BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Problem Solving Ditinjau dari H

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Trianto (2011: 67) model pembelajaran PBL merupakan suatu model
pembelajaran yang didasarkan berdasarkan pada banyaknya permasalahan yang
membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelididkan yang membutuhkan
penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Selanjutnya Suprihatiningrum
(2014: 216) mengemukakan bahwa pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
adalah suatu pembelajaran yang mana sejak awal siswa dihadapkan pada suatu
masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student
centered. PBL bertujuan agar siswa mampu memperoleh dan membentuk
pengetahuannya secara efisien, kontekstual, dan terintegrasi. Sedangkan menurut
Ratumanan (2002: 123) menjelaskan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran
proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini
cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Berdasarkan pendapat Trianto, Suprihatiningrum dan Ratumanan, dapat
dikemukakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

memiliki komponen: 1) suatu sistem pembelajaran, 2) berangkat dari
permasalahan pembelajaran, 3) adanya penyelidikan ilmiah untuk memecahkan
masalah, dan 4) siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri. Dari komponenkomponen tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) merupakan sistem pembelajaran yang bermula dari masalah nyata
dalam

pembelajaran,

kemudian

dilakukan

penyelidikan

ilmiah

untruk

memecahkan masalah, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri.
Pada proses pembelajaran tidak hanya mengharapkan siswa untuk mendengarkan,

mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui pembelajaran

ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan
dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Uden dan Beaumont dalam Suprihatiningrum (2014: 57) menyatakan
beberapa keuntungan yang dapat diamati dari siswa belajar dengan menggunakan
pendekatan PBL, yaitu:
1. Mampu mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuannya.
2. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berfikir kritis, dan
keterampilan komunikasi.
3. Mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi
4. Menikmati belajar
5. Meningkatkan motivasi
6. Bagus dalam bekerja keompok
7. Mengembangkan belajar strategi belajar
8. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi
Menurut Sanjaya (2007: 221) kelemahan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) yaitu:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan

merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan model pembelajaran membutuhkan waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.

Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) Paul Enggen dan Don
Kauchak (2012: 311), yaitu:
1. Mereview dan menyajikan masalah
Guru mereview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memcahkan masalah dan
memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk dipecahkan.
2. Menyusun strategi
Siswa menyusun strategi untuk memcahkan masalah dan guru memberi
mereka umpan balik soal strategi.
3. Menerapkan strategi
Siswa menerapkan strategi-strategi mereka dan memberikan umpan balik.
Pada fase ini memberikan siswa pengalaman untuk memcahkan masalah.
4. Membahas dan mengevaluasi hasil
Guru membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka
dapatkan. Pada fase ini guru memberikan umpan balik tentang upaya yang

telah dilakukan siswa.
Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) Trianto (2013: 224), yaitu:
1. Mendefinisikan masalah
Pernyataan yang timbul dijelaskan melalui fakta yang ada. Selain itu,
diperlukan penggunaan bahasa yang ringkas, jelas , dan juga didukung
dengan data yang diperlukan.
2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan akar penyebab
Teknik yang digunakan untuk mempertimbangkan penyebab masalah adalah
brainstorming, yaitu sebuah teknik yang memperbolehkan beberapa ide
digeneralisasikan. Tidak diperbolehkan untuk mengkritik ide yang muncul,
berusaha untuk menciptaka ide yang muncul, berusaha untuk menciptakan ide
yang kreatif, dan membangun setiap ide yang berbeda menjadi satu kesatuan.
3. Membangkitkan solusi alternatif
Setelah kelompok menyelesaikan ide sebagai solusi alternatif maka
dikombinasikan aspek-aspek yang telah ada disolusi pertama. Beberapa solusi

dapat diintegrasikan aspek terbaik dari berbagai ide dan juga dapat
mendorong kelompok untuk menentukan kesepakatan.
4. Mengevaluasi solusi alternatif.
Sebelum mengevaluasi solusi alternatif, kelompok harus menentukan kriteria

untuk menilai solusi alternatif yang telah disusun. Kriteria tersebut harus
mampu menggeneralisasi segala karakteristik yang harus dipenuhi oleh solusi
akhir. Setiap anggota kelompok harus fokus hanya pada kriteria-kriteria yang
dibutuhkan untuk memcahkan masalah.
5. Menyepakati solusi terbaik
Membutuhkan dasar kelompok dalam mengambil keputusan. Jika kelompok
menemukan kesulitan dalam mengambil kesepakatan, fasilitator membantu
mengklarifikasi area spesifik dari pernyataan tidak setuju dan kemudian
mengidentifikasi jalan untuk mengintegrasikan minat-minat yang hampir
serupa ke dalam solusi.
6. Mengembangkan rencana aksi (action plan)
Rencana kasi dirancang untuk melibatkan anggota, membangun komitmen
dan meningkatkan minat setiap anggota, serta menciptakan bahwa solusi yang
dihasilkan dapat diimplementasikan dengan efektif dan tepat waktu.
7. Implemetasi dan mengevaluasi solusi
Solusi harus diimplementasikan sesuai dengan rencana aksi yang sudah ada.
Kelompok dapat mengadaptasi akibat yang muncul dari penerapan solusi
dengan memasukkannya ke dalam angenda pertemuan sehingga dapat
dikontrol bagaimana perkembanganya.
8. Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah pemecahan masalah harus mengarah pada solusi yang
tepat sasaranya, efisien menggunakan sumber daya yang ada, meningkatkan
kerja sama, dan membantu perkembangan kompetensi setiap orang yang
membutuhkan pemecahan masalah.

Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) Huda (2013: 272), yaitu:
1. Menyajikan suatu masalah
Guru menyajikan suatu permasalahan yang akan ditemukan solusi pemecahan
masalahnya oleh siswa dalam setiap kelompok kecil.
2. Siswa mendiskusikan masalah dalam sebuah kelompok kecil
Siswa mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan
sebuah masalah. Siswa menggabungkan gagasan-gagasanya dengan berpijak
pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian, siswa mengidentifikasi apa yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak
ketahui. Siswa

menelaah masalah tersebut. Siswa juga mendesain suatu

rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
3. Menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru

Siswa dapat mencari sumber-sumber dari perpustakaan, website, masyarakat
atau observasi.
4. Siswa mendiskusikan solusi utama
Setelah siswa mencari dari sumber-sumber yang ada kemudian siswa
mempertimbangkan solusi yang tepat pada permasalahan yang sedang diteliti.
5. Siswa menyajikan solusi atas masalah
Siswa menyajikan solusi atas masalah di depan kelas secara bergantian pada
setiap kelompok.
6. Mengevaluasi selama proses yang telah dilakukan

Tabel 1
Sintaks Problem Based Learning (PBL)
Tahap
Tahap 1
Orientasi
masalah

siswa

Tahap 2

Mengorganisasi
untuk belajar

Tingkah Laku Guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
pada logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena,
demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah ynag dipilih.
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
siswa mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.

Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individual
maupun
kelompok
Tahap 4
Mengembangkan

dan
menyajikan hasil karya

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang
sesuai,
melaksanakan
eksperimen,
untuk
mendapatlan penjelasan dan pemecahan masalah.
Guru membantu siwa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.

Tahap 5
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
Menganalisis
dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
mengevaluasi

proses yang mereka gunakan.
pemecahan masalah
(Sumber: Ibrahim, 2003:13)

2.1.1.2 Komponen Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Sebagaimana dipaparkan Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) setiap
model pembelajaran mengandung beberapa unsur yaitu, sintakmatik (tahap-tahap
kegiatan), sistem sosial (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku guru
terhadap siswa), sistem pendukung (sarana dan alat), dan dampak insruksional dan
pengiring. Unsur-unsur yang yang terkandung dalam model PBL adalah sebagai
berikut:
1.

Sintaks
Menurut Ibrahim (2013:13) model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) harus melalui 5 tahap yang telah ditentukan, yaitu:

a. Tahap 1 : Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang

dibutuhkan, mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan
masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
b. Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapatlan penjelasan dan pemecahan
masalah.
d. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siwa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya.
e. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

2.

Prinsip reaksi
Peran guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

sebagai fasilitator dalam artian guru memfasilitasi siswa dalam pembelajaran,
yaitu guru mengorientasikan masalah pada setiap kelompok. Guru membimbing
kerjasama tiap kelompok untuk memastikan bahwa setiap kelompok untuk
mendiskusikan dari bagaimana cara penyeselesaian masalahnya. Setelah siswa
menemukan solusi utama dari permasalahan yang telah diberikan pada setiap
kelompok. Guru mengkoordinir siwa secara perwakilan untuk menyampaikan
hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan konfirmasi dari hasil jawaban
yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar
masing-masing siswa, guru memberikan soal evaluasi secara individual.

3.

Sistem sosial
Sistem sosial yang terdapat dalam model ini adalah menghargai pendapat

teman ketika berdiskusi dan bersikap toleransi. Siswa saling berpendapat saat
berdiskusi kelompok sehingga akan melatih siswa untuk saling menghargai
pendapat teman dan memutuskan solusi utama yang terbaik dengan kesepakatan
anggota kelompoknya.
4.

Daya dukung
Bahan pendukung yang utama dibutuhkan dalam pembelajaran PBL

adalah ketersediaan bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa untuk masingmasing kelompok. Bahan tersebut dapat berupa materi maupun soal latihan. Daya
dukung yang tidak kalah penting yaitu lingkungan fisik/ruang kelas yang bersih
dan nyaman. Ketersediaan sarana dan prasarana berupa meja, kursi, papan tulis,
dll. Selain itu, guru harus mempersiapkan instrumen kuis individual. Guru juga
harus

mempersiapkan

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran

(RPP),

agar

pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga mampu mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan dan mempersiapkan daftar tingkat prestasi siswa
untuk acuan pembagian kelompok.
5.

Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional merupakan hasil belajar siswa setelah melakukan

kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional yang secara umum dimiliki siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL
yaitu siswa mampu bertransisi kedalam tim secara efisien, membangun
pengetahuannya melalui diskusi dengan teman sebaya, sehingga siswa akan lebih
bebas ekspresi tanpa ada rasa takut. Siswa akan terbiasa untuk aktif dalam
kegiatan pembelajara, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
Secara khusus, dampak instruksional yang ditimbulkan dari pembelajaran
melalui model PBL adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan
yang terdapat pada tema 4 peduli pekerjaan, subtema 1 jenis-jenis pekerjaan,
pembelajaran 4. Dampak pengiring adalah kemampuan lain yang muncul dari
suasana pembelajaran yang dialami siswa diluar arahan dari guru. Secara umum

dampak pengiring yang timbul dari pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran PBL adalah siswa mampu berdiskusi bersama kelompoknya dan
saling menghargai pendapat satu sama lain.
Secara khusus, dampak pengiring yang akan didapatkan siswa melalui
pembelajaran menggunakan model PBL adalah melatih kerjasama, tolerasi,
kejujuran, kritis, ketekunan, menumbuhkan sikap disiplin, dan tanggung jawab.
Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) digambarkan dalam bagan di halaman
berikutnya:
Kerjasama
Toleransi
Kejujuran
Kritis
Ketekukan
PBL
Disiplin

Tanggung jawab

Tema 4 peduli pekerjaan,
subtema 1 jenis-jenis pekerjaan,
pembelajaran 4:
a.Matematika
3.9.2
Menemukan
rumus
keliling persegi menggunakan
benda konkrit
4.9.2 Menyelesaikan masalah
tentang keliling persegi
b.Bahasa indonesia
3.5.3 Memberikan pendapat
tentang sikap tokoh dari cerita
yang dibaca.
4.5.3
Mempresentasikan
pendapat tentang sikap satu
tokoh dari cerita yang dibaca.
c. PPKn
3.1.2 Memberikan pendapat
tentang sikap yang sesuai dan
kurang sesuai dengan sila
pertama.
4.1.2
Menulis
refleksi
pengalaman diri melaksanakan
Sila Pertama Pancasila (jujur).

Keterangan:
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
Gambar 1
Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model PBL

2.1.2 Model Pembelajaran Problem Solving
Hanlie Murray, Alwyn Olivier, dan Piet Human (dalam Huda, 2011: 198)
menjelaskan bahwa pembelajaran penyelesaian masalah atau Problem Solving
merupakan salah satu dasar teoritis dari berbagai strategi pembelajaran yang
menjadikan masalah (problem) sebagai isu utamanya.
Muliawan (2016: 262) menjelaskan bahwa pembelajaran problem solving
atau solusi masalah adalah pembelajaran yang menerapkan pola pemberian
masalah atau kasus kepada siswa untuk diselesaikan. Masalah atau kasus
disesuaikan dengan materi bidang studi yang menjadi pusat belajar masalah atau
kasus tersebut diberikan kepada siswa untuk diselesaikan secara individu atau
berkelompok.
Menurut Bahri (2006: 92) Metode Problem Solving bukan hanya sekedar
metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam
metode Problem Solving memecahkan masalah dengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan.
Pengertian model pembelajaran Problem Solving (PS) menurut tiga pakar di
atas memiliki kesamaan suatu model pembelajaran yang menjadikan masalah atau
kasus sebagai isu utama dalam proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Problem Solving (PS) merupakan pembelajaran yang
menerapkan pola pemberian masalah atau kasus kepada siswa secara individu
maupun kelompok dengan menyesuaikan masalah pada bidang studi sebagai pusat
belajar siswa.
Langkah-langkah problem solving menurut Muliawan (2016: 263) yaitu:
1.

Guru menyiapkan materi pelajaran sekaligus jenis masalah atau kasus yang
akan diberikan pada siswa.

2.

Guru menyampaikan materi pelajaran pokok kepada siswa sebagai pengantar.

3.

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kerja sebagai langkah
awal.

4.

Guru memberikan 1 jenis masalah atau kasus pada tiap kelompok kerja siswa
untuk diselesaikan.

5.

Siswa bekerja sama dalam tiap kelompok untuk menyelesaikan masalah dan
kasus yang diberikan guru.

6.

Guru memberi pendampingan dan arahan yang diperlukan agar siswa dapat
mneyelesaikan masalah yang dihadapi.

7.

Selama belajar dan bekerja menyelesaikan masalah, siswa diperbolehkan
untuk mencari sumber referensi lain sebagai acuan sekaligus untuk
menumbuhkan motivasi belajar mandiri.

8.

Siswa membuat kesimpulan dan laporan akhir.

9.

Tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil belajarnya di depan kelas untuk
berbagi pengetahuan dengan kelompok lain.

Langkah-langkah model pembelajaran problem solving Sanjaya (2013: 215) yaitu:
1.

Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.

2.

Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis
dari berbagai sudut pandang.

3.

Merumuskan

hipotesis,

yaitu

langkah

siswa

merumuskan

berbagai

kemungkinan problem solving sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
4.

Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk problem solving.

5.

Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diajukan.

6.

Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulannya.

Langkah-langkah pembelajaran problem solving menurut Huda (2014: 274) yaitu:
Tahap 1: clues
1. Bacalah masalah dengan hati-hati.
2. Garis bawahi isyarat-isyarat yang menjadi masalah.

3. Mintalah siswa untuk menemukan masalah pada isyarat-isyarat yang digaris
bawahi.
4. Mintalah siswa untuk merencanakan apa yang akan dilakukan atas masalah
tersebut.
5. Mintalah siswa menemukan fakta-fakta yang mendasari masalah tersebut.
6. Mintalah siswa mengemukakan apa yang perlu mereka temukan.

Tahap 2: game plan
1. Buatlah rencana permainan untuk menyelesaikan masalah.
2. Mintalah siswa untuk mneyesuaikan permainan tersebut dengan masalah yang
baru saja disajikan.
3. Mintalah siswa untuk mengidenitifikasi apa yang telah mereka lakukan.
4. Mintalah siswa untuk menjelaskan strategi yang akan mereka gunakan untuk
menyelesaikan masalah.
5. Mintalah siswa untuk menguji coba strategi-strateginya (misalnya: dengan
signifikansi, sketsa, guess and check, pencarian pola-pola dan seterusnya).
6. Jika strategi yang mereka gunakan tidak bekerja, mintalah mereka untuk
mengucapkan ulang strategi tersebut.
Tahap 3: solve
Mintalah siswa untuk untuk menggunakan strategi-strateginya dalam
menyelesaikan masalah.
Tahap 4: reflect
1. Mintalah siswa untuk melihat kembali solusi yang mereka gunakan.
2. Mintalah siswa untuk berdiskusi tentang kemungkinan menggunakan strategi
tersebut di masa datang.
3. Periksalah apakah strategi-strategi mereka benar-benar bisa menjawab
masalah yang diajukan.
4. Pastikan bahwa strategi-strategi itu benar-benar aplikatif dan solutif untuk
masalah yang sama atau mirip.
Keunggulan problem solving menurut Muliawan (2016: 264) yaitu:

1. Melatih siswa untuk belajar mandiri.
2. Ilmu dan pengetahuan yang diperoleh siswa bersifat nyata dan aplikatif
3. Meningkatkan kemampuan analisis siswa.
4. Menumbuhkan kebanggaan dalam diri siswa ketika ia memecahkan masalah
yang dihadapi.
5. Ilmu dan pengetahuan yang diperoleh cenderung bersifat permanen dalam arti
melekat dalam ingatan siswa.
Kelemahan problem solving menurut Muliawan (2016: 264) yaitu:
1. Pada umumya guru kesulitan mencari masalah atau kasus yang sesuai dengan
bidang studi.
2. Membutuhkan waktu dan proses yang lebih lama dari model pembelajaran
konvensional.
3. Untuk beberapa jenis mata pelajaran, kasus atau masalah yang diberikan
kepada siswa membutuhkan biaya dan tenaga tambahan. Contoh dari biaya
dan tenaga tambahan ini antara lain seperti penyediaan bahan atau peralatan
praktik.

2.1.2.1 Komponen Model Pembelajaran Problem Solving (PS)
Sebagaimana dipaparkan Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) setiap
model pembelajaran mengandung beberapa unsur yaitu, sintakmatik (tahap-tahap
kegiatan), sistem sosial (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku guru
terhadap siswa), sistem pendukung (sarana dan alat), dan dampak insruksional dan
pengiring. Unsur-unsur yang yang terkandung dalam model PS adalah sebagai
berikut:
1. Sintaks
Menurut Huda (2014: 274) penerapan model PS harus melalui 4 tahap yaitu:
a. Tahap 1: clues (petunjuk)
Siswa untuk merencanakan apa yang akan dilakukan atas masalah
tersebut, siswa menemukan fakta-fakta yang mendasari masalah tersebut,
mintalah siswa mengemukakan apa yang perlu mereka temukan.

b. Tahap 2: plan (perencanaan)
Siswa membuat rencana untuk menyelesaikan masalah, siswa akan
mengidenitifikasi rencana untuk menyelesaikan masalah, menjelaskan strategi
yang akan mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah, mintalah siswa untuk
menguji coba strategi-strateginya (misalnya: dengan signifikansi, sketsa, guess
and check, pencarian pola-pola dan seterusnya), jika strategi yang mereka
gunakan tidak bekerja, mintalah mereka untuk mengucapkan ulang startegi
tersebut.
c.

Tahap 3: solve (memecahkan)
Siswa akan menggunakan strategi-strateginya dalam menyelesaikan masalah.

d.

Tahap 4: reflect (menggambarkan)
Siswa melihat kembali solusi yang mereka gunakan, guru memeriksa apakah

strategi-strategi mereka benar-benar bisa menjawab masalah yang diajukan, guru
dan siswa memastikan bahwa strategi-strategi itu benar-benar aplikatif dan solutif
untuk masalah yang sama atau mirip.
2. Prinsip reaksi
Pada prinsip reaksi ini menggambarkan pola tingkah laku guru dalam
memperlakukan siswa ketika belajar. Peran guru dalam pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran Problem Solving (PS) adalah sebagai fasilitator
yang terlibat langsung dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai pembimbing
setiap kelompok ketika setiap kelompok sedang berdiskusi untuk dapat
memecahkan masalah. Guru menjelaskan tentang tata cara/aturan pembelajaran
yang akan berlangsung dengan jelas sehingga semua siswa dapat memahami
dengan baik. Guru mengarahkan siswa dalam pembentukan kelompok. Setelah
terbentuk kelompok-kelompok guru menjelaskan permasalahan yang akan
didiskusikan solusi utama kepada semua anggota kelompok. Guru membimbing
setiap kelompok saat diskusi sedang berlangsung. Guru mengkoordinir siswa
untuk menyampaikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan konfirmasi
jawaban yang benar.
3. Sistem sosial

Sistem sosial yang terdapat dalam model pembelajaran ini adalah adanya
keberanian siswa adalam mengungkapan pendapat dan sikap menghargai
pendapat teman ketika berdiskusi. Sehingga dengan model pembelajaran ini
diharapkan akan melatih sikap toleransi sesama anggota kelompok.
4. Daya dukung
Sistem pendukung yang diperlukan dalam model pembelajaran PS salah
satunya adalah kondisi lingkungan fisik sesuai kebutuhan siswa dalam
pembelajaran seperti kebersihan dan kenyamanan ruang kelas, ketersediaan sarana
dan prasarana yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran yang berupa
meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu, guru harus mempersiapkan bahan ajar
yang digunakan yaitu berupa materi pecahan untuk siswa lengkap dengan Lembar
Kerja Siswa (LKS) atau berupa pertanyaan yang siap diajukan kepada siswa dan
sumber belajar (buku dan lingkungan sekitar siswa) yang berkaitan dengan tema 4
subtema 1 pembelajaran 4. Tidak lupa guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang harus dikuasai siswa
berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan
pengalaman belajarnya. Sedangkan dampak pengiring atau hasil belajar sebagai
akibat dari suasana pembelajaran yang dialami siswa tanpa pengarahan langsung
dari guru dengan model pembelajaran PS adalah suasana belajar yang
menggembirakan serta diharapkan mampu membentuk sikap kerja sama,
toleransi, disiplin, kejujuran, tanggung jawab.

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model pembelajaran
Problem Solving (PS) digambarkan dalam bagan di halaman berikut ini:

Kerjasama

Toleransi

Kejujuran

PS
Kritis

Disiplin

Tanggung jawab

Keterangan:

Tema 4 peduli pekerjaan,
subtema 1 jenis-jenis pekerjaan,
pembelajaran 4:
a.Matematika
3.9.2
Menemukan
rumus
keliling persegi menggunakan
benda konkrit
4.9.2 Menyelesaikan masalah
tentang keliling persegi
b.Bahasa Indonesia
3.5.3 Memberikan pendapat
tentang sikap tokoh dari cerita
yang dibaca.
4.5.3
Mempresentasikan
pendapat tentang sikap satu
tokoh dari cerita yang dibaca.
c. PPKn
3.1.2 Memberikan pendapat
tentang sikap yang sesuai dan
kurang sesuai dengan sila
pertama.
4.1.2
Menulis
refleksi
pengalaman diri melaksanakan
Sila Pertama Pancasila (jujur).

Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
Gambar 2
Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model Pembelajaran PS

2.1.3 Persamaan dan Perbedaan Model Pembelajaran PBL dan PS
Pengertian Model pembelajaran menurut Trianto (2011: 67) model
pembelajaran PBL merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan
berdasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan
autentik yakni penyelididkan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari
permasalahan yang nyata. Sedangkan pengertian model pembelajaran Problem
Solving menurut Muliawan (2016: 262) menjelaskan bahwa pembelajaran
problem solving atau solusi masalah adalah pembelajaran yang menerapkan pola

pemberian masalah atau kasus kepada siswa untuk diselesaikan. Masalah atau
kasus disesuaikan dengan materi bidang studi yang menjadi pusat belajar masalah
atau kasus tersebut diberikan kepada siswa untuk diselesaikan secara individu atau
berkelompok. Dapat disimpulkan dari kedua ahli tersebut persamaan dari model
pembelajaran PBL dan PS adalah pembelajaran yang didasarkan suatu
permasalahan untuk didiskusikan baik secara individu maupun kelompok untuk
menemukan penyelesaian masalah yang sesuai dengan permasalahan yang telah
ditentukan. Selanjutnya perbedaan dari kedua model pembelajaran PBL dan PS
adalah pola permasalahan yang menjadi acuan utama dalam pembelajaran yaitu
pada model pembelajaran PBL pola permasalahan dengan menyesuaikan
permasalahan yang autentik atau nyata sedangkan model pembelajaran PS
pemberian masalah atau kasus disesuaikan dengan materi bidang studi yang
menjadi pusat belajar.

2.1.4 Pembelajaran Tematik dengan Menggunakan Perlakuan Model PBL
dan PS
Strategi untuk mencapai kesuksesan dalam belajar adalah penggunan
model dalam setiap pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran tentu saja
tidak mudah dan memerlukan perencanaan yang matang sebelum diaplikasikan
dalam kelas. Perencanaan tersebut melibatkan penyusunan pemetaan sintak dan
langkah-langkah pembelajaran di kelas. Adapun pemetaan sintak dan langkahlangkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model
PBL dipaparkan pada tabel 2 dan 3 di halaman berikutnya:

Tabel 2
Pemetaan Sintak PBL









mengkomunik
asikan

Menalar

Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah
Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah

Mengumpulk
an informasi

Sintak

Menanya

Mengamati

Standar Proses




Tabel 3
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model PBL

1. Orientasi siswa pada
masalah

1. Guru membagi siswa ke
beberapa kelompok, tiap
kelompok terdiridari 4-5 siswa.
2. Guru menjelaskan tugas
kelompok yang akan
didiskusikan bersama anggota
kelompoknya.
3. Guru memastikan setiap
kelompok telah mendapatkan
tugas yang akan didiskusikan
bersama anggota kelompoknya.
4. Guru memastikan siswa
disetiap kelompok telah
mendapatkan kelompok.
5. Guru memastikan siswa dalam
posisi diskusi dengan angota
kelompoknya.

Tahapan
Pelaksana
an

2. Mengorganis
asi siswa
untuk belajar

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa
1. Siswa terbagi menjadi beberapa
kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 4-5 siswa.
2. Siswa mendengarkan
penjelaskan dari guru mengenai
tugas kelompok yang akan
didiskusikan besama anggota
kelompoknya.
3. Siswa mencatat permasalahan
yang telah disampaikan oleh
guru.
4. Siswa duduk bersama anggota
kelompoknyaa untuk berdiskusi.

3.Membimbing
penyelidikan
individual maupun kelompok.

Siswa berdiskusi dengan
anggota kelompoknya dan
menemukan penyebab dari
permasalahan yang telah ada.
6. Siswa berdikusi dengan anggota
kelompoknya, diluar bimbingan
guru.
7. Siswa berdiskusi dengan anggota
kelompoknya dengan bimbingan
guru.
8. Siswa disetiap anggota
kelompok saling menyepakati
solusi terbaik yang telah
didiskusikan bersama.

4.Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya

9.Siswa memastikan untuk solusi
yang telah didiskusikan bersama.
10.Siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompok.
11.Siswa mempresentasikan hasil
diskusi secara bergantian.

5.Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah

6. Guru mengawasi siswa saat
berlangsungnya diskusi
kelompok.
7. Guru membimbing setiap
kelompok saat melakukan
diskusi.
8. Guru memastikan setiap
kelompok telah menemukan
solusi yang tepat dari
permasalahan yang telah
diberikan
9. Guru memastikan setiap
kelompok untuk saling
menyepakati solusi terbaik yang
telah didiskusikan bersama
10. Guru memastikan semua
kelompok telah selesai
mengerjakan tugas.
11. Guru mengkoordinnir setiap
perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
ke depan kelas.
12. Guru meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi
secara bergantian di depan
kelas.
13. Guru menyiapkan tabel prestasi
kelompok. Bagi kelompok
yang menjawab dengan benar
akan mendapatkan reward.
14. Guru mengkonfirmasi jawaban
dari kelompok yang telah
mempresentasikan hasil
diskusinya.

5.

12. Siswa menerima reward dari
guru.
13. Siswa menerima kofirmasi dari
guru mengenai jawaban dari hasil
diskusi. Siswa mempresentasikan
hasil diskusi kelompok.

Prosedur pelaksanaan pembelajaran menggunakan model PBL
seperti yang telah dipaparkan pada table barulah muncul suatu rancangan.
Rancangan tersebut akan menjadi baik, jika implementasi di lapangan juga
baik. Jaminan supaya rancangan dan implementasi itu sesuai, maka
dibutuhkan instrumen observasi. Instrumen observasi didasarkan pada
kegiatan guru maupun kegiatan siswa seperti tergambar pada tabel 3 di
atas.

Tabel 4
Pemetaan Sintaks Model Problem Solving (PS)







mengkomuni
kasikan

Menalar



Tahap 1: clues (petunjuk)
Tahap 2: plan (perencanaan)
Tahap 3: solve (memecahkan)
Tahap 4: reflect (menggambarkan)

Mengumpul
kan
informasi

Sintak

Menanya

Mengamati

Standar Proses



Tabel 5
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model PS

4. Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok, setiap
kelompok beranggotakan 4-5
siswa.
5. Guru menjelaskan kepada
siswa cara kerja tugas
kelompok.

6. Guru mengawasi setiap
kelompok saat sedang
berlangsung kegiatan diskusi.

clues
Tahap
1:
(petunjuk)
Tahap 2: plan
(perencanaan)

1. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin
dicapai.
2. Guru menyampaikan materi
kepada peserta didik.
3. Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa mengenai materi
yang sebelumnya telah
disampaikan.

Tahapan
Pelaksanaan

Tahap
3: solve
(memec
ahkan)

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa
1. Siswa memperhatikan guru
menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai.
2. Siswa
menangkap/memahami
materi yang disampaikan
oleh guru.
3. Siswa menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru.
4. Siswa terbagi menjadi
beberapa kelompok, setiap
kelompok beranggotakan 45 siswa.
5. Siswa mendengarkan
penjelaskan dari guru
mengenai tugas kelompok
yang akan didiskusikan
besama anggota
kelompoknya.
6. Siswa berdiskusi dengan
anggota kelompoknya

Tahap
4: reflect
(mengga
mbarkan
)

7. Guru mengkoordinir setiap
kelompok untuk melakukan
presentasi hasil kelompok
8. Guru memberikan konfirmasi
dari jawaban siswa.

7. Siswa mempresentasikan
hasil diskusi kelompok.
8. Siswa memperhatikan
penjelasan konfirmasi dari
guru.

Prosedur pelaksanaan pembelajaran menggunakan model PS seperti yang
telah dipaparkan pada tabel, barulah muncul suatu rancangan. Rancangan tersebut
akan menjadi baik, jika implementasi di lapangan juga baik. Jaminan supaya
rancangan dan implementasi itu sesuai, maka dibutuhkan instrumen observasi.
Item instrumen observasi didasarkan pada kegiatan guru maupun kegiatan siswa
seperti tergambar pada tabel 5 di atas.

2.1.4 Hasil Belajar
Keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran dapat dilihat melalui hasil
belajar. Suprihatiningrum (2014: 37) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
suatu (kapabilitas) kemampuan yang telah diperoleh siswa setelah melakukan
proses belajar-mengajar, kemampuan yang diperoleh yaitu terdiri dari 3 aspek:
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dimyati (2006: 3) menyatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Hal ini dapat dipandang dari dua sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat belum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari
segi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Selanjutnya Agus (2009:6) berpendapat bahwa hasil belajar itu mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Definisi hasil belajar dari tiga pakar memiliki kesamaan yaitu hasil belajar
adalah suatu hasil perubahan pada diri siswa setelah melakukan proses belajarmengajar perubahan itu meliputi pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
dan perubahan tersebut berbekas serta selalu mengalami perubahan. Pada

hakikatnya hasil belajar merupakan kemampuan yang muncul pada diri siswa
setelah siswa melakukan kegiatan belajar-mengajar.
Perolehan hasil belajar tentu saja tidak lepas dari berbagai faktor yang
telah mempengaruhinya. Hasil belajar siswa yang diperoleh akan maksimal jika
selama proses belajar dilakukan dengan baik tanpa ada faktor penghambat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar meliputi dua aspek yaitu faktor intern
dan faktor ekstern. Di mana faktor intern meliputi faktor jasmani siswa, faktor
kelelahan siswa dan psikologi siswa. selain faktor intern, terdapat faktor ekstern
yang meliputi faktor keluarga, faktor masyarakat dan faktor sekolah (Slameto,
2010: 54).
Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek
hasil belajar Hamalik (1990:45) yaitu:
1) Tipe hasil belajar tipe kognitif
a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai

terjemahan dari

kata

“knowledge” dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula
pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai halhal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab,
ayat, rumus dan lain-lain.
Sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal, diingat, agar data
dikuasai dengan baik. Ada beberapa ara untuk dapat menguasai/mengahafal,
misalnya dibaca berulang-ulang, menggunakan teknik mengingat (memo teknik)
atau lazim dikenal dengan jemata keledai”. Tipe hasil belajar ini termasuk tipe
hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar lain yang
lebih tinggi. Setidaktidaknya pengetahuan hafalan merupakan kemampuan
terminal (jembatan) untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.

b. Tipe hasil belajar pemahaman (coprehention)
Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil
belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap
makna atau arti dari suatu konsep. Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan
atau pertautan secara konsep dengan makna yanga dan dalam konsep tersebut.
Tiga macam pemahaman yang berlaku umum pertama pemahaman terjemahan
yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Misal,
memahami kalimat bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan
lambang Negara, mengartikan Bhinneka Tunggal Ika, dan lain-lain. Kedua,
pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, menghubungkan dua konsep
yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Ketiga
pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat
dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan.
Ketiga macam tipe pemahaman di atas kadang-kadang sulit dibedakan dan
bergantung kepada kontek isi pelajaran. Kata-kata operasionnal untuk
merumuskan tujuan instruksional dalam bidang pemahaman, antara lain,
membedakan, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan, memperkirakan, memberi
contoh, mengubah, membuat rangkuman, menulis kembali, melukisan dengan
kata-kata sendiri.
c. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu
konsep, ide, rumus, hokum dalam situasi yang baru. Misalnya, memecahkan
persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau
hukum dalam suatu persoalan. Jadi, dalam aplikasi harus ada konsep, teori,
hukum, rumus. Dalil hukum tersebut, diterapkan dalam pemecahan suatu masalah
(situasi tertentu). Dengan perkataan lain, aplikasi bukan keterampilan motorik tapi
lebih banyak keterampilan mental.
Tingkah laku operasional untuk merumuskan tujuan instruksional biasanya
menggunakan

kata-kata,

menghitung,

memecahkan,

mendemonstrasikan,

mengungkapkan, menjalankan, menggunakan, menghubungkan, mengerjakan,
mengubah, menunjukkan proses,memodifikasi, mengurutkan, dan lain-lain.

d. Tipe hasil belajar analisis
Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu

integritas

(kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai
arti, atau mempunyai tingkatan hirarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar yang
kompleks, yanag memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni
pengetahuan, pemahaman, aplikasi. Analisis sangat diperlukan bagi para siswa
sekolah menengah apalagi di Perguruan Tinggi.
Kemampuan menalar, pada hakikatnya mengandung unsur analisis, bila
kemampuan analisis telah dimiliki seseorng, maka seseorang akan dapat
mengkerasi sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk
analisis antara ain; menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan
membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan, memilih alternatif
dan lain-lain
e. Tipe hasil belajar sintesis
Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada
kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada
sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu
integritas.
Sudah barang tentu sintesis memerlukan kemampuan hafalan pemahaman,
aplikasi dan analisis. Pada berpikir sintesis adalah berfikir devergent sedangkan
berfikir analisis adalah berfikir konvergent. Dengan sintesis dan analisis maka
berfikir kreatif untuk menemukan Sesutu yang baru (inovatif) akan lebih mudah
dikembangkan. Beberapa tingkah laku operasional biasanya tercermin dalam katakata, mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta,
merancang, mengkonstruksi, mengorganisasi kembali, merevisi, menyimpulkan,
menghubungkan, mensistematisasi, dan lain-lain.
2) Tipe hasil belajar tipe bidang afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila
seseorang telah menguasai bidang kognitf tingkat tinggi. Hasil belajar bidang
afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak memberi

tekanan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada
siswa ddalam berbagai tingkah laku seperti atensi/perhatian terhadap pelajaran,
disiplin, motivasi elajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar,
dan lain-lain. Sekalipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang
afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus Nampak
dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapaai siswa.
Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil
belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar/ sederhana sampai
tingkatan yang kompleks.
a. Receiving/ attending yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimuasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi,
gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus,
kontrol dan seksi gejala atau rangsangan dari luar.
b. Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap
stimulasi yang dating dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c. Valuing (penilaian) yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan
menerima nilai latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan
kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk dalam organisasi dari pada
sistem nilai.
e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruuhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya. Di sini termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
3) Tipe hasil belajar bidang psikomotorik
Hasil belajar bidang piskomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill)
kemampuan bertindak individu (seseorang).
Ada 6 tingkatan keterampilan yakni:

a. Gerakan reflek (keterampila pada gerakan yang tidak sadar)
b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c. Kemampuan

perceptual

termasuk

di

dalamnya

membedakan

visual,

membedakan auditif motorik dann lain-ain.
d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmoisan, keteapatan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterapilan yang kompleks
f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan
ekspresif, interpretative.
Hasil belajar menurut Hamalik (1990: 45) dibagi menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Pembelajaran di sekolah erat
kaitanya dengan kemampuan siswa dalam membangun pengetahuan dan
pengembangan skill-skill pengetahuan di mana kemampuan tersebut masuk dalam
ranah kognitif. Hal ini bukan berarti kemampuan di ranah afektif dan
psikomotorik tidak diperhatikan, namun dalam pembelajaran tematik kelas IV
SDN Mangunsari 01 dan 05 yang menjadi acuan utama penilaian hasil belajar
adalah pada ranah kognitif. Ranah kognitif ini meliputi enam aspek yaitu,
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah kognitif meliputi pemikiran tentang fakta, konsep dan pola prosedural
yang dapat mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik. Begitu pula
dengan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran PBL dan
PS yang pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang melibatkan kemampuan
berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan dengan melibatkan kemampuan
berpikir intelektual siswa baik secara individu maupun kelompok. Oleh sebab itu
peneliti memfokuskan tinjauan dalam penelitian ini pada ranah kognitif.

2.1.4.1 Penilaian Hasil Belajar
Menurut Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
menjelaskan bahwa penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik
mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah.
Menurut Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
menjelaskan bahwa instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
1) Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan
3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
Menurut Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
menjelaskan bahwa Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam pembelajaran di
sekolah yang menjadi acuan dalam penilaian hasil belajar yaitu penilaian
kompetensi pengetahuan yaitu dengan menggunakan instrumen tes tulis berupa
soal pilihan ganda, instrumen uraian yang digunakan harus dilengkapi dengan
pedoman penskoran. Oleh sebab itu, peneliti memfokuskan tinjauan dalam
penelitian ini pada penilaian hasil belajar kompetensi pengetahuan.
2.1.5 Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran termasuk salah satu
tipe/jenis dari model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada
dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5).
Proses pembelajaran tematik menggunakan pendekatan scientific menurut
Kemendikbud (2013) dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung
pada informasi searah dari guru. Hal ini karena proses pembelajaran harus
menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Prabowo

(2002:2)

mengemukakan,

pembelajaran

terpadu

(tematik)

merupakan suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan

berbagai bidang studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar
mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak didik. Istilah

pembelajaran

tematik pada dasarnya adalah model

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa. Sutirjo & Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) mengemukakan
bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran serta pemikiran
yang kreatif dengan menggunakan tema.
Tujuan Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud no 57 Tahun 2013 yaitu
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
Karakteristik kurikulum 2013 Menurut Permendikbud no 57 Tahun 2013
sebagai berikut:
1.

Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik.

2.

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah kemasyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar.

3.

Mengembangkan

sikap,

pengetahuan,

dan

keterampilan

serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
4.

Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

5.

Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran.

6.

Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses

pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti.
7.

Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran
dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Tema

berperan

sebagai

pemersatu

kegiatan

pembelajaran

dengan

memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus. Adapun muatan pelajaran yang
dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, bahasa indonesia,

IPS, IPA,

matematika, seni budaya dan prakarya, serta pendidikan jasmani, olah raga dan
kesehatan. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan
sudah dikembangkan menjadi subtema dan satuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran tematik kurikulum 2013 tema 4 peduli pekerjaan,
subtema 1 jenis-jenis pekerjaan, pembelajaran 4.
Rincian pembelajaran tematik kelas 4 semester 1 secara rinci ada di tabel
2.1. pada halaman berikut ini:
Tabel 6
Tema dan Subtema Kelas 4 Semester I
NO

TEMA

1

Indahnya
Kebersamaan

2

Selalu Berhemat
Energi

3

Peduli Terhadap
Makhluk Hidup

4

Peduli Pekerjaan

SUB TEMA
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.

Keragaman budayaku
Kebersamaan dalam keberagaman
Besyukur atas keberagaman
Macam-macam sumber energy
Pemanfaat energy
Gaya dan gerak
Hewan dan tumbuhan dilingkungan
rumahku
2. Keberagaman makhluk hidup di
lingkunganku
3. Ayo cintai lingkungan
1. Jenis-jenis pekerjaan
2. Barang dan jasa
3. Pekerjaan orang tua

Sumber: buku guru tematik tema 1-4 halaman 8 (tahun 2013)

Pembelajaran tematik semester 1 untuk kelas 4 terdiri dari 5 tema. Masingmasing tema terdiri dari 3 subtema. Salah satu tema adalah peduli pekerjaan
untuk subtema jenis-jenis pekerjaan. Pada tema 4 peduli pekerjaan, subtema 1
jenis-jenis pekerjaan, pembelajaran 4 mencakup dari keseluruhan Kompetensi Inti
yang telah ada yaitu pada Kompetensi Inti (KI) I-4. Masing-masing KI diperinci
pada kompetensi dasar. Pemetaan kompetensi dasar untuk sub tema jenis-jenis
pekerjaan disajikan melalui tabel 2.2 pada halaman berikut ini:
Tabel 7
Pemetaan KI dan KD Tema 4 Pekerjaan Subtema 1
Jenis-Jenis Pekerjaan Kelas 4 Semester I
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar (KD)
(KI)
Bahasa Indonesia
PPKn
1. Menerima dan 3.5
Membangun 3.1
Memahami
menjalankan
pendapat
pribadi hubungan
s