Apa itu evolusi apa COREMAP

Apa itu COREMAP?
COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program), atau Program
Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, adalah program jangka panjang yang diprakarsai
oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk melindungi, merehabilitasi, dan mengelola
pemanfaatan secara lestari terumbu karang serta ekosistem terkait di Indonesia, yang pada
gilirannya akan menunjang kesejahteraan masyarakat pesisir.
Pentahapan
COREMAP pada awalnya direncanakan untuk 15 tahun, yang terdiri dari tiga tahap, yang
berturut-turut mempunyai tujuan sebagai berikut:


Tahap I, Tahap Inisiasi (1998 – 2001): untuk menetapkan landasan kerangka kerja sistem
nasional terumbu karang;



Tahap II, Tahap Akselerasi (2001 – 2007): untuk menetapkan sistem pengelolaan
terumbu karang yang andal di daerah-daerah prioritas;




Tahap III, Tahap Pelembagaan (2007 – 2013): untuk menetapkan sistem pengelolaan
terumbu karang yang andal dan operasional, dengan pelaksanaan terdesentralisasi, dan
telah melembaga.

Setelah COREMAP dimulai kemudian terjadi perubahan besar dalam tata pemerintahan di
Indonesia, dimana pemenrintahan yang sebelumnya mempunyai kewenangan yang sangat
sentralistik menjadi terdesentralisasi. Sebagai akibatnya, implementasi program juga harus
disesuaikan, dengan perubahan pentahapan sebagai berikut:
- Tahap I, Tahap Inisiasi (1998 – 2004);
- Tahap II , Tahap Desentralisasi dan Akselerasi (2004 – 2009)
- Tahap III, Tahap Pelembagaan (2010 – 2015).
Visi Program
Apa yang diharapkan setelah program ini berakhir:


Kekayaan terumbu karang dan ekosistem terkait dapat dilestarikan;



Masyarakat pesisir mencapai keseimbangan antara lingkungan hidup dan kesejahteraan

mereka;



Masyarakat pesisir telah berdaya untuk melindungi sendiri lingkungan mereka;



Masyarakat pesisir tidak lagi terasing dari pembangunan;



Kesadaran dan perilaku masyarakat semakin baik terhadap terumbu karang;



Orang luar dapat menghargai apa yang telah dilakukan masyarakat untuk melindungi
terumbu karang;




Terciptanya pendekatan kerjasama dan partisipasi antara masyarakat, LSM, dan
Pemerintah, untuk mencapai tujuan bersama;



Perilaku destruktif (seperti pemboman) telah merupakan masa lalu;



Nelayan telah dapat memanen ikan tak jauh dari pantai, tak perlu lagi berlayar jauh untuk
itu;



Anak-anak dapat bermain di pantai yang indah.

Pendanaan
COREMAP didanai oleh Pemerintah Indonesia dengan mendapat dukungan dari beberapa donor
yakni: World Bank, Asia Development Bank, dan AusAID (Australia Agency for International

Development). Yang terakhir ini terlibat hanya dalam COREMAP Tahap I saja.
Lembaga Pelaksana
Lembaga Pelaksana (Executing Agency) untuk COREMAP Tahap I adalah LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia). Dengan didirikannya departemen baru DKP (Departemen Kelautan dan
Perikanan) tahun 1999, Lembaga Pelaksana untuk COREMAP Tahap II dialihkan ke departemen
yang baru ini. Meskipun demikian, LIPI tetap merupakan bagian dari Program ini, yang
kegiatannya lebih difokuskan pada bidang Informasi Ilmiah dan Pelatihan (CRITC) serta
pendidikan.Dalam implementasi program, Lembaga Pelaksana bekerjasama erat dengan
lembaga-lembaga pemerintah terkait, baik di Pusat maupun di Daerah. Kerjasama dengan LSM
dan masyarakat lokal juga dikembangkan.
Sejarah


Ide awal yang mencetuskan gagasan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu
Karang bermula dari keprihatinan para peneliti kelautan Indonesia akan nasib terumbu
karang yang kondisinya makin memburuk



Pada tahun 1980-an Indonesia ikut terlibat dalam Program ASEAN-Australia, Living

Coastal Resources, untuk memantau dan mengevaluasi sumberdaya laut di Asia
Tenggara.



Survei pendahuluan yang dilakukan oleh para peneliti Indonesia tahun 1984 mencuatkan
fakta yang sangat mengkhawatirkan, yang menunjukkan kondisi terumbu karang di
Indonesia yang dalam keadaan baik tinggal sekitar 5 %, lumayan 29 %, buruk 25 %, dan
sangat burruk 40 %.



Temuan ini mengejutkan banyak orang termasuk para pengambil keputusan di negeri ini,
yang kemudian menimbulkan kesadaran akan perlunya diambil tindakan-tindakan untuk
melindungi dan melestarikan ekositem yang sangat berharga ini.



Dengan dorongan kuat dari BAPPENAS (Badan Perancang Pembangunan Nasional),
penelitian-penelitian terumbu karang mulai ditingkatkan dengan melibatkan 10

universitas dari berbagai propinsi di Indonesia, yang kemudian hari membentuk simpulsimpul yang menuju ke pembangunan jejaring informasi terumbu karang yang
merupakan cikal bakal bagi dikembangkannya CRITC (Coral Reef Information and
Trainng Centre).



Telah disadari bahwa untuk melindungi dan mengelola terumbu karang diperlukan biaya
tidak sedikit, dan karenanya perlu ada upaya untuk mencari sumber-sumber pendanaan.



Panitia Persiapan ditetapkan tahun 1994, dan konsep awal COREMAP (Coral Reef
Rehabilitation and Management Program) kemudian dirumuskan. Ternyata konsep ini
mendapat tanggapan yang sangat psositif dari berbagai lembaga internasional, bahkan
kesediaan untuk ikut berpartsipasi.



Tiga lembaga donor menyatakan kesediaan mereka untuk memberikan bantuan
pendanaan untuk program ini yakni World Bank, Asia Development Bank, dan AusAID

(Australia Agency for International Development).



Tanggal 1 September 1998, COREMAP kemudian secara resmi diluncurkan.