ADMINDA – Otonomi Daerah Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Desentralisasi, Otonomi Daerah, Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan
HARSANTO NURSADI
Desentralisasi
1. Pembentukan DO dan/atau
penyerahan urusan dari Pusat ke
Daerah Logemann: zelfstandinge- staatsrechttelijke organisatie
Keuangan yang mandiri
Adanya pembiayaan daerah, dan
Adanya dinas-dinas daerah
Pembentukan dengan UU (dalam arti
- formal)
2. Penyerahan wewenang tertentu dari
Pusat ke Daerah a.
Bersamaan dengan pembentukan = kewenangan pangkal b.
Diserahkan pasca pembentukan =
kewenangan tambahan a) Formalb) Riil 3.
Penyerahan wewenang berarti kewenangan mengatur dan kewenangan mengurus
4. Pengembangan pembentukan
kewenangan mengatur adalah lembaga-
5. Secara hukum a.
Merupakan badan hukum b. Tindakan hukum kekayaan (vermogensrecht) c.
Kekuasaan hukum (recht bevoegd) d. Dapat bertindak (handelingensbekwaam) Otonomi Daerah
1. Terdapatnya wewenang untuk menetapkan dan melaksanakan kebijaksanaan tertentu yang diperoleh dari Pusat.
Wewenang adalah kekuasaan formal (formal power)
2. Wilayah dan orang yang menjadi 1. sasaran wewenang (domain of power) dan 2. bidang-bidang (gatra) kehidupan yang terliput dalam wewenang (scope of power) ditetapkan oleh Pusat melalui peraturan Per UU an,
dapat membesar atau mengecil sesuai
kebutuhan dan keinginan Pusat3. Tidak boleh menimbulkan “staat” (dalam kasus Indonesia).
a. Wewenang yang diperoleh tidak mencakup menetapkan
produk legislatif yang disebut secara formal dengan “undang-undang” dan b. Wewenang yudikatif (rechtspraak) seperti di Negara Bagian.4. Terdapat lembaga-lembaga pemerintahan yang secara formal di luar Pusat sebagai pengemban dan pelaksana wewenang penetapan kebijaksanaan yang tertuang dalam Peraturan Daerah.
5. Terdapat Birokrasi Daerah, sebagai peracik dan pelaksana kebijakan yang tertuang dalam Perda tersebut
6. Terdapat sumber keuangan yang diperlukan bagi kebijaksanaan dan pelaksanaan, baik tugas rutin maupun pembangunan
Desentralisasi membentuk local self government (pemerintahan daerah sendiri)
daerah otonom melalui undang- undang
Dimulai dari pembentukan
Pemerintahan daerah adalah bentukan Pusat
Dapat dimekarkan, dikecilkan, digabung bahkan dihapus Pembentukan diikuti dengan
pemberian
Kewenangan mengatur (policy
PENYERAHAN WEWENANG PEMERINTAHAN
MPR DPD DPR MA MK KY BPK
P L Kmtria KmtriaP n n m
N K DESENTRALISAS DAERAH Elected Policy
OTONOM DPRD
ofcial maker pengaturan
KDH Sekd
Appointed a ofcial
Birokrasi Policy Daerah
K B D executor pengurusan Dekonsentrasi Secara prinsip merupakan penghalusan
dari sentralisasi Dimensi Desentaralisasi dari Cohen dan
Rondinelli:
Pelimpahan wewenang
Pembuatan keputusan, keuangan dan fungsi manajemen
Level pemerintahan yang berbeda
Dalam jurisdiksi pemerintah pusat Dekonsentrasi melahirkan local state
government atau fieldi adiministration atau wilayah administrasi
pemerintah Pusat yang ada di daerah Pemerintah Pusat adalah kanwil atau
Aparat inti pemerintahan adalah
kandep yang ada di daerah Pemerintahan menuntut adanya
pengawasan langsung dari pemerintah pusat dalam pelaksanaannya Kewenangan untuk membuat
peraturan terletak pada pemerintah
pusat, instansi vertikal hanyanmelaksanaakan kewenangan yang
daerah merupakan bawahan
sekaligus wakil dari pejabat atau
instansi pusat di wilayahnya masing- masing Pejabat dan instansi vertikal di
Pelimpahan kewenangan dalam dekonsentrasi hanya bersifat mengurus, bukan mengatur
Keputusan instansi vertikal bersifat rutin
pegawai pusat Digaji oleh APBN
Pejabat yang bekerja adalah
Tidak dipilih oleh rakyat dan tidak Tugas Pembantuan Kewenangan yang diminta kerjakan oleh
pihak lain, misal kewenangan Pusat yang di bantukan ke Daerah. Kewenangan tidak berpindah kepihak yang
melaksanakan kewenangan tersebut Kewenangan ini bisa mengatur dan
mengurus
Sumber pembiayaannya berasal dari APBN
bila berasal dari Pusat, atau APBD
Provinsi/Kab/Kota bila dari daerah tersebut
Ada jangka waktu dan pertanggung jawaban Sentralisasi, Dekonsentrasi, Desentralisasi, Tugas Pembantuan obyek Sentralis asi
Dekonsentr
asiDesentrali sasi Tugas Pembantu an Pembentuka n kebijakan
Pusat Pusat Daerah Makro-Pusat Mikro- Daerah Kewenanga n Pusat Pusat Daerah Bersama Tanggung Jwb
Pusat Pusat Daerah Bersama Fungsi Menyatuka n Menyatukan Beragam Menyatu- bersama Implementa si Pusat Di daerah Daerah Daerah Aparat Pusat Pusat Daerah Daerah Pendanaan APBN APBN APBD APBN/ D(P)
Perbandingan UU 5/74; UU22/1999; UU32/2004
UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Paradigma yang dianut adalah structural efciency. Terdapat kata daya guna (efsen) dan hasil guna (efektif) disebut sebanyak 14 kali
Kata demokrasi disebut satu kali
Paradigma yang dianut local democracy Kata demokrasi disebutkan sebanyak 10 kali Kata daya guna dan hasil guna tidak sekalipun
Menganut kombinasi paradigma pemerintahan, yaitu structural efciency dan local democracy Terdapat 7 kata demokrasi, dan
Terdapat 11 kata efsensi, serta
Terdapat 7 kata efektivitas Meskipun secara formal disebutkan bahwa dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan sama penting, dalam prakteknya dekonsentrasi yang lebih
Mengutamakan Desentralisasi
Penyelenggaraan dekonsentrasi hanya dari Pemerintah kepada gubernur selaku wakil pemerintah dan Mengutamakan
Desentralisasi Penyelenggaraan dekonsentrasi hanya dari Pemerintah kepada gubernur selaku wakil pemerintah dan instansi vertikal di provinsi UU No. 5 Tahun 1974 UU No. 22 Tahun UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pokok-pokok 1999 tentang tentang Pemerintah Pemerintahan di Pemerintahan Daerah Daerah
Daerah Daerah otonom disebut Daerah otonom disebut Daerah otonom disebut Daerah Tingkat I Provinsi Provinsi Daerah Tingkat II Kabupaten Kabupaten Proses dekonsentrasi, Daerah Otonom tidak Secara struktural daerah otonom desentralisasi dan tugas tersusun secara hirarkhis tersusun secara hirarkhis pembantuan berlangsung tetapi setara
Gubernur berperan ganda secara hirarkis dari atas sebagai KDH dan wakil
Tugas pembantuan kebawah dilakukan Pemerintah Pemerintah kepada Daerah Otonom Tugas pembantuan dan desa, serta Provinsi Dari Pemerintah kepada dan Kabupaten kepada Daerah otonom dan desa desa Dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota dan desa Dari Kabupaten/Kota kepada Desa
Penyerahan urusan Penyerahan urusan: Pembagian urusan pemerintah dengan ultra vires Kepada Provinsi dengan menurut ultra vires doctrine doctrine ultra vires dengan kriteria Kepada Kab/Kota dengan Eksternalitas open and arrangement Akuntabilitas (general competence) Efsiensi •Kewenangan Daerah Pembagian urusan antara Urusan pemerintahan yang
UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di
Daerah
UU No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan
Daerah
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Secara struktural dianut fused model, batas-batas daerah otonom berhimpit dengan batas-batas daerah (wilayah) administrasi).
- Secara konsep dianut
- Provinsi: fused model dgn menggabungkan WA dan DO
- Kab/Kota: split model dgn memisah/hany
- Secara konsep dianut
- Provinsi: fused model dgn menggabungkan WA dan DO
- Kab/Kota: split model dgn memisah/hanya DO
Konsekuensinya, KDH memegang peran ganda (dual role) sepeti dalam integrated prefectoral system) Secara struktural, hanya provinsi yang memiliki status ganda Sebagai daerah otonom, dan
Sebagai daerah (wilayah) administrasi
Hal yang dianut pada
integrated prefectoral system.
Beberapa pasal mengindikasikan hirarkhis, walau hanya provinsi yang berstatus ganda Konsep Pemerintah Daerah mencakup KDH (local chief executive)
Secara struktural
Pemerintah Daerah hanya terdiri atas KDH dan Pemerintahan Daerah KDH dan DPRD Pemerintah Daerah UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
Recruitment anggota DPRD dengan kombinasi metode; sebagian dipilih oleh rakyat dan sebagian diangkat oleh Pemerintah Anggota DPRD dipilih oleh rakyat DPRD dipilih langsung oleh rakyat
Recruitment KHD dengan pemilihan calon-calon oleh DPRD dan pengangkatan oleh Pemerintah KDH dipilih oleh DPRD Kepada Daerah dipilih langsung oleh rakyat Dominasi KDH terhadap DPRD, dan tidak terdapat akuntability KDH terhadap DPRD.
Dominasi DPRD terhadap KDH KDH akuntabel kepada DPRD
Laporan pertanggungjawaban: KDH memberikan laporan kepada Pemerintah Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat
Pengaturan mengenai KDH lebih didahulukan Pengaturan mengenai DPRD lebih didahulukan
Pengaturan mengenai Kepala Daerah didahulukan dari pada UU No. 5 Tahun 1974 UU No. 22 Tahun UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pokok-pokok 1999 tentang tentang Pemerintah Pemerintahan di Pemerintahan Daerah Daerah Daerah
Desa diatur tersendiri Melakukan revitalisasi Desa tetap diatur dalam pada UU terpisah desa, meskipun hanya konteks kabupaten dikenal dalam konteks kabupaten Pemerintah lebih Pemerintah lebih Bantuan kepada daerah:
mengutamakan mengutamakan block General grant specifc grant grant dibandingkan Specifc grant dibandingkan block specifc grant. grant
Pengawasan Pengawasan Pengawasan oleh Pemerintah terhadap Pemerintah kepada Pemerintah baik secara daerah otonom daeah otonom preventif (dengan istilah sangat ketat, baik tergolong longgar dikonsultasikan dengan pengawasan dilakukan dengan pemerintah) maupun preventif dan represif represif represif maupun pengawasan umum,
MEN AGAMA MEN AGAMA MEN AGAMA
DESENTRALI SASI DEKONSENT RASI TERITORIA L FUNGSIONAL/ TEKNIS DAERAH TINGKAT I KEPALA DAERAH (KDH) GUBERN UR DPRD TINGKAT
5/74
INSTANSI-
INSTANSI-
INSTANSI-
MENDAG
RI
MENHU T MEN PU MEN AGAMA MENDIKB UD MENPERTB NG MENKES PEMERINTAH PUSAT- Otorita Jatiluhur • Otorita Batam • Otorita Asahan • BRR Aceh
Dinas Dinas
VERTIKAL (Ka KANCAB/D EP)
VERTIKAL (Ka KANCAB/D EP)
II KABUPAT EN WILAYAH ADM (DKI Jakarta) KOTA ADM (Kotif) Kecamat an
INSTANSI
VERTIKAL (Ka KANCAB/D EP)
I DAERAH TINGKAT II KEPALA DAERAH (KDH) BUPATI DPRD TINGKAT
INSTANSI
INSTANSI-
KABUPAT EN ADM Kantor Urusan
PRESIDEN
INSTANSI
VERTIKAL (Ka KANCAB/D EP)
INSTANSI-
INSTANSI
VERTIKAL (Ka KANCAB/D EP) Bagan Pemerintahan UU
I PROVINS
INSTANSI
VERTIKAL (Ka KANCAB/D EP)
Dinas Dinas
INSTANSI
Dinas Dinas
Dinas Dinas
INSTANSI-
INSTANSI
VERTIKAL (Ka KANCAB/D EP)
INSTANSI-
VERTIKAL (Ka KANCAB/D EP)
INSTANSI
INSTANSI-
INSTANSI
VERTIKAL (Ka KANCAB/D EP)
INSTANSI-
Dinas Dinas
VERTIKAL (Ka KANCAB/D EP)
INSTANSI-
INSTANSI Proses PRESIDE
Desentralisasi, N
Dekonsentrasi Urusan dan Tugas pemerintahan (UP)
Pembantuan UP
UP Khusus Umum Menteri
Menteri DEK S
Kepala Kemn Dalam LPNK
Teknis Negeri UP yg DAPAT UP yg TIDAK DPT
DIDESENTRALISASIKAN DIDESENTRALISASIKAN Wakil Pemerintah
S DEK DES TP S DEK TP GUB
INSTANSI DAERAH
INSTANSI DAERAH KAB/
VERTIKAL OTONOM
Pelaksanaan asas penyelenggaraan pemerintahan
berdasarkan Urusan Pemerintahan, Pengaturan,
Pengurusan dan Anggaran
Pengatur Anggara Urusan Pem Pengurusan an n Asas
Aparatur Pemrintah Inst Vertikal Aparatur Pemerintah DO Pemerintah DO APBN APBD di Pusat di Pusat Daerah
Sentralisasi
Dekonsentrasi
Tugas
Pembantuan Desentralisasi
Sumber: Bhenyamin Hoessein, Perubahan Model, Pola dan bentuk Pemerintahan daerah