Kepribadian dan keagamaan B docx

Kepribadian dan Keagamaan

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah

: Psikologi Agama

Dosen

: Dra. Diah Nurita

Jurusan

: Tarbiyah - PAI (IV-B)

Di susun Oleh
Kelompok 6 (Enam )
- Sri Widya Astuti
- Novia iriani
- Siti Ruchima hasanah
- Mala Kurnia


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu dosen mata
kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami
sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “kepribadian dan keagamaan
” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami
ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan
sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha
semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut

membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua
pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

Tanjung Pura, April 2017
1

DAFTAR IS

2

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1
BAB II..................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Pengertian dan Ciri – Ciri kepribadian......................................................2
B. Tipe-Tipe Kepribadian..............................................................................3
D. Sikap Keagamaan......................................................................................5
E. Hubungan Kepribadian dan Sikap Keagamaan.........................................7
BAB III...............................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................11

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada ilmu psikologi kepribadian dibahas dalam kajian ilmu yang termasuk

bagian dari psikologi secara tersendiri. Maka hal itu memunculkan ilmu baru
yaitu psikologi kepribadian. Kemudian dalam psikologi agama juga dibahas
kepribadian orang beragama atau dapat dikatakan kepribadian orang menurut
pandangan atau sudut pandang agama.
Dalam pandangan psikologi agama manusia mempunyai kepribadian yang
berbeda-beda, maka dari itu menimbulkan sikap keagamaan yang berbeda-beda
pula. Disamping itu juga menimbulkan sesuatu yang berbeda, jika orang
tersebut berbeda agama, karena agama yang satu dengan agama yang lain
berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian dan ciri – ciri kepribadian?

2. Bagaimana Tipe-tipe Kepribadian?

3. Bagaimana Dinamika Kepribadian?

4. Bagaimana Sikap Keagamaan ?

5. Bagaimana Hubungan Kepribadian dan Sikap Keagamaan?


1

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian dan ciri - ciri Kepribadian.

2. Mengetahui Tipe-tipe Kepribadian.

3. Mengetahui TSikap Keagamaan.

4. Mengetahui Dinamika Kepribadian.

5. Mengetahui Hubungan Kepribadian dan Sikap Keagamaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ciri – Ciri kepribadian

Kepribadian adalah metode berpikir manusia terhadap
realita.


Kepribadian

juga

merupakan

kecenderungan-

kecenderungan manusia terhadap realita. Dan dengan arti
yang lain, kepribadian manusia adalah pola pikir dan pola
jiwanya. .1

Istilah-istilah yang dikenal dalam kepribadian adalah:
1 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka
Setia, 2008). 241

2

1. Mentality, yaitu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental

2.

atau intelektual.
Individuality, adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang

mempunyai sifat berbeda dari orang lainnya.
3. Identity, yaitu sifat kedirian sebagai satu kesatuan dari sifat-sifat
mempertahankan dirinya terhadap sesuatu dari luar (Unity and persistance
of personality).

Wetherington menyimpulkan bahwa kepribadian mempunyai ciriciri sebagai berikut:2

1) Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan individu
dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena pengaruh
belajar dan lingkungan sosialnya
2) Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang
secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja dari
keseluruhan itu
3) Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada
pikiran orang lain dan isi pikiran itu ditentukan oleh nilai perangsang

4)

sosial seseorang
Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti
bentuk badan atau ras, tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan

5)

dari tingkah laku seseorang
Kepribadian tidak bekembang sacara pasif saja, setiap orang
mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri
kepada lingkungan sosial

2 Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
Ed. Rev 9. 175.

3

B. Tipe-Tipe Kepribadian


Secara garis besarnya pembagian tipe kepribadian manusia ditinjau dari
berbagai aspek antara lain:3

1. Aspek biologis
Aspek biologis yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang ini
didasarkan atas konstitusi tubuh dan bentuk tubuh yang dimiliki seseorang,
tokoh-tokoh yang mengemukakan teorinya berdasarkan aspek biologis ini
antarannya:
a. Hippocrates dan Galenus
Mereka berpendapat, bahwa yang mempengaruhi tipe kepribadian
seseorang adalah jenis cairan tubuh yang paling dominan.
b. Kretchmer
Dalam pembagian tipe wataknya Kretchmer mendasarkan pada bentuk
c.

tubuh seseorang.
Sheldon
Sheldon membagi tipe kepribadian berdasarkan dominasi lapisan yang

berbeda dalam tubuh seseorang.

2. Aspek Sosiologis
Pembagian ini didasarkan kepada pandangan hidup dan kualitas
sosial seseorang. Yang mengemukakan teorinya berdasarkan aspek
sosiologi ini antara lain.

a.

Edward Spranger

Ia berpendapat bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh pandangan
hidup mana yang dipilihnya.

b. Muray
3 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia,
2008). 242

4

Muray membagi tipe kepribadianya menjadi 4 yaitu:
1)

Tipe teoritis
2)
Tipe Humanis
3)
Tipe Sensasionis
4)
Tipe Praktis
c. Fritz Kunkel
Kunkel membagi tipe kepribadian menjadi:
1) Tipe Sachelichkeit, yaitu tipe orang yang banyak menaruh perhatian
2)

terhadap masyarakat.
Tipe Ichhaftigkeit, yaitu tipe orang yang lebih banyak menaruh

perhatian kepada kepentingan diri sendiri.
Menurut F. Kunkel antara sachelichkeit dan ichhaftigkeit berbanding
balik. Jika seseorang memiliki sachelichkeit yang besar, maka ichhaftigkeitnya
menjadi kecil dan sebaliknya.
3. Aspek psikologis
Dalam pembagian tipe kepribadian berdasarkan psikologis Prof.Heyman
mengemukakan,

bahwa

dalam

diri

manusia

terdapat

tiga

unsur:Emosionalitas, Aktifitas dan fungsi sekunder (peroses pengiring).4
Selanjutnya Carl Gustav yang membagi manusia menjadi dua pokok:
1) Tipe Extrovert, yaitu orang yang terbuka dan banyak berhubungan dengan
2)

kehidupan nyata.
Tipe Introvert, yaitu orang yang tertutup dan cenderung kepada berpikir
dan merenung.

kombinasi dari trait yang ada

Tingkat trait kepribadian dasar berubah dari masa remaja akhir hingga masa
dewasa. McCrae dan Costa yakin bahwa selama periode dari usia 18 sampai 30
tahun, orang sedang berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang
stabil, konfigurasi yang tetap stabil setelah usia 30 tahun (Feist, 2006).

C.

Dinamika Kepribadian
4 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia,
2008). 243

5

Selain tipe dan struktur, kepribadian juga memiliki semacam dinamika yang
unsurnya secara aktif ikut mempengaruhi aktivitas seseorang. Unsur-unsur
tersebut adalah: 5

1.

Energi rohaniah (psychis energy) berfungsi sebagai pengatur aktifitas

rohaniah seperti berfikir, mengingat, mengamati dan sebagainya.
2. Naluri yang berfungsi sebagai pengatur kebutuhan primer seperti makan,
minum dan sex. Sumber naluri adalah kebutuhan jasmaniah dan gerakan
hati.

Berbeda

dengan

energi

rohaniah,

maka

naluri

mempunyai

sumber(pendorong), maksud dan tujuan.
3. Ego (Aku Sadar) berfungsi untuk meredakan ketegangan dalam diri dengan
cara melakukan aktifitas penyesuaian dorongan-dorongan yang ada dengan
kenyataan obyektif (realitas). Ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan
dorongan yang baik dan buruk hingga tidak terjadi kegelisahan atau
ketegangan batin.
4. Superego berfungsi sebagai pemberi ganjaran batin berupa penghargaan
(rasa puas, senang, berhasil) maupun berupa hukuman (rasa bersalah,
berdosa, menyesal). Penghargaan batin diperankan oleh ego ideal, sedangkan
hukuman batin dilakukan oleh hati nurani.
D. Sikap Keagamaan
Sikap keagamaan dalam agama terdiri dari berbagai pengaruh terhadap
keyakinan dan perilaku keagamaan, dari pendidikan yang kita terima pada masa
kanak-kanak, berbagai pendapat dan sikap orang-orang di sekitar kita, dan
berbagai tradisi yang kita terima dari masa lampau. Mungkin kita cendrung
menganggap faktor ini kurang penting dalam perkembangan agama kita
dibandingkan dengan penelitian para ahli psikologi. Tidak ada seorang pun di
antara kita dapat mengembangkan sikap-sikap keagamaan kita dalam keadaan
terisolasi dari saudara-saudara kita dalam masyarakat. Sejak masa kanak-kanak
5 Rafy Sapuri, Psikologi Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Ed. 1.hlm 153.

6

hingga masa tua kita menerima dari perilaku orang-orang di sekitar kita dan
dari apa yang mereka katakan berpengaruh terhadap sikap-sikap keagamaan
kita. Tidak hanya keyakinan-keyakinan kita yang terpengaruh oleh faktor-faktor
sosial, pola-pola eksperesi emosianal kita pun, sampai batas terakhir, bisa
dibentuk oleh lingkungan sosial kita.6

Faktor-faktor sosial juga tampak jelas dalam pembentukan keyakinan
keagamaan, tetapi secara prinsip ia tidak melalui penampilan yang berlandasan
penalaran sehingga keyakinan-keyakinan seseorang terpegaruh oleh orang lain.
Tidak diragukan sama sekali bahwa penalaran memainkan peranan dalam
intraksi timbal-balik di antara berbagai sistem keyakinan banyak orang, tetapi
peranan jauh lebih kecil dibandingkan dengan proses-proses psikologik lain
yang non-rasional. Tidak ada seseorang pun dapat beranggapan banwa cara
untuk mengajarkan tentang Tuhan kepada anak kecil adalah dengan
mengemukakan argumen rasioanal mengenai adanya Tuhan itu. Pengajaran
harus dilakukan lebih dahulu, sedangkan saat bagi argumen-argumen penegasan
tentang kebenaran ajaran-ajaran agama yang diberikan oleh orang-orang
terhormat (terutama bila penegasannya diulang-ulang dan dengan penuh
keyakinan) mungkin berpengaruh yang didasarkan atas penalaran, adalah
sugesti. Agar kita dapat memahami faktor sosial dalam agama itu, kita harus
menelaah psikologi segesti ini.

Konflik Moral

Ahli psikologi tidak mau membicarakan masalah-masalah filosofik yang
berkaitan dengan hakikat kewajiban-kewajiban filosofik yang berkaitan dengan
hakikat kewajiban-kewajiban yang disebabkan oleh hukum moral itu. Hukum
moral bisa dianggap sebagai sistem tatanan sosial yang dikembangkan oleh
suatu masyarakat dan diteruskan kepada generasi-genarasi berikutnya melalui
6 Rafy Sapuri, Psikologi Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Ed. 1.hlm 160.

7

proses pengkondisian sosial. Di pihak lain, ia juga dapat dianggap sebagai
sistem kewajiban yang mengikat manusia tanpa mempermasalahkan apakah
sistem itu bermanfaat atau tidak dilihat dari sisi sosial.

Sejumlah masyarakat menyatakan bahwa kewajiban-kewajiban ini
dikendalikan secara

intuitif;

sementara masyarakat-masyarakat

lainnya

berpendapat bahwa kewajiban-kewajiban itu bisa didedukasikan dengan
berbagai

proses

penalaran,

dan

masyarakat-masyarakat

lainnya

lagi

menganggpa kewajiban-kewajibab itu diwahyukan [oleh Tuhan] secara
adikodrati. Apapun jawaban yang bisa diberikan terhadap persoalan-persoalan
etik ini, masalah yang penting bagi ahli psikologi adalah bahwa konflik moral
itu merupakan fakta psikologik yang benar-benar ada.
E. Hubungan Kepribadian dan Sikap Keagamaan

1.

Sigmund Freud merumuskan sistem kepribadian menjadi tiga sistem.
Ketiga sistem itu dinamainnya id, ego dan super ego. Dalam diri seseorang
yang memiliki jiwa yang sehat ketiga sistem itu bekerja dalam suatu
susunan yang harmanis. Segala bentuk tujuan dan segala gerak-geriknya

selalu memenuhi keperluan dan keinginan manusia yang pokok.
2. Menurut Eysenck, kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan dan
disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam susunan hierarki berdasarkan
atas keumuman dan kepentingannya, diurut dari yang paling bawah ke
yang paling tinggi adalah:7
a. Specific response, yaitu tindakan suatu respons yang menjadi pada
suatu keadaan atau kejadian tertentu, jadi khusus sekali.
b. Habitual response mempunyai corak yang lebih umum dari pada
specific responce, yaitu respon-respon yang berulang-ulang terjadi saat
individu menghadapi kondisi atau situasi yang sama.
7 Yadi Purwanto, Psikologi Kepribadian (Integrasi Nafsiyah dan
‘Aqliyah Perspektif Psikologi Islami), (Bandung: Refika Aditama, 2007). 253.

8

c. Trait, yaitu terjadi saat habitual respons yang saling berhubungan satu
sama lain, dan cenderung ada pada indivudu tertentu.
d. Type, yaitu organisasi dalam individu yang lebih umum, lebih
3.

mencakup lagi.
Menurut pendapat Sukamto M.M. Kepribadian terdiri dari empat sistem
atau aspek,yaitu:8
a. Qalb (angan-angan kehatian)
Qalb adalah hati yang menurut istilah kata (terminologis) artinya
sesuatu yang berbolak-balik (sesuatu yang lebih), berasal dari kata
qalaba, artinya membolak-balikkan. Qalb bisa diartikan hati sebagai
daging sekepal (biologis), dan juga bisa berarti ‘kehatian’ (nafsiologis).
b. Fuad (perasaan/hati nurani/ulu hati)
Fuad adalah perasaan yang terdalam hati yang sering kita sebut Hati
Nurani (cahaya mata hati), dan berfungsi sebagai penyimpan daya
ingatan. Ia sangat sensitif terhadap gerak atau dorongan hati, dan
merasakan akibatnya. Kalau hati kufur, fuadpun kufur dan menderita.
Kalau hati bergejolak karena terancam oleh bahaya, atau hati tersentuh
oleh siksaan batin, fuad serasa seperti terbakar. Kalau hati tenang,
fuadpun tenteram dan tenang. Satu lagi kelebihan fuad dibanding
dengan hati ialah, bahwa fuad itu dalam situasi yang bagaimanapun,
tidak bisa didusta. Ia tidak bisa menghianati kesakitan terhadap apa
yang dipantulkan oleh hati dan apa yang diperbuat oleh ego.Ia
berbicara apa adanya.
c. Ego (aku sebagai pelaksana dari kepribadian)
Ego adalah derivat dari qalb dan bukan untuk merintanginya. Kalau
qalb hanya mengenal dunia sesuatu yang subyektif dan yang abyek
(dunia realitas). Di dalam fungsinnya, ego berpegang pada prinsip
kenyataan (reality principle). Tujuan prinsip kenyataan ini ialah
mencari obyek yang tepat (serasi) untuk mereduksikan ketegangan
yang timbul dalam organisme. Ia merumuskan suatu rencana untuk

8 Yadi Purwanto, Psikologi Kepribadian (Integrasi Nafsiyah dan
‘Aqliyah Perspektif Psikologi Islami), (Bandung: Refika Aditama, 2007). 253.

9

pemuasan kebutuhan dan mengujinnya (biasanya dengan tindakan)
untuk mengetahui, apakah rencana itu berhasil atau tidak.9
d. Tingkah laku (wujud gerakan)
Nafsiologi kepribadian berangkat dari kerangka acuan dan asumsiasumsi subyektif tentang tingkah laku manusia, karena bahwa
menyadari bahwa tidak seorang pun bisa bersifat obyektif sepenuhnya
dalam mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan
pengalaman yang disadari oleh pribadi. Kesadaran adalah sebab dari
tingkah laku. Artinya,bahwa apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh
individu itu menentukan apa yang akan dikerjakan. Adanya nilai yang
dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta
menentukan tingkah lakunnya.
Masalah normal dan abnormal tentang tingkah laku, dalam nafsiologi
ditentukan oleh nilai dan norma yang sifatnya universal. Orang yang
disebut normal adalah orang yang seoptimal mungkin melaksanakan
iman dan amal soleh disegala tempat. Kebaikan dari ketentuan itu
adalah abnormal, yaitu sifat-sifat zalim, fasik, syirik, kufur, nifak dan
sejenis itu.

9 Yadi Purwanto, Psikologi Kepribadian (Integrasi Nafsiyah dan
‘Aqliyah Perspektif Psikologi Islami), (Bandung: Refika Aditama, 2007). 255

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepribadian adalah metode berpikir manusia terhadap
realita.

Kepribadian

juga

merupakan

kecenderungan-

kecenderungan manusia terhadap realita. Dan dengan arti
yang lain, kepribadian manusia adalah pola pikir dan pola
jiwanya.

sistem kepribadian menjadi tiga sistem. Ketiga sistem itu dinamainnya
id, ego dan super ego. Dalam diri seseorang yang memiliki jiwa yang sehat
ketiga sistem itu bekerja dalam suatu susunan yang harmanis. Segala bentuk
tujuan dan segala gerak-geriknya selalu memenuhi keperluan dan keinginan
manusia yang pokok.

Sebaliknya kalau ketiga sistem itu bekerja secara bertentangan satu
sama lainnya, maka orang tersebut dinamainnya sebagai orang yang dapat
menyesuaikan diri. Ia menjadi tidak puas dengan dirinnya dan lingkunganya.
Dengan kata lain efisiennya menjadi berkurang.

Selain tipe dan struktur, kepribadian juga memiliki semacam dinamika yang
unsurnya secara aktif ikut mempengaruhi aktivitas seseorang. Unsur-unsur
tersebut adalah: energi rohaniah (psychis energy), naluri, ego (aku sadar), dan
Superego.

11

12

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bambang Syamsul. Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka
Setia, 2008.

Purwanto, Yadi. Psikologi Kepribadian (Integrasi Nafsiyah dan
‘Aqliyah Perspektif Psikologi Islami), (Bandung: Refika
Aditama, 2007

Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), Ed. Rev 9.

Sapuri, Rafy. Psikologi Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Ed.
1.

13