NaCl
diambil sebanyak 0,375 ml dengan total
7,5 ml

Lampiran 1. Penambahan Buffer Ekstraksi dan
divortex

Ditanya: V1?
M1. V1 = M2. V2
5000 . V1 = 7,5. 250

Lampiran 2. Inkubasi 30 menit suhu 60oC

V1 = 0,375 ml
3.

Diketahui: 0,5 M EDTA
25
Mm
EDTA diambil sebanyak 0,375 ml
dengan total 7,5 ml
Ditanya: V1?
M1. V1 = M2. V2

Lampiran 3. Penambahan isopropanol

500 . V1 = 7,5 . 25
V1 = 0,375 ml
4.

Diketahui: 20 % SDS 0,5 % SDS diambil
sebanyak 0,19 ml dengan total 7,5 ml
Ditanya: V1?
M1. V2 = M2. V2
20 . V1 = 7,5 . 0,5

Lampiran 4. Sentrifugasi 6000rpm selama 10
menit

Lampiran 8. Penambahan buffer TE pada pelet

Lampiran 5. Hasil setelah di sentrifugasi
Lampiran 8. Supernatan didinginkan

Lampiran 6. Supernatan diambil

Lampiran 7. Penambahan isopropanol