Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

DRAFT AWAL MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI SMK PEMBANGUNAN AMPEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Dalam

sistem pendidikan, penjaminan mutu (quality assurance) menjadi sebuah tuntutan. Hal ini disebabkan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu merupakan akuntabilitas publik. Setiap komponen pemangku kepentingan pendidikan, baik itu orang tua, masyarakat, dunia kerja, maupun pemerintah dalam peranan dan kepentingannya

lingkungan

mempunyai kepentingan terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

masing-masing

Menurut Amri (2013 : 36) penjaminan mutu dan peningkatan mutu pendidikan memerlukan standar mutu,dilakukan dalam satu prosedur tata kerja yang jelas, strategis, kerjasama dan kolaborasi antar pemangku kepentingan dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan (continuous quality improvement). Pemerintah dewasa ini terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui rencana dan tindakan secara sistematis. Sejalan Menurut Amri (2013 : 36) penjaminan mutu dan peningkatan mutu pendidikan memerlukan standar mutu,dilakukan dalam satu prosedur tata kerja yang jelas, strategis, kerjasama dan kolaborasi antar pemangku kepentingan dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan (continuous quality improvement). Pemerintah dewasa ini terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui rencana dan tindakan secara sistematis. Sejalan

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dalam Peraturan pemerintah Nomor 13 Tahun 2013 menyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh Indonesia. SNP berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,

dan pengawasan pendidikan nasional yang bermutu. Lingkup SNP tersebut meliputi 8 standar, yaitu Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.

pelaksanaan,

Dasar pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pada pasal 19 “setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan”. Penjaminan mutu pendidikan tersebut mempunyai tujuan untuk memenuhi atau melampaui SNP yang telah ditetapkan. Penjaminan mutu pendidikan dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas. Dengan demikian, penting bagi setiap satuan pendidikan untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dengan sebaik mungkin.

mutu pendidikan dikembangkan agar sistem penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik pada segala lapisan pengelolaan pendidikan. Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri dari dua komponen yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem PenjaminanMutu Eksternal (SPME). SPME adalah sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi dan lembaga standardisasi pendidikan. SPMI adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen di dalam satuan pendidikan (Kemendikbud : 2016 : 4).

Sistem

penjaminan

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan suatu siklus yang berkelanjutan yang dilaksanakan oleh tiap satuan pendidikan dalam menjamin peningkatan mutu dan membangun budaya mutu di sekolah. Dalam menjalankan penjaminan mutu, tiap sekolah melibatkan seluruh komponen pemangku kepentingan, yang meliputi kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan komite sekolah.

Dalam implementasinya SPMI (Kemendiknas : 2016 : 9 ) mengikuti siklus kegiatan yang terdiri atas: (1) Pemetaan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar nasional Pendidikan (SNP) dengan menggunakan dokumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS); (2) Pembuatan rencana peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS); (3) Pelaksanaan pemenuhan mutu, baik dalam pengelolaan maupun proses Dalam implementasinya SPMI (Kemendiknas : 2016 : 9 ) mengikuti siklus kegiatan yang terdiri atas: (1) Pemetaan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar nasional Pendidikan (SNP) dengan menggunakan dokumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS); (2) Pembuatan rencana peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS); (3) Pelaksanaan pemenuhan mutu, baik dalam pengelolaan maupun proses

Berdasarkan siklus diatas, guna mengetahui capaian sekolah dalam hal mutu pendidikan pada saat akan menjalankan SPMI, langkah utama dan pertama adalah

mutu dengan menggunakan dokumen EDS yang mengacu pada SNP. Menurut Sani (2015: 16 ) identifikasi pencapaian mutu pendidikan dilakukan melalui Evaluasi Diri Sekolah. Setiap sekolah dituntut untuk mengevaluasi kemajuan mereka sendiri dan mendorong sekolah untuk memprioritaskan peningkatan mutu sekolah. Kegiatan EDS dilakukan berbasis sekolah, dengan mengacu instrumen yang direkomendasikan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Dengan demikian, pelaksanaan EDS bertujuan agar sekolah mengevaluasi mutu pendidikan yang diberikan berdasarkan indikator kunci untuk dapat mengetahui kelebihan sekolah dan mengidentifikasi bidang yang membutuhkan perbaikan. Analisis hasil EDS merupakan dasar peningkatan mutu dan sebagai sumber informasi untuk penyusunan perencanaan strategis pendidikan.

melakukan

pemetaan

SMK Pembangunan Ampel merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah kejuruan swasta di Kabupaten Boyolali. SMK Pembangunan Ampel mempunyai visi mewujudkan sekolah yang berkualitas, profesional, serta mampu berkompetensi di era global.

Untuk mewujudkan visi tersebut, sekolah ini telah melakukan upaya peningkatan mutu sekolah secara berkelanjutan. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah

dengan mengimplementasikan Sistem Penjaminan Mutu Internal. Berdasarkan pra penelitian, tahapan siklus Sistem Penjaminan Mutu Internal yang pernah dilalui SMK

Pembangunan Ampel adalah melakukan pemetaan mutu melalui dokumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

dan seragam disosialisasikan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) lewat Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK se Kabupaten Boyolali. Menurut wawancara pra penelitian dengan Kepala Sekolah, menyatakan bahwa dokumen EDS tersebut berupa program aplikasi exel dengan instrumen pemenuhan SNP menggunakan skor 1 sampai dengan 2.

Melalui pra penelitian dengan studi dokumen, hasil EDS SMK Pembangunan Ampel tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa pemenuhan SNP secara prosentase pada tiap standar tidak stabil. Hal ini berarti mutu sekolah tidak mengalami kenaikan yang signifikan dan masih berada dibawah SNP. Menurut Sani (2015; ) peningkatan mutu di satuan pendidikan dapat diidentifikasi melalui naiknya pemenuhan SNP secara signifikan dan secara bertahap memenuhi standar mutu diatas SNP.

Hasil analisis EDS kemudian akan dipakai acuan untuk menyusun rencana pemenuhan mutu berupa Rencana Kerja Sekolah (RKS). Berdasarkan hasil pra Hasil analisis EDS kemudian akan dipakai acuan untuk menyusun rencana pemenuhan mutu berupa Rencana Kerja Sekolah (RKS). Berdasarkan hasil pra

Dalam pengorganisasian penjaminan mutu internal, SMK Pembangunan Ampel telah membentuk Tim Pengembang Mutu Sekolah (TPM). Tim ini bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan penjaminan mutu internal. Dalam implementasinya hanya beberapa personil saja yang melaksanakan tugas TPS ini. Hal ini menjadi kendala, karena seluruh tugas dan peran seharusnya dikerjakan secara tim, bukan hanya beberapa personil saja, akibatnya kinerja TPM tidak efektif. Selain itu, dalam pelaksanaan program untuk

sekolah ini kurang memperhatikan unsur prioritas sehingga keterpenuhan kebutuhan sekolah tidak optimal.

memenuhi

SNP,

Kegiatan pengawasan dan evaluasi penjaminan mutu internal sekolah menjadi tanggungjawab kepala sekolah. Monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu dalam bentuk audit internal yang digunakan untuk menilai kinerja program. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, sekolah ini belum menerapkan audit internal penjaminan mutu.

Berkaitan dengan efektifitas pelaksanaan siklus penjaminan

fakta dilapangan menunjukkan bahwa penjaminan mutu internal di SMK Pembangunan Ampel kurang efektif. Menurut Husaini Usman (2006 : 418) penjaminan mutu sekolah yang efektif, meliputi seluruh kegiatan yang terencana, sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan yang diterapkan dalam manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa seluruh proses telah melalui standar mutu dan aturan yang telah ditetapkan, sehingga sasaran mutu sekolah akan terwujud.

mutu

internal,

Pelaksanaan penjaminan mutu yang kurang efektif juga berdampak pada alumni atau lulusan. Melalui studi dokumen tentang penelusuran tamatan dua tahun terakhir, masih terdapat sekitar 37% lulusan menganggur, 49% lulusan bekerja tetapi tidak sesuai dengan kompetensi kejuruannya, dan sisanya 14% meneruskan kuliah. Mutu sekolah yang rendah mengakibatkan lulusan kurang dapat terserap dalam dunia kerja, sehingga perlu adanya penjaminan mutu internal yang efektif untuk menjawab semua permasalahan diatas.

Selain masalah lulusan, mutu sekolah juga berdampak

perpindahan siswa. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, dalam tahun

pada

tingkat

siswa yang mengundurkan diri untuk memilih bekerja, dan ada yang pindah ke SMK lain. Beberapa alasan disampaikan oleh wali murid berkaitan dengan ini, diantaranya adalah layanan pendidikan yang kurang baek

kedisiplinan, dan kedisiplinan, dan

Mutu sekolah juga berdampak pada kuantitas siswa. Dari data Program Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), selama 3 tahun terakhir kuantitas siswa semakin menurun. Pada tahun pelajaran ini, total kuantitas siswa sejumlah 123 siswa, terbagi dalam 3 tingkat dan 3 jurusan. Idealnya tiap kelas berisi 32 siswa, jika terdapat 9 kelas, maka kuantitas siswa seharusnya berjumlah 288 siswa. Dengan demikian kuantitas siswa jauh dibawah standar. Melalui wawancara dengan salah satu panitia PPDB, lulusan SMP di Ampel dan sekitarnya lebih memilih sekolah di SMK Negeri atau SMK swasta yang mutunya lebih bagus, dan mampu menerima siswa dalam jumlah yang besar.

Dari beberapa masalah diatas dapat disimpulkan bahwa mutu adalah hal utama untuk mempertahankan eksistensi

harus mampu melaksanakan penjaminan mutu yang efektif. Penjaminan mutu yang baik akan dapat membentuk opini positif pada publik tentang kualitas sekolah. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah model prosedur penjaminan mutu yang efektif dan terstandar untuk dapat menjawab semua permasalahan yang dialami, sehingga sasaran mutu sekolah akan terwujud.

sekolah.

Sekolah

1.2. TUJUAN Tujuan dari pengembangan model penjaminan mutu internal di SMK Pembangunan Ampel adalah sebagai berikut :

1. Memberikan acuan bagi pihak sekolah dalam melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).

2. Terlaksanakannya Sistem Penjaminan Mutu Internal yang efektif dan efisien sehingga berdampak pada terpenuhinya sasaran mutu sekolah.

2.1. SASARAN Sasaran utama dari penerapan model ini adalah Kepala Sekolah dan Tim Pengembang Mutu Sekolah. Sasaran selanjutnya adalah pihak-pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan penjaminan mutu sekolah, yaitu guru, tenaga kependidikan, yayasan, dan komite sekolah di SMK Pembangunan Ampel.

2.2. LANDASAN HUKUM

1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Tentang

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Perubahan

Kedua

3. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

5. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.

6. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah.

7. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah.

8. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar Dan Menengah.

9. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan

10. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan.

11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah.

13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Biaya Investasi dan Operasional Sekolah.

14. Pedoman Umum Sistem penjaminan Mutu Pendidikan, Diterbitkan Kemdikbud Tahun 2016

15. Petunjuk

Pelaksanaan

Penjaminan Mutu

Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan, Diterbitkan Kemdikbud Tahun 2016

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Model Menurut Suparman (2014: 9) model adalah suatu gambaran realita struktur dan tatanan yang dapat ditampilkan dalam bentuk deskripsi verbal atau konseptual , langkah kegiatan atau prosedur, replika fisik atau visual, persamaan atau rumus. Haryati (2012: 8) berpendapat bahwa model diartikan sebagai langkah atau prosedur dalam mencapai tujuan yang digunakan sebagai patokan untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa model mempunyai karakteristik deskriptif naratif. Di dalam model terdapat prosedur atau siklus dan mempunyai tujuan khusus. Model juga digunakan untuk mengukur ketercapaian dan menggambarkan suatu sistem.

Setiap model selalu mempunyai tujuan untuk menghasilkan sebuah sistem yang efektif dan efisien untuk mewujudkan ketercapaian tujuan. Karakteristik sebuah model dianggap baik, menurut Haryati (2012:

20) memiliki tujuan : (1) memberikan gambaran tentang kerja sistem dengan menggambarkan aturan untuk melaksanakan perubahan, (2) menghasilkan aturan- aturan yang bernilai agar terjadi keteraturan dalam sebuah sistem, (3) menampilkan data dan format ringkas dengan tingkat kesulitan yang rendah. Dragadinis (2006: 51) juga menambahkan beberapa kriteria penyusunan suatu model yang efektif yaitu: (1) 20) memiliki tujuan : (1) memberikan gambaran tentang kerja sistem dengan menggambarkan aturan untuk melaksanakan perubahan, (2) menghasilkan aturan- aturan yang bernilai agar terjadi keteraturan dalam sebuah sistem, (3) menampilkan data dan format ringkas dengan tingkat kesulitan yang rendah. Dragadinis (2006: 51) juga menambahkan beberapa kriteria penyusunan suatu model yang efektif yaitu: (1)

Menurut Suparman (2014: 9) ada beberapa kategori model yaitu: (1) model konseptual, (2) model prosedural, (3) model matematikal. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis yang memberikan atau menjelaskan komponen-komponen produk yang akan

keterkaitan antar komponennya. Model ini memperlihatkan hubungan antarkonsep yang satu dengan yang lain, yang dalam hal ini konsep-konsep itu tidak memperlihatkan urutan secara bertahap. Konsep atau komponen yang satu tidak lebih awal dari konsep atau komponen yang lain. Urutan boleh diawali dari mana saja. Model konseptual lebih bersifat konstruktivistik, artinya urutan bersifat terbuka, berulang atau rekursif dan fleksibel. Model prosedural

dikembangkan

dan

deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Model prosedural biasanya berupa langkah- langkah, yang diikuti secara bertahap dari langkah awal hingga langkah akhir. Model matematikal adalah model yang berbentuk rumus yang mendeskripsikan.

adalah

model

Jenis model yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah model prosedural, dimana akan menjelaskan komponen-komponen dan keterkaitan serta langkah- langkah pelaksanaan tiap komponen, yang dimulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai tahap evaluasi.

2.2. Penjaminan Mutu Sekolah Nanang Fattah (2012; 2) berpendapat bahwa banyak faktor yang dibutuhkan untuk mencapai dan memelihara mutu. Kaitan dengan mutu, peran dan fungsi sistem penjaminan mutu (Quality Assurance System ) sangat dibutuhkan. Penjaminan mutu merupakan kata lain dari serangkaian kegiatan monitoring, evaluasi atau kajian (review) mutu. Kegiatan

bertujuan untuk membangun kepercayaan melalui pemenuhan standar minimum pada komponen input, proses, dan output sesuai dengan yang diharapkan oleh pemakai. Terdapat dua bentuk penjaminan mutu, yaitu (1) Desain kegiatan proses perbaikan dan pengembangan mutu berkelanjutan (continous quality improvement), (2) Budaya mutu (quality culture) yang mengandung tata nilai (values). Berdasarkan pendapat tersebut diatas, penjaminan mutu diartikan sebagai suatu sistem yang mengandung tata nilai dan asas dalam proses perubahan, perbaikan dan peningkatan mutu secara berkelanjutan.

penjaminan

mutu

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang sistem penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan, dinyatakan bahwa mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dibutuhkan sebuah penjaminan mutu yang terstandar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63

Tahun 2009 penjaminan mutu pendidikan diartikan sebagai kegiatan sistematik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan masyarakat untuk meningkatkan tingkat kecerdasan bangsa melalui pendidikan.

Menurut Husaini Usman (2006: 418) penjaminan mutu adalah seluruh kegiatan terencana, sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan yang diterapkan dalam manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa seluruh proses telah melalui standar mutu dan aturan yang ditetapkan.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan yang terencana, sistematis, terintegrasi dengan tujuan untuk membangun kepercayaan pihak pemangku kepentingan melalui pemenuhan standar mutu yang telah ditetapkan yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

Menurut Sallis (dalam Sani,2015: 11) tahapan kegiatan penjaminan mutu yang umum digunakan mengacu pada siklus manajemen, yaitu menggunakan langkah-langkah

Plan-Do-Check-Action (PDCA). Penjaminan mutu (quality Assurance) merupakan bagian dalam sistem mutu yang direncanakan sejak awal (plan), sebagai acuan mutu dalam pelaksanaan (do), diperiksa kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar yang ditentukan (check), dan kemudian ditingkatkan (act).

Selain konsep PDCA, siklus manajemen yang dapat digunakan dalam tahapan penjaminan mutu Selain konsep PDCA, siklus manajemen yang dapat digunakan dalam tahapan penjaminan mutu

tersebut (pengorganisasian).

melaksanakan

perencanaan

mempunyai kemampuan dan keahlian akan menggunakan rencana sebagai pedoman melaksanakan tugas (pelaksanaan). Tahap terakhir dari siklus ini adalah evaluasi, seluruh pelaksanaan kegiatan akan dievaluasi sehingga akan teridentifiksi apakah pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan, serta hambatan apa yang ditemui. Hasil evaluasi

Orang

yang

menyusun perencanaan periode berikutnya. Siklus manajemen POAC seperti dalam gambar berikut ini :

Pelaksanaan Evaluasi

ian

Fungsi Manajemen

Gambar 2.1 Fungsi Manajemen oleh G.R,Terry

Menurut Sani (2015: 12) penjaminan mutu tidak hanya fokus pada akhir layanan pendidikan, akan tetapi melakukan penjaminan mutu pada saat kegiatan pendidikan berlangsung. Skema proses penjaminan mutu agar produk tetap konsisten terhadap standar dapat dideskripsikan seperti dalam gambar 2.2

Standar Prosedur

Input

Prose

Konsisten

Pemeriksaan dan Tindak Lanjut dalam

Gambar 2.2. Proses Penjaminan Mutu

Berdasarkan gambar 2.1 proses penjaminan mutu pendidikan dimulai dengan penetapan standar, prosedur, dan input suatu sistem. Sedangkan produk dari proses penjaminan mutu adalah konsistensi antara standar, prosedur dalam proses yang sesuai dengan standar, dan prosedur dalam input yang telah ditetapkan sebelumnya. Derajad konsistensi antara standar mutu dengan produk yang dihasilkan harus diperiksa selama proses sehingga memperoleh umpan Berdasarkan gambar 2.1 proses penjaminan mutu pendidikan dimulai dengan penetapan standar, prosedur, dan input suatu sistem. Sedangkan produk dari proses penjaminan mutu adalah konsistensi antara standar, prosedur dalam proses yang sesuai dengan standar, dan prosedur dalam input yang telah ditetapkan sebelumnya. Derajad konsistensi antara standar mutu dengan produk yang dihasilkan harus diperiksa selama proses sehingga memperoleh umpan

Pada implementasi penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia yang menjadi baku mutu adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang telah ditetapkan oleh BSNP (Sani:2015: 15). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009, acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan adalah Standar Pelayanan Minimum (SPM), Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Standar mutu pendidikan diatas SNP. Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, setiap Satuan Pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 dijelaskan bahwa Standar Nasional Pendidikan mencakup delapan standar. Delapan standar tersebut meliputi: (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Sarana Prasarana, (5) Standar Pengelolaan, (6) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (7) Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian. Delapan standar inilah yang menjadi ukuran mutu layanan pendidikan pada satuan pendidikan. Setiap sekolah seharusnya memenuhi standar yang telah ditetapkan atau menerapkan standar yang dikembangkan oleh sekolah berdasarkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah.

2.3. Penjaminan Mutu Internal Menurut Nanang Fatah (2012: 3) secara kelembagaan, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) diposisikan sebagai bagian dari keseluruhan fungsi manajemen pendidikan. SPMP terdiri terdiri atas dua komponen yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) (Kemendikbud,2016:7). SPMI adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan didalam satuan pendidikan dan dijalankanoleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan. SPME adalah sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi, dan lembaga akreditasi pendidikan.

SPMI disebut juga sebagai sistem penjaminan mutu

satuan pendidikan (Kemendikbud, 2016: 4) mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mencapai SNP. Pelaksanaan penjaminan mutu oleh satuan pendidikan bertujuan untuk memastikan bahwa keseluruhan unsur yang terkait dalam satuan pendidikan dapat berjalan sesuai SNP untuk menjamin terwujudnya budaya mutu di satuan pendidikan.

pendidikan

pada

Dalam implementasinya, SPMI memiliki prinsip- prinsip seagai berikut (Kemendibud ,2016: 12) : (1) Mandiri, dikembangkan dan diimplementasikan secara mandiri oleh setiap satuan pendidikan; (2) Terstandar, menggunakan SNP yang ditetapkan pemerintah pusat dan standar yang ditetapkan satuan pendidikan bagi Dalam implementasinya, SPMI memiliki prinsip- prinsip seagai berikut (Kemendibud ,2016: 12) : (1) Mandiri, dikembangkan dan diimplementasikan secara mandiri oleh setiap satuan pendidikan; (2) Terstandar, menggunakan SNP yang ditetapkan pemerintah pusat dan standar yang ditetapkan satuan pendidikan bagi

lima langkah penjaminan mutu yang membentuk suatu siklus; (5) Terdokumentasi, seluruh aktivitas dalam pelaksanaan didokumentasikan.

berkelanjutan

mengikuti

Siklus SPMI yang wajib dilaksanakan dan diikuti oleh

terdiri atas (Kemendikbud,2016: 13-14): (1) Pemetaan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan berdasarkan SNP melalui kegiatan Evaluasi Diri Sekolah (EDS); (2) penyusunan rencana peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja sekolah (RKS); (3) Pelaksanaan pemenhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan maupun proses pembelajaran; (4) Monitoring dan Evaluasi prses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan; dan (5) Penetapan standar baru dan penysunan strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi. Seluruh langkah dalam siklus SPMI dengan melibatkan pemangku kepentinan terlihat pda gambar

satuan

pendidikan

2.3 sebagai berikut :

Gambar 2.3 Siklus Penjaminan Mutu Pada Satuan Pendidikan

Fokus pelaksanaan SPMI adalah adanya peningkatan mutu pada satuan pendidikan secara berkelanjutan. Peningkatan mutu dapat terwujud apabila terdapat unsur penjaminan mutu didalam manajemennya. Menurut Kemendikbud (2016: 16) unsur penjaminan mutu tersebut adalah Tim Penjamin Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS) yang merupakan tim independen diluar diluar manajemen sekolah yang minimal berisi perwakilan pimpinan satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya serta komite di satuan pendidika tersebut. Struktur Tim Penjaminan Mutu pendidikan Sekolah dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Struktur Tim Penjami Mutu Pendidikan

sekolah

Indikator mutu merupakan gambaran terhadap layanan

menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi standar yang dipersyaratkan dan memuaskan kebuthan yang diharapkan. Kemendikbud (2016: 18) menyatakan bahwa ukuran keberhasilan penjaminan mutu oleh satuan pendidikan terdiri dari: (1) Indikator proses, meningkatnya kemampuan satuan pendidikan dalam menjalankan siklus penjaminan mutu yang dapat diidentifikasi dari adanya perubahan pengelolaan satuan pendidikan; adanya kebijakan dan implementasi kebijakan yang mengacu pada SNP; meningkatnya kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan rencana pemenuhan mutu yang disusun; dan meningkatnya kemampuan untuk memonitor dan megevaluasi mekanisme yang telah dilakukan; (2)

pendidikan

dalam

Indikator output, terwujudnya peningkatan mutu pendidikan yang ditunjukkan dengan meningkatnya kompetensi pendidik dalam menjalankan proses pembelajaran mulai dari perencanaan hingga penilaian, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler, meningkatnya pengelolaansarana prasarana dan keuangan, kerjasama dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan; (3) Indikator outcome, adanya peningkatan hasil belajar peserta didik;hasil uji kompetensi dan penilaia kinerja pendidik dan tenaga kependidikan; prestasi satuan pendidikan beserta anggota; terwujudnya lingkungan belajar yang menyenangkan; adanya penghargaan serta dukungan finansial pemangku kepentingan; (4) Indikator Dampak, terbangunnya budaya mutu dengan terlaksananya

mutu yang berkesinambungan dan berkelanjutan pada satuan pendidikan.

penjaminan

BAB III MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL SMK PEMBANGUNAN AMPEL

3.1. KONSEP PENJAMINAN MUTU INTERNAL Pengembangan model penjaminan mutu internal di

menggunakan pengembangan model prosedural. Model prosedural adalah model deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu (Suparman, 2014: 9). Desain pengembangan model penjaminan mutu internal disusun dengan pendekatan teori manajemen oleh George R Terry, 1958. Terry membagi fungsi manajemen dalam empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan evaluasi (controling).

SMK Pembangunan

Ampel

Model prosedural yang digunakan sebagai acuan adalah siklus Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2016, 13-14). Siklus tersebut meliputi : 1) Pemetaan mutu pendidikan, 2) Penyusunan rencana peningkatan mutu,

3) Pelaksanaan pemenuhan mutu, 4) Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu, 5) Penetapan standar mutu baru.

Berdasarkan hasil analisis potensi dan masalah yang berkaitan dengan penjaminan mutu internal di SMK Pembangunan Ampel, maka dibuat sebuah desain model penjaminan mutu internal yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Standar Mutu 8 NSP

Visi Misi Sasaran Mutu

Pemetaan Mutu EDS Perencanaan

Koordinasi Standar 8 NSP

Teknik Analisis Medan Kekuatan (Field Force Analisys)

Fungsi Manajemen

Rencana pemenuhan RKS

TPM

SOP&IK

Pelaksanaa n

TPM

Pelaksanaan Kegiatan SOP&IK

Standar Isi

Standar Pembiayaan

SKL Proses Pengelola an Sarpras Tendik

Skala Prioritas

Penilaian

Lap.Kegiatan Evaluasi

TAM

Keg.Audit

KKA Form 1-4

Lap.HasilAudit

Sasaran Mutu Baru

Gambar 3.1. Model Penjaminan Mutu Internal SMK Pembangunan Ampel

3.2. TAHAP PERENCANAAN Dalam tahap ini sekolah melakukan pemetaan mutu.

merupakan kegiatan mengidentifikasi pencapaian kinerja dan keadaan sekolah melalui pengkajian dan analisis. Pemetaan mutu dilakukan melalui kegiatan Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Dalam kegiatan EDS ini , sekolah membandingkan standar acuan mutu dalam Standar Nasional

Pemetaan

mutu

dengan kondisi sesungguhnya yang dialami sekolah. Apakah kondisi sekolah sudah sesuai dengan standar mutu SNP atau bahkan lebih. Sekolah tidak perlu menyusun program EDS karena telah disediakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu pendidikan (LPMP). EDS dari LPMP ini dilaksanakan secara on line melalui aplikasi Data Pokok Kependidikan (dapodik).

Pendidikan

(SNP)

Gambar 3.2. Pemetaan PMP Ditjen Dikdasmen

EDS yang disediakan oleh LPMP dalam bentuk angket. Angket ini wajib diisi oleh kepala sekolah, guru, siswa, komite sekolah, dan pengawas. Pertanyaan yang diajukan

kondisi sekolah berdasarkan standar mutu 8 SNP. Salah satu angket dapat dilihat melalui gambar berikut :

berkaitan

dengan

Gambar 3.3. EDS On Line, Pemetaan PMP Ditjen Dikdasmen

Output dari pengisian angket tersebut akan menunjukkan kondisi sekolah terhadap pemenuhan 8 SNP dalam bentuk raport. Raport ini berbentuk grafik radar pencapaian SNP, seperti yang ditunjukkan gambar berikut ini :

Gambar 3.4. Raport Pencapaian SNP (EDS SMK Pembangunan 2016)

Untuk menjamin keakuratan data EDS, agar dapat menunjukkan kondisi riil sekolah, perlu dilakukan update data tiap standar dalam SNP. Update data dilakukan berdasarkan acuan standar mutu SNP minimal tiap semester. Semua data yang telah diperbarui sesuai kondisi sekolah terkini kemudian dimonitor melalui supervisi kepala sekolah. Hasil EDS kemudian disosialisasikan melalui rapat koordinasi sekolah

dasar penyusunan perencananaan kegiatan. Untuk mencapai visi, misi, dan sasaran mutu sekolah, dilakukan melalui berbagai perencanaan dan program kegiatan. Perencanaan dituangkan dalam program kegiatan yang disusun dalam bentuk Rencana Kerja Sekolah (RKS). Laporan EDS dijadikan dasar

tahunan

sebagai sebagai

Gambar 3.5. Rapat penyusunan RKS

Penyusunan RKS dilaksanakan dalam rapat koordinasi sekolah, yang dilaksanakan tiap akhir tahun pelajaran. RKS disusun dengan melibatkan kepala sekolah, guru, staf Tata Usaha, dan komite sekolah. Agar RKS tersusun dengan efektif dan efisien sebaiknya dibagi dalam 8 kelompok sesuai standar acuan mutu dalam SNP. Delapan standar tersebut meliputi; standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Setiap kelompok menyusun perencanaan sesuai dengan standar masing-masing dengan mengacu EDS.

Gambar 3.6. Koordinasi pada tiap standar (https://image.sladesharecdn.com)

Dibutuhkan koordinasi yang baik pada tiap standar untuk mendapatkan rencana kerja yang efektif dan efisien, terutama berkaitan dengan standar pembiayaan. Dalam realisasi semua program, standar pembiayaan

berperan mengakomodasi rencana pendanaan. Didalam menyusun RKS, selain koordinasi antar standar, untuk mendapatkan rencana dan strategi pemenuhan mutu yang efektif, dibutuhkan teknik analisis yang tepat. Laporan EDS mengidentifikasikan kelebihan sekolah dan bidang yang membutuhkan perbaikan. Menurut Sani (2015; 143) teknik yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan untuk mendapatkan solusi permasalahan dan strategi perencanaan yang efektif adalah analisis Medan Kekuatan (force field analisis).

Analisis medan kekuatan dilakukan dengan melihat faktor pendorong (driven force) dan faktor pelemah (restraining force) yang terkait dengan masalah yang ditemukan. Faktor pendorong adalah faktor yang Analisis medan kekuatan dilakukan dengan melihat faktor pendorong (driven force) dan faktor pelemah (restraining force) yang terkait dengan masalah yang ditemukan. Faktor pendorong adalah faktor yang

Gambar 3.7. Force Field Analisys (http://image.slidesharecdn.com)

Tahap perencanaan dalam penjaminan mutu internal, mulai dari pemetaan mutu sampai dengan penyusunan rencana kerja akan tampak seperti gambar

3.8 dibawah ini :

Pemetaan

Mutu Up-date Data

Tiap Semester

EDS

Koordinasi Standar

Perencanaan dalam 8 NSP Supervisi KepSek

Teknik Analisis Medan Kekuatan

( Field Force Analisys)

Rencana Pemenuhan

RKS

Gambar 3.8 Model Penjaminan Mutu Internal pada Tahap

Perencanaan

3.3. TAHAP PENGORGANISASIAN Tahap pengorganisasian merupakan cara untuk menempatkan orang berdasarkan kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang telah direncanakan. Pada tahap ini, kepala sekolah akan memilih orang yang akan bertanggung jawab pada tiap standar dalam pelaksanaan RKS. Pengorganisasian dalam sistem penjaminan mutu di SMK Pembangunan Ampel dilakukan dengan membentuk Tim Pengembang Mutu (TPM). TPM ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah. Anggota TPM terdiri atas guru dan tenaga kependidikan.

Pemilihan anggota TPM sebaiknya berdasarkan kemampuan yang dimiliki personal. Selain itu anggota

TPM dibagi menjadi 8 standar dalam SNP, agar jelas terhadap tugas masing-masing standar. Didalam SK TPM sebaiknya dilampiri uraian tugas ( job description) untuk masing-masing standar, sehingga anggota TPM paham akan tugasnya. Karena keterbatasan personil, tiap standar terdiri atas 1 orang penanggungjawab dan

1 orang anggota. Agar kinerja dapat maksimaldan fokus, penanggungjawab yang dipilih sebaiknya dari guru yang secara kedinasan menginduk di SMK Pembangunan Ampel (Format SK TPM terlampir).

TPM bertugas melaksanakan semua rencana yang tertuang dalam RKS. Untuk dapat melaksanakan rencana, dibutuhkan pedoman pelaksanaan agar semua program dapat dilaksanakan dengan efektif. Pedoman untuk melaksanakan tugas TPM berupa perangkat penjaminan mutu. Menurut Sani (2015 : 171) perangkat penjaminan mutu adalah alat yang digunakan untuk menjalankan fungsi dari suatu sistem atau program. Perangkat mutu tersebut berupa petunjuk kerja. Petunjuk kerja berisi rincian aktifitas yang diuraikan dalam Prosedur Operasional Standar (POS). POS disusun untuk masing–masing standar dalam SNP. Penanggungjawab tiap standar dalam TPM menyusun POS untuk pedoman melaksanakan rencana yang ada dalam RKS, sehingga semua rencana dapat dilaksanakan dengan efektif (format POS, terlampir)

Selain membentuk TPM, pengorganisasian didalam penjaminan mutu membutuhkan Tim Audit Mutu (TAM). Seperti halnya TPM, TAM juga ditetapkan melalui SK Kepala Sekolah, yang memuat rincian tugas. Tugas TAM adalah menilai kesesuaian pelaksanaan Selain membentuk TPM, pengorganisasian didalam penjaminan mutu membutuhkan Tim Audit Mutu (TAM). Seperti halnya TPM, TAM juga ditetapkan melalui SK Kepala Sekolah, yang memuat rincian tugas. Tugas TAM adalah menilai kesesuaian pelaksanaan

Untuk menjalankan fungsi sebagai auditor mutu, TAM membutuhkan perangkat audit. Perangkat audit merupakan alat yang digunakan untuk kegiatan menilai pencapaian sasaran mutu. Perangkat audit berupa Kertas Kerja Audit (KKA). KKA terdiri atas KKA Form 1 digunakan untuk memeriksa kelengkapan dokumen, KKA Form 2 digunakan untuk pengujian dilapangan, KKA Form 3 untuk meringkas kondisi audit dan kriteria temuan, dan KKA Form 4 untuk analisis hasil audit (format KKA 1 sampai dengan 4, terlampir).

Tahap pengorganisasian penjaminan mutu, dapat dilihat dalam gambar 3.9. berikut ini :

Kepala Sekolah

Audit Mutu

Mutu

(TPM) (TAM)

SOP

KKA

dan IK

Gambar 3.9. Model Penjaminan Mutu Internal pada tahap

Pengorganisasian

3.4. TAHAP PELAKSANAAN Pelaksanaan program adalah pelaksanaan tugas dan pekerjaan sesuai dengan pembagian kerja dan menggerakkan seluruh sumber daya yang ada agar pekerjaan yang telah dilakukan berjalan sesuai apa yang direncanakan. Dalam penjaminan mutu, pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan pembagian tugas untuk masing-masing standar dalam SNP. TPM sebagai pelaksana standar, merealisasikan semua program sekolah (RKS) yang dibuat berdasarkan EDS. Kegiatan pelaksanaan program meliputi pemenuhan mutu dengan mengacu pada indikator mutu 8 SNP. Dengan demikian, semua aktifitas sekolah dalam tahun pelajaran yang sedang berjalan, harus konsisten dengan program-program sekolah.

Dalam merealisasikan program sekolah, semua kegiatan membutuhkan pembiayaan. Perencanaan Dalam merealisasikan program sekolah, semua kegiatan membutuhkan pembiayaan. Perencanaan

Gambar 3.10. Penentuan Skala Prioritas

Sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan program, TPM wajib menyusun laporan kegiatan. Laporan kegiatan ini dibutuhkan untuk mengevaluasi Sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan program, TPM wajib menyusun laporan kegiatan. Laporan kegiatan ini dibutuhkan untuk mengevaluasi

Tahap pelaksanaan program dalam penjaminan mutu internal dapat dilihat seperti gambar 3.11 dibawah ini :

Pelaksana Rencana Pemenuhan

dan IK Standar Isi

Kegiatan

SKL Proses

Sarpras Tendik

Skala Prioritas

Laporan Kegiatan

Gambar 3.11. Model Penjaminan Mutu Internal pada tahap

Pelaksanaan

3.5. TAHAP EVALUASI Tahap evaluasi adalah tahap dimana TAM sebagai auditor melakukan kegiatan pengawasan dan penilaian 3.5. TAHAP EVALUASI Tahap evaluasi adalah tahap dimana TAM sebagai auditor melakukan kegiatan pengawasan dan penilaian

Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, TAM membutuhkan perangkat audit mutu. Perangkat audit mutu

dalam tahap pengorganisasian diatas, akan digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi. Terdapat beberapa langkah dalam audit internal penjaminan mutu. Langkah pertama, adalah memeriksa kelengkapan dokumen (laporan kegiatan/LPJ) dengan menggunakan KKA Form 1. Langkah kedua, menggunakan KKA Form 2 untuk pengujian dilapangan. Pengujian dilapangan menggunakan teknik wawancara dengan TPM. Langkah ketiga, menggunakan KKA Form 3 untuk meringkas hasil audit dan merangkum temuan. Langkah terakhir menggunakan KKA Form 4 untuk menganalisis hasil audit. Auditor perlu melakukan analisis hasil audit dengan mendeskripsikan kondisi, kriteria, akibat. Selain itu, auditor perlu melakukan analisis akar masalah untuk menentukan penyebab terjadinya permasalahan, kemudian mengajukan rekomendasi atau saran untuk tindakan koreksi yang sebaiknya dilaksanakan oleh TPM.

Sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan audit, TAM perlu menyusun laporan hasil audit.

Laporan hasil audit memuat penilaian auditor terhadap pelaksanaan tugas pokok,ketaatan terhadap peraturan dan efisiensi, serta memuat temuan dan rekomendasi tindak lanjut. Laporan tersebut merupakan ukuran kinerja auditor dan hanya disampaikan pada pihak yang berkepentingan, yaitu TPM dan kepala sekolah.

Gambar 3.12. Audit Internal (www.internalauditor.me) Dari laporan hasil audit akan nampak

ketercapaian sasaran mutu sekolah. Dalam laporan ini, dapat diketahui tingkat pencapaian sasaran mutu yang telah direncanakan lewat RKS berdasarkan EDS dan beberapa sasaran mutu yang belum tercapai, serta rekomendasi untuk perbaikan. Laporan hasil audit ini, akan digunakan untuk menyusun sasaran mutu yang baru pada tahun pelajaran berikutnya. Sehingga akan terjadi perbaikan mutu secara berkesinambungan (continously improvement).

Tahap evaluasi penjaminan mutu internal dapat dilihat dalam gambar 3.13 berikut ini :

Evaluasi

TAM

Form 1-4

Laporan Hasil Audit

Sasaran Mutu Baru

Gambar 3.13. Model Penjaminan Mutu Internal pada tahap evaluasi

3.6. HASIL AKHIR YANG DIHARAPKAN Tahap perencanaan menghasilkan pemetaan mutu yang akurat. Pengisian data EDS dilakukan dengan data yang update, sehingga menunjukkan kondisi riil sekolah. analisis data EDS akan mengidentifikasi pencapaian mutu sekolah berdasarkan standar mutu 8 SNP. Dengan menggunakan teknik analisis Medan Kekuatan dan koordinasi yang baik dalam

menghasilkan perencanaan dan strategi yang efektif dan efisien. Tahap Pengorganisasian menghasilkan Tim Pengembang Mutu (TMP) dan Tim Audit Mutu (TAM).

penyusunan

RKS

akan

TPM bertugas melaksanakan semua rencana yang tertuang dalam RKS, sedangkan TAM menilai kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap program, dan menilai pencapaian sasaran mutu yang ditetapkan sekolah. Pemilihan anggota TPM dan TAM berdasarkan kompetensi personal, sehingga akan terpilih orang- orang yang mempunyai integritas yang tinggi dan credible dalam menjalankan pekerjaan.

Tahap pelaksanaan menghasilkan kegiatan pemenuhan mutu dengan mengacu pada indikator mutu 8 SNP. Realisasi program RKS dilakukan melalui skala prioritas yang mengacu pada sasaran mutu. Hasil akhir dari tahap ini adalah pelaporan kegiatan yang representatif dan akuntabel, untuk dapat menjadi bahan penilaian pelaksanaan program.

Tahap evaluasi menghasilkan kegiatan pengawasan dan penilaian secara obyektif atas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan penggunaan sumber daya serta analisis kesenjangan dan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program dengan menggunakan perangkat audit yang terukur. Hasil akhir dari tahap ini adalah laporan audit. yang memuat penilaian auditor terhadap pelaksanaan tugas pokok,ketaatan terhadap peraturan dan efisiensi, serta memuat temuan dan rekomendasi tindak lanjut yang merupakan ukuran kinerja auditor. Laporan hasil audit digunakan sebagai acuan menyusun sasaran mutu tahun berikutnya.

BAB IV PENUTUP

4.1. KEBIJAKAN IMPLEMENTASI MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL Dalam penjaminan mutu internal, koordinasi yang baik antar standar sangat dibutuhkan untuk mencapai sasaran mutu yang diharapkan. Kepala sekolah

sebagai penanggungjawab pelaksanaan penjaminan mutu hendaknya menjadi penggerak dalam hal koordinasi. Setiap tahap dalam pelaksanaan penjaminan mutu hendaknya dipantau agar kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari rencana yang telah tersusun dalam RKS.

Dalam pengorganisasian khususnya staffing, baik pembentukan TPM maupun TAM, kepala sekolah hendaknya

atau tenaga kependidikan yang kompeten dan mempunyai integritas yang tinggi. Penempatan staff secara selektif akan berkontribusi positif pada pencapaian tujuan.

menempatkan

guru

Peran TPM sangat penting dalam pelaksanaan penjaminan mutu. TPM hendaknya tetap menjaga keharmonisan dan koordinasi terhadap program kerja dalam melaksanakan pekerjaan. Selain itu, TPM diharapkan untuk konsisten terhadap pelaksanaan tiap tahap dalam model penjaminan mutu internal ini.

Guru dan semua pemangku kepentingan, wajib melaksanakan semua program sekolah dengan penuh tanggungjawab yang berorientasi pada pemenuhan Guru dan semua pemangku kepentingan, wajib melaksanakan semua program sekolah dengan penuh tanggungjawab yang berorientasi pada pemenuhan

Model penjaminan mutu internal ini, jika dilaksanakan dengan baik, selain meningkatkan mutu sekolah, juga akan sangat membantu dalam mempersiapkan akreditasi sekolah.

4.2. MONITORING DAN EVALUASI IMPLEMENTASI MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL Keberhasilan implementasi model penjaminan mutu internal ini perlu dievaluasi. Evaluasi dan monitoring dilakukan untuk menemukan kelemahan dan kekurangan model. Untuk itu, pengawas SMK diharapkan untuk andil dalam mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan model, sehingga akan diperoleh Model penjaminan mutu yang menjawab semua kebutuhan di periode mendatang.

LAMPIRAN 3 RANGKUMAN HASIL WAWANCARA

No Aspek Pertanyaan Jawaban

Kep. Sek

TPM1

TPM 2 1 Perenca

naan

Bagaimana dan kapan sekolah melakukan pemetaan mutu

Kami telah melakukan EDS tiap tahun,tepatny

a EDS dibuat tiap akhir tahun pelajaran untuk mengevaluasi ketercapaian kinerja sekolah. EDS disusun melalui aplikasi yang direkomendasi kan LPMP. Membandingk an standar acuan mutu SNP dengan kondisi sekolah saat ini. Apakah belum sesuai,sudah sesuai,atau melebihi. EDS ini kemudian kami sosialisasikan sebagai bahan rapat koordinasi sekolah tahun pelajaran berikutnya

EDS sekolah kami menggunakan format yang direkomendasik an LPMP, karena memang seluruh SMK di Boyolali diwajibkan menggunakan format tersebut. Kami tinggal mengisi angket yang tersedia, angket tersebut berisi pertanyaan tentang ketercapaian pemenuhan SNP. Hasil analisisnya langsung bisa dilihat setelah semua angket dijawab, karena EDS dalam bentuk aplikasi atau program

EDS yang disusun selain menunjukkan ketercapaian kinerja sekolah, juga dapat digunakan untuk mengidentifik asi kelemahan dan tantangan untuk meningkatkan pemenuhan SNP dan sasaran mutu sekolah

Apa kendala yang dihadapi dalam menyusun EDS

kurangnya akurasi pengisian angket EDS. Data yang dipakai belum sepenuhnya diperbaharui berdasarkan kondisi riil sekolah

tidak semua data telah di update sesuai kondisi nyata sekolah. sehingga pengisian angket EDS kurang mendukung dalam menggambarka n pemenuhan

pengisian angket EDS kurang mendukung dalam menggambark an pemenuhan indikator mutu SNP pengisian angket EDS kurang mendukung dalam menggambark an pemenuhan indikator mutu SNP

Apakah dalam menyusun rencana kerja menggunaka n EDS sebagai acuannya?

Untuk mengawali tahun pelajaran baru, kami menyusun RKS. RKS tersebut akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan semua kegiatan sekolah. RKS ini disusun dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, yaitu kepala sekolah, guru, komite sekolah dan yayasan. Kami duduk bersama dalam rapat koordinasi penyusunan RKS

RKS digunakan sebagai dasar semua aktifitas sekolah dalam tahun berjalan. RKS tidak saja memuat rencana kegiatan tahunan, akan tetapi juga memuat rencana sekolah untuk jangka menengah.

RKS memuat rencana kegiatan tahunan, akan tetapi juga memuat rencana sekolah untuk jangka menengah.

Apa kendala yang dihadapi dalam menyusun RKS?

Penyusunan RKS

dibagi

dalam kelompok- kelompok berdasarkan

8 SNP. Pengerjaan secara kelompok dilakukan agar penyusunan RKS berjalan efektif

dan efisien. Pada kenyataannya cara ini tidak berjalan dengan baik. Hanya beberapa personil saja yang bekerja

Dokumen yang terkait

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

3 4 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

1 5 100

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

0 0 81

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun Proposal PTK Melalui Metode Coaching Model Grow ME di SD Negeri Purwoyoso 04 Kota Semarang

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Fear: Komposisi Musik Program untuk Biola, Cello, dan Piano

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Unexpected Result dalam Penerapan Teknologi pada Dua Tahun Pertama: Sebuah Kajian Kelembagaan pada Kasus PT. Pasti Sukses

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

0 0 16

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

0 0 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

0 1 52