Apa Perbedaan Penelitian Kualitatif dan

Apa Perbedaan Penelitian Kualitatif dan
Penelitian Kuantitatif
PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUALITATIF
Perbedaan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif menurut Prof.Dr. Lexy J. Moleong, M.A
disajikan dalam table sebagai berikut:

ASPEK

1. Maksud Penelitian

PENELITIAN

PENELITIAN

KUANTITATIF

KUALITATIF

Membuat deskripsi objektif

Maksud penelitian


tentang fenomena yang

mengembangkan pengertian

terbatas dan menentukan

tentang individu dan kejadian

apakah fenomena tersebut

dengan nmemperhitungkan

dapat dikontrol melalui

konteks yang relevan

beberapa intervensi
2. Tujuan penelitian


Menjelaskan, meramalkan,

Memahami fenomena social

dan/ atau mengontrol

melalui gamabaran holistic

fenomena melalui

dan memperbanyak

pengumpulan data terfokus

pemahaman mendalam

dari data numeric
3. Pendekatan pelenlitian

Menjelaskan penyebab


Berasumsi bahwa ‘subjek

fenomena social melalui

matter ’ suatuilmu social

pengukuran objektif dan

adalah amat berbeda dengan

analisis numeric

subjek matter dari ilmu fisik/
alamiah dan
mempersyaratkan tujuan
yang berbeda untuk inkuiri
dan seperangkat metode

penyelidikan yang berbeda.

Induktif berisi
nilai(subjektif), holistic dan
berorientasi proses
4. Asumsi penelitian

Berasumsi bahwa tujuan dan

Perilaku terikat konteks

metode ilmun social adalah

dimana halnitu terjadi dan

sama dengan ilmu

kenyataan social tidak

fisik/alamiah dengan jalan

direduksi menjadi variable-


mencari teori yang dites atau

variabel sam a dengan

dikonfirmasikan yang

kenyataan fisik. Berupaya

menjelaskan fenomena.

mencari pemahaman tentang

Deduksitif, bebas-nilai

kenyataan dari segi
perspektif ‘ orang

( objektif), terfokus, dan
berorientasi tujuan


dalam’;menerima
subjektivitas dari peneliti dan
pemeran serta

5. Model penjelasan

Penemuan ‘fakta’ social tidak Upaya generalisasi tidak
berasal dari persepsi subjektif dikenal karenaterikat konteks
dan terpisah dari konteks

dan harus diinterpretasikan
kasus per kasus

6. Nilai

Bergantung pada model

Berargumentasi bahwa


penjelasan hipotetiko

peneliti senantiasa terikat

deduktif dengan memulai

nilai dan peneliti harus

dari teori dari mana hipotesis

eksplisit tentang peranan

ditarik dan di tes dengan

bahwa nilai memegang

menggunakan prosedur yang

peranan dalam sesuatu


ditentukan terlebih dahulu

pilihan inheren dalam ;a)
masalah yang harus
diselidiki, b) metode yang

harus diselidiki, c) cara
menginterpretasi, dan d)
konteks dimana studi itu
berada
7. Alasan penelitian

Menerima nilai peneliti dapat

Induktif, melakukan

berperan dalam

pengamatan dan menarik


permassalahan yang sedang

kesimpulan

diteliti, tetapi penelitian itu
sendiri harus bebas nilai
dengan prosedur khusus yang
dirancang untuk
mengisolasikan dan
mengeluarkan unsur-unsur
subjektif dan mencari
kenyataan objektif
8. Generalisasi

Deduktif- diduksi dari teori

Berasumsi bahwa setiap

tentang apa yang akan


individu , budaya, latar

diamati

adalah unik dan penting
untuk mengapresiasi
keunikan, generalisasi
bergantung pada konteks.

9. Hubungan peneliti dengan
subjek

Berasumsi bahwa cara ini

Peneliti secar aktif

dapat menemukan ‘hukum’

berinteraksi secara pribadi.


yang menambah pada

Proses pengumpulan data

prediksi yang dapat

dapat duibah dan hal itu

dipercaya dan pada control

bergantung pada situasi.

tentang kenyataan/fenomena.

Peneliti bebas menggunakan

Mencari keteraturan dalam

intuisi dan dapat

sampel individ; analisis

memutuskan bagaimana

statistic menyatakan

merumuskan pertanyaan atau

kecenderungan perilaku dan

bagaimana melakukan

kecenderungan sudah cukup

pengamatan. Individu yang

kuat untuk memperoleh nilai

diteliti dapat diberi

praktis

kesempatan agar secara
sukarela mengajukan gagasan
dan persepsinya dan
berpartisipasi dalam analisi
data.

10. Nilai orientasi

Tujuan penelitian adalah

Mempercayau bahwa seluruh

objektivitas; berusaha

kegiatan penelitian terikat

memelihara pandangan

nilai. Tidak menghindari isu

pribadi,

nilai, nilai pribadi dinyatakan

kepercayaan ,’biases’ dari

secara terbuka dan mencoba

pengaruh pengumpulan data

memperagakan nilai yang

dan analisis proses.

terikat pada konteks.

Melibatkan interaksi minimal
dan jika interaksi diperlukan
(wawancara) lalu berusaha
membakukan proses. Peranan
sampel dalam studi adalah
pasif.
11. Studi tentan konteks

Berupaya agar nilai pribadi

Berupaya memahami

bebas dari pengaruh desain

fenomena yang komlpeks

penelitian dan menghindari

dengan jalan mengujinya

usaha membuat keputusan

dalam keseluruhannya dalam

nilai tentang hal-hal yang

konteks. Belum mengetahui

diteliti.

apa yang difokus sampai
studi itu sudah berlangsung;

mengidentifikasikan tema
yang relevan dan pola-pola
(yang meuncul) yang
kemudian menjadi focus
studi. Pengumpulan data
sedikit banyak adalah
kontinyu dan intensif lebih
dari penelitian kuantitatif.
12. Desain

Berupaya memahami

Fleksibel/luwes,

fenomena yang komlpeks

dikembangkan, umum,

dengan jalan menganalisis

dinegosiasikan, sebagai

bagian-bagian komponen

acuan untuk diikuti,

(disebut variable). Setiap

dikhususkan hanya dalam

upaya penelitian menguji

istilah umum sebelum studi

hanya beberapa dari

dilakukan. Tidak

kemungkinan variable yang

mengikutkan intervensi dan

dapat diteliti; konteks situasi

berupaya agar gangguan

diabaikan atau dikontrol.

sesedikit mungkin.

Data dikumpulkan dalam
beberapa interval dan
menfokus pada pengukuran
yang tepat.
13. Metode

Terstruktur, formal,

Historical, etnografis, dan

ditentukan terlebuh dahulu,

studi kasus. Intervensi dan

tidak luwes, dijabarkan

berupaya agar gangguan

secara rinci terlebih dahulu

sesedikit mungkin.

sebelum penelitian dilakukan
dapat diteliti; konteks situasi
diabaikan atau dikontrol.

Data dikumpulkan dalam
beberapa interval dan
memfokus pada pengukuran
yang tepat
14. Hipotesis

Deskriptif, korelasional,

Cenderung untuk mencri dan

perbandingan –kausal, dan

menemukan dan

eksperimen

menyimpulkan hipotesis.
Hipotesis dilihat sebagai
sesuatu yang tentative,
berkembang, dan didasarkan
pada sesuatu studi tertentu.

15. Pengukuran

Hampir selalu mengetes

Prosedur sedikit subjektif;

hipotesis. Hipotesis dilihat

peneliti memiliki

sebagai sesuatu yang khusus,

kemampuan untuk

dapat dites, dan dinyatakan

mengamati dan berinteraksi

sebelum sesuatu studi

dengan manusia lainnya dan

dilakukan.

dengan lingkungan; percaya
bahwa kemampuan manusia
diperlukan untuk
melaksanakan tugas yang
rumit dan terhadap dunia
yang sangat bervariasi dan
yang selalu berubah.

16. Review Kepustakaan

Tujuan pengukuran adalah

Terbatas, sebagai acuan teori,

objektivitas, member makna

dan tidak mempengaruhi

pada scoring dan

studi. Tidak dilakukan untuk

pengumpulan data tidak

mengkaji teori karena dengan

dipengaruhi oleh nilai-nilai

cara ini bukan dengan cara

peneliti, ‘bias’ dan persepsi;

ini bukan mengkaji teori

banyak bergantung pada tes,

tetapi menemikan teori dari

skala dan kuesioner

data.

terstruktur yang dapat
diadministrasikan pada
kondisi baku terhadap
seluruh individu dalam
sampel dan prosedur untuk
scoring data dirinci secara
tepat untuk meningkatkan
kemungkinan terjadinya
bahwa setiap dua skor
memperoleh hasil yang sama.
Akhirnya, baku dan
numerical.
17. Latae Penelitian

Ekstentsif, yang dengan hal

Naturalistic (sebagaimana

itu mempengaruhi studi.

adanya) sejauh mungkin.

Pengkajian teori diperlukan
untuk menemukan konsep,
variable, dan menata
penelitian hipotesis.
18. Sampling

Sejauh mungkin dikontrol

Bertujuan: dimaksudkan

sampling teoritis dan

untuk memilih sejumlah

sampling sebanyak mungkin

‘kecil’, dan tidak harus

digunakan sebagai

representatid; sampel

mempertimbangkan

dimaksudkan untuk
mengarah kepada
pemahaman secara
mendalam.

19. Data

Random/acak: dimaksudkan

Naratif, deskriptif, dalam

untuk memilih dari sejumlah

kata-kata mereka yang

besar indiuvidu dalam

diteliti, dokumen pribadi,

polulasi dimasukan dalam

catatan lapangan, artifak,

sampel yang dianggap

dokumen resmi dan video

mewakili. Hal itu diragukan

tape, transkrip.

untuk mengeneralisasikan
hasilnya kepada polulasi.
Statifikasi, kelompok control,
mengontrol variable
ekstreneus
20. Statregi pengumpulan data

Numeric, variable

Pengumpulan dokumen,

dioperasionalkan, kode

pengmatan berperan

dikuantifikasikan, statistical,

serta( participant

dihitung dan diadakan

observation), wawancara

pengukuran.

tidak terstruktur dan
informal, mencatat lapangan
secara intensif, menilai
artifak.

21. Subjek

Pengamatan terstruktur yang

Ju8mlah subjek penelitian

partisipan, wawancara semi –

kecil teknik sampling

terstruktur dan formal,

bertujuan.

administrasi tes dan
kuesioner, eksperimen,
penelitian servei,
eksperimen-kuasai.
Subjek penelitian berjumlah
besar ; pemilihan secara acak
22. Analisis ndata

Deduktuf, secara statistic .

Induktif, model-model, teori-

teritama menghasilkan data

teori, konsep, metode

numeric yang biasanya

perbandingan tetap. Basanya

dianalisis secara statistic.

data dianalisis secara

Data kasar terdiri dari

deskriptif yang sebagaian

bilangan dan analisis

besar berasal dari wawancara

dilakukan pada akhir

dan catatan pengamatan;

penelitian

catatan dianalisis untuk
memperoleh tema dan polapola yang dideskripsikan dan
diilustrasikan dengan contohcontoh, termsuk kutipankutipan dan rangkuman dari
dokumen; koding data dan
analisis verbal.

23. Interpretasi Data

Kesimpulan dan generalisasi

Kesimpulan adalah tentative,

diformulasikan pada akhir

direview atas dasar sesuatu

penelitian, dinyatakan

yang masih berlangsung,

dengan derajat kepercayaan

sedang generalisasi

tertentu yang ditentukan

diabaikan.

terlebih dahulu.
24. Criteria

Validitas interval-bagaimana

Krediblitas-penelitian

kebenaran ditemukan.

dilakukan sedemikian rupa

Validitas eksternal-

untuk memastikan bahwa

bagaimana penerapan

subjek itu secara secukupnya

temuan-temuan pada latar

diperoleh itu secara

lainnya. Objektivitas-

secukupnya diperoleh dan

bagaimana seharusnya kita

diuraikan. Keteralihan-beban

dapat diyakinkan bahwa

untuk memaparkan

temuan-temuan adalah

penerapan temuan-temuan

reflektif dari subjek daripada

pada latar lainnya tergantung

hasil dari ‘ biases’ para

pada peneliti yang harus

peneliti

mengadakan ‘uraian rinci’
tentang keadaan latar untuk
keperluan penerapan.

25. Frasa Kunci

26. Konsep Kunci

27. Instrument Penelitian

Eksperimental, data numeric,

Deskriptif, naturalistic, dan

empiric, dan statistical,

berorientasi kata

Reliabilitas, variable,

Bermakna, pemahaman

operasionalisasi, hipotesis,

awam, proses, dibangun

validitas, statistical,

secara social, tema,

signifikasi, replikasi.

keabsahan data.

Inventori, kuesioner, skala,

‘Tape recorder’, catatan

skor tes, indicator

lapangan, peneliti adalah
instrument itu sendiri.

28. Masalah

Mengontrol variable,

Memakan waktu, prosedur

validitas

tindakan baku, reliabilitaskeabsahan data.

Dapat disimpulkan secara garis besar perbedaan antara penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif, jika pada penelitian kuantitatif permasalahan yang akan diteliti sudah jelas, realitanya
sudah ada, terukur, menggunakan pola pikir secara deduktif sedangkan dalam penelitian
kualitatif permasalahan yang akan diteliti masih kabur atau belum jelas sehingga masalah yang
diteliti akan berkembang ketika memasuki lapangan, penelitiannya belum terukur, dalam
penelitian menggunakan pola pikir secara induktif. Judul dalam penelitian kuantutatif
kemungkinan besar tidak berubah tetapi pada penelitian kualitatif bisa berubah menyesuaikan
hasil perkembangan penelitian yang dilaksanakan di lapangan.
KONSEP DASAR PENELITIAN KUALITATIF

Metodologi penelitian kualitatif mempunyai konsep dasar/landasan berdasarkan pada
kenyataan yang ada atau fenomenologi pada kehidupan manusia, selain hal tersebut ada landasan
tambahan lainnya seperti interaksi simbolik, kebudayaan, dan etnometodologi yang dapat
dijadikan dasar tambahan dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif judul penelitian
disusun berdasarkan masalah yang telah ditetapkan yang bersifat masih sementara, yang bisa
berubah atau berkembang setelah memasuki lapangan. Judul bisa berubah sesuai dengan keadaan
dilapangan, jika diperlukan judul dapat diganti sesuai dengan hasil studi di lapangan. Pada
penelitian kualitatif landasan teori yang dimiliki peneliti sebaiknya luas, dalam arti peneliti
banyak pengetahuan/ ilmu tentang studi yang akan diteliti sehingga penelitian dapat dihasilkan
secara maksimal, tetapi teori tersebut hanya sebagai pedoman dalam penelitian, sehingga jika
terjadi perbedaan yang mendasar antara pedoman dengan realitas dilapangan maka peneliti
dituntut untuk dapat berkretifitas berdasarkan data yang terjadi di lapangan. Peneliti dalam
penelitian kualitatif harus bersifat ‘perspektif emic’ yang mengandung arti memperoleh data
bukan sebagaimana seharusnya. Bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi
berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan. Teknik pengambilan sampel ditentukan pada saat
memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung . caranya yaitu peneliti memilih orang
tertentu dengan criteria tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan datga yang diperlukan,
selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnyaitu, peneliti
dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.
Instrument yang digunakan penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, tetapi setelah focus
penelitian menjadi focus atau jelas maka kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian
sederhana yang diharapkan dapat melengkapai data dan membandingkan dengan data telah
ditemukan melalui observasi dan wawancara. Untuk teknik pengumpulan data pada penelitian
kualitatif dilakukan untuk mendapatkan data yang dianggap perlu, pengumpulan data dapat
dilakukan dengan cara observasi, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, triangulasi/
gabungan dan dalam pengumpulan data ini dilakukan secara terus menerus sampai datanya
jenuh. Teknik dalam menganalisi data dalam penelitian kualitatif belum begitu jelas / fleksibel,
analisis data kualitatif adalah bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Anasisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai lapangan.
Secara garis besar tahapan penelitian kualitatif dimulai dari pemilihan situasi social (tempat,

orang, dan aktivitas) kemudian melaksanakan observasi partisipan, mencatat hasil observasi dan
wawancara, melakukan observasi deskriptif, melakukan analisis, penulisan laporan.
I.

JUDUL PENELITIAN
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU KELAS 3 SD NEGERI
PEJENGKOLAN KECAMATAN PADURESO KABUPATEN KEBUMEN TAHUN
2011

I.

RUMUSAN MASALAH/ FOKUS PENELITIAN :
1. Apa saja media pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas 3 SD Negeri.
Pejengkolan Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen Tahun 2011.
2. Bagaimanakah guru dalam menggunakan media pembelajaran oleh guru kelas 3 SD
Negeri Pejengkolan Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen Tahun 2011.
3. Alasan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran .
4. Proses penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
5. Manfaat penggunaan media pembelajaran.
6. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap media yang yang digunakan oleh guru .
7. Bagaimanakah tanggapan rekan guru terhadap media yang digunakan oleh guru kelas 3
SD Negeri Pejengkolan Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen Tahun 2011.
8. Bagaimana tanggapan kepala sekolah SD Negeri Pejengkolan terhadap media yang
digunakan .

I.

TUJUAN PENELITIAN :
1. Menemukan pola/ koherensi tentang penggunaan media pembelajaran oleh guru kelas 3
di SD Negeri Pejengkolan Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen Tahun 2011.

2. Menggambarkan proses dalam penggunaan media pembelajaran oleh guru kelas 3 di
SD Negeri Pejengkolan Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen Tahun 2011.
I.

TEORI ACUAN
A. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media diartikan sebagai alat (2000:
726). Dari sumber internet diketahui bahwa kata media berasal dari bahasa latin yang
merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “pengantar atau
perantara”, dengan demikian dapat diartikan bahwa media merupakan wahana
penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.Media pendidikan adalah alat dan
bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran (2000:
726).Kaitannya dengan pembelajaran, maka media pembelajaran adalah media yang
digunakan dalam PBM.
Media menurut Brings (1970) adalah ”Segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar”. Media/alat peraga merupakan
alat pembantu pengajaran yang mudah memberi pengertian kepada peserta didik.
Media pengajaran merupakan bagian dari sumber pengajaran yang digunakan sebagai
perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektifitas dan
efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana,
2001: 262).
Gagne dan Reisen dalam buku Strategi Belajar Mengajar (Mulyani Sumantri
2001:150) mendefinisikan media pengajaran sebagai ”Alat fisik dimana pesan-pesan
instruksional dikomunikasikan.” Jadi seorang instruktur, buku cerita, pertunjukan
film, atau tape recorder, dan lain-lain peralatan fisik yang mengkomunikasikan pesan
instruksional dianggap sebagai media.
Dinje Bowman Rumupuk dari buku Strategi Belajar Mengajar (Mulyani
Sumantri 2001 : 153) mendefinisikan ”Media pengajaran sebagai setiap alat, baik
software maupun hardware yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang

tujuannya untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar.” Dari dua definisi
media pengajaran yang dikemukakan di atas dapat dipelajari bahwa media pengajaran
adalah segala alat pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk
menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga
memudahkan pencapaian tujuan pengajaran tersebut.
Secara umum media pembelajaran dapat diklasifikasikan dalam empat
golongan yaitu:
1. Media Audio
Adalah media yang dapat diterima dengan indera pendengar. Contoh: tape
recorder, radio.
2. Media Visual
Adalah media yang dapat diterima dengan indera penglihat. Contoh: media
grafik, gambar-gambar, atau benda asli dan benda tiruan.
3. Media Audio Visual
Adalah media yang dapat diterima dengan indera pendengar dan indera
penglihat. Contoh: televisi, suara dengan foto, suara dengan slide, video.
4. Multimedia
adalah media yang berasal dari sumber animasi computer.
B. Tujuan Penggunaan Media Pengajaran
Secara umum tujuan penggunaan suatu media yaitu untuk membantu guru
menyampaikan pesan-pesan secara mudah kepada peserta didik, sehingga peserta
didik dapat menguasai pesan-pesan tersebut secara tepat dan akurat.
Sedangkan secara khusus media pengajaran digunakan dengan tujuan sebagai
berikut :

1. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep,
prinsip, dan ketrampilan tertentu. Dengan menggunakan media yang paling tepat
untuk karakteristik bahan ajar.
2. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih
merangsang minat peserta didik untuk belajar.
3. Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi, karena peserta
didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.
4. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik. ( Mulyani
Sumantri 2001 : 153 )
C. Fungsi Media Pengajaran
Media pengajaran sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk mengantarkan
atau menyampaikan pesan,
Secara umum media berfungsi sebagai :
1. Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar.
3. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat
mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme.
4. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
5. Mempertinggi mutu proses pengajaran. ( Mulyani Sumantri 2001 : 154)
Levie and Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran khususnya
media visual, yaitu:
1. Fungsi Atensi
Yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkosentrasi kepada isi
pelajaran.
2. Fungsi Afektif
Yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

3. Fungsi Kognitif
Yaitu memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan.
4. Fungsi Kompensatoris
Yaitu untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat dalam menerima
dan memahami isi pelajaran yang disajikan secara verbal.
Dari berbagai fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa media sangat
bermanfaat dalam proses belajar mengajar guna memperdalam pemahaman siswa
terhadap materi yang dipelajarinya. Selain untuk siswa, media juga bermanfaat
bagi guru.
Adapun uraian manfaat media secara lebih rinci yaitu sebagai berikut:
1. Memudahkan belajar siswa dan memberi kemudahan mengajar bagi siswa,
2. Membantu mewujudkan pengajaran konsep dan tema pengajaran yang abstrak
dalam bentuk konkret,
3. Membantu jalannya pelajaran tidak monoton dan tidak membosankan,
4. Membantu semua indra siswa secara aktif dan turut berproses, sehingga
kelemahan siswa dalam salah satu indra dapat diimbangi oleh kekuatan indra
lainnya,
5. Membantu meraih minat siswa dan memberikan motivasi dalam penyajian
pelajaran,
6. membantu mendekatkan dunia teori dengan dunia realistis.
D. Alasan Penggunaan Media
Penggunaaan media pengajaran bertitik tolak pada dua hal berikut, yaitu :
1. Belajar Merupakan Perubahan Perilaku,menurut Mulyani Sumantri 2001 : 155
menyatakan bahwa:

Perubahan perilaku terjadi akibat adanya suatu proses yang diawali dengan
adanya rangsangan yang kemudian diolah menjadi persepsi. Untuk
menanggulangi hambatan terbentuknya persepsi harus diupayakan suatu bentuk
alat bantu yang memudahkan atau mengurangi hambatan-hambatan penguasaan
kemampuan peserta didik.
2. Belajar Merupakan Proses Komunikasi
Mulyani Sumantri (2001: 155) ’’Proses komunikasi adalah proses penyampaian
pesan dari sumber ke penerima. Media digunakan untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan hambatan-hambatan tersebut.”
E. Prinsip-Prinsip Pemilihan Suatu Media
Dalam proses pengajaran hendaknya seorang guru menggunakan media
pengajaran yang sesuai agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan optimal.
Adapun prinsip-prinsip pemilihan media meliputi:
1. Memilih media harus berdasarkan pada tujuan pengajaran dan bahan ajar yang akan
disampaikan.
2. Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
3. Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru, baik dari
pengadaannya maupun penggunaannya.
4. Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu,
tempat, dan situasi yang tepat.
5. Memilih media harus memahami karakteristik dari media itu sendiri.
( Mulyani Sumantri 2001 : 156 )
Sedangkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih media pengajaran
adalah :
1. Objektifitas yaitu pemilihan suatu media tidak didasarkan karena kesukaan pribadi
atau sekedar hiburan, sehingga menghiraukan kegunaan dan relevansinya dengan
bahan ajar dan karakteristik peserta didik.

2. Program pengajaran artinya dalam memilih media harus disesuaikan dengan
program pengajaran, karena tidak semua media dapat digunakan untuk semua
program pengajaran.
3. Situasi dan kondisi artinya pemilihan media harus disesuaikan dengan situasi belajar
mengajar yaitu disesuaikan dengan metode mengajar, materi pelajaran, serta
lingkungan sekolah dan kelas.
4. Kualitas teknik yaitu kesiapan operasional media sebelum digunakan, misalnya
untuk video compact disk apakah kondisinya masih bagus atau sudah rusak.
5. Keefektifan dan efisien penggunaan artinya penggunaan media bukan semata-mata
karena melaksanakan salah satu komponen-komponen tetapi apakah media itu
betul-betul berguna untuk memudahkan pemahaman peserta didik. ( Mulyani
Sumantri 2001 : 156 )
Kesimpulan dari uraian media pembelajaran, maka media pembelajaran
merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
F. Pengertian Guru
Menurut undang-undang guru dan dosen pasal satu, Guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
G. Tugas guru dalam proses pendidikan
Tugas guru dalam proses pendidikan antara lain sebagi beikut
1. Guru sebagai sumber belajar
Maksudnya adalah peran guru dalam kaitannya dengan penguasaan materi
pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi
pelajaran dengan baik.
2. Guru sebagai falilitator

Maksud guru sebagai fasilitator adalah perannya dalam memberikan
pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran
3. Guru sebagai pengelola
Guru sebagai pengelola pembelajaran berusaha menciptakan ikllim belajar
yang memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal. Melalui pengelolaan
yang baik guru dapat menjagakelas agr tetap kondusif untuk proses belajar siswa.
4. Guru sebagai demonstrator
Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk
mempertunjukan kepada siswa yang berkaitan denang materi sehinga dapat
membuat siswa lebih mengreti tentang materi yang diajarkan oileh guru.
5. Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing maksudnya peran guru agar dapat mengarahkan
siswanya untuk dapat menemukan potensi yang dimilikinya sebagai bekal dalam
hidupnya, berusaha membimbing siswa supaya mencapai perkembangan yang
maksimal sebagai manusia yang menjadi harapan oleh orang tuannya,
masyarakat dan bangsa.
6. Guru sebagai motivator
Guru memberikan motivasi suapaya proses pembelajaran yang terjadi dapat
berhasil degnan maksimal, siswa yang rendah nilainya belum tentu bodoh maka
tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga prestasinya dapat
optimal
7. Guru sebagai evaluator
Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan

Jadi dari pengertian guru dan tugas-tugasnya maka dapat disimpulkan bahwa
guru SD adalah, guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,dalam pendidikan dasar.

ARGUMEN BAHWA PENELITIAN KUALITATIF ADALAH ILMIAH
Secara umum penelitian bertujuan untuk menguji, menemukan teori baru, atau untuk
menemukan sebuah jawaban. Pada Penelitian kualitatif dikatakan ilmiah jika penelitian
tersebut memenuhi kebenaran secara ilmiah. Penelitan kualitatif dikatakan ilmiah karena
dalam penulisannya secara sistematis menggunakan acuan baku yang telah disepakati.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah untuk mencari jawaban yang masih belum
jelas atau samar-samar, sehingga pada penelitian kualitatif langkah-langkah yang
digunakan dalam mencari jawabannya harus dengan pertanyaan-pertanyaan logis / masuk
akal sehingga jawabannya juga logis. Oleh karena itu penelitian kualitatif dapat ilmiah jika
dalam dalam proses penelitan tersebut ada data pembandingnya sehingga lebih objektif
(triangulasi), selain itu dalam proses pengumpulan data harus objektif, pencarian data harus
sampai pada titik jenuh (ajeg/sama) dan tidak ragu ragu dalam pengambilan keputusan
yang dianggap perlu dengan mempertimbangkan fakta-fakta yang didapat dari lapangan.
Disamping itu dalam penelitian kualitatif juga menggunakan teori acuan yang digunakan
untuk pedoman dalam proses penelitian, pedoman ini semata-mata digunakan untuk acuan
sehingga tidak harus sama antara teori dengan hasil penelitian. Hasil penelitian kualitatif
juga dapat digeneralisasikan seperti pada penelitian kuantitatif jika focus penelitian sama
atau mirip dengan hasi penelitian yang telah dilakukan di tempat lain.

CARA MENENTUKAN TOPIK DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Untuk menentukan topic penelitian kualitatif antara lain sebagai berikut :
1. Cari/ tentukan focus penelitian (dalam hal ini permasalahan yang akan diangkat oleh
peneliti untuk diteliti).
2. Setelah menenemukan focus penelitian langkah selanjutnya adalah mencari factor-faktor
yang mempunyai kaitan dengan focus penelitian yang akan diteliti.
3. Setelah mengkaitkan factor-faktor , langkah selanjutnya adalah memilih factor yang
dianggap cocok oleh peneliti untuk diadakan penelitian lebih mendalam.
4. Setelah itu kaitkan secara logis factor-faktor subfokus yang akan dipilih dengan focus
penelitian.
FUNGSI TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Menurut Snelbecker dalam Moleong (1988) mendefinisikan teori sebagai seperangkat
proporsi yang berinteraksi secara sintaksi yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat
dihubungkan secara logis dengan lainnya sebagai wahana untuk meramalkan dan
menjelaskan fenomena yang diamati. Dari segi fungsi teori ada dua pendapat yang
dikemukakan yang pertama menurut Selbecker(1974: 28-31) dalam Moelong (1988)
menyatakan ada empat fungsi teori yaitu:
1. Mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian.
2. Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis membimbing
peneliti mencari jawaban-jawaban.
3. Membuat ramalan atas dasar penemuan.
4. Menyajikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan mengapa.
Menurut Glaser dan Strauss (1967: 3) dalam Moleong fungsi teori antara lain;
1. Memberikan kesempatan untuk meramalkan dan menerangkan perilaku.
2. Bermanfaat dalam menemukan teori sosiologi.

3. Dapat dgunakan dalam aplikasi praktis –peramalan.
4. Memberikan perspektif bagi perilaku yaitu pandangan yang harus di saring dari data.
5. Membimbing serta menyajikan gaya bagi peneliti dalam beberapa bidang perilaku.
Jadi dapat disimpulkan fungsi teori dalam penelitian kualitatif adalah untuk menjadi
pedoman dalam penelitian tetapi bukan untuk dibuktikan dalam hipotesis melainkan sebagai
pedoman. Disamping itu fungsi teori digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena yang terjadi dalam proses penelitian.
Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif menanyakan atau ingin
mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi atau asosiasi antar variabel, atau kadar satu
variabel dengan cara pengukuran, sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin
mengetahui tentang makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan
latar sosial yang diteliti.
Sumber : http://bacindul.blogspot.com/2012/10/makalah-penelitian-kuantitatifdan.html#ixzz2QbvTenGI