Repetisi pada Kumpulan Sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta Karya Tere Liye.

(1)

i

REPETISI PADA KUMPULAN SAJAK DIKATAKAN ATAU TIDAK DIKATAKAN ITU TETAP CINTA KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Ufinatus Sabdaniyah NIM 201210080311025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v ABSTRAK

UFINATUS SABDANIYAH. 2016. Repetisi pada Kumpulan Sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta Karya Tere Liye. Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: Dr. Hari Windu Asrini, M.Si dan Drs. Djoko Asihono

Kata Kunci: Repetisi dan Kumpulan Sajak

Repetisi atau perulangan digunakan untuk menegaskan kata yang dianggap penting. Perulangan kata, frasa, atau klausa, baik di awal, tengah, atau akhir tampak banyak digunakan Tere Liye dalam karyanya yang berjudul Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta (DATDITC). Untuk itu penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk, makna, dan fungsi repetisi dalam kumpulan sajak DATDITC.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye yang berisi dua puluh empat puisi. Adapun data penelitian ini berbentuk kata, frasa, dan klausa yang menunjukkan adanya penggunaan repetisi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, ialah teknik dokumentasi. Teknik pengolahan data yang digunakan, ialah teknik analisis data dengan cara kategorisasi, menyajikan data, mendeskripsikan data, dan interpretasi.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa dalam kumpulan sajak DATDITC karya Tere Liye terdapat penggunaan repetisi meliputi (1) anafora berupa perulangan kata negasi, kata konjungsi, kata tanya, kata kerja, kata sandang, dan kata benda. Perulangan frasa keterangan, frasa verbal, dan frasa nominal. Terdapat pula klausa bebas, (2) repetisi simploke berupa perulangan frasa verbal, frasa nominal, dan frasa preposisional (3) repetisi mesodiplosis berupa perulangan kata perintah, kata konjungsi, dan kata kerja. Frasa verbal, frasa pronominal, dan frasa keterangan. Perulangan tersebut juga berupa klausa keterangan dan klausa adjektif, (4) repetisi epizeuksis berupa perulangan kata benda, kata negasi, kata sifat, dan kata ganti, dan (5) repetisi epistrofa berupa frasa nominal. Dari kelima repetisi tersebut yang dominan digunakan oleh Tere Liye adalah repetisi anafora. Penggunaan repetisi pada puisi Tere Liye mengungkapkan makna berupa penegasan penolakan, imperatif, definitif, penjelas, prasyarat, pertentangan, dan pertanyaan. Adapun penggunaan repetisi anafora berfungsi secara representasional, personal, dan direktif. Repetisi mesodiplosis pun berfungsi secara representasional, personal, dan direktif. Repetisi simploke, epizeuksis, dan epistrofa berfungsi secara representasional.


(6)

vi ABSTRACT

UFINATUS SABDANIYAH. 2016. Repetition in Poetry Bundle Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta by Tere Liye. Undergraduate Thesis for Indonesian Language and Literature Education Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Muhammadiyah Malang. Advisors: Dr. Hari Windu Asrini, M.Si and Drs. Djoko Asihono.

Keywords: Repetition and Anthology (Collection of Poems)

Repetition or reiteration is used to emphasize the important words. Repetition of words, phrases, or clauses as in the beginning, middle, or end, widely used in many times by Tere Liye in his works: Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta (DATDITC). The research purpose is describing the repetition of forms, meaning, and function in the anthology (collection of poems) of DATDITC .

The research used a descriptive qualitative approach by using qualitative discriptive methods. The sources of data in this research is a collection of poems, titled: Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta by Tere Liye which consist of twenty four poems. While, the research data consist in form of word, phrases, and sentence which is shown in repetition usage. The data collection techniques is documentation. The data analysis techniques is performed by categorizing, presenting the data, describing the data, and interpretation.

According to the research, it can be concluded that in anthology (collection of poems) of DATDITC by Tere Liye there are the use of repetition includes (1) anaphore in form of negation word repetition, conjunction, questions, verb, articles and nouns. Explanation phrases, verbal, and nominal repetitions. There’s also free clauses, (2) simploke repetition in form of negation verbal phrases repetition, verbal phrases, nominal phrases, and preposisional phrases, (3) mesodiplosis repetition in form of imperative, conjunction, and verb repetition. Verbal, pronominal, and adverb phrases. Those repetition are also adverb and adjective clauses, (4) epizeuksis repetition is nouns, negations, adjective, and pronouns repetition, and (5) episthrope repetition in form of nominal phrase. From those five repetition, the most dominant used by Tere Liye is anaphore repetition. Repetition usage in Tere Liye poetry express meaning of strict rejection, imperative, definitive, explanation, precondition, opposition, and question. Anaphore repetition usage has function in representational, personal, and directive. Mesodiplosis repetition usage has function in representational, personal, and directive. Simploke, epizeuksis, and episthrope repetition has representational function.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga peneliti dapat merampungkan tugas skripsi ini sebagai tugas akhir persyaratan memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan segala sesuatu harus didasari dengan doa dan usaha agar segala sesuatunya menjadi mudah, dan tak lupa keyakinan yang teguh menjadi modal berharga bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Penelitian yang diangkat pada kali ini berjudul “Repetisi dalam Kumpulan Sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta Karya Tere Liye”

Terselesaikannya skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Drs. Fauzan, M.Pd selaku, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan fasilitas untuk dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

2. Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Tuti Kusniarti, M.Si, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Dr. Hari Windu Asrini, M.Si, selaku dosen Pembimbing I yang selalu memberikan arahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Djoko Asihono, selaku dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, arahan, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

viii

6. Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Malang, 2 Mei 2016


(9)

ix

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang

bersabar.” (An-Nahl: 96)

“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian serta orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat.”

(QS. Al-Mujadaah: 11)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya

kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah: 6-8)

Ku Persembahkan Skripsi ini untuk: Ayahku Busairi, dan


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Pernyataan... iv

Abstrak ... v

Abstract. ... vi

Kata Pengantar ... vii

Motto ... ix

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Fokus Penelitian. ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Definisi Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahasa Karya Sastra ... 9

2.2 Pengertian Puisi ... 9

2.2.1 Struktur Puisi ... 10

2.2.2 Bahasa Puisi ... 13

2.3 Pengertian Repetisi ... 14


(11)

xi

2.3.2 Makna Repetisi ... 17

2.3.3 Fungsi Repetisi... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 22

3.2 Data dan Sumber Data ... 22

3.3 Indikator Penelitian ... 24

3.4 Teknik Penelitian ... 25

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4.2 Teknik Pengolahan Data ... 26

3.5 Prosedur Penelitian ... 28

3.5.1 Tahap Persiapan ... 28

3.5.2 Tahap Pelaksanaan ... 28

3.5.3 Tahap Penyelesaian ... 28

3.5.4 Ujian Pertanggungjawaban ... 28

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Bentuk Repetisi dalam DATDITC Karya Tere Liye ... 29

4.1.1 Bentuk Anafora ... 29

4.1.2 Bentuk Simploke ... 37

4.1.3 Bentuk Epizeuksis ... 38

4.1.4 Bentuk Mesodiplosis ... 39

4.1.5 Bentuk Epistrofa ... 43

4.2 Makna Repetisi dalam DATDITC Karya Tere Liye... 44

4.2.1 Definitif ... 44

4.2.2 Pertentangan ... 45

4.2.3 Pertanyaan ... 47

4.2.4 Penolakan ... 48

4.2.5 Imperatif ... 49

4.2.6 Prasyarat ... 52


(12)

xii

4.3 Fungsi Repetisi dalam DATDITC Karya Tere Liye ... 55

4.3.1 Fungsi Representasional ... 55

4.3.2 Fungsi Direktif ... 58

4.3.3 Fungsi Personal ... 60

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2 Sumber Data ... 23

Tabel 3.3 Indikator Penelitian ... 24

Tabel 3.4.1 Korpus Data ... 26


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Biografi Pengarang ... 68 Lampiran 2 Analisis Data... 70 Lampiran 3 Biodata Penulis ... 113


(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2010. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama.

Basrowi & Suwandi. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewi, Wendi Widya Ratna. 2009. Semantik Bahasa Indonesia. Klaten: Macanan Jaya Cemerlang.

Handayani, Nofita. 2012. Gaya Bahasa Perulangan pada Antologi Geguritan

“Garising Pepesthen” Karya R. Bambang Nursinggih. Skripsi tidak

Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Mandiriabadi.

Liye, Tere. 2014. Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mbete, Aron Meko. 2004. Linguistik Kebudayaan: Rintisan Konsep dan Beberapa Aspek Kajiannya. Bali: Universitas Udayana.

Munir, Saiful, dkk. 2013. Diksi dan Majas dalam Kumpulan Puisi Nyanyian dalam Kelam Karya Sutikno W.S: Kajian Stilistika. Jurnal Sastra Indonesia, (Online), JSI 2 (1) (2013), (http://journal.unnes.ac.id/), diakses 10 Maret 2016.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2005. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.


(16)

xvi

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Rani, Abdul, dkk. 2004. Analisis Wacana sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siswanto, Wahyudi. 2013. Teori Pengantar Sastra. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.

Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Grafiti. Sugihastuti. 2007. Teori Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Supraptiwi, Yuli Dian. 2012. Gaya Bahasa Perulangan pada Kumpulan Puisi Mawar Merah Karya Chalik Hamid. Skripsi tidak Diterbitkan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Syamsuddin, AR dan Damaianti, Vismaia S. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. Toha, Riris K dan Sarumpaet. 2002. Apresiasi Puisi Remaja: Catatan Mengolah

Cinta. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. (Terj. Melani

Budianta). Jakarta: Gramedia.

Wijana, I Dewa Putu. 2006. Repetisi dalam Karangan Mahasiswa dan Penanganannya. Humaniora, (Online), Volume 18 No. 1 Februari 2006, (http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/viewFile/861/708), diakses 8 Maret 2016.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu selalu meningkat, maka corak sikap dan bentuk puisi pun selalu berubah mengikuti perkembangan selera, konsep estetik yang selalu berubah, dan kemajuan intelektual yang selalu meningkat. Setiap puisi pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan penyair kepada masyarakat sebagai pembacanya. Secara etimologi, Aminuddin (2011:6) menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Melalui puisi seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin menggambarkan suasana-suasana baik fisik maupun batin.

Sebagai karya sastra puisi menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan dan menyampaikan makna. Begitu juga dengan karya sastra yang lain seperti novel, cerpen, dan roman juga menjadikan bahasa sebagai hal penting untuk menyampaikan pesan. Yang menjadikan sebuah puisi lebih menarik untuk dikaji, salah satunya dari segi estetika bahasa yang sengaja dipadatkan oleh penyair. Estetika puisi juga berkaitan dengan penggunaan gaya bahasa.

Gaya bahasa merupakan salah satu cara penulis berekspresi, dan menggambarkan diri penyair. Salah satu jenis gaya bahasa ialah gaya bahasa repetisi. Menurut Tarigan (2013: 175), repetisi atau perulangan adalah gaya bahasa


(18)

2

yang mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frasa, ataupun bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi berfungsi untuk menegaskan ide penyair, mempengaruhi atau meyakinkan pembaca, sebagai ciri khas, selain itu untuk memperindah karya sastra. Setiap penyair mempunyai cara penulisan yang berbeda, baik dari penulisan bentuk, isi dan penggunaan bahasanya. Secara singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah dan menimbulkan kiasan tertentu.

Repetisi juga tidak lepas dari penggunaan diksi, di setiap kata atau kalimat yang diulang-ulang dalam karya sastra merupakan salah satu pilihan kata yang dilakukan oleh penyair. Menurut Keraf (2010: 24) diksi atau pilihan kata mencakup kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, gaya mana yang paling baik digunakan dalam situasi. Penyair melakukan banyak pertimbangan dalam menuliskan kata-kata yang kemudian digunakan untuk mengungkapkan, menegaskan, dan memperjelas gagasan di dalam karyanya. Kesesuain kata merupakan hal yang sangat penting di dalam sebuah puisi agar menimbulkan kesan dan pesan tertentu, apalagi bahasa terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Penggunaan bahasa di dalam puisi lama dan modern pun berbeda.

Salah satu wujud puisi modern yang lagi marak di masyarakat, khususnya remaja yakni karya Tere Liye. Kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta (DATDITC) adalah salah satu judul kumpulan sajak Tere Liye yang dihiasi dengan ilustrasi. Sebagaimana judulnya, kumpulan sajak ini berisikan


(19)

sajak-3

sajak tentang kehidupan, serta segala makna yang mungkin melekat padanya seperti cinta, motivasi, cara saling menghargai antar sesama dan wujud syukur kepada Tuhan. Selain itu, penggunaan bahasa yang bervariasi menjadikan isi lebih menarik bagi pembaca karya sastra untuk mengetahui gagasan yang ingin disampaikan oleh penyair. Puisi-puisi Tere Liye lebih masuk pada perasaan dan emosi pembaca, karena penggunaan bahasa sehari-hari dan bahasa kiasan yang mudah dimengerti. Dalam puisi-puisinya tercermin bahwa Tere Liye adalah penyair yang memposisikan dirinya sebagai seorang penyair yang terkenal dengan karyanya yang berisi pesan moral dan sosial. Bukan hanya hal tersebut, puisi-puisi yang ditulis oleh Tere Liye merupakan puisi sederhana yang diambil dari kisah kehidupan sekitar tentang potret kehidupan anak muda, yang terkesan unik kemudian bahasanya cenderung dibolak-balik, mengajak pembaca merenung, mengerutkan dahi atau hanya sekedar tersenyum.

Pemilihan kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta (DATDITC) karya Tere Liye sebagai objek penelitian dari sudut pandang gaya bahasanya. Kumpulan sajak DATDITC ini menarik untuk dikaji lebih jauh, karena penggunaan gaya bahasa yang menarik, untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalam puisi-puisi tersebut. Bahasa penulisan Tere Liye menunjukkan kekhasan pada aspek perulangan kata atau frasa untuk menegaskan kembali gagasannya dan untuk keindahan karyanya. Selain itu, karya-karyanya sering diangkat ke layar lebar karena Tere Liye selalu mengangkat hal-hal yang sederhana namun sarat pesan dan makna serta mampu menggugah hati para pembaca. Hal tersebut, menjadikan banyak masyarakat yang jatuh cinta kepada karya-karya Tere


(20)

4

Liye. Peneliti tertarik mengkaji kumpulan sajak tersebut menggunakan teori repetisi karena penyair banyak menggunakan gaya bahasa repetisi. Di dalam puisi tersebut banyak perulangan kata dan frasa di setiap baris, hal tersebut merupakan gaya bahasa Tere Liye yang ingin menegaskan atau menyampaikan gagasannya kepada pembaca.

Penelitian tentang gaya bahasa repetisi sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Yuli Dian Supraptiwi (2012) dengan penelitian yang berjudul Gaya Bahasa Perulangan pada Kumpulan Puisi Mawar Merah Karya Chalik Hamid. Penelitian tersebut difokuskan pada bentuk, makna dan bentuk gaya bahasa perulangan yang dominan. Hasil penelitian menggambarkan adanya bentuk gaya bahasa perulangan berupa gaya bahasa repetisi dan diklasifikasikan menjadi lima macam, antara lain; a) repetisi epizeuksis, b) repetisi tautotes, c) repetisi anafora, d) repetisi epistrofa, dan e) repetisi mesodiplosis. Kemudian, makna pada wacana puisi yang mengandung gaya bahasa perulangan ditemukan sebanyak lima macam, antara lain; makna tentang kesedihan, kerinduan, kemarahan, kesunyian, dan kekecewaan yang dialami penyairnya sendiri. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, untuk melihat bentuk repetisi yang dominan.

Penelitian tentang gaya bahasa repetisi juga dilakukan oleh Nofita Handayani (2012) dengan judul Gaya Bahasa Perulangan pada Antologi

Geguritan “Garising Pepesthen” Karya R. Bambang Nursinggih. Penelitian

tersebut memfokuskan pada analisis bentuk, fungsi dan makna repetisi yang terdapat di dalam Geguritan “Garising Pepesthen”. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis gaya bahasa perulangan yang muncul dalam


(21)

5

antologi tersebut berupa gaya bahasa perulangan aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizukis, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis dan anadiplosis. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya fungsi gaya bahasa perulangan berupa fungsi intensitas, ekspresifitas, ritmis dan pemadatan arti.

Untuk itu, peneliti menetapkan judul “Repetisi pada Kumpulan Sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye” yang difokuskan pada bentuk, makna, dan fungsi repetisi, perbedaannya terletak pada objek yang dikaji yakni kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye. Hal tersebut yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang bentuk, makna, dan fungsi repetisi untuk mengungkapkan, memperjelas dan mempertegas gagasan penyair agar pembaca dapat memahami maksud secara menyeluruh terkait dengan pengkajian repetisi pada kumpulan sajak DATDITC karya Tere Liye. Dalam hal ini, sajak merupakan sinonim dari puisi, untuk itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah puisi.

1.2 Fokus Penelitian

Gaya bahasa merupakan faktor terpenting dalam sebuah karya sastra. Menurut Tarigan (2013: 5), ada empat jenis gaya bahasa, yakni gaya bahasa repetisi atau perulangan, perbandingan, pertentangan dan pertautan. Maka ruang lingkup permasalahan penelitian ini yakni penggunaan gaya bahasa repetisi.

Bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia, atau juga yang ditulis dan digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya yang terstruktur dan karena terstruktur maka bangunan kebahasaan itu dapat dibedah, diurai-uraikan, dan dijelaskan hubungannya menggunakan bentuk, makna, dan fungsi (de Sausuure


(22)

6

dalam Mbete, 2004:25). Adapun penelitian tentang repetisi pada kumpulan sajak DATDITC karya Tere Liye dianggap penting karena dalam kumpulan sajak tersebut tidak secara langsung mengungkapkan tentang makna, tetapi penyair banyak menggunakan kata, frasa, atau klausa yang diulang-ulang. Berdasarkan hal itu, penelitian ini dibatasi pada analisis bentuk, fungsi dan makna repetisi agar pembaca memahami maksud secara menyeluruh terkait dengan pengkajian repetisi pada kumpulan sajak DATDITC karya Tere Liye.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana bentuk repetisi yang terdapat di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye?

2) Bagaimana makna repetisi di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye?

3) Bagaimana fungsi repetisi yang terdapat di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan bentuk repetisi yang terdapat di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye.

2) Mendeskripsikan makna repetisi di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye.


(23)

7

3) Mendeskripsikan fungsi repetisi yang terdapat di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan secara teoretis, dapat menunjang pengembangan teori gaya bahasa khususnya gaya bahasa repetisi. Secara praktis, penelitian ini juga dapat menambah khasanah pengetahuan bagi pembaca tentang gaya bahasa repetisi. Selain itu, manfaat juga dapat diambil bagi mahasiswa atau penenliti yang ingin meneliti lagi mengenai repetisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi.

1.6 Definisi Istilah 1) Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu (Sudjiman, 1993: 13). Adapun yang dimaksud dengan gaya bahasa dalam penelitian ini adalah cara khas penggunaan bahasa untuk menyatakan pikiran dan perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang dapat menimbulkan suatu keindahan, khususnya dalam bentuk perulangan.

2) Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf, 2010: 127). Repetisi dalam penelitian ini adalah perulangan kata, frasa atau klausa pada setiap baris atau setiap kalimat berikutnya dan perulangan berpola untuk menegaskan yang terkandung di dalamnya.


(24)

8 3) Sajak

Sajak merupakan sinonim dari puisi. Adapun yang dimaksud dengan sajak dalam penelitian ini adalah puisi. Puisi adalah emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1987: 7), maksud dalam penelitian ini yakni karya Tere Liye yang menunjukkan pemakaian repetisi. 4) Bentuk

Bentuk adalah wujud (KBBI, 2003: 135). Bentuk gaya bahasa adalah wujud gaya bahasa repetisi yang dapat berupa kata-kata atau kalimat yang dipilih oleh penyair dalam keseluruhan karyanya.

5) Fungsi

Fungsi adalah kegunaan suatu hal (KBBI, 2003: 322), maksud dalam penelitian ini yaitu kegunaan gaya bahasa repetisi yang dipakai oleh penyair di dalam karyanya.

6) Makna

Makna adalah arti atau pengertian (KBBI, 2003: 703), yang dimaksud makna dalam penelitian ini yakni arti atau maksud penggunaan gaya bahasa repetisi, oleh penyair.


(1)

3

sajak tentang kehidupan, serta segala makna yang mungkin melekat padanya seperti cinta, motivasi, cara saling menghargai antar sesama dan wujud syukur kepada Tuhan. Selain itu, penggunaan bahasa yang bervariasi menjadikan isi lebih menarik bagi pembaca karya sastra untuk mengetahui gagasan yang ingin disampaikan oleh penyair. Puisi-puisi Tere Liye lebih masuk pada perasaan dan emosi pembaca, karena penggunaan bahasa sehari-hari dan bahasa kiasan yang mudah dimengerti. Dalam puisi-puisinya tercermin bahwa Tere Liye adalah penyair yang memposisikan dirinya sebagai seorang penyair yang terkenal dengan karyanya yang berisi pesan moral dan sosial. Bukan hanya hal tersebut, puisi-puisi yang ditulis oleh Tere Liye merupakan puisi sederhana yang diambil dari kisah kehidupan sekitar tentang potret kehidupan anak muda, yang terkesan unik kemudian bahasanya cenderung dibolak-balik, mengajak pembaca merenung, mengerutkan dahi atau hanya sekedar tersenyum.

Pemilihan kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta (DATDITC) karya Tere Liye sebagai objek penelitian dari sudut pandang gaya bahasanya. Kumpulan sajak DATDITC ini menarik untuk dikaji lebih jauh, karena penggunaan gaya bahasa yang menarik, untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalam puisi-puisi tersebut. Bahasa penulisan Tere Liye menunjukkan kekhasan pada aspek perulangan kata atau frasa untuk menegaskan kembali gagasannya dan untuk keindahan karyanya. Selain itu, karya-karyanya sering diangkat ke layar lebar karena Tere Liye selalu mengangkat hal-hal yang sederhana namun sarat pesan dan makna serta mampu menggugah hati para pembaca. Hal tersebut, menjadikan banyak masyarakat yang jatuh cinta kepada karya-karya Tere


(2)

4

Liye. Peneliti tertarik mengkaji kumpulan sajak tersebut menggunakan teori repetisi karena penyair banyak menggunakan gaya bahasa repetisi. Di dalam puisi tersebut banyak perulangan kata dan frasa di setiap baris, hal tersebut merupakan gaya bahasa Tere Liye yang ingin menegaskan atau menyampaikan gagasannya kepada pembaca.

Penelitian tentang gaya bahasa repetisi sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Yuli Dian Supraptiwi (2012) dengan penelitian yang berjudul Gaya Bahasa Perulangan pada Kumpulan Puisi Mawar Merah Karya Chalik Hamid. Penelitian tersebut difokuskan pada bentuk, makna dan bentuk gaya bahasa perulangan yang dominan. Hasil penelitian menggambarkan adanya bentuk gaya bahasa perulangan berupa gaya bahasa repetisi dan diklasifikasikan menjadi lima macam, antara lain; a) repetisi epizeuksis, b) repetisi tautotes, c) repetisi anafora, d) repetisi epistrofa, dan e) repetisi mesodiplosis. Kemudian, makna pada wacana puisi yang mengandung gaya bahasa perulangan ditemukan sebanyak lima macam, antara lain; makna tentang kesedihan, kerinduan, kemarahan, kesunyian, dan kekecewaan yang dialami penyairnya sendiri. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, untuk melihat bentuk repetisi yang dominan.

Penelitian tentang gaya bahasa repetisi juga dilakukan oleh Nofita Handayani (2012) dengan judul Gaya Bahasa Perulangan pada Antologi Geguritan “Garising Pepesthen” Karya R. Bambang Nursinggih. Penelitian tersebut memfokuskan pada analisis bentuk, fungsi dan makna repetisi yang terdapat di dalam Geguritan “Garising Pepesthen”. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis gaya bahasa perulangan yang muncul dalam


(3)

5

antologi tersebut berupa gaya bahasa perulangan aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizukis, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis dan anadiplosis. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya fungsi gaya bahasa perulangan berupa fungsi intensitas, ekspresifitas, ritmis dan pemadatan arti.

Untuk itu, peneliti menetapkan judul “Repetisi pada Kumpulan Sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye” yang difokuskan pada bentuk, makna, dan fungsi repetisi, perbedaannya terletak pada objek yang dikaji yakni kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye. Hal tersebut yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang bentuk, makna, dan fungsi repetisi untuk mengungkapkan, memperjelas dan mempertegas gagasan penyair agar pembaca dapat memahami maksud secara menyeluruh terkait dengan pengkajian repetisi pada kumpulan sajak DATDITC karya Tere Liye. Dalam hal ini, sajak merupakan sinonim dari puisi, untuk itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah puisi.

1.2 Fokus Penelitian

Gaya bahasa merupakan faktor terpenting dalam sebuah karya sastra. Menurut Tarigan (2013: 5), ada empat jenis gaya bahasa, yakni gaya bahasa repetisi atau perulangan, perbandingan, pertentangan dan pertautan. Maka ruang lingkup permasalahan penelitian ini yakni penggunaan gaya bahasa repetisi.

Bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia, atau juga yang ditulis dan digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya yang terstruktur dan karena terstruktur maka bangunan kebahasaan itu dapat dibedah, diurai-uraikan, dan dijelaskan hubungannya menggunakan bentuk, makna, dan fungsi (de Sausuure


(4)

6

dalam Mbete, 2004:25). Adapun penelitian tentang repetisi pada kumpulan sajak DATDITC karya Tere Liye dianggap penting karena dalam kumpulan sajak tersebut tidak secara langsung mengungkapkan tentang makna, tetapi penyair banyak menggunakan kata, frasa, atau klausa yang diulang-ulang. Berdasarkan hal itu, penelitian ini dibatasi pada analisis bentuk, fungsi dan makna repetisi agar pembaca memahami maksud secara menyeluruh terkait dengan pengkajian repetisi pada kumpulan sajak DATDITC karya Tere Liye.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana bentuk repetisi yang terdapat di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye?

2) Bagaimana makna repetisi di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye?

3) Bagaimana fungsi repetisi yang terdapat di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan bentuk repetisi yang terdapat di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye.

2) Mendeskripsikan makna repetisi di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye.


(5)

7

3) Mendeskripsikan fungsi repetisi yang terdapat di dalam kumpulan sajak Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta karya Tere Liye.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan secara teoretis, dapat menunjang pengembangan teori gaya bahasa khususnya gaya bahasa repetisi. Secara praktis, penelitian ini juga dapat menambah khasanah pengetahuan bagi pembaca tentang gaya bahasa repetisi. Selain itu, manfaat juga dapat diambil bagi mahasiswa atau penenliti yang ingin meneliti lagi mengenai repetisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi.

1.6 Definisi Istilah 1) Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu (Sudjiman, 1993: 13). Adapun yang dimaksud dengan gaya bahasa dalam penelitian ini adalah cara khas penggunaan bahasa untuk menyatakan pikiran dan perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang dapat menimbulkan suatu keindahan, khususnya dalam bentuk perulangan.

2) Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf, 2010: 127). Repetisi dalam penelitian ini adalah perulangan kata, frasa atau klausa pada setiap baris atau setiap kalimat berikutnya dan perulangan berpola untuk menegaskan yang terkandung di dalamnya.


(6)

8 3) Sajak

Sajak merupakan sinonim dari puisi. Adapun yang dimaksud dengan sajak dalam penelitian ini adalah puisi. Puisi adalah emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1987: 7), maksud dalam penelitian ini yakni karya Tere Liye yang menunjukkan pemakaian repetisi. 4) Bentuk

Bentuk adalah wujud (KBBI, 2003: 135). Bentuk gaya bahasa adalah wujud gaya bahasa repetisi yang dapat berupa kata-kata atau kalimat yang dipilih oleh penyair dalam keseluruhan karyanya.

5) Fungsi

Fungsi adalah kegunaan suatu hal (KBBI, 2003: 322), maksud dalam penelitian ini yaitu kegunaan gaya bahasa repetisi yang dipakai oleh penyair di dalam karyanya.

6) Makna

Makna adalah arti atau pengertian (KBBI, 2003: 703), yang dimaksud makna dalam penelitian ini yakni arti atau maksud penggunaan gaya bahasa repetisi, oleh penyair.