Metode Tujuan dan Peranan Psikologi Pend

Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
Diajukan dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen pengampu:
Alfun Khusnia, S.Psi, Msi

Ditulis oleh kelompok 2:
Fatimah AzZahra

15311473

Nadya Ayunisa

15311483

Afifah Syadza

15311498

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Tahun Akademik 2017-2018 M

‫بسم ه الرحمن الرحيم‬
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillah puji dan syukur, serta salam kita berikan kepada Nabi Muhammad
SAW. Alhamdulillah sekali lagi kami ucapkan karena akhirnya kami telah menyelesaikan
makalah ini, banyak cobaan serta tantangan dalam mengerjakan makalah ini, tetapi
akhirnya telah selesai. Alhamdulillah dan terimakasih kepada dosen pembimbing, temanteman dan kakak-kakak yang membantu kami membuat makalah ini serta tak lupa juga
kami ucapkan kepada orang tua kami yang mendo’akan kami.
Semoga dengan makalah ini maka para pembaca bisa mengerti atau memahami
materi pembahasan makalah kami ini, dan semoga para pembaca bisa memanfaatkan
makalah dari hasil yang kami buat ini. Kurang lebihnya kami ucapkan mohon maaf.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Jakarta, 24 September 2017

Penulis

i


DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………….……………...i
Daftar Isi …………………...…………………………………………………...…...….…ii
BAB I:

PENDAHULUAN …...……………………...……………………………….....1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………...………..….....1
B. Rumusan Masalah ……………………...……………………...………...…..1
C. Tujuan Penulisan ……………………...………………………...……….......1

BAB II: PEMBAHASAN ...……………………...……………………...………...….....2
A. Metode Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan ………..………........3
B. Tujuan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan …...............................7
C. Peranan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan ..................................8
BAB III: PENUTUP …...…………………………………………………….…………...9
A. Kesimpulan …………………………………….....………….........................9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...…...……………..11


ii

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Kita sebagai manusia telah diberikan kemampuan untuk menyelesaikan masalah-

masalah yang kita hadapi. Dalam dunia pendidikan, kita seringkali mengalami beberapa
kendala atau kesulitan di dalamnya, baik ketika guru sedang mengajar ataupun ketika siswa
dalam menerima pelajaran, guru dengan lingkungan tempat ia mengajar atau siswa dengan
lingkungan tempat ia belajar.
Dengan demikian, maka muncullah psikologi pendidikan yang akan membantu
memecahkan masalah-masalah tersebut, sebelum kita dapat mengaplikasikannya dalam
dunia pendidikan secara langsung. Seorang guru harus mengetahui karakter-karekter siswa
sehingga kita membutuhkan beberapa metode untuk mengetahinya, kemudian kita dapat
mengaplikasikan cara belajar yang cocok untuk murid yang kita ajarkan. Oleh karena itu,
dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa metode dalam psikologi pendidikan,
tujuan serta peran psiokologi dalam dunia pendidikan.


B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam pembahasan

makalah ini adalah sebagai berikut:
1.

Apa saja metode psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan?

2.

Apa saja tujuan psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan?

3.

Apa saja peranan psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan?

C.


Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang dapat disimpulkan

sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui metode-metode psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan.

2.

Untuk mengetahui tujuan psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan.

3.

Untuk mengetahui peranan psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan.

1

BAB II

PEMBAHASAN
A.

Metode Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan
Kebanyakan psikolog menganggap kegiatan belajar mengajar manusia adalah

topik paling penting dalam studi psikologi. Demikian pentingnya arti belajar sehingga
nyaris tak satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari belajar. Namun, perbedaan
persepsi, (pemahaman atas dasar tanggapan) mengenai arti dan seluk beluk belajar selalu
muncul dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi berikutnya.
Kenyataan yang tak terelakkan bahwa perbedaan generasi psikologi sering pula
membawa perbedaan persepsi terhadap belajar. Kurang lebih 45 tahun yang lalu persepsi
orang khususnya para pendidik propesional sangat dipengaruhi oleh aliran behaviorisme
yang didasarkan pada hsil eksperimen dengan menggunakan hewan-hewan percobaan.
Akhir-akhir ini, persepsi tersebut sudah berubah seiring dengan perubahan
pandangan ahli psikologi pendidikan terhadap keabsahan (validity) dan kecermatan
(accuracy) temuan riset yang menggunakan hewan-hewan itu (Lazerson, 1975). Para
peneliti bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan kini telah semakin sadar betapa
dalam dan rumitnya proses berfikir siswa ketika ia belajar, sehingga gejala perilaku hewan
percobaan tak layak lagi digunakan sebagi bahan kiasan (analogi) yang memadai.

Perubahan ini mengakibatkan berubahnya pola riset dan penggunaan metode untuk
menghimpun data psikologis di bidang kependidikan.
Metode yang seperti penyusun uraikan pada bagian lain buku ini, secara singkat
dapat dipahami sebagai cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam melakukan sebuah
kegiatan.

Dalam

psikologi

pendidikan,

metode-metode

tertentu

dipakai

untuk


mengumpulkan berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan
dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Pada umumnya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologis
dibidang pendidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seperti:
a) eksperimen;

d) penyelidikan klinis; dan

b) kuesioner;

e) observasi naturalistik.1

c) studi kasus;

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Rosdakarya), cet.
ke-19, 2014, hlm. 28

2


Di samping lima metode di atas, H. C. Witherington menyebutkan satu metode
lagi yang bernama metode filosofis atau spekulatif. Namun, penyusun merasa tidak perlu
memperbincangkan lebih jauh mengingat metode tersebut kurang populer dan belum dapat
diterima eksistensinya oleh banyak ahli.
Metode-metode psikologi pendidikan terbagi lima, diantaranya:
1.

Metode Eksperimen
Pada asasnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang

dilakukan eksperimenter (peneliti yang bereksperimen) di dalam sebuah laboratorium atau
ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaanya disesuaikan dengan data yang akan
diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika
membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula di lakukan untuk mengukur kecepatan bereaksi
seorang siswa terhadap stimulus tertentu. Alat utama yang sering dipakai dalam eksperimen
pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas psikologi di universitas-universitas
terkemuka adalah komputer dalam berbagai programnya seperti program cogtinive
psychology test.
Metode eksperimen sering dilakukan dalam penelitian psikologi pendidikan tujuan

untuk menguji keabsahan dan kecermatan kesimpulan-kesimpulan yang terkait dari hasil
temuan penelitian dengan metode lain. Contoh: apabila sebuah kesimpulan yang ditarik dari
sebuah penelitian dengan metode observasi misalnya, menimbulkan keraguan atau masalah
baru, maka dilakukan percobaan atau eksperimen.
Metode eksperimen bagi para psikologi, termasuk psikologi pendidikan, dianggap
sebagai metode pilihan dalam arti lebih utama untuk digunakan dalam riset-riset. Karena
data dan informasi yang dihimpun melalui metode ini lebih bersifat definitif (pasti) dan
lebih saintifik (ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang dihimpun melalui
penggunaan-penggunaan metode lainnya.
Anggapan itu sesungguhnya tidak sepenuhnya benar, sebab sering terjadi perilaku
subjek yang terekam dalam eksperimen ternyata berlawanan dengan perilaku subjek
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi, subjek tadi mungkin telah berpura-pura
ketika diteliti karena ingin membantu atau mengacaukan rancangan operasional penelitian
eksperimenter.
Untuk mengantisipasi hal yang bakal terjadi yang tidak sesuai dengan harapan
peneliti, rancangan eksperimen (experimental design) biasanya di buat sedemikian rupa,

3

sihingga semua unsur penelitian termasuk penggunaan laboratorium/ tempat dan subjek

yang akan di teliti betul-betul memenuhi syarat penelitian eksperimental.
Dalam penelitian eksperimental objek yang akan diteliti akan dibagi menjadi dua
kelompok, yakni: 1) kelompok percobaan (eksperimental group); 2) kelompok pembanding
(control group). Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang yang tingkah lakunya
diteliti dengan perlakuan khusus dalam arti sesuai dengan data yang akan di
himpun.kelompok pembanding juga terdiri atas objek yang jumlah dan karakteristiknya
sama dengan kelompok percobaan, tetapi tingkah lakunya tidak diteliti dalam arti tidak
diberi perlakuan (treatment) seperti yang diberikan kepada kelompok percobaan. Setelah
eksperimen usai, data dari kelompok percobaan tadi dibandingkan dengan data dari
kelompok pembanding, lalu dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan dengan teknik statistik
tertentu.2
2.

Metode Kuesioner
Metode kuesioner (questionaire) lazim juga disebut sebagai metode surat

menyurat (mail survey). Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan penyebaran
dan pengembaliannya sering dikirim ke dan dari responden melalui jasa pos.
Namun, sebelum kuesioner disebarkan atau dikirimkan kepada responden yang
sesungguhnya, seorang peneliti psikologi pendidikan biasa melakukan uji coba (try aut).
Caranya, sejumlah kuesioner dibagi-bagikan kepada sejumlah orang tertentu yang memiliki
karakteristik sama dengan responden yang sesungguhnya. Tujuannya, untuk memastikan
apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner itu cukup jelas dan relevan untuk dijawab,
dan untuk memperoleh masukan yang mungkin bermanfaat bagi penyempurnaan kuesioner
tersebut.
Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset sosial termasuk bidang psikologi
relatif lebih menonjol bila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode lainnya.
Gejala dominasi (penguasan/ kemenonjolan) penggunaan metode ini muncul karen alebih
banyak sampel yang bisa dijangkau disamping unit cost (biaya setahun) per responden lebih
murah. Contoh data yang dapat dihimpun dengan cara penyebaran adalah sebagai berikut:
a.

Karakteristik pribadi siswa seperti jenis kelamin, usia, dan seterusnya tapi tidak
termasuk nama.

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Rosdakarya), cet.
ke-19, 2014, hlm. 29

4

b.

Latar belakang keadaan siswa seperti latar belakang keluarga, latar belakang
pendidikan, dan sebagainya.

c.

Perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu.

d.

Faktor-faktor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti pelajaran tertentu.

e.

Aplikasi (penerapan) mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari-hari siswa
(seperti shalat dan belajar agama).

f.

Pengeruh aplikasi mata pelajaran tertentu terhadapa perikehidupan siswa.3

3.

Metode Studi Kasus
Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk

memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau
sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para ahli psikologi pendidikan,
juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan
peneliti melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang
lebih luas dan mendalam.
Instrumen atau alat untuk pengumpul data (APD) yang digunakan dalam studi
kasus bisa bermacam-macam terutama yang dapat mengungkapkan variabel yang sukar
ditentukan dalam satuan jumlah tertentu (Tardif, 1987). Selanjutnya karena kesimpulankesimpulan yang ditarik dari hasil studi kasus biasnya sulit dijadikan tolak ukur yang
berlaku umum (digeneralisasikan), studi tersebut sering diikuti dengan investigasi dan
suvey lain yang bersekala lebih besar. Tetapi, dalam hal subjek yang diteliti, studi kasusu
relatif sama dengan metode penyelidikan klinis yakni hanya terdiri atas seorang individu
atau kelompok terkecil individu.
Fenomena dan peristiwa yang diselidiki dengan metode ini lazimnya terus
menerus diikuti perkembanganya selama kurun waktu tertentu. Bahkan seorang peneliti
psikologi pendidikan terkadang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun
bahan-bahan berupa data dan informasi yang akurat, yang tepat dan cermat, mengenai
seorang individu atau sekelompok kecil individu. Studi kasus akan memerlukan waktu yang
lebih lama lagi apabila dipakai untuk menyelidiki fenomena genetika (karakteristik
keturunan) yang dihubungkan dengan aktifitas pendidikan. Dalam hal ini, studi biasanya
dimulai sejak seorang anak berusia muda (balita umpamanya) hingga berusia tertantu
(remaja misalnya) untuk mendaptakan pengertian yang tepat mengenai aspek-aspek
3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Rosdakarya), cet.
ke-19, 2014, hlm. 29

5

perkembangan yang perlu diperhatikan demi kepentingan praktik kependidikan untukanak
tersebut.4
4.

Metode Penyelidikan Klinis
Pada mulanya, metode penyelidikan klinis atau disebut juga metode klinis

(clinical method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam
metode ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan panyakit kelainan jiwa dan caracara memberi perlakuan pemulihan (pasychological treatment) terhadap kelainan jiwa
tersebut.
Jean Piaget adalah yang mula-mula memanfaaatkan metode penyelidikan klinis
tersebut untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering menggunakan metode ini untuk
mengumpulkan data dengan cara yang unik yaitu interaksi semu ilmiah, (quasi-natural)
antara peneliti dengan anak yang diteliti (Rober, 1988)
Dalam hal pelaksanaan penggunaannya, peneliti menyediakan benda-benda dan
memberi tugas-tugas dan petanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak
secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya. Kemudian, setelah data dari hasil
penyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus (misalnya dianalisis sekilas),
penelitian mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang
tehimpun sebelumnya.
Selanjutnya perlu dicatat bahwa metode penyelidikan klinis pada umumnya hanya
diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan psikologis
tak terkacuali penyimpangan perilaku (maladaptive behavior/misbehavior). Oleh karenya,
penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode tersebut selalu memperhatikan
batas-batas keesanggupan siswa. Sama halnya dengan metode eksperimen yang dilakuakan
dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan insensitas dan ketelitian yang
sesungguh-sungguhnya.
Sasaran yang akan dicapai oleh penelitian dengan penggunaan metode klinis
terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidak normalan perilaku seorang
siswa atau sekelompok kecil siswa. Kemudian, berdasarkan kepastian faktor penyebab itu
penelitian berupaya memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi
penyimpangan tersebut.

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Rosdakarya), cet.
ke-19, 2014, hlm. 30

6

5.

Metode Observasi Naturalistik
Metode observasi naturalistik (naturalistic observation) adalah sejenis observasi

yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada diluar objek yang diteliti atau
dia tidak menempatkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.
Pada mulanya, observasi naturalistik lebih banyak dilakukan oleh para ahli ilmu
hewan (ethologist) untuk mempelajari perilaku hewan tertentu, misalnya perkembangan
perilaku ikan jantan terhadap ikan betina (lazerson, 1975). Kemudian, metode observasi
naturalistik digunakan oleh psikolog sosial untuk meneliti peranan kepemimpinan dalam
sebuah masyarakat atau untuk meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi,
(perawatan dan pemulihan) yangbersifat kemasyarakatan. Selanjutnya, metode ini juga
digunakan oleh psikolog perkembangan, para psikolog kognitif, dan para psikolog
pendidikan.
Dalam hal penggunaanya bagi kepentingan psikolog pendidikan, seorang peneliti
atau guru yang menjadi asistenya dapat mengaplikasikan metode observasi ilmiah ini lewat
kegiatan pengajaran atau belajar mengajar dalam kelas-kelas reguler, yakni kelas tetap dan
biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses belajar mengajar
berlangsung, jenis perilaku siswa yang diteliti (misalnya, kecepatannya membaca) dicatat
dngan lembar format observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi
yang akan dihimpun.5
B.

Tujuan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan
Konsep pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukan

bagi siswa atau orang-orang yang sedang belajar. Keberadaaan psikologi pendididkan pada
dasar nya adalah untuk mempermudah pendidik dalam menerapkan proses belajar
mengajar. Dengan mempelajari psikologi pendidikan, paling tidak para guru atau calon
guru telah mendapat gambaran mengenai kondisi dan situasi keberadaan pribadi,peserta
didik dan lembaga pendidikan tersebut.6
Psikologi pendidikan merupakan sebuah disiplin psikologi yang khusus
mempelajari, meneliti,dan membahas seluruh prilaku manusia yang terlibat dalam proses
pendidikan yang meliputi tingkah laku belajar siswa, dan tingkah laku belajar mengajar
(guru dan siswa) yang saling terkait atau berintraksi satu sama lain. Inti persoalan

5

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Rosdakarya),
cet. ke-19, 2014, hlm. 32
6
Safwan Amin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Banda Aceh: Yayasan Pena), 2005, hlm. 25

7

psikologis dalam psikologi pendidikan adalah tidak mungkin mengabaikan ilmu tentang
psikologi pendidikan terutama bagi seorang guru atau tenaga pengajar lainnya.
Dapat dipahami bahwa tujuan mempelajari dan dikembangkannya psikologi
pendidikan adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan untuk membantu para
guru dan calon guru agar betul-betul memamahami proses pendidikan yang baik, sehingga
mereka dapat membimbing proses belajar para siswanya dengan cara yang lebih efektif
dan terarah sebagai upaya untuk mengembangkan potensi-potensi anak didiknya di sekolah
secara optimal.
C.

Peranan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, menuntut manusia

untuk mengolah segala potensi yang dimilikinya, bias dengan cara mengkaji dan
melakukan penelitian ilmiah, khususnya dalam hal yang berhubungan dengan proses belajar
mengajar manusia dari kecil sampai usia lanjut dan terutama mengetahui bagaimana iklim
yang mempengaruhi proses perjalanan belajar mengajar.7
Dengan memahami definisi dan hakikat tujuannya di atas, maka peranan Psikologi
Pendidikan dalam dunia pendidikan dapat dirumuskan secara ringkas sebagai berikut:
1.

Psikologi Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu
mempersiapkan guru dan calon guru yang professional yang berkompetensi mengajar
sebagaimana yang diharapkan.

2.

Psikologi Pedidikan mempengaruhi pembaharuan/perbaikan serta penyempurnaan
kurikulum sekolah sebgai pedoman bagi guru dalam membimbing proses belajar
murid yang memadai.

3.

Psikologi Pendidikan dapat mempengaruhi ide dan pelaksanaan administrasi dan
supervisi

pendidikan

yang

akan

dilaksanakan

oleh

pimpinan-pimpinan

pendidikan/Kepala dan Pemilik sekolah dalam mengelola kelancaran pelaksanaan
pendidikan di sekolah sejalan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.8
4.

Psikologi pendidikan mencoba mengarahkan guru dan para calon guru untuk
mengetahui mengapa suatu hal tertentu itu terjadi, bagaimana problem solving nya
dan mengetahui aktivitas-aktivitas yang dianggap penting bagi pendidikan.9

7

Safwan Amin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Banda Aceh: Yayasan Pena), 2005, hlm. 27
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), 2007, hlm. 8-9
9
Safwan Amin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Banda Aceh: Yayasan Pena), 2005, hlm. 28

8

8

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia

individu yang memiliki perilaku, karakteristik, dan kemampuan yang berbeda satu sama
lainnya. Maka dari itu, seorang pendidik mampu memperhatikan anak didiknya secara baik,
khususnya dalam masalah psikologi pendidikan karena sebagai tolok ukur perubahan
tingkah laku yang terjadi pada anak.
Guru sebagai pendidik harus memiliki pengetahuan yang luas, terutama dalam
bidang psikologi agar proses belajar-mengajar bias berjalan dengan baik, setidaknya bias
meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan materi pelajaran.
Metode psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan terbagi menjadi lima,
diantaranya:
1.

Metode Eksperimen

2.

Metode Kuesioner

3.

Metode Studi Kasus

4.

Metode Penyelidikan Klinis

5.

Metode Observasi Naturalistik
Tujuan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan pada dasar nya adalah untuk

mempermudah pendidik dalam menerapkan proses belajar mengajar. Dengan mempelajari
psikologi pendidikan, paling tidak para guru atau calon guru telah mendapat gambaran
mengenai kondisi dan situasi keberadaan pribadi,peserta didik dan lembaga pendidikan
tersebut.
Peranan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan, diantaranya:
1.

Psikologi Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu
mempersiapkan guru dan calon guru yang professional yang berkompetensi mengajar
sebagaimana yang diharapkan.

2.

Psikologi Pedidikan mempengaruhi pembaharuan/perbaikan serta penyempurnaan
kurikulim sekolah sebgai pedoman bagi guru dalam membimbing proses belajar
murid yang memadai.

3.

Psikologi Pendidikan dapat mempengaruhi ide dan pelaksanaan administrasi dan
supervise

pendidikan

yang

akan

9

dilaksanakan

ioleh

pimpinan-pimpinan

pendidikan/Kepala dan Pemilik sekolah dalam mengelola kelancaran pelaksanaan
pendidikan di sekolah sejalan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.
4.

Psikologi pendidikan mencoba mengarahkan guru dan para calon guru untuk
mengetahui mengapa suatu hal tertentu itu terjadi, bagaimana problem solving nya
dan mengetahui aktivitas-aktivitas yang dianggap penting bagi pendidikan

10

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Safwan. Pengantar Psikologi Pendidikan. (Banda Aceh: Yayasan Pena). 2005.
Sabri, M. Alisuf. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya). 2007.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru. (Bandung: PT. Rosdakarya).
2014.

11