BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil SMK Pembangunan Ampel

  SMK Pembangunan Ampel merupakan sekolah swasta yang menjadi salah satu dari empat SMK yang berada di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sejarah singkat SMK Pembangunan Ampel berdiri pada tanggal 8 Mei 1995 dibawah naungan Yayasan Sariputra Sadono. Sekolah ini, mula-mula hanya membuka jurusan akuntansi, namun pada saat ini SMK Pembangunan Ampel memiliki tiga jurusan yaitu Akuntansi (AK), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), dan Teknik Sepeda Motor (TSM).

  Secara geografis SMK Pembangunan Ampel berada di Jalan Baru Dusun Kaligentong, Kelurahan Urutsewu dengan jarak jalan raya sekitar 200 meter. Pada saat ini, SMK Pembangunan Ampel memiliki siswa sejumlah 123 dan guru sejumlah 27. Meskipun hanya memiliki jumlah siswa yang relatif sedikit, sekolah ini memiliki sarana prasarana yang cukup representatif. Tiap jurusan memiliki laboratorium praktek,ruang kelas yang memadai dan media pembelajaran yang cukup baik. Semua guru dan tenaga kependidikan memiliki ijazah S1, 4 guru memiliki ijazah S2, dan 8 guru telah memiliki sertifikat pendidik.

  Visi SMK Pembangunan Ampel adalah “Terwujudnya Sekolah Menengah Kejuruan yang mengasilkan tamatan yang memiliki iman dan taqwa, berbudi pekerti luhur, berkualitas, profesional, dan mampu berkompetisi di era global. Misi SMK Pembangunan Ampel pada dasarnya melaksanakan kebijakan pemerintah dalam rangka usaha dan bersikap profesional serta mampu mengembangkan dirinya sesuai kebutuhan dunia kerja. Misi tersebut dijabarkan sebagai berikut :

  Meningkatkan pembinaan keagamaan 1. Menerapkan pendidikan karakter pada tiap mata 2. pelajaran

  Meningkatkan 3. pelayanan siswa dalam pembelajaran dengan tenaga edukatif yang berkualitas, profesional, media memadai, dan lingkungan belajar yang kondusif

  Mengembangkan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) 4. dan meningkatkan kerjasama dengan Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI).

  Menyiapkan tenaga kerja menengah yang 5. profesional sesuai dengan tuntutan DU/DI.

  SMK Pembangunan Ampel memiliki tujuan, antara lain :

  1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, 2. mampu berkompetisi dan mengembangkan diri untuk mencapai taraf hidup yang layak

  Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk 3. memenuhi dunia kerja pada saat ini, maupun

  4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, siap berkembang dan beradaptasi (adaptif) serta kreatif.

  Penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah dilakukan untuk mewujudkan SMK Pembangunan Ampel sebagai sekolah kejuruan yang bermutu. Ukuran mutu sekolah secara nasional terdeskripsikan melalui hasil akreditasi dari Badan Akreditasi Sekolah. Melalui studi dokumen sertifikat akreditasi Tahun Pelajaran 2017/2018 diperoleh informasi bahwa semua jurusan yang ada di SMK Pembangunan Ampel yaitu Akuntansi, Rekayasa Perangkat lunak, dan Teknik sepeda motor memiliki akreditasi “B” yang berarti baik.

  Untuk meningkatkan mutu sekolah, secara garis besar SMK Pembangunan Ampel telah menetapkan sasaran mutu yang akan dicapai. Sasaran mutu tersebut antara lain : 1.

  Pengembangan KTSP dengan melibatkan unsur- unsur sesuai dengan standar SNP

  2. Peningkatan peserta didik dalam pencapaian target yang ditetapkan SKL.

  3. Peningkatan prestasi akademik maupun non nasional.

  4. Peningkatan pemenuhan sarana prasarana sesuai SNP

  5. Meningkatkan kemitraan sekolah dengan masyarakat maupun DU/DI dalam kegiatan akademik maupun non akademik dengan didukung adanya MOU.

  6. Meningkatkan penggalangan dana untuk membantu operasional dan pengembangan sekolah 7. Mengembangkan standar pembiayaan penetapan besaran biaya operasional non personalia, ATS, dan BAHP berdasarkan SNP

  Meningkatkan subsidi silang kepada siswa kurang 8. mampu dibidang ekonomi.

4.2. Langkah Pengembangan

4.2.1. Potensi dan Masalah

1. Perencanaan ( Planning)

  Dalam kegiatan perencanaan penjaminan mutu internal, SMK Pembangunan Ampel telah melaksanakan pemetaan mutu sebagai upaya identifikasi pencapaian kinerja dan keadaan sekolah melalui pengkajian dan analisis. Pemetaan mutu tersebut dilakukan melalui kegiatan Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS yang dilakukan mengacu indikator mutu 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang direkomendasikan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Selain mengacu 8 SNP, EDS yang dilakukan juga dianalisis berdasarkan sasaran dan kebijakan mutu sekolah. Hal ini sesuai wawancara dengan kepala sekolah:

  Kami telah melakukan EDS tiap tahun,tepatnya EDS dibuat tiap akhir tahun pelajaran untuk mengevaluasi ketercapaian kinerja sekolah. EDS disusun melalui aplikasi yang direkomendasikan LPMP. Membandingkan standar acuan mutu SNP dengan kondisi sekolah saat ini. Apakah belum sesuai,sudah sesuai,atau melebihi. EDS ini kemudian kami sosialisasikan sebagai bahan rapat koordinasi sekolah tahun pelajaran berikutnya. (wawancara, kepala sekolah, 24 Juli 2017)

  Hal tersebut sejalan dengan keterangan dari dua guru sebagai anggota dari tim pengembang mutu sekolah:

  EDS sekolah kami menggunakan format yang direkomendasikan LPMP, karena memang seluruh SMK di Boyolali diwajibkan menggunakan format tersebut. Kami tinggal mengisi angket yang tersedia, angket tersebut berisi pertanyaan tentang ketercapaian pemenuhan SNP. Hasil analisisnya langsung bisa dilihat setelah semua angket dijawab, karena EDS dalam bentuk aplikasi atau program (wawancara, guru 1, anggota tim pengembang mutu sekolah, 25 Juli 2017) EDS yang disusun selain menunjukkan ketercapaian kinerja sekolah, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dan tantangan untuk meningkatkan pemenuhan SNP dan sasaran mutu sekolah (wawancara, guru 2, anggota tim pengembang mutu sekolah, 26 Juli 2017) Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga sumber tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa EDS yang disusun mengacu indikator mutu 8 SNP. EDS sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja sekolah dilakukan dengan cara membandingkan standar acuan mutu dengan kondisi nyata sekolah. selain itu, EDS juga digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dan tantangan untuk meningkatkan pemenuhan SNP.

  Selain wawancara, informasi mengenai EDS dilakukan melalui studi dokumen. Dalam dokumen 2016/2017 terdapat analisis dan kajian pemenuhan SNP, serta kelemahan dan tantangan yang mengacu pada sasaran mutu sekolah (Sumber: EDS SMK Pembangunan Ampel, 2016: 6-49).

  Pemetaan mutu sekolah melalui kegiatan EDS menunjukkan kinerja sekolah atas pemenuhan 8 SNP. EDS menggambarkan kondisi riil sekolah, apakah sekolah telah memenuhi SNP atau bahkan melebihi SNP. Kondisi nyata sekolah dapat tergambarkan melalui pengisian angket EDS secara transparan dengan data-data yang benar-benar telah terup date.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan tim pengembang mutu sekolah, diperoleh data bahwa sekolah mengalami kendala dalam menyusun EDS. Menurut kepala sekolah, kendala yang dialami adalah kurangnya akurasi pengisian angket EDS. Data yang dipakai belum sepenuhnya diperbaharui berdasarkan kondisi riil sekolah (wawancara kepala sekolah, 24 Juli 2017) Sejalan dengan pendapat dari anggota tim pengembang mutu sekolah bahwa tidak semua data telah di update sesuai kondisi nyata sekolah. dalam menggambarkan pemenuhan indikator mutu SNP (wawancara, dua anggota tim pengembang mutu sekolah, 26 Juli 2017)

  Untuk memperoleh kebenaran dari hasil wawancara, peneliti menggunakan teknik dokumentasi. Dari studi dokumentasi diperoleh data bahwa dalam dua tahun terakhir, ada beberapa elemen SNP mempunyai rating yang sama (sumber: EDS SMK Pembangunan Ampel,2015 :19,2016 : 21 ). Ini berarti dalam mengisi angket EDS tidak sepenuhnya dilakukan update data terkini, sehingga pemetaan mutu kurang akurat.

  Untuk menindaklanjuti hasil EDS sebagai pemetaan mutu, SMK Pembangunan Ampel telah menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS). RKS berisi tentang cara pencapaian tujuan sekolah yang dilakukan melalui berbagai perencanaan dan program sekolah. perencanaan yang disusun mengacu pada indikator mutu 8 SNP. Seperti yang disampaikan kepala sekolah :

  Untuk mengawali tahun pelajaran baru, kami menyusun RKS. RKS tersebut akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan semua kegiatan sekolah. RKS ini disusun dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, yaitu kepala sekolah, guru, komite sekolah dan yayasan. Kami duduk bersama dalam rapat koordinasi penyusunan RKS (wawancara, kepala sekolah, 24 Juli 2017).

  Informasi tersebut sejalan dengan keterangan dua orang tim pengembang mutu, bahwa RKS digunakan sebagai dasar semua aktifitas sekolah dalam tahun berjalan. RKS tidak saja memuat rencana kegiatan tahunan, akan tetapi juga memuat rencana sekolah untuk jangka menengah. Semua perencanaan tersebut didukung dengan penyusunan rencana anggaran sesuai dengan kemampuan sekolah (wawancara, anggota tim pengembang sekolah, 25 Juli 2017).

  Melalui studi dokemen RKS SMK Pembangunan Ampel (2016 : 156-171) memuat Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM), Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS).

  Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga sumber tersebut diatas dan hasil studi dokumen RKS, dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun RKS sekolah telah melibatkan stake holder. Selain kebutuhan perencanaan sekolah, yang meliputi RKT, RKJM,dan RKAS.

  Sani (2015:154) berpendapat, RKS disusun berdasarkan hasil analisis data EDS. Laporan EDS merupakan merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan mutu sekolah. EDS berperan dalam membangun informasi terutama untuk melihat kinerja sekolah dalam penerapan SNP. Informasi yang diperoleh akan menjadi dasar dalam menyusun perencanaan pemenuhan SNP yang tertuang dalam RKS.

  Muncul masalah ketika ditanyakan, apakah sekolah menggunakan EDS sebagai acuan dalam menyusun perencanaan. Seperti yang disampaikan kepala sekolah:

  Penyusunan RKS dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan 8 SNP. Pengerjaan secara kelompok dilakukan agar penyusunan RKS berjalan efektif dan efisien. Pada kenyataannya cara ini tidak berjalan dengan baik. Hanya beberapa personil saja yang bekerja dan memakai EDS sebagai acuan untuk pengembangan RKS (wawancara, kepala sekolah, 26 Juli 2017)

  Keterangan yang hampir sama diperoleh dari dua orang guru yang berperan dalam tim pengembang mutu, bahwa kurang adanya solidaritas dan kekompakan dalam menyusun RKS, bahkan beberapa penanggungjawab standar (SNP) menggunakan rencana kerja periode lalu (wawancara, dua guru anggota tim pengembang mutu, 25 Juli 2017).

  Menurut Sani (2015; 143) RKS berisi tentang cara pencapaian tujuan sekolah yang dilakukan melalui perencanaan dan program sekolah, salah satu tahapan dalam menyusun RKS adalah menetapkan solusi permasalahan dan memilih solusi yang paling efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menanyakan teknik apa yang digunakan sekolah untuk menetapkan solusi permasalahan atau strategi dalam pengembangan RKS. Berikut kutipan wawancara dengan seorang guru yang juga anggota tim pengembang mutu:

  .....memang harusnya memakai teknik seperti SWOT agar dapat ditemukan rencana strategis yang benar benar efektif sebagai solusi masalah, tapi kami terus terang tidak menggunakan teknik tertentu karena agak mengalami kesulitan dan memakan waktu jika memakai teknik tersebut. Jadi perencanaan strategi yang dibuat seadanya saja dan mengabaikan

kelemahan dan kelebihan yang dimiliki sekolah

(wawancara, guru A tim pengembang mutu , 26 Juli 2017).

  Pernyataan yang kurang lebih sama diperoleh dari beberapa sumber yang ada saat dilakukan wawancara (wawancara, guru B dan C, tim pengembang mutu, 25 Juli 2017) Data tersebut didukung oleh dokumen RKS yang dimiliki sekolah, dimana tidak terdapat analisis dan teknik tertentu yang mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan sekolah dalam mengembangkan RKS.

  Dari beberapa masalah tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa penjaminan mutu internal di SMK Pembangunan Ampel dari aspek perencanaan kurang efektif. Dibutuhkan model perencanaan efektif yang dapat menjawab semua kebutuhan sekolah.

2. Pengorganisasian (Organizing)

  Tahap dalam sistem penjaminan mutu internal berikutnya setelah perencanaan kegiatan adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah cara untuk mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan direncanakan. SMK Pembangunan Ampel telah melakukan pengorganisasian penjaminan mutu internal dengan membentuk tim pengembang mutu sekolah. Secara dokumentasi pembentukan tim tersebut diwujudkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah tentang Tim Pengembang Mutu Sekolah. Berikut kutipan wawancara dengan kepala sekolah:

  Untuk melaksanakan semua perencanaan yang ada dalam RKS, sekolah telah membentuk tim khusus. Tim ini yang akan menyusun program, mengkoordinasi pelaksanaannya, dan mengevaluasi. Tidak semua guru terlibat dalam tim ini, hanya melibatkan guru yang menjabat struktural saja. Hal ini dilakukan karena memang kuantitas guru disini terbatas. Yang dilibatkan hanya guru yang menginduk di sekolah ini, mengingat sebagian besar guru mengajar di beberapa sekolah jadi tidak fokus jika dilibatkan. (wawancara, kepala sekolah, 26 Juli 2017)

  Hal serupa juga disampaikan oleh beberapa orang guru yang termasuk dalam tim pengembang mutu. Berikut salah satu keterangan yang disampaikan:

  Sekolah ini hanya memiliki 27 guru, yang menginduk hanya sekitar 15 guru, yang lain mengajar di beberapa sekolah. jadi, guru yang menginduk diberi kepercayaan untuk menjadi tim pengembang mutu agar lebih fokus. (wawancara, 3 guru anggota tim pengembang mutu ,27 Juli 2017)

  Melalui studi dokumentasi, SK kepala sekolah Nomor : 010/103.29/SMK.P/VII/2016 tentang tim pengembang mutu yang dilampiri dengan uraian tugas sesuai jabatan. Jabatan dalam SK tersebut meliputi, 1) penanggung jawab (kepala sekolah), 2) ketua, 3) sekretaris, 4) bendahara, 5) Pengembang SDM dan Manajemen Sekolah, 6) Pengembang KTSP/KBM, 7) Pengembang Sarana dan Prasarana,

  8) Pengembang Lingkungan Sekolah, 9) Pengembang Budaya Sekolah, 10) Pengembang Kegiatan Kesiswaan, 11) Pengembang Hubungan Sosial dan Pencitraan Publik. Dari hasil studi dokumen mengenai SK tersebut, pengorganisasian yang disusun sekolah, masih bersifat umum. Struktur organisasi dan uraian tugas belum menunjukkan pembagian pengembangan mutu berdasarkan 8 SNP. Sehingga tidak sejalan dengan penyusunan RKS yang telah mengacu pada 8 SNP.

  Dari hasil studi dokumen dan wawancara disimpulkan bahwa penjaminan mutu internal dari aspek pengoganisasian di SMK Pembangunan Ampel kurang efektif sehingga dibutuhkan model pengorganisasian yang tepat.

3. Pelaksanaan (Acting)

  Tahap ketiga dalam sistem penjaminan mutu internal adalah pelaksanaan program. Pelaksanaan program merupakan pelaksanakan pekerjaan sesuai dengan pembagian kerja dan menggerakkan seluruh sumber daya yang ada agar pekerjaan yang dilakukan dapat sejalan dengan rencana. Menurut Sani (2015: 154) pelaksanaan merupakan organisasi dan prosedur pelaksanaan pada tingkat satuan pendidikan, serta seluruh bagian organisasi satuan pendidikan untuk masing-masing standar (SNP). Pelaksanaan standar ini disesuaikan dengan program sekolah (RKS) yang dibuat berdasarkan hasil EDS. Pelaksanaan program merupakan kegiatan pemenuhan mutu dengan mengacu pada indikator mutu 8 SNP.

  Kepala SMK Pembangunan Ampel sebagai penanggungjawab penjaminan mutu internal menjelaskan tentang pelaksanaan program:

  Semua aktifitas sekolah dalam tahun pelajaran yang sedang berjalan kami usahakan konsisten dengan program sekolah. Tetapi pada kenyataannya tidak semua program bisa direalisasikan. Biasanya berkaitan dengan pendanaan. (wawancara,kepala sekolah,26 Juli 2017)

  Hal yang sama diungkapkan oleh penanggungjawab standar pembiayaan:

  Semua kegiatan membutuhkan pembiayaan, ada beberapa program yang butuh biaya besar. Contohnya, biaya pengadaan sarpras yaitu komputer dan server untuk CBT. Karena SMK di Boyolali wajib mengikuti CBT,sementara belum ada bantuan dari pemerintah.

  Sasaran mutu kami salah satunya meningkatkan hasil nilai UN, jadi realisasi program ini diutamakan, otomatis akan menunda program lainnya, tapi kami usahakan untuk dapat merealisasikan semua program meskipun ada efisiensi dana. (wawancara, penanggungjawab standar pembiayaan,27 Juli 2017)

  Informasi yang sama diperoleh dari penanggungjawab standar sarana prasarana :

  Yang paling banyak alokasi pendanaan adalah standar sarpras dan SKL. Program standar lain mungkin hanya berkisar administrasi,transport,akomodasi. Jadi, kami mengutamakan mana yang dianggap kebutuhan mendesak dalam realisasi program. Meski demikian, dengan hambatan dana menyebabkan tidak semua program bisa terlaksana. (wawancara, penanggungjawab standar sarpras, 27 Juli 2017).

  Berdasarkan wawancara dengan beberapa sumber tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan program, sekolah ini cukup konsisten dengan RKS yang telah disusun. Meskipun demikian, terdapat kendala dalam hal pendanaan sehingga sekolah menerapkan prinsip skala prioritas yang mengacu pada sasaran mutu dalam pelaksanaan program.

  Koordinasi sangat dibutuhkan dalam realisasi program pada tiap-tiap standar dengan menerapkan prinsip prioritas. Pendanaan dengan jumlah yang tetap sesuai RKS, oleh sekolah ini diolah dan dialokasikan sesuai program dengan mengkoordinasi semua penanggungjawab standar.

  Dalam menyusun pemetaan mutu, dibutuhkan data yang akurat mengenai ketercapaian pemenuhan standar mutu dan kinerja sekolah pada periode yang laporan kegiatan pelaksanaan program yang akuntabel. Berdasarkan studi dokumentasi terdapat beberapa dokumen laporan kegiatan pelaksanaan program. Diantaranya dokumen laporan pertanggungjawaban (LPJ) dari standar pembiayaan, laporan kegiatan bagian kesiswaan (SKL), laporan inventaris barang (standar sarpras), dan dokumen kurikulum (standar isi). Untuk standar yang lain belum ada laporan kegiatan pelaksanaan program. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya akurasi data pencapaian standar mutu.

  Pelaksanaan program kerja sebagai pemenuhan standar mutu juga membutuhkan perangkat penjaminan mutu. Menurut Sani (2015:171) perangkat merupakan alat yang digunakan untuk menjalankan fungsi dari suatu sistem atau program. Dalam penjaminan mutu sekolah, perangkat yang digunakan antara lain dokumen yang berisi visi, misi, tujuan, kebijakan, dan sasaran mutu sekolah, selain itu sekolah harus memiliki Prosedur Operasional Standar (POS) dan Instruksi Kerja (IK). POS dan IK disusun untuk setiap masing-masing SNP. Melalui studi dokumen diketahui bahwa sekolah memiliki dokumen mutu didokumenkan, melalui observasi data-data tersebut juga nampak dipasang melalui papan display didepan gedung sekolah. akan tetapi dokumen POS dan IK hanya dimiliki oleh standar sarana prasarana dan standar proses. POS dan IK tersebut adalah penggunaan Laboratorium dan penyusunan Administrasi Pembelajaran seperti RPP dan silabus.

  Dari wawancara dengan beberapa sumber dan dilengkapi dengan studi dokumen, pelaksanaan program kerja sekolah di SMK Pembangunan Ampel belum efektif dan masih mengalami beberapa kendala. Dibutuhkan sebuah model yang tepat yang dapat menjawab kebutuhan sekolah.

4. Evaluasi (Controlling)

  Tahap terakhir dalam sistem penjaminan mutu internal adalah evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan mengawasi dan menilai secara obyektif atas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan penggunaan sumber daya. Dalam penjaminan mutu, evaluasi dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat ketercapaian standar. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kesenjangan dan permasalahan yang terjadi di sekolah dalam upaya memenuhi standar yang telah ditetapkan. Menurut Sani evaluasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau tim yang dibentuk oleh kepala sekolah. Evaluasi yang telah dilakukan di SMK Pembangunan Ampel, seperti dijelaskan oleh kepala sekolah dari hasil wawancara:

  Disekolah kami yang melakukan evaluasi program adalah kepala sekolah, tiap akhir tahun pembelajaran dilakukan monev atas pelaksanaan program. Terkadang ada monev dari pengawas, tapi itu tidak kontinu. Yang sering di supervisi atau monev adalah sekolah negeri, untuk sekolah swasta jarang. (wawancara,kepala sekolah, 26 Juli 2017) Hal yang hampir sama dikemukakan oleh tim pengembang mutu standar isi dan standar proses:

  .....dilakukan monev oleh kepala sekolah, karena memang belum ada tim evaluator khusus yang dibentuk. Kendalanya karena personilnya terbatas, dengan jumlah guru yang menginduk Cuma 25 orang, dan sebagian sudah menjadi tim pengembangan mutu. Evaluator juga membutuhkan kemampuan yang baik, jadi bapak kepala sekolah saja yang menjadi evaluator. Monev yang dilakukan kepala sekolah seputar pelaksanaan program, dengan mengacu RKS dan laporan kegiatan. Tapi tidak semua standar menyusun laporan kegiatan, jadi monev kurang efektif. (wawancara,tim pengembang mutu standar isi,27 Juli 2017) ....kepala sekolah tiap akhir tahun pelajaran melakukan cek pelaksanaan program. Kegiatan tersebut seputar sesuai tidak dengan RKS, berapa persen keterlaksanaannya, kendala apa yang dihadapi. Format monev kepala sekolah atas keterlaksanaan program dilakukan dengan cek list (wawancara,tim pengembang mutu standar proses,27 Juli 2017)

  Melalui studi dokumentasi, SMK Pembangunan Ampel memiliki laporan evaluasi program oleh kepala sekolah. Laporan evaluasi tersebut menunjukkan persentase keterlaksanaan program dan kekurangan atau masalah yang dihadapi (Laporan Monev dan Supervisi Kepala Sekolah, 2016 ). Kendala yang dihadapi adalah hanya beberapa standar saja yang menyusun laporan kegiatan sehingga evaluasi yang dilakukan hanya berdasarkan observasi kegiatan.

  Sani (2015:162) berpendapat, sekolah harus memiliki unit penjaminan mutu dalam implementasi sistem penjaminan mutu sekolah. Struktur organisasi unit penjaminan mutu sekolah bertugas melakukan audit mutu serta membuat usulan sekolah. Berdasarkan wawancara dan didukung studi dokumen, sekolah ini belum mempunyai unit penjaminan mutu sekolah. evaluasi dilakukan oleh kepala sekolah karena keterbatasan jumlah personil. Selain itu Sani (2015:197) juga menjelaskan dalam pelaksanaan evaluasi atau audit mutu mencakup tiga tahap, yaitu: melakukan evaluasi dokumen, melakukan uji lapangan, dan melakukan analisis temuan serta menyusun rekomendasi, kesemuanya itu membutuhkan format-format khusus. Dari hasil wawancara dan studi dokumen dapat diketahui bahwa dalam melakukan evaluasi, sekolah ini belum menerapkan tahapan-tahapan dalam proses audit mutu, sehingga hasil evaluasi program kurang maksimal.

  Dalam proses evaluasi dibutuhkan laporan hasil audit. Selain memuat hasil pelaksanaan program, laporan audit juga berisi rekomendasi tindak lanjut (Sani, 2015:210). Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan beberapa anggota tim pengembang mutu, laporan evaluasi yang disusun oleh kepala sekolah tidak dipakai untuk mengembangkan sasaran mutu tahun ajaran berikutnya. Hal tersebut berdampak pada pengisian pemetaan mutu maupun sasaran mutu tidak efektif.

  Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa SMK Pembangunan Ampel mempunyai potensi dalam pelaksanaan siklus penjaminan mutu internal. Akan tetapi belum efektif disebabkan masih mengalami beberapa masalah.

  Dari aspek perencaaan, Sekolah telah menyusun EDS yang terstandar dari LPMP. Hasil EDS juga telah disosialisasikan pada rapat koordinasi sekolah. Menindaklanjuti hasil EDS, sekolah telah menyusun RKS dengan melibatkan pemangku kepentingan yang memuat RKT, RKJM, dan RKAS. Secara potensi, sekolah telah melaksanakan tahap perencanaan penjaminan mutu internal, akan tetapi masih mengalami kendala. Kendala yang dihadapi adalah mengenai akurasi pengisian angket EDS, sehingga EDS sebagai alat untuk memetakan mutu, kurang dapat menunjukkan kondisi nyata sekolah. selain akurasi EDS, kendala yang dihadapi adalah kurangnya koordinasi masing-masing standar dalam menyusun RKS sebagai tindak lanjut dari EDS sehingga penyusunan RKS tidak efektif. Kendala lain yang dialami berkaitan dengan penyusunan RKS adalah sebagai dasar penyusunan RKS, sehingga perencanaan yang tersusun tidak konsisten dengan EDS. Selain itu pihak sekolah mengalami kesulitan dalam menetapkan solusi masalah dan strategi pengembangan program, sehingga membutuhkan teknik tertentu yang dapat membantu sekolah dalam menyusun strategi perencanaan.

  Dari aspek pengorganisasian, secara potensi sekolah telah membentuk Tim Pengembang Mutu (TPM) melalui SK Kepala Sekolah. SK tersebut telah dilampiri struktur organsasi dan uraian tugas. TPM melibatkan guru yang menginduk di SMK Pembangunan Ampel, sehingga kinerja lebih fokus. Masalah yang dihadapi adalah struktur organisasi tim pengembang mutu sekolah masih bersifat umum. SK Tim Pengembang Sekolah belum menunjukkan pembagian berdasarkan 8 SNP sehingga tidak sejalan dengan penyusunan RKS.

  Dari aspek pelaksanaan pemenuhan program, aktifitas sekolah dilaksanakan berdasarkan program sekolah (RKS). Meskipun demikian masih terdapat kendala, yaitu terbatasnya pendanaan. Terbatasnya dana menyebabkan tidak semua program dapat terealisasi. Dibutuhkan teknik penentuan skala pendanaan, sekolah belum memiliki perangkat penjaminan mutu sebagai pedoman untuk melaksanakan program. Hasil akhir dari pemenuhan program adalah laporan kegiatan. Dalam hal ini, tidak semua standar menyusun laporan kegiatan, sehingga akan sulit menilai atau mengevaluasi keterlaksanaan program.

  Dalam aspek evaluasi kegiatan, yang berperan sebagai evaluator adalah kepala sekolah. Laporan evaluasi berupa cecklist keterlaksanaan program melalui laporan kegiatan. Kendala yang dihadapi adalah masalah personal yang bertindak sebagai evaluator, yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai kesibukan dan pekerjaan sebagai pimpinan sekolah sehingga hasil evaluasi kurang maksimal. Dibutuhkan tim audit internal yang indepeden untuk melakukan penilaian kinerja. Kendala lain berkaitan dengan hasil evaluasi adalah laporan hasil evaluasi tidak digunakan sebagai dasar dalam menyusun sasaran dan kebijakan mutu tahun pelajaran berikutnya. Hal tersebut menyebabkan ketercapaian sasaran mutu kurang efektif.

  Berkaitan dengan efektifitas pelaksanaan siklus penjaminan mutu internal, fakta dilapangan SMK Pembangunan Ampel kurang efektif. Menurut Husaini Usman (2006 : 418) penjaminan mutu sekolah yang efektif, meliputi seluruh kegiatan yang terencana, sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan yang diterapkan dalam manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa seluruh proses telah melalui standar mutu dan aturan yang telah ditetapkan. Dibutuhkan sebuah model prosedur penjaminan mutu yang efektif dan terstandar untuk dapat menjawab semua permasalahan yang dialami, sehingga sasaran mutu sekolah akan terwujud.

4.2.2.Pengumpulan Data

  Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan uptodate, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai konsep dan teori yang menunjang sebagai bahan untuk perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah.

  Pengembangan model penjaminan mutu internal, merupakan pengembangan model prosedural. Model prosedural adalah model deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-langkah suatu produk tertentu (Suparman, 2014: 9). Desain pengembangan model penjaminan mutu internal disusun dengan pendekatan teori prinsip – prinsip manajemen oleh George R Terry (2013). Langkah manajemen tersebut terlihat seperti gambar 2.4. dibawah ini : Pengorganisasian

  

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Fungsi Manajemen

Gambar 4.1. Fungsi Manajemen oleh G.R,Terry Model prosedural yang digunakan sebagai acuan adalah Siklus Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2016, 13-14). Siklus tersebut meliputi : 1) Pemetaan mutu pendidikan, 2) Penyusunan rencana peningkatan mutu, 3) Pelaksanaan pemenuhan mutu, 4) Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu, 5) Penetapan standar mutu baru. Siklus tersebut seperti terlihat dalam 4.2 gambar dibawah ini :

Gambar 4.2. Siklus Penjaminan Mutu Internal (Kemdikbud,2016)

4.2.3. Desain Produk.

  Berdasarkan hasil analisis potensi dan masalah serta konsep dan teori mengenai penjaminan mutu internal, maka dibuat sebuah desain model penjaminan mutu internal yang sesuai dengan kebutuhan. Langkah tersebut seperti gambar 4.3. dibawah ini :

Gambar 4.3 Model Penjaminan Mutu Internal SMK Pembangunan Ampel

  Fungsi Manajemen Perencanaan Standar Mutu 8 NSP Pengorganisasian

  Evaluasi Visi Misi Sasaran Mutu Pemetaan Mutu EDS Koordinasi Standar 8 NSP Teknik Analisis Medan Kekuatan (Field Force Analisys)

  Pelaksanaa n TPM Standar SOP & IK TAM

  Skala Prioritas Pelaksanaan Kegiatan TPM KKA KS Rencana Pemenuhan RKS SOP & IK

  Lap.Kegiatan Standar Isi SKL Proses Pengelol aan Sarpras Tendik Penilaian TAM Keg.Audit KKA Form 1-4 Lap.Hasil Audit Sasaran Mutu Baru

1. Tahap Perencanaan

  Dalam tahap ini sekolah melakukan pemetaan mutu. Pemetaan mutu adalah kegiatan mengidentifikasi pencapaian kinerja dan keadaan sekolah melalui pengkajian dan analisis. Pemetaan mutu dilakukan melalui kegiatan Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Kegiatan dalam EDS adalah membandingkan standar acuan mutu dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan kondisi sekolah, apakah sesuai atau bahkan lebih. Program EDS yang telah disediakan dari Lembaga Penjaminan Mutu ini akan mengidentifikasi kelemahan dan tantangan untuk meningkatkan pemenuhan SNP.

  Untuk menjamin keakuratan data EDS, agar dapat menunjukkan kondisi riil sekolah, perlu dilakukan update data tiap standar dalam SNP. Update data dilakukan berdasarkan acuan standar mutu SNP minimal tiap semester dan dimonitor melalui supervisi kepala sekolah. Hasil EDS yang telah di update sesuai kondisi riil sekolah, kemudian disosialisasikan melalui rapat koordinasi sekolah tahunan.

  Untuk mencapai visi, misi, dan sasaran mutu sekolah, dilakukan melalui berbagai perencanaan dan program kegiatan. Laporan EDS dijadikan dasar untuk menyusun Rencana kerja Sekolah (RKS). Penyusunan RKS dibagi atas 8 SNP sesuai standar acuan mutu dalam EDS. Delapan standar tersebut meliputi; standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Dibutuhkan koordinasi yang baik pada tiap standar untuk mendapatkan rencana kerja yang efektif dan efisien, terutama berkaitan dengan program, standar pembiayaan berperan mengakomodasi rencana pendanaan.

  Didalam menyusun RKS, selain koordinasi antar standar, untuk mendapatkan rencana dan strategi pemenuhan mutu yang efektif, dibutuhkan teknik analisis yang tepat. Laporan EDS mengidentifikasikan kelebihan sekolah dan bidang yang membutuhkan perbaikan. Menurut Sani (2015; 143) teknik yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan untuk mendapatkan solusi permasalahan dan strategi perencanaan yang efektif adalah analisis Medan Kekuatan (force field analisis). Analisis medan kekuatan dilakukan dengan melihat faktor pendorong (driven force) dan faktor pelemah (restraining force) yang terkait dengan masalah yang ditemukan. Faktor pendorong adalah faktor yang memungkinkan masalah dapat diatasi dan dapat ditelaah dari hasil isian EDS. Faktor pelemah adalah faktor yang menyebabkan masalah semakin sulit untuk diatasi yang dapat ditelaah dari isian EDS. Langkah selanjutnya adalah membuat solusi dalam bentuk program atau kegiatan untuk meningkatkan faktor pendorong dan meminimalkan faktor pelemah. penyusunan RKS akan lebih efektif.

  Tahap perencanaan dalam penjaminan mutu internal, mulai dari pemetaan mutu sampai dengan penyusunan rencana kerja akan tampak seperti

gambar 4.4. dibawah ini : Pemetaan Mutu EDS Tiap Semester Up-date Data

  Koordinasi Standar dalam 8 NSP Supervisi KepSek Perencanaan Rencana Pemenuhan RKS Teknik Analisis Medan Kekuatan ( Field Force Analisys)

Gambar 4.4. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek Perencanaan

2. Tahap Pengorganisasian.

  Tahap pengorganisasian merupakan cara untuk menempatkan orang berdasarkan kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang telah direncanakan. Pengorganisasian dalam sistem penjaminan mutu dilakukan dengan membentuk Tim Pengembang Mutu (TPM). TPM ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah. Anggota TPM terdiri atas guru dan tenaga kependidikan. Pemilihan anggota TPM berdasarkan kemampuan yang dimiliki personal. Selain itu anggota TPM terbagi menjadi 8 tiap standar terdiri atas 1 orang penanggungjawab dan 1 orang anggota. Didalam SK TPM terdapat uraian tugas ( job description) untuk masing-masing standar, sehingga anggota TPM paham akan tugasnya.

  TPM bertugas melaksanakan semua rencana yang tertuang dalam RKS. untuk melaksanakan rencana dibutuhkan pedoman pelaksanaan agar semua program dapat dilaksanakan dengan efektif. Pedoman pelaksanaan tugas TPM berupa perangkat penjaminan mutu. Menurut Sani (2015 : 171) perangkat penjaminan mutu adalah alat yang digunakan untuk menjalankan fungsi dari suatu sistem atau program. Perangkat mutu tersebut berupa petunjuk kerja. Petunjuk kerja merupakan rincian aktifitas yang diuraikan dalam Prosedur Operasional Standar (POS). POS disusun untuk masing–masing standar dalam SNP. Penanggungjawab tiap standar dalam TPM menyusun POS untuk pedoman melaksanakan rencana yang ada dalam RKS, sehingga semua rencana dapat dilaksanakan dengan efektif.

  Selain membentuk TPM, pengorganisasian didalam penjaminan mutu membutuhkan Tim Audit ditetapkan melalui SK Kepala Sekolah, yang memuat rincian tugas. Tugas TAM adalah menilai kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap program, dan menilai pencapaian sasaran mutu yang ditetapkan sekolah. Untuk menjaga obyektifias penilaian, maka TAM bersifat indepedent, sehingga pemilihan personil TAM tidak diambil dari anggota TPM. TAM terdiri atas 1 orang ketua dan 1 orang anggota. Personil TAM diambil dari guru atau anggota komite sekolah. personil TAM dipilih secara khusus artinya mempunyai integritas dan memenuhi syarat sebagai auditor.

  Untuk menjalankan fungsi sebagai auditor mutu, TAM membutuhkan perangkat audit. Perangkat audit merupakan alat yang digunakan untuk kegiatan menilai pencapaian sasaran mutu. Perangkat audit berupa Kertas Kerja Audit (KKA). KKA terdiri atas KKA Form 1 digunakan untuk memeriksa kelengkapan dokumen, KKA Form 2 digunakan untuk pengujian dilapangan, KKA Form 3 untuk meringkas kondisi audit dan kriteria temuan, dan KKA Form 4 untuk analisis hasil audit.

  Tahap pengorganisasian penjaminan mutu,

  

Kepala Sekolah

Tim Tim Pengembang

  Audit Mutu Mutu (TAM) (TPM)

  SOP KKA dan IK

Gambar 4.5. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek Pengorganisasian

3. Tahap Pelaksanaan.

  Pelaksanaan program adalah pelaksanaan tugas dan pekerjaan sesuai dengan pembagian kerja dan menggerakkan seluruh sumber daya yang ada agar pekerjaan yang telah dilakukan berjalan sesuai apa yang direncanakan. Pelaksanaan pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan pembagian tugas untuk masing-masing standar dalam SNP. TPM sebagai pelaksana standar, merealisasikan semua program sekolah (RKS) yang dibuat berdasarkan EDS. Kegiatan pelaksanaan program adalah pemenuhan Dengan demikian, semua aktifitas sekolah dalam tahun pelajaran yang sedang berjalan, harus konsisten dengan program-program sekolah.

  Dalam merealisasikan program sekolah, semua kegiatan membutuhkan pembiayaan. Perencanaan pendanaan oleh standar pembiayaan menjadi peran penting. Dalam hal ini dibutuhkan koordinasi yang baik antara standar pembiayaan dengan 7 standar lain dalam SNP. Konsistensi terhadap alokasi dana yang telah direncanakan menjadi faktor utama untuk pencapaian tujuan yang efektif dan efisien. Pendanaan dalam jumlah yang besar biasanya terletak pada standar sarana prasarana, karena berkaitan dengan pengadaan barang dan fasilitas. Meskipun demikian, standar pembiayaan harus dapat meng-cover seluruh aktifitas sekolah. Untuk itu dibutuhkan skala prioritas dalam realisasi program. Skala prioritas disusun berdasarkan tingkat urgensi pencapaian sasaran mutu.

  Sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan program, TPM wajib menyusun laporan kegiatan. Laporan kegiatan ini dibutuhkan untuk mengevaluasi jalannya program, dengan menilai kesesuaian dengan RKS. laporan kegiatan disertai penggunaan dana. LPJ yang disusun diserta dengan bukti transaksi yang sah. Selain itu, TPM wajib mendokumenkan semua aktifitas kegiatan. Dokumentasi bisa dalam bentuk foto atau rekaman kegiatan. Hal ini dilakukan untuk kepentingan penilaian lapangan atas keterlaksanaan program sekolah.

  Tahap pelaksanaan program dalam penjaminan mutu internal dapat dilihat seperti

gambar 4.6. dibawah ini :

  

Pelaksana Rencana Pemenuhan

TPM

Pelaksana Kegiatan SOP dan IK Standar Isi

  SKL Proses

Standar

Pengelolaan

  

Pembiayaan

Sarpras Tendik Penilaian

  

Skala

Prioritas

Laporan

Kegiatan

Gambar 4.6. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek Pelaksanaan 4. Tahap Evaluasi.

  Tahap evaluasi adalah tahap dimana TAM sebagai auditor melakukan kegiatan pengawasan dan penilaian secara obyektif atas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan penggunaan sumber daya. Dalam penjaminan mutu, tahap evaluasi dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat ketercapaian standar mutu 8 SNP. Kegiatan evaluasi ini juga dilakukan untuk mengetahui kesenjangan dan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program.

  Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, TAM membutuhkan perangkat audit mutu. Perangkat audit mutu yang telah dijelaskan dalam tahap pengorganisasian diatas, akan digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi. Terdapat beberapa langkah dalam audit internal penjaminan mutu. dokumen (laporan kegiatan/LPJ) dengan menggunakan KKA Form 1. Langkah kedua, menggunakan KKA Form 2 untuk pengujian dilapangan. Pengujian dilapangan menggunakan teknik wawancara dengan TPM. Langkah ketiga, menggunakan KKA Form 3 untuk meringkas hasil audit dan merangkum temuan. Langkah terakhir menggunakan KKA Form 4 untuk menganalisis hasil audit. Auditor perlu melakukan analisis hasil audit dengan mendeskripsikan kondisi, kriteria, akibat. Selain itu, auditor perlu melakukan analisis akar masalah untuk menentukan penyebab terjadinya permasalahan, kemudian mengajukan rekomendasi atau saran untuk tindakan koreksi yang sebaiknya dilaksanakan oleh TPM.

  Sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan audit, TAM perlu menyusun laporan hasil audit. Laporan hasil audit memuat penilaian auditor terhadap pelaksanaan tugas pokok,ketaatan terhadap peraturan dan efisiensi, serta memuat temuan dan rekomendasi tindak lanjut. Laporan tersebut merupakan ukuran kinerja auditor dan hanya disampaikan pada pihak yang berkepentingan, yaitu TPM dan kepala sekolah. ketercapaian sasaran mutu sekolah. Dalam laporan ini, dapat diketahui tingkat pencapaian sasaran mutu yang telah direncanakan lewat RKS berdasarkan EDS dan beberapa sasaran mutu yang belum tercapai, serta rekomendasi untuk perbaikan. Laporan hasil audit ini, akan digunakan untuk menyusun sasaran mutu yang baru pada tahun pelajaran berikutnya. Sehingga akan terjadi perbaikan mutu secara berkesinambungan (continously improvement).

  Tahap evaluasi penjaminan mutu internal dapat dilihat dalam gambar 4.7. berikut ini :

  Evaluasi TAM KKA

  Kegiatan Form 1-4 Audit Laporan Hasil

  Audit Sasaran Mutu Baru

Gambar 4.7. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek evaluasi

  Hasil akhir yang diharapkan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut : Tahap perencanaan menghasilkan pemetaan mutu 1. yang akurat. Pengisian data EDS dilakukan dengan data yang update, sehingga menunjukkan kondisi riil sekolah. analisis data EDS akan mengidentifikasi pencapaian mutu sekolah berdasarkan standar mutu 8 SNP. Dengan menggunakan teknik analisis Medan Kekuatan dan koordinasi yang baik dalam penyusunan RKS akan menghasilkan perencanaan dan strategi yang efektif dan efisien.

  2. Tahap Pengorganisasian menghasilkan Tim Pengembang Mutu (TMP) dan Tim Audit Mutu (TAM). TPM bertugas melaksanakan semua rencana yang tertuang dalam RKS, sedangkan TAM menilai kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap program, dan menilai pencapaian sasaran mutu yang ditetapkan sekolah. Pemilihan personal, sehingga akan terpilih orang-orang yang mempunyai integritas yang tinggi dan credible dalam menjalankan pekerjaan.

  Tahap pelaksanaan menghasilkan kegiatan 3. pemenuhan mutu dengan mengacu pada indikator mutu 8 SNP. Realisasi program RKS dilakukan melalui skala prioritas yang mengacu pada sasaran mutu. Hasil akhir dari tahap ini adalah pelaporan kegiatan yang representatif dan akuntabel, untuk dapat menjadi bahan penilaian pelaksanaan program.

  Tahap 4. evaluasi menghasilkan kegiatan pengawasan dan penilaian secara obyektif atas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan penggunaan sumber daya serta analisis kesenjangan dan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program dengan menggunakan perangkat audit yang terukur. Hasil akhir dari tahap ini adalah laporan audit. yang memuat penilaian auditor terhadap pelaksanaan tugas pokok,ketaatan terhadap peraturan dan efisiensi, serta memuat temuan dan rekomendasi auditor. Laporan hasil audit digunakan sebagai acuan menyusun sasaran mutu tahun berikutnya.

4.2.4.Validasi Desain

  Desain model penjaminan mutu internal divalidasi oleh 2 validator, yaitu (1) Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd, (2) Dr. Ade Iriani, M.M. (3) Kartomo, M.Pd hasil uji validasi dari ketiga validator terhadap model penjaminan mutu internal dapat dilihat pada tabel 4.1.

  Tabel 4.1 Hasil Uji Validasi

  Model Penjaminan Mutu Internal

  Validator Pernyataan Dr. Yari Dra.Ade Kartomo,M.Pd No Kejelasan

  Dwikurnianingsih Iriani,M.M ,M.Pd

  

1 Latar belakang Jelas (4) Cukup Jelas Sangat Jelas

(3) (5)

  2 Tujuan Cukup Jelas (3) Cukup Jelas Jelas (4) (3)

  

3 Sasaran Jelas (4) Cukup Jelas Sangat Jelas

(3) (5)

  

4 Landasan Hukum Sangat Jelas (5) Jelas (4) Sangat Jelas

(5)

  5 Konsep Model Jelas (4) Cukup Jelas Jelas (4) (3)

  6 Penjaminan Mutu Jelas (4) Cukup Jelas Jelas (4) Sekolah (3)

  7 Penjaminan Mutu Jelas (4) Cukup Jelas Jelas (4) Internal (3)

  8 Tahap Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4) Perencanaan

  9 Tahap Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4) Pengorganisasian

  10 Tahap Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4) pelaksanaan

11 Tahap Evaluasi Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4)

  12 Hasil Akhir yang Jelas (4) Cukup Jelas Jelas (4) Diharapkan (3)

  13 Penutup Jelas (4) Cukup Jelas Jelas (4) (3) Total Nilai

  52

  44

  55 Rata-Rata 4 3,4 4,2 Keterangan : Tidak Jelas : 1 Kurang Jelas : 2 Cukup Jelas : 3 Jelas : 4 Sangat Jelas : 5

Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa rata-rata nilai yang diberikan validator 1, Dr. Yari Dwi

  Kurnaningsih, M.Pd adalah 4 dalam kategori jelas. Rata-rata nilai yang diberikan validator 2 yaitu Dr. Ade Iriani, M.M adalah 3,4 dalam kategori cukup jelas. Rata-rata nilai yang diberikan validator 3 yaitu Kartomo, M.Pd adalah 4,3 dalam kategori jelas. Rata-rata dari nilai ketiga validator menunjukkan angka 3,90. Berdasarkan kriteria kualitas model, angka 3,90 termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan memenuhi kriteria model yang baik.

  Beberapa saran dari validator tersebut antara lain:

  1. Validator 1 : Memperjelas kedudukan lampiran dan melengkapi contoh format kertas kerja audit mutu.

  Validator 2 : 2.

  Menambahkan kajian teori, memperbaiki tata bahasa, dan membenahi daftar pustaka. Validator 3 : 3.

  Pada bagian penutup, untuk menambahkan peran yayasan dalam monitoring dan evaluasi implementasi model penjaminan mutu internal.

4.2.5.Perbaikan Desain

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR PADA KURIKULUM 2013 BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI TESIS Diajukan dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Pendidikan

0 1 16

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

3 4 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

1 5 100

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

0 0 81

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun Proposal PTK Melalui Metode Coaching Model Grow ME di SD Negeri Purwoyoso 04 Kota Semarang

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Fear: Komposisi Musik Program untuk Biola, Cello, dan Piano

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Unexpected Result dalam Penerapan Teknologi pada Dua Tahun Pertama: Sebuah Kajian Kelembagaan pada Kasus PT. Pasti Sukses

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

0 0 16

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

0 0 28