Aktivitas Analgetika ekstrak etanol daun
TUGAS PENDAHULUAN FARMAKOLOGI
SISTEM ORGAN
Pengujian Aktivitas Analgetika
NAMA
ALSYA UTAMI RAHAYU
NPM
260110130117
HARI/TANGGAL
RABU/18 MARET 2015
JAM PRAKTIKUM
10.00-13.00
ASISTEN
INDRA
DITA
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
1. Apa perbedaan obat analgetika narkotika dan analgetika nonnarkotika ?
Analgetik narkotik (analgetik sentral)
Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghilang nyeri yang hebat
sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran),
mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman (euforia). Hampir semua perasaan
tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgetik narkotik kecuali sensasi kulit. Harus hatihati menggunakan anlgetika ini karena mempunyai resiko besar terhadap ketergantungan
obat (adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk
penggunaan insidentiil pada rasa nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark).
Penggolongan analgetika narkotik adalah sebagai berikut:
a.
Alkaloid alam
: morfin, codein
b.
Derivat semi sintetis
: heroin
c.
Derivat sintetik : metadon, fentanil
d.
Antagonis morfin
: nalorfin, nalokson dan pentazocin (Fantastica, 2015).
Analgetik non opioid (non narkotik)
Disebut juga nalgetika perifer karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat.
Semua nalgetika perifer memiliki khasiat sebagai antipiretik yaitu menurunkan suhu
badan saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di
hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya
pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya paracetamol, asetosal.
Dan berkhasiat pula sebagai antiinflamasi. Antiinflamasi sama kuat dengan analgetik,
digunakan sebagai anti nyeri atau rheumatik contohnya asetosal, asam mefenamat,
ibuprofen. Anti radang yang lebih kuat contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja
srentak sebagai anti radang dan analgetik contohnya indometazin.
Berdasarkan rumus kimiamya analgetik perifer digolongkan menjadi:
a.
Golongan salisilat
: asetosal
b.
Golongan para-aminophenol
: paracetamol, fenasetin
c.
Golongan pirazolon (dipiron) : fenilbutazon
d.
Golongan antranilat
: asam mefenamat
(Fantastica, 2015).
2. Bagaimana mekanisme kerja obat analgetika nonnarkotika ?
Mekanisme utama kerja obat analgetika non-narkotika adalah menghambat enzim COX
dan menurunkan produksi prostaglandin di seluruh tubuh. Prostaglandin adalah suatu senyawa
kimia yang diproduksi oleh sel tubuh yang mengakibatkan rasa nyeri, panas badan, peradangan,
berperan dalam proses pembekuan darah dan melindungi lambung dari asam. Dalam proses
pembentukannya,
prostaglandin
membutuhkan
suatu
enzim
yang
dinamakan
enzim
siklooksigenase (COX). Enzim siklooksigenase ini terdiri dari dari 2 tipe, yakni COX-1 dan
COX-2. Kedua tipe enzim ini berperan menghasilkan prostaglandin yang memiliki fungsi
tertentu. Enzim COX-1 terdapat di perut; berfungsi mengontrol produksi prostaglandin yang
bertugas melindungi lambung dari asam. Enzim COX-2 terdapat dalam sel darah putih; berfungsi
mengontrol produksi prostaglandin yang berperan menghasilkan rasa sakit dan peradangan.
Ketika enzim siklooksigenasi dihambat, Prostaglandin yang berperan melindungi lambung dan
pembekuan darah pun menurun sehingga penggunaan NSAIDs dapat mengakibatkan luka atau
ulkus di lambung disamping gangguan pembekuan darah (Admin, 2012).
3. Bagaimana mekanisme kerja obat analgetika-antipiretika dalam menurunkan suhu
tubuh?
Kerja obat analgetika-antipiretika adalah dengan menghambat produksi prostaglandin
dengan cara menghambat enzim Cyclooksigenase (COX). Di dalam tubuh, terdapat 3 macam
enzim COX, yaitu COX1, COX2 dan COX3. Parasetamol menghambat prostaglandin yang lebih
banyak berada di otak dan system saraf pusat, yaitu COX 3. Dengan dihambatnya produksi
Prostaglandin, thermostat hipotalamus dapat kembali bekerja normal yang menghasilkan efek
penurunan panas ke suhu tubuh normal (efek antipiretik) (Guyton, 2008).
Selain itu, karena Prostaglandin merupakan zat yang menyebabkan rasa nyeri, dengan
dihambatnya produksi Prostaglandin, maka rasa nyeri pun akan berkurang (efek analgesik).
Karena spesifik menghambat enzim COX3, parasetamol memiliki efek samping yang paling
ringan dibanding golongan lainnya yang bekerja menghambat COX1 dan COX2, sehingga obat
analgetika-antipiretika tidak menyebabkan gangguan di saluran cerna, efek pengenceran darah,
Sindrom Raye maupun memicu kekambuhan asma. Karena bekerja sebagai antipiretik maupun
analgesik,
obat
analgetika-antipiretika banyak digunakan untuk
menurunkan deman,
meringankan nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot dan nyeri
punggung (Guyton, 2008).
4. Terangkan mengapa asam asetat dapat menginduksi rasa nyeri (geliat) ?
Metode rangsangan zat kimia (siegmunci) menggunakan senyawa kimia yang dapat
menimbulkan rasa nyeri sepertibasam asetat. Asam asetat merupakan senyawa kimia yang dapat
menstimulus nyeri dimana serabut saraf akan menghantarkan impuls nyeri ke korteks sensorik di
otak dan menimbulkan nyeri yang bersifat linu. Mekanisme dari asam asetat dalam menimbulkan
rasa nyeri adalah dengan cara membuat luka pada jaringan yang menstimulus prostaglandin,
sehingga menyebabkan sakit. Selain itu, asam asetat yang bersifat asam dan darah yang bersifat
nertral agak sedikit basa juga akan menyebabkan asidosis (kusumastutisari, 2015).
Daftar Pustaka
Admin. 2012. Seluk Beluk Obat NSAIDs. Tersedia online di http://internis.org/selukbeluk-obat-nsaids [Diakses pada 17 maret 2015]
Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC; 2008
Fantastica, Imenk. 2015.laporan farmakologi efek obat analgetika. Tersedia online di
https://www.academia.edu/10062992/Laporan_farmakologi_efek_obat_analgetika
[Diakses pada 17 Maret 2015]
Kusumastutisari. 2015. Makalah Efek Analgesik. Tersedia online di
https://id.scribd.com/doc/248427429/Makalah-Efek-Analgesik [Diakses pada 17 maret
2015]
SISTEM ORGAN
Pengujian Aktivitas Analgetika
NAMA
ALSYA UTAMI RAHAYU
NPM
260110130117
HARI/TANGGAL
RABU/18 MARET 2015
JAM PRAKTIKUM
10.00-13.00
ASISTEN
INDRA
DITA
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
1. Apa perbedaan obat analgetika narkotika dan analgetika nonnarkotika ?
Analgetik narkotik (analgetik sentral)
Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghilang nyeri yang hebat
sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran),
mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman (euforia). Hampir semua perasaan
tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgetik narkotik kecuali sensasi kulit. Harus hatihati menggunakan anlgetika ini karena mempunyai resiko besar terhadap ketergantungan
obat (adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk
penggunaan insidentiil pada rasa nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark).
Penggolongan analgetika narkotik adalah sebagai berikut:
a.
Alkaloid alam
: morfin, codein
b.
Derivat semi sintetis
: heroin
c.
Derivat sintetik : metadon, fentanil
d.
Antagonis morfin
: nalorfin, nalokson dan pentazocin (Fantastica, 2015).
Analgetik non opioid (non narkotik)
Disebut juga nalgetika perifer karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat.
Semua nalgetika perifer memiliki khasiat sebagai antipiretik yaitu menurunkan suhu
badan saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di
hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya
pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya paracetamol, asetosal.
Dan berkhasiat pula sebagai antiinflamasi. Antiinflamasi sama kuat dengan analgetik,
digunakan sebagai anti nyeri atau rheumatik contohnya asetosal, asam mefenamat,
ibuprofen. Anti radang yang lebih kuat contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja
srentak sebagai anti radang dan analgetik contohnya indometazin.
Berdasarkan rumus kimiamya analgetik perifer digolongkan menjadi:
a.
Golongan salisilat
: asetosal
b.
Golongan para-aminophenol
: paracetamol, fenasetin
c.
Golongan pirazolon (dipiron) : fenilbutazon
d.
Golongan antranilat
: asam mefenamat
(Fantastica, 2015).
2. Bagaimana mekanisme kerja obat analgetika nonnarkotika ?
Mekanisme utama kerja obat analgetika non-narkotika adalah menghambat enzim COX
dan menurunkan produksi prostaglandin di seluruh tubuh. Prostaglandin adalah suatu senyawa
kimia yang diproduksi oleh sel tubuh yang mengakibatkan rasa nyeri, panas badan, peradangan,
berperan dalam proses pembekuan darah dan melindungi lambung dari asam. Dalam proses
pembentukannya,
prostaglandin
membutuhkan
suatu
enzim
yang
dinamakan
enzim
siklooksigenase (COX). Enzim siklooksigenase ini terdiri dari dari 2 tipe, yakni COX-1 dan
COX-2. Kedua tipe enzim ini berperan menghasilkan prostaglandin yang memiliki fungsi
tertentu. Enzim COX-1 terdapat di perut; berfungsi mengontrol produksi prostaglandin yang
bertugas melindungi lambung dari asam. Enzim COX-2 terdapat dalam sel darah putih; berfungsi
mengontrol produksi prostaglandin yang berperan menghasilkan rasa sakit dan peradangan.
Ketika enzim siklooksigenasi dihambat, Prostaglandin yang berperan melindungi lambung dan
pembekuan darah pun menurun sehingga penggunaan NSAIDs dapat mengakibatkan luka atau
ulkus di lambung disamping gangguan pembekuan darah (Admin, 2012).
3. Bagaimana mekanisme kerja obat analgetika-antipiretika dalam menurunkan suhu
tubuh?
Kerja obat analgetika-antipiretika adalah dengan menghambat produksi prostaglandin
dengan cara menghambat enzim Cyclooksigenase (COX). Di dalam tubuh, terdapat 3 macam
enzim COX, yaitu COX1, COX2 dan COX3. Parasetamol menghambat prostaglandin yang lebih
banyak berada di otak dan system saraf pusat, yaitu COX 3. Dengan dihambatnya produksi
Prostaglandin, thermostat hipotalamus dapat kembali bekerja normal yang menghasilkan efek
penurunan panas ke suhu tubuh normal (efek antipiretik) (Guyton, 2008).
Selain itu, karena Prostaglandin merupakan zat yang menyebabkan rasa nyeri, dengan
dihambatnya produksi Prostaglandin, maka rasa nyeri pun akan berkurang (efek analgesik).
Karena spesifik menghambat enzim COX3, parasetamol memiliki efek samping yang paling
ringan dibanding golongan lainnya yang bekerja menghambat COX1 dan COX2, sehingga obat
analgetika-antipiretika tidak menyebabkan gangguan di saluran cerna, efek pengenceran darah,
Sindrom Raye maupun memicu kekambuhan asma. Karena bekerja sebagai antipiretik maupun
analgesik,
obat
analgetika-antipiretika banyak digunakan untuk
menurunkan deman,
meringankan nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot dan nyeri
punggung (Guyton, 2008).
4. Terangkan mengapa asam asetat dapat menginduksi rasa nyeri (geliat) ?
Metode rangsangan zat kimia (siegmunci) menggunakan senyawa kimia yang dapat
menimbulkan rasa nyeri sepertibasam asetat. Asam asetat merupakan senyawa kimia yang dapat
menstimulus nyeri dimana serabut saraf akan menghantarkan impuls nyeri ke korteks sensorik di
otak dan menimbulkan nyeri yang bersifat linu. Mekanisme dari asam asetat dalam menimbulkan
rasa nyeri adalah dengan cara membuat luka pada jaringan yang menstimulus prostaglandin,
sehingga menyebabkan sakit. Selain itu, asam asetat yang bersifat asam dan darah yang bersifat
nertral agak sedikit basa juga akan menyebabkan asidosis (kusumastutisari, 2015).
Daftar Pustaka
Admin. 2012. Seluk Beluk Obat NSAIDs. Tersedia online di http://internis.org/selukbeluk-obat-nsaids [Diakses pada 17 maret 2015]
Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC; 2008
Fantastica, Imenk. 2015.laporan farmakologi efek obat analgetika. Tersedia online di
https://www.academia.edu/10062992/Laporan_farmakologi_efek_obat_analgetika
[Diakses pada 17 Maret 2015]
Kusumastutisari. 2015. Makalah Efek Analgesik. Tersedia online di
https://id.scribd.com/doc/248427429/Makalah-Efek-Analgesik [Diakses pada 17 maret
2015]