Sistem dan Bentuk Pemerintahan Republik

Bentuk dan Sistem Pemerintahan Republik Islam Iran
( ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu pemerintahan )

Dosen Pengampu:
Drs. A gung Purwanto, M.Si

Nama:
Fikry Zuledy Pamungkas
140910101036

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2015
BENTUK NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK ISLAM IRAN

Iran adalah sebuah Negara Timur Tengah ( Middle East ) yang terletak di Asia Barat
Daya dengan Teheran sebagai Ibukotanya. Meski di dalam Negeri ini telah dikenal sebagai
Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di Dunia Barat. Pada
tahun 1959, Mohammad Reza Syah Pahlavi mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut

dapat digunakan sebagai Identitas nama Iran. Nama Iran adalah sebuah kognat perkataan
yang berarti “ Tanah Bangsa Arya “. Iran berbatasan dengan Azerbaijan dan Armenia di Barat
laut dan laut Kaspia di Utara, Turkmenistan di Timur laut, Pakistan dan Afganistan di Timur,
Turki dan Irak di Barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di Selatan. Pada tahun
1979, sebuah Revolusi Iran yang di pimpin Ayatollah Khomeini, yang kemudian menjatuhkan
Rezim Syah Reza Pahlevi. Khomeini kemudian mendirikan Iran sebagai Negara sebuah
Republik Islam Teokratis sehingga nama lengkap Iran saat ini adalah Republik Islam Iran.
Bentuk Negara Iran adalah Kesatuan. Perubahan Konstitusional dan Institusional yang
secara substantif dilakukan melalui pemilihan. Bentuk Republik Islam dan Undang – undang
Dasar Republik Islam Iran secara resmi disetujui mayoritas rakyat Iran memalui Refrendum
yang diadakan pada tahun 1979.
Bentuk pemerintahan Iran adalah republik Islam, yang telah disepakati oleh rakyat
Iran. Berdasarkan keyakinannya yang abadi atas pemerintahan Al-Qur’an yang benar dan
adil, menyusul revolusi Islam yang dipimpin Ayatollah Al-‘Uzma Imam Khomeini, yang di
kukuhkan oleh refrendum Nasional yang dilakukan pada tanggal 29 sampai dengan 30 Maret
1979 bertepatan dengan 1 dan 2 Djumadil Awal tahun 1399 H. Ditentukan oleh mayoritas
98,2 % dari jumlah suara orang – orang yang berhak memilih memberikan suara
persetujuannya.
Republik Islam Iran menerapkan suatu sistem yang berasaskan hal-hal sebagai
berikut;

1. Tauhid atau Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemahakuasaan-Nya dan Syariat-Nya
hanyalah milik-Nya semata – mata dankewajiban mentaati perintah-Nya.
2. Wahyu Ilahi dan peranannya yang mendasar dalam mengekspresikan dan menetapkan
hukum perundangan-undangan.
3. Kebangkitan di akhirat (Qiyamah) dan peranan konstruktifnya dalam evolusi menuju
Tuhan yang berarti kembali kepada Allah di alam baka’
4. Keadilan Allah dalam penciptaan dan Syari’ah
5. Imamah dan kepemimpinan positifnya serta peranannya yang terus-menerus dalam
kelanjutan revolusi Islam.

6. Keagungan martabat dan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang ada pada manusia dan
kehendak bebas bersama tanggung jawab yang berkaitan dengan itu di hadapan
Tuhan, yang mempersiapkan tegaknya keadilan, kemerdekaan politik, ekonomi, sosial
dan kultural, serta kesatuan nasional.
Dasar Negara Iran berdasarkan kepada Agama Islam Madzab Shiah Imam 12
(Ja’fari). Untuk melaksanakan prinsip ini maka diciptakan sistem Velayat e Faqih
( Supremasi kaum Ulama ) dimana seorang pemimpin agama memiliki hak untuk
memberikan fatwa keagamaan dan sekaligus memegang kekuasaan tertinggi dalam masalah
ketatanegaraan. Prinsip pemerintahan oleh faqih ( wilayatul faqih ) dan keutamaan hukum
Islam di abadikan di konstitusi Iran. Pada saat yang sama konstitusi Republik Islam Iran

mempunyai Pranata-pranata demokrasi konstitusi melengkapi sistem pemerintahan
parlementer dengan badan eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Badan eksekutif terdiri dari;
1. Pemimpin Agung
Pemimpin Agung Iran bertanggung jawab terhadap kebijakan – kebijakan umum
Republik Islam Iran. Ia juga merupakan ketua pasukan bersenjata dan badan intelijen Iran dan
mempunyai kuasa mutlak untuk menyatakan perang. Ketua kehakiman, stasiun radio dan
rangkaian televisi, ketua polisi, tentara dan enam belas anggota majelis Wali Iran yang juga
dilantik oleh pemimpin Agung. Majelis Ahli bertanggung jawab dan juga memecat Pemimpin
Agung atas Justifikasi kelayakan dan popularitas individu itu. Majelis ini juga bertanggung
jawab memantau tugas dari Pemimpin Agung. Pemimpin Agung Iran sekarang dijabat oleh
Sayyid Ali Khamenei.
Menurut Pasal 110 Konstitusi Iran tugas dan wewenang Pemimpin Agung adalah;
a. Delineasi Islam Iran setelah berkonsultasi dengan Dewan Penegasan Kebijaksanaan
b.
c.
d.
e.
f.


Bangsa.
Pengawasan atas pelaksanaan yang tepat dari kebijakan umum agar sesuai sistem.
Penerbit dekret untuk refrendum Nasional.
Perintah tertinggi terhadap angkatan bersejata.
Deklarasi perang dan damai, dan mobilisasi angkatan bersenjata.
Mengangkat, memberhentikan, dan menerima pengunduran diri;
i.
Para fuqaha’ pada dewan penjaga
ii.
Otoritas peradilan tertinggi negara
iii.
Kepala jaringan radio dan televisi Republik Islam Iran
iv.
Kepala staf gabungan

v.
Komandan dan kepala angkatan bersenjata
g. Menyelesaikan perbedaan antara tiga sayap angkatan bersenjata dan peraturan
hubungan mereka.
h. Menyelesaikan masalah yang tidakdapat di pecahkan dengan metode konvensional,

melalui Dewan Penegasan Kebijaksanaan Bangsa.
i. Penandatanganan keputusan memformalkan pemilu di Iran untuk memilih Presiden.
j. Memberhentikan Presiden, dengan memperhatikan kepentingan Negara, setelah
Mahkamah Agung menyatakan dia bersalah atas pelanggaran tugas konstitusionalnya,
atau setelah pemungutan suara pemakzulan oleh Majelis Permusyaratan Islam atau
Parlemen.
k. Mengampuni atau mengurangi hukuman narapidana, dalam kerangka kriteria Islam,
yang dengan rekomendasi dari kepala kehakiman. Pemimpin Agung dapat
mendelegasikan sebagian tugas dan wewenang kepada orang lain.
2. Presiden
Presiden di Negara Iran merupakan orang kedua terpenting dalam Republik Islam
Iran. Setiap Presiden dipilih melalui pemilihan umum dan akan memerintah Iran selama
empat tahun. Setiap calon presiden akan mendapatkan persetujuan dari Majelis Wali Iran
Sebelum pemilu dilaksanakan agar terjadi keserasian diantara mereka dengan gagasan
Negara Islam. Tanggung jawab Presiden adalah memastikan konstitusi Negara diikuti dan
juga mempraktikkan kekuasaan eksekutif. Tetapi presiden tidak berkuassa atas perkaraperkara yang di bawah kekuasaan Pemimpin Agung.
Presiden melantik dan mengepalai Kabinet Iran, dan berkuasa membuat keputusan
mengenai administrasi Negara. Terdapat delapan wakil Presiden dan dua puluh satu
Menteri yang ikut serta membantu Presiden dalam administrasi, dan mereka semua akan
mendapatkan persetujuan badan perundangan. lain halnya dengan negara-negara lain,

cabang eksekutif Iran tidak memiliki kekuasaan dalam pasukan bersenjata, tetapi
Prresiden Iran berkuasa Melantik Menteri Pertahan, Intelijen yang sesuai persetujuan
Pemimpin Agung dan badan perundangan.
Menurut Konstitusi Republik Islam Iran, Presiden Iran harus memiliki kualifikasi
sebagai berikut;
1.
2.
3.
4.

Asal dan Kebangsaan Iran.
Administratif dan Manajerial ketrampilan
Kesalehan dan Kepercayaan.
Kepercayaan pada prinsip-prinsip dasar Republik Islam dan Agama resmi Negara.

Beberapa tanggung jawab Presiden Iran;
1.
2.
3.
4.

5.

Tanda dan mengawasi pelaksanaan Undang – undang yang disahkan oleh majelis.
Tanda perjanjian dan kesepakatan internasional lainnya diratifikasi oleh majelis.
Menerima mandat dari duta besar asing.
Mendukung orang – orang dari Duta Besar Iran dikirim ke luar Negeri.
Memimpin Dewan Keamanan Nasional.
Tanggung jawabnya juga mencakup administrasi anggaran Negara dan rencana
pengembangan diratifikasi oleh majelis.

Badan Legislatif terdiri dari;
Parlemen Iran ( Majelis Syura Islam ) merupakan lembaga legislatif Iran yang
beranggotakan 290 orang. Anggota majelis dipilih melalui pemilu setiap 4 tahun sekali
dengan sistem distrik. Setiap 10 tahun rasio anggota majelis ditinjau kembali sesuai dengan
jumlah penduduk. Parlemen saat ini merupakan hasil pemilu 2008, yang di Ketuai oleh Ali
Larijani.
Majelis secara tidak langsung dapat menjatuhkan Presiden dan menteri-menteri
Kabinet memalui mosi tidak percaya. Hearing terhaddap menteri diajukan sekurangnya oleh
10 anggota dan menteri yang bersangkutan mengeluarkan mosi tidak percaya kepada
Presiden, hasil disampaikan kepada Leader untuk memecat Presiden.


Badan Yudikatif Iran terdiri dari;
Kekuasaan tertinggi lembaga peradilan dijabat oleh ketua Justisi yang diangkat
langsung oleh Leader untuk masa jabatan 5 tahun. Ia haruslah seorang Ulama fiqih (
Mujtahid ). Ketua Lembaga Yudikatif ( Chief of Judiciary ) saat ini adalah Ayatollah Hashemi
Shahroudi. Fungsi utamanya adalah mengangkat dan memberhentikan ketua dan anggota
Mahkamah Agung dan Jaksa Agung serta menyusun RUU. Ia juga mengusulkan calon
Menteri Kehakiman kepada Presiden. ia bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
lembaga-lembaga Judikatif, sementara kementerian Kehakiman mengatur koordinasi antara
lembaga Judikatif dan lembaga – lembaga Eksekutif dan Legislatif serta bertugas di bidang
organisasi pemerintahan dan anggaran.
Sistem peradilan Iran mempunyai dua bentuk yaitu peradilan umum dan khusu.
Peradilan umum meliputi Pengadilan Tinggi Pidana, Pengadilan Rendah Pidana, Pengadilan

Tinggi Perdata, Pengadilan Rendah Perdata dan Pengadilan Perdata Khusus. Sedangkan
Pengadilan Khusus terdiri dari pengadilan Revolusi Islam, Pengadilan Khusus Ulama dan
Pengadilan Pers.
Sesuai dengan Konstitusi terdapat beberapa institusi lain yang berada di bawah
Lembaga Judikatif seperti Peradilan Militer yang merupakan bagian dari Lembaga Peradilan
yang menangani kasus-kasus pidana yang melibatkan anggota Angkatan Bersenjata, Polisi,

dan Pasdaran. Peradilan Tinggi Administrasi yang menangani kasus-kasus yang terkait
dengan Administrasi Pemerintahan dan kepala Inspektur Negara yang bertugas mengawasi
kinerja kementerian.
Lembaga – lembaga lain di Iran;
1. Majelis Ahli
Kedudukan Majelis Ahli diatur dalam Konstitusi dan keanggotaannya ditetapkan
melalui Pemilu setiap 8 tahun. Majelis Ahli saat ini adalah hasil pemilihan pada bulan
Desember 2006 dan diketuai oleh Hashemi Rafsanjani dengan 86 orang anggota.
Fungsi

Majelis

Ahli

adalah

memilih

Rahbar


(Leader),

mengawasi

dan

memberhentikannya. Leader berfungsi sebagai pemimpin politik sekaligus pemimpin agama
yang memang konsep Imam Khomeini. Di Iran masalah agama tidak dapat dipisahkan
dengan kehidupan politik. Sekalipun kewenangan Leader nampak absolut, namun sesuai
Konstitusi, kedudukan Leader sama dengan warga negara biasa lainnya (tidak kebal hukum).
Leader juga senantiasa menerima kunjungan semua kepala negara atau perdana menteri asing
yang sedang berkunjung ke Tehran.
Leader pertama adalah Ayatollah Khomeini yang merupakan Pemimpin Revolusi dan
Pendiri Negara Republik Islam Iran dan konseptor Velayat-e Faqih. Setelah meninggalnya
Khomeini pada 1989, Majelis Ahli memilih Ayatollah Seyyed Ali Khomenei.
2. Dewan Pengawasan Konstitusi
Guna menjamin kesesuaian setiap RUU dengan Konstitusi (Shura-e Negahban-e
Qanun-e Assassi) yang beranggotakan 12 orang (6 ahli hukum agama yang ditunjuk oleh
Leader dan 6 ahli dari berbagai disiplin ilmu hukum umum yang dipilih oleh Majelis). Masa
jabatan 6 tahun dan setiap 3 tahun diadakan pemilihan bagi 6 orang anggotanya. Kekuasaan

Dewan Pengawas Konstitusi meliputi mengesahkan UU yang dibuat Majelis, menafsirkan

Konstitusi dan bertindak sebagai badan yang melitsus semua calon anggota Majelis Ahli,
Presiden, Majelis, dan referendum.
3. Dewan Kebijakan Nasional
Dewan Kebijaksanaan Nasional (Majma-e Mashlahat-e Nezam) merupakan Dewan
yang bertugas untuk menengahi perbedaan antara Majelis dengan Dewan Pengawasan.
Namun dalam prakteknya, Dewan ini telah diberi tugas oleh Leader untuk membahas isu
lainnya yang penting seperti RAPBN,Repelita dan Kawasan Perdagangan Bebas. Jumlah
anggota Dewan ini sebanyak 25 orang yang dipilih oleh Leader.
4. Check and Balance antar lembaga di Iran
Mekanisme Control

Sebagai

lembaga

yang

bertugas

mengawasi

konstitusi,

pembuatan dan pelaksanaan undang-undang, maka interpretasi Dewan Pelindung Konstitusi
terhadap undang-undang menjadi acuan penting, sebab, dalam kondisi apapun, kehormatan
konstitusi dan undang-undang mesti dijaga. Jika terjadi masalah dalam interpretasi undangundang sehingga menimbulkan perselisihan yang akan terkait dengan kemaslahatan publik,
maka hal itu akan diselesaikan dengan intervensi pemimpin revolusi (wali faqih).
Kedudukan konstitusi Sebagai dasar-dasar dan landasan pemerintahan Iran dijelaskan
secara detail dalam Undang-Undang dasar Iran, terutama pasal 2 Konstitusi 1979. Isi Materi
UU Sistem Peradilan konstitusi Bab III Pasal 34 Konstitusi Iran Menyebutkan:
“Mengusahakan terlaksananya keadilan adalah hak setiap orang yang tidak dapat
diperdebatkan lagi, dan untuk tujuan ini, semua orang berhak untuk mengajukan perkaranya
kepada pengadilan yang berwenang. Pengadilan tersebut harus terbuka bagi semua orang dan
tak seorang pun akan dilarang untuk menempuh jalan lain untuk mengambil tindakan yang
sah sesuai dengan haknya menurut undang-undang. (UUD RII Bab III Pasal 34).
5. Sistem Parpol dan Pemilu
Konstitusi Iran memberikan kebebasan adanya partai-partai politik, namun dalam
kenyataannya pernah dihapuskan pada masa Imam Khomeini pada 1989 dengan alasan telah
menyebabkan perpecahan di kalangan keluarga besar Revolusi.
Orsospol terbagi kedalam koalisi parpol right wing (garis keras), left wing
(konservatif/reformis) dan independen. Adapun orsospol yang dikenal secara umum, yakni:

a.The Coalition of Harmonious Croup yang dimotori Jame-e Ruhaniat-e Mubarez/JRM (the
Society of Combatant Clergy), sebuah kelompok mullah garis keras (right wing) didirikan
pada 1979.
b.The Coordinating Council of the May 23 Front (tanggal kemenangan Khatami pada Pemilu
Presiden 23 Mei 1997) yang dimotori Majma Ruhaniyat-e Mobarez/MRM (the Assembly of
Combatant Clerics), sebuah kelompok mullah konservatif (left wing) yang didirikan pada
1988.
c.Independence Group yang tidak mempunyai persamaan pandangan terhadap dua kelompok
di atas yakni the Moderation & Development Front (MDF), Green Party (GP) dan
perorangan. Selain kelompok-kelompok di atas, terdapat pula kelompok yang dikenal sebagai
Ansar-e Hizbullah yang merupakan pembela setia Republik Islam.
6. Dewan Keamanan Nasional
Sesuai dengan Konstitusi, Presiden juga merangkap sebagai Ketua Dewan Keamanan
Nasional. Dewan ini berwenang membuat kebijakan pertahanan nasional sesuai dengan yang
telah digariskan oleh Leader, mengkoordinasikan kegiatan politik, intelijen, sosial budaya dan
ekonomi yang terkait dengan kebijakan keamanan nasional, serta mengkaji sumber-sumber
materi dan non materi dalam menghadapi ancaman dari dalam maupun luar negeri. Anggota
Dewan terdiri dari para pimpinan Legislatif, Eksekutif dan Judikatif, Kepala Staf AB, Pejabat
Badan Perencanaan dan Anggaran Negara, dua Wakil yang ditunjuk Leader, Menlu,
Mendagri, Menteri Intelijen dan sejumlah menteri terkait.
Demokrasi di Iran
Di Iran sistem politik menganut paham Theo Demokrasi yang sangat berbeda dengan
pengertian Demokrasi di Negara-negara yang menganut sistem Demokrasi pada umumnya.
Sistem politik Iran yaitu gabungan antara agama dan politik, sehingga berasakan Theo
Demokrasi. Beberapa pemikir fundamentalis berargumen bahwa Islam dan Demokrasi adalah
bertentangan dan tidak dapat direkonsiliasikan dan terdaat sebuah kontradiksi yang nyata
antara prinsip-prinsip Islam dan prinsip-prinsip Demokrasi. Hasil persepsi tentang kontradiksi
antara Islam dan Demokrasi itu terlahir karena sistem Demokrasi berasal dari Barat.
Memang, Islam dan Demokrasi sering kali bersinggungan, akan tetapi para pemikir
Islam yang terlibat dalam perdebatan politik tidak dapat mengabaikan signifikansi dari sistem

Demokrasi yang merupakan tema yang terus diperbincangkan dalam sistem politik Barat
Modern. Persinggungan yang terjadi antara Islam dan Demokrasi merupakan bagian atau
konsekuensi ogis dari pertemuan antara wacana politik Islam dan wacana politik Barat.
Esposito dan Piscatori memetakan wacana pemikiran politik Islam terhadap
Demokrasi menjadi 3 aliran;
Pertama, aliran pemikiran islam yang menolak konsepsi Demokrasi. Mereka
beranggapan bahwa tidak mungkin jika Islam memiliki kesamaan dengan Demokrasi. Dalam
Islam tidak ada tempat yang layak bagi Demokrasi. Karena Islam dan Demokrasi tidak dapat
dipadukan. Beberapa Ulama berpandangan demikian, yaitu Syaikh Fadilah Nuri, Thabathabai
dan Sayyid Qutb. Bagi Syaikh Fadilah Nuri, salah seorang ulama Iran, satu kunci gagasan
demokrasi, persamaan semua warga negara adalah Imposible dalam Islam, perbedaan luar
biasa yang tidak mungkin dihindari pasti terjadi.
Kedua adalah kelompok yang menyetujui adanya prinsip-prinsip Demokrasi dalam
Islam tetapi mengakui adanya perbedaan. Kelompok ini di wakili oleh Maududi di Pakistan
dan Ayatollah Khomeini di Iran serta beberapa pemikir Islam lainnya. Dalam pandangan
mereka bahwa Demokrasi dan Islam ada kesamaan, seperti keadilan, persamaan,
akuntabilitas pemerintahan, musyawarah, tujuan negara dan hak-hak oposisi. Menurut
Ayatollah Khomeini adalah Demokrasi tidak selamanya berseberangaan dengan prinsip
Islam, sebab dalam Demokrasi kita dapat menemukan nilai – nilai kemanusiaan yang uga ada
dalam nilai-nilai keislaman. Sistem Wilayat Alfaqih tidak semena-mena menjadi sebuah
sistem politik Monarki Absolut yang hanya dipegang oleh seorang Ulama saja, melainkan
presiden juga ada dalam sistem politik di Republik Islam Iran saat ini.
Ketiga adalah kelompok yang menerima sepenuhnya konsep Demokrasi yang
memandang bahwa sejatinya di dalam diri Islam sangat Demokratis. Karenanya, menurut
mereka Islam menerima sepenuhnya Demokrasi sebagai suatu yang universal. Pemikir yang
masuk dalam kategori kelompok ini adalah Muhammad Husain Haikal dari Mesir dan Mehdi
Bazargan dari Iran.