PENGEMBANGAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENURUNKAN KEYAKINAN IRASIONAL PADA GANGGUAN SOMATISASI

Latar Belakang
Gangguan somatoform merupakan gangguan yang tidak sepenuhnya dijelaskan oleh
kondisi

medis umum atau

gangguan

mental lain dan untuk memenuhi kriteria

diagnostik harus disebabkan oleh adanya tekanan (McCarron, 2006; Woolfolk & Allen,
2002). Gangguan Somatisasi mengacu pada perkembangan gejala somatik yang tidak
ditemukan atau disebabkan oleh penyakit medis (Escalona, Achilles, Waitzkin, &
Yager, 2004; North, Kawasaki , Spitznagel, & Hong, 2004; Allen, Gara, Escobar,
Waitzkin, & Cohen-Silver, 2001). Somatisasi adalah istilah yang awalnya terkait
dengan

teori

psikodinamik,


dimana

penyebab

penyakit dikarenakan

psikologis atau suatu kondisi kejiwaan yang diubah

menjadi

konflik

penyakit fisik

(Kirmayer, 1984; Lipowski, 1988).
Dalam kajian psikodinamik, somatisasi merupakan salah satu gangguan yang
sering digunakan individu untuk menghindari diri dari permasalahan karena enggan
menerima tanggungjawab, teguran ataupun hukuman. Hal ini dilakukan karena efek
somatisasi hanya berpengaruh pada diri sendiri dan tidak berpengaruh pada orang lain
(Kaplan, Harold, Sadock, & Grebb, 1997; Barry, 2003).

Gangguan somatisasi adalah salah satu gangguan somatoform spesifik yang
ditandai oleh banyaknya keluhan fisik/gejala somatik yang mengenai banyak sistem
organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya
karena banyaknya keluhan dan melibatkaan sistem organ yang multiple (seperti
gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini bersifat kronis dengan gejala ditemukan
selama beberapa tahun, dimulai sebelum usia 30 tahun dan disertai dengan penderitaan
psikologis yang bermakna, seperti gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan perilaku
mencari bantuan medis yang berlebihan (Kaplan, et al., 1997; Woolfolk & Allen, 2010).
Gangguan somatisasi lebih sering terjadi atau ditemukan di budaya non-Barat,
terutama sering terjadi pada orang-orang Asia dan Afrika (Gaw, 1993). Prevalensi
gangguan somatisasi pada populasi umumnya diperkirakan 0,1–0,7% (Weissman,
Myers, & Harding, 1978; McLeod, Budd, & McClelland, 1997; Barsky, & Borus,
1995). Prevalensi gangguan somatisasi terjadi pada wanita di populasikan sebanyak 1–
5%. Perbandingan rasio penderita pada wanita dan laki-laki adalah 5 berbanding 1,
biasanya gangguan dimulai pada usia dewasa muda (sebelum usia 30 tahun) (Davidson,

Neale, & Kring, 2006; Kallivayalli & Punnoose, 2010; Eisendrath, 1998; Khouzam &
Field, 1999; McCarron, 2006; Redekop, Stuart, Mertens, 1999). Di Mesir Kuno juga
menyebutkan bahwa gangguan somatisasi lebih sering terjadi pada perempuan

(McCarron, 2006). Survey pada komunitas penderita gangguan somatisasi menunjukkan
bahwa hampir (95%) orang dengan gangguan somatisasi telah mengunjungi seorang
dokter dan hampir setengahnya (45%) masuk perawatan inap di rumah sakit (Nevid,
Rathus, & Greene, 2005). Kasus gangguan somatisasi terjadi juga di klinik psikologi di
Banjarmasin. Berdasarkan hasil wawancara dengan dr. Nina diketahui bahwa pada
tahun 2008 terdapat 8 pasien somatisasi dan meningkat menjadi 14 pasien pada tahun
2010.
Gangguan somatisasi biasanya menunjukkan berbagai gejala, seperti sakit
kepala, adanya rasa nyeri pada bagian tubuh, sulit tidur, sakit perut/nyeri pada perut,
gangguan pada menstruasi, dan kelelahan. Semua sakit tersebut tanpa dibuktikan adanya
penyakit medis, hal ini dikarenakan individu dengan gangguan somatisasi merasa
sakit pada sebagian besar hidupnya dan selalu mengeluhkan penyakit tubuh kepada
dokter setiap individu merasa sakit (McCahill, 1995, Boeree, 2008).
Individu dengan gangguan somatisasi memiliki kecenderungan untuk bereaksi
terhadap tekanan psikososial dan lingkungan yang membuat stres sehingga tubuh
merasa sakit. Sakit yang biasanya dirasakan berpusat pada jantung, pencernaan,
pernapasan, kulit, dan sistem organ lainnya (Katon, Ries & Kleinman, 1984; Moore &
Jefferson, 1996). Individu yang mengalami gangguan somatisasi memiliki keyakinan
dan alasan yang kuat bahwa ia sakit, meskipun juga penyakit tersebut sudah dibuktikan
dengan berulang kali dari hasil tes laboratorium, tes diagnostik, konsultasi dengan

spesialis/dokter, bahkan rawat inap menyatakan bahwa tidak ada penyakit yang serius
ditubuh individu. Individu tersebut terus mencari perawatan medis atau membeli
beberapa obat tanpa resep dokter (Escobar, Waitzkin & Silver, 1998; McCahill, 1995;
Ali, Deuri, Jahan, Singh & Verma, 2010). Gangguan somatisasi merupakan hasil dari
keyakinan irasional dan kesalahan dalam proses berpikir (distortion cognitive) serta
adanya ketakutan yang berlebihan tentang pentingnya sensasi fisik atau salah dalam
menafsirkan sensasi somatik. Sebagai contoh, individu percaya bahwa rasa sakit,
kelelahan, atau ketidaknyamanan dalam bentuk apapun merupakan tanda-tanda penyakit
yang terjadi pada dirinya (Rief, Hiller, & Margraf, 1998).

Individu dengan gangguan somatisasi lebih mungkin percaya bahwa gejala
fisik yang tidak jelas merupakan indikator penyakit serius dan selalu mencari
pengobatan. Misalnya, seseorang dengan gangguan somatisasi mungkin takut bahwa
sakit kepala adalah sinyal tumor otak, atau sesak napas menunjukkan timbulnya
asma. Ketika dokter tidak dapat menemukan penjelasan medis untuk gejala, individu
mungkin takut bahwa ia memiliki penyakit langka dan panik untuk mencari spesialis
yang dapat memberikan diagnosis penyakitnya (Menza, Lauritano, Allen, Warman,
Ostella, Hmaer, & Escobar, 2001).
Gangguan somatisasi disebabkan oleh pikiran individu, individu merasa bahwa
ada sesuatu yang salah dengan keadaan dirinya sehingga menyebabkan timbulnya

pikiran-pikiran yang negatif dan keyakinan irasional tentang dirinya dan
lingkungan. Hal ini yang

rnenyebabkan individu merasa bahwa jika adanya

tekanan, stress, terlalu banyak aktivitas yang dilakukan, kelelahan yang menguras
energi dan tenaga serta ketidak percaya diri dengan kemampuan dirinya maka dapat
memunculkan rasa sakit dan menganggap hal tersebut dapat mengancam atau
membahayakan dirinya. Suatu keadaan yang diyakini membuat individu sakit, sehingga
perlu adanya pendekatan (intervention) untuk individu gangguan somatisasi yang
bertujuan mengubah pola pikir yang salah dan negatif menjadi pikiran-pikiran yang
positif dan rasional (Emair, 1998).
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental,
dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan
menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu dalam hal ini menerima
stimulus kemudian melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi yang datang
(Boeree, 2008). Dasar pikiran teknik kognitif adalah proses kognitif sangat berpengaruh
terhadap perilaku yang ditampakan oleh individu. Selain itu, perasaan individu sering
dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan individu mengenai dirinya sendiri. Pikiran
individu tersebut belum tentu merupakan suatu pemikiran yang objektif mengenai

keadaan yang dialami sebenarnya (Burns, 1988).
Adapun faktor kognitif yang menyebabkan gangguan somatisasi seperti prediksi
berlebih terhadap ketakutan, keyakinan irasional, sensitivitas berlebihan mengenai sinyalsinyal dan tanda-tanda ancaman, harapan-harapan self efficacy (kemampuan diri) yang
terlalu rendah dan salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh. Sehingga somatisasi terbentuk

karena cara berpikir yang terdistorsi yang membuat seseorang tersebut salah mengartikan
perubahan kecil dalam sensasi tubuhnya sebagai tanda dari bencana/ancaman yang akan
terjadi. Selain itu distorsi kognitif tersebut akan berdampak pada fungsi sosial, pekerjaan
dan masyarakat (Kallivayalli & Punnoose, 2010).
Teori-teori kognitif beranggapan bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu
yang fundamental karena dapat mengerakkan, mempengaruhi, mengubah, dan yang akan
membimbing suatu tingkah laku. Kognisi atau kognitif merupakan proses sentral yang
menghubungkan peristiwa-peristiwa di luar (eksternal) dan di dalam (internal) diri
individu. Kesalahan dalam proses kognitif atau distorsi kognitif akan menimbulkan
berbagai dampak seperti munculnya pemikiran negatif, dan keyakinan irasional serta
akan mengalami kesulitan dalam menghasilkan suatu emosi dan perilaku yang positif
(Boeree, 2008).
Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor
kognitif merupakan faktor yang sangat berperan penting dalam tubuh sebagai
menyebabkan terjadinya gangguan somatisasi. Kesalahan dalam proses kognitif atau

terjadinya penyimpangan kognitif dapat memberikan pengaruh negatif bagi diri
individu. Somatisasi merupakan salah satu gangguan yang terjadi akibat adanya
kesalahan dalam proses kognitif yang menimbulkan keyakinan dan pemikiran yang
salah. Distorsi kognitif merupakan hasil dari pengolahan informasi dengan cara yang
diduga mengakibatkan kesalahan yang diidentifikasi kedalam pikiran atau berpikiran
secara berlebihan dan tidak rasional (Beck, 1967). Distorsi kognitif adalah pikiran
tentang kejadian atau peristiwa yang mengalahkan diri sendiri yang tidak dapat
didukung oleh realitas/kenyataan tertentu yang masuk akal (Kevin, Christopher, Ellison,
Koening, 2008).
Dalam hal ini perlunya terapi kognitif untuk mengatasi keyakinan-keyakinan
negatif atau kesalahan dalam proses kognitif pada individu yang mengalami gangguan
somatisasi. Terapi kognitif adalah bentuk terapi di mana pasien atau subjek diajarkan
keterampilan mengidentifikasi, mengevaluasi dan menanggapi dirinya sendiri sehingga
mengalahkan pikiran-pikiran yang menyimpang serta menerapkan terapi kognitif untuk
mengubah pikiran, suasana hati dan perilaku pada penderita gangguan somatisasi.
(Emair, 1998).

Intervensi yang biasanya digunakan untuk membantu mengatasi gangguan
somatisasi yaitu dengan menggunakan Rational Emotif therapy (RET) dan terapi
kognitif perilaku. Cognitive-Behavior Therapy (CBT) adalah istilah umum untuk

cabang psikoterapi yang menggunakan cara perubahan kognitif dan perilaku serta
untuk memahami dan mengobati masalah kesehatan. CBT berorientasi pada pemecahan
masalah, pengobatan, upaya kolaboratif, di mana terapis dan individu bekerja
bersama-sama membangun gagasan tentang

sumber masalah dan strategi untuk

penyelesaiannya. Secara teoritis CBT dapat digunakan untuk mengatasi gangguan
somatisasi, karena dengan terapi ini seseorang diajari bagaimana memahami bahwa
adanya hubungan antara emosi, pikiran dan perilaku yang dihasilkan. Terapi CBT
untuk somatisasi yang difokuskan pada manajemen stres, regulasi aktivitas, emosional
kesadaran, kognitif restrukturisasi, dan komunikasi interpersonal (Allen & Woolfolk
2006; Escobar, et al., 1998). CBT merupakan terapi yang cukup lama sehingga untuk
focus menurunkan keyakinan irasional pada gangguan somatisasi, maka digunakan
terapi kognitif dengan teknik restrukturisasi kognitif (Dobson, 2008).
Restrukturisasi kognitif adalah salah satu teknik CBT yang merupakan suatu
cara yang dilakukan dengan tujuan untuk menata kembali pikiran, menghilangkan
keyakinan irasional yang menyebabkan ketegangan dan kecemasan bagi diri seseorang
yang selama ini mempengaruhi emosi dan perilakunya (Oemardi, 2003). Restrukturisasi
kognitif dapat digunakan dalam penanganan permasalahan pada gangguan somatisasi.

Untuk memecahkan akibat dari pemikiran irasional dan merubah ke pemikiran
rasional/logis maka dapat dilakukan dengan mengendalikan kognitif dan merubah
kepercayaan-kepercayaannya, salah satu caranya dengan menggunakan teknik
restrukturisasi kognitif (Ellis, 2011). Metode restrukturisasi kognitif merupakan metode
terapi kognitif untuk membantu mengidentifikasikan pemikiran-pemikiran atau
keyakinan-keyakinan negatif dan menggantikannya pemikiran-pemikiran yang positif,
serta untuk menolong orang-orang mengidentifikasikan ide-ide atau keyakinan yang
irasional tersebut dan menggantinya dengan pernyataan-pernyataan yang lebih realitas
(Suryaningrum, 2007).
Tujuan teknik restrukturisasi kognitif dilakukan pada individu yang mengalami
gangguan somatisasi yaitu untuk menyanggah keyakinan irasional individu tentang
pemikiran negatif dengan menggunakan metode mengumpulkan data asumsi negatif,

lembar pekerjaan rumah, membentuk interpretasi yang berbeda, mempelajari keahlian
menyelesaikan masalah (problem solving), merubah pola pikir dan menentang
keyakinan yang salah pada gangguan somatisasi. Dengan cara individu diajak untuk
memahami bahwa perubahan perilaku hanya dapat dilakukan dan dapat memberikan
hasil efektif dalam mengatasi masalahnya, jika individu mampu bekerja sama dalam
mengeksplorasi pikiran dan perasannya.
Manfaat teknik restrukturisasi kognitif pada individu yang mengalami gangguan

somatisasi yaitu individu dapat membedakan, memahami pikiran dan perasaannya yang
salah, serta mengevaluasi keyakinan dengan bukti yang jelas sehingga individu dapat
berpikir lebih rasional (Allen, & Woolfolk, 2006).
Penelitian Allen, Woolfolk, Lehrer, Gara, & Escobar (2001) yang menggunakan
Cognitive-Behaviour Therapy untuk menurunkan sejumlah simtom pada gangguan
somatisasi. Teknik yang digunakan adalah relaksasi dan restrukturisasi kognitif. Dari
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa teknik CBT tersebut dapat membantu
menurunkan simtom somatisasi.
Penelitian Allen, & Woolfolk (2006) menunjukkan terapi kognitif-perilaku
untuk menurunkan simtom somatisasi menggunakan waktu 10 pertemuan. Intervensi
menggunakan

teknik

relaksasi

dan

restrukturisasi


kognitif.

Hasil

penelitian

menunjukkan subjek dinilai sudah jauh lebih baik, sudah mampu menjalankan fungsi
sehari-hari dan adanya penurunan somatic dibandingkan dengan subjek yang hanya
dirawat dan diobati dirumah sakit.
Berdasarkan studi pendahuluan pada subjek yang mengalami somatisasi, ia
sering mengeluhkan rasa sakit dalam keadaan yang cukup menekan dirinya seperti
terlalu banyak aktivitas yang dilakukan, kelelahan yang menguras energy dan
tenaga, banyaknya tugas kampus yang harus diselesaikan, dan kelelahan dalam
menyelesaikan tugas akhir. Selain itu seperti cuaca yang buruk, tempat yang baru
dan kurang bersih dapat memunculkan rasa sakit serta mengancam dan
membahayakan diri subjek. Hal ini merupakan suatu keadaan yang selama ini
diyakini akan membuat subjek sakit. Bentuk rasa sakit yang biasanya muncul pada
subjek berupa sakit kepala, adanya rasa nyeri pada bagian tubuh (dada, punggung, kaki,
perut), sulit tidur, sering mual, dan gangguan pada menstruasi. Subjek berpikiran dan

takut yang berlebihan bahwa bersin-bersin dan nyeri dada yang sering dideritanya
menunjukkan penyakit serius yaitu sakit jantung.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menduga kuat bahwa kognitif/pikiran
merupakan bagian terpenting untuk meningkatkan atau memperbaiki distorsi kognitif
atau kesalahan pemikiran pada subjek yang mengalami gangguan somatisasi. Tujuan
penelitian adalah untuk melihat pengembangan teknik restrukturisasi kognitif untuk
menurunkan keyakinan irasional pada gangguan somatisasi.

PENGEMBANGAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF
UNTUK MENURUNKAN KEYAKINAN IRASIONAL
PADA GANGGUAN SOMATISASI

THESIS

Oleh:
NIDYA RIZKY SELVERA
201010440211034

PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

ii

iii

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama
: Nidya Rizky Selvera
NIM

: 201010440211034

Program Studi : Magister Profesi Psikologi
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tesis dengan judul
“Pengembangan Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menurunkan Keyakinan
Irasional Pada Gangguan Somatisasi” adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis
ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, bagi sebagian ataupun keseluruhan,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK
YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY
NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Malang, 21 November 2012
Yang menyatakan

Nidya Rizky Selvera

v

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada raja bagi seluruh raja yang menciptakan dan
mengatur seluruh alam sedemikian indahnya, ALLAH SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nya sertai izin restu dari-Nya jugalah, penulis dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul “Pengembangan Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menurunkan Keyakinan
Irasional Pada Gangguan Somatisasi”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Magister Profesi Psikologi di Universitas Muhammadiyah
Malang.
Penyelesaian Tesis ini atas bantuan banyak pihak baik moril maupun materil yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Untuk itu sebagai ungkapan rasa terima kasih
yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Dr. Muhadjir Effendi, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dr.Latipun, M. Kes selaku Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang,
sekaligus sebagai Ketua Program Studi Magister Psikologi dan selaku dosen
pembimbing I.
3. Yudi Suharsono S.Psi. M,Si. selaku dosen pembimbing II.
4. Dr. Diah Karmiyati, Psi. selaku dosen penguji I.
5. Zakariza Achmat S.Psi. M,Si. selaku dosen penguji II.
6. Para dosen dan Pembina mata kuliah serta para staf administrasi di lingkungan program
Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang atas pelayanan dan fasilitas yang
telah diberikan selama perkuliahan.
7. Klinik Psikologi, dr. Rory dan dr. Nina yang telah memberikan informasi dan bantuan
serta kesediaannya untuk memberikan izin untuk mengambil subyek penelitian di
klinik. Percobaan I sebagai tempat penelitian dan pengambilan data hingga penelitian
ini selesai.

vi

8. Abah dan mamah , suami serta saudara-saudaraku yang dengan segenap hati telah
memberi dukungan

baik moril, do’a serta selalu mendorong untuk segera

menyelesaikan Tesis ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tesis ini yang tidak bias
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat
banyak kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan penulis
dan keterbatasan waktu. Untuk itu segala kritikan dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tesis ini bermanfaat bagi pembaca, terutama para
pemerhati di bidang psikologi.

Malang, 21 November 2012

Nidya Rizky Selvera

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................

i

SURAT PERNYATAAN................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................

iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

vii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................

viii

ABSTRAKSI ..................................................................................................

ix

LATAR BELAKANG ...................................................................................

1

LITERATUR REVIEW
Definisi Somatisasi ...................................................................................

7

Teknik Restrukturisasi Kognitif ................................................................

8

Langkah-langkah teknik restrukturisasi kognitif .....................................

9

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian.......................................................................................

10

Spesifikasi Model Intervensi .....................................................................

10

Subyek Penelitian .....................................................................................

11

Variabel dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................

11

Prosedur Penelitian ..................................................................................

11

Analisis Data ............................................................................................

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Model Teknik Restrukturisasi Kognitif ..........................

13

Hasil Perubahan Tingkat Keyakinan Irasional ..........................................

15

viii

Hasil Pre-tes dan Post-tes keyakinan Irasional .........................................

17

Pembahasan ..............................................................................................

18

REKOMENDASI DAN SIMPULAN
Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi ...............................................

22

Simpulan ..................................................................................................

22

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

23

LAMPIRAN

27

................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Penilaian Hasil Terapi....................................................................

41

Tabel 3: Hasil Diagnosis Criteria DSM-IV ANS .........................................

64

Tabel 4: Hasil Diagnosis Criteria DSM-IV YNI .........................................

66

Tabel 5: Jadwal Pelaksanaan terapi RK ANS ...........................................

43

Tabel 6: Jadwal Pelaksanaan terapi RK YNI ..............................................

43

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1: Hasil perubahan tingkat keyakinan irasional subyek ANS…... 16
Grafik 2: Hasil perubahan tingkat keyakinan pemikiran subyek YNI…….17
Grafik 3: Hasil pre-test dan post-test keyakinan irasional siklus 1 & 2…...

xi

18

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, (1994). Statistika ekonomi teori, kasus dan solusi. Yogyakarta. STIE YKPN.
Ali, A., Deuri, S., Jahan, M., Singh, A., & Verma, A. (2010). Perceived social support and
life satisfaction in persons with somatization disordr. Journal of Industrial
Psychiatry,19(2), 115.
Ellis, A. (2011). Rational-emotive behavior therapy. Journal of Counseling &
Development, 1,(3) 82-87.
Allen, L. A., & Woolfolk, R. L. (2006). Affective cognitive behavioral therapy: A new
treatment for somatization. Journal of Cognitif Psychotherapy, 14(3), 549-566.
Allen, L. A., Gara, M. A., Escobar, J. I., Waitzkin, H., & Cohen-Silver, R. (2001).
Somatization: A debilitating syndrome in primary care. Psychosomatics, 42, 63–67.
Allen, L. A., Woolfolk, R. L., Lehrer, P. M., Gara, M. A., & Escobar, J. I. (2001).
Cognitive behavior therapy for somatization: A pilot study. Journal of Behavior Therapy
and Experimental Psychiatry, 32, 53–62
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental
disorder. (Fourth Edition). Washingtong DC: American Associatic.
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian-suatu pendekatan praktek. Yogyakarta. Rineka
Cipta.
Barry, D. (2003). Somatization disorder. Annals of Clinical Psychiatry, 13,(3) 153-158.
Barsky, A. J., & Borus, J. F. (1995). Somatization and medicalization in the era of managed
care. Journal of The American Medical Association, 274, 1931–1934
Beck, A. T. (1993). Cognitive approaches to stress. In P. M. Lehrer, & Woolfolk,
Principles and practice of stress management, (Volume2, pp 333-372). New York:
Guilford.
Beck, A. T. (1975). Cognitive therapy and the emotional disorders. American
International Universities Press Inc.
Bellack, A., & Hersen, M. (1977). Behavior modification: An introductory textbook. New
York: Oxford University Press.
xii

Burns, D. (1988). Terapi kognitif: Pendekatan baru bagi penanganan depresi. Jakarta:
Penerbit Airlangga.
Burns D, & David, D. (1989). The feeling good handbook. New York: William Morrow
and Company, Inc.
Boeree, G. (2008). Psikologi kepribadian, persepsi, kognisi, emosi & perilaku. Jogjakarta:
Prismasophie.
Cagle, RC., Wells, OJ. (2008). Journey to a mixed methods approach for understanding
Mexican American female cancer caregiving. Journal of Theory Construction &
Testing, 12(2),50-76.
Caplan, & Sadock. (2010). Synopsis psikiatri. Tanggerang: Binarupa aksara.
Cormier, W. H., & Cormier L. S. (1985). Interviewing strategies for helpers fundamental
skill and behavioral interventions. (Eds. 2). Monterey, California: Publishing Company.
Davidson, G., Neale, J., & Kring, A. (2006). Psikologi abnormal. (Edisi ke-9). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Escobar, J., Waitzkin, H., & Silver, R. (1998). A bridged somatization: A study in primary
care. American journal of Public Health, 60(3) 466-472.
Escalona, R., Achilles, G., Waitzkin, H., & Yager, J. (2004). PTSD and somatization in
women treated at a VA primary care clinic. Journal Nervuoes Mental Disorder, 45(4),
291-296.
Eisendrath, S. J. (1998). In current medical diagnosis and treatment. American Journal of
Psychiatry, 24(7) 128-142.
Emair, B. (1998). Cognitive therapy for pain management. American academic of pain
management. Atlanta Hilton Hotel.
Gaw, A. (1993). Culture, ethnicity and mental illness. Washington, DC: American
Psychiatric Press.
Goldfried, R., & Davison, G. (1976). Clinical behavior therapy. New York: Holt Rinehart
and Winston.
Greenwood, D.J., & Levin, M. (2007). Introduction to action research social research for
social change (2th Edition). California : Sage Publications, Inc

xiii

Jones, G.R. (1968). A factored miiasure of ellis' irrational belief. System, with personality
anu maladjustment correlates. A dissertation in psychology, Faculty of Texas
Technological College.
Joseph, L. (1997). Treating stress across cultures: A somatic-cognitive model. Education
Resources Information center, 29, (7), 209-210.
Kallivayalil, R., & Punnoose, V. (2010). Understanding and managing somatoform
disordes: Making sense of non-sense. Indian Journal of Psychiatry, 52(7),240Kaplan, I., Sadock, B., & Grebb, J. (1997). Synopsis psikiartri. Jakarta: Binarupa akasara.
Katon, W., Ries, R., & Kleinman, A. (1984). The prevalence of somatization in primary
care. Indian Journal of Psychiatry, 25(5) 208-215.
Kevin, J., Christopher, G., Ellison, G., & Koening, HG. (2008). Belief about life-afterdeath psychiatry symtomology and cognitif theories of psychopatology. Journal of
Psychology and Theology, 36(2), 94.
Khouzan, H. R., & Field, S. (1999). Somatization disorder: Clinical presentation and
treatment in primary care. Indian Journal of Psychiatry, 152, 897-991.
Kimayer, L. (1984). A young: Culture, affect and somatization. American Journal of
Psychiatry, 21(159), 237-262.
Lipowski, Z. (1988). Somatization 1 the concept and its clinical application. American
Journal of Psychiatry, 145, 1358-1368.
Martin, G., & Pear, J. (2003). Behavior modification what it is and how to do it. Seventh
Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Menza, Matthew, Lauritano, M., Allen, L., Warman, M., Ostella, F., et al. (2001).
Treatment of somatization disorder with nefazodone: A prospective, open-label study.
Journal Annals of Clinical Psychiatry, 13(3), 153-158.
McLeod, C.C., Budd, M. A., & McClelland, D. C. (1997). Treatment of somatization in
primary care. Journal of Clinical Psychiatry, 19, 251–258
McCahill. (1995). Focus on the somatoform disorders. Journal Psychological Medicine ,
30(2), 59-66.
McCarron, R. M. (2006). Somatization in the primary care setting. Indian Journal of
psychiatry, 6(23), 32-40.
Mukhayat, T. (2004). Mengembangkan metode belajar yang baik pada anak. Yogyakarta:
FMIP UGM.
xiv

Moore, D., & Jefferson, J. (1996). Somatoform disorder. In Handbook of medical
Psychiatry (198-200). New york: Springer
MosMorris, R., & Petrie, K. (1997). Cognitive distortions of somatic. Experiences:
Revision and validation of a measure. Journal of Psychosomatic, 43(3), 293-306.
Nevid, S., Rathus, S., & Greene B. (2005). Psikologi abnormal. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
North, C., Kawasaki, A., Spritznagel, E., & Hong, B. (2004). The course of PTSD, major
depression, substance abuse, and somatization after a natural disaster. Journal Nervuoes
Mental Disorder, 192, 823-829.
Novita, R. (2011). Cognitive behavioral theraphy untuk mengurangi simtom somatisasi.
Tesis (tidak diterbitkan). Malang: Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Malang.
Okpala, O., Hopson, L., Chapman, B., & Fort, E. (2011). Leadership development
expertise: A mixed-method analysis. Journal of Instructional Psychology, 38(2), 133144.
Oemarjoedi, A. (2003). Pendekatan cognitive behavior dalam psikoterapi. Jakarta: Kreativ
Media.
Philips, H. C., & Rachman, S. (1996). The psychological management of chronic pain:
Treatment manual (2 ed.). New York: Springer.
Pastore, N. (1950. A neglected factor in thefrustration-aggression hypothesis. Journal
Psychology, 29, 271-279.
Poedjawijatna. (1992). Logika filsafat berfikir. Jakarta: PT. Rieneka Cipta.
Redekop, F., Stuart , S., Mertens, C. (1999). Physical "phantasies" and family functions:
Overcoming the mind/body dualism in somatization. Family Process, 38(3), 371.
Rief, W., Hiller, W., & Margraf, J. (1998). Cognitive aspects of hypochondriasis and the
somatization syndrome. Journal of Abnormal Psychology, 107, 587-595.
Safaria, T. (2004). Terapi kognitif-perilaku untuk anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryaningrum, C. (2007).Cognitive behavior therapy (terapi kognitif perilaku). Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Stewart, Louis. (1992). Social and emotional adjustment during adolcscence, as related to
the development of psychomatic illness in adulthood. Genet. Psychology,11, 65- 175.
Weissman, M., Myers, J.K., & Harding,P. S. (1978). Psychiatric disorders in a U.S. urban
community. American Journal of Psychiatry, 135, 459-462.

xv

Woolfolk, R., & Allen, LA. (2007). Treating somatization: A cognitive-behavioral
approach. Journal of Cognitif Psychotherapy,72,126-128.
Woolfolk, R., & Allen, LA. (2002). Cognitive behaviour therapy for Somatoform Disorder.
Journal of Cognitif Psychotherapy, 7,(4), 118-135.
Woolfolk. R.,& Allen, LA. (2010). Affective cognitif behaviour therapy for somatization
disorders. Journal of Cognitif Psychotherapy, 24,(2), 116-119.

xvi