PSIKOLOGI KOGNITIF COGNITIVE APPROACH PA (1)

PSIKOLOGI KOGNITIF (COGNITIVE APPROACH) PADA PAI
(Penerapan Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pembelajaran PAI)
Laily Nur Arifa (14790007)
Abstract
Psikologi kognitif sebagai sebuah pendekatan telah banyak digunakan di
berbagai bidang. Dalam bidang pendidikan, psikologi kognitif telah
banyak membantu pendidik memahami proses kerja otak. Salah satu tokoh
psikologi kognitif yang terkenal adalah Jean Piaget. Teori perkembangan
kognitif yang dirumuskan Jean Piaget dianggap sebagai gebrakan baru
dalam memahami proses pengetahuan anak. Menurut Piaget, dalam
masalah berpikir, anak bukanlah miniatur orang dewasa, melainkan
individu yang memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa.
Implikasi penting teori Piaget dalam pembelajaran adalah bahwa anakanak memiliki tingkatan kognitif tertentu sehingga membutuhkan metode
yang berbeda antar tingkatan. Dalam pembelajaran PAI, teori Piaget
dapat diterapkan dengan misalnya, anak usia 0-2 tahun berada pada
tahap sensorimotor, sehingga pembelajaran PAI yang tepat adalah dengan
merangsang indera anak dengan materi PAI. Pada tahap pra operasional,
pembelajaran menggunakan metode mendogeng. Pada tahap operasional
konkrit, materi PAI diajarkan dengan logika sederhana. Sedangkan pada
tahap operasional formal, peserta didik sudah dapat berpikir secara
abstrak.

Kata Kunci: Psikologi Kognitif, Jean Piaget, PAI
A. Pendahuluan
Psikologi kognitif sebagai sebuah pendekatan telah banyak digunakan di
berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang pendidikan, psikologi kognitif telah
memberikan pengaruh besar terhadap perubahan gaya pembelajaran. Salah
satu tokoh yang dianggap paling berjasa dalam perubahan ini adalah Jean
Piaget. Dari hasil penelitianya, timbullah teori belajar yang biasa disebut teori
perkembangan kognitif. Teori ini menetapkan ragam dari tahap-tahap
perkembangan intelektual manusia dari lahir sampai dewasa beserta ciri-ciri
dari setiap tahapan.

1

Pembelajaran pendidikan Agama Islam seringkali dikritik dengan
pembelajaran yang monoton, tidak efisien dan cenderung doktriner. Padahal,
di zaman krisis moral seperti saat ini, penanaman nilai-nilai agama menjadi
hal yang sangat urgen. Agar pembelajaran PAI lebih efektif, diperlukan
pendekatan yang lebih inovatif dan tepat sasaran sesuai dengan karakteristik
peserta didik. Salah satu pendekatan yang patut dicoba adalah pendekatan
kognitif. Untuk itulah makalah ini mencoba membahas mengenai penerapan

psikologi kognitif pada pembelajaran PAI, dan karena Piaget dianggap sebagai
tokoh penting dalam psikologi kognitif, menarik untuk menakar teori
perkembangan kogntif Piaget dalam penerapan pembelajaran PAI.
B. Pembahasan
1. Pengertian Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif memiliki dua konotasi, yakni dapat diartikan sama
dengan istilah kognisi (cognition), dan sebagai pendekatan kognitif (cognitive
approach) dalam psikologi.1 Istilah kognitif (c o g n i t i v e ) berasal dari
kata c o g n i t i o n

atau k n o w i n g

berarti konsep luas dan

inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam pemerolehan,
organisasi/penataan dan penggunaan pengetahuan.2 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kognitif berarti berhubungan dengan atau melibatkan
kognisi.3 Kognisi berasal dari bahasa Inggris, cognition, yang berarti

1


2

3

M.W. Matlin, Cognition (2nd edition), (New York: Holt, Rinehart and Winstonc, Inc. dalam
Suharnan, Psikologi Kognitif, (Surabaya: Srikandi, 2005), h. 1
Ulfiani Rahman, Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini, Jurnal Lentera Pendidikan, vol.
12 no. 1 juni 2009, h. 51
Kognisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kegiatan atau proses
memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha mengenali sesuatu
melalui pengalaman sendiri. Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline vers. 1.3. Kognisi
merupakan suatu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan. Seperti
mengamati, melihat, menduga, dan menilai, Bagja Waluya, Konsep Dasar Pikologi, Makalah,
(Bandung:
Universitas
Pendidikan
Indonesia)
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Psikologi.pdf h. 32 Sarlito mengutip scheerer
menyatakan bahwa kognisi adalah proses sentral yang menghubungkan peristiwa-peristiwa di

luar (external) dan di dalam (internal) diri sendiri. Sedangkan menurut Festinger kognisi
adalah elemen-elemen kognitif, yaitu hal-hal yang di ketahui oleh seseorang tentang dirinya

2

kesadaran, pengertian, pengamatan.4 Jean Piaget menyatakan bahwa istilah
kognitif adalah istilah yang mengacu pada proses-proses mental di mana
manusia dapat memperoleh pengetahuan.5
Jika psikologi kognitif dikonotasikan dengan kognisi, psikologi kognitif
berarti cabang psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktifitas
pikiran manusia.6 Psikologi Kognitif sebagai kognisi juga dapat diartikan
sebagai suatu studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau aktifitas
pikiran, sehingga psikologi kognitif sering juga disebut dengan psikologi
pemrosesan informasi.7
Psikologi kognitif sebagai pendekatan kognitif (cognitive approach)
diartikan

sebagai

pendekatan


fenomena

psikologis

manusia

dengan

menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan, ingatan dan prosesproses berpikir bagi perilaku manusia.8 Pada makalah ini, istilah psikologi
kognitif yang akan digunakan adalah konotasi kedua, yakni psikologi kognitif
sebagai pendekatan kognitif (cognitive approach)
2. Pemikiran Jean Piaget tentang Perkembangan Kognitif
a. Latar Belakang Jean Piaget
Piaget dilahirkan pada tanggal 6 Agustus 1896 di Neuchatel, pusat kota
dari sebuah daerah kecil yang berada di antara Swiss dan Perancis. Dan

sendiri, tentang tingkah lakunya, dan tentang keadaan disekitarnya. Sarlito Wirawan
Sarwono, Teori-teori Psikologi Social. (Jakarta : Rajawali Pers, 1991), h. 91
4

Kamus Indict Freeware edition vers. 2.1
5
Jean Piaget, Antara Tindakan Dan Pikiran, disunting oleh Agus Cremers, (Jakarta: Gramedia,
1988), h. 76
6
Suharnan, Psikologi Kognitif……., h. 1 Istilah psikologi kognitif mengacu pada upaya
pemahaman berbagai bentuk instrumen observasi empiric sistematis manusia yang selanjutnya
dikonstruksikan menjadi serangkaian teori . Psikologi kognitif berkembang setelah Perang
Dunia II, pada awalnya dimaksudkan untuk mencari pemecahan masalah di seputar interaksi
antara manusia dan mesin Bagja Waluya, Konsep Dasar……., 32-33
7
Suharnan, Psikologi Kognitif……., h. 2
8
Suharnan, Psikologi Kognitif……., h. 1 Matt Jarvis mengartikan psikologi kognitif sebagai
pendekatan psikologi yang memusatkan perhatian kepada cara kita merasakan, mengolah,
menyimpan dan merespon informasi. Matt Jarvis, Theoretical Approaches In Psychology,
(Terj) Teori-Teori Psikologi, Pendekatan Modern Untuk Memahmi Perilaku, Perasaan Dan
Pikiran Manusia, cet. iv, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 108

3


meninggal pada tanggal 16 September 1980 di Jenewa Swiss.9 Piaget belajar
Biologi di Universitas di Neuchatel dari tahun 1916 sampai 1918.10 Pada umur
21 tahun, Piaget menyelesaikan disertasinya tentang Moluska dan memperoleh
gelar Doktornya dalam bidang Zoologi.11
Pada tahun 1919, Piaget mengajar Psikologi dan Philosofi pada Sorbonne
Paris. Disini dia bertemu Simon (Simon-Binet) dan melakukan penelitian pada
tes intelegensi. Pada saat itu, Piaget tertarik dengan bagaimana anak berfikir.12
Piaget tertarik pada jawaban-jawaban salah yang diberikan oleh anak-anak
yang lebih muda. Piaget menyadari bahwa jawaban-jawaban tersebut
berdasarkan hasil cara berfikir anak-anak yang berbeda dengan orang dewasa.
Piaget menyimpulkan bahwa anak ternyata bukanlah merupakan miniatur
replica orang dewasa dan cara berfikir anak-anak tidak sama dengan cara
berfikir orang dewasa.13
b. Urgensi mempelajari Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Teori pengembangan kognitif yang nampaknya paling terkenal adalah teori
Jean Piaget. Meskipun Jean Piaget sebenarnya adalah seorang biolog, namun
masyarakat modern lebih mengenalnya sebagai tokoh perkembangan kognisi.


Ayahnya Arthur Piaget, adalah seorang ahli sejarah di universitas Neuchatel. Piaget banyak
meniru ayahnya yang digambarkan sebagai seorang yang rasional dan sistematik dalam cara
berfikir. Ibunya, Rebecca Jackson, adalah wanita yang sangat cerdas dan energik. Singgih D.
Gunarso, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, ( Jakarta: Gunung Mulia, 1981), h. 136.
10
Sejak kecil Piaget sudah memperlihatkan bakat-bakatnya sebagai ilmuan, senang mengamati
dan memperlihatkan kehidupan yang ada di sekitarnya dan melakukan penelitian-penelitian.
Pada umur 10 tahun ia bisa menulis suatu artikel ilmiah disuatu majalah Journal of Natural
History of Neuchatel, mengenai biologi. Berdasarkan tulisan ini ia tadinya akan diangkat
sebagai dewan kurator di Museum, tetapi pengangkatan itu dibatalkan, ketika diketahui,
penulisnya adalah seorang anak yang masih duduk dibangku sekolah menengah. Singgih D.
Gunarso, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, ( Jakarta: Gunung Mulia, 1981), h..138.
11
Semakin lama ia semakin tertarik pada relasi antara Biologi dan Logika, dan menganggap
psikologi sebagai kaitan utama, karena manusia di satu sisi merupakan bagian dari dunia
biologis namun pada pihak lain menjadi subyek dan sumber dari kegiatan berfikir yang logis.
Saidatul Akromah, Belajar Menurut Al Ghazali Dan Piaget (Study Komparasi Pemikiran Al
Ghazali dan Piaget), Skripsi (Semarang: IAIN Walisongo, 2006), h.56-57
12
Saidatul Akromah, Belajar……., h. 58

13
Singgih D. Gunarso, Dasar dan Teori…..., h. 137.

9

4

Banyak yang beranggapan bahwa Piaget adalah orang yang mempunyai
pengaruh besar terhadap penciptaan psikologi kognitif.14
Piaget adalah seorang tokoh yang amat penting dalam bidang psikologi
kognitif. Teori-teorinya dalam psikologi perkembangan yang mengutamakan
unsur kesadaran (kognitif) masih dianut oleh banyak orang sampai hari ini.
Teori-teori, metode-metode dan bidang-bidang penelitian yang dilakukan
Piaget dianggap sangat orisinil, tidak sekedar melanjutkan hal-hal yang sudah
terlebih dahulu ditemukan orang lain. 15
Ketertarikan Piaget untuk menyelidiki peran genetik dan perkembangan
anak akhirnya menghasilkan suatu mahakarya yang dikenal dengan nama
Theory of Cognitive Development (Teori Perkembangan Kognitif). Dalam
teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus
dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir

formal. Teori ini tidak hanya diterima secara luas dalam bidang psikologi
tetapi juga sangat besar pengaruhnya di bidang pendidikan.16
c. Perkembangan Kognitif menurut Piaget
Jean Piaget, mengartikan perkembangan sebagai proses dari setiap
individu yang melewati serangkaian perubahan kualitatif (misalnya dalam
perkembangan kognitif, emosi, dan perilaku) yang bersifat invarian, selalu
tetap (progresif), tidak melompat atau mundur. Perubahan-perubahan kualitatif
ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan serta adanya pengorganisasian stuktur berpikir. Hal yang sama
juga terjadi pada sistem kognisi, dimana adanya system yang mengatur dari
dalam yang kemudian dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.17 Dengan
kata lain, Piaget menolak definisi mengenai intelegensi yang didasarkan pada

C.George Boeree, Sejarah Psikologi, Penterjemah, Abdul Qodir Shaleh, (Yogyakata:
prismasophi, 2007), h. 479.
15
Bagja Waluya, Konsep Dasar…….., h. 17
16
Bagja Waluya, Konsep Dasar ……., h. 17
17

Desmita, Psikologi Perkembangan, Cet.IV, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008), h. 102

14

5

jumlah jawaban yang betul dari tes intelegensi. Masalah inelegensi
sesungguhnya adalah menemukan perbedaan berpikir pada berbagai usia.18
Dengan teori perkembangan kognisinya, Piaget menjelaskan cara anak
beradaptasi dengan menginterpretasikan objek serta kejadian-kejadian di
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek.
Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui
persamaan-persamaan dan perbedaannya dan untuk membentuk perkiraan
tentang objek dan peristiwa tersebut.19
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam
menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima
informasi. Walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas
telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak
juga berperan dalam menginterpretasikannya pada pengetahuan dan konsepsi
dan dunia yang telah ia miliki.20
Kusdwiratri Setiono merangkum pemikiran kognitif Piaget menjadi tiga,
pertama, Piaget tidak setuju dengan anggapan bahwa pengetahuan adalah
informasi atau kepercayaan yang telah dimiliki seseorang. Pengetahuan adalah
proses atau rentetan tindakan dan bukan sekedar simpanan informasi saja.
kedua, persepsi anak tergantung dari pengalaman masa lampau dan
kematangan internal pada saat itu. Ketiga, ingatan kita terdiri dari simpanan
pengetahuan yang akan bertambah dengan bertambahnya pengalaman dan
kematangan seseorang.21
d. Proses Perkembangan Kognitif menurut Piaget
Teori perkembangan kognisi Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau
kemampuan kognisi seorang anak mengalami kemajuan melalui empat tahap

Kusdwiratri Setiono, Psikologi Perkembangan: Kajian Teori Piaget, Selman, Kohlberg dan
Aplikasi Riset, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), h. 12
19
Desmita, Psikologi Perkembangan………, h. 46
20
Desmita, Psikologi Perkembangan…….. h.46
21
Kusdwiratri Setiono, Psikologi Perkembangan: Kajian Teori Piaget, Selman, Kohlberg dan
Aplikasi Riset, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), h. 12
18

6

yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan kemampuankemampuan baru dan cara mengolah informasi.22 Keempat tahapan itu adalah;
Pertama, pola/skema (schemas). Piaget menyatakan bahwa ketika anak
berusaha

membangun

pemahaman

mengenai

dunia,otak

berkembang

membentuk skema (schema).23 Secara sederhana skema dapat dipandang
sebagai kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu ketika
berinteraksi dengan lingkungan. Skema senantiasa berkembang. Saat kecil
seseorang memiliki beberapa skema saja, namun setelah dewasa skemanya
secara berangsur-angsur menjadi lebih luas, lebih kompleks dan beraneka
ragam. Dengan demikian, skema adalah struktur kognitif yang selalu
berkembang dan berubah. 24
Kedua, asimilasi. Asimilasi merupakan suatu proses kognitif dan
penyerapan pengalaman baru ketika seseorang memadukan stimulus atau
persepsi ke dalam skema atau perilaku yang telah ada. Asimilasi pada
dasarnya tidak mengubah skema, tetapi mempengaruhi atau memungkinkan
pertumbuhan skema. Asimilasi adalah proses kognitif individu dalam
usahanya untuk mengadaptasikan diri dengan lingkungannya. Dalam
asimilasi, individu memaksakan struktur yang ada padanya kepada stimulus
yang masuk. Artinya stimulus dipaksa untuk mengikuti salah satu skema yang
telah ada. Asimilasi terjadi secara kontinu, berlangsung terus menerus dalam
perkembangan kehidupan intelektual anak.25 Dengan kata lain, asimilisasi

Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and Practice, terj. Marianto Samosir, Jilid I,
(Jakarta: Index, 2008), h. 42
23
John W. Santrock, Educational Psychology ed 3th, terj. Diana Angelica, (Jakarta: Salemba,
2009), h. 48
24
Perkembangan ini dimungkingkan oleh stimulus-stimulus yang dialaminya yang kemudian
diorganisasikan dalam pikirannya, Jean Piaget mengatakan bahwa schema orang dewasa
berkembang mulai dari schema anak melalui proses adaptasi sampai pada penataan atau
organisasi.Makin mampu seseorang membedakan satu stimulus dengan stimulus lainnya,
kamin banyak scehamanya. Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,
(Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2010), h. 118-119
25
Misalnya seorang anak belum pernah melihat seekor ayam. Namun ia pernah melihat burung
sehingga anak itu telah memiliki skema burung. Ketika melihat ayam untuk pertama kalinya,
stimulus ayam akan diolah dalam pikirannya lalu dicocok-cocokkan dengan skema yang telah
ada dalam pikirannya. Mungkin saja skema yang paling dekat dengan ayam dalam pikirannya
adalah burung, maka ia menyebut ayam sebagai burung besar, karena stimulus ayam

22

7

terjadi ketika individu memasukkan informasi baru ke dalam skema yang telah
ada sebelumnya.26
Ketiga, akomodasi. Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang
belangsung sesuai dengan pengalaman baru. Proses kognitif tersebut
menghasilkan terbetuknya skema baru dan berubahnya skema lama. Pada
akomodasi tampak terjadi perubahan kualitatif, sedangkan pada asimilasi
terjadi kuantitatif. Pada akomodasi, individu dipaksa untuk mengubah skema
yang telah ada menjadi skema baru yang cocok dengan stimulus yang ada.27
Dapat

pula

disimpulkan

bahwa

akomodasi

terjadi

ketika

individu

menyesuaikan skema mereka agar sesuai dengan informasi/pengalaman baru
yang diterima.28
Keempat, keseimbangan (equilibrium/equilibration). Equilibrium adalah
mekanisme yang diajukan Piaget untuk menjelaskan bagaimana individu
beralih dari satu tahap ke tahap berikutnya.29

Equilibrium adalah

keseimbangan antara proses-proses asimilasi dan akomodasi. Dengan adanya
keseimbangan ini, efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkembang
dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Dengan kata lain terjadi
keseimbangan antara faktor-faktor-faktor internal dan eksternal.30 Apabila
terjadi ketidakseimbangan yang terjadi ketika anak menyadari bahwa cara

diasimilasikan ke dalam skema burung. Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar..... h.
119-120
26
John W. Santrock, Educational Psychology……., h. 48
27
Jadi pada hakikatnya asimilasi menyebabkan terjadinya perubahan atau pengembangan skema.
Sebelum terjadi akomodasi, ketika anak menerima stimulus yang baru, struktur mentalnnya
menjadi goyah, atau disebut tidak stabil. Bersamaan dengan terjadinya akomodasi, maka
struktur mental tersebut menjadi stabil lagi. Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar..... h.
120
28
John W. Santrock, Educational Psychology……., h. 48
29
John W. Santrock, Educational Psychology……., h. 49
30
Apabila individu melalui proses asimilasinya tidak dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, maka terjadilah ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan itu mendorong
terjadinya proses akomodasi dimana struktur kognitif sebelumnya mengalami perubahan atau
penambahan schema, sehingga terciptalah keseimbangan. Jadi perkembangan intelektual
dalah suatu proses yang kontinu dari keadaan seimbang-tidak seimbang dan yang terjadi
setiap saat, pada setiap fase perkembangan manusia. Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori
Belajar..... h. 121

8

berpikirnya saat ini tidak berhasil menyelesaikan masalah atau memahami
sebuah situasi, Piaget menyebut hal ini dengan disekuilibrium.31

Proses perkembangan kognitif tersebut dapat digambarkan sebagai berikut;

SKEMA

ASIIMILASI

AKOMODASI

•anak berpikir bahwa
semua kendaraan
yang bergerak di
jalan adalah mobil

•anak melihat ada
truk, lalu
mencocokkan
stimulus truk
dengan skema yang
telah ada, yakni
mobil. anak
menyebut truk
sebagai mobil besar

•anak lalu menyadari
bahwa truk itu
bukanlah mobil
besar. anak lalu
membuat skema
baru tentang truk

EKUILIBIUM
•anak memahami
bahwa truk dan
mobil memiliki
skema yang berbeda

e. Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget
1) Tahap Sensori Motorik
Tahap sensorimotor (sensorimotor stage) merupakan tahap perkembangan
kognitif piaget yang pertama, berlangsung dari kelahiran sampai kurang lebih
2 tahun. Disebut sensorimotor karena dalam tahap ini,bayi membangun
pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman sensori dan
motorik mereka.32
Masa ini, bayi menggunakan reflex mereka untuk dapat berinteraksi.33
Bayi juga belajar bahwa tindakan tertentu memiliki pengaruh khusus. 34 Pada
Anita Woolfolk, Educational Psikology……., h. 52
John W. Santrock, Educational Psychology……., h. 50
33
Piaget percaya bahwa semua anak dilahirkan dengan kecenderungan bawaan untuk berinteraksi
dengan lingkungan mereka dan memahaminya. Pada awalnya semua bayi memiliki perilaku
bawaan yang disebut gerakan refleks (reflex). Semisal bayi mulai mengisap ketika tangan
diletakkan ke mulut, atau memegang ketika jari diletakkan kedalam telapak tangan bayi.
Perilaku ini dan perilaku lainnya adalah bawaan dan merupakan landasan yang merupakan

31

32

9

masa ini pula, bayi mengembangankan permanensi obyek, yakni pemahaman
bahwa obyek masih ada di lingkungan terlepas dari apakah obyek tersebut ada
dihadapan mereka atau tidak. Hal ini merupakan awal kemampuan penting
untuk mengkonstruksikan representasi mental.35
Pada masa ini, anak dapat

meniru tindakan orang lain, dan

menggabungkan skema dengan pengetahuan yang diperolehnya.36 Menurut
Piaget, pada akhir tahap sensorimotor, anak-anak dapat membedakan antara
diri sendiri dan dunia serta sadar bahwa benda akan terus ada.37
2) Pra Operasional
Tahap praoperasional (preoperational stage) adalah tahap perkembangan
kognitif piaget yang kedua, berlangsung antara usia 2 sampai 7 tahun. Tahap
ini lebih simbolik dari pada sensorimotor, tetapi tidak melibatkan pemikiran
operasional.38 Karakter anak pada masa ini adalah kesulitan untuk reversible
thinking (berpikir mundur),39 konservasi,40 dan egosentris.41
Pemikiran praoperasional terbagi menjadi dua subtahap, fungsi simbiolik
dan pemikiran intutif. Fungsi simbiolik (symbolic function substage)
asal skema pertama bayi terbentuk. Bayi segera menggunakan refleks ini untuk menghasilkan
pola-pola perilaku yang lebih menarik dan intensional. Robert E. Slavin, Educational
Psychology….., h. 45
34
Itulah sebabnya bayi merasa terpesona ketika menyadari bahwa dirinya bisa menggerakkan
anggota badannya lalu berlanjut dengan benda-benda lain. Matt Jarvis, Theoretical
Approach……, h. 148-149
35
Ketika kita mengambil mainan yang ada di hadapan bayi ketika bayi tidak melihat, bayi akan
mengira bahwa benda tersebut akan menghilang. Anita Woolfolk, Educational Psikology:
Active Learning edition, terj. Helly Prayitno Sutjipto dan Sri Mulyantini Sutjipto,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.52 Atau misalnya ketika kita menutup botol susu
dengan handuk, bayi akan mengira botol itu telah hilang. Robert E. Slavin, Educational
Psychology….., h. 46
36
Ulfiani Rahman, Karakteristik……., h. 52
37
Bayi baru lahir tidak bisa membedakan antara diri sendiri dan dunia serta tidak mempunyai rasa
pada obyek permanensi. John W. Santrock, Educational Psychology……., h. 50
38
John W. Santrock, Educational Psychology……., h. 50-51
39
Kemampuan melakukan suatu penggunaan pikiran dan kemudian membalik pikiran seseorang
untuk kembali ke pemikiran semula. Robert E. Slavin, Educational Psychology….., h. 46
40
Prinsip bahwa beberapa karakteristik suatu obyek tetap sama meskipun penampilannya berubah.
Misalnya ketika anak kesulitan untuk menganggap bahwa gelas yang memiliki volume sama
namun bentuknya berbeda memiliki isi yang sama pula. Anita Woolfolk, Educational
Psikology……., h. 54
41
Anak melihat dunia dan pandangan orang lain dengan sudut pandangnya sendiri. Misal, jika ada
anak takut anjing, ia akan menganggap semua orang akan takut pada anjing. Anita Woolfolk,
Educational Psikology……., h. 54

10

berlangsung antara usia 2 sampai 4 tahun. Dalam subtahap ini anak melatih
kemampuan untuk mewujudkan secara mental sebuah benda yang tidak ada.42
Kemampuan untuk membuat symbol-simbol dalam mempresentasikan hal
yang tidak ada disebut semiotic function.43 Sedangkan subtahap pemikiran
intuitif (intuitive though substage) dimulai sekitar usia 7 tahun. Pada subtahap
ini anak-anak mulai menggunakan pemikiran primitif dan ingin mengetahui
jawaban untuk semua jenis pertanyaan.44
3) Operasional-Konkret
Tahap operasional konkret (concrete operational stage) berlangsung dari
usia sekitar 7-11 tahun. Pemikiran operasional konkret melibatkan pemikiran
yang logis menggantikan pemikiran intuitif, tetapi hanya dalam situasi yang
konkret. Terdapat keterampilan mengklarifikasikan, tetapi persoalan yang
abstrak tetap tidak terseleasaikan.45
Karakteristik dasar tahap ini adalah pengenalan tentang stabilitas logis
dunia fisik, kesadaran bahwa elemen-elemen dapat diubah atau dapat
ditransformasikan.46 Anak-anak pada tahap ini dapat membentuk konsep,
melihat hubungan, dan memecahkan masalah, tetapi hanya sejauh melibatkan
objek yang telah dikenali.47 Hal penting yang dipelajari oleh anak usia ini
adalah seriation (pengurutan)48 dan transitivitas (transitivity).49

Pada masa ini anak mengalami perkembangan bahasa yang pesat dan adanya pemikiran
simbolik. Anak juga mulai memiliki rancangan kasar mengenai gambaran rumah, orang, awan
dan banyak aspek lain di dunia. Gambar anak-anak sangat penuh khayal dan imajinatif,
semisal matahari berwarna biru mobil berjalan di langit dsb. John W. Santrock, Educational
Psychology……., h. 51
43
Anita Woolfolk, Educational Psikology……., h. 54
44
piaget menyebut subtahap ini “intuitif” karena anak-anak tampak sangat yakin tentang
pengetahuan dan pemahaman mereka, namun tidak sadar bagimana mereka mengetahui apa
yang mereka ketahui. artinya mereka mengatakan mereka mengetahui sesuatu, tetapi
mengetahui nya tanpa menggunakan pemikiran yang rasional. John W. Santrock, Educational
Psychology……., h. 52
45
John W. Santrock, Educational Psychology……., h. 52
46
Anita Woolfolk, Educational Psikology……., h. 55
47
Robert E. Slavin, Educational Psychology….., h. 51
48
Menyusun sesuatu dalam deret logis, missal dari yang terkecil hingga terbesar Robert E. Slavin,
Educational Psychology….., h. 51

42

11

Pada usia ini, anak tidak lagi mengalami kesulitan masalah konservasi,
karena telah memperoleh masalah reversibilitas.50 Anak juga telah bisa
menanggapi realitas yang disimpulkan. Misalnya jika ada mobil merah yang
difilter hingga nampak hitam, anak operasional konkret telah paham bahwa
warna mobil tersebut adalah merah.51
4) Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal (formal operational step) berlangsung pada
umur 11 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu-individu mulai
mengambil keputusan berdasarkan pengalaman nyata dan berpikir lebih
abstrak, idealis,dan logis.52 Pada tahap ini, remaja mulai sanggup berfikir
abstrak dan melihat kemungkinan melampau waktu sekarang. Pada tahap ini
juga muncul kemampuan menghadapi situasi potensial atau hipotesis.53
Remaja pada tahap ini juga mengalami hypothetical deduktif reasoning.
Istilah pemikiran deduktif hikpokrit Piaget (hypothetical deduktif reasoning)
merupakan konsep bahwa remaja dapat mengembangkan hipotesis-hipotesis
(dugaan terbalik) mengenai berbagai cara memecahkan masalah dan mencapai
sebuah kesimpulan secara sistematis.54 Pada tahap ini pula, remaja mengalami
adolescent egocentrism (egosentrisme masa remaja). Berbeda dengan
egosentrisme masa kanak-kanak, egosentrisme remaja dapat melihat bahwa
orang lain memiliki pandangan yang berbeda dengan dirinya, namun perasaan
bahwa „semua orang melihat dirinya‟ membuat remaja sangat memperhatikan
penampilan agar tidak terlihat „salah‟ di depan orang lain.55

Kemampuan menyimpulkan hubungan antara dua obyek kepada obyek ketiga. Semisal benda A
lebih panjang dari B. dan B lebih panjang dari C, maka A lebih panjang dari C. Robert E.
Slavin, Educational Psychology….., h. 51-52
50
Misalnya, mereka kini telah memahami bahwa volume wadah susu yang ada pada gelas tinggi,
akan sama besar dengan gelas sempit. Anak tersebut sanggup membayangkan susu yang
dituang kembali dan dapat mengenali konsekuensi-konsekuensinya. Robert E. Slavin,
Educational Psychology….., h. 51
51
Robert E. Slavin, Educational Psychology….., h. 51
52
John W. Santrock, Educational Psychology……., h. 57
53
Robert E. Slavin, Educational Psychology….., h. 53
54
John W. Santrock, Educational Psychology……., h. 58
55
Anita Woolfolk, Educational Psikology……., h. 55

49

12

Secara general tahapan perkembangan kognitif Piaget nampak pada
diagram berikut;
Sensorimotor (0-2 tahun)
menggunakan
gerak refleks .

Praoperasional (2-7 tahun)

operasional konkrit (7-11 tahun)
mengembangkan
operasional formal
masih sulit untuk kemampuan
mampu
(11 tahun-dewasa)
menengarai
bahasa
mengatasi
bahwa benda
kemampuan
masalah secara memahami
tidak hilang
masalah abstrak
berpikir simbolik logis
ketika
secara logis
egosentris
meakukan
disembunyikan
menjadi lebih
seriation
(permanensi
ilmiah
(pengurutan)
obyek)
mengembagkan
memahami
kepedulian tentang
reversibilitas
isu sosial dan
identitas

f. Kelemahan Teori Jean Piaget
Meskipun teori perkembangan kognitif telah diakui memberikan pengaruh
sangat besar, teori ini juga tidak luput dari beberapa kritik. Beberapa kritik
tersebut antara lain;
1) Beberapa kemampuan kognitif muncul lebih awal dibandingkan
dengan tahapan yang diberikan oleh Piaget.
2) Beberapa kemampuan kognitif muncul lebih lambat dibandingkan
dengan tahapan yang diberikan oleh Piaget. Banyak remaja yang masih
berpikir operasional konkret, bahkan orang dewasa yang masih
berpikir operasional formal.

13

3) Teori Piaget mengasumsikan terjadinya keseragaman perkembagan,
namun para ahli menolak asumsi tersebut. Misalnya pada saat anak
belajar mengenai konvergensi, mereka tidak belajar secara bersamaan
mengenai klasifikasi silang.
4) Anak dapat dilatih untuk tingkatan yang lebih tinggi melalui budaya
dan pendidikan.56
5) Dalam konteks yang sederhana dan praktis, anak-anak telah
memperlihatkan kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang
orang lain dan mengesampingkan egosentrisme mereka.
6) Para ahli modern berpendapat bahwa kemampuan anak-anak
berkembang dengan cara yang berbeda pada tugas yang berbeda dan
bahwa pengalaman dapat memberikan pengaruh kuat terhadap
kecepatan perkembangan.57
3. Implikasi Psikologi Kognitif (Cognitive Approach) Jean Piaget dalam
Pembelajaran
Pendekatan kognitif bertolak dari suatu asumsi bahwa manusia tidak
sekedar penerima ransangan pasif, otak manusia secara aktif mengolah
informasi yang diterima dan mengubahnya dalam bentuk serta kategori
pengetahuan baru.58 Implikasi teori kognitif Piaget dalam pembelajaran antara
lain
a. Selain memeriksa ketetapan jawaban anak-anak, guru juga harus
memeriksa proses yang digunakan anak-anak dalam memperoleh
pembelajaran tersebut.
b. Pengetahuan berasal dari interaksi dengan lingkungan. Oleh kare itu guru
hendaknya menyediakan berbagai jenis kegiatan pembelajaran yang
memfasilitasi anak untuk berinteraksi dengan lingkungan
c. Tidak memaksakan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan usia
anak.
Anita Woolfolk, Educational Psikology……., h. 61
Robert E. Slavin, Educational Psychology….., h. 55-56
58
Bagja Waluya, Konsep Dasar ……. h. 23

56

57

14

d. Menerima perbedaan berbagai orang dalam perkembangan kognitif. Tiap
anak memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda. Guru harus
menerima dan memfasilitasi adanya perbedaan perkembangan kognitif
tersebut.59
4. Penerapan Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
a. Penerapan Materi PAI Pada tingkat Sensori Motorik
Pada tahap sensori motor, anak belajar menggunakan inderanya, sehingga
pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan mengenalkan indera anak terhadap
materi agama Islam. Misalnya, memperdengarkan anak pada bunyi-bunyian
al-Quran, meletakkan anak disamping orang yang sedang melakukan shalat,
mengikutsertakan anak ketika pergi ke masjid, mengucapkan salam, dan
membiasakan berdoa sebelum melakukan pekerjaan.
b. Penerapan Pada tingkat Praoperasional
Pada tahap praoperasional, anak masih berpandangan egosenterisme. Oleh
karena itu pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan mengajak anak terlibat
dalam interaksi sosial. Misalnya mengajarkan anak untuk bershadaqah,
membantu teman dalam permainan, dan shalat berjamaah.
Anak pada tahap ini masih belum bisa berpikir abstrak dan memiliki
imajinasi yang tinggi. Pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan metode
dongeng dan cerita. Orang yang lebih dewasa dapat menceritakan kisah-kisah
nabi, kisah para sahabat, maupun cerita mengenaikegemilangan sejarah Islam.
Dengan imajinasi yang tinggi, anak akan dapat melakukan reka ulang kejadian
yang diceritakan dengan cara mereka sendiri. Cerita-cerita itu akan
terinternalisasi dalam pikiran anak hingga dewasa.
Pada tahap praoperasional, anak bersikap kritis dengan mengajukan
banyak pertanyaan. Anak pada tahap ini sering bertanya, kenapa? Sehingga
seringkali orangtua merasa kesulitan ketika anak bertanya tentang masalah
59

Robert E. Slavin, Educational Psychology….., h. 57-58

15

ketuhanan atau hal-hal ghaib. Namun, berbohong kepada anak karena merasa
anak tidak mengerti merupakan kesalahan besar. Anak akan mengingat
kebohngan itu hingga dewasa. Begitupula dengan mengatakan „sudah jangan
tanya-tanya lagi‟ akan membuat anak tidak berani bersikap kritis.
c. Penerapan Pada tingkat Operasional Konkrit
Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir logis namun masih belum
mampu berpikir abstrak. Pembalajaran PAI pada tahap ini dapat menggunakan
logika dalam menanamkan materi. Misalnya ketika anak bertanya mengenai
cara malaikat rokib dan atid mencatat amal seluruh orang di dunia. Orang
yang lebih dewasa dapat menjelaskan dengan menganalogikan dengan CCTV,
dengan malaikat rokib atid sebagai pengawasnya.
d. Penerapan Pada tingkat Operasional Formal
Pada tahap ini remaja sudah mampu berpikir abstrak sehingga
pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan metode diskusi ataupun problem
solving. Misalnya pada pelajaran sejarah Islam. Pada materi tahkim, siswa
tidak saja hafal rentetan sejarah yang terjadi tetapi juga bisa menganalisa
mengapa peristiwa tahkim terjadi, apa akibat peristiwa tahkim pada masa
setelahnya serta dapat melakukan analisa mengenai apa yang terjadi
seandainya peristiwa tahkim tidak pernah terjadi.
C. Penutup
Penerapan teori kognitif Piaget dalam pembelajaran PAI dapat dilihat dari
tahapan perkembangannya. Pada tahap sensori motor, anak belajar
menggunakan inderanya, sehingga pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan
mengenalkan indera anak terhadap materi agama Islam. Pada tahap
praoperasional, anak masih berpandangan egosenterisme. Oleh karena itu
pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan mengajak anak terlibat dalam
interaksi sosial. Anak pada tahap praoperasional juga masih belum bisa

16

berpikir abstrak dan memiliki imajinasi yang tinggi. Oleh karena itu,
pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan metode dongeng dan cerita.
Pada tahap operasional konkrit, anak sudah mampu berpikir logis namun
masih belum mampu berpikir abstrak. Pembalajaran PAI pada tahap ini dapat
menggunakan logika dalam menanamkan materi. Pada tahap operasional
formal remaja sudah mampu berpikir abstrak sehingga pembelajaran PAI
dapat dilakukan dengan metode diskusi ataupun problem solving.

17

DAFTAR PUSTAKA
Akromah, Saidatul. 2006. Belajar Menurut Al Ghazali Dan Piaget (Study
Komparasi Pemikiran Al Ghazali dan Piaget), Skripsi. Semarang: IAIN
Walisongo.
Baharudin, Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
ar-Ruzz Media.
Boeree, C.George. 2007. Sejarah Psikologi, Penterjemah, Abdul Qodir Shaleh.
Yogyakata: prismasophi.
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Cet.IV. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Gunarso, Singgih D. 1981. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta:
Gunung Mulia.
Jarvis, Matt. 2010. Theoretical Approaches In Psychology, (Terj) Teori-Teori
Psikologi, Pendekatan Modern Untuk Memahami Perilaku, Perasaan Dan
Pikiran Manusia. cet. iv. Bandung: Nusa Media.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline vers. 1.3.
Kamus Indict Freeware edition vers. 2.1
Piaget, Jean. 1988. Antara Tindakan Dan Pikiran. disunting oleh Agus Cremers.
Jakarta: Gramedia.
Rahman, Ulfiani. 2009. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal
Lentera Pendidikan, vol. 12 no. 1 juni 2009.
Santrock, John W. 2009. Educational Psychology ed 3th, terj. Diana Angelica.
Jakarta: Salemba.
Sarlito Wirawan Sarwono. 1991. Teori-teori Psikologi Social. Jakarta : Rajawali
Pers.
Setiono, Kusdwiratri. 2009. Psikologi Perkembangan: Kajian Teori Piaget,
Selman, Kohlberg dan Aplikasi Riset. Bandung: Widya Padjajaran.
Slavin, Robert E. 2008. Educational Psychology: Theory and Practice, terj.
Marianto Samosir, Jilid I, Jakarta: Index.
Suharnan, 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

18

Waluya, Bagja. Konsep Dasar Pikologi, Makalah, (Bandung: Universitas
Pendidikan

Indonesia)

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001
121-BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Psikologi.pdf

19