Tugas Akhir Ke PGRI an

  ! " # ! " # ! " # ! " # !!!! $ $ $ $ $ $ $ $

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Hubungan Guru Dan Masyarakat” tentang Guru Melakukan Semua Usaha untuk Secara Bersama-sama dengan Masyarakat Berperan Aktif dalam Pendidikan dan Meningkatkan Kesejahteraan Peserta Didiknya.

  Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Drs. H Ismail Mat Yani Selaku dosen pengasuh pada mata kuliah “Ke-PGRI-an”. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua . Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

  Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridoi segala usaha kita. Amin.

  Palembang, Desember 2011 Penulis,

  DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR .............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

  BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ iii

  1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. iii BAB II HUBUNGAN GURU DENGAN MASYARAKAT ....................................

  1 2.1 Pengertian Pendidikan ..................................................................................

  1 2.2 Pengertian dan Klasifikasi Guru ...................................................................

  3 2.2.1 Pengertian Guru ..................................................................................

  3 2.2.2 Klasifikasi Guru .................................................................................

  4 2.3 Pengertian Masyarakat .................................................................................

  6 2.4 Peranan Guru dalam Pendidikan ..................................................................

  7 2.5 Peran Serta Masyarakat Terhadap Pendidikan .............................................

  9 2.6 Pengajaran Berpusat Pada Masyarakat .........................................................

  16 2.7 Jenis Hubungan Masyarakat Dengan Sekolah .............................................

  18

  2.8 Membangun Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan 19 2.9 Kedudukan Guru dalam Masyarakat ............................................................

  23 BAB III PENUTUP ..................................................................................................

  25 3.1 KESIMPULAN ............................................................................................

  25 3.2 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

  26

BAB 1 PENDAHULUAN

  1.1 LATAR BELAKANG Guru pada umumnya diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan pada anak didik. Pada umumnya Guru juga dianggap komponen yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari pada komponen pengajaran lainnya. Sebab guru dianggap sebagai sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Guru terbagi menjadi dua,yaitu guru tetap dan guru honorer.

  Istilah masyarakat dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah dengan tata cara berfikir dan bertindak yang (relative) sama yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai satu kesatuan (kelompok). Atau bisa juga diartikan sebagai suatu perwujudan kehidupan bersama manusia, dimana didalam masyarakat berlangsung proses social, proses antarhubungan, dan antaraksi.

  Guru memiliki peranan yang sangat strategis dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Guru mengemban tugas dan fungsi yang tidak terbatas hanya mengajar semata, tetapi juga melatih dan mendidik peserta didik. Begitu pun dengan masyarakat Sebagaimanapun kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan diharapkan pendidikan dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan.

BAB II HUBUNGAN GURU DENGAN MASYARAKAT Guru Melakukan Semua Usaha untuk Secara Bersama-sama dengan Masyarakat Berperan Aktif dalam Pendidikan dan Meningkatkan Kesejahteraan Peserta Didiknya

2.1 Pengertian Pendidikan

  Pendidikan memang tak lepas dari makna dan definisi. Dalam dunia pendidikan banyak sekali istilah-istilah yang dipakai dan memerlukan pembahasan mengenai hal definisi atau pengertiannya. Pada pembahan ini, Maswins for Educations, sebelum melangkah membahas mengenai pengertian-pengertian istilah dalam dunia pendidikan, ada baiknya jika terlebih dahulu membahas mengenai pengertian pendidikan itu sendiri.

  Berikut adalah beberapa pengertian Pedidikan menurut Undang-Undang dan para ahli yang saya kutip dari beberapa sumber.

1. Pendidikan Menurut UU Sisdiknas

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

2. Pendidikan Menurut Carter V. Good

  Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.

3. Pendidikan Menurut Godfrey Thomson

  Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan yang tepat didalam kebiasaan tingkah lakunya, pikiranya dan perasaannya.

4. Pendidikan Menurut UNESCO

  UNESCO menyebutkan bahwa: “education is now engaged is preparinment for a tife Society which does not yet exist” atau bahwa pendidikan itu sekarang adalah untuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang masih belum ada. Konsep system pendidikan mungkin saja berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pengalihan nilai-nilai kebudayaan (transfer of culture value). Konsep pendidikan saat ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,sekarang,dan masa datang.

5. Pendidikan Menurut Thedore Brameld

  ‘’Education as power means copetent and strong enough to enable us,the majority of people,to decide what kind of a world‘’. (Pendidikan sebagai kekuatan berarti mempunyai kewenangan dan cukup kuat bagi kita, bagi rakyat banyak untuk menentukan suatu dunia yang macam apa yang kita inginkan dan macam mana mencapai tujuan semacam itu).

6. Pendidikan Menurut Thedore Brameld

  Robert W. richey menyebutkan bahwa; The term “Education” refers to the broad funcition of preserving and improving the life of the group through bringing new members into its shared concem. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential social activity by which communities continue to exist. In Communities this function is specialzed and institutionalized in formal education, but there is always the education, out side the school with which the formal process is related. (Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah).

2.2 Pengertian dan Klasifikasi Guru 2. 2. 1 Pengertian Guru

  Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Istilah Guru pada umumnya diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan pada anak didik. Pada umumnya Guru juga dianggap komponen yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari pada komponen pengajaran lainnya. Sebab guru dianggap sebagai sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Pandangan ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa guru mempunyai hubungan sangat dekat dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari – hari di sekolah. Ini menunjukkan betapa besar peranan guru dalam dunia pendidikan di sekolah.

  Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya.Dalam agama Budha , guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Budha atau Bodhisattv.

  Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi, karena salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran Sepuluh Guru Sikh.

  Orang India, China, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi. Oleh sebab itu seorang guru sangat dihormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka.

  2.2. 2 Klasifikasi Guru 1. Guru di Indonesia

  Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang syah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia

  2. Guru Tetap

  Guru yang telah memiliki status minimal sebagai calon pegawai negeri sipil, dan telah ditugaskan di sekolah tertentu sebagai instansi induknya. Selaku guru di sekolah swasta, guru tersebut dinyatakan guru tetap jika telah memiliki kewewenangan khusus yang tetap untuk mengajar di suatu yayasan tertentu yang telah diakreditasi oleh pihak yang berwenang di kepemerintahan Indonesia.

  3. Guru Honorer

  Guru tidak tetap yang belum berstatus minimal sebagai calon pegawai negeri sipil, dan digaji per jam pelajaran. Seringkali mereka digaji secara sukarela, dan bahkan di bawah gaji minimum yang telah ditetapkan secara resmi. Secara kasat mata, mereka sering nampak tidak jauh berbeda dengan guru tetap, bahkan mengenakan seragam pegawai negeri sipil layaknya seorang guru tetap. Hal tersebut sebenarnya sangat menyalahi aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Secara fakta, mereka berstatus pengangguran terselubung. Pada umumnya, mereka menjadi tenaga sukarela demi diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil melalui jalur honorer, ataupun sebagai penunggu peluang untuk lulus tes calon pegawai negeri sipil formasi umum.

2.3 Pengertian Masyarakat

  Masyarakat yang disamakan dengan istilah community atau society, diartikan sebagai: “A community is a group or a collection of groups that in habits a locality”. Menurut pengertian ini masyarakat adalah satu kelompok atau sekumpulan kelompok yang mendiami suatu daerah.

  Istilah masyarakat dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah dengan tata cara berfikir dan bertindak yang (relative) sama yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai satu kesatuan (kelompok). Atau bisa juga diartikan sebagai suatu perwujudan kehidupan bersama manusia, dimana didalam masyarakat berlangsung proses social, proses antarhubungan, dan antaraksi.

  Dilihat dari konsep pendidakan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai dengan yang berpendidikan tinggi. Sementara itu dilihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya,tetapi tidak sistematis.

  Antara masyarakat dengan pendidikan punya keterkaitan dan saling berperan. Apalagi pada zaman sekarang ini, setiap orang selalu menyadari akan peranan dan nilai pendidikan.

  Oleh sebab itu, setiap warga masyarakat bercita-cita dan aktif berpartisipasi untuk membina pendidikan.

2.4 Peranan Guru dalam Pendidikan

  Guru memiliki peranan yang sangat strategis dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Guru mengemban tugas dan fungsi yang tidak terbatas hanya mengajar semata, tetapi juga melatih dan mendidik peserta didik. Melalui peranan yang dijalankannya itu, guru diharapkan mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik. Sehingga dicapai hasil belajar yang bermutu, dan tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas.

  Saking pentingnya peranan guru tersebut, kedudukannya tidak dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan motivasi, dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut (Sudjana, 2005; Saud, 2009). Oleh karena itu, tugas dan fungsi guru harus dilaksanakan dengan profesional. Tuntutan ini mengharuskan guru untuk memiliki, menguasai dan melaksanakan kompetensi yang dipersyaratkan, sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

  Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugaspokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.

  Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.

  Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.

  Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.

  Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.

  Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.

2.5 Peran Serta Masyarakat Terhadap Pendidikan

  Sebagaimana yang dikemukakan terdahulu, bahwa masyarakat yang merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam konteks menyelenggarakan pendidikan itu sendiri besar sekali peranannya. Sebagaimanapun kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan diharapkan pendidikan dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan.

  Berikut ini adalah beberapaa peran dari masyarakat terhadap pendidikan (sekolah).

  1. masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah.

  2. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.

  3. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang, dan sebagainya.

  4. Masyarakatlah yang menyediuakan berbagai sumber untuk sekolah. Mereka dapat di undang ke sekolah untuk memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik. Orang-orang yang punya keahlian khusus banayak sekali terdapat di masyarakat, seperti petani, peternak, saudagar, polisi dokter dan sebagainya.

  5. Masyarakatlah sebagai sumber pelajaran ayau laboratorium tempat belajar.

  Disamping buku-buku peklaajran, masyarakat member bahan pelajaran yang banyak sekali, aatara lain seperti aspek alami industry, perumahan, transportasi, perkebunan, pertambangan, dan sebagainya

  .Dengan demikian, jelas bseklai bahwa peran masyarakat sangatlah besar terhadap pendidikan sekolah. Untuk itu, sekolah perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya, paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan sumber-sumber pengetahuan yang ada di masyarakat dengan alsan sebagai berikut:

  1. Dengan melihat apa yang terjadi di masyarakt, anak didik akan mendapoatkan pengalaman langsung ( first hand experience) sehingg mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan mudah diingat.

  2. Pendidikan membina anak-anak yang berasal dari masyarakat, dan akan kembaili ke masyarkat.

  3. Dimasyarkat banyak sumber pengetuan yang mungkin guru sendiri belum mengetahuinya.

  Bukan hal yang asing, bila kita seringkali mendengar semboyan ini: Pendidikan

  

adalah tanggung jawab bersama antara pmerintah, orang tua, dan masyarakat. Walaupun

  sekarang semua sekolah telah membentuk Komite Sekolah yang pada prinsipnya merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah, namun belum berfungsi dan berperan sebagaimana yang diharapkan.

  Beberapa sekolah memang telah mendapatkan dukungan dari masyarakat. Tetapi bila dilihat dari aspek kualitas, masih terkategori pada Tingkatan III dan Tingkatan IV. Lebih menyedihkan, beberapa sekolah kondisinya justru berada pada Tingkatan I saja.

  Ada 7 tingkatan peran serta masyarakat (dirinci dari tingkat partisipasi terendah ke tinggi), yaitu:

  1. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Jenis PSM ini adalah jenis yang paling umum (ironisnya dunia pendidikan kita!). Pada tingkatan ini masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik anak-anak mereka.

  2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Pada PSM jenis ini masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, atau tenaga.

  3. Peran serta secara pasif. Masyarakat dalam tingkatan ini menyetujui dan menerima apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah), misalnya komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orang tua menerima keputusan itu dengan mematuhinya.

4. Peran serta melalui adanya konsultasi. Pada tingkatan ini, orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya.

  5. Peran serta dalam pelayanan. Orang tua/masyakarat terlibat dalam kegiatan sekolah, misalnya orang tua ikut membantu sekolah ketika ada studi tur, pramuka, kegiatan keagamaan, dsb.

  6. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan. Misalnya sekolah meminta orang tua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah jender, gizi, dsb. Dapat pula misalnya, berpartisipasi dalam mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar sekolah dapat menampungnya, menjadi nara sumber, guru bantu, dsb.

  7. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orang tua/masyarakat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non akademis, dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).

  Merefleksi hasil kegiatan Program Pilot Pendidikan – Program Pengembangan Kecamatan (PPK) tahun 2007 lalu, rekan-rekan Tim Teknis Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Utara mengemukakan beberapa temuan mereka di 3 kecamatan: Babirik, Danau Panggang, dan Sungai Pandan, di mana akar permasalahan yang harus dipecahkan antara lain: rendahnya taraf ekonomi masyarakat perdesaan di 3 kecamatan tempat pelaksanaan program, pemahaman masyarakat akan arti penting pendidikan formal, dan kuatnya label agama sebagai pendidikan yang diposisikan sebagai sesuatu yang jauh lebih penting dibanding pendidikan formal.

  Berbagai usulan pemecahan masalah yang mungkin dapat diterapkan pada pelaksanaan Program Pilot Pendidikan – Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mandiri Perdesaan) antara lain: 1.

  Transparansi dan akuntabilitas RAPBS, meliputi penggunaan dana-dana yang dimiliki oleh sekolah. Transparasi dan akuntabilitas juga harus dilakukan sekolah dalam kaitan proses kerja, dan hasil kinerja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah.

2. Penggalangan kepedulian, di mana untuk hal ini peran kepala sekolah menjadi sangat penting untuk memfungsikan secara optimal orang/lembaga di dalam sekolah.

  3. Sekolah harus mampu unjuk kebolehan/prestasi pada kegiatan-kegiatan yang bisa menjadi interest masyarakat. Terkait dengan kultur masyarakat di 3 kecamatan yang agamis, maka sekolah harus mampu menunjukkan kepada masyarakat bahwa murid- murid sekolah formal juga mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti yang bisa dilakukan pesantren (sekolah agama). Unjuk kebolehan ini dapat memanfaatkan momen-momen penting seperti acara pembagian raport/kenaikan kelas, hari besar Islam, dsb.

  4. Merespon dengan cara yang positif apapun bentuk tanggapan atau reaksi masyarakat terhadap sekolah, baik yang bernada positif maupun bernada negatif melalui komunikasi aktif. Kemudian menjadikannya sebagai masukan bagi perbaikan sekolah dan peningkatan PSM (peran serta masyarakat).

  Meningkatkan Peran Serta Masyarakat (PSM) memang sangat erat berkait dengan pengubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. Ini tentu saja bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, bila tidak sekarang dilakukan dan dimulai, kapan rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat dengan tingkatan maksimal dapat diperoleh dunia pendidikan, khususnya pada 3 kecamatan pelaksanaan program.

  Menurut Sanafiah Faisal hubungan antarsekolah (pendidikan) dengan masyarakat paling tidak, bisa dilihat dari dua segi berikut :

  1. Sekolah sebagai partner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Dalam konteks ini, berarti keduanya, yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai pusat-pusat pendidikan yang potensial dan mempunyai hubungan yang fungsional.

  a.

  Fungsi pendidikan disekolah sedikit banyak dipengaruhi pula oleh corak pengalaman seseorang di lingkunga masyarakat.

  Pengalaman pada berbagai macamkelompok pergaulan di dalam masyarakat, jenis bacaan, tontonan, serta aktivitas-aktivitas lainnya ditengah masyarakat kesemuanya membawa pengaruh terhadfap fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah terhadap diri seseorang. Kondusif tidaknya dan positif tidaknya pengalaman seseorang di lingkunga masyarakat tidak dapat dielakkan pengaruhnya terhadap keberhasilan fungsi pendidikan disekolah.

  Karena hal itu lah, maka sekolah juga berkepentingan dengan perubahan lingkungan seseorang ditengah-tengah masyarakatnya, antara lain bisa dilakukan dengan melalui fungsi layanan konseling, penciptaan forum komunikasi antara organisasi sekolah dengan organisasi serta lembaga-lembaga lainnya di masyarakat.

  Sebaliknya, partisipasi secara sadar dari seseorang untuk senantiasa belajar dari lingkungan masyarakat, sedikai banyak juga ditentukan oleh tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilancarkan disekolah.

  b.

  Fungsi pendidikan disekolah akan di pengaruhi oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat.

  Kekayaan sumber-sumber belajar di tengah masyarakat seperti adanya perpustakaan umum, adanya museum, adanya kebun binatang, adnaya peredaran Koran dan majalah serta sumber-sumber belajar lainnya, di samping berfungsi sebagai medium pendidikan bagi masyaraklat luas, sumber-sumber tersebut juga bisa dan berfungsi pula untuk didayagunakan bagi fungsi pendidikan system persekolahan.

  Pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat bagi kepentingan fungsi pendidikan di sekolah, peningkatannya bisa dilakukan dengan jalan penentuan strategi belajar mengajar yang mengaktifkan keterlibatan mental siswa di dalam mengkaji sumber-sumber beljar di lingkungannya. Sebaliknya, gerakan-gerakan pendidikan yang diorganisasi di tengah-tengah masyarakat (pendidikan luar sekolah), penunaian fungsi dan pendidikan di masyarakat itu juga bisa dan fungsional jika mendayagunakan sumber-sumber sekolah yang berupa guru, gedung, serta perlengkapan lainnya.

2. Sekolah sebagai prosedur yang melayani pesan-pesan pendidikan dari masyarakat lingkunganya.

  Berdasarkan hal ini, berarti antar ,asyarakt daengan sekolah memiliki hubungan rasionalberdasarkan kepentingan dikedua belah pihak. Berkenaan dengan sudut pandang tersebut, berikut ini dideskripsikan tentang hubungan rasional dimaksud.

  a.

  Sebagai lembaga layanan terhadap kebutuhan pendidikan masyaraktnya, sekolah sudah tentu membawa konsekuensi-konsekuensi konseptual dan teknis sehingga berkesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa-apa yang dibutuhkan dimasyarakatnya. Dalam hal ini pengertian masyarakat termasuk di dalam nya komponen-komponen lainnya di masyarakat. Tujuan pendidikan baikditingkat tujuan institusional, tujuan kurekuler, maupun ditingkat tujuan instruksional (TIU dan TIK), semuanya harus disesuaikan secara rasioanl dengan persyaratan-persyaratan kemampuan dan kepribadian yang secara ideal maupun praktis diciptakan atau dibutuhkan oleh masyarakat bersangkutan. Untukitu diperlukan adanya mekanisme informasi timbale balik yang rasioanal, objektif dan realities antar sekolah sebagai prosedur pendidikan dengan masyarakat yang mengonsumsi out put pendidikan sangatlah diperlukan.

  b.

  Akuransi sarsaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga atau organisasi persekolahan, akan ditentukan pula oleh kejelasan formulasi kontrak antara sekolah (selaku pelayan) dengan masyarakat selaku pemesan. c.

  Penunaian fungsi sekolah sebahai pihak yang dikontrak untuk merlayani pesanan- pesanan pendidikan oleh masyarakatnya,sedikit banyak akan dipengaruhi oleh ikatan- ikatan objektif diantara keduanaya. Ikatan objektif di maksud bisa berupa perhatian, penghargaab dan topanagan-topangan tertentu seperti dana, fasilitas, dan jaminan- jaminan objektif lainnya yang memberikan makana penting terhadap eksistensi dan produk persekolahan. Hubungan antara sekolah dan masyarakat yang mengontraknya, kalau tidak disertai dengan jaminan dan ikatan-ikatan objektif sebagaimana layaknya yang terjadi antara opihak pengontrak dengan pihak yang dikontrak, maka sedikti banayaknya akan berpengaruh pada penunaian fungsi lembaga persekolahan. Dengan demikian,maka penggarapan pada tingkat system yang berfungsi melembagagakan kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap keberadaan serta produk atau out put persekolahan dengan sendirinya menjadi sangat penting dan diperlukan.

2.6 Pengajaran Berpusat pada Masyarakat Pengajaran yang berpusat pada masyarakat memiliki karakteristik, sebagai berikut.

  a.

  Pengajaran berorientasi pada masyarakat b.

  Pengajaran bertujuanuntuk memperbaiki kehidupan masyarakat.

  c.

  Kurikulum yang menjadi landasan pengajaran terdiri dari proses-proses dan masalah- masalah social.

  d.

  Kegiatan belajar mamadukan antara kegiatan serba langsung di masyarakat dengan kegiatan belajar yang bersunber dari buku teks.

  e.

  Disiplin kelas berdasarkan tanggung jawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan mutlak. f.

  Metode menmgajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhanperorangan dan kebutuhan social atau kelompok.

  g.

  Bentuk hubungan dan kerja sama sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber- sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut.

  h.

  Strategi pengajaran meliputi karyawisata, manusia (narasumber), survey masyarakat berkemah, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, proyek perbaikan masyarakat, dan sekolah pusat mayasrakat.

1. Prosedur Belajar

  Prosedur belajar terdiri dari empat tingkatan, dari konkret menuju ke abstrak, dan dari absrtak menuju ke konkret. Tingkat-tingkat belajar itu adalah sebagai berikut.

  a) Tingkat 1: Belajar langsung melalui masyarakat yang dilaksanakan dalam bentuk karyawisata, manusia sumber, survey, dan pengabdian social.

  b) Tingkat 2: Belajar langsung melalui kegiatan-kegiatan ekspresi, seperti menggambar, menari dan dramatisasi.

  c) Tingkat 3: Belajar tak langsung melalui alat audio visual, seperti peta, model, grafik, film televise, radio dan internet.

  d) Tingkat 4: Belajar tak langsung melalui symbol kata, seperti buku, ceramah,

  Pengajaran yang berpusat pada masyarakat terutama dititikberatkan pada tingkat belajar langsung melalui masyarakat yang konkret.

2.7 Jenis Hubungan Masyarakat dengan Sekolah

  Hubungan kerjasama masyarakat dan sekolah seringkali diartikan secara sempit yaitu sebatas dalam hal mendidik anak. Itulah sebabnya banyak kepala sekolah, guru dan orang tua/masyarakat telah merasa cukup adanya hubungan masyarakat dan sekolah jika di sekolahnya telah terbentuk BP3 atau komite sekolah yang sewaktu-waktu dapat dihubungi jika terjadi sesuatu pada anak didik atau apabila sewaktu-waktu ada kebutuhan sekolah yang mendesak yang perlu dipecahkan bersama. Padahal, hubungan kerjasama antara masyarakat/orang tua dan sekolah tidak sebatas itu, akan tetapi hubungan kerjasama tersebut mengandung arti yang lebih luas dan mencakup beberapa bidang yang tentunya berkaitan dengan pendidikan anak-anak dan masyarakat pada umumnya. Hubungan kerjasama masyarakat dan sekolah dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:

  a. Hubungan Edukatif

  Maksudnya adalah hubungan masyarakat dan sekolah dalam hal mendidik. Adanya hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau bahkan perbedaan prinsip baik tentang normanorma etika, maupun norma-norma sosial yang ditanamkan kepada peserta didik.

  b. Hubungan Kultural

  Maksudnya adalah kerjasama antara masyarakat dan sekolah yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Untuk dapat merealisasikan hubungan kerjasama yang fungsional antara kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat maka kegiatan-kegiatan sosial yang diperlukan oleh masyarakat misalnya bersama-sama dengan masyarakat lingkungannya bergotong royong memperbaiki jalan, menyelenggarakan perayaan- perayaan yang bersifat nasional maupun keagamaan dll. Demikian sebaliknya, masyarakatpun turut membantu sekolah dalam kegiatan-kegiatan seperti membantu memperbaiki gedung sekolah yang rusak, membantu penyelenggaraan acara keagamaan dll.

c. Hubungan Institusional

  Yakni hubungan kerjasama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi- instansi resmi lain baik swasta maupun pemerintah, seperti hubungan kerjasama antara sekolah dengan sekolah-sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat, dengan perusahaan-perusahaan Negara atau swasta, yang berkaitan dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya akan hidup sebagai anggota masyarakat yang terdiri atas bermacam-macam golongan, jabatan, status sosial, dan bermacam-macam pekerjaan, sangat memerlukan adanya hubungan kerjasama itu. Dengan adanya hubungan ini sekolah dapat meminta bantuan dari lembagalembaga lain itu, baik berupa tenaga pengajar, pemberi ceramah tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengadaan dan pengembangan materi kurikulum, maupun bantuan yang berupa fasilitas serta alat-alat yang diperlukan bagi kelancaran pelaksanaan program sekolah.

2.8 Membangun Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Istilah profesionalisme guru tentu bukan sesuatu yang asing dalam dunia pendidikan.

  Secara sederhana, profesional berasal dari kata profesi yang berarti jabatan. Orang yang profesional adalah orang yang mampu melaksanakan tugas jabatannya secara mumpuni, baik secara konseptual maupun aplikatif. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan guru.

  Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia, guru dipandang sebagai faktor kunci. Pemerintah pun dalam enam tahun terakhir ini menaruh perhatian yang serius dalam upaya meningkatkan kualitas guru. Di antaranya melalui program sertifikasi dan pemberian tunjangan profesi pada guru. Melalui UU nomer 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNA), diperkuat dengan UU nomer 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru pun ditasbihkan sebagai pekerjaan profesional.

  Mengapa guru harus professional? apa tujuan pendidikan profesi guru ?. Seperti yang dikemukakan Kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendiknas Dr. Unifah Rasyidi, M.Pd pada Seminar Nasional di Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 27 maret 2011 lalu, bahwa guru harus professional karena pekerjaan guru bukan mekanistik,memerlukan kompetensi dasar-dasar pengetahuan yang kuat, pemahaman relasi dasar-dasar pengetahuan dari praktik kerja, cara berfikir yang imajinatif dan kreatif, muara dari segala pengetahuan teori, dan pemahaman mendalam dari tujuannya.

  Ada tiga kriteria untuk suatu pekerjaan disebut profesionalisme. Di samping dituntut adanya tanggung jawab sosial (social responsibility), dan kesejawatan (corporateness), pekerjaan itu juga memerlukan keahlian (expertise). Huntington mendefinisikan “ keahlian” adalah kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu agar bisa menguasainya, seseorang harus menempuh pendidikan dan latihan khusus, dalam waktu yang relatif lama, dengan tingkat kesulitan yang tinggi.

  Jadi tidak ada seorang pun bisa melakukan suatu pekerjaan profesional kecuali yang telah menempuh pendidikan dan latihan sebagaimana tersebut di atas. Implikasinya setiap pekerjaan professional selalu menimbulkan perasaan eksklusif (sense of exclusifity) para pelakunya. Selanjutnya rasa eksklusif itu akan menjadi fondasi bagi terbangunnya pola hubungan kesejawatan diantara mereka dalam sebuah organisasi profesi. Kesejawatan ini penting bagi orang-orang seprofesi untuk bisa saling berbagi dan memutaakhirkan ilmu pengetahuan dan bertukar pengalaman dalam lingkup pekerjaannya secara terus menerus, serta menyepakati suatu kode etik yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya.

  Mengacu pada UU No. 20/2003 Pasal 3, tujuan umum pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Tujuan khusus Pendidikan Profesi Guru adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta melakukan penelitian.

  Untuk menjadi guru professional yaitu dengan mengikuti program pendidikan profesional guru (PPG) untuk mendapatkan sertifikasi, ini mengacu pada UU No. 20/2003 Pasal 3, tujuan umum program PPG adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Menurut UU No. 20/2003 tentang SPN pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian program PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka dapat menjadi guru yang profesional sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik.

  Dari tataran di atas sudah jelas bahwa kehadiran PPG ini menimbulkan berbagai fenomena baik pro maupun kontra yang menyelimutinya. Banyak yang merasa bahwa kehadiran PPG akan berdampak pada sikap seorang guru yang profesional, akan tetapi sebagian kalangan mengatakan bahwa PPG dinilai sebagai sebuah kelemahan di bidang pendidikan. Hal ini disangkut pautkan bahwa PPG terbuka bagi ilmu murni atau non kependidikan dapat mengikuti PPG. Dengan adanya kebijakan seperti ini akan membuat ruang gerak seorang pendidik minim dan kurang.

  Ini akan menjadi tantangan yang berat bagi calon guru dengan diperbolehkannya non kependidikan dapat mengikuti PPG, tetapi para calon guru dapat menilai ini dari segi positif nya yaitu tidak menyerah begitu saja dan jadikan ini sebagai ajang kompetisi yang positif, ini adalah persaingan yang sangat ketat. Pesan untuk calon guru adalah jangan menyerah dan tetap berusaha sekuat tenaga karena mengembangkan potensi peserta didik adalah tanggung jawab bersama dan kejujuran seorang pendidik adalah prioritas untuk menjadikan guru yang terbaik untuk sekarang dan masa depan.

2.9 Kedudukan Guru dalam Masyarakat

  Istilah Guru pada umumnya diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan pada anak didik. Pada umumnya Guru juga dianggap komponen yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari pada komponen pengajaran lainnya. Sebab guru dianggap sebagai sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Pandangan ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa guru mempunyai hubungan sangat dekat dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari – hari di sekolah. Ini menunjukkan betapa besar peranan guru dalam dunia pendidikan di sekolah.

  Istilah guru dalam masyarakat umum dipandang sebagai orang yang melaksanakan pendidikan di tempat – tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal. Masyarakat merasa yakin bahwa dengan pendidikan dari gurulah yang akan mengantarkan anak-anak mereka menjadi orang yang kepribadian mulia. Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat ini, mengisayaratkan bahwa di pundak guru terpikul tugas dan tanggung jawab yang besar. Guru tidak hanya memberikan pembinaan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didiknya di lingkungan sekolah saja bahkan sampai diluar lingkungan sekolah.

  Guru dituntut untuk mengajar dalam artian menyampaikan pengetahuan sekaligus senantiasa mengembangkan kepribadian anak didiknya menjadi pribadi yang utama.

  Sedangkan dalam undang – undang No. 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional, mempunyai kewajiban untuk membimbing, mengajar dan melatih anak didik.

  Dengan memperhatikan kedudukan guru yang demikian besarnya maka tidaklah heran jika pembaharuan suatu bangsa berada ditangan para guru. Demikian yang terjadi pada negara Jepang ketika dibom atom oleh sekutu, hal pertama yang dipertanyakan adalah masih ada berapa guru yang berhasil selamat dari kehancuran bom. Hal ini dikarenakan bangsa Jepang sadar bahwa kemajuan dan kemunduran suatu bangsa sangat besar ditentukan oleh jasa pendidikan. Sementara guru adalah motivator dan fasilitator utama dalam proses pendidikan.

  Betapa besar kedudukan guru ini juga diutarakan oleh Sayyid Alwi bin As-Saqah sebagai berikut : !"

  Artinya : “Sesungguhnya guru itu kedudukannya sangat penting dan peranannya amat tinggi dan besar” Demikianlah kedudukan guru yang demikian besar dan penting. Oleh sebab itu berhati- hatilah dalam memilih guru.

BAB III KESIMPULAN Setelah membaca isi keseluruhan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa banyak sekali

  hal yang bisa dilakukan oleh para Guru dan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan peserta didik.

  DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Umar, Prof. Dr.2001. Proses Belajar Mengajar. Jln. Sawo. Raya No. 18,Jakarta.

  Bumi Aksara. Popham, W. James. 2010. Teknik Mengajar. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Sujanto, Bedj,. Dr. 2007. Guru Indonesia. Sagung Seto, Jakarta. PT. Rineka Cipta. Uhbiyati, Nur, Dr. 1991. Ilmu Pendidikan. PT.Rineka Cipta, Jakarta. Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2180693-jenis-jenis-hubungan-masyarakat- dan/#ixzz1gsNtOQtp

Dokumen yang terkait

ISU ISU PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PEMEBELAJARAN KOOPERATIF Rohana STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Isu-isu Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Pendekatan Kooperatif

0 0 11

TES PRODUKTIF BERBAHASA Nani Anggraini STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Tes Produktif Berbahasa

0 2 14

THE INFLUENCE OF GROUP WORK TOWARDS STUDENTS’ ABILITY IN WRITING DESCRIPTIVE TEXT AT THE FIRST SEMESTER OF THE TENTH CLASS AT SMA YADIKA NATAR LAMPUNG SELATAN IN 20152016 Riska Alfiawati STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of The influence of group

0 0 7

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM KERJA ORGANISASI TERHADAP PROFISIONALISME GURU SMK PGRI 1 BADUNG

0 1 10

ADMINDA – Otonomi Daerah Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

0 0 22

IMPROVING SPEAKING SKILL THROUGH NUMBERED HEADS TOGETHER OF THE SEVENTH GRADE STUDENTS OF SMP PGRI 4 DENPASAR IN ACADEMIC YEAR 2014/2015

0 0 6

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN INSPIRATOR CERITAKEPAHLAWANAN PADA SISWA KELAS VIII CSMP PGRI 7 DENPASAR

0 0 12

The Influence of Socio-Cultural Factors, Community Participation, and Factors of Local Government Budget Policy Against Leap Decrease in the Death of Babies in Ngada and Kupang Districts Pengaruh Faktor Sosial Budaya, Partisipasi Masyarakat, Dan Faktor Ke

0 0 20

Peningkatan Kinerja Pencarian Dokumen Tugas Akhir menggunakan Porter Stemmer Bahasa Indonesia dan Fungsi Peringkat Okapi BM25

0 0 7

THE INTERFAITH YOUTH CAMPAIGN FOR A CULTURE OF PEACE (A Case Study of an Interfaith Youth “PELITA” from Cireb

0 0 19