Tugas psikologi industri dan organisasi

Tugas psikologi industri dan organisasi
KONDISI KERJA DAN ERGONOMIC

DI SUSUN
OLEH
Kelompok 2
-Muammar 4513091004

-Topan jaya 4511091021

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS EMPAT LIMA “45” MAKASSAR
2014

DAFTAR ISI
I. kata pengantar................................................................................................
II. Daftar isi......................................................................................
III. Bab I
Pendahuluan :
a. Latar belakang ......................................................................................

b. Perumusan masalah ...............................................................................
c. Tujuan penulisan masalah .....................................................................
d. Manfaat ................................................................................................
IV. Bab II
Pembahasan
A. kondisi kerja ......................................................................................
b. ergonomic ........................................................................................
c. Sistem Mesin-Manusia ...................................................................
d. penyajian informasi .........................................................................
e. fungsi-fungsi kendali .....................................................................

V. Bab III
Penutup :
a. Kesimpulan ..................................................................................
b. Kritik dan saran ..................................................................................
VI. Daftar pustaka .......................................................................................

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena dengan

berkatnya. kami dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini dan tidak
lupa kami ucapkan kepada dosen mata kuliah psikologi industri dan organisasi yang
telah memberikan bimbingan serta pengajaran kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “psikologi industri dan organisasi”.
kami menyadari walaupun kami telah berusaha dengan sebaik – baiknya
dalam menyelesaikan makalah psikologi industri dan organisasi tetapi makalah ini
jauh dari sempurna. Karena itu, kami mohon kritik serta saran yang kiranya dapat
membeangun bagi kami pada makalah selanjutnya. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Makassar, oktober 2014

penulis

Bab I
Pendahuluan
A. latar belakang
Dalam bidang industri dan organisasi khususnya dalam lingkungan kerja
perusahaan tidak di pungkiri bahwa masih banyaknya tingkat kondisi kerja yang
tidak sesuai dengan harapan yang di miliki karwayan dalamsebuah perusahaan.

Dan itu membuat banyak permasalahan baru yang mucul dalam sebuah
perusahaan yang menyebabkan stress kerja dan produktivitas yang menurun dll
dan berimbas pada tujuan perusahaan.
Bukan hanya permasalahan kondisi kerja namun permasalahan dalam
keselamatan kerja dan keserasian antara manusia dan pekerjaannya juga
kemampuan dan batasan itu juga sering di abaikan akhirnya memperburuk
keadaan dalam perusahaan.
Tentunya pengetahuan akan kondisi kerja dan ergonomi sangat di perlukan
dalam membentuk kondisi kerja yang baik. seperti contoh salah satu perusahaan
di makassar yang mempekerjakan buruh dengan kondisi kerja yang tidak sesuai
dan masih banyak lagi kecelakaan kerja lainnya di karenakan pengetahuan
masalah ergonomic yang kurang. Di banding perusahaan perusahaan yang ada
di jepang dari segi ergonomic mereka sangat memperhatikan.

B. Rumusan masalah
Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada
penulisan makalah ini adalah :
a.

Apakah kondisi kerja sebenarnya ?


b. Dimensi apa saja yang terdapat di dalam kondisi kerja ?
c.

bagaimana menciptakan kondisi kerja yang baik dengan ergonomic ?

C.

Tujuan
Penulisan makalah ini ditujukan untuk pemenuhan tuntutan akademik sebagai

tugas Psikologi Industri dan Organisasi. Selain itu penulisan makalah ini di
tujukan untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan tentang Kondisi kerja &
Ergonomic .

D.

Manfaat




agar kita dapat menerapkan ergonomic dalam lingkungan kerja khususnya



bagi teman-teman yang mau fokus dalam bidang industri dan organisasi
kita dapat menerapkan ilmu ini diperusahaan sehingga menciptakan kondisi



kera yang baik
agar terciptanya K3 di dalam lingkungan perusahaan

Bab II
Pembahasan
A. Definisi kondisi kerja
Kondisi karyawan akan lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaan mereka
apabila kondisi kerja mendukung (seperti bersih,lingkungan menarik), tetapi jika

kondisi kerja tidak mendukung (seperti panas,lingkungan rebut,tidak nyaman)

pegawai akan sukar untuk melaksanakan tugasnya.
Disamping itu, salah satu faktor pendukung utama personalia dalam
melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman yaitu melalui
perbaikan kondisi kerja. Sepeti yang diungkapkan sedarmayanti (2000:22) bahwa:
“manusia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga dicapai
suatu hasil yang optimal, apabila ditunjang suatu kondisi kerja yang sesuai. Kondisi
kerja dikatakan naik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya
secara optimal, sehat, aman dan nyaman. kondisi kerja, biografi pribadi dan
karakteristik pekerjaan merupakan faktor utama yang meningkatkan motivasi kerja
antara pemegang jabatan Menurut studi Schepers et al. (2005), sementara Toode et
al. (2011) mengemukakan karakteristik pribadi, kondisi kerja, karakteristik tempat
kerja dan keadaan psikologis internal sebagai faktor utama untuk memotivasi
pegawai terhadap pekerjaan. Menurut (Djumadi, 2006) kondisi kerja (working
condition) adalah kondisi tempat kerja, dimana karyawan melakukan tugas
pekerjaannya.

1.

Kondisi Kerja kerja di bagi atas 2 kondisi :
Kondisi Fisik Kerja.


Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal dari fasilitas parkir di luar gedung
perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah suara dan cahaya yang
menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja. Rancangan kantor
memberikan pengaruh pada produktivitas juga.
a) Iluminasi (penerangan).
Beberapa fisik yang perlu diperhatikan dalam iluminasi ialah: kadar (intensity)
cahaya, distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan. Faktor yang lain dari
iluminasi ialah distribusidari cahaya dalam kamar atau daerah kerja. Pengaturan
yang ideal ialah jika cahaya dapat didistribusikan secara merata pada keseluruhan

lapangan visual. Sinar yang menyilaukan merupakan faktor lain yang mengurangi
efisiensi visual dan meningkatkan ketegangan mata (eyestrain).
b) Warna.
Banyak orang memberikan makna yang tinggi kepada penggunaan warna atau
kombinasi warna yang tepat untuk ruanga-ruangan di rumah, di kantor, dan di
pabrik. Hal ini tidaklah berarti bahwa warna tidak mempunyai warna dalam
pekerjaan. Warna dapat digunakan sebagai:
Alat sandi atau coding device (Schultz, 1982), atau sebagai pencipta kontras




warna (Suyatno, 1985).
Upaya menghindari timbulnya ketegangan mata(Schultz, 1982). Setiap warna



berbeda dalam kemampuan pantulan cahayanya.
Alat untuk menciptakan ilusi tentang besarnya dan suhunya ruangan kerja



(Schultz, 1982), yang memiliki efek psikologis (Suyatno, 1985).
c) Bising (noise).
McCormick menggabungkan aspek bunyi yang tidak diinginkan dengan batasan
dari Burrows dengan mengatakan bahwa tampaknya masuk nalar dengan
mengatakan bahwa bunyi atau suara yang tidak diinginkan ialah bunyi yang tidak
memiliki hubungan informasi dengan tugas atau aktivitas yang dilaksanakan.
Tingkat-tingkat kerasnya suara atu bunyi tertentu dapat merupakan ancaman
bagi pendengar. Menurut Schultz (1982) seorang pekerja yang sehari-hari

mendengar bunyi pad tingkat 80 desibel ke atas untuk jangka waktu yang lama pasti
akan menderita kehilangan pendengaran tertentu.
Akibat-akibat lain dari tingkat bising yang tinggi ialah:
·

Timbulnya perubahan fisiologis.orang-orang yang mendengar bising pada tingkat
95-110 desibel, terjadi penciutan dari pembuluh darah, perubahan detak jantung,
dilatasi dari pupil-pupil mata dan bising yang keras dapat meningkatkan tekanan
darah dan dapat ikut mengakibatkan sakit jantung juga meningkatkan ketegangan
otot.

·

Adanya dampak psikologis. Mereka yang bekerja dalam lingkungan yang ekstrem
bising lebih agresif, penuh curiga, dan cepat jengkel dibandingkan dengan mereka
yang bekerja dalam lingkungan yang lebih sepi.

McCormick menyimpulkan bahwa terdapat ‘’bukti’’ bahwa bising:
(1) Menghasilkan penurunan pada prestasi kerja.
(2) Tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja.

(3) Menghasilkan peningkatan pada prestasi kerja.
Pengurangan tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan cara:
(1) Mengurangi bunyi mesin, dengan cara membuat mesin-mesin yang lebih halus
suaranya, dengan meredam suara dari mesin-mesin.
(2) Memasang dinding yang kedap suara.
(3) Mengharuskan para karyawan memakai alat pelindung pendengaran, misalnya
dengan menggunakan kapas penutup telinga,atau lat penutup telinga (ear plugs).
d) Musik dalam bekerja.
Sebagaimana halnya dengan warna, banyak yang berpendapat bahwa musik
yang mengiringi kerja dapat meningkatkan produktivitas karyawannya. Hasil
penelitian tidak menunjukkan hasil yang tegas tentang hal ini. Pada umumnya para
tenaga kerja bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak banyak
absen, dan kurang merasa lelah pada akhir hari kerja.
Musik tampaknya memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan-pekerjaan yang
sederhana, rutin dan monoton, sedangkan pad pekerjaan yang lebih majemuk dan
memerlukan konsentrasi yang tinggi pad pekerjaan, pengaruhnya dapat menjadi
sangat negatif.
Suyatno (1985) berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus dipandu oleh
pertimbangan sebagai berikut:
1.


Musik dalam bekerja harus menciptakan suasana akustik yang menghasilkan
efek menguntungkan pada pikiran.

2.

Musik akan bernilai sekali pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif dan
pekerjaan lain yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental.

3.

Musik tidak akan bernilai tinggi jika ada suara atau bunyi lain yang cukup keras.

4.

Musik bernada meriah diperdengarkan secara singkat pada awal hari, permulaan
kerja, untuk membangkitkan gairah, diperdengarkan juga pada akhir hari, dan empat
kali masing-masing selama setengah jam diperdengarkan musik ringan ditengah
hari.

5.

Tempo musik janga terlalu lambat (slow) tetapi juga jangan terlalu cepat.
2.

Kondisi Lama Waktu Kerja

a) Jam kerja.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang menarik antara jamjam kerja nominal dan aktual. Jika jam kerja nominal ditambah maka jam kerja aktual
malahan menurun.
b) Kerja paro-waktu tetap.
Menurut Schultz (1982) mempekerjakan paro waktu menarik bagi:


Orang-orang yang bertanggung jawab atas urusan rumah tangga.



Orang-orang yang cacat jasmaniah, yang menghadapi masalah mobilitas
yaitu masalah pergi dan pulang dari tempat kerja.



Orang-orang yang sedang mengalami krisis usia tengah baya.



Orang-orang yang memang tidak bersedia bekerja selama 40 jam per minggu
kerja di kantor atau di pabrik.

Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para tenaga kerja muda yang menyukai
gaya hidup yang lentur, yang dimungkinkan dengan bekerja paro waktu. Mereka
senang dengan peluang untuk bekerja paro-waktu karena, disamping mendapatkan
tambahan penghasilan, dapat memenuhi kebutuhan mereka akan aktivitas yang
bermakna.
c) Empat hari minggu kerja.
Dengan 4 hari kerja per minggu mereka harapkan akan terjadi peningkatan pada
produktivitas dan efisiensi pekerja dan pengurangan dari jumlah absensi tenaga
kerja. Dari hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, secara keseluruhan,
penerapan 4 hari kerja per minggu pada kebanyakan kasus (perusahaan) meruakan
suatu keberhasilan, namun bukan tanpa kritik. Ada tanda-tanda yang menunjukkan
adanya sedikit penuruna dari penerapan4 hari kerja per minggu, digantikan dengan
pengaturan waktu kerja yang lain, yaitu jam-jam kerja lentur.
d) Jam kerja lentur.
Ternyata penerapan jam kerja lentur berhasil dan memberikan beberapa
keuntungan. Kemacetan lalu lintas pada jam-jam sibuk jauh lebih berkurang, malah

pada kasus-kasus tertentu sudah tidak merupakan masalah lagi.para tenaga kerja
tiba di tempar kerja dengan perasaanyang lebih tenang dan dapat segera di mulai
bekerja.
Hasil penelitian pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan jadwal jam
kerja lentur menunjukkan keuntungan berikut:


Produktivitas naik pada hampir separo dari perusahaan-perusahaan.



Angket absensi berkurang pada lebih dari 75% dari perusahaan-perusahaan.



Keterlambatan datang berkurang 84% dari perusahaan-perusahaan.



Angka keluar masuk tenaga kerja berkurang pada lebih dari 50% dari
perusahaan-perusahaan.



Semangat kerja tenaga kerja meningkat pada hampir semua perusahaan.

B. Ergonomic / psikologi kerekayasaan
Para psikolog juga memberi perhatian terhadap faktor manusia pada rancangan
tempat kerja,interaksi antara manusia dan mesin dan kelelahan fisik dan stres. Dan
salah satu contoh adalah kegiatan-kegiatan dalam bagian ini meliputi merancang
cara yang optimal untuk mengammbar sebuah peta,merancang kursi agar sesuai
dengan kebutuhan dan kenyamanan manusia dan menemukan berbagai rencana
kerja yang optimal,desain interior,arsitektur,keindahan dan kenyamanan tempat kerja
yang biasanya disebut sebagai studi gerak dan waktu(time in motion study). dalam
perkembangan selanjutnya disebut sebagai psikologi rekayasa. Menurut
chapanis(1976: 698) psikologi kerekayasaan terutama memperhatikan penemuan
dan penerapan informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya dengan mesinmesin,peralatan,pekerjaan dan lingkungan kerja.
Chapanis selanjutnya mengatakan bahwa kerekayasaan faktor-faktor
manusia pada umumnya di pandang sebagai salah satu istilah umum untuk bidang
yang memperhatikan:

a. untuk kerja (performance), perilaku manusia, dan pelatihan sistem mesinmanusia
b. rancangan dan pengembangan dari sistem-sistem mesin-manusia
c. peneliti medis dan biologis yang berkaitan dengan sistem

Psikologi rekayasa di kenal di amerika sementara itu psikologi rekayasa di
eropa dikenal dengan sebutan ERGONOMIC yang mengantisipasi pada
pemahaman terhadap kecakapan sumber daya manusia dalam kaitanya dengan
sistem manusia dengan mesin, termasuk rancangan peralatan kerja dan permesinan
untuk meningkatkan produktivitas dan keamanan para pegawai. perangkat dan
peralatan kerja, mesin-mesin di rancang bagi pengoperasian karwayan secara
efisien dan efektif .
bagiamana pun koordinasi,kepekaan alat indra dalam menangkap
suara,warna ,kelembaban udara yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja jadi
psikologi rekayasa atau ergonomic mencoba untuk memodifikasi lingkungan kerja
yang menguntungkan untuk keterampilan dan bakat karyawan.

C. Sistem Mesin-Manusia
Sistem Mesin-Manusia adalah sistem dimana kedua komponen harus bekerja
sama untuk menyelesaikan pekerjaan. Masing-masing komponen (komponen
manusia saja, atau komponen mesin saja) tidak berarti tanpa adanya komponen
yang lain sebagai pelengkapnya.
Ada dua macam sistem mesin manusia, yaitu sistem mesin manusia yang
ber-ikal-terbuka dan yang ber-ikal-tertutup (open-loop dan closed-loop menmacinesystem). Pada ikal terbuka suatu masukan memasuki titik tertentu, membuat
suatu mekanisme kembali bekerja, dan terjadilah suatu kegiatan tertentu. Misalnya
sistem alat pengaman kebakaran (overhead sprinkler system) yang kita temukan
dalam ruang-ruang gedung bertingkat. Sedangkan sistem ikal tertutup sebaliknya,

merupakan sistem yang dapat mengatur diri sendiri. Misalnya ruangan dengan
sistem pendingin (AC dengan alat termostat). Sistem mesin manusia yang ber-ikaltertutup lebih efisien dari pada sistem ber-ikal-terbuka. Tugas dalam merancang
sistem mesin manusia ialah guna menentukan cara yang paling efektif untuk
menyajikan keterangan kepada operator manusia dengan menggunakan peragaan
penglihatan, peragaan pendengaran atau peragaan perabaan.
Tugas lain dalam merancang sistem mesin manusia ialah untuk merancang
ruang kerja (work space).
D. Penyajian Informasi
Dalam merancang konstruksi mesin, yang pengaruhnya besar terhadap
efisiensi kerja, ialah keputusan yang harus di ambil tenteng perga apa yang akan
digunakan (peraga penglihatan atau pendengaran) sebagai saluran komunikasi
antara mesin dan manusia serta bagaimana bentuk peraga tersebut. Penetapan dari
saluran komunikasi antara mesin dan manusia tergantung pada :
a. Jenis informasi yang harus di alihkan
b. Dengan cara bagaimana informasi akan digunakan
c. Lokasi dari tenaga kerja
d. Lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi
e. Sifat dari alat indra itu sendiri (sifat kuping dan mata)
E. Fungsi-fungsi kendali
Dalam kebanyakan sistem mesin manusia, operator menerima informasi melalui
beberapa alat indranya, mengolah informasi ini dengan berbagai macam cara, untuk
kemudian mengambil suatu tindakan. Tindakan ini biasanya dilakukan melalui suatu
kendali, misalnya suatu tombol, kenop, engkol atau oengungkit. Hasil penelitian dan
pengalaman menunjukan bahwa dengan cara apa alat-alat kendali dirancang dapat
mempunyai dampak yang penting terhadap kecepatan dan kecermatan tindakan
tenaga kerja dalam mengoperasikan mesin. Dengan kata lain jika alat kendali
kurang tepat dapat saja tenaga kerja kurang cepat atau kurang cermat
menggunakan alat kendali tersebut sehingga memberikan akibat yang merugikan.

Bab III

a. kesimpulan
Ergonomic adalah salah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia
dan pekerjaannya karena ergonomic adalah mengantisipasi pada pemahaman
terhadap kecakapan sumber daya manusia dalam kaitanya dengan sistem manusia
dengan mesin, termasuk rancangan peralatan kerja dan permesinan untuk
meningkatkan produktivitas dan keamanan para pegawai. Dengan memperhatikan
ergonomic maka akan membuat kondisi kerja yang baik

b. Saran
Ergonomic dalam sebuah perusahaan sangat penting dapat mempengaruhi
produktivitas kerja mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaanya jadi kami
berpikir bahwa ergonomic ini harus di aplikasikan kedalam perusahaan supaya
perusahaan dapat mencapai target yang di inginkan

VI. Daftar pustaka
-Psikologi industri & organisasi oleh sutarto wijono edisi revisi
-Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) September 2012, Hal. 142 – 152
PENINGKATAN KINERJA SDM MELALUI KONDISI KERJA, KONTEN
PEKERJAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR DENGAN MEDIASI MOTIVASI
KERJA
- Jurnal Analisis Perbaikan kondisi lingkungan kerja dengan menggunakan
Ergonomics
- Psikologi industri dan organisasi oleh ashar sunyoto munandar