PERBANDINGAN TAX TREATY INDONESIA SINGAP

BAB I
PENDAHULUAN
I.I

Latar Belakang
Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH., dalam bukunya berjudul Dasar-Dasar

Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa-jasa timbal (kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.1 Berdasarkan pengertian
yang dinyatakan Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH, diketahui bahwa uang pajak
yang diterima pemerintah dikeluarkan lagi ke masyarakat untuk membiayai
kepentingan umum masyarakat, sehingga memberi dampak yang sangat besar pada
perekonomian masyarakat, sebagai contoh bahwa pajak dapat mempengaruhi harga,
dapat mempengaruhi pasar, dapat mempengaruhi sistem pengupahan, dapat
mempengaruhi pengangguran, dan sebagainya. Pengeluaran pemerintah kepada
masyarakat mempunyai dampak ekonomis yang sangat besar, terlebih dengan adanya
efek multiplier dalam masyarakat.
Pajak yang diperoleh suatu Negara, diperoleh dari Warga Negara. Salah satu
pajak yang diterima oleh Negara dari Warga Negaranya adalah berupa penghasilan

dari Warga Negara. Warga Negara yang memiliki penghasilan dari pekerjaannya
yang berada di luar negeri, memiliki hak untuk tidak dikenakan pajak dari kedua
Negara atau dikenal dengan istilah pajak berganda. Ketentuan mengenai
penghindaran pajak berganda diatur dalam perjanjian perpajakan. Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di bidang
perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak
menghambat perekonomian kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan antar
kedua negara dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua negara yang terlibat dalam
1

hlm.6.

R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Jakarta: Refika Aditama, 2013),

perjanjian tersebut.2 Tujuan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda adalah sebagai
berikut: a) tidak terjadi pemajakan berganda yang memberatkan ikim dunia usaha; b)
Peningkatan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri; c) Peningkatan sumber
daya manusia; d) Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak; dan e)
Kedudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua negara.3
Payung hukum persetujuan pajak ini adalah Pasal 32A Undang-Undang Pajak

Penghasilan (PPh). Berdasarkan pasal ini Pemerintah berwenang untuk melakukan
perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda
dan pencegahan pengelakan pajak.
Metode pemajakan yang dipakai berbagai negara, untuk menghindari
pemajakan berganda, antara lain Metode Pemajakan Unilateral, Metode Pemajakan
Bilateral, dan Metode Pemajakan Multilateral.
Metode Pemajakan Unilateral mengatur bahwa negara Republik Indonesia
mempunyai kekuatan hukum didalamnya yang mengatur masyarakat atau badan
internasional dan ditetapkan sepihak oleh negara Indonesia sendiri, dengan kata lain
tidak ada yang bisa mengatur negara kita lain karena hail itu merupakan kewibawaan
dan kedaulatan negara kita. Metode Pemajakan Bilateral dalam penghitungan
pengenaan pajaknya harus mempertimbangkan perjanjian kedua negara (Tax Treaty).
Indonesia tidak dapat sesuka hati menerapkan jumlah pajak terutang penduduk asing
atau badan internasional dua negara yang telah mengadakan perjanjian. Justru
peraturan perpajakan Indonesia tidak berlaku bilamana terdapat Tax Treaty. Metode
Pemajakan Multilateral didasarkan pada konvensi internasional yang ketentuan atau
ketetapan atau keputusan yang dihasilkan untuk kepentingan banyak negara yang
ditandatangani oleh berbagai negara, misalnya Konvensi Wina.

2


Departemen Keuangan Republik Indonesia, Penjelasan Umum Tarif, Dikutip dari
http://www.tarif.depkeu.go.id/Bidang/?bid=pajak&cat=p3b, diakses pada 3 Desember 2014.
3

Ibid.

Dilihat dari pengertian, tujuan, dan metode dari perjanjian pajak antar Negara,
Penulis hendak membuat suatu perbandingan antara 2 perjanjian (treaty) pajak di
mana Indonesia sebagai salah satu pihak dalam perjanjian tersebut. Perjanjian (treaty)
pajak yang Penulis angkat dalam makalah ini adalah treaty pajak antara IndonesiaMalaysia dengan treaty pajak antara Indonesia-Singapura.
I.II

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan perpajakan yang diatur dalam treaty pajak
Indonesia-Malaysia dengan Indonesia-Singapura?
2. Bagaimana perbedaan antara treaty pajak Indonesia-Malaysia dengan
Indonesia-Singapura?

I.III


Maksud & Tujuan Penulisan
Penulisan

makalah

ini

dimaksudkan

untuk

memperdalam

khasanah

pengetahuan tim penulis khususnya dalam bidang hukum pajak. Selain itu, makalah
ini ditujukan untuk memenuhi tugas persiapan Ujian Akhir Semester (UAS) dari mata
kuliah Hukum Pajak. Sedangkan tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk:
1. Mengetahui pengaturan perpajakan yang diatur dalam treaty pajak

Indonesia-Malaysia dengan Indonesia-Singapura; dan
2. Mengetahui perbedaan antara treaty pajak Indonesia-Malaysia dengan
Indonesia-Singapura.

BAB II
PEMBAHASAN
II.I

Tax Treaty Indonesia-Singapura
Perjanjian pajak Indonesia dan Singapura yang ditandatangani pada tanggal 8

Mei 1990 ini mengatur tentang penghindaran pajak berganda dan pengelakan pajak
pada objek pajak sebagai berikut :
a. Harta Tidak Bergerak, penghasilan dari harta tidak bergerak menurut
perjanjian Tax Treaty Indonesia-Singapura hanya dikenakan pajak dari negara
dimana harta tidak bergerak tersebut berada meskipun pemilik benda bergerak
tersebut bukan warga negara negara tersebut.
b. Laba Usaha, yang didapatkan oleh badan usaha di satu negara dalam
perjanjian ini hanya dapat dikenakan oleh negara dimana badan usaha tersebut
berkedudukan, namun apabila badan usaha tersebut menjalankan usaha

dengan bentuk badan usaha tetap di negara lainnya dalam perjanjian maka
dapat dikenakan pajak oleh negara bersangkutan.
c. Pesawat Udara dan Perkapalan, untuk usaha pesawat udara dan perkapalan
pengenaan pajaknya berbeda. Pesawat udara dikenakan pajak hanya pada
negara dimana pesawat udara tersebut berasal, sedangkan untuk kapal selama
melakukan pelayaran di laut negara lainnya maka negara lainnya mengenakan
pajak dengan mengurangi 50% yang setelahnya mejadi objek pajak dari
negara kapal berasal.
d. Perusahaan-Perusahaan yang Memiliki Hak Istimewa, dalam hal perusahaanperusahaan yang memiliki hak istimewa ini karena fungsi dari perusahaan ini
yaitu turut serta dalam menajemen, pengawasan, dan penyertaan modal pada
perusahan dari negara lainnya dapat dikenakan pajak terhadap tambahan
labanya.
e. Deviden, pengenaan pajak dari deviden perusahaan yang berkedudukan disatu
negara dalam perjanjian apabila deviden tersebut diberikan kepada warga

negara dari satu pihak, maka dikenakan pajak menurut hukum pajak warga
negara tersebut. Sedangkan untuk deviden yang pemegang sahamnya adalah
perusahaan maka negara dimana tempat berkedudukan perseroan itu dapat
menganakan pajak dengan ketentuan:
 10 % dari jumlah kotor deviden, apabila perusahaan tersebut memiliki

25% saham pada perusahaan
 15% dari jumlah bruto dalam hal lainnya.
Pengecualian dari perjanjian ini yaitu selama pemerintah Singapura tidak
mengatur pajak tambahan deviden, maka deviden yang didapat badan usaha
Indonesia dari bahan usaha Singapura tidak dikenakan pajak.
f. Bunga, untuk bunga yang dibayarkan oleh perusahaan yang berkedudukan di
salah satu negara dalam perjanjian kepada bukan salah satu warga negara
perjanjian dikenakan pajak warga negara tersebut. Untuk pemungutan pajak
tersebut dengan hanya terbatas pada (a) obligasi, surat utang, dan obligasi
lainnya; dan (b) Pinjaman, garansi atau jaminan. Negara dimana badan usaha
berkedudukan dapat mengenakan pajak maksimal 10%. Pengecualin lain dari
bunga tidak dikenakan pajak apabila untuk urusan pemerintahan Indonesia
maupun Singapura.
g. Royalti, yang dibayarkan dari salah satu negara kepada warga negara/badan
dari negara lainnya dikenakan pajak dari warga negara/badan dari negara lain,
namun negara asal royalti dapat memungut pajak maksimal 15% dari jumlah
bruto royalti.
h. Pekerjaan Bebas, diartikan sebagai jasa-jasa profesional dan jasa-jasa lainnya.
Pajak yang dikenakan berdasarkan pekerjaan bebas tersebut berasal, kecuali
dalam jangka waktu 90 hari dalam 12 bulan pekerjaan bebas tersebut

membuka jasa di negara lainnya maka negara bersangkutan dapat memungut
pajak.
i. Pekerjaan dalam Hubungan Kerja, berupa gaji, upah atau imbalan yang
didapat dari salah satu negara dikenakan pajak dari negera warga negara

berasal, kecuali warga negara tersebut telah menetap di negara suatu negara
selama 183 hari.
j. Imbalan Para Direktur, yang bekerja pada perusahaan yang bukan berasal dari
kebangsaan direktur terhadap imbalan tersebut dikenakan pajak perusahaan
itu berasal. Dalam hal tersebut ialah negara yang disebut dalam perjanjian ini.
k. Para Artis dan Atlit, kegiatan artis atau atlit yang dilakukan di suatu negara
dalam perjanjian ini dikenakan pajak berdasarkan tempat kegiatan tersebut,
namun pajak tersebut tidak dikenakan apabila dana untuk kegiatan tersebut
berasal dari pemerintah.
l. Pensiunan, untuk dana pensiunan yang diperoleh hasil pekerjaan pada satu
negara dalam perjanjian tersebut akan dikenakan pajak berdasarkan asal dari
perusahaan tersebut.
m. Pejabat Pemerintah, dalam hal imbalan selain dana pensiun yang berasal dari
pemerintah akan dikenakan pajak berdasarkan hukum dari pejabat yang
mengeluarkan pajak tersebut.

n. Guru dan Peneliti, egala guru dan peneliti yang menetap selama tidak lebih 2
tahun untuk untuk mengajar dan meneliti akan dibebaskan dari pajak.
Ketentuan ini tidak berlaku apabila kegiatan yang dilakukan untuk
kepentingan orang atau orang-orang tertentu.
o. Pelajar dan Peserta lainnya yaitu Pelajar, seorang pengusaha atau teknisi
magang, seorang yang menerima bantuan atau tunjangan dengan tujuan
belajar tidak dikenakan pajak atas pembayaran hidupnya, seluruh hibah,
tunjangan, penghargaan, dan pembayaran tidak lebih 2.200 dolar Amerika
pertahun. Dengan pertimbangan bahwa semua hal diatas tersebut berhubungan
dengan kegiatan belajar mengajar, riset, dan latihan.
p. Penghasilan yang Tidak Diatur, undang-undang yang berlaku di masingmasing Negara pihak pada Persetujuan masih berlaku untuk mengatur
masalah pengenaan pajak atas penghasilan di Negara pihak pada Persetujuan
kecuali bila ditentukan lain dalam Persetujuan ini.

I.II

Tax Treaty Indonesia-Malaysia
Perjanjian pajak Indonesia dan Malaysia yang ditandatangani pada tanggal 12

September 1991 ini mengatur tentang penghindaran pajak berganda dan pencegahan

pengelakan pajak yang berkenaan dengan pajak penghasilan, sebagai berikut:
a. Harta Tidak Bergerak. Penghasilan dari harta tidak bergerak menurut
perjanjian Tax Treaty Indonesia-Malaysia dapat dikenakan pajak dari negara
dimana benda tidak bergerak itu berada. Adapun definisi “harta tidak
bergerak” mengikuti definisi Undang-Undang dari negara dimana benda tidak
bergerak itu berada.
b. Laba Usaha. Laba usaha yang didapatkan oleh badan usaha di satu negara
dalam perjanjian ini hanya dapat dikenakan oleh negara dimana badan usaha
tersebut berkedudukan, namun apabila badan usaha tersebut menjalankan
usaha dengan bentuk badan usaha tetap di negara lainnya maka negara lainya
tersebut dapat mengenakan pajak sebatas laba yang didapat oleh badan usaha
tetap. Selain itu, negara lainya tersebut dapat mengenakan pajak atas
penjualan barang atau transaksi usaha lainnya yang dilakukan melalui bentuk
usaha tetap.
c. Perkapalan dan Pengangkutan Udara. Laba yang diperoleh dari pengoperasian
kapal laut atau pesawat udara dalam jalur lalu lintas internasional hanya akan
dikenakan pajak di Negara dimana tempat manajemen yang efektif dari
perusahaan berada. Tetapi ketentuan ini dapat disimpangi dengan pengenaan
pajak atas operasi kapal laut dalam jalur lalu lintas internasional dengan
pengurangan sebesar 50% oleh negara lainya.

d. Perusahaan-Perusahaan yang Memiliki Hubungan Istimewa. Dalam hal
perusahaan-perusahaan yang memiliki hak istimewa ini karena fungsi dari
perusahaan ini yaitu turut serta dalam menajemen, pengawasan, dan
penyertaan modal pada perusahan dari negara lainnya dapat dikenakan pajak
terhadap tambahan labanya.

e. Dividen. Dividen yang dibayarkan oleh suatu perseroan yang berkedudukan di
suatu Negara kepada penduduk Negara lainnya dapat dikenakan pajak di
Negara lainnya tersebut. Dividen yang dibayarkan oleh suatu perseroan yang
berkedudukan di Indonesia kepada penduduk Malaysia akan dikenakan pajak
di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Indonesia yang berlaku tetapi bila
penerima adalah pemilik dari dividen tersebut maka pengenaan pajaknya tidak
akan melebihi dari 15% dari jumlah bruto dividen. Dividen yang dibayarkan
oleh suatu perusahaan yang berkedudukan di Malaysia kepada penduduk
Indonesia yang merupakan pemilik yang sebenarnya atas dividen tersebut,
akan dibebaskan dari pengenaan pajak di Malaysia.
f. Bunga. Bunga yang berasal dari suatu Negara dan dibayarkan kepada
penduduk Negara lainnya dapat dikenakan pajak di Negara lainya tersebut.
Namun demikian, bunga itu dapat juga dikenakan pajak di Negara dimana
bunga itu berasal dan sesuai dengan perundang-undangan Negara tersebut
akan tetapi apabila penerima bunga adalah pemberi pinjaman yang menikmati
bunga itu, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 15% dari jumlah
kotor bunga.
g. Royalti. Royalti yang berasal dari suatu Negara dan dibayarkan kepada
penduduk Negara lainya dapat dikenakan pajak di Negara lainya tersebut.
Namun demikian, royalti tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara
dimana royalti itu berasal dan sesuai dengan perundang-undangan negara
tersebut, tetapi apabila penerima royalti adalah pemilik hak yang menikmati
royalti tersebut, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 15% dari
jumlah kotor royalti.
h. Pekerjaan Bebas. Istilah "pekerjaan bebas" meliputi pekerjaan di bidang ilmu
pengetahuan, kesusasteraan, kesenian, kegiatan pendidikan atau pengajaran,
demikian pula pekerjaan-pekerjaan bebas oleh para dokter, ahli hukum, ahli
tekhnik, arsitek, dokter gigi dan akuntan. Gaji, upah dan balas jasa lain yang
serupa atau penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara dengan
pekerjaan yang dilakukannya dalam hubungan kerja atau kegiatan lain yang

sejenis, hanya akan dikenakan pajak di negara tersebut kecuali jika pekerjaan
itu dilakukan di Negara lainnya. Dalam hal demikian maka balas jasa yang
diperoleh dari pekerjaan itu dapat dikenakan pajak di Negara lainya tersebut.
i. Penghasilan Para Direktur. Penghasilan-penghasilan para direktur dan
pembayaran-pembayaran

serupa

yang

diperoleh

penduduk

dalam

kedudukannya sebagai anggota Dewan Direksi dari perusahaan yang
berkedudukan di Negara lainnya dapat dikenakan pajak di Negara lainnya
tersebut.
j. Para Seniman dan Olahragawan. Penghasilan yang diperoleh penduduk suatu
Negara sebagai seniman, seperti artis teater, film, radio atau televisi, atau
pemain musik, atau sebagai olahragawan, dari kegiatan-kegiatan pribadi
mereka, dapat dikenakan pajak di Negara lainnya dimana kegiatan tersebut
dilakukan.
k. Pensiunan dan Tunjangan Hari Tua. Setiap pensiun atau balas jasa lainnya
yang sejenis atau tunjangan hari tua yang dibayarkan pada penduduk Negara
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa pada masa yang lampau dapat
dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan tersebut.
l. Jabatan dalam Pemerintahan. Balas jasa, selain pensiun, yang dibayarkan oleh
Negara pihak pada Persetujuan, atau bagian ketatanegaraannya atau
pemerintah daerahnya atau badan resmi dibawahnya kepada setiap orang
pribadi sehubungan dengan jasa-jasa yang diberikan kepada Negara tersebut
atau kepada bagian ketatanegaraannya atau pemerintah daerahnya atau kepada
badan resmi lainnya hanya akan dikenakan pajak di Negara itu. Namun
demikian, balas jasa tersebut hanya dapat dikenakan pajak di negara lainya
apabila jasa-jasa yang diberikan di Negara lainya dan penerima jasa adalah
penduduk negara lainya itu yang:
 Merupakan warganegara Negara itu;
 Tidak menjadi penduduk Negara itu semata-mata karena bermaksud
untuk memberikan jasa-jasanya.

m. Pelajar dan Peserta Latihan. Seseorang yang merupakan penduduk dari suatu
Negara pihak pada Persetujuan segera sebelum mengunjungi Negara pihak
pada Persetujuan lainnya dan tinggal untuk sementara di Negara lain sematamata:
 Sebagai seorang pelajar pada sebuah universitas yang diakui,
perguruan tinggi, sekolah atau lembaga pendidikan lain yang diakui di
Negara lain tersebut;
 Sebagai seorang pengusaha atau teknisi yang magang;
 Seorang penerima bantuan, tunjangan atau penghargaan untuk maksud
belajar, riset atau latihan dari Pemerintah dari salah satu Negara atau
dari organisasi ilmiah, pendidikan, keagamaan atau sosial atau dalam
rangka program bantuan teknik yang diadakan oleh Pemerintah dari
salah satu Negara.
Akan dibebaskan dari pajak di Negara lain atas:
 Seluruh pembayaran dari luar negeri untuk keperluan biaya hidupnya,
pendidikan, belajar, riset atau latihan;
 seluruh hibah, tunjangan atau penghargaa;
 Setiap pembayaran yang tidak melebihi 2.200 Dollar Amerika per
tahun dalam hubungan dengan jasa yang diberikan di Negara lain,
asalkan jasa tersebut dilakukan sehubungan dengan kegiatan
belajarnya, riset atau latihan atau perlu untuk membiayai hidupnya.
n. Guru dan Peneliti. Seseorang yang menjadi penduduk dari suatu negara sesaat
sebelum mengunjungi Negara lainnya, yang atas undangan sebuah universitas,
perguruan tinggi, sekolah atau lembaga pendidikan sejenis, mengunjungi
Negara lainnya untuk masa tidak lebih dari 2 tahun semata-mata dengan
maksud untuk mengajar dan melakukan penelitian atau keduanya pada
lembaga pendidikan tersebut, akan dibebaskan dari pajak atas semua
pembayaran yang diterima dari kegiatan mengajar dan penelitian tersebut.

o. Penghasilan yang Tidak Diatur Secara Tegas. Jenis-jenis penghasilan dari
seorang penduduk salah satu Negara, yang tidak diatur dalam Pasal-pasal
terdahulu pada Persetujuan ini hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut
kecuali jika penghasilan tersebut diperoleh dari sumber-sumber di Negara
lainnya, maka penghasilan tersebut boleh dikenakan pajak di Negara lainnya
tersebut.

II.III Perbandingan Tax Treaty Indonesia-Singapura dan Indonesia-Malaysia
Tax Treaty Indonesia-Singapura dan Indonesia-Malaysia memiliki banyak
kesamaan. Hal-hal yang sama diantara kedua tax treaty ini adalah:
 Harta tidak bergerak. Kedua tax treaty mengenakan pajak dari negara
dimana harta tidak bergerak tersebut berada.
 Laba usaha. Pengaturan mengenai laba usaha juga memiliki kesamaan
diantara kedua tax treaty, yaitu hanya dikenakan oleh negara dimana
badan usaha itu berkedudukan. Namun apabila memiliki cabang di negara
lain dalam bentuk usaha tetap, maka negara lain dapat mengenakannya
sebatas
 Pesawat udara & Perkapalan. Dalam hal pesawat kedua tax treaty
mengatur bahwa pajak yang dikenakan hanya dimana pesawat tersebut
berasal. Sedangkan mengenai kapal, negara lain mengenakan pajak
dengan mengurangi 50% yang setelahnya menjadi objek pajak negara
asal.
 Perusahaan yang memiliki hubungan istimewa. Kedua treaty mengatur
bahwa dapat dikenakan pajak terhadap tambahan labanya.
 Royalti. Pengaturan mengenai hal ini sama di dalam kedua treaty bahwa
royalty dikenakan pajak negara lain, namun negara asal royalty dapat
memungut maksimal 15% dari total bruto royalti.
 Imbalan para direktur. Kedua treaty mengatur bahwa imbalan para
direktur ini dikenakan pajak sesuai dengan pajak asal perusahaannya.

 Artis & Atlit. Mengenai pajak dari artis dan atlit, kedua treaty mengatur
bahwa artis dan atlit dikenakan pajak berdasarkan dimana kegiatan
tersebut dilakukan.
 Pensiunan. Untuk dana pensiunan yang diperoleh hasil pekerjaan pada
satu negara dalam perjanjian, kedua treaty tersebut mengatur bahwa
pensiunan akan dikenakan pajak berdasarkan asal dari perusahaan.
 Pejabat pemerintah. Kedua treaty mengatur bahwa pajak terhadap pejabat
pemerintah dibayar kepada Negara sebagai pihak yang membayar jasa
tersebut.
 Pelajar & Peserta lainnya. Kedua treaty mengatur bahwa pelajar & peserta
lainnya tidak dikenakan pajak selama tidak melebihi US $ 2.200 per
tahun.
Dengan membandingkan kedua treaty, terdapat satu hal yang tidak terdapat di
salah satu treaty tetapi terdapat di treaty lainnya. Hal tersebut adalah mengenai
hubungan kerja. Dalam tax treaty Indonesia-Singapura diatur bahwa seseorang
dikenakan pajak dalam suatu hubungan kerja sesuai dengan negara asal kecuali warga
negara tersebut telah menetap di negara lain selama 183 hari. Namun, hal ini tidak
diatur dalam tax treaty Indonesia-Malaysia.
Hal-hal lain selain yang telah dijelaskan diatas, adalah hal-hal yang berbeda
pengaturannya di dalam kedua treaty. Perbedaan tersebut bukan merupakan
perbedaan yang esensiil, namun hanya mengenai pengaturan pengecualian pajak
terhadap suatu hal dan hal-hal yang diatur lebih spesifik di dalam salah satu tax
treaty. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Variabel Perbandingan
Deviden

Indonesia-Singapura
Dikenakan pajak menurut

Indonesia-Malaysia
Yang dibayarkan oleh

hukum pajak warga

suatu perseroan kepada

negara yang menerima

penduduk negara lain,

dividen tersebut. Deviden

maka dikenakan pajak di

yang pemegang sahamnya negara lain tersebut.
adalah perusahaan, maka

Perusahaan Indonesia 

terdapat ketentuan pajak,

WN Malaysia, dikenakan

yaitu:

pajak Indonesia, namun

-

10% dari bruto

jika penerima adalah

deviden apabila

pemilik dividen maka

perusahaan memiliki

pengenaan pajaknya tidak

25% saham

melebih dari 15% dari

15% dari jumlah

jumlah bruto dividen.

Bunga

bruto lainnya
dikenakan pajak dari

Berasal di suatu negara

pajak negara berdasarkan

dibayarkan kepada

warga negara yang

penduduk negara lain,

mendapatkan bunga

maka dapat dikenakan

tersebut. Pemungutan

pajak negara lain namun

hanya terbatas pada

jika penerima bunga

obligasi, surat utang, dan

adalah pemberi pinjaman

obilgasi lainnya; serta

yang menikmati bunga itu

pinjaman, garansi atau

maka pajak yang

jaminan. Pengenaan pajak

dikenakan tidak melebih

tersebut 10% oleh negara

dari 15% dari jumlah

dimana badan hukum

kotor bunga.

berkedudukan. Namun
untuk urusan pemerintah
Singapura dan Indonesia,
Pekerjaan Bebas

tidak dikenakan pajak.
sesuai dengan pajak dari

dapat ditentukan sesuai

asal pekerjaan tersebut.

dengan pajak negara asal

Kecuali pekerjaan

pekerjaan, kecuali

tersebut telah membuka

dilakukan di negara lain,

jasa di negara lain dalam

maka negara lain juga

waktu 90 hari dalam 12

dapat memungut pajak

bulan maka dapat

atas pekerjaan itu

dikenakan juga ajak
Guru & Peneliti

negara lain itu.
Dibebaskan dari pajak

Dibebaskan dari pajak

selama kegiatan itu tidak

selama kegiatan itu tidak

lebih dari 2 tahun kecuali

lebih dari 2 tahun

ia melakukan penelitian
untuk pihak-pihak
Penghasilan Tidak

tertentu
hanya dikenakan pajak

Hanya akan dikenakan

Diatur

dari negara asalnya

pajak dari negara tersebut

kecuali ditentukan lain

kecuali jika penghasilan
diperoleh dari sumbersumber negara lain, maka
dapat dikenakan pajak
negara lain tersebut.

BAB III
KESIMPULAN
Tax treaty ini ditujukan agar tidak terjadi pengenaan pajak berganda dan
pengelakan pajak. Tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara tax treaty
Indonesia-Singapura dan Indonesia-Malaysia. Hal-hal yang diatur dari kedua treaty
kurang-lebihsama. Hanya saja dalam hal-hal tertentu terdapat treaty yang
menjelaskan lebih spesifik dibandingkan treaty yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Brotodihardjo, R. Santoso. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Jakarta: Refika Aditama,
2013.
Direktorat Jendral Pajak. Surat Edaran Dirjen Pajak Tentang Pemberitahuan
Berlakunya Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (PPPB) RI-Singapura
No. 09/Pj.34/1992, 26 Mar 1992.
Direktorat Jendral Pajak. Surat Edaran Dirjen Pajak Tentang Pemberitahuan
Berlakunya
Penghindaran

Protokol
Pajak

Berganda

Perubahan
(P3B)

Antara

Persetujuan
Pemerintah

Republik

Indonesia Dan Pemerintah Malaysia Dan Protokolnya No. 86/Pj/2010, 11
Agustus 2010.
Departemen Keuangan Republik Indonesia, Penjelasan Umum Tarif, Dikutip dari
http://www.tarif.depkeu.go.id/Bidang/?bid=pajak&cat=p3b, diakses pada 3
Desember 2014.
Indonesia, Undang-Undang Pajak Penghasilan, UU No. 36 Tahun 2008, LN No. 133
Tahun 2008, TLN. No. 4893.