Efektivitas ekstrak daun sirih hijau (piper betle l.) terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus pyogenes in vitro

(1)

i

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper

betle L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

Streptococcus pyogenes IN VITRO

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh:

SAMROTUL FUADI

NIM: 1111103000022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang tiada hentinya kepada manusia. Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat akal tersebutlah kita dituntut untuk dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa menyimpang dari perintah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan bagi makhluk termulia junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabatnya.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes”. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. dr. Intan Keumala Dewi, Sp.MK selaku Pembimbing Pertama dan Bu Endah Wulandari, M.Biomed selaku Pembimbing Kedua yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan dalam proses penyelesaian laporan penelitian ini.

4. Dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab riset Program Studi Pendidikan Dokter 2011, yang tidak pernah bosan untuk selalu mem follow-up perkembangan dan kendala riset pada setiap akhir modul.

5. Orang tua (Drs. H. Abdul Hamid Zahid dan Dra. Hj. Armiati) yang selalu memberi doa, motivasi super, dan semangat tiada batas hingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.


(6)

vi

6. Teman satu tim riset: Rissa Adinda Putri, Nikken Rima Oktavia,

Mar’aturrahmah, Siti Nashratul Kamillah, Indra Fauzi yang selalu

mendukung satu sama lain selama menjalani penelitian bersama, sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

7. Laboran dan OB khususnya Mbak Novi dan Pak Bacok yang sudah banyak membantu selama melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi.

Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat berguna untuk pihak-pihak lain yang memerlukan. Namun penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kemajuan wawasan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 15 September 2014


(7)

vii

ABSTRAK

Samrotul Fuadi. Program Studi Pendidikan Dokter. EFEKTIVITAS

EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) TERHADAP

PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus pyogenes. 2014

Pendahuluan: Daun sirih hijau telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia

sebagai obat tradisional. Ekstrak daun sirih dilaporkan memiliki daya antibakteri, yang terdiri dari phenol dan senyawa turunannya. Streptococcus pyogenes adalah bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yaitu Faringitis. Tujuan: Mengetahui efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain Eksperimental. Daun sirih hijau 1000 g diekstraksi menggunakan metode maserasi menghasilkan 36,5 g ekstrak kental. Berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (25%, 50%, 75%, 100%), pelarut etanol 96% sebagai kontrol negatif dan eritromisin sebagai kontrol positif diuji aktivitas antibakterinya terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes pada agar darah dengan metode disc diffusion.Hasil: Terdapat zona hambat pada berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.). Analisis Kruskal-Wallis dilanjutkan uji Mann-Whitney

menunjukkan terdapat perbedaan daya hambat bermakna (p<0,05) antara berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes. Kesimpulan: Berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan pelarut etanol dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes.


(8)

viii ABSTRACT

Samrotul Fuadi. Medical Education Study Program. The Effectivity of Piper

betle L. Extract on Streptococcus pyogenes Growth. 2014

Background: Piper betle L. has been used by Indonesian people as a traditional

regiment. Piper betle L. extract has been reported to contain antibacterial effect by the Phenolic compound and its derivative. Streptococcus pyogenes is the agent responsible for Upper Respiratory Tract Infection (URTI) and pharyngitis.

Objective: Aims to determine the effect of Piper betle L. extract in Streptococcus pyogenes growth inhibition. Method: This experimental research extracted 1000 g of Piper betle L. through maceration method producing 36,5 g extract. Various concentration extracts (25%, 50%, 75%, and 100%), 96% ethanol as negative control, and erythromycin as positive control were analyzed to determine the inhibiting activity to Streptococcus pyogenes growth in blood agar using disc diffusion method. Results: Inhibition zone is found at various concentrations of

Piper betle L. extract. Kruskall-Wallis test showed significant difference (p<0,05) of inhibition effect among various concentrations of Piper betle L. extracts to Streptococcus pyogenes growth. Mann Withney test shows significant differences between various concentrations of extract, erythromycin as positive control, and ethanol 96% as negative control.

Conclusion: Various concentrations of Piper betle L. extract with ethanol inhibits

Streptococcus pyogenes growth.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul ... i

Lembar Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Lembar Persetujuan Pembimbing ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Kata pengantar ... v

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Grafik ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Bagan ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

Bab I : Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 2

1.3.1 Tujuan umum ... 2

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

Bab II: Tinjauan Pustaka ... 4

2.1Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) ... 4

2.1.1 Kandungan Kimiawi Daun Sirih Hijau ... 5

2.1.2 Manfaat Daun Sirih Hijau ... 5

2.2Morfologi dan klasifikasi Streptococcus pyogenes ... 6

2.3Faringitis ... 7

2.4Mekanisme Kerja Antibakteri ... 8

2.5Metode Pengujian Antibakteri ... 9

2.6Kerangka Teori ... 11

2.7Kerangka Konsep ... 12

2.8Definisi Operasional ... 12

Bab III: Metodologi Penelitian ... 14

3.1Desain Penelitian ... 14

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 14


(10)

x

3.3.1Variabel Bebas ... 14

3.3.2Variabel Terikat ... 14

3.4Alat dan Bahan ... 14

3.4.1Alat ... 14

3.4.2Bahan... 15

3.5Alur Penelitian ... 15

3.6Cara Kerja Penelitian ... 16

3.6.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ... 16

3.6.2 Persiapan dan Determinasi Daun Sirih Hijau ... 16

3.6.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau ... 16

3.6.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi ... 16

3.6.5 Pembuatan Stok Bakteri ... 17

3.6.6 Tahap Pengujian ... 17

3.7Analisis Data ... 17

Bab IV: Hasil dan Pembahasan ... 19

4.1Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau terhadap Streptococcus pyogenes... 19

Bab V: Simpulan dan Saran ... 24

5.1Simpulan ... 24

5.2Saran ... 24

Daftar Pustaka ... 25


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri ... 10 Tabel 4.1 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney ... 21


(12)

xii

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Hambatan Pertumbuhan Streptococcus pyogenes ... 20


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Daun Sirih Hijau ... 4 Gambar 2.2 Koloni Streptococcus pyogenes pada agar darah ... 6

Gambar 2.2 Hasil Pewarnaan Gram Streptococcus pyogenes ... 6

Gambar 4.1 Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (A) konsentrasi 25%, 100%, (B) konsentrasi 50%, 75% terhadap pertumbuhan


(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.6 Kerangka Teori ... 11 Bagan 2.7 Kerangka Konsep ... 12 Bagan 3.5 Alur Penelitian ... 15


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Hasil Determinasi Tumbuhan ... 27

Lampiran 2 Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bahan ... 28

Lampiran 3 Alat dan Bahan Penelitian ... 29


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sirih adalah salah satu tanaman tradisional yang dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan. Tanaman sirih hijau (Piper betle L.) tumbuh subur di sepanjang Asia tropis hingga Afrika Timur, menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India, hingga Madagaskar.Di Indonesia, Tanaman ini dapat ditemukan di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.1 Sirih memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai antibakteri, amebisid, fungisid, antiseptik, immunodulator dan lainnya.2

Bagian-bagian dari tanaman sirih (Piper betle L.) seperti akar, biji dan daun berpotensi untuk pengobatan, tetapi yang paling sering dimanfaatkan adalah bagian daunnya. Komponen aktif daun sirih dipengaruhi oleh umur, jenis daun, dan sinar matahari.1 Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri atas senyawa phenol

dan beberapa derivatnya euganol dan kavikol. Senyawa phenol dan derivatnya dapat mendenaturasi protein sel bakteri.3 Senyawa euganol bersifat bakterisida dengan meningkatkan permeabilitas membran bakteri.4 Senyawa kavikol selain memberi bau khas pada sirih juga memiliki sifat bakterisida lima kali lipat dari senyawa phenol lainnya.3 Berbagai macam penelitian membuktikan bahwa ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) memiliki aktivitas antibakteri.5

Khasiat ekstrak daun sirih hijau sebagai antibakteri telah dibuktikan oleh Seil (2012), ekstrak daun sirih hijau dengan pelarut etanol dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode disc diffusion pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau terkecil yaitu sebesar 106 ppm dengan kategori hambatan kuat. Juga telah dibuktikan oleh Angga (2013), bahwa ekstrak daun sirih hijau dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans dengan metode disc diffusion pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 20% dan 30% didapatkan rata-rata zona hambat 11,67 mm dan 14 mm dengan kategori hambatan lemah. Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50% dan 75% didapatkan rata-rata zona hambat 17,67 mm dan 19 mm dengan kategori hambatan sedang. Pada


(17)

2

konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 100% didapatkan rata-rata zona hambat 21,33 mm dengan kategori hambatan kuat.

Streptococcus pyogenes adalah bakteri patogen saluran pernapasan bagian atas yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, dan penyebab paling umum dari faringitis bakterial.7 Faringitis adalah peradangan dinding faring, yang merupakan penyebab dari (15-30%) kasus pada anak dan (5-10%) kasus pada dewasa.8 Streptococcus pyogenes tergolong bakteri Gram positif, termasuk kelompok bakteri Streptococcus β Hemolitik dan bersifat anaerob fakultatif.9

Indonesia merupakan negara berkembang dengan angka kejadian penyakit infeksi yang tinggi, terutama Infeksi Saluran Pernapasan. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 prevalensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) satu bulan terakhir di Indonesia adalah 25%.10 Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya, dibagi menjadi infeksi saluran napas bagian atas dan bawah. Infeksi saluran napas atas yang paling sering terjadi adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.Penyakit tersebut masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat di Indonesia, karena merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada balita (22,8%) dan bayi.11

Berdasarkan hal diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes secara in vitro. Penelitian ini meliputi uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih hijau dalam berbagai konsentrasi terhadap bakteri Streptococcus pyogenes dengan metode disc diffusion.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.


(18)

3

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui efek beberapa konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama menempuh pendidikan di program studi pendidikan dokter (PSPD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menambah pengetahuan peneliti terhadap penerapan beberapa ilmu kedokteran terhadap perkembangan dunia kesehatan, dan mengetahui daya hambat ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

1.4.2 Bagi Institusi

Menambah informasi dan literatur mengenai keilmuan mikrobiologi, dan memajukan UIN Syarif Hidayatullah terutama FKIK UIN Syarif Hidayatullah dengan mempublikasikan penelitian ini.

1.4.3 Bagi Keilmuan

Dapat memberikan informasi mengenai efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes, dapat dijadikan bahan referensi bagi praktisi yang tertarik dalam penelitian mikrobiologi, dan dapat digunakan sebagai data informasi untuk melakukan penelitian lanjut tentang efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes.

1.4.5 Bagi Sosial

Meningkatkan pemanfaatan bahan alami sebagai tanaman berkhasiat obat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.


(19)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)

Sirih adalah salah satu jenis tumbuhan yang berasal dari famili Piperaceae, tumbuh merambat atau menjalar. Tinggi tanaman sirih bisa mencapai 5-15 m tergantung pertumbuhan dan tempat rambatnya. Sirih memiliki batang berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat, berkerut, dan beruas yang merupakan tempat keluarnya akar. Tanaman ini memiliki daun berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang seling, bertangkai, teksturnya kasar jika diraba, dan mengeluarkan bau yang sedap (aromatis). Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm. Warna daun sirih bervariasi, dari merah, kuning, hijau sampai hijau tua. Sirih dapat tumbuh subur di daerah tropis dengan ketinggian 300-1.000 m di atas permukaan laut, terutama di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan cukup air.1

Berdasarkan Ilmu Taksonomi, berikut adalah klasifikasi dari tanaman sirih hijau (Piper betle L.)12

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Piperales Family : Piperaceae Genus : Piper

Spesies : Piper betle L.

Gambar 2.1 Daun Sirih Hijau

Sumber (http://www.bit.lipi.go.id/) Diakses 10 September 2014


(20)

5

2.1.1 Kandungan Kimiawi Daun Sirih Hijau

Tanaman sirih mengandung 4,2% minyak atsiri, yang komponen utamanya terdiri dari betle phenol dan beberapa derivatnya diantaranya euganol allypyrocatechine 26,8-42,5%, Cineol 2,4-4,8%, methyl euganol 4,2-15,8%,

Caryophyllen (Siskuiterpen) 3-9,8%, hidroksi kavikol, kavikol 7,2-16,7%,

kabivetol 2,7-6,2%, estragol, ilypyrokatekol 9,6%, karvakol 2,2-5,6%, alkaloid,

flavonoid, triterpenoidatau steroid, saponin, terpen, fenilpropan, terpinen, diastase 0,8-1,8%, dan tannin 1-1,3%.3 Pada konsentrasi 0,1-1% phenol bersifat

bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi 1-2% phenol bersifat bakteriosida.14 Senyawa phenol dan derivatnya dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Senyawa

euganol bersifat bakterisida dengan meningkatkan permeabilitas membran bakteri.4 Senyawa kavikol selain memberi bau khas pada sirih juga memiliki sifat bakterisida lima kali lipat dari senyawa phenol lainnya.3

Setiap daun sirih hijau memiliki kandungan air (85-90%), protein (33,5%), karbohidrat (0,5-6,1%), serat (2-3%), minyak esensial (0,08-0,2%), tannin (0,1-1,3%), dan alkaloid. Daun sirih hijau juga mengandung beberapa vitamin seperti vitamin C (0,005-0,01%), asam nikotinik (0,63-0,89mg/100gms), vitamin A (1,9-2,9mg/100gms), thiamin (10-70μg/100gms), riboflavin (1,930μg/100gms). Dan juga mineral (2,3-3,3%) yang terdiri atas kalsium (0,2-0,5%), besi (0,005-0,007%),

iodin (3,4μg/100gms), fosfor (0,05-0,6%), potassium (1,1-4,6%).6

2.1.2 Manfaat Daun Sirih Hijau

Beberapa literatur menyebutkan bahwa daun sirih memiliki sifat styptic

(menahan perdarahan), vulnerary (menyembuhkan luka kulit), menguatkan gigi, dan membersihkan tenggorokan. Selain itu juga memiliki kemampuan sebagai antiseptik, antioksidasi, dan fungisid. Minyak atsiri dan ekstraknya mampu melawan beberapa bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Sehingga banyak masyarakat memanfaatkan daun sirih sebagai pengobatan atau penyembuhan penyakit. Pemakaian daun sirih sebagai obat disebabkan adanya kandungan minyak atsiri yang terdiri dari phenol dan sebagian besar kavikol. Kavikol inilah yang memberi bau khas daun sirih dan memiliki sifat bakterisida lima kali lipat dari


(21)

6

phenol biasa.15 Disamping itu, ekstraknya dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati radang gusi dan radang tenggorokan.1

2.2 Morfologi dan Klasifikasi Streptococcus pyogenes

Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif, berbentuk kokus dengan diameter 0,5-1 µm dan tersusun seperti rantai. Bakteri ini bersifat β

hemolitik sehingga menghasilkan zona hemolisis β di sekitar koloni.16,17 Streptococcus pyogenes bersifat anaerob fakultatif, nonmotil, tidak berspora, dan dapat tumbuh secara optimum pada suhu 37oC dengan pH 7,4-7,6. Bakteri

Streptococcus pyogenes dapat hidup selama 10-14 hari pada media biasa pada suhu kamar dan dapat tetap hidup tanpa berubah sifat virulensinya selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Pada suhu 500C bakteri akan mati dalam 10 menit.16 Berdasarkan Ilmu Taksonomi, berikut adalah klasifikasi dari bakteri Streptococcus pyogenes:16

Kingdom : Bacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacillales Famili : Streptococcaceae Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus pyogenes

Gambar 2.2 (kiri) Hasil Pewarnaan Gram Streptococcus pyogenes dan (kanan) koloni Streptococcus pyogenes pada media agar darah

(Sumber: texbookofbacteriology.net) Diakses 8 September 2014


(22)

7

Streptococcus pyogenes merupakan salah satu bakteri patogen yang banyak menginfeksi manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan dan kulit, namun tidak menimbulkan gejala penyakit. Streptococcus pyogenes dapat menginfeksi ketika pertahanan tubuh host menurun atau ketika organisme tersebut mampu berpenetrasi melewati pertahanan host yang ada. Bila bakteri ini tersebar sampai ke jaringan yang rentan, maka infeksi supuratif dapat terjadi. Infeksi ini dapat berupa faringitis, tonsilitis, dan impetigo.20

2.3 Faringitis

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh rhinovirus (20%), influenza virus (2%) dan Streptococcus pyogenes (15-30%).8 Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi bakteri Grup A Streptococcus β hemolitik dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraseluler. Bakteri ini menyerang anak usia sekolah (terutama usia 4-7 tahun), dan orang dewasa. Infeksi dapat terjadi apabila pertahanan tubuh host menurun atau ketika organisme ini dapat menembus pertahanan tubuh host. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah (droplet infection).21

Faringitis akut berlangsung kurang dari 2 minggu. Penyebab paling sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes. Pada awal penyakit penderita mengeluh rasa kering atau gatal pada tenggorokan, malaise dan sakit kepala, biasanya suhu sedikit meningkat, dan eksudat pada faring menebal.22 Gejala pada rhinovirus yaitu rhinitis dan beberapa hari kemudian dapat menimbulkan faringitis, timbul demam disertai rhinorhea (sekresi mukus encer dari hidung), mual, nyeri tenggorok dan sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.

Faringitis kronik berlangsung lebih dari 2 minggu. Terdapat 2 bentuk faringitis kronik yaitu faringitis hiperplastik dan faringitis atrofi. Faktor predisposisi pada faringitis kronik adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, dan minuman beralkohol. Faringitis kronik hiperplastik ditandai dengan perubahan mukosa dinding posterior faring. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular, dan pasien mengeluh tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk berdahak. Sedangkan gejala pada faringitis kronik atrofi


(23)

8

pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.21

2.4 Mekanisme Kerja Antibakteri23

Berdasarkan aktivitasnya antibakteri dapat dibagi atas 2 kelompok, yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri, namun tidak membunuhnya) dan bakterisida (bersifat membunuh bakteri dalam spektrum yang luas). Sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antibakteri dapat dibagi kedalam 5 kelompok, yaitu:

2.4.1 Menghambat Sintesis Dinding Sel

Bakteri memiliki dinding sel dengan tekanan osmotik yang tinggi di dalam sel dan berfungsi mempertahankan bentuk dan ukuran sel. Dinding sel bakteri mengandung peptidoglikan. Lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri Gram positif lebih tebal daripada bakteri Gram negatif. Struktur dinding sel dapat dirusak

dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk.22 Antibiotik yang bekerja dengan mekanisme ini diantaranya penisilin, sefalosforin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin.23

2.4.2 Mengganggu Keutuhan Membran Sel

Membran sitoplasma berfungsi dalam perpindahan molekul aktif dan menjaga keseimbangan zat di dalam sel. Kerusakan membran sitoplasma sel dapat menyebabkan keluarnya makromolekul seperti protein, asam nukleat, dan ion-ion penting sehingga sel menjadi rusak. Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimiksin-B dan golongan azol (klotrimazol, mikonazol, dan ketokonazol).23

2.4.3 Menghambat Sintesis Protein

Sel bakteri harus mensintesis berbagai protein untuk kehidupannya. Sintesis protein berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri ribosom terdiri atas dua subunit ribosom yaitu ribosom 30S dan ribosom 50S. Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal


(24)

9

rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Penghambatan pada komponen ribosom-ribosom tersebut menyebakan gangguan protein sel. Antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein sel antara lain golongan aminoglikosida, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.23

2.4.4 Menghambat Sintesis Asam Nukleat

Antibiotik yang dapat menghambat sintesis asam nukleat bakteri yaitu kuinolon, rifampisin, sulfonamide, dan trimetropin. Rifampisin menghambat replikasi Deoksiribosa Nukleotida Acid (DNA) pada proses pembelahan sel. Rifampisin bekerja dengan cara mengikat enzim DNA-dependent RNA polymerase sehingga menghambat sintesis Ribosa Nukleotida Acid (RNA) bakteri. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada bakteri.23

2.4.5 Menghambat Metabolisme Sel

Bakteri membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Asam folat tersebut harus disintesis sendiri oleh bakteri dari asam para aminobenzoate (PABA). Antibakteri seperti sulfonamide, trimetropin, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon menghambat proses pembentukan asam folat tersebut.23

2.5 Metode Pengujian Antibakteri

Uji antibakteri dilakukan untuk mengukur respon pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antibakteri.

2.5.1 Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)

Metode disc diffusion merupakan metode sederhana, praktis, dan telah distandarisasi dengan baik. Metode disc diffusion digunakan untuk menentukan aktivitas agen antibakteri. Metode ini dilakukan dengan meletakkan blank disc yang sudah berisi suatu zat antibakteri pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antibakteri.24 Keuntungan metode ini adalah kesederhanaan test yang tidak membutuhkan peralatan khusus. Kekurangan metode ini adalah tidak adanya mekanisasi atau automatisasi.


(25)

10

2.5.2 E-test

Metode E-test digunakan untuk menentukan konsentrasi minimal suatu agen antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Cara yang dilakukan menggunakan strip plastik yang mengandung agen antibakteri dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang sudah ditanami mikroorganisme.24

2.5.3 Ditch-plate technique

Metode ini dilakukan dengan meletakkan agen antibakteri pada parit yang telah dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur kemudian bakteri uji digoreskan kearah parit yang berisi antibakteri.24

2.5.4 Cup-plate technique (Metode Lubang)

Metode Cup-plate technique memiliki prinsip hampir sama dengan metode

disc diffusion. Pada metode ini, media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dibuat lubang diisi dengan zat antibakteri yang akan diuji.24

Efektivitas antibakteri didasarkan pada pembentukan zona hambat yang ditunjukkan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri25 Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan

>20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

10-15 mm Lemah

<10 mm Tidak ada


(26)

11

2.6 Kerangka Teori

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) Sinusitis Otitis Faringitis Akut Kronik Virus Bakteri Streptococcus pyogenes Infeksi Sirih Hijau Daun Batang Akar Merah Kuning Manfaat Sirih Antiseptik Fungisid Antibakteri Senyawa Kimia Minyak atsiri Daun sirih

Phenol Kavikol Euganol Antibiotik

golongan Makrolid (Eritromisin) ? antibakteri Mendenaturasi protein sel bakteri Meningkatkan permeabilitas membran Bakterisida Menghambat sintesis protein bakteri


(27)

12

2.7 Kerangka Konsep

Variabel terikat : Pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes

Variabel bebas : Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%. Kontrol positif dengan eritromisin dan kontrol negatif dengan etanol 96%.

2.8 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

Operasional

1. Zona hambat Daerah hambatan Penggarris Diameter Numerik

Streptococcus yang terbentuk Zona hambat

Pyogenes (mm)

2. Konsentrasi Daun sirih yang Mikropipet Jumlah ekstrak Kategorik Ekstrak daun telah dilarutkan sesuai dengan

Sirih hijau dengan etanol berbagai

96% dengan konsentrasi

berbagai konsentrasi Ekstrak daun Sirih

hijau dalam konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%

Biakan bakteri

Streptococcus pyogenes

Pertumbuhan bakteri normal

Pertumbuhan bakteri terhambat


(28)

13

3. Larutan Larutan kontrol Mikropipet Jumlah larutan Kategorik

kontrol negatif yang sebanyak 1 ml

negatif berisi etanol 96%

4. Larutan Kontrol positif Tidak ada Cakram uji Kategorik kontrol berupa kertas berisi antibiotik

positif cakram yang eritromisin

berisi antibiotik eritromisin


(29)

14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan metode

disc diffusion untuk melihat efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

3.2 Tempat dan Waktu

Proses determinasi tanaman dilakukan pada tanggal 21 Februari 2014 di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor sedangkan proses ekstraksi daun sirih hijau (Piper betle L.) dilakukan pada tanggal 14 April 2014 di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor. Kemudian, penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian

3.3.1Variabel bebas

Ekstrak daun sirih hijau dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%. Kontrol positif dengan eritromisin, dan kontrol negatif dengan etanol 96%.

3.3.2Variabel terikat

Pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes di media agar darah, diukur dengan berbagai diameter zona hambatan (zona terang) yang terbentuk dalam millimeter (mm).

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini, antara lain tabung reaksi, ose, bunsen, mikropipet, pinset, vortex, cawan petri, korek api, kapas lidi, tisu, rak


(30)

15

tabung, penggaris, erlenmeyer, kamera, baki, autoclave, alat tulis, label, laminar air flow, inkubator.

3.4.2Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini, antara lain ekstrak daun sirih hijau, agar darah, pelarut etanol 96%, aquades steril, thioglikolat cair, larutan standar 0,5 Mc Farland, biakan bakteri Streptococcus pyogenes, cakram uji antibiotik eritromisin, cakram uji kosong.

3.5 Alur Penelitian

Bagan 3.1 Alur penelitian Ekstrak Daun Sirih

Hijau Konsentrasi 25% Konsentrasi 50% Konsentrasi 75% Konsentrasi 100% Kontrol (+) Eritromisin Kontrol (-) Etanol 96%

Bakteri Streptococcus pyogenes pada agar darah

Zona Hambat Analisis Statistik Determinasi di LIPI Bogor Ekstraksi di BALITRO Bogor


(31)

16

3.6Cara Kerja

3.6.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat yang akan digunakan pada penelitian ini dicuci bersih, dikeringkan dan dibungkus dengan kertas kemudian disterilisasi di dalam autoclave

selama 30 menit pada suhu 121˚C dan tekanan 1,5 atm.

3.6.2Persiapan dan Determinasi Daun Sirih Hijau

Daun sirih hijau yang dibeli di pasar Ciputat sebanyak 1000 g. Kemudian dilakukan determinasi di LIPI Bogor yang bertujuan untuk memastikan kebenaran dari tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman sirih hijau dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri morfologi yang ada pada tanaman sirih terhadap kepustakaan dan dibuktikan bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.

3.6.3Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau

Metode yang digunakan untuk mengekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) adalah metode maserasi. Pada metode maserasi ini menggunakan pelarut etanol 96%. Sebanyak 1000 g daun sirih hijau dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 40˚C. Kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk kering. Serbuk kering direndam dalam pelarut etanol 96% selama 3x24 jam. Kemudian diambil filtratnya dengan penyaringan. Maserasi dilakukan dengan pengadukan sebanyak 12 kali selama 15 menit dengan tenggang waktu antar pengadukan selama 5 menit. Kemudian dilakukan penyaringan dengan corong dan kertas saring untuk memisahkan filtrat dari ampas. Hasil saringan kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator, sehingga didapatkan 36,5 g ekstrak kental yang bebas dari pelarut.

3.6.4Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi

Stok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang divariasikan dengan menggunakan pelarut etanol 96% yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100 %. Kontrol negatif yang digunakan adalah pelarut etanol 96% dan kontrol positif yang digunakan adalah antibiotik eritromisin yang merupakan antibiotik golongan makrolid yang dapat menghambat sintesis protein pada bakteri. Sehingga seluruhnya berjumlah 6


(32)

17

variabel. Penelitian ini dikerjakan secara triplo. Stok variabel konsentrasi yang dituangkan dalam 5 cawan petri yang berbeda diberi cakram uji kosong (1 cawan petri berisi 3 cakram uji kosong) yang direndam selama 10-15 menit.

3.6.5Pembuatan Stok bakteri

Pembuatan stok bakteri dilakukan untuk memperbanyak bakteri dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan bakteri Streptococcus pyogenes ke dalam agar darah, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam didalam inkubator.

3.6.6Tahap Pengujian

Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose bakteri Streptococcus pyogenes kedalam tabung reaksi yang berisi thioglikolat cair. Kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan dibandingkan kekeruhannya dengan larutan standar 0,5 Mc Farland. Suspensi bakteri Streptococcus pyogenes

kemudian dioleskan pada agar darah menggunakan kapas lidi steril. Cakram uji kosong direndam didalam masing-masing stok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau selama 15-30 menit, setelah itu cakram dibiarkan kering. Cakram uji kosong yang telah direndam dalam berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau dan cakram uji antibiotik eritromisin kemudian diletakkan di atas permukaan agar darah secara steril di laminar air flow. Kemudian agar darah tersebut diinkubasi dalam inkubator

pada suhu 37˚C selama 24 jam. Setelah 24 jam, diukur diameter zona terang (clear

zone) yang terbentuk menggunakan penggaris.

3.7 Analisis Data

Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang bermakna dari masing-masing cakram uji yang berisi kontrol negatif, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 25%, 50%, 75%, 100%, dan kontrol positif eritromisin dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes.

Data penelitian ini berupa variabel numerik lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan sehingga menggunakan uji statistik parametrik One-Way ANOVA


(33)

18

hasil penelitian ini tidak memenuhi kedua syarat tersebut maka dilakukan uji statistik non-parametrik Kruskal-Wallis. Selanjutnya dilakukan uji post hoc apabila hasil dari uji One-Way ANOVA atau uji Kruskal-Wallis bermakna.


(34)

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan

Bakteri Streptococcus pyogenes

Gambar 4.1 Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (A) konsentrasi 25%, 100%, (B) konsentrasi 50%, 75% terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes

Dari Percobaan dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau didapatkan rata-rata zona hambat yang diukur dari zona terang yang terbentuk pada konsentrasi 25% yaitu 14,6 mm dengan standar deviasi 0,57. Pada konsentrasi 50% yaitu 17,6 mm dengan standar deviasi 0,57. Pada konsentrasi 75% yaitu 19 mm dengan standar deviasi 1. Pada konsentrasi 100% yaitu 19 mm dengan standar deviasi 1. Pada kontrol positif menggunakan antibiotik eritromisin didapatkan zona terang dengan diameter 33,33 mm dengan standar deviasi 0,76. Pada uji kontrol negatif yang menggunakan etanol 96% tidak terbentuk zona hambat yang memberikan arti bahwa tidak ada hambatan terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes.


(35)

20

Grafik 4.1 Hambatan Pertumbuhan Streptococcus pyogenes

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data penelitian ini lebih dari 2 kelompok dan tidak berpasangan. Maka, uji kebermaknaan yang digunakan yaitu One-Way ANOVA. Pada uji tersebut terdapat dua syarat yang harus dipenuhi yaitu distribusi data normal dengan p > 0,05 dan variasi data sama dengan p > 0,05. Berdasarkan uji statistik Shapiro-Wilk, didapatkan distribusi data tidak normal pada penelitian ini dengan nilai signifikan 0,01 sehingga diperlukan transformasi data. Setelah dilakukan transformasi data, hasil transformasi data tetap tidak normal. Karena tidak terpenuhinya syarat untuk menggunakan uji One-Way ANOVA maka uji kebermaknaan dilakukan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Pada uji Kruskal-Wallis nilai signifikansi bermakna jika p < 0,05, pada penelitian ini hasil uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai signifikan 0,043 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok.

Dari hasil analisis statistik dengan uji Mann-Whitney didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dengan semua konsentrasi ekstrak daun sirih hijau, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 25% dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50%, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 25% dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 75%, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 25% dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 100%, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50% dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 75%, dan kontrol positif dengan semua konsentrasi ekstrak daun sirih hijau.

10 20 30 40

25% 50% 75% 100% k (+) k (-)

d iame ter zo n a h amb at (m m )

konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (%)

Zona hambat daun sirih terhadap bakteri


(36)

21

Tabel 4.1 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney

Perlakuan konsentrasi 25% konsentrasi 50% konsentrasi 75% konsentrasi 100% kontrol (+) kontrol (-) konsentrasi 25%

konsentrasi 50% 0.043*

konsentrasi 75% 0.043* 0.043*

konsentrasi 100% 0.046* 0.105 0.487

kontrol (+) 0.046* 0.046* 0.046* 0.05

kontrol (-) 0.034* 0.034* 0.034* 0.037* 0.037*

Keterangan: * Signifikan p < 0.05

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan, ekstrak daun sirih hijau mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Berdasarkan klasifikasi Greenwood, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 25% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan kategori hambatan lemah, dan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50%, 75%, dan 100% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan kategori hambatan sedang.

Pemberian ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Streptococcus pyogenes yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat. Adanya zona hambat yang dihasilkan dari pemberian ekstrak daun sirih hijau dapat dihubungkan dengan senyawa yang terkandung didalam minyak atsiri yang terdiri dari phenol, euganol, dan kavikol.

Senyawa phenol dan derivatnya yang terkandung dalam ekstrak daun sirih hijau dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Senyawa kavikol memiliki sifat bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan senyawa phenol lain, dan euganol

sebagai antibakteri melalui peningkatan permeabilitas membran bakteri.3

Penelitian Seil (2012), membuktikan bahwa ekstrak daun sirih hijau memiliki efek terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pada penelitian tersebut menggunakan metode disc diffusion. Variabel bebas pada penelitian tersebut ekstrak daun sirih hijau dengan konsentrasi 106, 5.106, dan 107 ppm. Adapun proses ekstraksi daun sirih hijau sebanyak 500 g dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.


(37)

22

Hasil pengamatan pada penelitian yang dilakukan Seil (2012), menunjukkan pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 106 ppm didapatkan rata-rata zona hambat sebesar 21,3 mm. Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 5.106 ppm didapatkan

rata-rata zona hambat sebesar 25,3 mm. Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 107 ppm didapatkan rata-rata zona hambat sebesar 27,3 mm. Sementara pada

kontrol positif menggunakan antibiotik amoksilin didapatkan rata-rata zona hambat sebesar 52,3 mm. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi variabel ekstrak daun sirih hijau maka semakin kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan data yang didapatkan pada penelitian tersebut konsentrasi ekstrak daun sirih hijau terkecil yaitu sebesar 106 ppm dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori hambatan kuat.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan Seil (2012), adalah perbedaan pada bakteri, media yang diuji, dan variasi konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang digunakan. Sedangkan metode dan pelarut yang digunakan adalah sama, yaitu dengan metode disc diffusion dan pelarut etanol 96%. Pada penelitian ini, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau dengan konsentrasi 25% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan kategori hambatan lemah, dan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50%, 75%, dan 100% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan kategori hambatan sedang.

Penelitian lain yang memanfaatkan ekstrak daun sirih hijau terhadap bakteri adalah Anang Hermawan (2007), yang membuktikan efek ekstrak daun sirih hijau dengan metode disc diffusion terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

dan Eschericia coli. Variabel bebas pada penelitian tersebut ekstrak daun sirih hijau dengan konsentrasi 2,5, 5, dan 10%. Dengan 7 kali pengulangan. Adapun media agar yang digunakan adalah Mueller Hinton Agar sebagai media pertumbuhan bakteri. Pada penelitian tersebut proses ekstraksi menggunakan pelarut metanol dan menggunakan dimethyl sulfoxide (DMSO) 10% pada saat pembuatan pembagian konsentrasi dan sebagai kontrol negatif. Diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak daun sirih berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri tersebut, yang ditunjukkan dengan adanya clear zone yang terbentuk.


(38)

23

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan Anang hermawan (2007), adalah perbedaan pada bakteri, media yang diuji, dan variasi kosentrasi ekstrak daun sirih hijau yang digunakan. Serta pada saat pembuatan ekstraksi daun sirih hijau peneliti tersebut menggunakan metanol sebagai pelarutnya dan menggunakan DMSO 10% pada saat pembuatan pembagian konsentrasi variabel bebas. Sedangkan metode yang digunakan sama yaitu metode

disc diffusion.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Angga (2013), membuktikan bahwa ekstrak daun sirih hijau memiliki efek terhadap pertumbuhan bakteri Streptoccus viridans. Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 20% dan 30% didapatkan rata-rata zona hambat 11,67 mm dan 14 mm dengan kategori hambatan lemah. Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50% dan 75% didapatkan rata-rata zona hambat 17,67 mm dan 19 mm dengan kategori hambatan sedang. Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 100% didapatkan rata-rata zona hambat 21,33 mm dengan kategori hambatan kuat. Sedangkan pada kontrol positif dengan menggunakan amoksilin didapatkan rata-rata zona hambat 25,33 mm.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan Angga (2013), adalah perbedaan pada bakteri yang diuji dan variasi konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang digunakan. Sedangkan metode dan pelarut yang digunakan adalah sama, yaitu dengan metode disc diffusion dan pelarut etanol 96%.

Kontrol negatif pada penelitian ini tidak menimbulkan daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes menunjukkan bahwa pelarut etanol tidak mempengaruhi efek antibakteri ekstrak daun sirih hijau, sedangkan kontrol positif berupa eritromisin menunjukkan respon hambatan kuat terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Eritromisin merupakan golongan makrolid yang dapat menghambat sintesis protein pada bakteri sehingga pada penelitian ini memperlihatkan zona hambatan yang paling kuat.

Uraian diatas membuktikan bahwa daun sirih hijau dapat digunakan sebagai zat antibakteri, terutama dalam menghambat pertumbuhan Streprococcus pyogenes.


(39)

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti R, Mulyono. Khasiat & Manfaat Daun Sirih: Obat mujarab dari masa ke masa. Jakarta: AgroMedia Pustaka. 2003.

2. A. Duke, James. Handbook of medicinal herbs, second edition. London : CRC press. 2002.p.73.

3. Inayatullah, Seila. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi. Pendidikan Dokter FKIK UIN, Jakarta. 2012.

4. KP, Devi. SA, Nisa. R, Sakhtivel. Eugenol (an essential oil of clove) acts as an antibacterial agent against Salmonella typhi by disrupting the cellular membran. Journal of ethnopharmacology. 2010.

5. Bissa, Syarad. Songara, Dimple. Bohra A. Tradition in oral hygiene : Chewing of betel (Piper betle L.) leaves. Current science, Vol. 92, No. 1. 2007.p.26-28.

6. Maulana, Angga, Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus viridans. Skripsi. Pendidikan Dokter FKIK UIN, Jakarta. 2013.

7. Limsuwa, Suwarsak, Supayang P V. Anti-Streptococcus pyogenes Actiity of Selected Medicinal Plant Extracts Used in Thai Traditional Medicine. Tropical Journal of Pharmaceutical Research August 2013; 12 (4): 535-540.

8. Alan L. Bisno, M. D. Acute Pharyngitis. N Eng J Med, Vol 344, No. 3. January 18, 2001. Available http://.www.nejm.org.

9. Johnson, Arthur G, dkk. Essential Mikrobiologi dan Imunologi ed 5. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. 2011.h.107.

10. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan, Repubik Indonesia. 2013. 11. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan.2005.

12. Pradhan, D. et al. Golden Heart of the Nature: Piper betle L. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. Vol.1 No. 6 : 2013.p.147-167.

13. Sirih hijau. http://www.bit.lipi.go.id/pangan-kesehatan. Diakses pada 10 September 2014.


(40)

26

14. Aiello, Susan E. The Merck etinary manual. USA: Merck Sharp & Dohme Corp. 2012.

15. Alfares, Irene f. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Infeksi Stapylococcus aureus Pada Tikus. Skripsi. Fakultas kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2013. 16. Staf Pengajar FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: PT

Binarupa Aksara. 1994.

17. Jawetz, Melnick and Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran jawetz. Edisi 23. Jakarta: EGC. 2007.

18. Streptococcus pyogenes. Available form http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Streptococcus pyogenes. Diakses pada 10 September 2014.

19. Todar, K. Streptococcus pyogenes. Todar’s Online textbook of bacteriology. Available http:/textbookofbacteriology.net/streptococcus.html. Diakses pada tanggal 8 September 2014.

20. Cunningham, M.W., Pathogenesis of Group A streptococcal Infection, Clin Microbiol rev, 13(30), 2000,470-511.

21. Soepardi, Efiaty arsyad. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher edisi ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2012. 22. George L, Adams, MD. BOIES Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (BOIES

Fundamentals of Otolaryngology) ed 6. ECG. 1997.

23. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2007.

24. Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008. 25. Greenwood. Antibiotics susceptibility (sensitivity) Test Antimicrobial and

Chemotherapy. USA: MC Graw Hill. Company. 1995.

26. Hermawan, A, Hana, W, dan Wiwiek, T. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Eschericia coli


(41)

27

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat hasil determinasi tumbuhan


(42)

28

Lampiran 2 Hasil Ekstraksi Daun Sirih Hijau


(43)

29

Lampiran 3 Alat dan bahan

Inkubator Standar 0,5 MF


(44)

30

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Samrotul Fuadi Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 05 Oktober 1992

Alamat : Jl. Dr. Hamka No 14 Rantau Prapat, Medan, Sumatera Utara

Email : samrohreza@gmail.com No. Telpon : 085261188119

1996-1999 : TK Nurul Huda Negeri lama

1999-2005 : SD 116874 Bakaran batu, Rantau prapat 2005-2008 : MTs Nur Ibrahimy Rantau prapat 2008-2011 : MAN Rantau Prapat

2011-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(1)

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti R, Mulyono. Khasiat & Manfaat Daun Sirih: Obat mujarab dari masa ke masa. Jakarta: AgroMedia Pustaka. 2003.

2. A. Duke, James. Handbook of medicinal herbs, second edition. London : CRC press. 2002.p.73.

3. Inayatullah, Seila. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi. Pendidikan Dokter FKIK UIN, Jakarta. 2012.

4. KP, Devi. SA, Nisa. R, Sakhtivel. Eugenol (an essential oil of clove) acts as an antibacterial agent against Salmonella typhi by disrupting the cellular membran. Journal of ethnopharmacology. 2010.

5. Bissa, Syarad. Songara, Dimple. Bohra A. Tradition in oral hygiene : Chewing of betel (Piper betle L.) leaves. Current science, Vol. 92, No. 1. 2007.p.26-28.

6. Maulana, Angga, Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus viridans. Skripsi. Pendidikan Dokter FKIK UIN, Jakarta. 2013.

7. Limsuwa, Suwarsak, Supayang P V. Anti-Streptococcus pyogenes Actiity of Selected Medicinal Plant Extracts Used in Thai Traditional Medicine. Tropical Journal of Pharmaceutical Research August 2013; 12 (4): 535-540.

8. Alan L. Bisno, M. D. Acute Pharyngitis. N Eng J Med, Vol 344, No. 3. January 18, 2001. Available http://.www.nejm.org.

9. Johnson, Arthur G, dkk. Essential Mikrobiologi dan Imunologi ed 5. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. 2011.h.107.

10. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan, Repubik Indonesia. 2013. 11. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan. 2005.

12. Pradhan, D. et al. Golden Heart of the Nature: Piper betle L. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. Vol.1 No. 6 : 2013.p.147-167.

13. Sirih hijau. http://www.bit.lipi.go.id/pangan-kesehatan. Diakses pada 10 September 2014.


(2)

26

14. Aiello, Susan E. The Merck etinary manual. USA: Merck Sharp & Dohme Corp. 2012.

15. Alfares, Irene f. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Infeksi Stapylococcus aureus Pada Tikus. Skripsi. Fakultas kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2013. 16. Staf Pengajar FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: PT

Binarupa Aksara. 1994.

17. Jawetz, Melnick and Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran jawetz. Edisi 23. Jakarta: EGC. 2007.

18. Streptococcus pyogenes. Available form http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Streptococcus pyogenes. Diakses pada 10 September 2014.

19. Todar, K. Streptococcus pyogenes. Todar’s Online textbook of bacteriology. Available http:/textbookofbacteriology.net/streptococcus.html. Diakses pada tanggal 8 September 2014.

20. Cunningham, M.W., Pathogenesis of Group A streptococcal Infection, Clin Microbiol rev, 13(30), 2000,470-511.

21. Soepardi, Efiaty arsyad. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher edisi ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2012. 22. George L, Adams, MD. BOIES Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (BOIES

Fundamentals of Otolaryngology) ed 6. ECG. 1997.

23. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2007.

24. Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008. 25. Greenwood. Antibiotics susceptibility (sensitivity) Test Antimicrobial and

Chemotherapy. USA: MC Graw Hill. Company. 1995.

26. Hermawan, A, Hana, W, dan Wiwiek, T. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Eschericia coli dengan Metode Difusi Disk. Skripsi: Universitas Erlangga. 2007.


(3)

27

Lampiran 1 Surat hasil determinasi tumbuhan


(4)

28

Lampiran 2 Hasil Ekstraksi Daun Sirih Hijau


(5)

Lampiran 3 Alat dan bahan

Inkubator Standar 0,5 MF


(6)

30

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Samrotul Fuadi Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 05 Oktober 1992

Alamat : Jl. Dr. Hamka No 14 Rantau Prapat, Medan, Sumatera Utara

Email : samrohreza@gmail.com No. Telpon : 085261188119

1996-1999 : TK Nurul Huda Negeri lama

1999-2005 : SD 116874 Bakaran batu, Rantau prapat 2005-2008 : MTs Nur Ibrahimy Rantau prapat 2008-2011 : MAN Rantau Prapat

2011-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta