Dilema Antara Kepentingan Individu dan K

Dilema Antara Kepentingan Individu dan
Kepentingan Masyarakat
A. Problematika
Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada yang dihadapi oleh
setiap orang, yaitu kepentingan manakah yang harus saya utamakan? Kepentingan saya selaku
individu atau kepentingan masyarakat tempat saya hidup bersama?
Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini memunculkan dua
pandangan yang saling bertolak belakang, yakni pandangan sosialisme dengan pandangan
individualisme. Kedua pandangan ini justru berkembang menjadi paham atau aliran bahkan ideologi
yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat.
Apabila kita sebagai manusia salah memilih kepentingan mana yang harus didahulukan, tentunya
akan sangat merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain. Hal itu tentunya sangat lumrah karena
manusia memiliki perasaan peka terhadap suatu situasi.
Tetapi, kebanyakan manusia lebih sering mengutamakan kepentingan individu daripada
kepentingan masyarakat. Padahal manusia adalah mahkluk sosial yang dimana hendaknya lebih
memilih kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadi. Boleh kita menomor satukan
kepentingan individu tapi jangan sampai kepentingan tersebut mengganggu kepentingan orang lain.

B. Solusi Pencegahan
Solusi pencegahan ini bisa dilakukan agar kita tidak merasakan dilema yang cukup membuat kita
serba salah untuk memilih antara kepentingan individukah atau kepentingan masyarakatkah yang

harus kita dahulukan. Tetapi kita juga harus ingat bahwa kita sebagai mahkluk sosial. Kita tidak bisa
hidup tanpa bantuan orang lain.
Solusinya adalah sebagai berikut:
1. Bersikap bijaksana dan adil.
2. Menentukan kepentingan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami.
3. Memahami dan menerapkan konsep Pancasila di kehidupan sehari-hari.

C. Solusi Mengatasi
Solusi mengatasi ini bisa kita lakukan pada saat kita sudah atau sedang merasakn dilema antara
memilih kepentingan individu atau kepentingan masyarakat.
Solusinya adalah sebagai berikut:

1. Menenangkan pikiran dan mempelajari hal apa yang didilemakan.
2. Harus mementingkan kepentingan yang lebih mendesak.
3. Menyesuaikan kemampuan yang dimiliki.

Dilema antara Kepentingan Individu
dan Mayarakat
Posted: Oktober 6, 2011 in Tugas


0

Setiap yang disebut manusia selalu terdiri dari dua kepentingan, yaitu kepentingan individu yang
termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang
termasuk kepentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak
dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat
satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang
hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri
manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan
kebingungan atau dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat.

Dilema anatara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pertanyaan mana
yang harus diutamakan, kepentingan manusia selaku individu atau kepentingan masyarakat
tempat saya hidup bersama? Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini
memunculkan dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang
dipegang oleh suatu kelompok masyarakat.
1.

Pandangan Individualisme


Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu
yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap
terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan
individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan
seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi
liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.

Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada abad ke 1819. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau,
dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai
berikut.

1.

Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini , pemilikan sepenuhnya berada pada
pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial,

2.

Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.


3.

Pemberian kebebasan penuh pada individu

4.

Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.
Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika
kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa
diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum
mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya
penyelenggaraan hidup bersama.

2.

Pandangan Sosialisme

Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon.
Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Kedudukan

individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak individu sebagai
hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu komunitas atau
kelompok.

Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas,
dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme
muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh
system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut,
sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan
masyarakat yang lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara

untuk meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat
produksi oleh perorangan. Paham marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).

Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat
manusia. DalamDeclaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan
pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi
yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx
dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial
semata. Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi

dikorbankan untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal dapat
menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan
kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam
lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia
sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin
terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.

3.

Kehidupan di Indonesia

Dalam negara Indonesia yang berfalsafahkan Pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat
pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Manusia bukanlah makhluk individu dan sosial, tetapi
manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Frans Magnis Suseno, (2001)
menyatakan bahwa manusia adalah individu yang secara hakiki bersifat sosial dan sebagai individu
manusia bermasyarakat.

Bung Karno menerangkan tentang seimbangnya dua sifat tersebut dengan ungkapan
“Internasianalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam buminya nasionalisme.

Nasionalisme tidak hidup subur kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme” (Risalah
Sidang BPUPKI-PPKI, 1998). Paduan harmoni antara individu dan sosial dalam diri bangsa Indonesia
diungkap dalam sila kedua dan ketiga Pancasila. Bangsa Indonesia memiliki prinsip menempatkan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Namun demi kepentingan
bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara.

Akan tetapi pada masyarakat Indonesia sekarang lebih condong ke arah liberalisme bagaimana
tidak ? seorang pejabat pemerintah bisa mengkorupsi uang pajak untuk rakyat sampai bermiliyar –
miliyar rupiah itu yang torbongkar, belum lagi yang tidak terbongkar. Dari yang terkecil seperti
premanisme juga mengakar pada budaya kita. Semua itu tidak dipungkiri masalah ekonomi
Indonesia yang kurang baik, banyak suap dimana – mana , dari jalan raya sampai gedung
bertingkat, ada juga nipotisme yang masih banyak terjadi banyak orang yang tidak berkompeten
menjadi ketua organisasi karena saudaranya seorang pejabat publik, akan tetapi jika sesorang itu
ahli dibidangnya dan mendaptkan pekerjaaan di bidangnya karena saudaranya malah dianjurkan.

Banyak juga orang yang mementingkan masyarakat dari pada diri sendiri seperti pekerja sosial
yang lupa pada keluarganya sehingga terlantar. Hal inilah yang harus dibenahi kita harus kembali
menengok kepada pancasila yang benar – benar memandang sifat pribadi sekaligus sosial secara
seimbang.


Dalam materi pelajaran di jenjang pendidikan dasar mungkin pernah
mendapatkan materi bahwa manusia itu sebagai makhluk sosial dan
individu. Posisi manusia sebagai makhluk sosial artinya dia tidak mampu
hidup dengan kesendirian. Manusia membutuhkan lingkungan sosial yang
menempatkan dirinya hidup bersama masyarakat. Namun juga perlu dipahami,
kondisi ini tidak selamanya selaras. Ini akibat fungsi manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial sehingga dapat bermuara konflik jika
tidak dipahami dengan benar.
Sementara maksud dari manusia sebagai makhluk individu adalah manusia
akan mengalami sebuah kondisi sebagai bentuk kewajarannya berstatus
manusia. Misalnya memiliki kepribadian, berjenis kelamin, memiliki
pemikiran sendiri, dan sebagainya. Dua fungsi manusia ini kadangkala
akan menimbulkan konflik. Pasalnya, sangat dimungkinkan manusia harus
menghadapi dilema antara memenuhi kepentingan pribadi versus kepentingan
masyarakat.
Masalahnya, sekarang ini muncul paham yang diciptakan dengan
membenturkan manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Contohnya
adalah paham atau ideologi bahwa seseorang harus mengutamakan
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan. Ini akan
memicu konflik pribada kalau dua kepentingan ternyata datang dalam satu

waktu.
Barangkali yang perlu dilakukan adalah sikap saling menghormati dan
bekerja sama. Artinya, ketika seseorang dihadapkan pada urusan individu
dan masyarakat dalam satu waktu sekaligus, anggota masyarakat lain bisa
menggantikan posisinya untuk sementara. Sehingga, kepentingan masyarakat
tetap berjalan normal. Begitu pula apabila kepentingan masyarakat lebih

penting dari urusan individual, tidak ada salahnya sejenak mengorbankan
kepentingan individu untuk kemashlatan masyarakat.
Perlu dipahami, bertemunya individu sebagai makluk pribadi dan sosial
ini pasti akan menciptakan suatu masalah pada suatu saat. Untuk
menghindari adanya konflik ini diperlukan suatu tatanan norma yang harus
dipahami oleh semua orang dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Tujuannya yaitu untuk meredam masalah dan memberikan toleransi yang
masih bisa dilakukan ketika ada masalah terjadi. Adanya fungsi pengatur
ini akan membuat keseimbangan antara dua sifat alami manusia tersebut.
Karena, posisi manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
sehingga dapat bermuara konflik.

Dilema antara kepentingan individu dan sosial

Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pertanyaan yang
dihadapi oleh setiap orang, yaitu kepentingan manakah yang harus saya utamakan?
Kepentingan saya selaku kepentingan individu atau kepentingan masyarakat selaku tempat saya
tinggal
bersama?
Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini memunculkan dua
pandangan yang saling bertolak belakang. Kedua pandangan ini justru berkembng menjadi
paham atau aliran bahkan idiologi yang dipegang oleh suatu kelompok masyarkat.
1.Pandangan
individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah
makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang
utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Manusia sebagi individu adalah bebas, karena
itu ia memiliki hak-hak yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun. Apabila hk-hak itu terpenuhi
maka kehidupan manusi kn terjmin dan bahagia. Masyrakat hanyalah kumpulan dari individuindividu. Jika individu-individu itu hidupnya bahagia dan sejahtera maka msyarakat pun akan
sejahtera.
Pndanga individualisme berpendapat bahwa kepentingan individullh yng harus diutmakan.
Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan yang tinggi yangharus diperjungkan melalui
persaman dn kebebasan. Jadi, yang menjadi sentrl individualisme adalah kebebasan seorng
individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan idiologi leberlisme.

Paham
ini
bisa
disebut
juga
idiologi
individualisme
liberal.
Liberalisme berasal dari kata liber artinya bebas atau merdeka. Liberalisme adalah suatu paham
yang ditegakkannya kebebasan setiap individu serta memandng setiap individu berada pada
posisis yang sederajat dalam kemerdekaan dan hak-hak miliknya. Liberalisme menolak segala
pengekangan terhadap individu. Liberalisme memberi kebebasan manusia ivuntuk bereaktivitas
dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosilal
budaya
Beberapa prinsip yang dikembangkan idiologi liberalisme adalah sebagai berikut
A. Penjaminan ha milik perorangan. Menurut paham ini, pemilihan sepenihnya berada pada
peribadi
dan
tidak
berlaku
hak
milik
berfungsi
sosial
B. Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersngkutan. Prinsip ini juga
mengandung pengertian membiarkan setiap orang untuk melakukan setiap aktivitas untuk

kepentingan sendiri. Pemenuhan akan kepentingan sendiri-sendiri diyakini akan membawa
kemakmuran
bersama.
C. Pemberian kebebasan penuh pada idividu. Individu adalah primer, sedangkan masyarakat
adalah sekunder. Bila individu mendapat kebebasan dan kepuasan maka masyarakat akan
mendapat
kemakmuran.
D.
Persaingan
bebas
untuk
mencapai
kepentingannya
masing-masing
Liberalisme dlam bidang politik menghasilkan demokrasi politik, kebebasan berbicara,
berpendapat, berserikat, dan perlunya jaminan hak asasi manusia. Liberalisme dalam bidang
ekonomi menghsilkan kapitalisme dan pasar bebas. Sedangkan liberalisme dalam bidang sosial
budaya adalah kebebasan individu untuk mengekspresikan sikap, perilaku, seni, dan
budayanya. Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan
dan dinamika kebebasan atar individu, menurut paham liberalisme, kebebasan antarindividu
tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum jadi, negara yang menjamin keadilan dan
kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasa agar tetp menciptakan
tertibnya
penyelanggraan
hidup
bersama.
2.
pandangan
sosialisme
Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Masyarakat
tidak sekedar kumpulan individu. Masyarakat merupakan entitas yang besar dan berdii sendiri
dimana individu-individu berada. Individu dan dianggap dari sebagai alat dar mesin raksasa
masyarakat. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis,
hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya
dalam suatu komunitas atau kelompok. Individu terikat pada komitmen suatu kelompok. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pandangan sosialisme bertolak belakang dengan pandangan
individualisme.
Sosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan. Bahwa kepentingangan
masyarakatlah yang utama, bukan individu. Sosialisme adalah paham yang mengharapkan
terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan
individu
atas
hak
milik.
Dalam sejarahnya, sosialisme muncul sebagai reaksi atas faham individualisme liberalisme.
Kebebasan individu yang diyakini dapat memaksimalkan pemenuhan kesejahtraan ternyata
banyak menimbulkan ketidak adilan antarindividu itu sendiri. Individu yang memiliki kemampuan
bisa sejahtera, tetapi individu yang tidak mampu akan tetap miskin dan semakin tersisih, dengan
demikian, dalam masyarakat timbul ketidak adilan dan kesenjangan. Kelompok masyarakat
seperti anak-anak, wanita, buruh, para pekerja hanya dieksploitasi oleh orang-orang yang
mampu, terutama yang menguasai hak milik dan alat produksi dalam suatu masyarakat.
Sosialisme muncul dengan makse kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang
tersisih oleh sistem leberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan.
Unuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan
dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas. Masyarakat yang lebih penting dari
individu. Dalam sosialisme yang radikal/ekstrim cara untuk meraih hal itu adalah dengan
menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi perorangan.
Paham individualism liberal dan sosialisme sama-sama tumbuh di eropa barat pada abad ke1819. Individualisme di pelopori oleh para tokoh, antara lain jeremy betham, john stuart mill,
thomah hobbes, john locke, rosseau, dan montesqueu, sedangkan pemikiran sosialis ditokohi

oleh robert owen dari inggris (1771-1858), lousi blance, dan proudhon, idiologi marxisme
termasuk dalam varian sosialisme, ajaran marxisme dipelopori oleh karl max (1818-18830
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat
manusia. Dalm declaration of independence Amerika serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan
pada hakikat manusia sebagai mahkluk individu yang bebas merdeka, tidak seorang pun berhak
untuk mencapuri hal pribadinya. Manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabatyang
luhur. Sedangkan dalam menifesco komunikasi karl marx dan engels, orientasinya sangat
menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosilal semata. Menurut paham ini,
manusia sebagai makhluk pribadi tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Lalu, bagaimana kita memposisikan diri atas kedua pandangan tersebut? Kepentingan manakah
yang harus diutamakan, kepentingan diri (privat) atau kepentingan masyarakat (publik)? Pilihan
hal tersebut sesungguhnya secara filosofi dapat kita kembalikan keoada kedua pilihan dari
idiologi
tersebut
di
atas.
Jika kita simak lebih jauh, kedua pandangan diatas mengidap kelemahannya masing-masing.
Kebebasan perseorangan yang mnerupakan inti dari ajaran individualisme liberal dalam
pelaksanaanya justru mengingkari ajarannya sendiri, yaitu pesamaan. Individualisme liberal
dapat menimbulkan ktidak adilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan
kolonialisme baik dalam bentuk lama maupun baru. Persaingan bebas akan memunculkan
kesenjangan antara kaya dengan orang miskin. Liberalisme mungkin membawa manfaat bagi
kehidupan
politik,
tetapi
tidak
dalam
lapangan
ekonomi
dan
sosial.
Sosialisme dalam bentuk yang ekstrim ( marxisme/komunisme), tidak menghargai manusia
sebagai peribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan, dalam negara komunis,
mungkin terjadi kemakmuran masyarakat, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.
Negara komunis mudh menjadi negara otoriter yang memasung hak-hak dasar manusia maupun
warga
negara.
Dalam negara indonesia yang berfalsafahkan pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sift
pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Manurut pandangan filsafat pncasila, manusia adalah
mahkluk individu sekaligus mahkluk sosial. Hal ini tidak sekedar menggabungkan dua
pandangan (individualisme dan sosialisme) diatas, tetapi seara hakikat bahwa kedudukan
manusia sebagai mahkluk individu sekaligus mahkluk sosial. Sekali lagi, manusia bukanlan
makhluk individu dan sosial. Tetapi manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Frans magnis suseno, (2001) menyatakan bahwa manusia adalah individu yang secara hakiki
bersifat
sosial
dan
sebagai
individu
manusia
bermasyarakat.
Bung karno menerangkan tentang seimbangnya dua sifat tersebut dengan ungkapan
“internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam buminya nasionalisme.
Nasionalisme tidak hidup subur kalau tidak hidu dalam taman sarinya internasionalisme” (risalah
sidang BPUPKI-PPKI, 1998) paduan harmoni antara individu dan sosial dalam diri bangsa
indonesia di ungkapkan dalam sila kedua mengungkapkan penghargan manusia sebagai
makhluk sosial yang memiliki harkat dan martabat luhur, karena itu harus dihargi dan dijunjung
tinggi, konkritisasi atas hal tersebut adalah adanya jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak
warga negara. Sila ketiga mengungkapkan kehidupan berbangsa dan bernegara indonesia yang
perlu untuk diperjuangkan dan diletarikan. Bangsa indonesia memiliki prinsip menempatkan
keoentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. Namun demi kepentingan
bersama tidak dengan mengorbanrkan hak-hak dasar setiap wrga negara.
2. Dilema antar Kepentingan Individu dan Masyarkat

2.1 Deskripsi Kepentingan Individu dan Masyarakat

Dilema antar kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pertanyaan yang
dihadapi oleh setiap orang, yaitu kepentingan manakah yang harus saya utamakan? Kepentingan
saya selaku individu atau kepentingan masyarakat tempat saya hidup bersama? Persoalan
pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan
yang saling bertolak belakang.

Menurut Jurgen Habermas (2001), masyarakat memiliki tiga jenis kepentingan yang memiliki
pendekatan rasio yang berbeda yaitu:

1. Kepentingan Teknis (Objective Welt).

Hal ini sangat kuat berhubungan dengan penyediaan sumber daya natural dan juga kerja
(instrumentalis).

2. Kepentingan Interaksi (Social Welt)

Ini merupakan kepentingan praktis yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial.

3. Kepentingan Kekuasaan

Disatu sisi, hal ini berhubungan erat dengan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Disisi lain,
adanya sebuah kebutuhan dasariah manusia untuk membebaskan diri dari segala bentuk
dominasi atau kebebasan.

Dari pandangan ini justru berkembang menjadi paham atau aliran bahkan ideologi yang dipegang
oleh suatu kelompok masyarakat yaitu:

1. Pandangan Individualisme

Individualisme berpangkal dari konsep dasar bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk
individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan
lengkap terlepas dari manusia yang lain. Manusia sebagai individu adalah bebas, karena itu ia
memiliki hak-hak yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun. Apabila hak-hak itu terpenuhi maka
kehidupan manusia akan terjamin dan sejahtera. Masyarakat hanyalah sekumpulan individuindividu. Jika individu-individu itu hidupnya sejahtera, maka masyarakatnya pun akan sejahtera.

Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan.
Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan tertinggi yang harus diperjuangkan melalui
persamaan dan kebebasan. Jadi, yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang
individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme.
Paham ini bisa disebut juga ideologi liberalisme.

Liberalisme adalah suatu paham yang menegakkan kebebasan setiap individu serta memandang
setiap individu berada pada posisi yang sederajat dalam kemerdekaan dan hak-hak miliknya.
Liberalisme menolak segala pengekangan terhadap individu. Liberalisme memberi kebebasan
manusia untuk beraktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, baik dalam bidang politik,
ekonomi, dan sosial budaya.

Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah:

a)

Penjaminan hak milik perorangan

b)

Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan

c)

Pemberian kebebasan penuh pada individu

d)

Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing

Liberalisme dalam bidang politik menghasilkan demokrasi politik, kebebasn berbicara,
berpendapat, berserikat, dan perlunya jaminan hak asasi manusia. Liberalisme dalam bidang
ekonomi menghasilkan kapitalisme dan pasar bebas. Sedangkan liberalisme dalam bidang sosial
budaya adalah kebebasan individu untuk mengekspresikan sikap, perilaku, seni dan budayanya.
Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika
kebebasan antarindividu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antarindividu tersebut bisa diatur
melalui penerapan hukum. Jadi, Negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak
diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya
penyelenggaraan hidup bersama.

2. Pandangan Sosialisme

Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatklah yang diutamakan. Masyarakat
tidak sekedar kumpulan dari individu. Masyarakat merupakan entitas yang besar dan berdiri sendiri
dimana individu-individu itu berada. Individu dan kepribadiannya dianggap sebagai alat dari mesin
raksasa masyarakat. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan
sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Individu terikat pada komitmen suatu

kelompok. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pandangan sosialisme bertolak belakang
dengan pandangan Individualisme.

Sosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan. Bahwa kepentingan masyarakatlah
yang utama bukan individu. Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya
masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari pengusaan individu atas hak milik
dan alat-alat produksi.

2.2 Kelemahan Pandangan Individualisme dan Sosialisme

Jika disimak lebih jauh kedua pandangan ini mengidap kelemahan masing-masing, yaitu:

1. Pandangan Individualisme

Kebebasan perseorangan yang meruapakan inti dari ajaran individualisme liberal dalam
pelaksanaannya justru mengingkari asas ajarannya sendiri, yaitu persamaan. Individualisme liberal
dapat menimbulkan ketidak adilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan
kolonialisme baik dalam bentuk lama maupun baru. Persaingan bebas akan memunculkan
kesenjangan sosial antara kaya dengan orang miskin. Liberalisme mungkin membawa manfaat
bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial.

2. Pandangan Sosialisme

Sosialisme dalam bentuk ekstrem(komunisme), tidak menghargai manusia sebagai pribadi
sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam Negara komunis, mungkin terjadi
kemakmuran masyarakat, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin. Negara komunis
mudah menjadi Negara otoriter yang memasung hak-hak dasar manusia maupun warga Negara.

2.3 Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat Dalam Pandangan Negara
Indonesia

Individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk individu, juga merupakan makhluk
sosial yang saling tergantung dan saling membutuhkan satu sama lain. Karena itu, komunikasi
antar masyarakat menentukan peran manusia sebagai makhluk sosial. Kedudukan manusia
sebagai makhluk sosial, dengan demikian tidak dapat dilepaskan dari cara dan bentuk adaptasi
mereka terhadap situasi dan kondisi lingkungannya.

Dalam Negara Indonesia yang berfalsafah pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat
pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut pandangan falsafah pancasila, manusia adalah

makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hal ini tidak sekedar menggabungkan dua pandangan
yaitu individualisme dan liberalisme diatas, tetapi secara hakikat bahwa kedudukan manusia
sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sekali lagi manusia bukankanlah makhluk
individu dan sosial, tetapi manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

Bung Karno nemerangkan tentang seimbangnya dua sifat tersebut dengan
ungkapan ”Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam bumi
nasionalisme. Nasionalisme tidak hidup subur kalau tidak hidup dalam taman sarinya
internasionalisme” (Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, 1998 ). paduan harmoni antara individu dan
sosial dalam diri bangsa Indonesia diungkapkan dalam sila kedua dan ketiga Pancasila. Sila kedua
menghungkapkan penghargaan manusia sebagai makhluk yang memiliki harkat dan martabat
luhur, karena itu harus dihargai dan dijunjung tinggi. Konkritisasi atas hal tersebut adalah adanya
jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga Negara. Sila ketiga mengungkapkan kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia yang perlu untuk diperjuangkan dan dilestarikan bangsa
Indonesia memiliki prinsip penempatan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan. Namun, demi kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap
warga Negara.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

1.1 Bentuk Hubungan Komunikasi Sosial Budaya Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan
menerima pesan secara timbal balik. Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam
proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi
terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.

Komunikasi antar pribadi berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan
hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis.
Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap
setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.

1.2 Dilema Antar Kepentingan Individu dan Masyarakat

Dilema antara kepentingan individu atau kepentingan masyarakat ini menimbulkan dua ideologi
yang dianut dalam masing-masing masyarakat yaitu Individualisme dan Sosialisme. Individualisme

berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Paham individualisme
menghasilkan ideologi liberalisme. Liberalisme adalah suatu paham yang menegakkan kebebasan
setiap individu serta memandang setiap individu berada pada posisi yang sederajat dalam
kemerdekaan dan hak-hak miliknya. Sedangkan dilain pihak ada masyarakat yang menganut
Pandangan Sosialisme menyatakan bahwa kepentingan masyarakatklah yang diutamakan.

Namun dalam pelaksanaannya kedua Ideologi ini memiliki kelemahan masing-masing.
Individualisme dalam pelaksanaannya justru mengingkari asas ajarannya sendiri, yaitu persamaan.
Individualisme liberal menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi,
imperialisme, dan kolonialisme. Sedangkan Sosialisme dalam bentuk ekstrem(komunisme), tidak
menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan.

Indonesia sebagai Negara yang berideologi pancasila, memandang hakikat manusia sebagai
pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut pandangan falsafah pancasila, manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

2. Saran

Komunikasi antar pribadi bukanlah suatu yang sederhana, dan seorang komunikator harus memiliki
kemampuan yang memadai untuk dapat berkomunikasi, khususnya agar dapat melakukan
komunikasi dengan konseli agar dapat menyampaikan makna yang sebenarnya dan mampu
mempengaruhi orang lain.

2. Asas Demokrasi
Suatu bangunan pasti memiliki pondasi sebagai dasar agar bangunan itu kokoh. Begitu
pula demokrasi memiliki asas-asas yang memperkuat pelaksanaan demokrasi.
Apakah asas-asas demokrasi?
Suatu negara dapat disebut sebagai negara demokrasi apabila memiliki dua asas yaitu:
a. Pengakuan Hak Asasi Manusia sebagai penghargaan martabat manusia
Pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia diwujudkan dalam tindakan-tindakan
negara/pemerintah untuk melindungi Hak Asasi Manusia tanpa melupakan kepentingan
umum. Pengakuan Hak Asasi Manusia itu ditulis di dalam Undang-Undang Dasar negara
dan berbagai bentuk peraturan perundang-undangan sebagai penjabaran dan
pelaksanaan dari Undang-Undang Dasar.
Negara yang menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi wajib mencantumkan Hak
Asasi Manusia di dalam Undang-Undang Dasar negara tersebut, penyusunan peraturan
perundang-undangan wajib menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), negara
berkewajiban meratifikasi (mengakui dan mengesahkan) berbagai bentuk instrumen HAM
internasional. Di dalam negara demokrasi juga dibentuk lembaga perlindungan HAM
yang bertugas melindungi pihak-pihak yang menderita akibat pelanggaran HAM.
b. Pengakuan partisipasi rakyat pemerintahan dalam
Dalam negara demokrasi pemerintahan yang berkuasa merupakan pemerintahan yang
dibentuk oleh rakyat. Pemerintah yang mengatur negara harus mendapat dukungan dan
partisipasi dari rakyat. Apabila pemerintahan yang ada sudah tidak mendapat
dukungan/partisipasi dari rakyat, maka pemerintahan itu akan runtuh. Antara rakyat dan

pemerintah terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan.Pemerintah hanya
menjalankan amanat dan mandat dari rakyat sebagai pemilik kedaulatan/kekuasaan.
Pemerintah berfungsi melindungi rakyat, tanpa ada pemerintah, rakyat tidak bisa hidup
dengan teratur, dan mudah dihancurkan bangsa lain sebaliknya pemerintah tanpa
dukungan rakyat tidak dapat berbuat apa-apa, program-program pemerintah tidak akan
dapat dijalankan dengan baik.
Adapun nilai-nilai dasar sebagai pencerminan demokrasi yang sudah diakui hampir
semua bangsa-bangsa di dunia antara lain sebagai berikut:
a. Toleransi/saling menghargai
Demokrasi memberikan tuntunan agar kita menghormati pihak lain, golongan lain yang
ada di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Bebas berpendapat dan menghormati kebebasan
Demokrasi memang identik dengan kebebasan, termasuk kebebasan berpendapat.
Demokrasi menghargai kemerdekaan berpendapat dari semua unsur, kelompok atau
golongan yang ada di dalam masyarakat atau negara.
c. Memahami keanekaragaman
Demokrasi menghargai adanya berbagai perbedaan yang ada di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu kelompok atau golongan yang ada
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara wajib menghargai kelompok
atau golongan lain. Antara kelompok satu dengan kelompok lainnya harus merasa
sederajat, memiliki persamaan hak dan kewajiban, tidak dibenarkan adanya golongan
atau kelompok tertentu yang ingin menjatuhkan kelompok lain.
d. Kecintaanterhadap keterbukaan dan terbuka dalam berkomunikasi
Demokrasi berarti keterbukaan di dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara,
kebijakan pemerintah perlu disosialisasikan kepada rakyat dan rakyat diberi hak untuk
memberikan kritikan demi kebaikan.
e. Menjunjung tinggi nilai dan mar tabat kemanusiaan
Demokrasi menghargai nilai-nilai setiap individu, menghargai adanya potensi yang
dimiliki oleh manusia yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan.
f. Kebersamaan
Demokrasi menuntut manusia untuk mengembangkan kedudukannya sebagai makhluk
sosial (bermasyarakat) per masalahan yang ada dipecahkan bersama demi
kesejahteraan bersama.
g. Keseimbangan
Demokrasi menjaga prinsip keseimbangan di dalam kehidupan masyarakat,
keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial, keseimbangan di berbagai bidang
kehidupan.
h. Menyelesaikan pertikaian-pertikaian secara damai dan sukarela
Setiap perselisihan dan perbedaan yang ada diselesaikan melalui musyawarah berdasar
hukum yang berlaku.
i. Menjamin terjadinya perubahan secara damai
Demokrasi menuntut adanya perubahan melalui prosedur dan mekanisme yang sudah
ditentukan tidak menghendaki perubahan melalui cara-cara kekerasan dan paksaan.
j. Pergantian penguasa dengan teratur
Demokrasi menghendaki apabila terjadi pergantian penguasa harus melalui cara-cara
yang konstitusional (berdasar Undang-Undang Dasar) tidak melalui kekerasan atau
perebutan kekuasaan.
k. Penggunaan paksaan seminimal mungkin
Demokrasi menghindari adanya pemaksaan kehendak, pemaksaan doktrin tertentu
kepada masyarakat, tetapi segala permasalahan diselesaikan melalui musyawarah dan
kesadaran hati nurani.
l. Menegakkan keadilan

Demokrasi tidak membeda-bedakan golongan, paham atau kelompok-kelompok tertentu
sehingga tercermin keadilan di dalam kehidupan manusia.
m. Komitmen dan tanggung jawab
Demokrasi mendidik manusia untuk memiliki komitmen yang jelas, tegas, dan
bertanggung jawab. Bertanggung jawab berarti bersedia menanggung apa yang menjadi
tugas dan kewajibannya serta konsisten terhadap komitmennya.
n. Kerjasama keterhubungan
Demokrasi mendidik manusia agar bersedia melibatkan orang lain/pihak lain di dalam
menyelesaikan masalah atau melakukan suatu kegiatan. Demokrasi mendidik kerjasama
antar manusia.

sembuhkan dulu penyakitmu ( biar tidak mati!)... baru kamu akan bisa membantu orang lain.