Pemban gunan Hutan Tanaman Sengon

Karya Ilmiah

KARYA ILMIAH

ANALISIS PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN
KELAS PERUSAHAAN KAYU SENGON (Paraserianthes
falcataria) DI IUPHHK-HT PT GUNUNG MERANTI
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh:
Dr. Ir. Wahyudi, MP.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2013

Karya Ilmiah


Karya Ilmiah

ANALISIS PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN
KELAS PERUSAHAAN KAYU SENGON (Paraserianthes
falcataria) DI IUPHHK-HT PT GUNUNG MERANTI
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh:
Dr. Ir. Wahyudi, MP.

Karya Ilmiah

KATA PENGANTAR

Karya Ilmiah berjudul Analisis Pembangunan Hutan Tanaman Kelas
Perusahaan Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria) di IUPHHK-HT PT
Gunung Meranti Provinsi Kalimantan Selatan ditulis berdasarkan
pengalaman penulis bekerja di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT
Gunung Meranti. Peneliti melakukan penelitian dan evaluasi tanaman
HTI secara keseluruhan, sehingga data yang diperoleh merupakan

gambaran komprehensip tentang keadaan umum tanaman sengon di
HTI tersebut.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu terlaksananya penelitian ini, terutama Manager Camp HTI
PT Gunung Meranti yang memberi bantuan penuh dalam pengambilan
data primer dan sekunder.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.

Peneliti/Penulis.

Karya Ilmiah

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan..........................................................
Daftar Isi..............................................................................
Daftar Tabel.........................................................................

i

ii
iii

I.

PENDAHULUAN....................................................................
A. Latar Belakang................................................................
B. Maksud dan Tujuan.........................................................

1
1
3

II.

TINJAUAN PUSTAKA..............................................................
A. Tanaman Sengon............................................................
B. Pertumbuhan Tanaman...................................................

4

4
7

III.

KEADAAN UMUM.................................................................
A. Letak dan Luas................................................................
B. Tanah dan Geologi..........................................................
C. Kesesuaian Lahan...........................................................
D. Topograf.........................................................................
E. Iklim................................................................................
F. Kondisi Penutupan Lahan.................................................
G. Kondisi Sosial Ekonomi...................................................

11
11
11
11
12
12

13
13

IV.

METODOLOGI PENELITIAN...................................................
A. Tempat dan Waktu..........................................................
B. Bahan dan Alat...............................................................
C. Prosedur Penelitian.........................................................
D. Analisis Data...................................................................

14
14
14
15
15

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................

A. Hasil Penelitian................................................................
B. Pembahasan...................................................................

18
18
19

VI. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................
A. Kesimpulan.....................................................................
B. Saran...............................................................................

23
23
23

DAFTAR TABEL

Karya Ilmiah

Nomor

Halaman
Teks
1.

Analisis keragaman regresi dua variabel............................

17

2.

Data diameter (d), tinggi bebas cabang (tbc) dan tinggi
Pucuk (tp) tanaman sungkai umur 5 dan 10 tahun.............

18

I. PENDAHULUAN

Karya Ilmiah

A. Latar Belakang

Departemen Kehutanan melalui Kantor Wilayah Departemen Kehutanan
Propinsi Kalimantan Selatan, pada tahun 1990, merencanakan untuk
membangun dan mengusahakan HTI di wilayah Kecamatan Muara Uya,
Upau, Haruai dan Murung Pudak Kabupaten Tabalong dan Kecamatan
Halong, dan Juai Kabupaten Hulu Sungai Utara (sekarang menjadi Kabupaten
Balangan) Propinsi Kalimantan Selatan (Dephut, 1990).

Peluang ini

kemudian diambil oleh PT Gunung Meranti berdasarkan pada Surat
Keputusan Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (Ditjen RRL)
Nomor 1419/V-HTI/1990 tanggal 5 Desember 1990.
Dengan semakin meningkatnya angka kerusakan hutan alam dan
menurunnya kualitas lingkungan

hidup serta semakin

menyempitnya

kawasan hutan alam produksi yang menyuplai kayu bulat untuk penghara

industri pengolahan kayu, maka pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI)
mulai digalakkan pemerintah sejak tahun 80-an.

Prioritas pembangunan

ditujukan pada kawasan hutan yang telah menjadi lahan kosong dan tidak
produktif dengan atau tanpa penyertaan modal pemerintah, menggunakan
Dana Reboisasi dengan bunga nol persen (0%) atau tidak sama sekali (HTI
Murni).

Pada

perkembangan

selanjutnya

pemerintah

tidak


lagi

menggunakan dana DR untuk menunjang pembangunan HTI. Pembangunan
HTI bertujuan untuk menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam
negeri guna meningkatkan nilai tambah (added value) dan perolehan devisa,
meningkatkan produktiftas lahan, perbaikan kualitas lingkungan hidup serta
memperluas lapangan pekerjaan.

Karya Ilmiah

PT Gunung Meranti mengembangkan kelas perusahaan kayu Sengon
(Paraserianthes falcataria) untuk mendukung penyediaan bahan baku kayu
bagi industri terkait sahamnya, yaitu PT Gunung Meranti Raya Plywood dan
PT Ata Surya yang bergerak pada industri pengolahan kayu (Wood working).
Pada beberapa tempat juga ditanam jenis Sungkai (Peronema canescens)
dan Balsa (Ochroma bicolor).
Pembangunan HTI di Indonesia merupakan kegiatan prioritas dan tidak
dapat ditunda-tunda lagi karena potensi hutan alam produksi yang semakin
menurun sementara kebutuhan akan kayu bulat semakin meningkat.
Kebutuhan kayu bulat berdasarkan kapasitas produksi industri terpasang di

Propinsi Kalimantan Selatan sekitar 3,2 juta m3 per tahun sementara
kemampuan produksi kayu bulat

hutan produksi pada tahun 1990 hanya

sebesar 800.000 m3 dan terus menurun hingga ditetapkan kuoto produksi
kayu bulat Propinsi Kalimantan Selatan sebesar 60.000 m 3 per tahun pada
tahun 2003.

Sementara itu luas lahan kritis di Kalimantan Selatan tahun

2005 telah mencapai 550.000 Ha. Kerusakan hutan dan konversi lahan terus
terjadi sepanjang tahun.

Data ini menunjukkan bahwa pembangunan HTI

mutlak dilakukan apabila kita masih menghendaki sektor kehutanan tetap
berperan dalam penyumbang devisa negara dan penyerap tenaga kerja.
Penelitian yang mengkaji pertumbuhan tanaman sengon serta hasil yang
diperoleh sangat perlu dilakukan agar para stakeholder khususnya para
pengusaha berminat menanamkan modalnya dalam pembangunan HTI kelas
perusahaan kayu sengon.

Karya Ilmiah

B. Tujuan
Tujuan penelitain ini adalah mengetahuan pertumbuhan tanaman sengon
pada umur 4 dan 6 tahun di HTI PT Gunung Meranti Provinsi Kalimantan
Selatan, serta mengetahui perolehan kubikasi pada umur tersebut.
C. Manfaat
Makalah ini diharapkan bermanfaat, khususnya bagi stakeholder, sebagai
bahan

pertimbangan

dan

pelajaran

dalam

membangun

dan

mengembangkan Hutan Tanaman Industri kelas perusahaan kayu Sengon
(Paraserianthes falcataria) pada waktu yang akan datang agar kegagalan
serupa tidak terjadi kembali.

Karya Ilmiah

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Sengon
Tanaman Sengon termasuk jenis Intoleran yang memerlukan
penyinaran langsung dalam pertumbuhannya. Daun Sengon yang
berwarna kekuning-kuningan dan atau ukurannya yang mengecil
disebabkan

oleh

tingkat

Transpirasi

(penguapan)

yang

lebih

tinggi dibanding ab sorbsi air oleh akar-akarnya.
Akar tunggang Sengon cukup kuat menembus ke dalam tanah
yang berkorelasi terhad ap besarnya pohon. Akar rambut tidak
terlalu besar, tidak rimbun, tidak semrawut dan tidak menonjol
ke

rambut

berbentuk

tersebut
bintil

dapat

akar

mengikat

sehingga

Nitrogen

dapat

dari

udara

menyuburkan

tanah

disekitarnya.
Bunga berbentuk mulai yang berukuran kecil sekitar 0,5-1
Cm.

Berwarn a

putih

kekuningan

dan

sedikit

berbulu.

Setiap

kuntum bunga yang mekar berisi bunga jantan dan betina dengan
penyerbukan dibantu oleh angin dan atau serangga.
Buah berbentuk polong, pipih, tipis dengan panjang antara 6 12 Cm. Setiap polong berisi 15-30. Biji tersebut akan dapat lepas
bila buah masak. Bentuk biji mirip perisai kecil dan bila sudah
tua akan berwarna coklat kehitaman, keras dan berlilin.

Karya Ilmiah

2. Kegunaan Tanaman
Tan aman Sengon baik untuk reb oisasi dan mencegah erosi
karena sistem perakarannya yang cukup kuat.
Kayu Sengon mempunyai berat jenis (BJ) 0,33, kelas awet IV-V
dan kelas kuat IV-V pu1a kayu Sengon dapat digunakan untuk
tiang

bangunan,

tangkai

dan

papan,

kotak

peti,

korek

perabot

api,

pulp,

rumah

kertas,

tangga,
kayu

pagar,

bakar

dan

sebagainya.
Sejak awal abat 19 banyak para ahli telah tertarik pada kayu
Sengon
besar,

karena

sifat-sifatnya

berwarna

putih

yang

segar.

ringan,

Peti-peti

agak

teh

padat,

yang

agak

diterima

di

Rotterdam tahun 1973 sekitar 30% berasal dari kayu Sengon dan
55%

triplek.

menggunakan

Pabrik

korek

Sengon

api

muda.

pertama
Tahun

di

1897

Semarang
Van

juga

Romburgh

mengatakan bahwa kayu Sengon baik untuk pembuatan kertas
yang

kualitasnya

sama

dengan

kayu

populir.

Pohon

Sengon

berumur 4-5 tahun dengan kadar air 10,6% mengandung selulosa
sekitar 49, 7 % pada kayunya.

3. Tempat Tumbuh
Pada umumnya Sengon dapat tumbuh di segala tan ah, namun
terbukti baik pada tan ah Regusol, Alucial dan Latosol. Tan ah

Karya Ilmiah

tan ah

tersebut

bertekstur

lempung

berpasir

atau

lempung

berdebu dengan kemasaman (pH) sekitar 6 samp ai 7. Bila tanah
terlalu masam garam Aluminium akan terlarut di dalamnya yang
dapat

membuat

meningkatkan

tanaman

pH

tanah

menjadi

dapat

kerdil.

dilakukan

Usaha

dengan

untuk

pengapuran

sekitar 2 bulan sebelum tanam. Kebutuhan kapur sekitar 0,5-1
Ton/Ha

tergantung

tingkat

kemasamannya.

Pada

tanah

yang

terlalu basah garam Mangaan (Mn) tidak dapat terserap tanaman
yang dicirikan mengecilnya dan kurusnya daun Sengon.
Sengon dapat tumbuh pada ketinggian 0 sampai 1500 meter
dpl dengan suku udara antara 18 samp ai 27o C Tan aman Sengon
memerlukan batas curah hujan minimum yang sesuai yaitu 15
hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu
basah. Kelembapan yang dibutuhkan sekitar 50%-75%
4. Pengadaan Bibit
Pada

umumnya

mempergunakan
berasal

dari

tanaman

benih.

induk

Benih

yang

baik.

Sengon

yang

diperbanyak

baik

Ciri-ciri

adalah

benih

dengan

benih

yang

baik

yang
dan

bermutu adalah:
1.

Benih berasal dari buah yang telah masak f siologis, yang
berciri permukaan kulit bersih, gelap dan mengkilap.

2.

Bentuk

dan

ukuran

benih

serag am.
3.

Benih harus baik dan sehat.

Sengon

harus

Karya Ilmiah

4.

Benih telah diekstraksi dengan baik.

5.

Makin lama benih disimpan, akan makin turun kualitasnya.
Langkah-langkah pembuatan benih Sengon yang baik adalah

Ekstraksi

benih,

penampian,

pensortiran,

perendaman,

penjemuran, penyimpanan, penyemaian.
Ekstraksi benih adalah memisahkan biji dengan bagian buah
yang

lain.

Penampian

berguna

untuk

menyeleksi

benih

dari

kotoran. Pensortiran berguna untuk memisahkan benih bermutu
dengan benih-benih yang cacat, kosong rusak dll. Perendaman
berguna untuk menyeleksi lebih lanjut benih bermutu. benih
yang baik akan tenggelam sedangkan yang jelek akan terapung
dan melayang. Penjemuran benih dilakukan 2-3 hari dalam sinar
langsung.
Penyimpanan dilakukan pada kelembap an dan suhu rendah
dalam ruang tertutup. Sebelum ditutup dapat pula diberi abu dan
atau pestisida seperti M-45, Sevin, Agrosan, Ceresan, Gard on dll.
Letakkan kotak benih dalam tempat yang kering dan teduh
Sebelum disemaikan, benih Sengon direndam dulu dalam air
bersuhu 80 0 C selama 15-30 menit lalu direndam dalam air dingin
selama 24 jam. Penyemaian dapat dilakukan di polly bag atau
langsung disemaikan ke tan ah.

B. Pertumbuhan Tanaman
Faktor luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah:

Karya Ilmiah

1. Cahaya matahari
Cahaya
(photosyntesis),

matahari
yang

memberi

dilakukan

energi

pada

pada

proses

organ-organ

fotosintesis

tanaman

yang

mengandung zat hijau daun (kloropil) dengan menggunakan karbondioksida
(CO2) dari udara dan air (H2O) dari tanah.

Proses ini menghasilkan

karbohidrat (C6H12O6) dan gas Oksigen (O2) yang dilepas ke udara.
Karbohidrat (C 6H12O6) sebagai energi potensial disimpan dalam tubuh
tanaman dan dapat dipergunakan untuk menjalankan proses metabolisme.
Pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan energi dilakukan melalui proses
pernapasan (respiration).

Menurut Sutejo dan Kartasapoetra (1991), satu

molekul karbohidrat (C6H12O6) dioksidasi dengan 6 molekul oksigen (O 2)
menghasilkan 6 molekul karbondioksida, 6 molekul air dan 674 kalori. Kalori
inilah yang dipergunakan untuk menjalankan metabolisme tumbuhan.
2. Air
Jumlah kandungan air di udara dapat menentukan kelembapan udara. Air
(H2O) merupakan komponen utama dan merupakan 70-90% dari seluruh
berat tumbuhan.

Air merupakan media bagi pertukaran zat dan reaksi

biokimia serta berperan penting dalam proses fsiologi tumbuhan.

Air

diperlukan untuk proses translokasi, mengatur suhu tumbuhan dan dapat
mengeliminasi zat racun dalam tubuh tanaman (Soemarwoto, 1991).
Air yang dipergunakan tumbuhan dalam proses fotosintesa diambil dari
tanah melalui perakaran.

Menurut Lee (1990) air tanah pada zone

perakaran berasal dari proses infltrasi (infiltration) melalui pori-pori tanah.

Karya Ilmiah

Air yang mengalami infltrasi berasal dari air lolos, aliran batang dan aliran
permukaan, yang semuanya berasal dari curah hujan (precipitation).
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (1991) keberadaan air dalam tanah
pada zone perakaran sangat tergantung pada tekstur tanah, yaitu komposisi
penyusun tanah berdasarkan besar kecil partikel-partikel penyusunnya
(pasir, liat dan debu). Tanaman yang kelebihan atau kekurangan air dapat
mengalami gangguan pertumbuhan sampai pada kematian.
3. Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor pembatas dalam pertumbuhan
tanaman.

Setiap jenis tanaman mempunyai relung temperatur tertentu

untuk menjalankan proses metabolisme.

Temperatur yang terlalu rendah

atau tinggi dapat mengganggu pertumbuhan dan kehidupan tanaman.
Tanaman jenis akasia mangium dan jabon memerlukan kisaran suhu
antara 18-34oC (Deptan, 1980a), tanaman sungkai hidup baik pada suhu 2134oC (Hatta, 1999), tanaman sengon mampu tumbuh pada suhu 18-27 oC
(Dephut, 1998) dan tanaman meranti memerlukan suhu yang lebih rendah
pada awal pertumbuhannya kemudian mampu hidup pada suhu yang lebih
tinggi di daerah tropis (Mc Kinnon et al, 2000).
4. Unsur Hara
Unsur hara adalah ion atau molekul tertentu yang diserap tanaman untuk
keperluan kegiatan fsiologisnya. Contoh ion yang diserap adalah K +, Ca2+,
NO-3, SO4-2 dan molekul yang diserap adalah O 2, CO2, H2O.
Menurut Dephutbun (1998), unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman dibagi menjadi dua kelompok, yaitu unsur makro dan

Karya Ilmiah

unsur mikro.

Unsur hara makro diperlukan dalam jumlah banyak, seperti

Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Pospor (P), Belerang
(Sulfur/S), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Sedangkan unsur
mikro diperlukan dalam jumlah sedikit namun bila kekurangan dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman.

Pada umumnya unsur hara mikro

merupakan zat katalisator yang dapat membantu proses persenyawaan
kimia tanaman. Unsur hara mikro terdiri dari Besi (Ferum/Fe), Mangan (Mn),
Seng (Zn), Tembaga (Cuprum/Cu), Borium (Bo), Clorida (Cl), Silisium (Si),
Natrium (Na), Kobalt (Co), Molybden (Mo).

Karya Ilmiah

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Luas
HTI PT Gunung Meranti terletak di kawasan hutan produksi dengan
koordinat 08o42’ – 08o51’ BT dan 01o53’ – 02o06’ LU dan berada dalam Sub
Das Tabalong.

Berdasarkan administrasi pemerintahan, HTI PT Gunung

Meranti terletak di Kecamatan Muara Uya, Upau, Haruai dan Murung Pudak
Kabupaten Tabalong serta Kecamatan Halong dan Juai Kabupaten Balangan,
Propinsi Kalimantan Selatan.
Luas pencadangan areal HTI sebesar 30.000 Ha yang diawali dengan Ijin
Percobaan Penanaman (IPP) seluas 5.000 Ha.
B. Jenis Tanah dan Geologi
Berdasarkan klasifkasi tanah dari Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983)
dan padanannya menurut USDA Soil Taxonomy (1987), tanah di HTI PT
Gunung Meranti didominasi Posolik merah kuning. Secara keseluruhan jenis
tanah di areal HTI PT Gunung Meranti terdiri dari 3 group tanah yaitu
Dystropept, Tropaquepts dan Hapludults dengan sifat dan asal bahan induk
seperti tersaji dalam Tabel 2 berikut ini.
C. Kesesuaian Lahan
Berdasarkan sistem FAO (1974), kesesuaian lahan di areal HTI PT Gunung
Meranti hanya pada kelas S3 dan N, tidak ada yang mempunyai kelas S1

Karya Ilmiah

atau S2. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor pembatas antara lain
tingkat kesuburan tanah yang rendah, drainase yang jelek, permeabilitas
lambat yang dapat menggangu perkembangan akar tanaman, adanya
genangan air, adanya topograf berbukit dan sifat tanah yang asam.
Kelas S3 ditandai dengan batas amang sesuai (Marginally suitable) dan
adanya faktor pembatas yang serius, sehingga mengurangi produktiftas dan
keuntungan atau menambah masukan (input). Kelas N berarti tidak sesuai
(Not suitable).

Lahan dengan kelas N mempunyai faktor pembatas yang

sangat serius sehingga pengelolaan yang diterapkan tidak akan memberi
hasil yang baik.
D. Topograf
Kondisi topograf HTI PT.Gunung Meranti berdasarkan Peta Jato AD tahun
1927 Blad XXVI-63 Skala 1:100.000 adalah datar sampai berbukit.
selengkapnya tersaji pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 1. Kelas kelerengan lahan di areal kerja HTI PT Gunung Meranti
Kelas Kelerengan
0 – 8%
9 – 15%
16 – 30%

Uraian
Ha

%

Datar sampai berombak

15.170

50,6

Berombak

10.430

34,7

4.400

14,7

30.000

100

sampai

bergelombang
Bergelombang
berbukit
Jumlah

E. Iklim

Luas

sampai

Data

Karya Ilmiah

Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.382 mm dengan rata-rata hari
hujan pertahun 129 hari.

Menurut klasifkasi iklim Schmidt dan Ferguson

(1951) yang mendasarkan pada rata-rata bulan kering dengan rata-rata
bulan basah, maka areal HTI PT Gunung Meranti termasuk pada tipe iklim A.
F. Kondisi Penutupan Lahan
Sebelum pembangunan HTI dilakukan, kondisi penutupan lahan terdiri
dari padang alang-alang (37,7%), semak belukar (15,1%),
produktif dan lahan kosong (14,7%).
masyarakat

setempat

sebagai

hutan tidak

Sebagian areal telah dipergunakan

kampung,

sawah,

ladang,

kebun

dan

perkebunan karet rakyat (26,5%).
Jenis tanaman yang telah terdapat di areal HTI PT Gunung Meranti adalah
Meranti (Shorea spp), Merawan (Hopea spp), Keruing (Dipterocarpus spp),
Sungkai

(Peronema

canescens),

Laban

(vitex

pubescens),

Ulin

(Eusideroxylon zwageri) dan lain-lain.
G. Kondisi Sosial Ekonomi
Jumlah penduduk di Kabupaten Tabalong adalah 138.601 KK yag tersebar
di 11 Kecamatan dengan kerapatan rata-rata 35 jiwa per km 2.

Laju

pertumbuhan penduduk sebesar 0,92% per tahun. Kecamatan paling padat
penduduk adalah Kecamatan Murung Pudak dengan jumlah 156 jiwa per km 2
dan yang paling jarang adalah Kecamatan Jaro dengan kepadatan 10 jiwa
per km2.
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Tabalong berjumlah 80.291 jiwa.
Dari jumlah tersebut sebanyak 38.887 jiwa merupakan angkatan kerja yang

Karya Ilmiah

belum termanfaatkan dan siap bekerja, seperti dalam kegiatan Hutan
Tanaman Industri.

IV. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksnakan di Hutan Tanaman Industri PT Gunung Meranti,
yang berlokasi di Kabupaten Balangan dan Tabalong, dengan fokus kegiatan
di Kecamatan Paringin.

Penelitian dilakukan selama 3 (bulan) untuk

pengambilan data primer dan sekunder.
B. Bahan dan Alat penelitian
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Tanaman sengon yang berumur 4 dan 6 tahun di HTI PT Gunung Meranti,
masing-masing sebanyak 100 tanaman (ditentukan secara acak).
2. Data sekunder berupa tahun dan jumlah penanaman, perawatan serta
laporan `

bulanan perusahaan.

3. Literatur pendukung
4. Peta kerja skala 1:5000
Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Alat pengukur diameter (kaliper)
2. Alat pengukur tinggi pohon (galah dan christen meter)
3. Thally sheet dan alat tulis

Karya Ilmiah

4. Kompas dan klinometer
5. Alat rintis (parang)
6. Alat penunjang lainnya.

C. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan pohon sample dalam 4 petak tanaman sebanyak 25
tanaman secara acak, masing-masing untuk pohon yang berumur 4 dan
6 tahun, sehingga secara keseluruhan diperlukan (4 x 25 ) x 2 = 200
pohon sample.
2. Setiap pohon sample diukur tinggi dan diameternya
3. Menentukan model pertumbuhan tanaman rata-rata per tahun (mean
annual increment) pada tanaman berumur 4 dan 6 tahun.
4. Menghitung kubikasi pohon per satuan luas (ha) serta dalam luasan HTI
secara keseluruhan
5. Pembahasan pertumbuhan tanaman dikaitkan dengan tingkat kesesuaian
lahan, kesuburan tanah serta bentuk perawatan yang yang diberikan.
D. Analisis data
1. Menentukan nilai tengah, keragaman dan selang kepercayaan
Nilai tengah atau rerata merupakan nilai yang diperoleh dari hasil
perataan data yang ada. Rerata dapat dihitung menggunakan rumus yang
ditulis oleh Polet dan Nasrullah (1994) sebagai berikut:
Ц= 1/n . Σ Xi ,

Dimana :

Karya Ilmiah

Σ Xi

= jumlah

data dari

X1 sampai

Ц

= nilai tengah atau rerata

n

= banyak data

Xn =

n

∑ μ . fi
n=1

Keragaman contoh atau simpangan baku (S2) berguna untuk mengetahui
besarnya penyimpangan dalam contoh, dapat dihitung dengan rumus:
n
Σ ( yi – ý )2
i=1

S2

__________________

=

( y1 – ý )2 + ( y2 – ý )2 + . . . + ( yn– ý )2
=

_____________________________________________

n-1
1

____________

=

n-1

atau

n–1
n
Σ yi 2 i=1

______________

(Σ yi)2/ n
n

Keragaman nilai tengah contoh (Sý 2) berguna untuk mengetahui
besarnya penyimpangan dalam populasi, dapat dihitung dengan dengan
rumus:


2

S2

_______

=

N-n

x

__________

n

n

Selang kepercayaan yang menunjukkan kisaran nilai tengah yang
sebenarnya, dapat ditentukan dengan rumus:
S
ý–t

(α;n-1)

______

S
≤ Ц < ý–t

n-1

Dimana: ý

(α;n-1)

______

n-1

= nilai tengah contoh
t
= nilai tabel t (α;n-1)

2. Prosentase hidup tanaman

Karya Ilmiah

Untuk menentukan prosentase hidup tanaman dalam populasinya,
digunakan pendekatan:
Prosen hidup = (Σ tanaman hidup / Σ tanaman yang ditanam) X 100%

3. CAI dan MAI
Pertumbuhan tanaman akasia mangium, jabon, meranti, sengon dan
sungkai dinyatakan dalam riap tahunan berjalan riap tahunan rata-rata
(mean annual increment/MAI) dalam m3/ha/th.
pohon dipergunakan pendekatan rumus:
V = 0,25.п.D2.h.0,7
dimana

п

= 3,14

D

= diameter

h

= tinggi pohon.

Untuk menghitung volume

Karya Ilmiah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil pengukuran tinggi dan diameter tanaman sengon
(Paraserianthes falcaraia) disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2. Data diameter dan tinggi tanaman sengon umur 4 tahun

N
o

1
2

D
8,
0
6,
0

4

6,
5
5,
1

5

7,
7

3

6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3

6,
9
7,
3
8,
0
1
0,
0
6,
5
9,
0
9,
0
7,
5

Pet
ak
1
TB
C
4,0
1,1

N
o
T
P
8,
5
5,
6

0,9

6,
0
4,
9

1,4

6,
9

2,0

1,3
1,3
2,4
0,7
2,0
5,0
5,0
1,4

6,
2
6,
6
7,
1
1
1,
0
6,
0
9,
8
9,
0
6,
7

1
2

D
9,
0
5,
5

4

7,
1
5,
5

5

4,
8

3

8

6,
4
5,
0
5,
0

9
1
0
1
1
1
2
1
3

4,
6
6,
3
8,
8
9,
4
9,
0

6
7

Pet
ak
2
TB
C
4,0
1,7

N
o
T
P
9,
0
5,
2

1,7

6,
4
5,
2

1,5

4,
6

2,2

2,0
1,5
1,5
0,8
1,1
2,7
1,7
4,0

5,
9
4,
8
4,
8
4,
5
5,
8
7,
7
8,
2
8,
0

1
2

D
9,
0
5,
6

4

4,
1
4,
5

5

9,
0

3

8

9,
0
5,
5
5,
1

9
1
0
1
1
1
2
1
3

9,
0
4,
5
5,
1
6,
2
5,
9

6
7

Pet
ak
3
TB
C
4,0
1,0

N
o
T
P
9,
0
5,
2

1,4

4,
1
4,
4

1,1

9,
0

1,2

1,0
1,0
0,9
4,0
1,4
0,9
1,1
1,1

8,
0
7,
0
4,
9
1
0,
0
4,
4
4,
9
5,
7
5,
5

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3

D
7,
2
5,
9
1
0,
0
7,
9
9,
0
1
0,
0
6,
0
4,
9
1
0,
0
4,
3
6,
7
5,
8
1
0,

Pet
ak
4
TB
C
1,3
1,1
1,8
2,4
4,0
6,0
1,8
1,5
7,0
1,3
1,2
1,1
5,0

T
P
6,
5
5,
5
8,
6
7,
0
1
0,
0
1
1,
0
5,
6
4,
7
1
0,
9
4,
3
6,
1
5,
4
1
1,

Karya Ilmiah

1
4
1
5
1
6
1
7

5,
3
1
0,
5
1
0,
0

5,
0

1
4

5,
7

1,0

5,
3

1
4

7,
0

1
5

6,
4

1,2

5,
9

1
5

7,0

9,
0
1
1,
0

1
6

4,
8

0,9

4,
7

1
6

6,0

9,
0

1
7

9,
4

2,9

8,
1

1
7

6,
8
1
1,
1
1
0,
0

1
8

5,
7

1,7

5,
3

1
8

1,7

9,
0
1
1,
0

1
9

6,
8

2,1

6,
2

1
9

5,0

9,
0

2
0

5,
2

1,6

2
0

9,
7

2
1

9,
0

6,0

2
2

9,
0

6,0

4,
9
1
0,
0
1
0,
0

2
3

9,
0

4,0

7,
3
1
1,
9
7,
1

1,6
5,0

2
0

9,
0
1
0,
0
1
0,
0
1
0,
0

2
1

9,
9

4,0

2
2

7,
6

2,3

2
3

9,
0

4,0

6,
8
1
0,
0

2
4

5,
5

1,0

5,
2

2
4

2
5
R
t

9,
0
8,
1

6,
0
7,
8

2
5
R
t

1
8
1
9

1,1

4,0
2,8

2,2
3,6
2,4

1,3

6,
3

1
4

0
1
0,
0

1,2

6,
2

1
5

7,
2

9,
5
1
1,
0

1
6

7,
4
1
0,
5

1
8

9,
0
1
0,
0
1
0,
0
1
0,
0

5,
4
1
1,
0

2
0
2
1

9,
0
1
0,
0

7,
0
1
0,
0
1
0,
0

2
2

6,
3

1,2

2
3

9,
0

4,0

2
4

6,
1
7,
3

2
5
R
t

7,
5
1
0,
0
8,
2

2,0
4,0

8,
4
1
0,
0

1,5
6,0

2
1

5,
7
1
0,
0

2
2

7,
8

2,4

9,
6

2
3

9,
0

6,0

6,
6
1
0,
1
6,
7

2
4

9,
0

7,0

2
5
R
t

6,
7
7,
4

1,7
5,0

1,2
2,4

1
7

1
9

7,0
2,2
4,0
8,0
6,0
7,0
5,0
0,8

1,4
8,0
3,6

0
1
1,
0
6,
5
1
0,
0
1
0,
6
1
0,
0
1
1,
0
1
0,
0
1
0,
0
5,
8
1
0,
0
6,
7
1
1,
2
8,
4

Keterangan:
D: Diameter (cm), TBC: Tinggi bebas cabang (m), TP: Tinggi pucuk (m) Ṣd: 2,32

Tabel 3. Data diameter dan tinggi tanaman sengon umur 6 tahun

N
o

1
2
3
4
5
6

D
7,
8
4,
8
7,
3
4,
0
9,
3
7,
6

Pet
ak
1
TB
C
2,8
2,2
2,7
2,9
3,1
2,7

N
o
T
P
5,
9
3,
8
5,
5
3,
2
6,
9
5,
7

1
2
3
4
5
6

D
3,
4
4,
8
8,
0
5,
4
3,
3
6,
3

Pet
ak
2
TB
C
1,9
2,2
2,8
2,3
1,9
2,5

N
o
TP
2,
8
3,
8
6,
0
4,
2
2,
8
4,
8

1
2
3
4
5
6

D
1,
2
5,
0
1,
8
2,
8
1,
1
0,
1

Pet
ak
3
TB
C
1,0
3,2
1,0
1,0
1,0
0,2

N
o
T
P
1,
3
3,
9
1,
7
2,
4
1,
2
0,
2

1
2
3
4
5
6

D
9,
2
4,
7
12
,7
9,
7
2,
8
2,
9

Pet
ak
4
TB
C
3,0
2,2
3,7
3,1
1,8
1,8

T
P
6,
9
3,
8
9,
3
7,
2
2,
4
2,
5

Karya Ilmiah

7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
R
t

7,
9
9,
8
1,
6
6,
9
1,
4
1,
0
8,
8
4,
4
3,
5
3,
9
1,
2
5,
6
5,
1
5,
4
3,
8
9,
0
4,
6
4,
8
4,
6
5,
4

2,8
3,2
2,2
2,6
1,5
1,2
3,0
2,1
1,9
2,0
1,5
2,3
2,2
2,3
2,0
3,0
2,1
2,2
2,1
2,3

6,
0
7,
3
1,
6
5,
2
1,
4
0,
2
6,
6
3,
5
2,
9
3,
2
1,
3
4,
3
4,
0
4,
2
3,
1
6,
7
3,
7
3,
8
3,
7
4,
2

7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
R
t

3,
7
3,
7
3,
0
6,
4
11
,6
12
,8
2,
1
5,
1
6,
6
3,
4
12
,7
5,
1
7,
5
4,
1
2,
9
3,
5
2,
7
8,
5
13
,5
6,
0

2,0
2,0
1,8
2,5
3,5
3,7
1,7
2,2
2,5
1,9
3,7
3,2
2,7
2,1
1,0
2,8
2,0
2,9
4,7
2,5

3,
1
3,
0
2,
6
4,
9
8,
5
9,
4
1,
9
4,
0
5,
1
2,
8
9,
3
4,
0
5,
7
3,
3
2,
5
2,
9
2,
3
6,
4
13
,0
4,
8

7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
R
t

4,
4
4,
0
1,
1
2,
6
4,
7
6,
2
5,
7
7,
8
7,
5
14
,5
3,
4
10
,8
4,
7
5,
3
3,
9
9,
6
2,
1
5,
6
7,
5
4,
9

2,1
2,0
1,0
1,8
2,2
2,4
2,4
2,8
2,7
4,4
2,7
3,3
3,1
3,3
2,9
3,1
1,0
1,0
3,7
2,2

3,
5
3,
3
1,
2
2,
3
3,
7
4,
7
4,
4
5,
9
5,
6
11
,7
2,
8
8,
0
3,
7
4,
1
3,
2
7,
1
1,
9
4,
4
5,
7
3,
9

7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
R
t

7,
6
3,
5
4,
8
2,
4
7,
9
5,
5
5,
6
4,
3
8,
3
5,
5
5,
2
1,
2
1,
9
2,
2
2,
1
8,
2
0,
8
8,
9
2,
7
5,
2

2,7
1,9
2,2
1,0
2,8
2,3
2,3
2,1
2,9
2,3
2,3
1,0
1,6
1,7
1,7
2,8
1,0
3,0
1,8
2,2

5,
7
2,
9
3,
8
2,
1
5,
9
4,
3
4,
3
3,
5
6,
2
4,
3
4,
1
1,
3
1,
8
2,
0
1,
9
6,
2
1,
0
6,
7
2,
4
4,
1

Keterangan:
D: Diameter (cm), TBC: Tinggi bebas cabang (m), TP: Tinggi pucuk (m) Ṣd: 1,98

B. Pembahasan
1. Analisis pertumbuhan tanaman umur 4 tahun
Pada umur 4 tahun, diameter, tinngi bebas cabang dan tinggi pucuk
tanaman sengon masing-masing sebesar 7,68 cm; 2,80 m dan 7,53 m. Dari
data tersebut nampak bahwa tajuk tanaman sengon sangat rimbun dan
mencapai ketebalan 4,73 m. Hal ini juga menunjukkan bahwa tinggi bebas

Karya Ilmiah

cabang masih rendah atau tanaman sengon masih memilki cabang yang
harus dipruning.
Berdasarkan hasil audit tanaman HTI PT Gunung Meranti secara
keseluruhan, diperoleh riap diameter dan tinggi rata-rata tahunan (MAI)
tanaman Sengon masing-masing sebesar 1,92 cm/th dan 186,88 cm/th,
dengan potensi kayu berdiri (standing stock) seperti tersaji dalam tabel
berikut ini.
Tabel 4. Potensi tegakan sengon di HTI PT Gunung Meranti umur 4 tahun
Tahun

Kubikasi
Komulatif (m3)

Keterangan

1

Pembuatan
Tanaman
(Batang)
208.686

88,06

Diameter dibawah 17

2

978.864

589,12

cm

3

468.929

1.288,06

Diameter dibawah 17

4

96.829

2.027,62

cm
Diameter dibawah 17
cm
Diameter dibawah 17
cm

Jumla

1.753.308

2.027,62

h
Sumber: Laporan bulanan PT Gunung Meranti

Volume kayu berdiri tanaman Sengon selama 4 tahun sebesar 2.027,62
m3 yang terdiri dari 1.753.308 tanaman dengan diameter di bawah 17 cm
sehingga secara ekonomi belum ada yang layak ditebang. Sampai saat ini
belum ada industri pengolahan kayu yang berani membeli kayu Sengon
berdiameter di bawah 17 cm.
2. Analisis pertumbuhan tanaman pada umur 6 tahun

Karya Ilmiah

Berdasarkan hasil pengamatan tanaman HTI PT Gunung Meranti umur 6
tahun diperoleh riap diameter dan tinggi rata-rata tahunan (MAI) tanaman
Sengon masing-masing sebesar 0,9 cm/th dan 70,76 cm/th dengan jumlah
pohon berdiameter di bawah 17 cm sebanyak 1.812.493 batang dan kubikasi
sebesar 14.194,98 m3.

Jumlah pohon yang telah mencapai diameter 17

cm ke atas hanya 315 pohon dengan kubikasi 59,03 m 3. Secara keseluruhan
riap rata-rata tahunan (MAI) tanaman Sengon sebesar 2,97 m 3/ha/th.
3. Nilai Finansial
a. Analisis tanaman pada umur 4 tahun
Sampai dengan tahaun 1994 belum ada tanaman Sengon yang telah
mencapai diameter 17 cm ke atas sehingga belum kelihatan keuntungan
(benefit) yang didapatkan.
b. Analisis tanaman pada umur 6 tahun
Selama dua tahun, kubikasi tanaman Sengon mengalami kenaikan yang
cukup besar, dari 2.027,62 m 3 tahun 1994 (audit tahun 1995) menjadi
14.194,98 m3 pada tahun 1996 (audit 1997). Namun hampir semua pohon
tersebut masih berdiameter di bawah 17 cm sehingga masih belum layak
untuk di tebang karena belum ada pasar yang bersedia membeli. Jumlah
pohon yang telah mencapai diameter 17 cm ke atas hanya 315 pohon
dengan kubikasi 59,03 m3. Dengan pertimbangan harga jual kayu Sengon
berdiameter 17 cm ke atas sebesar Rp. 150.000,- /m 3 (harga tahun 1997),
biaya penebangan yang sulit karena letak pohon yang tersebar, biaya
angkut dan administrasi, maka sampai dengan tahun 1997 HTI PT Gunung

Karya Ilmiah

Meranti kelas perusahaan kayu Sengon belum memberi hasil fnansial yang
menguntungkan, apalagi bila dibebankan dengan biaya investasi sejak awal
serta biaya operasionalnya.
Berdasarkan hasil audit independen yang dilakukan tahun 1997, jumlah
biaya operasional HTI PT Gunung Meranti (termasuk bunga pinjaman bank
20% per tahun) sampai dengan tahun 1996 sebesar Rp. 3.842.169.866,2
ditambah biaya investasi sebesar Rp. 2.155.786.177,- sehingga secara
keseluruhan pembangunan HTI ini telah menelan biaya sebesar Rp.
5.997.956.043,2.

Sedangkan harga jual kayu Sengon yang telah masak

tebang (berdiameter 17 cm ke atas) hanya sebesar Rp. 8.854.500,-,
sehingga masih merugi sekitar Rp. 5.989.101.543,2.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Karya Ilmiah

A. Kesimpulan
Pada umur 4 tahun, diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi pucuk
tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) masing-masing sebesar 7,68
cm; 2,80 m dan 7,53 m yang menunjukkan bahwa tajuk tanaman sengon
mencapai ketebalan 4,73 m dan mempunyai tinggi bebas cabang rendah.
Riap diameter dan tinggi rata-rata tahunan (Mean Annual Increment)
tanaman sengon masing-masing sebesar 1,92 cm/th dan 186,88 cm/th,
dengan potensi kayu berdiri (standing stock) berdiameter dibawah 17 cm
sebesar 2.027,62 m3.
Pada tanaman berumur 6 tahun mempunyai riap diameter dan tinggi
rata-rata tahunan (Mean Annual Increment) tanaman sengon masing-masing
sebesar 0,9 cm/th dan 70,76 cm/th dengan jumlah pohon berdiameter di
bawah 17 cm sebanyak 1.812.493 batang dan kubikasi sebesar 14.194,98
m3.

Jumlah pohon yang telah mencapai diameter 17 cm ke atas hanya

315 pohon dengan kubikasi 59,03 m 3.

Secara keseluruhan riap rata-rata

tahunan (MAI) tanaman Sengon sebesar 2,97 m 3/ha/th.

B. Saran
1. Koordinasi antar instansi pemerintah perlu diintensifkan agar tumpang
tindih lahan dapat dihindari.
2. Konflik horisontal antara pengusaha dengan masyarakat dapat dihindari
apabila semua pihak menyadari posisi dan tanggungjawabnya masingmasing.

Karya Ilmiah

DAFTAR PUSTAKA
Atmosuseno, B.S. 1999. Budidaya, Kegunaan dan Prospek Tanaman Sengon.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Deptan, 1980a.
Pedoman Pembuatan Tanaman.
Kehutanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Deptan, 1980b.
Indonesia.
Jakarta.

Direktorat Jenderal

Nama Standar Perdagangan dan Kode Jenis Kayu-kayu
Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian,

Dephut, 1989. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I dan II. Badan Litbang Dephut,
Bogor.
Dephut, 1990. Peta Kesesuaian Agroklimat Pengembangan Hutan Tanaman
Industri Sengon (Albizia falcataria) di Pulau Jawa. Kerjasama Perhimpi
dengan BalitbangHut, Departemen Kehutanan RI.
Dephutbun, 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Dephutbun, Jakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Litbang Dephut.
Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Pollet, A. dan Nasrullah, 1994. Penggunaan Metode Statistika untuk Ilmu
Hayati. Gajah Mada University Press.
Prajadinata, S. dan Masano, 1994. Teknik Penanaman Sengon (Albizia
falcataria L.Fosberg). Balitbanghut, Departemen Kehutanan RI.
Sudjana, 1988. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito Bandung.
Sutedjo, M. dan Kartasapoetra, 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Terbentuknya
Tanah dan Tanah Pertanian. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Santoso, H.B. 1992. Budidaya Sengon. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Soekotjo, 1995. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Riap Hutan Tanaman
Industri. Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, Dephut RI. Jakarta.
PT Gunung Meranti, 2001. Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH) II
HPH PT.Gunung Meranti Periode 1996/1997 s/d 2016.
Yitnosumarto, S. 1993.
Percobaan, Perancangan, Analisis
Interpretasinya. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

dan