BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Manajemen Kesiswaaan 2.1.1 Pengertian Manajemen Kesiswaan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Kesiswaan Berdasarkan Model Discrepancy di SDN 1 Reco Wonosobo

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Manajemen Kesiswaaan

2.1.1 Pengertian Manajemen Kesiswaan

  Berikut ini beberapa pengertian manajemen kesiswaan dari para ahli. Mulyono (2009: 178), manajemen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara berkelanjutan terhadap seluruh siswa (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan efektif dan efisien. Pendapat lain dikemukakan oleh Mulyasa (2003:46) manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan salah satu bidang operasional Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Manajemen kesiswaan adalah penataan atau pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari masuk hingga sampai sekolahan.

  Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah. Prihatin (2011:4) manajemen peserta didik adalah suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga. Manajemen kesiswaan tidak hanya sebagai aktivitas kegiatan yang diprogram sekolah seperti kegiatan penerimaan siswa baru, penempatan, serta pembinaan siswa, tetapi juga diharapkan potensi yang dimiliki siswa baik potensi rohaniah dan jasmaniah, dapat berkembang secara maksimal. Agar nantinya pada saat siswa tersebut lulus dari jenjang pendidikan sekolah, siswa memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan (Hermawan, 2015:10).

  Dari beberapa definisi tentang manajemen kesiswaan yang dikemukakan oleh para ahli di atas memiliki persamaan konsep pemahaman tentang manajemen kesiswaan yaitu tentang pengelolaan siswa dari masuk sampai keluar (lulus) dari sekolah. Namun dari pendapat pakar diatas juga terdapat perbeedaan pendapat, Mulyono menekankan pada pembinaan berkelanjutan yang efektif dan efisien. Sedangkan Hermawan menambahkan tentang adanya pembinaan terhadap potensi siswa baik jasmani atau rohani sehingga nantinya mereka memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen kesiswaan merupaka pengelolaan segala sesuatu yang berkaitan dengan siswa, baik itu proses pembelajaran di dalam kelas maupun proses pengembangan potensi siswa di luar kelas. Selain itu manajemen kesiswaan juga mengatur kegiatan siswa, mulai dari siswa terdaftar dalam suatu lembaga sekolah sampai ia lulus dari lembaga sekolah tersebut.

2.1.2 Fungsi Manajemen Kesiswaan

  Imron (2011:12) fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya. Imron (2011:12) menyebutkan fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut:

  1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik.

  2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik.

  3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik.

  4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik.

  Pendapat Imron menekankan bahwa manajemen kesiswaan memiliki dua fungsi yakni fungsi secara umum dan secara khusus. Fungsi secara umum adalah untuk mengembakan diri siswa dari segi individu, sosial, aspirasi, kebutuhan, dan potensi. Sedangkan fungsi secara khusus adalah untuk mengembangkan potensi individu, mengembangkan potensi sosial supaya dapat berinteraksi dengan lingkungan, menyalurkan aspirasi atau pendapat, dan sebagai wahana untuk memperoleh kesejahteraan. Dari pendapat pakar diatas maka dapat disimpulkan fungsi manajemen kesiswaan adalah sarana bagi siswa untuk menyalurkan dan mengembangkan segala kemampuannya dalam aspek individu dan sosial, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dan memperoleh kesejahteraan dalam hidup baik kesejahteraan fisik maupun batin.

2.1.3 Tujuan Manajemen Kesiswaan

  Karena pengelolaan manajemen kesiswaan di lembaga pendidikan begitu penting, maka dalam pelaksanaannya manajemen kesiswaan juga memiliki tujuan tertentu. Menurut Imron (2011:12) tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan- kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

  Sedangkan tujuan khusus manajemen peserta didik menurut Imron (2011:12) adalah sebagai berikut:

  Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum, bakat dan minat peserta didik.Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.

  Pendapat Imron menekankan bahwa manajemen kesiswaan memiliki dua tujuan yakni tujuan secara umun dan secara khusus. Tujuan umumnya adalah untuk mengatur kegiatan siswa agar menunjang proses belajar mengajar di sekolah, sehingga tujuan pendidikan sekolah dapat tercapai. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan psikomotor. Menyalurkan dan mengembangkan bakat minat siswa dan menyalurkan aspirasi hartapan serta memenuhi kebutuhan siswa. Dari pendapat pakar diatas maka dapat disimpulkan tujuan manajemen kesiswaan adalah untuk mengatur kegiatan siswa sehingga siswa mampu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan psikomotornya. Dengan meningkatnya pengetahuan, ketrampilan, dan psikomotor siswa diharapkan mereka mampu mencapai cita-cita dan kesejahteraan.

2.1.4 Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan

  Manajemen kesiswaan itu bukanlah dalam meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat digunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan siswa melalui proses pendidikan di sekolah. Berikut ini adalah ruang lingkup manajemen kesiswaan.

A. Analisis Kebutuhan Peserta Didik

  Menurut Sururi dan Sukarti (2010:207) langkah pertama dalam manajemen peserta didik adalah melakukan analisis kebutuhan siswa oleh lembaga sekolah. kegiatannya adalah merencanakan siswa yang akan diterima dan menyusun program kegiatan kesiswaan.

  1. Merencanakan siswa yang akan diterima Penentuan jumlah siswa yang diterima perlu dilakukan agar layanan pada siswa bisa optimal.

  Besarnya siswa yang diterima harus mempertimbangkan: a. Daya tampung kelas. Jumlah siswa dalam satu kelas berdasarkan kajian teoritik adalah 25-30 siswa.

  b. Rasio murid dan guru. Yang dimaksud rasio murid dan guru adalah perbandingan antara ideal adalah 1:30.

  2. Menyusun Program Kegiatan Kesiswaan Penyusunan program kegiatan siswa di sekolah harus berdasarkan pada: visi dan misi sekolah bersangkutan, minat dan bakat siswa, sarana dan prasarana yang ada, anggaran yang tersedia, dan tenaga kependidikan yang tersedia

B. Penerimaan Peserta Didik Baru

  Penerimaan peserta didik baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari perencanaan penentuan daya tampung sekolah atau jumlah peserta didik baru yang akan diterima yaitu dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal kelas atau mengulang.

  Menurut Sururi dan Sukarti (2010:208) langkah-langkah penerimaan peserta didik baru (siswa baru) adalah sebagai berikut:

  1. Membentuk panitia penerimaan peserta didik baru. Pembentukan panetia ini disusun berdasarkan hasil musyawarah yang terdiri dari unsur guru, tenaga tata usaha, dan komite sekolah.

  2. Pembuatan dan pemasangan pengumuman secara terbuka. Isi dari pengumuman diantaranya adalah: gambaran singkat sekolah, persyaratan pendaftaran, cara pendaftaran, waktu pendaftaran ,tempat pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan tempat seleksi, dan pengumuman hasil seleksi

C. Seleksi Peserta Didik

  Menurut Sururi dan Sukarti (2010:209) seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan calon peserta didik yang akan diterima di lembaga sekolah tersebut berdasarkan ketentuan yang berlaku. Kegiatan ini penting dilakukan bagi sekolah yang jumlah pendaftar melebihi daya tampung sekolah. cara yang dilakukan dalam seleksi antara lain adalah:

  1. Melakukan tes atau ujian

  2. Melakukan penelusuran bakat kemampuan

  3. Melakukan seleksi melalui nilai pada STTB atau nilai UN Dari hasil seleksi kemudian diumumkan calon peserta didik yang diterima. Bagi calon peserta didik yang diterima diharuskan melakukan daftar ulang pada lembaga sekolah yang telah menerima.

D. Orientasi Peserta Didik Baru

  Orientasi peserta didik (siswa) baru adalah mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Situasi dan kondisi ini menyangkut lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial sekolah. Tujuan diadakan orientasi bagi peserta didik antara lain:

a. Agar peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah.

  b. Agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah. peserta didik siap menghadapi

  c. Agar lingkungannya yang baru baik secara fisik, mental dan emosional sehingga ia merasa betah mengikuti proses pembelajaran di sekolah.

E. Pengelompokan Peserta didik

  Pengelompokan peserta didik diadakan dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan proses belajar dan mengajar disekolah bisa berjalan lancar, tetib dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan. Menurut Soetopo sebagaimana dikutip oleh Sururi dan Sukarti (2010:211), dasar- dasar pengelompokkan peserta didik ada 5 macam yaitu:

  1) Friendship Grouping 2) Achievement Grouping 3) Aptitude Grouping 4) Attention or Interest Grouping

  Intelligence Grouping 5)

  Dari pendapat pakar diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelompokan peserta didik dapat didasarkan pada kecocokan pada teman, prestasi, kemampuan serta bakat yang dimiliki, minat, dan intelegensi siswa.

  Pendapat lain dikemukakan Jeager sebagaimana dikutip oleh Sururi dan Sukarti (2010:210) dalam mengelompokkan peserta didik dapat berdasarkan pada: integrasi, yaitu pengelompokan

  a. Fungsi berdasarkan kesamaan yang ada pada peserta didik. perbedaan, yaitu pengelompokan

b. Fungsi berdasarkan perbedaan individu peserta didik.

  Nampak pendapat Jeager hanya membedakan dalam dua kelompok yakni perbedaan dan persamaan peserta didik saja. Dari pendapat kedua pakar diatas terlihat pendapat Soetopo lebih mendetail dibandingkan pendapat Jeager yang lebih

F. Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik

  Lembaga sekolah dalam pembinaan dan pengembangan peserta didik biasanya melakukan kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Sururi dan Sukarti (2010:212) kegiatan kurikuler adalah semua kegiatan yang telah ditentukan di dalam kurikulum yang pelaksanaanya dilakukan pada jam pelajaran.

  Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan disekolah, namun dalam pelaksanaannya berada di luar jam pelajaran yang tercantum dalam jadwal pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler biasanya terbentuk berdasarkan bakat dan minat peserta didik (Sururi dan Sukarti, 2010:212).

  Bakat minat kemampuan peserta didik harus ditumbuhkembangkan secara optimal melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kedua kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan pribadi peserta didik, karena kegiatan-kegiatan itu secara tidak langsung akan memberikan dukungan terhadap kegiatan pembelajaran yang ada dikelas dan memberikan tambahan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan peserta didik.

G. Penyelenggaraan Layanan Khusus

a. Layanan Bimbingan dan Konseling

  Menurut Soetopo sebagaimana dikutip oleh Sururi dan Sukarti (2010:212) bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga mereka memahami dan mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Menurut Sururi dan Sukarti (2010:215) fungsi bimbingan di sekolah ada tiga, yaitu: a. Fungsi Penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih jenis sekolah lanjutannya, memilih program, memilih lapangan pekerjaan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan cita-citanya

  b. Fungsi pengadaptasian, yaitu membantu guru dan tenaga edukatif lainnya untuk menyesuaikan program pengajaran yang disesuaikan dengan minat, kemampuan dan cita-cita peserta didik.

  c. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan bakat, minat, kemampuannya untuk mencapai perkembangan yang optimal.

  Inti dari ketiga fungsi bimbingan adalah untuk membantu siswa dalam penyaluran, adaptasi dan penyesiuaian dengan sekolah lanjutan, serta program sekolah yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan siswa itu sendiri.

b. Layanan Perpustakaan

  Perpustakaan sekolah merupakan pangkat kelengkapan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Keberadaan perpustakaan di sekolah sangatlah penting. Perpustakaan sekolah sering disebut sebagai jantungnya sekolah, karena menjadi denyut nadi proses pembelajaran disekolah adalah perpustakaan.

  Menurut Sururi dan Sukarti (2010:216) Tujuan perpustakaan disekolah : minat, kemampuan dan

  a. Mengembangkan kebiasaan membaca khususnya serta mendayagunakan budaya menulis.

  b. Mendidik peserta didik agar mampu memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara efektik dan efisien.

c. Meletakkan dasar kearah belajar mandiri.

  Memupuk bakat dan minat. kemampuan untuk

  d. Memgembangkan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari hari atas usaha dan tanggung jawab sendiri.

  Layanan perpustakaan bertujuan untuk menyajikan informasi untuk peningkatan proses belajar mengajar serta rekreasi bagi semua warga sekolah dengan menggunakan bahan pustaka. Dengan demikian siswa mampu memperluas pengetahuannya dan meningkatkan ketrampilan.

c. Layanan Kesehatan

  Layanan kesehatan disekolah biasanya dibentuk sebuah wadah bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah.

  Sasaran utama UKS adalah untuk meningkatkan atau membina kesehatan murid dan lingkungannya. Program Usaha Kesehatan Sekolah adalah sebagai berikut:

   Mencapai lingkungan hidup yang sehat

   Pendidikan kesehatan

   Pemeliharaan kesehatan di sekolah Gedung sekolah merupakan tempat para peserta didik belajar dan menghabiskan sebagian waktunya. Karena itu sekolah hendaknya memenuhi persyaratan, misalnya gedung sekolah harus ditanami rumput, air yang bersih, WC tersedia dan memenuhi persyaratan serta dibersihkan setiap hari, ruangan kelas harus bersih dan nyaman. Inilah dimaksud dengan mencapai lingkungan hidup di sekolah.

  Peranan guru sangat besar dalam pendidikan kesehatan. Guru harus menegur peserta didiknya yang berpakaian dan berbadan kotor, sewaktu waktu guru mengajak peserta didik untuk membersihkan lingkungan sekolah. Pemeriksaan kesehatan umum maupun khusus diadakan secara berkala. Sejak masuk kelas satu hati sudah mulai diajarkan hidup sehat, lingkungan sehat, pemberantasan penyakit, sehingga peserta didik terpelihara kesehatan jasmani dan rohaninya.

  Penyelenggaraan UKS memerlukan kerja sama antara seluruh warga sekolah. Setiap warga sekolah hendaknya menjalankan tugas dengan sebaik- baiknya. Para guru sebagai penenggung jawab umum, sedangkan peserta didik membantu pelaksanaan UKS, dengan piket secara bergiliran. Selain penanggung jawab umum, hendaknya ada penanggung jawab bidang pendidikan kesehatan, bidang kebersihan lingkungan kelas sehat, bidang pemeliharaan kesehatan dan penanggungjawab mengenai usaha usaha yang dijalankan sekolah

  (misalnya: kantin sekolah, usaha beternak, bertelur dan lain lain).

  

H. Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi Peserta

Didik

  Kegiatan pencatatan dan pelaporan dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah sampai mereka tamat di sekolah tersebut. Pencatatan tentang kondisi peserta didik perlu dilakukan agar pihak lembaga dapat memberikan bimbingan yang optimal pada peserta didik. Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai wujud tanggungjawab lembaga agar pihak-pihak terkait dapat mengetahui perkembangan peserta didik di lembaga tersebut.

  Menurut Sururi dan Sukarti (2010:213) peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk mempermudah melakukan pencatatan dan pelaporan biasanya berupa: buku induk siswa, buku klapper, daftar presensi, daftar mutasi peserta didik, buku catatan pribadi peserta didik, daftar nilai, buku

  Dalam melaksanakan evaluasi kegiatan peserta didik terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Penentuan Standar.

  2. Mengadakan pengukuran.

  3. Membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang telah ditentukan.

  4. Mengadakan perbaikan. Kegiatan evaluasi ini biasanya digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik serta untuk mengetahui tindak lanjut apa yang akan dilakukan.

I. Kelulusan dan Alumni

  Sururi dan Sukarti (2010:214) kelulusan adalah pernyataan dari sekolah/madrasah suatu lembaga tentang diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti peserta didik. Salah seorang peserta didik selesai mengikuti seluruh program pendidikan di suatu sekolah/madrasah dan berhasil lulus dalam UN, maka kepadanya diberikan surat keterangan atau sertifikat, yang umumnya disebut ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).

  Proses kelulusan biasanya ditandai dalam suatu upacara pelepasan peserta didik. Dalam acara ini, disamping mewisuda peserta didik yang lulus sekaligus sekolah/madrasah

  “melepas” peserta didik dan “menyerahkan kembali” kepada orang tua. Dengan demikian “habislah” (dalam arti telah selesai) hubungan ikatan antara para lulusan (alumni) dan sekolah dan orang tua. Sedangkan hubungan sekolah dengan para lulusan (alumni) diharapkan masih akan terjalin. Sekolah mengharapkan agar alumninya tetap menjalin hubungan dengan sekolah garba ibunya (almamaternya). Sebaliknya para alumnus, biasanya juga tetap membanggakan sekolah, dan selalu mengadakan hubungan dimana perlu.

2.2 Konsep Program dan Evaluasi Program

2.2.1 Konsep Program

  Program diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan saksama dan dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang (Tayibnapis, 2000:9). Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan tidak terbatas (Wirawan, 2012:16). Menurut Sukardi (2014:4) bahwa program merupakan salah satu hasil kebijakan yang penetapannya melalui proses panjang dan disepakati oleh para pengelolanya untuk dilaksanakan.

  Dari pendapat Tayibnapis dan Wirawan menekankan bahwa program merupakan kegiatan yang direncanakan oleh sekelompok orang atau organisasi untuk melaksanakan kebijakan dalam waktu yang tidak terbatas. Sementara Sukardi lebih menekankan pada hasil kebijakan yang disepakati oleh para pengelola untuk dilaksanakan. Akan tetapi ketiga pakar diatas memiliki persamaan pendapat tentang program, dimana program merupakan sebuah kebijakan dalam organisasi dimana didalamnya terdapat perkumpulan orang. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa program merupakan kegiatan yang direncanakan dan disepakati oleh sekelompok orang atau organisasi untuk dilaksanakan secara terus menerus (berkesinambungan) untuk mencapai tujuan yang akan datang.

  Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas dari sesuatu yang berdasarkan pada pertimbangan dan kriteria tertentu dalam upaya membuat keutusan

  (Arifin, 2012:2). Evaluasi menurut Arikunto (2010:2) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Dari pendapat dua pendapat diatas maka dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan poses sistematis yang berkelanjutan dari sebuah aktifitas atau program yang hasilnya dapat dijadikan sebagai alternatif pengambilan keputusan.

  Arikunto (2010:4) menjelaskan lagi bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasi Menurut Rahayu (2014:14) evaluasi program adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan secara cermat untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan atau keberhasilan suatu program untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka menentukan kebijakan selanjutnya yang lebih tepat.

  Dari pendapat beberapa pakar diatas maka dapat dipahami bahwa evaluasi program merupakan kegiatan mencari informasi dengan melakukan pengukuran terhadap informasi yang diperoleh dari pelaksanaan suatu program. Sehingga dapat diambil keputusan terhadap kebijakan yang akan diterapkan selanjutnya dalam pelaksanaan program. Berkaitan dengan evaluasi program manajemen kesiswaan di SDN 1 Reco, penelitian ini berupaya untuk mencari dan melakukan pengukuran terhadap informasi yang diperoleh dari pelaksanaan program manajemen kesiswaan di SDN 1 Reco. Dari hasil yang diperoleh maka dapat diambil keputusan terhadap keberlanjutan program manajemen kesiswaan di SDN 1 Reco.

2.2.3 Tujuan Evaluasi Program

  Kegiatan evaluasi program tentu saja memiliki tujuan yang diinginkan. Berikut ini tujuan evalusai program menurut para ahli. Menurut Arikunto (2010:18), tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ingin mengetahui bagaimana belum terlaksana dan apa sebabnya. Dari pendapat Arikunto dapat dipahami bahwa evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian program dan mencari tahu hambatan selama program dilaksanakan.

  Sementara itu Mulyatiningsih (2011:114), mengemukakan pendapatnya tentang tujuan evaluasi program yaitu:

  (1).Untuk menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama ditempat lain. (2).Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

  Dari pendapat Mulyatiningsih maka dapat dipahami bahwa tujuan evaluasi progam yaitu untuk menunjukkan sumbangan program sehingga dapat dikembangkan di tempat lain dan mengambil keputusan terhadap keberlanjutan program.

  Menurut Widoyoko (2008:1), tujuan dari evaluasi program adalah untuk menghasilkan informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambil keputusan, penyusunan kebijakan, maupun penyusunan program berikutnya. Sependapat dengan Widoyoko, Dwianti (2015:11) mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan dari evaluasi program adalahuntuk mengetahui akhir dari adanya program, dalam rangka menentukan rekomendasi atas kebijakan program yang lalu, yang pada tujuan akhirnya adalah untuk menentukan kebijakan program selanjutnya.

  Para pakar diatas sama-sama mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan evaluasi program bertujuan untuk mengetahui keberlanjutan program yang dilaksanakan. Akan tetapi dalam pendapat Arikunto menyebutkan tujuan evaluasi program juga untuk mengetahui hambatan yang dialami selama melaksanakan program. Dengan demikian maka dapat dipahami tujuan evaluasi program adalah untuk mengetahui bagaimana program dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan tujuan awalnya dan mengetahui hambatan (kekurangan) yang dialami selama melaksanakan program sehingga dapat diambil kesimpulan mengenai keberlanjutan program tersebut.

2.2.4 Model Evaluasi Program

  Dalam ilmu evaluasi program pendidikan ada mengevaluasi program itu sendiri. Meskipun antara model yang satu dengan yang lainnya berbeda, akan tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu melaksanakan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkaitan dengan objek yang dievaluasi, yang bertujuan untuk menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut pada suatu program.

  Menurut Arikunto (2010:40) ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program adalah Stufflebeam, Metfessel, Michael Scriven, Stake dan Glaser. Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan yaitu :

  1. Goal Oriented Evaluation Model

  2. Goal Free Evaluation Model

  

3. Formatif Summatif Evaluation Model

  4. Countenance Evaluation Model

  5. Responsive Evaluation Model

  6. CSE-UCLA Evaluation Model

  7. CIPP Evaluation Model Discrepancy Model

  8. Dari bebeberapa model evaluasi program yang

  telah disebutkan diatas, tidak semua cocok diterapkan dengan program yang dilakukan di sekolah. Dalam penelitian ini model evaluasi program yang akan digunakan adalah model evaluasi

  

Discrepancy yang dikembangkan olehMalcolm

  Provous. Alasan dipilihnya model Discrepancy karena model ini memiliki tahapan yang jelas dalam melakukan evaluasi. Evaluasi difokuskan untuk mengetahui kesenjangan antara standar dan implementasinya. Dengan diketahuinya kesenjangan maka dibuat rekomendasi untuk memperbaiki program Manajemen Kesiswaan yang ada di SDN 1 Reco. Pada akhirnya implementasi Program Manajemen Kesiswaan di sekolah diharapkan dapat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2.2.5 Model Evaluasi Discrepancy

  Kata Discrepancy adalah istilah bahasa Inggris, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi

  ”kesenjangan”. Malcolm Provus adalah yang mengembangkan model ini. Model ini merupakan model yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada disetiap komponen. Kesenjangan ini sebetulnya merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi, yaitu mengukur adanya perbedaan antara yang seharusnya dicapai dengan yang sudah riel dicapai.

  (Rahayu, 2014:14) adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara baku (standar) yang ditentukan dalam program dengan kerja (performance) sesungguhnya dengan program tersebut. Baku adalah kriteria yang ditetapkan, sedangkan kinerja adalah hasil pelaksanaan program. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Suciptoardi (2011:1) yang menyatakan evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standar yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut. Dari pendapat pakar di atas dapat kita pahami bahwa evaluasi kesenjangan menekankan pada perbandingan antara yang seharusnya (standar) dan kenyataan yang ada dilapangan.

  Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa evaluasi kesenjangan merupakan proses penilaian terhadap pelaksanaan program sekaligus membandingkan dengan standar pelaksanaan. Dari perbandingan ini nantinya akan diperoleh kesenjangan (perbedaan) antara yang standar pelaksanaan dengan pelaksanaannya. Pada akhirnya evaluator dapat mengambil kesimpulan tentang kesenjangan yang ada sekaligus dapat memberikan masukan pada pelaksana program untuk memperbaiki program yang dilaksanakan.

  Macam-macam kesenjangan yang dapat dievaluasi dalam program pendidikan menurut Rahayu (2014:14) antara lain: antara rencana dengan

  1. Kesenjangan pelaksanaan program

  2. Kesenjangan antara yang diduga atau diramalkan akan diperoleh dengan yang benar-benar direalisasikan.

  3. Kesenjangan antara status kemampuan dengan standar kemampuan yang ditentukan

  4. Kesenjangan tujuan

  5. Kesenjangan mengenai bagian program yang diubah

  6. Kesenjangan dalam sistem yang tidak konsisten.

  Dari pendapat Rahayu maka dalam mengevaluasi kesenjangan program dapat mengacu pada kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan, hasil yang ingin dicapai dengan hasil nyata, kemampuan dengan standar pelaksanaan, tujuan, program yang diubah, dan sistem yang tidak konsisten. Dengan demikian maka dalam melakukan evaluasi program dengan model kesenjangan kita harus menentukan kesenjangan apa yang akan kita teliti, sehingga hasil penelitian dapat fokus pada satu masalah.

  Provus memperkenalkan evaluasi program

  

Discrepancy dengan langkah-langkah: Definisi,

  Instalasi, Proses, Produk, Analisis Biaya-Manfaat (Cost-Benefit Analysis). Sependapat dengan Provus, Suciptoardi (2011) menjelaskan langkah-langkah atau tahap-tahap yang dilalui dalam mengevaluasi kesenjangan adalah menyusun desain, tahap instalasi, tahap proses, tahap produk, dan tahap perbandingan. Perbedaan pendapat antara Provus dan Suciptoardi adalah pada langkah yang ke lima. Provus menjelaskan bahwa langkah yang ke lima adalah analisis kesesuaian biaya, sedangkan Suciptoardi lebih menekankan pada membandingkan pelaksanakan program dengan standar pelaksanaannya. Secara rinci kelima tahap itu antara lain:

  Tahap Penyusunan Desain. Dalam tahap ini 1. dilakukan kegiatan:

a. Merumuskan tujuan

  b. Menyiapkan kelengkapan standar dalam bentuk c. Merumuskan rumusan yang menunjuk pada suatu yang dapat diukur, biasa di dalam langkah ini evaluator berkonsultasi dengan pengembangan program. Sesudah memahami tentang isi yang terdapat di dalam program yang merupakan obyek evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyusunan desain. Tahap Instalasi atau Penetapan Kelengkapan 2. Program. Yaitu melihat kelengkapan yang tersedia sudah sesuai dengan yang diperlukan atau belum. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan: Meninjau kembali penetapan standar,Meninjau program yang sedang berjalan,Meneliti kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang sudah dicapai. Tahap Proses (Process). Dalam tahap ketiga 3. dari evaluasi kesenjangan ini adalah mengadakan evaluasi, tujuan tujuan manakah yang sudah dicapai. Tahap ini juga disebut “tahap mengumpulkan data dari pelaksanaan program

  ”. Tahap Pengukuran Tujuan (Product). Yaitu 4. tahap melaksanakan analisis data dan menetapkan tingkat output yang diperoleh.

  Pertanyaan yang diajukan dalam tahap ini adalah “Apakah program sudah mencapai tujuan terminalnya?

  ”. Tahap perbandingan (Program Comparation), 5. Yaitu tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

  Dalam tahap ini evaluator menuliskan semua penemuan kesenjangan untuk disajikan kepada para pengambil keputusan, agar mereka dapat memutuskan kelanjutan dari program tersebut. Kunci dari evaluasi Discrepancy adalah dalam hal membandingkan penampilan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Yang menjadi dasar dalam evaluasi program ini adalah menilai kesenjangan, dengan demikian tanpa perlu menganailis pihak-pihak yang dipasangkan. Kita segera dapat menyimpulkan bahwa model evaluasi kesenjangan dapat ditetapkan untuk mengevaluasi pemrosesan. Sebelum melakukan desain evaluasi maka terlebih dahulu harus dilakukan fokus evaluasi yaitu mengkhususkan apa dan bagaimana evalusi akan dilakukan. Bila evaluasi sudah terfokus, maka ini berarti proses dan desain dimulai.

2.3 Penelitian Relevan

  Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian yang relevan terkait degan manajemen kesiswaa, diantaranya:

  Penelitian yang berjudul “Manajemen Dan

  Pengelolaan Peserta Didik (Studi Pada SD di Kota Makassar) Oleh Kamaruddin dkk tahun ”. 2013.Dengan hasil penelitian bahwa (1) Pengelolaan peserta didik harus berbasis pada kebutuhan mereka. (2) pengelolaan peserta didik memiliki langkah-langkah penting yaitu: perencanaan terhadap peserta didik; pembinaan peserta didik, evaluasi peserta didik, dan mutasi peserta didik. (3) Perlu sinkronisasi antara output kebutuhan peserta didik dengan kapasitas sumberdaya jurusan atau prodi setempat.

  Penelitian yang berjudul “Manajemen Peserta

  Didik Sekolah Luar Biasa Di Yayasan SLB Tunas Mulya Surabaya

  ”. Oleh Purwanto tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan perencanaan penerimaan peserta didik baru merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan. Pelaksanaan pengelolaan dan pembinaan peserta didik dilakukan dengan menekankan pada aspek individual dari masing-masing anak, pembelajarannya dilakukan dengan adanya berbagai inovasi dan kreatifitas dari guru dalam menyampaikan pembelajaran sedangkan kegiatan pembinaannya dilakukan dengan selalu memberikan pendekatan kepada setiap siswa. Penilaian dan evaluasi peserta didik menganut standar dari pemerintah namun ada penyederhanaan.Kelulusan dapat dilakukan setelah siswa mengikuti seluruh rangkaian ujian dan setelah siswa lulus maka dapat bergabung dengan ikatan alumni.

  Penelitian yang berjudul “Manajemen Peserta

  Didik Di Sekolah Satu Atap ”. OlehIrfan, dkk tahun

  2013. Hasil penelitian menunjukkan tahapan dalam manajemen peserta didik mulai dari proses perencanaan, penerimaan peserta didik baru, pengelompokan, pengaturan mutasi dan drop out, pengaturan disiplin dan tata tertib, pembinaan, hingga penilaian di Sekolah Satu Atap.

  Penelitian yang berjudul “Evaluation of a

  

comprehensive behavior management program to

improve school-wide positive behavior support

  ”. Oleh Metzler, dkk pada tahun 2001. Penelitian ini menjelaskan evaluasi pendekatan konsultatif untuk membantu sekolah-sekolah menengah dalam menerapkan praktek manajemen perilaku sekolah berbasis empiris. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dukungan positif untuk perilaku sosial yang tepat dan pada penurunan perilaku sosial agresif dikalangan siswa di sekolah. Disiplin rujukan secara signifikan menurunkan pelecehan diantara laki-laki untuk siswa kelas 7. Persepsi siswa tentang keamanan sekolah menjadi lebih baik, namun tidak terjadi di sekolah pembanding . Laporan siswa secara fisik atau secara lisan menyerang sehari sebelumnya berkurang di sekolah target, tapi perubahan ini juga terlihat di sekolah pembanding.

  Penelitian yang berjudul and Effects

  

implications of self-management for students with

autism a meta-analysis

  ” oleh Lee, dkk pada tahun 2007.Penelitian ini melaporkan hasil pemeriksaan kemanjuran manajemen diri untuk meningkatkan perilaku yang sesuai dari anak-anak dan remaja dengan autisme. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan nilai PND rata menunjukkan bahwa intervensi manajemen diri adalah pengobatan yang efektif untuk meningkatkan frekuensi perilaku yang sesuai dari siswa dengan autisme. Implikasi untuk penelitian lebih lanjut memperluas penggunaan dan pemahaman tentang prosedur pengelolaan diri untuk siswa didiagnosis dengan autisme dibahas.

  Penelitian yang berjudul “Comparisons of

  

student satisfaction with the school food service

programs in middle and high schools by food service

management types ” oleh Kim, dkk pada tahun 2003.

  Penelitian ini membahas tentang manajemen layananan makanan bagi siswa. Hasil penelitian menunjukkan siswa puas dengan pelayanan makanan di sekolah. Selain itu kepuasan siswa terhadap sanitasi sekolah tidak sama seperti kepuasan siswa terhadap layanan makanan, dimana siswa merasa tidak puas dengan layanan sanitasi sekolah. Dalam penelitian ini dijelaskan pula tentang bagaimana pemberian jumlah makanan pada siswa disarankan supaya disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

  Penelitian oleh Kamaruddin dkk (2013) menekankan dalam melaksanakan manajemen kesiswaan perlu menyesuaikan dengan kebutuhan siswa dan dijalankan sesuai denga prosedur yang ada. Selain itu sekolah juga harus menyesuaikan antara sarana prasarana yang ada dengan jumlah siswa.

  Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2013) menekankan pentingnya menajemen kesiswaan di sekolah. Manajemen kesiswaan yang diteliti antara lain adalah perencanaan peserta didik baru, pengelolaan peserta didik, penilaian peserta didik, serta kelulusan dan alumni. Bila dibandingkan dengan penelitian Purwanto, penelitian Irfan, dkk (2013) memiliki lingkup yang lebih luas. Dalam penelitian Irfan, dkk lingkup manajemen kesiswaan meliputi perencanaan, penerimaan peserta didik baru, pengelompokan, pengaturan mutasi dan drop out, pengaturan disiplin dan tata tertib, pembinaan, hingga penilaian.

  Berbeda dengan tiga penelitian di atas penelitian oleh Metzler, dkk (2001) menjelaskan tentang penerapan manajemen perilaku komperhensif. Dari hasil penelitian oleh Metzler, dkk menunjukkan bahwa manajemen perilaku komperhensif dapat memberikan dampak positif bagi perilaku sosial siswa. Sementara Lee, dkk (2007) melakukan penelitian tentang manajemen diri yang diterapkan kepada siswa yang memiliki autisme. Hasil penelitian oleh Lee, dkk menunjukkan adanya peningkatan perilaku yang baik setelah manajemen diri di terapkan pada sekolah dengan siswa autisme.

  Sedangkan penelitian Kim, dkk (2003) yang meneliti tentang kepuasan siswa terhadap kepuasan siswa pada layanan makanan dan layanan sanitasi sekolah. Dalam penelitian Kim, dkk ada beberapa persamaan kesimpulan dengan penelitian Kamaruddin dkk, dimana dalam memberikan layanan kepada siswa harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.

  Penelitian-penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Dimana dalam penelitian yang dirancang penulis akan berkonsentrasi pada penelitian evaluasi pada program manajemen kesiswaan. Jika dalam penelitian di atas hanya dibahas tentang pengukuran terhadap pelaksanaan manajemen kesiswaan di sekolah. Penelitian yang dirancang penulis ini akan mengukur sekaligus mencari kesenjangan antara pelaksanaan program Manajemen Kesiswaan dengan standard pelaksanaan manajemen kesiswaan. Selain itu ruang lingkup dalam penelitian ini akan lebih luas dibandingkan penelitian sebelumnya. Sehingga dengan adanya enelitian ini diharapkan mampu membentu pelaksana program dalam menyusun dan melaksanakan program Manajemen Kesiswaan di sekolah.

2.3 Kerangka Pikir

  Dalam lingkup sekolah pengelolaan kesiswaan menjadi penting untuk dilaksanakan guna memberikan pelayanan maksimal kepada siswanya. penting untuk dilaksanakan guna memberikan pelayanan kepada siswa. Evaluasi manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengetahui keberlajutan program dengan mencari kesenjangan-kesenjangan yang ada dan mengetahui hambatan selama melaksanakan serta mengetahui hasil dari pelaksanaan program.

  Berdasarkan tujuan dan masalah yang ada, penulis melakukan penelitian evaluasi program manajemen kesiswaan menggunakan pendekatan

  

Discrepancy(kesenjangan). Pendekatan Discrepancy

  ini menitikberatkan pada kesenjangan yang muncul dalam desain program, instalasi program, proses pelaksanaan program, dan hasil (produk) program manajemen kesiswaan. Dari kesenjangan yang muncul maka akan diketahuai solusi yang tepat guna memperbaiki program manajemen kesiswaan ke depannya. Berikut kerangka pikir evaluasi program manajemen kesiswaan di SDN 1 reco berdasarkan model Discrepancy.

  Evaluasi program Manajemen Kesiswaan Discrepancy Model Desain Instalasi Proses Produk

Hasil evaluasi

  (kesenjangan)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Evaluasi Program Manajemen Kesiswaan

  

Berdasarkan Discrepancy Model

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Unexpected Result dalam Penerapan Teknologi pada Dua Tahun Pertama: Sebuah Kajian Kelembagaan pada Kasus PT. Pasti Sukses

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

0 0 16

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

0 0 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

0 1 52

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

0 0 60

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Budaya Organisasi dan Kaidah Timbal Balik terhadap Knowledge Sharing serta Dampaknya terhadap Perilaku Inovatif: Studi Kasus pada Perusahaan Finance di Kota Salatiga

0 0 10

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Budaya Organisasi dan Kaidah Timbal Balik terhadap Knowledge Sharing serta Dampaknya terhadap Perilaku Inovatif: Studi Kasus pada Perus

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Budaya Organisasi dan Kaidah Timbal Balik terhadap Knowledge Sharing serta Dampaknya terhadap Perilaku Inovatif: Studi Kasus pada Perusahaan Finance di Kota Salatiga

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Budaya Organisasi dan Kaidah Timbal Balik terhadap Knowledge Sharing serta Dampaknya terhadap Perilaku Inovatif: Studi Kasus pada Perusahaan Finance di Kota Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Budaya Organisasi dan Kaidah Timbal Balik terhadap Knowledge Sharing serta Dampaknya terhadap Perilaku Inovatif: Studi Kasus pada Perusahaan Finance di Kota Salatiga

0 0 30