PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA MELEK POLITIK SISWA SMA NEGERI 2 PURWOKERTO THE EFFECTS OF CIVIC EDUCATION LEARNING ON STUDENTS’ POLITICAL LITERACY IN SMA NEGERI 2 PURWOKERTO
THE EFFECTS OF CIVIC EDUCATION LEARNING ON STUDENTS’ POLITICAL LITERACY IN SMA NEGERI 2 PURWOKERTO
Elly Hasan Sadeli Universitas Muhammadiyah Purwokerto raishasadeli2011@gmail.com ABSTRAK
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pembelajaran PKn dalam membina melek politik siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan menguji dan menemukan pengaruh penerapan komponen PKn yang meliputi pembelajaran PKn dan kompetensi Kewarganegaraan terhadap tingkat melek politik siswa. Proses penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara umum dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa: Pertama, pembelajaran PKn yang menggunakan berbagai variasi metode pembelajaran yang demokratis semakin memperkuat pengaruh PKn dalam membina melek politik siswa. Kedua, semakin baik kualitas kompetensi kewarganegaraan yang dimiliki oleh seorang siswa, maka semakin tinggi pula tingkat melek politik mereka. Ketiga, pembelajaran PKn yang efektif dan bermakna serta didukung oleh kualitas kompetensi kewarganegaraan yang baik, secara langsung dapat meningkatkan tingkat melek poltik siswa.
ABSTRACT
This research generally aims to describe the effects of civic learning in nurturing students’ political literacy, and specifically aims to examine and discover the effects of civic components application that consist of civic learning and competences on the level of students’ political literacy. This research used quantitative approach and descriptive method of survey technique. From the research results, it could be generally concluded that: (1) civic learning through various democratic learning methods strengthened the effects of civic education in nurturing students’ political literacy, (2) the better quality of students’ civic competences the higher their level of political literacy, and (3) an effective and meaningful civic competences could directly improve students’ political literacy.
Keywords: civic education, political literacy, civic competence
A. PENDAHULUAN
yang strategis untuk menaikkan pamor politik. Tak heran jika para caleg berupaya
Ketika menghadapi Pemilu, atmosfer meraih simpati dari kalangan guru dan dunia pendidikan agaknya tak kalah seru.
siswa. Meski sudah ada larangan Jenjang pendidikan di sekolah khususnya
berkampanye di lembaga pendidikan SMA menjadi target untuk mendulang suara
sebagaimana tertuang dalam Undang- dari pemilih pemula. Naluri politik para Undang Nomor 10 Tahun 2008, mereka politikus negeri ini agaknya telah mencium
tetap melakukannya meski dengan cara kalau dunia pendidikan bisa menjadi basis
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
Apa pun wujudnya, baik secara dunia pendidikan. Selama menuntut ilmu di terang-terangan maupun sembunyi-
bangku pendidikan, para siswa didik
sembunyi, kampanye politik merupakan (nyaris) tak pernah mendapatkan pendidikan bentuk propaganda yang telah mengarah politik secara benar. Mereka belajar politik pada politik praktis. Trauma politik selama
secara langsung di tengah-tengah kehidupan
rezim Orde Baru memang dinilai telah masyarakat yang sudah sarat dengan menciptakan luka politik bagi generasi masa
pembusukan dan anomali politik. Imbasnya
depan negeri ini. Mereka sengaja dibutakan
sudah bisa ditebak. Ketika terjun ke dalam
dari berbagai persoalan sosial-politik
ranah politik praktis, mereka menjadi abai
kebangsaan. Anak-anak masa depan negeri
terhadap nilai-nilai kejujuran, kearifan, dan
ini hanya diarahkan untuk menjadi robot-
kesantunan.
robot zaman yang harus menghamba pada
Sudah saatnya dunia pendidikan kita
sang pengendali kekuasaan.
mengakomodasi berbagai persoalan yang
Meski demikian, sejarah politik yang
langsung bersentuhan dengan hajat hidup
kelam semacam itu tidak harus dijadikan
rakyat banyak. Jangan sampai, dunia
sebagai alasan pembenar terhadap politisasi
pendidikan kita berdiri di puncak menara
pendidikan. Anak-anak negeri ini memang
gading kehidupan yang akan mengasingkan
perlu melek politik. Mereka perlu belajar
anak-anak masa depan negeri ini dari
dan sekaligus memahami berbagai persoalan
berbagai persoalan riil yang dihadapi bangsa
yang sedang dihadapi bangsa dan negerinya.
dan negaranya. Dengan kata lain, nilai-nilai
Akan tetapi, pendidikan politik yang perlu
kearifan dan kesantunan politik perlu segera
diaplikasikan ke dalam lembaga pendidikan
disentuh dan diaplikasikan ke dalam dunia
bukanlah dalam bentuk propaganda politik
pendidikan yang disajikan secara integratif
praktis yang akan mengarah pada proses
ke dalam berbagai mata pelajaran yang
pembusukan intelektual, melainkan relevan. pendidikan politik yang sehat dan
Untuk itu, diperlukan mata pelajaran
mencerahkan.
yang mampu menjawab tantangan tersebut.
Para siswa perlu diajak untuk Tidak heran jika di sekolah, mata pelajaran memahami persoalan-persoalan kebangsaan
yang bisa membelajarkan siswa tentang
melalui proses pembelajaran yang dialogis
politik adalah mata pelajaran Pendidikan
dan interaktif. Pendidikan politik juga tidak
Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan
perlu dijadikan sebagai materi pelajaran kewarganegaraan merupakan mata pelajaran tersendiri. Berhasil menanamkan nilai-nilai
yang paling penting di sekolah, karena
kearifan politik ke dalam ranah pemikiran
ditujukan untuk membentuk dan
siswa sudah merupakan sukses tersendiri mempersiapkan generasi muda agar ikut bagi sebuah lembaga pendidikan. Melalui
berperan aktif di dalam kegiatan
penanaman nilai kearifan politik semacam
masyarakat, termasuk dalam kegiatan politik
itu diharapkan kelak mereka mampu masa mendatang. menjadi pemain-pemain politik yang cerdas dan elegan sehingga tidak mudah
Sebagaimana menurut pandangan
melakukan tindakan-tindakan konyol yang
Cogan (1999:4) yang mengartikan PKn atau
bisa merugikan bangsa dan negara.
civic education sebagai "...the foundational
Dalam konteks demikian, course work in school designed to prepare dibutuhkan penanaman nilai-nilai kearifan
young citizens for an active role in their
dan fatsun politik secara benar melalui communities in their adult lives",
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016 Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
PKn sebagai pendidikan politik, kelak setelah dewasa dapat berperan aktif
yang berarti program pendidikan ini dalam masyarakatnya. Selain aktif dalam memberikan pengetahuan, sikap dan masyarakat, keberadaan generasi muda keterampilan kepada siswa agar mereka merupakan aset yang berharga dalam mampu hidup sebagai warga negara yang kancah perpolitikan, sebab mereka adalah
memiliki tingkat kemelekan politik tunas-tunas harapan bangsa yang akan (political literacy) dan kesadaran politik melangsungkan kehidupan bangsa dan (political awareness), serta kemampuan negara.
berpartisipasi politik (political Konsep-konsep politik yang terdapat
particapation) yang tinggi.
dalam pendidikan kewarganegaraan memiliki misi untuk membina siswa agar
Melihat kenyataan di atas, melek politik, dalam artian siswa tahu dan
diperlukan suatu metode khusus untuk bisa paham, mengerti, menyadari, meyakini, dan
menyadarkan mereka kembali. Salah satu menegakkan atau melaksanakan segala apa
metode yang dapat digunakan adalah yang ia ketahui dari pembelajaran. Selain
dengan menumbuhkan rasa kebangsaan itu, melalui pemahaman konsep-konsep
tersebut melalui jalur pendidikan. politik dalam pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah siswa dapat memiliki kesadaran berbangsa
satu mata pelajaran wajib di jenjang sekolah dan bernegara serta sadar atas hak dan memiliki fungsi sebagai wahana untuk
kewajibannya. mengembangkan dan melestarikan nilai- Melek politik (politicial literacy)
nilai luhur yang dimiliki bangsa. Dengan merupakan syarat mutlak untuk kata lain, pendidikan kewarganegaraan meningkatkan kualitas demokrasi yang adalah salah satu saluran dalam menurunkan sedang gencar dilaksanakan oleh bangsa segenap nilai luhur budaya bangsa kepada Indonesia. Oleh karena itu peran PKn generasi selanjutnya. sebagai pendidikan politik bagi warga
Sejalan dengan meningkatnya negara perlu lebih ditingkatkan, baik dari
perubahan yang bersifat multidimensional, aspek materi, metode, kurikulum, evaluasi,
baik politik, ekonomi maupun sosial media dan sarana prasarana maupun budaya, tuntutan pembelajaran PKn sangat gurunya. Peran PKn yang utama bagaimana
diperlukan dalam memecahkan berbagai memanusiakan
masalah yang timbul. Sehingga, Wahab membudayakan
(humanizing),
(Cholisin, 2007:11), memberikan batasan memberdayakan
negara, sehingga melek politik dalam arti Pendidikan Kewarganegaraan memahami hak konstitusonalnya dan ialah media pengajaran yang akan meng- kewajibannya. Saat ini PKn belum berhasil
Indonesiakan para siswa secara sadar, secara optimal, terutama dalam cerdas dan penuh tanggung jawab. Karena meningkatkan melek politik.
itu program PKn memuat konsep-konsep Oleh karena itu, kemelekan atau umum ketatanegaraan, politik, hukum, kesadaran politik siswa dapat dibentuk salah
negara, serta dari teori umum yang lain yang satunya melalui pembelajaran PKn. cocok dengan target tersebut. Dengan Pendapat tersebut telah dipertegas melalui
kecenderungan sifat teoretis disiplin politik
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016 Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
B. TINJAUAN PUSTAKA
dalam pengajarannya.
1.Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Mata pelajaran pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan di
kewarganegaraan sendiri merupakan Indonesia yang dalam konteks internasional laboratorium demokrasi awal bagi para (Kerr, 1999) dikategorikan ke dalam siswa dalam memahami berbagai persoalan
kelompok citizenship education Asia-Afrika
di masyarakat. Salah satu tugas pendidikan
yang masih berada pada titik Minimal yakni
kewarganegaraan yang utama adalah education
about citizenship
sudah
membentuk karakter warga negara (nation
seharusnya menggunakan strategi progresif
character building) dan pembinaan menuju titik Maksimal, yakni education for warganegara yang baik dan demokratis
citizenship melalui titik median education
(good and democratic citizenship). Tugas
through citizenship. Untuk itu pendidikan
utama ini membutuhkan upaya profesional
Kewarganegaraan sebagai suatu academic
dalam pengorganisasian pendidikan endeavor (CICED, 1999) atau sebagai kewarganegaraan untuk mampu bidang kajian dan pengembangan menghubungkan dunia sekolah dengan pendidikan disiplin ilmu seyogyanya dunia luar sekolah atau dunia idealis dengan
memusatkan perhatian pada kajian ilmiah
dunia realitas.
tentang civic virtue dan civic culture
Pendidikan kewarganegaraan
(Quigley, 1991) atau keberadaban dan
memiliki tujuan utama untuk membentuk
budaya Kewarganegaraan dalam konteks
siswa yang memiliki kemampuan untuk pengembangan civic intelligence dan civic berpikir kritis, berpikir kreatif, mampu participation (Quigley, 1991; Cogan, bertindak demokratis dalam setiap aspek 1999). kegiatannya, memiliki rasa tanggung jawab
Pola prosedurnya pun, menurut
baik sebagai warga negara lokal, regional,
Djahiri benar-benar terkontrol terkendali
nasional, maupun internasional, dan juga menjurus pada proses “penjinakan“ dapat berperan serta dalam proses (domesticating) potensi dan kehidupan pengambilan keputusan.
siswa/ masyarakat, jadi bukan kearah
Dengan demikian, maka dalam memberi kemudahan, kelancaran, berhasilan proses pembelajaran PKn harus (fasiliting) proses internalisasi, personalisasi
mengandung upaya pengembangan substansi serta pembinaan dan kemampuan berpartisipasi secara aktif pengembangan potensi diri atau kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
belajar (condituining learning skills).
dan bernegara. Dalam rangka CICED (1999: 56). mengembangkan kemampuan tersebut,
Oleh karena itu, diperlukan
perlu adanya pendekatan-pendekatan yang
pergeseran paradigma dari guru-guru dalam
strategis dengan metode yang tepat dalam
menyikapi hal tersebut, seperti guru lebih
arti yang potensial untuk mengajak siswa
bersifat terbuka, merubah pandangan
untuk kritis dalam berpartisipasi yang terhadap strategi pembelajaran bahwa positif.
peserta didik bukan hanya belajar tentang konsep pendidikan Kewarganegaraan
melainkan juga belajar ber-PKn atau praktik seperti yang telah dikemukakan di atas. Guru hendaknya memusatkan kegiatan
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016 Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
pemahaman tertentu; (2) pengembangan yaitu pemberian kemudahan bukan sebagai
kemampuan intelektual dan partisipatoris; sosok yang tahu segalanya (manusia serba
(3) pengembangan karakter atau sikap bisa/tahu). Pembelajaran bukan hanya mental tertentu; dan (4) komitmen yang berdasarkan pada buku teks dan terkekang
benar terhadap nilai dan prinsip fundamental dalam kelas saja, namun memanfaatkan demokrasi konstitusional.
The National berbagai sumber belajar seperti yang telah
Standards for Civics and Government dipaparkan di bagian depan. Selain itu, yang
(Center for Civic Education, 1994) tak kalah pentingnya guru hendaknya merumuskan komponen-komponen utama kembali memahami/mengkaji ulang tentang
civic competences yang merupakan tujuan makna dan hakekat mata pelajaran civic education meliputi pengetahuan pendidikan Kewarganegaraan.
kewarganegaraan (civic knowledge),
Djahiri (CICED, 1999:6) kecakapan kewarganegaraan (civic skills), mengemukakan strategi pembelajaran yang
dan watak kewarganegaraan (civic hendak dilakukan guru adalah sebagai disposition). berikut.
a. Membina dan menciptakan keteladanan, Pengetahuan Kewarganegaraan baik fisik dan material (tata dan
(civic knowledge) merupakan materi aksesoris kelas/sekolah), kondisional substansi yang harus diketahui oleh warga (suasana proses KBM) maupun personal
negara. Pada prinsipnya pengetahuan yang (guru, pimpinan sekolah dan tokoh harus diketahui oleh warga negara berkaitan unggulan)
dengan hak dan kewajiban sebagai warga
b. Membiasakan/membakukan atau negara. Pengetahuan ini bersifat mendasar mempraktekkan apa yang diajarkan tentang struktur dan sistem politik, mulai di kelas-sekolah-rumah- dan
pemerintah dan sistem sosial yang ideal lingkungan belajar.
sebagaimana terdokumentasi dalam
c. Memotivasi minat, gairah untuk kehidupan berbangsa dan bernegara serta melibatkan dalam proses belajar, untuk
nilai-nilai universal dalam masyarakat kaji lanjutannya dan mencobakan serta
demokratis serta cara-cara kerjasama untuk membiasakannya.
mewujudkan kemajuan bersama dan hidup Strategi seperti itu dioperasionalkan melalui
berdampingan secara damai dalam berbagai metode seperti ceramah bervariasi,
masyarakat global.
tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah Pengetahuan kewarganegaraan (problem solving), bermain peran, simulasi, secara langsung berpengaruh pada aspek inkuiri, VCT, portofolio, dan sebagainya. pengetahuan dan pemahaman konstitusional
2.Kompetensi Kewarganegaraan
warga negara. Hal ini dikarenakan
Branson (1999:8-9) menegaskan komponen pengetahuan kewarganegaraan tujuan civic education adalah partisipasi pada hakekatnya berintikan pada konstitusi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam
negara. Komponen pengetahuan kehidupan politik dan masyarakat baik di
kewarganegaraan ini diwujudkan dalam tingkat lokal dan nasional. Partisipasi bentuk lima pertanyaan penting yang secara
semacam itu memerlukan kompetensi terus menerus harus diajukan sebagai kewarganegaraan sebagai berikut: (1) sumber belajar Pendidikan
15
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
16
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
Kewarganegaraan. Lima pertanyaan dimaksud adalah: (1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan?; (2) Apa dasar-dasar sistem politik Indonesia?; (3) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai- nilai, dan prinsip-prinsip demokrasi Indonesia?; (4) Bagaimana hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia?; dan (5) Apa peran warga negara dalam demokrasi Indonesia? (Branson, 1999:9; Budimansyah dan Suryadi, 2008:55).
Aspek pengetahuan kewarganegaraan berbasis pada ilmu politik, hukum, dan kewarganegaraan. Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan menyajikan fakta, konsep, generalisasi, dan teori-teori yang dikembangkan dari ilmu politik, hukum, dan kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya memperhatikan konsep-konsep kunci yang dikembangkan lebih lanjut dalam generalisasi dan teori. Konsep-konsep kunci yang menjadi elemen inti dari Pendidikan Kewarganegaraan atau “Essensial Elements of Citizenship Education” (Qualifications and Curriculum Authority-QCA, 1998:44) sebagai berikut: 1) Democracy and Authocracy; 2) Cooperation and Conflict; 3) Equality and Diversity; 4) Fairness Justice, the rule of law, rules, laws and human right;
5) Freedom and order; 6) Individual and community; 7) Power and authority ; 8) Rights and responsibility. Sementara itu, dalam Kurikulum 2006 konsep-konsep kunci yang harus dikembangkan melalui Pendidikan Kewarganegaraan meliputi persatuan dan kesatuan, norma, hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasan
dan politik, demokrasi dan sistem politik, Pancasila, dan globalisasi.
Keterampilan Kewarganegaraan (civic skills) merupakan keterampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, warga negara dalam mempraktekkan hak- haknya dan menunanaikan kewajiban- kewajibannya sebagai warga negara sebagaimana digariskan dalam konstitusi negara, mereka tidak hanya perlua menguasai pengetahuan dasar yang mencakup lima pertanyaan sebagaimana diurutkan di muka, namun mereka perlu memiliki keterampilan-keterampilan tertentu yang pada akhirnya akan melahirkan warga negara yang berperilaku konstitusional (Budimansyah dan Suryadi, 2008:58).
Civic Skills mencakup intelectual skills (keterampilan intelektual) dan participation skills (keterampilan partisipasi). Keterampilan intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan luas, efektif, dan bertanggung jawab antara lain adalah keterampilan berpikir kritis. The National Standards for Civics and Government dan The Civics Framework for 1988 National Assessment of Educational Progress (NAEP) menegaskan bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi keterampilan mengidentifikasi, menggambarkan/mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah-masalah publik. Sedangkan keterampilan partisipasi
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016 17
meliputi keterampilan berinteraksi, memantau, dan mempengaruhi.
dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berperan serta secara efektif dalam masyarakat, pengalaman berperan serta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran berkemampuan dan berprestasi unggul dari siswa, dan mengembangkan pengertian tentang pentingnya peran serta aktif warga negara. Untuk dapat berperan secara aktif tersebut diperlukan pengetahuan tentang konsep fundamental, sejarah, isu dan peristiwa aktual, dan fakta yang berkaitan dengan substansi dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan itu secara kontekstual, dan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan watak dari warga negara (Quigley, Buchanan dan Bahmueller : 1991: 39).
Watak kewarganegaraan (civic disposition) adalah sikap dan kebiasaan berpikir warga negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan
jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi (Quigley, Buchanan dan Bahmueller 1991:11). Secara konseptual civic disposition meliputi sejumlah karakteristik kepribadian, yakni: “Civility (respect and civil discourse), individual responsibility, self-discipline, civic- mindedness, open-mindedness (openness, scepticism, recognition of ambiguity), compromise (conflict of principles, compassion, generosity, and loyalty to the nation and its principles” (Quigley, Buchanan dan Bahmueller., 1991: 13-14). Artinya kesopanan yang mencakup penghormatan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat,
keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisisme, pengenalan terhadap kemenduaan, sikap kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajekan, keharuan, kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan segala prinsipnya.
Branson (1999:23) menegaskan bahwa civic disposition mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Dengan kata lain, civic disposition menjadi faktor determinan dalam pembentukan warga negara yang memiliki sikap konstitusional yang baik.
Watak-watak kewarganegaraan sebagaimana kecakapan kewarganegaraan, berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, komunitas, dan organisasi-organisasi civil society. Karakter privat seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting. Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan dengan sukses (Budimansyah dan Suryadi, 2008:61).
Kesadaran politik dapat juga diartikan sebagai melek politik, untuk pembahasan melek politik, kita lihat dulu apa yang dimaksud dengan kesadaran dan apa yang dimaksud dengan politik. Melek politik adalah suatu kondisi psikologis siswa yang ditandai oleh adanya pengertian, pemahaman, penghayatan dan pengamalan Kesadaran politik dapat juga diartikan sebagai melek politik, untuk pembahasan melek politik, kita lihat dulu apa yang dimaksud dengan kesadaran dan apa yang dimaksud dengan politik. Melek politik adalah suatu kondisi psikologis siswa yang ditandai oleh adanya pengertian, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
f. Berpartisipasi secara aktif dan kreatif
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pola
dalam kehidupan berbangsa dan
hidup yang mencerminkan melek politik
bernegara khususnya dalam usaha
dapat dilihat dari ciri-ciri, watak dan
pembangunan nasional
kepribadian. Inilah yang dugunakan untuk
g. Aktif menggalang persatuan dan
mengukur suatu kesadaran seorang warga
kesatuan bangsa dengan kesadaran akan
negara yang melek politik.
keanekaragaman suku bangsa ;
Menurut Gabriel A. Almond dan
h. Sadar akan perlunya pemeliharaan
Sydney Verba (1990 : 65-71) dalam
lingkungan hidup dan alam sekitar
penelitiannya tentang melek politik dilima
secara selaras, serasi dan seimbang;
negara menggunakan dua kriteria untuk
i. Mampu melakukan penilaian terhadap
mengukur dimensi melek politik. Kedua
gagasan nilai serta ancaman yang
kriteria yang dimaksud adalah : Mengikuti
bersumber dari ideologi lain di luar
segala kegiatan pemerintah dan mengikuti
Pancasila dan UUD’45 atas dasar pada
laporan mengenai aktivitas pemerintah
pikiran atau penalaran logis mengenai
melalui berbagai media
Pancasila dan UUD 1945
Seseorang yang memiliki kesadaran
Ciri-ciri tersebut akan nampak dalam
politik adalah ia yang senantiasa mengikuti
perilaku warga negara yang melek politik.
segala kegiatan pemerintah dan mengikuti
Melek politik merupakan sikap dan prilaku
segala kegiatan laporan mengenai aktivitas
yang perlu ditanamkan kepada generasi
pemerintah melalui berbagai media. Sukadi
muda Indonesia, kesadaran ini merupakan
dan Eni Hernawati dalam penelitiannya manifestasi dari rasa tanggung jawab yang tentang melek politik, masing-masing
tinggi atas kelangsungan hidup bangsa di
menggunakan ciri-ciri, watak dan dalam negara Republik Indonesia. Melek kepribadian dari generasi muda Indonesia
politik yang semakin dewasa memang
yang terdapat dalam Inpres No. 12/ tahun
sangat diperlukan dalam kehidupan
1982 tentang pendidikan politik bagi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. generasi muda sebagai tolak ukur melek Melek politik bukan hanya harus dimiliki politik. Ciri-ciri, watak dan kepribadian dari
oleh politikus, oleh pemimpin dan anggota
generasi muda yang melek politik adalah :
partai politik saja, melainkan harus
a. Sadar akan hak dan kewajiban serta mendarah daging bagi seluruh rakyat. Hal tanggung jawabnya terhadap
ini sangat penting sebab tegak atau
kepentingan bangsa dan negara.
runtuhnya suatu negara, kuat atau lemahnya
b. Sadar dan taat pada hukum dan semua
suatu bangsa pada akhirnya terletak pada
peraturan perundang-undangan yang kesadaran bangsa itu sendiri. Melek politik berlaku
yang tinggi sangat penting artinya bagi yang
c. Memiliki disiplin pribadi, sosial dan memelihara stabilitas nasional yang dinamis nasional
dan untuk menjamin kelestarian dan cita-
d. Memiliki tekad perjuangan untuk cita bangsa. Selain itu melek politik juga mencapai kehidupan yang lebih baik di
diperlukan untuk memantapkan sendi-sendi
masa depan yang disesuaikan dengan dasar kehidupan kenegaraan yang kemampuan obyektif bangsa saat ini.
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
e. Mendukung sistem kehidupan nasional
Untuk meningkatkan melek politik
yang demokratis sesuai dengan generasi muda khususnya siswa diperlukan pancasila dan UUD’45
pendidikan politik. Pendidikan politik
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016 Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
pengakuan dan politik dan kenegaraan guna menunjang penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan kelestarian Pancasila dan UUD 1945. hukum, sehingga timbul sikap penghayatan Selain pendidikan politik upaya yang dapat
akan lahir suatu
terhadap sistem politik tersebut. Bila telah dilakukan untuk meningkatkan melek terdapat suatu penghayatan terhadap politik siswa adalah dengan cara konstitusi, maka dengan sendirinya ketaatan indoktrinasi politik yaitu dengan cara dan kepatuhan terhadap sistem politik paksaan. Baik pendidikan politik maupun
terwujud. Jika kondisi yang demikian sudah indoktrinasi politik kedua-duanya
tercipta berarti melek politik telah terbina di merupakan proses sosialisasi politik. dalam suatu masyarakat. Sosialisasi politik memang harus dilakukan sedini mungkin karena hal itu merupakan
C. METODE PENELITIAN
salah satu langkah yang amat penting dalam meningkatkan kualitas demokrasi di masa
Penelitian ini menggunakan depan adalah pembinaan watak demokrasi
pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang dikalangan generasi muda.
datanya berupa angka-angka. Ada beberapa Melek politik sebagai unsur penting
istilah tentang pendekatan kuantitatif, Borg dalam melaksanakan sistem politik and Gall (Sugiyono, 2006: 7-8) menyatakan mengandung;
persepsi, pengenalan, sebagai berikut: pengetahuan, ingatan, dan pengertian
Many labels have been used to tentang politik, termasuk konsekuensi-
distinguish between traditional research konsekuensinya;. harapan, kepercayaan methods and these new methods: positivistic bahwa politik dapat memberikan suatu versus postpositivistic research; scientivic kegunaan serta memberikan perlindungan versus artistic research; confirmatiry versus dan jaminannya dengan kepastian dan rasa
discovery-oriented research; quantitative keadilan; perasaan perlu dan butuh akan jasa
versus interpretive research; quantitative jasa politik, dan karena itu bersedia versus qualitative research. The menghormatinya. Perasaan khawatir dan quantitative-qualitative distinction seem takut melanggar hukum, karena jika most widely used. Both quantitative melanggar maka sanksi-sanksinya dapat researchers and qualitative researcher go dipaksakan; dan orientasi, perhatian, about inquiry in different ways. ” kesanggupan, kemauan baik, sikap, dan kesediaan serta keberanian mentaati
Dari uraian di atas dapat konstitusi dalam hak maupun kewajibannya,
digambarkan bahwa pendekatan kuantitatif karena kebenaran, keadilan, dan kepastian
sering dinamakan pendekatan transisi antara hukum itu adalah kepentingan umum.
pendekatan tradisional dan baru(modern), Melek politik berkaitan erat dengan
positivistik, scientifik dan metode discovery. kepatuhan atau ketaatan hukum terhadap Pendekatan kuantitatif dinamakan metode sistem politik yang berlaku sebagaimana
transisi, karena pendekatan ini merupakan diatur dalam kontitusi/UUD, yang transisi atau peralihan dari metode dikonkretkan dalam sikap atau perilaku tradisional menuju metode baru/modern. manusia. Melek politik berpangkal pada Pendekatan ini disebut metode positivistik adanya suatu pengetahuan tentang politik karena berlandaskan pada filsafat
dan nilai-nilai konstitusi yang mengatur positivisme. Pendekatan ini sebagai metode
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016 Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
Populasi dipilih karena karena memiliki
obyektif, terukur, rasional dan sistematis.
karakteristik yang terkait dengan tujuan
Pendekatan ini juga disebut metode penelitian, yaitu siswa SMA kelas XI telah discovery, karena dengan metode ini dapat
mendapatkan kompetensi dasar yang
ditemukan dan dikembangkan berbagai ilmu
berkaitan dengan politik, sehingga indikator
pengetahuan dan teknologi baru. Pendekatan
melek politik sebagaimana dirumuskan
ini disebut kuantitatif karena data penelitian
dalam penelitian ini diharapkan sudah
berupa angka-angka dan analisis dimiliki siswa. Sampel penelitian ini adalah menggunakan statistik. Ciri pendekatan jumlah keseluruhan siswa SMA Kelas XI kuantitatif lainnya yang mendukung dari SMA Negeri 2 Purwokerto. Teknik penelitian ini memiliki asumsi bahwa dunia
pengambilan sampel yang digunakan adalah
sebagai kenyataan tunggal yang diukur proportional ramdom sampling. dengan sebuah instrumen. Tujuan
Hasil pengumpulan data dengan
penelitiannya mengembangkan hubungan instrumen yang sudah memenuhi syarat antara variabel terukur, dan proses validitas reliabilitas, daya beda, dan tingkat penelitiannya berurut dikembangkan kesukaran yang ideal ini kemudian diolah sebelum studi dimulai (Schumacher dan dan dianalisis. Untuk pertama-tama, analisis Millan, 2001:22).
dilakukan untuk melihat apakah data
Metode penelitian yang digunakan memenuhi persyaratan untuk diuji dengan adalah penelitian survey dengan teknik analisis parametrik atau non parametrik, deskriptif analisis, yaitu metode penelitian
α yang dilakukan di lapangan untuk meneliti
dilanjutkan dengan uji persyaratan regresi
linier, dan baru kemudian pengujian
hal-hal yang terjadi pada masa sekarang dan
hipotesis.
memerlukan pemecahan masalah. Metode ini dilakukan dengan dokumentasi, survey
D. PEMBAHASAN
dan penyebaran angket.
1. Pembelajaran Pendidikan
Penelitian deskriptif merupakan
Kewarganegaraan Berpengaruh
penelitian yang dimaksudkan untuk
dalam Membina Melek Politik Siswa
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala
Dengan mengkaji kenyataan yang
menurut apa adanya pada saat penelitian
ditemukan di lapangan, nampak pelaksanaan
dilakukan (Arikunto, 2005 : 234).
proses pembelajaran Pendidikan
Instrumen pengumpulan data adalah
Kewarganegaraan pada SMA Negeri 2
alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
Purwokerto kelas 11 sebagian besar
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
termasuk pada kategori sedang yaitu 92%,
data agar kegiatan tersebut menjadi kategori tinggi 1,33%, dan rendah 6,67%. sistematis dan dipermudah olehnya. Peneliti
Kemudian, hasil uji korelasional
dalam pengumpulkan data menggunakan menunjukkan bahwa secara zero order instrumen, kuosioner, tes, dan pedoman pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan wawancara. Hasil yang diperoleh dari memiliki koefisien korelasi cukup kuat instrumen itu berupa angka-angka kemudian
sebesar 0,543 ( α = 0,05) dengan kontribusi
diolah secara statistik.
sebesar 29,5% terhadap tingkat melek
Populasi penelitian ini adalah seluruh karakteristik melek politik siswa
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016 Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
warga negara Indonesia yang baik dan cerdas. Hal tersebut dapat terwujud apabila dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa dibekali pengetahuan untuk menjadi warga negara yang melek politik dan hukum serta dilatih untuk menciptakan suasana kehidupan yang demokratis serta mencerminkan kehidupan warga negara Indonesia yang melek politik
dan hukum (Djahiri, 2006:10). Diagram 1. Peranan Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara, pada
Pendidikan Kewarganegaraan terhadap
umumnya guru Pendidikan
Tingkat Melek politik Siswa
Kewarganegaraan menyadari bahwa di era globalisasi ini, proses pembelajaran
Berdasarkan tabel di atas, secara
Pendidikan Kewarganegaraan harus
zero order dapat dikatakan terdapat korelasi yang cukup pembelajaran Pendidikan ditujukan untuk pengembangan sejumlah Kewarganegaraan dengan tingkat melek kemampuan atau kompetensi yang harus politik siswa.Akan tetapi secara parsial, nilai
dikuasai siswa. Dengan dimilikinya
koefisien korelasi pembelajaran Pendidikan
kemampuan-kemampuan atau kompetensi tertentu, diyakini siswa akan mampu
Kewarganegaraan menjadi 0,289 ( α = 0,05) dengan kontribusi sebesar 8,4% dan menjalankan perannya sebagai warga negara
yang mampu berkompetisi dengan warga
termasuk kategori rendah. Walaupun
dunia lainnya, serta mampu berpartisipasi
demikian, baik secara zero order maupun parsial, pembelajaran Pendidikan secara bermutu dalam kehidupan politik di Kewarganegaraan berperan secara positif tingkat lokal, nasional maupun dan signifikan terhadap tingkat melek internasional. Oleh karena itu, menurut guru politik siswa.
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, materi pembelajaran
Hal ini menarik untuk dikaji.
harus senantiasa dikaitkan atau
Sekaitan dengan hal tersebut, Djahiri
dikontekstualkan dengan peristiwa-peristiwa
(2006:9) mengemukakan bahwa:
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pendidikan/ pembelajaran yang
Penjelasan di atas dalam pandangan secara programatik-prosedural berupaya penulis semakin menegaskan bahwa
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
membudayakan
pada saat ini harus dikontekstualkan dengan memberdayakan peserta didik/siswa (diri realitas kehidupan siswa. Dengan kata lain,
(civilizing)
serta
dan kehidupannya) supaya menjadi warga
dalam konteks globalisasi, perlu negara yang baik sebagaimana tuntutan dikembangkan program Pendidikan
keharussan/yuridis konstitusional Kewarganegaraan yang memfokuskan pada α
bangsa/negara yang bersangkutan.
tema-tema yang sesuai dengan kehidupan
Pendapat tersebut
memposisikan
sehari-hari masyarakat. Hal tersebut
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dilandaskan pada hasil studi “The Impact of
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
Civic Education Program on Political
f. the willingness to change one’s lifestyle
Participation and Democratic Attitudes”
and consumption habits to protect the
(Sabatini, Bevis, dan Finkel, 1998:3-4) yang
environment (kemampuan mengubah
merekomendasikan bahwa ” Civic
gaya hidup dan pola makanan pokok
Education program should focus on themes
yang sudah biasa guna melindungi
that are immediately relevant to people
lingkungan)
daily lives”. Program Pendidikan
g. the ability to be sensitive towards and to
Kewarganegaraan tersebut perlu diwujudkan
defend human rights (eg, rights of
dalam bentuk “ ... a curriculum geared to
women, ethnic minorities, etc), and
development of “world citizens” who are
(memiliki kepekaan terhadap dan
capable of dealing with the crises” (Cogan
mempertahankan hak asasi manusia
dan Derricot, R.: 1999:37), yakni
(seperti hak kaum wanita, minoritas etnis,
seperangkat kurikulum yang diarahkan pada
dsb)
pengembangan warga dunia yang mampu
h. the willingness and ability to participate
mengelola krisis.
in politics at local, national and
Sekaitan dengan hal tersebut, Cogan
international levels (kemauan dan
(1998:115) merekomendasikan delapan
kemampuan berpartisipasi dalam
karakteristik warga negara kehidupan politik pada tingkatan multidimensional, yaitu:
pemerintahan lokal, nasional, dan
a. the ability to look at and approach
internasional).
problems as a member of a global society Tuntutan pengembangan (kemampuan mengenal dan mendekati karakteristik warga negara di atas menurut
masalah sebagai warga masyarakat Cogan (1998:117) harus dikonstruksi dalam global)
kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan
b. the ability to work with others in a yang multidimensional (multidimensional cooperative way and to take citizenship), yang ia gambarkan dalam
responsibility for one’s roles/duties empat dimensi yang saling berinterrelasi, within society (kemampuan bekerjasama
yaitu the personal, social, spatial and
dengan orang lain dan memikul tanggung
temporal dimension. Keempat dimensi ini
jawab atas peran atau kewajibannya akan melahirkan atribut kewarganegaraan dalam masyarakat)
yang mungkin akan berbeda di tiap negara
c. the ability to understand, accept, sesuai dengan sistem politik negara masing- appreciate and tolerate cultural masing, yakni: (1) a sense of identity; (2)
differences (kemampuan untuk the enjoyment of certain rights; (3) the memahami, menerima, dan menghormati
fulfilment of corresponding obligations; (4)
perbedaan-perbedaan budaya)
a degree of interest and involvement in
d. the capacity to think in a critical and
public affairs; and (5) an acceptance of
systemic way (kemampuan berpikir kritis
basic societal values. Dengan kata lain
dan sistematis)
secara konseptual Pendidikan
e. the willingness to resolve conflict and in Kewarganegaraan hendaknya
a non-violent manner (kemampuan
mengembangkan warga negara yang
menyelesaikan konflik dengan cara memiliki lima ciri utama, yaitu jati diri, damai tanpa kekerasan)
kebebasan untuk menikmati hak tertentu, pemenuhan kewajiban-kewajiban terkait, tingkat minat dan keterlibatan dalam urusan
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016 Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
faktor penting dalam meningkatkan melek Sejalan dengan meningkatnya politik siswa. Akan tetapi pada perubahan yang bersifat multidimensional,
kenyataannya pembelajaran Pendidikan baik politik, ekonomi maupun sosial Kewarganegaraan masih dihadapkan pada budaya, tuntutan pembelajaran Pendidikan
beberapa kondisi empirik yang sifat Kewarganegaraan sangat diperlukan dalam
kontraproduktif dengan kedudukan memecahkan berbagai masalah yang timbul.
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sehingga, Wahab (Cholisin, 2007:11), sebagai wahana peningkatan melek politik memberikan batasan bahwa :
siswa, diantaranya:
1) Proses pembelajaran dan penilaian media pengajaran yang akan meng-
Pendidikan Kewarganegaraan ialah
dalam Pendidikan Kewarganegaraan Indonesiakan para siswa secara sadar,
lebih menekankan pada dampak cerdas dan penuh tanggung jawab. Karena
instruksional (instructional effects) yang itu program Pendidikan Kewarganegaraan
terbatas pada penguasaan materi atau memuat konsep-konsep umum
dengan kata lain hanya menekankan ketatanegaraan, politik, hukum, negara,
pada dimensi kognitifnya saja. serta dari teori umum yang lain yang cocok
Pengembangan dimensi-dimensi dengan target tersebut. Dengan
lainnya (afektif dan psikomotorik) dan kecenderungan sifat teoretis disiplin politik
pemerolehan dampak pengiring tetap dominan baik dalam program maupun
(nurturant effects) sebagai hidden dalam pengajarannya.
curriculum belum mendapat perhatian Dalam menghadapi kecenderungan
yang sebagaimana mestinya. globalisasi tersebut, pelajaran Pendidikan
2) Pengelolaan belum mampu menciptakan Kewarganegaraan di Indonesia merupakan
suasana kondusif dan produktif untuk mata pelajaran yang memfokuskan pada
memberikan pengalaman belajar kepada pembentukan warganegara yang memahami
siswa melalui keterlibatnnya secara dan mampu melaksanakan hak-hak dan
proaktif dan interaktif baik dikelas kewajibannya untuk menjadi warganegara
maupun di luar kelas, sehingga berakibat Indonesia yang cerdas, terampil, dan
pada miskinnya pengalaman belajar berkarakter yang diamanatkan oleh
yang bermakna untuk mengembangkan Pancasila dan UUD NRI 1945
kehidupan dan perilaku siswa. (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
3) Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
sebagai wahana sosiopedagogis untuk Menengah).
mendapatkan hand-on experience juga Dalam proses pembelajaran,
belum memberikan kontribusi yang Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya
signifikan untuk menyeimbangkan menjadi “subjek pembelajaran yang kuat”
antara penguaasan teori dan praktek (powerful learning area) yang ditandai oleh
pembiasaan perilaku dan keterampilan pengalaman belajar kontekstual dengan ciri-
dalam kehidupan yang demokratis dan ciri: bermakna (meaningful), terintegrasi
sadar hukum (termaasuk di dalamnya (integrated), berbasis nilai (value-based),
sadar konstitusional) (Budimansyah, menantang (challenging), dan mengaktifkan
(activating) (Budimansyah, 2008b:182).
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
Kondisi-kondisi di atas merupakan
pembentukan warga negara yang memahami
akibat dari implementasi program dan melaksanakan hak-hak dan Pendidikan Kewarganegaraan di kewajibannya untuk menjadi warga negara persekolahan masih dihadapkan pada Indonesia yang cerdas, terampil dan berbagai kendala dan keterbatasan. Kendala
berkarakter yang diamanatkan oleh
dan keterbatasan itu adalah: (1) masukan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar
instrumental (instrumental input) terutama
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
yang berkaitan dengan kualitas guru serta
Dengan kata lain, melalui pembelajaran
keterbatasan fasilitas dan sumber belajar; Pendidikan Kewarganegaraan, diharapkan dan (2) masukan lingkungan (enviromental
siswa sebagai warga negara muda memiliki
input) terutama yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, sikap dan kondisi dan situasi kehidupan politik yang
perilaku yang mencerminkan kepatuhan
kurang demokratis (Budimansyah, 2009:18).
terhadap nilai-nilai, norma dan moral yang terkandung dalam konstitusi negara.
Kondisi tersebut relevan dengan
Sekaitan dengan hal tersebut, tentunya perlu
yang terjadi dalam pembelajaran Pendidikan
dikembangkan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan SMA Negeri 2 Kewarganegaraan yang efektif, yaitu Purwokerto. Berdasarkan hasil wawancara,
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
pada umumnya guru menyatakan bahwa yang dapat meningkatkan melek politik pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
siswa secara optimal. Hal tersebut sangat
masih dihadapkan pada kendala:
berkaitan dengan model pembelajaran yang
1) Ketertarikan siswa untuk mengakses
diterapkan oleh guru.
terhadap sumber informasi (surat kabar, media elektronik) masih rendah,
a. Kompetensi Kewarganegaraan
sehingga sumber belajar selalu
berpengaruh
dalam Membina
disediakan oleh guru;
Tingkat Melek Politik Siswa
2) Budaya belajar mandiri dan gemar
Kompetensi kewarganegaraan
membaca masih rendah;
memiliki korelasi yang positif dengan
3) Keterbatasan waktu dan biaya, sehingga
tingkat melek politik siswa SMA Negeri 2
model pembelajaran Portofolio sangat
Purwokerto. Hal tersebut dapat dilihat dari
sulit untuk diimplemntasikan;
hasil pengujian hipotesis baik secara zero
4) Dukungan moril dan materil manajemen
order maupun parsial. Secara zero order,
sekolah, orang tua, masyarakat, dan
kompetensi kewarganegaraan memiliki
instansi terkait masih kurang;
koefisien korelasi yang kuat sebasar 0,608
5) Penilaian pembelajaran Pendidikan
( α = 0,05) dengan kontribusi sebesar 37%,
Kewarganegaraan rumit, terutama
sedangkan secara parsial kompetensi
berkaitan dengan disposisi dan
kewarganegaraan mempunyai nilai koefisien
keterampilan kewarganegaraan;
korelasi yang cukup kuat yaitu sebesar
6) Pendidikan dan Pelatihan kemampuan
α = 0,05) dengan kontribusi sebesar 18,1%. Hal tersebut dapat dilihat dari
metodologi pembelajaran bagi guru
masih kurang dan tidak merata.
diagram berikut ini:
Kenyataan tersebut dapat dikaji bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016 Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
Diagram 2. Pengaruh Pembelajaran
demokrasi konstitusional.
The National
Pendidikan Kewarganegaraan terhadap
Standards for Civics and Government
Tingkat Melek politik siswa
(Center for Civic Education, 1994) merumuskan komponen-komponen utama
Berdasarkan hasil wawancara
civic competences yang merupakan tujuan
dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan,
civic education meliputi pengetahuan
pada umumnya mereka beranggapan bahwa
kewarganegaraan (civic knowledge),
kompetensi kewarganegaraan berbanding
kecakapan kewarganegaraan (civic skills),
lurus dengan tingkat melek politik siswa.
dan watak kewarganegaraan (civic
Artinya seorang siswa yang memiliki disposition).
kompetensi kewarganegaraan yang baik, maka kecenderungannya tingkat melek
Dari uraian di atas dapat ditarik politiknya pun akan tinggi, begitupula kesimpulan bahwa kompetensi
sebaliknya siswa yang kompetensi kewarganegaraan yang dimiliki oleh kewarganegaraannya jelek, maka tingkat seorang siswa sangat mempengaruhi tingkat melek politiknya pun akan rendah. Hal ini
melek politik mereka yang tercermin dari
dikarenakan komponen-komponen
pengetahuan, pemahaman, sikap dan
kompetensi kewarganegaraan mengandung
perilaku mereka sebagai hasil internalisasi
muatan-muatan konstitusi.
nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusionalisme Indonesia.
Hal di atas dapat dikaji dengan
mengupas hakekat kompetensi b. Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan. Kompetensi Kewarganegaraan dan Kompetensi
kewarganegaraan adalah pengetahuan, nilai
Kewarganegaraan secara bersama
dan sikap, serta keterampilan siswa yang
berpengaruh terhadap Tingkat Melek
mendukungnya menjadi warga negara yang
politik siswa
partisipatif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Pembelajaran Pendidikan Dengan kata lain, kompetensi Kewarganegaraan dan kompetensi α
kewarganegaraan mendorong terciptanya kewarganegaraan secara bersama-sama warga negara yang memiliki melek politik.
memiliki korelasi positif yang kuat dengan tingkat melek politik siswa SMA Negeri 2
Branson (1999:8-9) menegaskan Purwokerto kelas 11, yaitu sebesar 0,650 ( α α
tujuan civic education adalah partisipasi = 0,05). Dengan kata lain, kedua unsur yang bermutu dan bertanggung jawab dalam
Pendidikan Kewarganegaraan tersebut
kehidupan politik dan masyarakat baik di
berpengaruh sebesar 42,2% terhadap tingkat tingkat lokal dan nasional. Partisipasi melek politik siswa, selebihnya yaitu 57,8%
semacam itu memerlukan kompetensi
dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti. kewarganegaraan sebagai berikut: (1) Berikut ini gambaran besaran kontribusi
25
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
Jurnal Sosiohumaniora Volume 2 Nomor 1, Januari 2016
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Kompetensi Kewarganegaraan terhadap tingkat melek politik siswa.
Diagram 3. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Kompetensi Kewarganegaraan terhadap Tingkat Melek politik siswa
Gambaran di atas juga menunjukkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh secara positif terhadap tingkat melek politik siswa SMA Negeri 2 Purwokerto. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis lebih menonjolkan analisis pada pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan, karena pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan kompetensi kewarganegaraan merupakan unsur atau komponen dari Pendidikan Kewarganegaraan.
Kuatnya hubungan Pendidikan Kewarganegaraan dengan tingkat melek politik dapat dianalisis dari beberapa hal. Pertama, Pendidikan Kewarganegaraan difokuskan untuk membentuk warga negara yang mampu memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945. Dengan kata lain, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan wahana pembentukan warga negara yang memiliki tingkat melek politik yang tinggi. Hal tersebut berimplikasi pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang harus dilaksanakan secara demokratis dan mendorong siswa untuk mematuhi
berbagai peraturan yang berlaku dalam setiap dimensi kehidupan mereka termasuk ketentuan yang terdapat konstitusi negara.
Sekaitan dengan hal tersebut, Somantri (2001:299) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan diselenggarakan guna melatih siswa/peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945. Oleh karena itu melek politik paling tidak dipengaruhi oleh; derajat pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep politik; sikap instrumental timbul karena adanya pengetahuan tentang isi peraturan dan menonjolkan kepentingan pribadi, sedangkan sikap fundamental ditentukan dengan adanya pemahaman dan pengertian tentang isi peraturan tersebut.