Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Bab 3
Al Quran dan Hadits Pedoman Hidupku

Coba kalian bayangkan ketika sedang berada di
dalam hutan atau di tengah lautan luas tanpa peta dan
kompas. Sudah pasti kamu tidak tahu jalan menuju ke
mana dan akhirnya bisa tersesat. Demikian pula
hidupmu di dunia ini. Jika kamu tidak mempunyai
pedoman hidup yang pasti. Al Quran dan Hadist dapat
membimbing kalian ke jalan hidup yang benar. Jika
kalian berpedoman pada Al Quran dan hadits pastilah
kamu tidak tersesat dan tidak celaka, baik di dunia
maupun di akhirat. Oleh karena itu, kamu wajib
mempelajari dan memahami Al Quran dan Hadits.
Sebagai seorang muslim kamu wajib
menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ketika menjalankan ajaran ini, kamu
tidak boleh hanya ikut-ikutan saja (taqlid). Kamu harus mengetahui dasar dan landasan (dalil)
dari setiap amalan agama yang kamu laksanakan. Semua itu bisa kamu pelajari dari Al Quran
dan Hadits.
Sudahkah kamu membaca Al Quran dengan lancar? Jika sudah cobalah mulai
mempelajari arti dan memahami maknanya. Setelah itu kamu mengamalkan isinya dalam

kehidupan sehari-hari.
Bagaimana dengan hadits? Pernahkah kamu mempelajari hadits? Sudah berapa
banyak Hadits yang kamu pelajari atau kamu hafalkan?
Wahai generasi muda Islam, laksanakanlah ajaran Islam sesuai dengan tuntutan dan
tuntunan Al Quran dan Hadits. Dengan cara ini kamu akan terbebas dari taqlid dan menjadi
ittiba’. Ittiba’ berarti melaksanakan ajaran agama dengan mengetahui dasar dan landasannya
(dalil). Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah kamu dalam mempelajari dan memahami Al
Quran dan Hadits. Setelah itu, berusahalah secara sungguh-sungguh mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini kamu akan menjadi muslim sejati dan memperoleh
keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Amati dan cermatilah gambar serta wacana berikut, lalu tulislah pesan-pesan moral atau
komentar kritis yang mengarah kepada “taat asas dan sikap kritis dalam beragama” !

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

40

Pesan moral dan komentar
kritis anda:


Pada tahun 1980-an, di wilayah Jakarta dan sekitarnya
muncul sebuah pengajian yang menamakan dirinya
golongan Qur`aniyah. Golongan ini hanya percaya
kepada Al-Qur`an saja sebagai dasar hukum dalam
Islam dan menolak hadits (semua hadits) sebagai
sumber hukum Islam kedua. Mereka meyakini bahwa
hadits Nabi saw sebagai ajaran sesat dan menyesatkan.
Tokoh-tokoh golongan Quraniyah di antaranya adalah:
H. Sanwani, H. Abd. Rahman, Marinus Taka, dan
Teguh Esha. Adapun pokok-pokok ajaran sesatnya
antara lain: menolak semua hadits Nabi saw. Bahkan
Imam Al-Bukhari (ahli hadits) itu adalah seorang
komunis Rusia yang pura-pura masuk Islam untuk
membuat hadits yang sebanyak-banyaknya untuk
menyesatkan umat Islam dan tidak mengakui dua
kalimat syahadat. Aliran sesat yang menolak hadits ini
dinamakan inkarussunah.

A. Mari Memahami Sumber Hukum Islam: Al Quran dan Hadits

Islam sebagai agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui
Malaikat Jibril merupakan jalan lurus yang membawa keselamatan hidup manusia, baik
di dunia maupun di akhirat. Sebagai penerima wahyu (Al Quran) Nabi Muhammad
berkewajiban melaksanakan dan menyampaikannya kepada manusia. Oleh karena itu,
ia memiliki wewenang (otoritas) untuk menjelaskan dan menafsirkan wahyu tersebut.
Penjelasan dan penafsiran terhadap isi Al Quran serta pengamalan terhadap isi Al Quran
oleh Nabi Muhammad disebut dengan Hadits. Dengan demikian Al Quran dan Hadits
harus menjadi sumber hukum, inspirasi, dan motivasi bagi umat Islam.
Al-Qur’an merupakan kitab suci sekaligus menjadi sumber utama dalam
penetapan hukum. Semua ketentuan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

41

dengan aturan-aturan yang termuat dalam Al-Qur’an. Tidak hanya sebagai dasar
hukum, membaca Al Quran saja sudah merupakan ibadah.
Kata Al-Qur’an berasal dari kata qara‘a yang berarti bacaan atau yang dibaca.
Dengan demikian secara bahasa Al Quran berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca.
Sedangkan secara istilah Al Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril yang diturunkan secara berangsurangsur (munajjaman). Kitab ini diturunkan secara berangsur-angsur sebagai petunjuk
dan pedoman bagi seluruh umat manusia. Ketentuan ini sebagaimana dijelaskan pada
ayat berikut.

“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an) kepada hambaNya (Muhammad) agar dia menjadi pemberi peringatan bagi seluruh alam (jin
dan manusia). (Q.S. al Furqan, 25: 1)
Al-Qur’an merupakan kitab suci Allah yang terakhir. Setelah Al-Qur’an tidak
ada kitab suci lain yang boleh dijadikan sebagai pedoman hidup. Al-Qur’an memiliki
kedudukan yang utama dan harus dijadikan pijakan manusia dalam menjalani hidup
untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan. Orang yang berpedoman pada Al-Qur’an
termasuk golongan orang yang bertakwa dan akan mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
Al-Qur’an memiliki keistimewaan yang tiada banding. Contohnya kitab suci ini
merupakan wahyu Allah yang paling sempurna dan menyempurnakan kitab-kitab
sebelumnya. Seluruh isi Al-Qur’an menunjukkan kebenaran. Dengan keistimewaan ini,
Al-Qur’an harus menjadi pedoman manusia dari sejak diturunkan hingga akhir zaman.
Kedudukan Al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber hukum. Ini berarti AlQur’an sebagai sumber pokok dan dalil pertama untuk menentukan suatu hukum.
Dengan demikian, jika terjadi suatu masalah atau persoalan, rujukan pertama adalah AlQur’an.
Kedudukan Al-Qur’an sangat utama dalam hukum Islam karena langsung
diturunkan oleh Allah SWT. Di dalamnya memuat jawaban segala persoalan, baik yang

menyangkut hubungan antara manusia dengan Allah (hablun minallah) maupun antar
sesama manusia (hablun minannas). Di dalamnya juga memuat informasi tentang alam
gaib, seperti akhirat, surga, dan neraka. Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang
sangat lengkap, seperti warisan, pembahasan diuraikan secara terperinci. Namun, dalam
hal lain Al-Qur’an hanya memberi penjelasan secara global. Oleh karena itu, perlu
penjelasan pendukung, yaitu dengan hadits Rasulullah saw.
Hadits secara bahasa berarti perkataan. Sedangkan menurut istilah hadits adalah
segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir ) yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad. Sebagai seorang rasul, Nabi Muhammad saw. adalah teladan bagi setiap
muslim. Sudah semestinya semua perintah dan ajarannya harus kita ikuti. Mengikuti
Rasulullah juga merupakan kewajiban bagi setiap muslim karena salah satu bukti
ketakwaan kita kepada Allah adalah mau mengikuti perintah Rasulullah saw. Dengan
demikian, kedudukan hadits bagi umat Islam juga sangat penting.
Dilihat dari segi kualitas atau nilainya, Hadits dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu Hadits sahih, hasan, dan da’if. Disebut hadits sahih, jika memenuhi syarat;
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dlabith (kuat ingatan), dan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

42


matannya (isinya) tidak mengandung kejanggalan-kejanggalan. Hadits hasan adalah
hadits yang sanadnya bersambung dan diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dlabith,
tetapi tidak sempurna, meskipun matannya tidak mengandung kejanggalan. Hadits da’if
derajatnya paling rendah. Suatu hadits dianggap memiliki kedudukan da’if karena
banyak sebab. Misalnya karena matan (isi) hadits tersebut ada yang cacat, perawinya
tidak/kurang adil dan dlabith, ada sanad yang hilang (tidak bersambung), dan
kelemahan-kelemahan lainnya. Bila ditinjau dari jumlah perawi, hadits dapat dibagi
kepada mutawatir , masyhur , dan ahad. Dikatakan mutawatir jika hadits itu
diriwayatkan oleh banyak perawi, sehingga sangat mustahil para perawi itu bersepakat
untuk berdusta. Sedangkan masyhur merupakan hadits yang diriwayatkan oleh banyak
perawi, tetapi tidak sampai mencapai tingkat mutawatir. Sementara itu, hadist ahad
merupakan hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi atau jika lebih, jumlahnya
tidak sampai mencapai tingkat hadits masyhur.
Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Dengan demikian,
hadits memiliki fungsi yang sangat penting dalam hukum Islam. Di antara fungsi hadits,
yaitu untuk menegaskan ketentuan yang telah ada dalam Al-Qur’an, menjelaskan ayat
Al Quran (bayan tafsir ), dan menjelaskan ayat-ayat Al Quran yang bersifat umum
(bayan takhshish). Ketentuan-ketentuan hukum yang telah tercantum dalam Al-Qur’an
dipertegas kembali dalam hadits. Selain itu, terdapat pula ketentuan hukum dalam AlQur’an yang masih bersifat umum sehingga butuh penjelasan yang lebih khusus.
Contohnya ada hadits yang menjelaskan ketentuan tentang waktu salat, jumlah

rakaatnya, dan doa-doanya.
Kadang-kadang ada suatu hukum yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an, tetapi
dalam hadits disebutkan aturan tertentu sehingga kita pun harus mematuhinya.
Contohnya, dalam ayat-ayat Al-Qur’an sedikit dijelaskan tentang salat-salat sunah.
Kemudian Rasulullah memerintahkan dan memberi contoh kepada kita untuk
mengerjakan beberapa macam salat sunah. Maka, kita pun harus mengikutinya.

B. Ijtihad Sebagai Upaya Memahami Al Quran dan Hadits
Sebagai sumber hukum, Al Quran dan Hadits harus dipelajari, ditelaah, dan
dipahami oleh umat Islam. Untuk itu umat Islam harus mendayagunakan kemampuan
akalnya. Pendayagunaan akal secara sungguh-sungguh dan maksimal untuk memahami
Al Quran dan Hadits sebagai upaya untuk menghasilkan hukum-hukum syariat disebut
dengan ijtihad. Sedangkan orang-orang yang melakukan ijtihat disebut dengan
mujtahid.
Setelah ayat Al Quran diturunkan secara sempurna dan Nabi Muhammad wafat,
hidup dan kehidupan manusia terus berlangsung dan berkembang. Dinamika kehidupan
manusia melahirkan beragam persoalan yang tidak terdapat penjelasannya secara tegas
dan jelas dalam Al Quran dan hadits. Selain itu tidak semua ayat Al Quran dan Hadits
bersifat qath’iy al dalalah (dalil yang pasti), bahkan kebanyakan dzanniy al dalalah
(dalil yang masih samar-samar, perlu penjelasan). Oleh karena itu, ijtihad perlu

dilakukan sebagai upaya mengembangkan hukum Islam.
Ijtihad berasal dari kata jahada yang artinya bersungguh-sungguh atau
mencurahkan segala kemampuan. Secara istilah ijtihad adalah upaya sungguh-sungguh
mengerahkan segenap kemampuan akal untuk mendapatkan hukum-hukum syariat pada
masalah-masalah yang tidak ada nashnya . Ijtihad dilakukan dengan mencurahkan
kemampuan untuk mendapatkan hukum syara’ atau ketentuan hukum yang bersifat
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

43

operasional dengan mengambil simpulan dari prinsip dan aturan yang telah ada dalam
Al-Qur’an dan sunah Nabi Muhammad saw.
Dalil yang menegaskan kedudukan ijtihad sebagaimana dijelaskan dalam hadits
yang artinya, ”Dari Mu‘az, bahwasanya Nabi Muhammad saw., ketika mengutusnya ke
Yaman bersabda .’jika suatu perkara diajukan kepadamu, bagaimana engkau
memutuskannya? ’ Mu’az menjawab, ‘Saya akan memutuskan menurut kitabullah (AlQur’an).’ Selanjutnya Nabi saw. bertanya, ‘Dan jika engkau tidak menemukan sesuatu
mengenai soal itu di dalam kitabullah? ’ ‘Jika begitu saya akan memutuskan menurut
sunah Rasulullah,’ jawab Mu’az. Nabi saw. bertanya kembali, ‘Dan jika engkau tidak
menemukan sesuatu mengenai hal itu di dalam sunah Rasulullah? ’ Jawab Mu‘az, ‘Saya
akan berijtihad mempergunakan pertimbangan akal pikiranku sendiri (ajtahidu ra’yi)

tanpa keraguan sedikit pun.’ Selanjutnya Nabi saw. (sambil menepuk dada Muaz)
berkata, ‘Mahasuci Allah yang memberikan bimbingan kepada utusan rasul-Nya
dengan satu sikap yang disetujui rasul-Nya.’” (H.R. Abu Daud dan Tirmiz.i )
Hadits dari Mu‘az bin Jabal tersebut menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan
rujukan atau sumber hukum Islam. Demikian juga halnya dengan hadits Rasulullah. Jika
pada kedua sumber tersebut tidak ditemukan ketentuan hukum secara konkrit, kita boleh
berijtihad dengan akal sehat kita. Para ulama juga berpendapat bahwa hasil ijtihad dapat
digunakan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kedudukan ijtihad sangat
penting dan diperlukan. Oleh karena pentingnya, dalam hadits Rasulullah dijelaskan
bahwa hasil ijtihad seseorang yang benar akan mendapat balasan dua pahala, sebaliknya
jika keliru mendapatkan satu pahala. Dengan demikian, berijtihad sangat penting kita
lakukan untuk menetapkan ketentuan hukum. Oleh karena itu, tidak benar suatu
pendapat yang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Sebaliknya, umat Islam
dianjurkan untuk berijtihad.
Ijtihad harus dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
Yusuf al Qaradawi dalam bukunya Al Ijtihad fi al Syari‘ah al Islamiyyah mengatakan
bahwa ada delapan hal yang menjadi syarat pokok untuk menjadi mujtahid. Kedelapan
hal itu sebagai berikut:
1) memahami Al-Qur’an dengan beragam ilmu tentangnya;
2) memahami hadits dengan berbagai ilmu tentangnya;

3) mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab;
4) mengetahui tempat-tempat ijmak;
5) mengetahui usul fikih;
6) mengetahui maksud-maksud syariat;
7) memahami masyarakat dan adat istiadatnya; serta
8) bersifat adil dan takwa.
Selain delapan syarat tersebut, beberapa ulama menambah tiga syarat lainnya,
yaitu:
1) mendalami ilmu ushuluddin (pokok-pokok agama);
2) memahami ilmu mantiq (logika); dan
3) menguasai cabang-cabang fikih.
Ulama fikih membagi hukum ijtihad menjadi tiga macam. Hukum-hukum
tersebut berkaitan dengan saat ijtihad tersebut disampaikan. Pertama , fardu ‘ain, yaitu
harus dilakukan oleh setiap muslim. Hal ini terjadi jika seseorang berada dalam suatu
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

44

keadaan atau masalah dan ia harus menentukan sikap, sementara tidak ada orang lain di
sana. Kedua , fardu kifayah, yaitu jika ada suatu masalah dan pada saat yang sama ada

para ulama yang mampu melakukan ijtihad. Oleh karena itu, hanya mereka yang telah
mampu yang dibolehkan melakukan ijtihad. Ketiga , mandub atau sunah, jika terdapat
masalah yang masih baru dan masih bersifat wacana atau belum terjadi. Saat itu, ijtihad
tidak harus dilakukan, walaupun dilakukan tetap diperbolehkan sebagai langkah
antisipasi kemungkinan pada masa depan.
Melalui ijtihad berbagai persoalan baru yang mengiringi kehidupan manusia
dapat ditetapkan status hukumnya sesuai dengan maqashid al syari’ah. Dengan
demikian ijtihad mendinamiskan hukum Islam. Ijtihad dapat dilakukan dengan beragam
cara, misalnya qiyas, istihsan, dan urf. Dalam melakukan ijtihad terhadap suatu masalah
yang sama, kadang ulama yang satu menggunakan cara pendekatan yang berbeda
dengan ulama yang lain. Karena menggunakan cara pendekatan yang berbeda, hasil
ijtihadnya pun berbeda. Akan tetapi, perbedaan pendapat yang terjadi merupakan
rahmat yang tidak perlu diperselisihkan. Ijtihad mengandung beberapa manfaat yang
sangat penting. Dengan ijtihad hukum Islam semakin dinamis karena dapat menjawab
persoalan yang terjadi pada masa-masa tertentu. Selain itu, dengan dibolehkannya
ijtihad akan melatih para ulama untuk berpikir kritis dan mau menggali lebih dalam
ajaran-ajaran Al-Qur’an.
Ijtihad dapat dilakukan secara individual (perorangan) ataupun kolegial
(bersama-sama). Perkembangan kemajuan manusia yang tidak atau belum pernah
diperkirakan sebelumnya melahirkan berbagai persoalan baru yang menuntut penetapan
hukum yang dapat menjadi pedoman bagi umat Islam. Persoalan-persoalan baru yang
timbul sepertinya sulit sekali untuk bisa diputuskan status hukumnya. Misalnya masalah
rekayasa genetika. Masalah ini, menuntut keahlian di bidang ilmu dan teknologi
genetika selain ilmu agama dengan berbagai cabangnya. Karena itu, amat sulit
melakukan ijtihad individual di era modern ini. Oleh karena itu, sekarang ini
berkembang ijtihad kolegial (bersama) seperti yang dilakukan oleh MUI melalui Komisi
Fatwa, Muhammadiyah melalui Majlis Tarjih, dan NU melalui Bahtsul Masail, dan lain
sebagainya.

A. Taat Asas
Taat asas berarti mematuhi dan mentaati serta bertingkah laku sesuai dengan
ketentuan yang tertulis; baik dalam bentuk peraturan sekolah, undang-undang dan hukum
negara, serta kitab suci dan hadits nabi. Sebagai pelajar yang baik kamu harus
mengetahui dan melaksanakan peraturan sekolah, undang-undang dan hukum negara,
serta Al Quran dan hadits. Oleh karena itu, kamu harus membaca seluruh peraturan yang
ada di sekolahmu. Demikian pula undang-undang dan hukum negara serta Al Quran dan
hadits. Setelah itu, usahakanlah menyesuaikan seluruh perbuatanmu dengan semua aturan
itu.
Menjadi pelajar yang taat asas tentu saja tidak mudah. Bisa saja kamu akan dicela,
diejek, dan ditertawakan oleh teman-temanmu. Namun, kamu tidak usah bersusah hati

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

45

atau justru berhenti berupaya menjadi pelajar yang taat asas. Anjing menggonggong
kafilah berlalu inilah prinsip yang harus kamu pegang. Abaikan semua celaan dan ejekan
temanmu, teruslah menempa dirimu menjadi pelajar yang taat asas. Untuk itu, tanamkan
keyakinan di dalam hatimu bahwa dengan taat asas engkau akan menjadi pelajar yang
sukses, disenangi oleh guru, teman, dan orang tuamu, sehingga cita-citamu akan tercapai.
Selain itu, yakinilah bahwa semua peraturan sekolah dibuat untuk kebaikan dan
kesuksesan semua pelajar.
Mulailah dengan memahami seluruh peraturan yang ada di sekolahmu dan
lakukan dari hal yang dapat dan mungkin kamu lakukan. Kemudian mintalah pada guru
dan teman-temanmu untuk mengingatkanmu bila kamu melanggar peraturan sekolah.
Jangan lupa ucapkan terima kasih kepada siapa saja yang menegur dan mengingatkanmu.
Lalu rasakan dan catatlah apa yang kau rasakan pada saat engkau melaksanakan satu
peraturan sekolah dan pada saat melanggarnya. Jika engkau merasa nyaman dan enak
pada saat melaksanakan peraturan itu, bersyukurlah pada Allah dan berjanjilah kepadaNya bahwa kamu akan terus melaksanakan peraturan sekolah. Jika kamu merasa resah
dan gelisah pada saat melanggar peraturan sekolah, beristighfarlah dan mohonkanlah
pertolongan kepada Allah serta berjanjilah kepada-Nya kamu tidak akan melanggarnya
lagi. Jika hal tersebut kamu lakukan terus menerus, insya Allah kamu akan dapat menjadi
pelajar yang taat asas.
Dengan taat asas seluruh tindakan dan perbuatanmu dapat kamu
pertanggungjawabkan. Selain itu, kamu akan menjadi pelajar yang disiplin. Kedisiplinan
ini akan menjadi dasar yang sangat kuat bagimu untuk meraih berbagai keberhasilan
dalam hidupmu. Kedisiplinan itu juga akan menjagamu dari tindakan dan perbuatan yang
merugikanmu dan membuat dirimu celaka. Kedisiplinan akan membuat hidupmu menjadi
teratur dan terarah. Pendek kata, menjadi pelajar taat asas akan memberikan banyak
kemudahan bagimu dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan memuluskan
perjalanan hidupmu menuju cita-cita yang engkau impikan. Masa depanmu menjadi
terarah dan keberhasilan selalu menyertaimu.
B. Bersikap Kritis dalam Beragama
Agama Islam adalah ajaran yang diwahyukan Allah dan sudah tertulis dalam Al
Quran dan Hadits yang diturunkan untuk kebahagiaan hidup manusia; baik di dunia
maupun di akhirat. Kesempurnaan beragama hanya ditentukan oleh kepatuhan dan
ketundukan seseorang kepada ajaran agama yang bersumber pada Al Quran dan Hadits.
Dengan demikian amalan agama yang dilakukan oleh seseorang mestilah sesuai dengan
Al Quran dan Hadits. Oleh karena itu, kamu harus sungguh-sungguh meyakini bahwa
hanya ajaran agama Islamlah satu-satunya ajaran yang dapat memberikan jaminan
keselamatan hidup; baik di dunia maupun di akhirat kelak. Islamlah satu-satunya ajaran
yang dapat memberikan kedamaian hidup kepada umat manusia.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

46

Islam adalah agama wahyu. Oleh karena itu, kamu tidak boleh hanya ikut-ikutan
(taqlid) dalam mengamalkan ajaran Islam. Taqlid itu artinya mengikuti suatu amalan
tanpa mengetahui dasarnya sama sekali. Jika kamu ditanya mengapa kamu melaksanakan
shalat dan mengapa begitu kamu melaksanakannya? Kamu tidak boleh memberikan
jawaban “saya diperintahkan dan diajarkan oleh guru, kyai, ustadz, dan orang tua saya.”
Sebab, jawaban seperti itu menunjukkan kamu ikut-ikutan saja atau mengikuti tanpa
mengetahui landasan dan dasarnya (dalil). Jawaban yang benar adalah demikian itu
merupakan perintah Allah dalam Al Quran dan demikian penjelasan dan teladan nabi
Muhammad dalam haditsnya. Jika kamu hafal sebutkan ayat dan haditsnya. Jika tidak
tidak apa-apa, yang terpenting kamu tahu dasar dan landasan amalan yang kamu perbuat.
Dengan mengetahui landasan dan dasar (dalil) atas amalan agama yang kamu ketahui
kamu telah terbebas dari taqlid dan menjadi seorang muttabi’. Muttabi’ merupakan lawan
taqlid; artinya, melaksanakan satu amalan agama dengan mengetahui landasan dan
dasarnya (dalil).
Sikap kritis dalam beragama berarti kamu selalu mempertanyakan setiap amalan
agama karena kamu dituntut untuk melaksanakannya. Dengan begitu, kamu dapat
mempertanggungjawabkan amalanmu nanti di hadapan Allah. Jika ada seseorang yang
mengajakmu untuk melaksanakan suatu amalan tertentu dalam agama tanyakan
kepadanya landasan dan dasarnya. Jika tidak ada, janganlah kamu mengikutinya. Jika
orang itu dapat menyatakan landasan dan dasarnya (Al Quran dan Hadits) kamu harus
mengamalkannya dan tidak boleh menolaknya. Dalam hal ini, kamu harus selalu ingat
beberapa kasus nabi palsu dan ajaran-ajaran yang pernah terjadi di negara kita.
Selain itu, perlu pula kamu perhatikan kelogisan dan ketidaklogisannya. Islam
sebagai agama yang rasional tentunya memuat ajaran-ajaran yang rasional yang sesuai
dengan fitrah kemanusiaan kecuali pada ajaran-ajaran yang bersifat ta’abbudi dan
metafisik. Ta’abbudi adalah ajaran Islam yang tidak perlu dipertanyakan dan harus
diterima apa adanya, seperti shalat zuhur empat rakaat, haji ke Mekah dan lain
sebagainya. Sedangkan metafisik adalah ajaran-ajaran Islam tentang yang ghaib yang
harus diterima secara iman seperti siksa kubur, surga dan neraka, dan lain sebagainya.
Selain itu (ta’abudi dan metafisik), jika ajaran itu tidak rasional seperti bisa terbang,
tahan pukul, tidak mempan bacokan, dan lain sebagainya, harus kamu tolak sebab itu
bukan merupakan ajaran Islam.
Nah, sekarang telitilah ibadah dan amalan agama yang telah kamu laksanakan.
Apakah semua amalan yang telah kamu laksanakan telah kamu ketahui landasan dan
dasarnya? Jika belum, berusahalah sekuat tenaga untuk mengetahuinya. Tanyakan kepada
gurumu, kyai dan ustadz yang kamu kenal. Bacalah buku-buku yang menjelaskan hal itu
atau kamu bisa juga mencarinya di internet. Dengan mengetahui landasan dan dasar dari
semua amalan agama yang kamu laksanakan kamu akan terlepas dari taqlid dan menjadi
muttabi’. Dengan demikian kamu dapat dikatakan sebagai seorang yang kritis dalam
beragama.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

47

 Al-Qur’an merupakan kitab suci sekaligus menjadi sumber utama dalam penetapan hukum.
Dengan demikian, semua ketentuan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan
aturan-aturan yang termuat dalam Al-Qur’an.
 Hadits secara bahasa berarti perkataan. Menurut istilah hadits adalah segala perkataan,
perbuatan, dan ketetapan (taqrir ) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Sebagai seorang
rasul, Nabi Muhammad saw. adalah teladan bagi setiap muslim sehingga semua perintah
dan ajarannya harus kita ikuti. Mengikuti Rasulullah juga merupakan kewajiban bagi setiap
muslim karena salah satu bukti ketakwaan kita kepada Allah adalah mau mengikuti
perintah Rasulullah saw. Dengan demikian, kedudukan hadits bagi umat Islam juga sangat
penting.
 Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Dengan demikian, hadits
memiliki fungsi yang sangat penting dalam hukum Islam. Di antara fungsi hadits, yaitu
untuk menegaskan ketentuan yang telah ada dalam Al-Qur’an, menjelaskan ayat Al Quran
(bayan tafsir ), dan menjelaskan ayat-ayat Al Quran yang bersifat umum (bayan takhshish).
 Ijtihad berasal dari kata ijtahada yang artinya bersungguh-sungguh atau mencurahkan
segala kemampuan. Secara istilah ijtihad adalah upaya sungguh-sungguh mengerahkan
segenap kemampuan akal untuk mendapatkan hukum-hukum syariat pada masalahmasalah yang tidak ada nashnya . Ijtihad dilakukan dengan mencurahkan kemampuan
untuk mendapatkan hukum syara’ atau ketentuan hukum yang bersifat operasional dengan
mengambil kesimpulan dari prinsip dan aturan yang telah ada dalam Al-Qur’an dan sunah
Nabi Muhammad saw.
 Taat asas berarti mematuhi dan menaati atau bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang
tertulis; baik dalam bentuk peraturan sekolah, undang-undang dan hukum negara, serta
kitab suci dan hadits nabi.
 Bersifat kritis dalam beragama berarti selalu menanyakan landasan dan dasar (dalil) atas
setiap amalan keagamaan yang dilakukan. Dengan cara ini seseorang akan dapat terbebas
dari taqlid. Lawan taqlid adalah ittiba’, yaitu melaksanakan amalan-amalan keagamaan
dengan mengetahui landasan dan dasarnya (dalil).

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling tepat !

1. Sebagai penerima wahyu nabi Muhammad memiliki … untuk menjelaskan dan
menafsirkan wahyu tersebut.
a. kemampuan
b. keahlian
c. kewenangan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

48

d. kesungguhan
e. kekuasaan
2. Al Quran berasal dari kata qara‘a yang artinya …
a. terbaca
b. bacaan
c. membaca
d. tulisan
e. pedoman
3. Al Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui
perantaraan malaikat Jibril dan membacanya merupakan .…
a. Ibadah
b. kewajiban
c. kemestian
d. keharusan
e. keinginan
4. Secara bahasa hadits berarti …
a. perkataan
b. perbuatan
c. ketetapan
d. harapan
e. pembaruan
5. Berdasarkan kualitas atau nilainya hadits dapat dibagi menjadi …
a. shahih, mutawatir, dan da’if
b. shahih, hasan, dan da’if
c. mutawatir, masyhur, dan ahad
d. mutawatir, mayshur, dan hasan
e. da’if, hasan, masyhur, maudhu’
6. Dilihat dari segi jumlah perawinya, hadits dapat dibedakan menjadi …
a. shahih, mutawatir, dan da’if
b. shahih, hasan, dan da’if
c. mutawatir, masyhur, dan ahad
d. mutawatir, masyhur, dan ahad
e. mutawatir, hasan, dan masyhur
7. Sebuah hadits dikatakan shahih bila bersambung sanad dan rawinya …
a. pintar dan baik
b. bertakwa dan alim
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

49

c. adil dan dlabith
d. adil dan alim
e. adil dan berkarya
8. Salah satu fungsi hadits adalah menjelaskan ayat-ayat Al Quran. Fungsi ini disebut …
a. Bayan ta’liq
b. Bayan taqyid
c. Bayan takhshish
d. Bayan tafsir
e. Bayan taqlid
9. Salah satu fungsi hadits adalah memberikan penjelasan yang bersifat khusus terhadap
ayat-ayat yang masih bersifat umum. Fungsi ini disebut …
a. bayan ta’liq
b. bayan taqyid
c. bayan takhshish
d. bayan tafsir
e. bayan taqlid
10. Orang yang berijtihad disebut …
a. mujahid
b. mujtahid
c. mujahadah
d. mustahid
e. muhtasid
11. Hukum berijtihad itu ada tiga, yaitu: …
a. fardu ‘ain, fardu kifayah, dan mandub
b. fardu ‘ain, mubah, dan mandub
c. fardu ‘ain, fardu kifayah, dan mubah
d. fardu kifayah, mubah, dan mandub
e. fardhu ain, sunah, dan haram
12. Jika seseorang berada dalam suatu keadaan atau masalah dan ia harus menentukan
sikap, sementara tidak ada orang lain di sana, maka … bagi untuk berijtihad
a. fardu ‘Ain
b. fardu kifayah
c. mandub
d. mubah
e. haram
.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

50

13. Jika terdapat masalah yang masih baru dan masih bersifat wacana atau belum terjadi
maka hukum berijtihad adalah…
a. fardu ‘Ain
b. fardu Kifayah
c. mandub
d. mubah
e. sunah muakkad
14. Bersikap taat asas membuat seluruh perbuatan dapat …
a. dibanggakan
b. disenangi
c. dipertanggungjawabkan
d. dinilai
e. ditanyakan
15. Kedisiplinan akan membuat hidup seseorang menjadi …
a. terartur dan terarah
b. terarah dan bersih
c. bersih dan rapi
d. teratur dan rapi
e. rapi dan sejahtera
16. Taqlid artinya …
a. mengikuti tanpa mengetahui dasarnya
b. mengikuti karena terpaksa
c. mengikuti karena kagum
d. mengikuti karena menyukai
e. mengikuti dengan mengidolakan
17. Sikap kritis dalam beragama berarti …
a. Selalu mematuhi perintah agama
b. Selalu menanyakan landasan dan dasar setiap amalan keagamaan
c. Selalu mengikuti dan mengamalkan penjelasan ustadz
d. Selalu tekun dalam beribadah
e. Tidak pernah lupa meninggalkan maksiat
18. Taat asas adalah …
a. Mematuhi semua peraturan sekolah
b. Berperilaku baik dan mentaati guru dan orang tua
c. Berperilaku sesuai dengan ketentuan atau peraturan tertulis
d. Mematuhi ajaran agama
e. Mematuhi norma hukum adat
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

51

19. Lawan taqlid adalah …
a. ijtihad
b. intiqad
c. ittiba’
d. muttabi’
e. i’tibar
20. Dalam melaksanakan ajaran agama kita boleh mengikuti namun dengan terus berusaha
belajar untuk memahami. Sikap yang demikian disebut …
a. takdzim
b. qadim
c. ittiba
d. ijtihad
e. ikhtisar
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini !

1.
2.
3.
4.
5.

Jelaskan pengertian Al Quran dan Hadits!
Apakah yang dimaksud dengan hadits mutawatir, masyhur, dan ahad?
Jelaskan syarat-syarat berijtihad menurut Yusuf al Qaradawi!
Apakah yang dimaksud dengan taat asas? Sebutkan contohnya!
Apakah yang dimaksud dengan taqlid dan ittiba’?

Refleksi
Berilah tanda “cek” (  ) yang sesuai dengan dorongan hati kamu menanggapi pernyataanpernyataan yang tersedia !
Kebiasaan
No

1
2
3

Pernyataan
Selalu

Seri
ng

Jarang

Tidak
perna
h

skor 3

skor
2

skor 1

skor 0

Setiap selesai shalat maghrib saya membaca
Al Quran.
Saya berusaha mengetahui arti ayat-ayat Al
Quran yang saya baca.
Saya berusaha memahami ayat-ayat Al
Quran yang saya baca.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

52

4
5
6
7
8
9

10

Saya berusaha mengamalkan kandungan
ayat-ayat Al Quran yang telah saya pahami.
Saya berusaha membaca Al Quran sesuai
dengan kaidah tajwid.
Saya berusaha mempelajari hadits-hadits
yang menjelaskan tentang tata cara shalat.
Saya berusaha mengetahui arti hadits-hadits
yang menjelaskan tentang tata cara shalat.
Saat berusaha menghapal hadits-hadits yang
menjelaskan tentang tata cara shalat.
Saya berusaha menyesuaikan perbuatan saya
dengan pedoman dan tuntunan Al Quran dan
al hadits yang telah saya pelajari.
Saya berusaha bertanya kepada guru dan
ustadz tentang dalil dari amalan agama yang
saya laksanakan.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X

53