Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu Buku Sajak Penggalan Ketiga 57 STILE KEPENGARANGAN TAUFIK IKRAM JAMI DALAM KUMPULAN SAJAK TERSEBAB DAKU MELAYU BUKU SAJAK PENGGALAN KETIGA

  

STILE KEPENGARANGAN TAUFIK IKRAM JAMI

DALAM KUMPULAN SAJAK TERSEBAB DAKU MELAYU

BUKU SAJAK PENGGALAN KETIGA

1 2 3 Nurhafsah , Sri Rahayu , Noni Andriyani 1,2,3

  Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Indonesia 3

  

, noniandriyani@edu.uir.ac.id

ABSTRACT

  Literary works are classified as works of imagination in the form of fictional or imaginary experiences. The messages to be conveyed through literary works must be creative in order to impress the interest to be read or heard, then the stylized stile of the authorship itself to make his work beautiful and interesting. Many ways to enjoy, understand and appreciate the poetry of the author Taufik Ikram Jamil one of them is by studying Stile Authorship Taufik Jamil ikram in the Collection of Causes Takuebab Melayu Third Phase Pseudo Book. The problem in this research is how is the stile of authorship Taufik Ikram Jamil Collection of Causes Daku Malay Third Phase Script Book? This study aims to describe, analyze and summarize the stile of Taufik Ikram Jamil's authorship in a collection of poems Tersebab Daku Melayu Third Nursery Books. The research approach is a qualitative approach, the type of research is literature research, and the method used is descriptive method that describes a research as it is. The theory used to analyze the problem of this research is the theories proposed by Burhan Nurgiyantoro (2014). Stories of Taufik Ikram Jamil in a Collection of Random Calls Due to Malay Threat Books Third researcher studied 3 aspects: (1) stile as a mind wrapper, (2) deviation from norm, (3) set of personal traits. The use of Stile as a mind wrapping on a collection of rhymes cited Daku Melayu there is the meaning of connotation and meaning of denotation. Stile as a deviation from the norm there is also a deviation of the norms of writing punctuation on the poem. Stile as a collection of personal traits there is a personal style of the author who uses inconsistent typography.

  Keyword: literary works, story of authorship, Tersebab Daku Melayu ABSTRAK

  Karya sastra digolongkan sebagai karya yang imajinasi berupa pengalaman yang fiktif maupun khayalan. Pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui karya sastra harus kreatif supaya terkesan menarik untuk dibaca maupun didengar, maka diperlunya stile dari kepengarangan itu sendiri untuk membuat karyanya menjadi indah dan menarik. Banyak cara untuk menikmati, memahami dan menghayati puisi dari pengarang Taufik Ikram Jamil salah satunya adalah dengan pengkajian Stile kepengarangan Taufik ikram Jamil dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah stile kepengarangan Taufik Ikram Jamil Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga ?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis dan menyimpulkan stile kepengarangan Taufik Ikram Jamil dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga. Pendekatan penelitian adalah pendekatan kualitatif, jenis penelitian adalah penelitian kepustakaan, dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang memaparkan suatu penelitian apa adanya . Teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian ini adalah teori-teori yang Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga peneliti mengkaji 3 aspek yaitu (1) stile sebagai bungkus pikiran, (2) penyimpangan dari norma, (3) sekumpulan ciri pribadi . Penggunaan Stile sebagai bungkus pikiran pada kumpulan sajak tersebab Daku Melayu terdapat makna konotasi dan makna denotasi. Stile sebagai penyimpangan dari norma juga terdapat Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu

  Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu penyimpangan norma penulisan tanda baca pada puisi tersebut. Stile sebagai sekumpulan ciri pribadi terdapat gaya pribadi pengarang yang menggunakan tipografi yang tidak konsisten.

  Kata Kunci: karya sastra, stile kepengarangan, Tersebab Daku Melayu PENDAHULUAN

  Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang terikat oleh aturan-aturan dalam penyusunan larik dan baitnya. Namun, pada saat sekarang banyak penyair yang melepaskan aturan-aturan yang terikat tersebut, maka, banyak terdapat puisi-puisi bebas yang tidak terikat dari aturan apapun. Sehubungan dengan itu, menurut Waluyo (dalam Siswanto,2008: 108) mengemukakan “Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktu r batinnya”. Puisi pada umumnya bukan merupakan teks-teks yang bersifat verbal maksudnya diungkapkan secara langsung akan tetapi teks yang memiliki nilai keindahan yang diungkapkan secara kiasan atau tidak langsung yang berisi curahan hati serta ungkapan perasaan seseorang.

  Puisi banyak diminati oleh penikmat sastra, salah satu puisi yang bisa dibaca pada saat sekarang terdapat pada puisi Taufik Ikram Jamil dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku

  Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga yang

  menyajikan 5 judul dalam kumpulan puisi tersebut yang dapat dinikmati oleh pembacanya. Dalam hal ini terdapat kekhasan tersendiri yang dimiliki oleh setiap pengarangnya sebagaimana pengarang Taufik Ikram jamil dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga.

  Pemilihan kata yang khas digunakan oleh pengarang dalam menciptakan puisi agar lebih menarik. Pengarang memiliki kebebasan menentukan kata-kata yang akan digunakan. Kebebasan itu tercermin dari pengamatan terhadap unsur dalam kajian sastra termasuk dalam lingkup stilistika. Stilistika dapat mengkaji cara sastrawan memanipulasi bahasa dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek apa yang ditimbulkan oleh penggunaannya. Stilistika juga dapat meneliti ciri khas penggunaan tanda bahasa oleh penyair dalam karyanya yang merupakan ciri dan karakteristik setiap penyair (Lamusu, 2010:35).

  Banyak cara yang bisa dilakukan dalam menikmati, memahami dan menghayati sebuah karya sastra pada umumnya dan puisi khususnya. Salah satunya adalah melalui pengkajian stilistika. Kajian stilistika dimaksudkan untuk menjelaskan fungsi keindahan penggunaan bentuk kebahasaan tertentu mulai dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa figuratif, sarana retorika sampai grafologi. Selain itu, kajian stilistika juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa serta bagaimana pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk memperoleh efek khusus (Nurgiyantoro, 2014: 75-76). Dalam puisinya banyak terdapat ungkapan-ungkapan dan istilah pepatah serta pemilihan kata yang menarik sehingga memperindah puisinya karena di dalam karya sastra, gaya kepengarangan sangat penting untuk menentukan stile atau gaya yang dibawa oleh pengarang tersebut, identitas pengarang sangat diperlukan dalam sebuah karya sastra terutama puisi. Aspek yang menjadi perhatian disini adalah aspek unsur stilistika, kemudian sastra tidak terlepas dari bahasa, menurut (Wellek dan Warren 2014:204) “Berdasarkan kaitan kata dengan sistem total bahasa, gaya bisa dibagi menjadi gaya lisan dan gaya tulisan, klise atau unik dan berdasarkan hubungan kata dengan pengarangnya, ada gaya yang objektif dan yang subjektif”. Dengan demikian, aplikasi bahasa termasuk unsur stilistika yang digunakan dalam Kumpulan Sajak Tersebab

  Daku Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga

  merupakan aspek kajian bahasa juga menjadi media ekpresi jiwa pengarang. melatarbelakangi pemilihan judul “Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jamil dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga” Penelitian ini perlu

METODOLOGI PENELITIAN

  Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu dilakukuan untuk mengetahui bagaimanakah stile kepengarangan Taufik Ikram Jamil yang terdapat pada karya- karya yang dihasilkannya.

  Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Moleong (2014:11) “ Metode deskriptif adalah data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti”. Metode deskriptif juga menyajikan setiap data penelitian sesuai dengan apa adanya. Penulis akan mendeskripsikan, menganalisis, dan menyimpulkan hasil data tentang unsur stilistika yaitu gaya khusus pengarang yang meliputi 1. Stile sebagai bungkus pikiran, 2.

  Stile sebagai Penyimpangan Norma, 3. Sekumpulan ciri pribadi di dalam kumpulan sajak Tersebab Daku Melayu buku sajak penggal ketiga karya Taufik Ikram Jamil secara terperinci dan sistematis sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2014: 6):

  Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.. secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Fenomena-fenomena tersebut bisa berdasarkan mutu, nilai-nilai, sifat-sifat, keadaan, gaya, dan keadaan nuansa-nuansa stilistika yang terdapat di dalam kumpulan sajak Tersebab Daku Melayu buku sajak Didukung dengan pernyataan Sumarta (201 5:50), “Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia “. Pendekatan kualitatif ini cenderung meneliti suatu keadaan sosial dan berbagai masalah manusia.

  Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian perpustakaan (library

  research ). Artinya penulis memperoleh data

  penelitian ini di perpustakaan, seperti buku sastra, dokumen dan buku-buku teori atau informasi yang relevan lainnya. Menurut Lofland (1984:47) dalam (Moleong, 2014:157) bahwa “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata- kata dan tindakan”. Kata- kata yang dimaksud bisa diambil dari rujukan yang relevan. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yakni teknik hermeneutik. Teknik hermeneutik yaitu teknik baca, catat, dan simpulkan. Menurut Hamidy (2003:24) “Hermeneutik bertujuan untuk memahami dan menyimpulkan data tentang perwatakan tokoh cerita dan biasanya untuk kajian sastra yang menelaah roman, novel, puisi dan cerpen”. Teknik hermeneutik ini sebagai wadah penelitian dengan cara penafsiran.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Stile Kepengarangan dalam kumpulan sajak Tersebab Daku Melayu buku sajak penggal ketiga Karya Taufik Ikram Jamil.

  Stile kepengarangan yaitu teknik pemilihan ungkapan dalam menciptakan karya yang khas dari pengarang. Di dalam kumpulan sajak

  Tersebab Daku Melayu buku sajak penggal

  ketiga, Taufik Ikram Jamil sebagai pengarang sajak menggunakan stile khusus yang dimilikinya yang tidak sama dengan pengarang lainnya, Enkvist di dalam Nurgiyantoro (2014:47) memiliki pemahaman tentang gaya yang terdiri dari enam bagian yaitu 1. Stile sebagai bungkus pikiran, 2. Pilihan antara berbagai pernyataan yang dimungkinkan, 3. Sekumpulan ciri pribadi, 4. Penyimpangan dari norma, 5. Sekumpulan ciri kolektif, 6. Hubungan satuan bahasa yang menjelaskan ke tiga aspek tersebut, yaitu : 1. Stile sebagai bungkus pikiran, 2. Penyimpangan dari norma, 3. Sekumpulan Ciri Pribadi. Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu 1.

   Stile Sebagai Bungkus Pikiran

  Data 3

  Data 6 Tak akan lagi mengeluh letih

  Data 5 Dan mengibarkan ingatan di jaringan maya Pada data 5, kata mengibarkan menurut Depdiknas (2008:696) adalah membentangkan (memasang) supaya berkibar- kibar:, penggunaan kata kibar bermakna konotasi yaitu mempublikasikan atau menyiarkan. Kata kibarkan hanya sesuai dengan untuk sesuatu benda dalam bentu helaian. Pada kalimat tersebut bermakna mempublikasikan atau menyiarkan ceritanya di dunia maya.

  gedung Pada data 4, kata membiakkan menurut Depdiknas (2008:185) adalah dari kata biak yang merupakan tumbuh;kembang, penggunaan kata membiakkan bukan berarti memproduksi sesuatu melainkan bermakna konotasi yaitu mengingatkan kembali ingatan ataupun kenangan yang pernah ada dalam ingatan.

  Membiakkan kenangan berupa-rupa

  Data 4

  menjadi kota melainkan mengubah atau membangun kota-kota.

  menjelma bukan berarti mewujudkan diri

  penggunaan kata menjelma bermakna konotasi yaitu berubah atau membangun, kata

  burung rajawali; 3 tergambar; terlukis: segenap pribadinya ~ dalam karangannya; ,

  2 mewujudkan diri; mengambil bentuk (rupa dan sebagainya): dewa Wisnu ~ menjadi seekor

  dipuja-puja sebagai Dewa yang ~;

  Pada data 3, kata menjelma menurut Depdiknas (2008:575) adalah 1 lahir kembali menjadi manusia dan sebagainya: beliau

  Menjelma jadi kota-kota

  kisah-kisah, kata ayat-ayat bukan berarti ayat- ayat datang dari masa depan, namun cerita- cerita atau kisah yang dibuat untuk dijadikan pedoman untuk masa depan nanti.

  Stile sebagai bungkus pikiran merupakan aspek yang menjadi perwakilan dalam sebuah karya dari pengarang. Dilihat dari sisi pembaca, kehadiran sebuah karya (sastra) berawal dari bentuk dan baru kemudian lewat bentuk itu dapat dipahami isi yang ingin disampaikan (Nurgiyantoro, 2014:47).

  kini bermakna konotasi yaitu cerita-cerita/

  Depdiknas (2008:494) adalah 1¸alamat atau tanda; 2 beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian surah dalam kitab suci Alquran; 3 beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian pasal dalam undang-undang, penggunaan kata

  Data 2 Hingga begitu saja ayat-ayat dari masa Pada data 2, kata ayat-ayat menurut

  memberikan sesuatu (barang/benda) dengan sukarela. Pada umumnya penyair atau pengarang memang sering memilih stile dengan pertimbangan bahwa itu adalah bentuk terbaik yang tersedia dari sistem bahasa yang bersangkutan, stile juga dipilih yang paling menarik (Nurgiyantoro, 2014:48).

  menghibahkan hanya sesuai dipakai ketika kita

  menuliskan atau menyampaikan, ini bukan berarti huruf-huruf bisa dihibahkan melainkan dituliskan atau disampaikan. Kata

  menghibahkan bermakna konotasi yaitu

  Data 1 Kalian yang menghibahkan huruf- huruf kepadaku Pada data 1, kata menghibahkan menurut Depdiknas (2008:494) adalah memberikan sesuatu, penggunaan kata

  buku sajak penggal ketiga, yakni:

  Daku Melayu

  ketiga tersebut merupakan ungkapan yang sebenarnya sehingga tidak dianalisis lagi, hanya makna konotasi saja yang dianalisis karena merupakan makna tidak sebenarnya yang terdapat dalam kumpulan sajak Tersebab

  Tersebab Daku Melayu buku sajak penggal

  Dari pembacaan terhadap kumpulan sajak Tersebab Daku Melayu buku sajak penggal ketiga karya Taufik Ikram Jamil ditemukan beberapa contoh tentang stile sebagai bungkus pikiran yaitu dari makna denotasi dan konotasi, makna denotasi pada puisi yang terdapat dalam kumpulan sajak

1. Membaca dan membaca-baca

  Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu Pada data 6, kata mengeluh menurut

  Data 13 Semoga saja kacamataku masih setia Pada data 13, kata setia berkonotasi pada utuh dan tidak rusak, penggunaan kata

  2. Penyimpangan dari Norma

  Data 17 Kuharap mataku tak berkhianat pada lambang Pada data 17, kata berkhianat pada kalimat tersebut bermakna konotasi yaitu beralih, pemilihan kata berkhianat pada kalimat tersebut berarti berharap mata penulis tersebut tidak salah mengartikan sebuah lambang.

  Pada data 16, kata bertemu pada kalimat tersebut bermakna konotasi yaitu bercampur, pemilihan kata bertemu pada kalimat tersebut berarti garam pasti berada di dalam kuali bercampur dengan bumbu-bumbu.

  Bertemu garam dalam kuali

  Data 16

  Data 15 Hidup hanya bagaimana singgah Pada data 15, kata singgah bermakna konotasi yaitu menumpang sementara, pemilihan kata singgah pada kalimat tersebut berarti hidup tergantung bagaimana cara kita bertahan hidup di dunia yang sementara ini.

  Data 14 Yang disangkutkan bunyi pada pena Pada data 14, kata disangkutkan bermakna konotasi yaitu disalurkan, pemilihan kata disangkutkan pada kalimat tersebut berarti apa yang didengar kemudian disalurkan kedalam bentuk tulisan melalui pena.

  mengharapkan agar kacamatanya masih utuh agar bisa membantunya membaca.

  setia pada kalimat berarti pengarang

  Pada data 12, kata bergagang adalah tangkai atau pegangan, penggunaan kata kini bermakna konotasi yaitu cerita-cerita/ kisah- kisah, kata bergagang bukan berarti tangkai, namun pengarang merasakan kepiluan yang amat mendalam.

  Depdiknas (2008:66,0) adalah menyatakan susah (karena penderitaan, kesakitan, kekecewaan, dan sebagainya), penggunaan kata mengeluh bermakna konotasi yaitu merasakan sesuatu. Pada kalimat tersebut berkonotasi bahwa cerita yang dibuat oleh pengarang tak akan menjadi keluhan lagi.

  Bergagang perih berangka pedih

  Data 12

  Data 11 Kepada kertas ingin bertimbang Pada data 11 , kata kertas berkonotasi pada kitab-kitab, maka makna konotasi pada kalimat tersebut berarti menjadikan kitab-kitab

  Data 10 Serupa bimbang bertampang riang Pada data 10, kata bertampang berkonotasi bermuka atau berwajah. Makna konotasi pada kalimat tersebut berarti merasakan kebimbangan namun bermuka riang atau menyembunyikan kebimbangan dengan bermuka yang riang.

  Pada data 9, kata serupa berkonotasi yaitu merasakan, maka makna pada kalimat tersebut berarti merasakan kebimbangan. Kata serupa hanya sesuai disandingan dengan sesuatu yang berbentuk misalnya rupa atau wajah.

  Serupa bimbang bertampang riang

  Data 9

  Data 8 Berbatasan antara ratap dengan harap Pada data 8, kata ratap dan kesedihan¸ ratap merupakan menangis disertai ucapan yang menyedihkan; mengeluh (dengan menangis, menjerit dan sebagainya), pemilihan kata ratap berkonotasi yaitu kesedihan.

  Depdiknas (2008:289) adalah alasan (yang dicari-cari) untuk membenarkan suatu perbuatan, penggunaan kata dalih bermakna konotasi yaitu cerita-cerita yang dibuat untuk membela diri.

  Data 7 Ketika padanya tak ada dalih yang dipilih-pilih Pada data 7, kata dalih menurut

  Stile sebagai penyimpangan norma stile dianggap sebagai pemakaian bahasa yang berbeda dari pemakaian biasa. Bahasa sastra cenderung terkesan memiliki bahasa yang aneh, asing dan suka menyimpang dari Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu penggunaan bahasa yang wajar-baku. Kesan itu tidaklah salah tetapi tidak sepenuhnya benar. Bahwa bahasa sastra sering menyimpang, itu benar. Tetapi, penyimpangan itu bukan karena ingin sok aneh, sok beda.

  Sebagai sebuah karya seni sastra harus menunjukkan adanya sebuah kreativitas. (Nurgiyantoro, 2014:49).

   Membaca dan Membaca-baca

  Data 3 Semoga saja kacamataku masih setia Pada data 3, terdapat penyimpangan norma karena kacamata menurut Depdiknas

  (2008:193) adalah kata sifat yaitu merasa tidak tetap hati (kurang percaya);ragu-ragu, tampang menurut Depdiknas (2008,1389) artinya bentuk muka, sedangkan bertampang adalah memiliki bentuk muka, jadi dari kalimat tersebut bimbang tidak mungkin memiliki bentuk wajah yang riang karena bimbang merupakan kata sifat. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Data 2 Serupa bimbang bertampang riang Pada data 2, terdapat penyimpangan norma karena bimbang menurut Depdiknas

  Pada data 1, terdapat penyimpangan norma karena benda menurut Depdiknas (2008:168) adalah segala yang berada di alam yang berwujud yang tidak hidup atau tidak bernyawa, sedangkan kata tulis menurut Depdiknas (2008:1497) merupakan kata kerja menulis, menulis hanya dikerjakan oleh makhluk hidup yaitu manusia, jadi segi makna pasti bahwa benda tidak mungkin menuliskan tentang dirinya sendiri. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  masing-masing

  Data 1 Saat setiap benda menuliskan dirinya

  dari norma pada penggalan puisi: 1.

  Dari pembacaan terhadap kumpulan sajak Tersebab Daku Melayu buku sajak penggal ketiga karya Taufik Ikram Jamil ditemukan beberapa contoh tentang stile sebagai penyimpangan, pada judul puisi dalam kumpulan sajak Tersebab Daku Melayu buku sajak penggal ketiga karya Taufik Ikram Jamil ini terdapat kesalahan tanda baca yaitu huruf kapital pada judul puisi:

  Melayu terdapat gaya sebagai penyimpangan

  Dari kumpulan sajak Tersebab Daku

  gaya sebagai penyimpangan norma pada penulisan. (1) Dalam sajak Taufik Ikram Jamil semua tulisan awal puisinya tidak membuat huruf kapital pada huruf pertama kata. (2) Pada kata asing tidak dicetak miring. Maka, sebaiknya dalam penulisan (1) semua huruf pertama setiap kata ditulis menggunakan huruf kapital (2) untuk kata ulang yang berupa kata ulang sempurna, semua unsur kata ulang ditulis dengan huruf awal berupa huruf kapital pada awal kalimat, untuk kata ulang tidak ditulis dengan huruf awal berupa huruf kapital pada awal kalimat dan kata kedua ditulis huruf kecil.

  Melayu buku sajak penggal ketiga terdapat

  Pada kumpulan sajak Tersebab Daku

  Di dalam Roziah (2014:94) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang terletak pada posisi awal kalimat. Contohnya: Bacalah majalah Bahasa dan Sastra dan Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

  (1) membaca dan membaca-baca (Jamil, 2014:1) (2) membaca prasasti kedukan bukit-kotakapur-minyetujoh (Jamil, 2014:6) (3) pertemuan muara takus (Jamil, 2014:10) (4) depunta hyang sebelum berangkat (Jamil, 2014:14) (5) percintaan hang tuah-tun teja (Jamil, 2014:16).

  (2008:598) merupakan kata benda yaitu lensa tipis untuk mata guna menoptimalkan dan dan ada yang tidak), setia menurut Depdiknas (2008:1295) merupakan kata sifat yaitu berpegang teguh (pada janji, pendirian), jadi dari kalimat tersebut kacamata merupakan kata Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu benda atau benda mati yang tidak mungkin memiliki sifat setia. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Data 4

  Airmata berkuasa mengelak

  Pada data 4, terdapat penyimpangan norma karena air menurut Depdiknas (2008:20) merupakan benda mati yaitu cairan jernih yang tidak berwarna, mata adalah alat indra penglihatan, mengelak menurut Depdiknas (2008:362) merupakan kata kerja menghindar (menyisi) supaya jangan kena (pukulan, serangan), jadi kacamata merupakan benda mati yang tidak mungkin bisa menghindar. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Data 5 Serat kertas akan menghibur

  kekusaman

  Pada data 5, terdapat penyimpangan norma karena menghibur menurut Depdiknas (2008:494) merupakan kata kerja yaitu menyenangkan dan menyejukkan hati yang susah, kekusaman menurut Depdiknas (2008:764) merupakan kata sifat yaitu kusam, (tidak berkilat atau bercahaya). Jadi, pada kalimat tersebut kekusaman tidak bisa dihibur, karena kusam merupakan kata sifat dan bukan makhluk yang bernyawa. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Data 6 Aku tahu halaman-halaman

  membujuk

  dari norma karena halaman menurut Depdiknas (2008:476) merupakan kata benda yang berarti muka dari lembaran buku, membujuk menurut Depdiknas (2008:216) merupakan kata kerja yang berarti berusaha meyakinkan seseorang bahwa yang dikatakannya benar (untuk memikat hati, menipu dan merayu). Jadi, halaman tidak bisa membujuk karena sifat dari halaman yaitu merupakan kata benda bukan bersigat makhluk hidup. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Data 7 Sebelum dan setelah bunyi mengikat

  janji

  Pada data 7, terdapat penyimpangan norma karena bunyi menurut Depdiknas (2008:225) merupakan sesuatu yang terdengar oleh telinga, mengikat menurut Depdiknas (2008:520) merupakan tali untuk mengebat sesuatu. Jadi, tidak mungkin bunyi mengikat janji karena sifat bunyi merupakan kata benda dan tidak memiliki sifat seperti makhluk hidup. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Data 8 Ketika laptop dilipat hasrat Pada data 8, terdapat penyimpangan norma karena laptop menurut Depdiknas

  (2008:790) merupakan komputer pribadi yang agak kecil, dilipat hasrat menurut Depdiknas (2008:834) merupakan patah dua sehingga bidangnya menjadi dua. Jadi, tidak mungkin laptop bisa melibat keinginan atau hasrat seperti layaknya manusia. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

   Membaca Prasasti Kedukan- Bukit- Kotakapur-Minyetujoh

  Data 9 Karena telah dipahat setiap kasih Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu Pada data 9, terdapat penyimpangan norma karena dipahat menurut Depdiknas

  (2008:999) berarti alat tukang berupa bilah besi yang tajam pada ujungnya untuk melubangi atau mengukir kayu dan dipahat adalah telah melakukan kegiatan memahat, kasih menurut Depdiknas (2008:631) merupakan perasaan sayang. Jadi, pada kalimat tersebut tidak mungkin perasaan sayang bisa diukir. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Data 13

  ke dalam ingatan

  Data 15

  (2008:1356) berarti aliran air yang besar (biasanya buatan alam), mengatup menurut Depdiknas (2008:636) merupakan kata kerja yang berarti menutup rapat-rapat. Jadi, tidak mungkin sungai memiliki sifat manusia yang bisa menutup. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Data 14 Seketika sungai-sungaimu mengatup Pada data 14, terdapat penyimpangan norma karena sungai menurut Depdiknas

  Pada data 13, terdapat penyimpangan norma karena terdapat kata memangku menurut Depdiknas (2008:1031) berarti menaruh sesuatu diatas paha antara paha dan pangkal lutut, sunyi menurut Depdiknas (2008:1358) berarti tidak ada bunyi atau suara apa pun. Jadi, tidak mungkin sunyi bisa dipangku karena sunyi merupakan kata sifat bukan barang atau benda. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Memangku sunyi dari setiap janji

  3. Pertemuan Muara Takus

  Data 10 Pada batu-batu pilihan riang Pada data 10, terdapat penyimpangan norma karena batu menurut Depdiknas

  Pada data 12, terdapat penyimpangan norma karena kutip menurut Depdiknas (2008:765) berarti ambil sedikit, sedangkan pengutip merupakan orang yang mengambil sedikit, iri menurut Depdiknas (2008:547) merupakan kata sifat yang berarti kurang senang melihat kelebihan orang lain. Jadi, tidak mungkin iri bisa diambil dengan cara dikutip. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  iri

  Sambil lupakan JJ Holander pengutip

  Pada data 11, terdapat penyimpangan norma karena dipijak menurut Depdiknas (2008:1071) berarti perkakas yang biasanya digerakkan dengan cara diinjak, persoalan menurut Depdiknas (2008:1325) berarti hal yang menjadi urusan;perkasa. Jadi, tidak mungkin persoalan bisa memijak-lapah. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Dipijak-lapah oleh banyak persoalan

  Data 11

  (2008:147) merupakan benda keras dan padat yang berasal dari bumi atau planet lain, tetapi bukan logam, riang menurut Depdiknas (2008:1173) merupakan suka hati. Jadi, dari kalimat tersebut tidak mungkin batu mempunyai perasaan riang karena batu merupakan kata benda. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Pada data 15, terdapat penyimpangan norma karena dibalut menurut Depdiknas (2008:128) merupakan kata kerja yang berarti Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu diikat atau dibebat luka, kayu menurut Depdiknas (2008:640) merupakan kata benda yang berarti pohon yang batangnya keras, ingatan menurut Depdiknas (2008:535) merupakan kata kerja yang berarti apa yang diingat. Jadi, kayu tidak mungkin bisa diikat dalam ingatan. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Data 16 di bawah sinar setengah bulan yang

  5. Percintaan Hang Tuah- Tun Teja

  Pada data 20, terdapat penyimpangan norma karena menghidu menurut Depdiknas (2008:496) merupakan kata kerja yang berarti (2008:536) merupakan kata benda yang berarti barang apa yang diinginkan. Jadi keinginan merupakan kata benda yang tidak berwujud yang tidak mungkin bisa dihidu. Pada

  Menghidu keinginan lain

  Data 20

  Pada data 19, terdapat penyimpangan norma karena dikunci menurut Depdiknas (2008:757) merupakan alat untuk mengancing sesuatu benda (pintu, peti), dikunci berarti telah melakukan kegiatan mengunsi atau mengait, bilik menurut Depdiknas (2008:192) merupakan ruang kecil yang bersekat, kata menurut Depdiknas (2008:633) merupakan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiranyang dapat digunakan dalam berbahasa. Jadi, kata yakni unsur bahasa tersebut tidak mungkin bisa dikunci dalam bilik karena tidak memiliki wujud dan tidak beruang atau kamar. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Dikunci dalam bilik kata-kata

  Data 19

  Pada data 18, terdapat penyimpangan norma karena himpitan dari kata impit menurut Depdiknas (2008:529) impitan merupakan kata benda yang berarti tekanan. Jadi, tidak mungkin ingatan bisa diimpit. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  menari Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  ingatan

  Data 18 Melayap dalam himpitan-himpitan

4. Depunta Hyang Sebelum Berangkat

  Pada data 17, terdapat penyimpangan norma karena menjemput menurut Depdiknas (2008:576) merupakan kata kerja yang berarti pergi mendapatkan orang yang akan diajak pergi, mimpi menurut Depdiknas (2008:915) merupakan kata benda yang berarti sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur. Jadi, tidak mungkin mimpi yang merupakan hanya kata benda bisa dijemput. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  Menjemput mimpi-mimpi

  Data 17

  Pada data 16, terdapat penyimpangan norma karena sinar menurut Depdiknas (2008:1310) merupakan kata benda yang berarti pancaran terang, bulan menurut Depdiknas (2008:219) merupakan benda langit yang mengitari bumi, menari menurut Depdiknas (2008:1405) merupakan kata kerja yang bearti memainkan tari dengan berirama. Jadi, tidak mungkin pancaran sinar bulan bisa menari layaknya sifat manusia. Pada umumnya, bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang atau penyair memang lebih sering menggunakan bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku (Nurgiyantoro, 2014:49).

  3. Stile Sebagai Sekumpulan Ciri Pribadi

  Stile sebagai sekumpulan ciri pribadi merupakan bentuk gaya yang hanya dimiliki oleh individu pengarang itu sendiri, Enkvist mengambil pernyataan Buffon Le Style, C’est I’homme gaya adalah orang (penulis) itu sendiri, hakikat pribadi yang berarti tidak mungkin dipunyai oleh orang lain, kecuali kalau orang lain itu meniru. “Stile juga ditentukan oleh siapa yang bertutur” Leech & Short (2007) dalam Nurgiyantoro (2014:48).

  1. Membaca dan membaca-baca

  Bergagang perih berangka pedih Semoga saja kacamatamu masih setia Tak memandai mandai memindai makna Yang disangkutkan bunyi pada pena Pada mouse dan cursor berwajah datar Ditampiknya setiap hajat yang kehendak Karena sadar bahwa tah ada yang harus memiliki Sebagaimana juga dirinya Mustahil memikul setiap laku Hidup hanya bagaimana singgah Dimana bumi dipijak Bukan harus disutu langit dijunjung Juga tak musti mengembik dikandang kambing Tak musti berkokok direban ayam Air dan minyak tak mungkin barsatu Meski asam di gunung Bertemu garam dalam kuali

  Data 1. Membaca dan membaca-baca Pada data 1, pada puisi Membaca dan membaca-baca memiliki tipografi yang tidak konsisten yang berjumlah 83 larik. Pada penulisan judul puisi, pengarang memberikan 4 spasi kemudian baru ditulis judul puisi langsung dengan isinya, kemudian setelah 14 kembali menuliskan 4 spasi setelah itu menuliskan lagi puisi berikutnya berjumlah 17 larik, pada halaman 3 terdiri dari 10 larik kemudian memberikan 1 spasi disambung dengan puisi berikutnya berjumlah 10 larik , pada halaman

  4 pengarang kembali memberikan 8 spasi kemudian menulis puisi berikutnya berjumlah 15 larik, pada halaman 5 terdapat 4 spasi kemudian disambung dengan 9 larik puisi setelah itu memberikan 1 spasi dan diakhiri dengan 8 larik terakhir.

  2. Membaca Prasasti Kedukan- Bukit- Kotakapur-Minyetujoh

  Tak mungkin lagi kalian melupakan hati Karen telah dipahat setiap kasih Pada batu-batu pilihan riang Apalagi lupa hanyalah persoalan waktu Sesuatu yang tampa pangkal tampa ujung Hingga takada pergi yang menjadi asbab Tak ada pulang yang menjadi hatap Paling keduanya berpusar melingkupi segala Ditanggap rasa yang takpernah berdusta Menjadi ratapan alam bermasa-masa Sebelum lumut menandai usia Lelah pada kisah yang menyerah Tertimbun dalih berlapis-lapis Makin dalam keperut bumi Oleh takdir yang takpernah mengalah Karena suratan senantiasa asing Sebab tak mungkin memilikinya Waktu sekedar mengenal Mencoba ramah pada khayal

  Data

  2. Membaca Prasasti Kedukan- Bukit-Kotakapur-Minyetujoh

  Pada data 2, pada puisi Membaca Prasasti Kedukan- Bukit-Kotakapur- Minyetujoh memiliki tipografi yang tidak konsisten yang berjumlah 70 larik, pada halaman 6 pengarang menuliskan judul puisi langsung ditambahkan

  19 larik puisi dibawahnya, kemudian pada halaman 7 memberikan 8 spasi baru menambahkan lanjutan puisinya berjumlah 14 larik, pada halaman 8 pengarang kembali memberikan 2 spasi setelah itu menambahkan lanjutan puisinya berjumlah 21 larik, pada halaman 9 pengarang memberikan 1 spasi kemudian menuliskan lanjutan puisinya berjumlah 8 larik kemudian memberikan 1 spasi kemudian menambahkan 8 larik terakhir disusuli dengan keterangan dibawahnya. Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu 3.

   Pertemuan Muara Takus

  Waktu aku bukan utusan umar abdul aziz Penebar kasih tak pilih-pilih Kau buka suaramu dari masa yang jauh Tak sekedar kampus nalanda Mengirim pesan sampai ke Tibet Menyambangi asoka dengan suka cita Apalagi sekedar catatan it-sing Yang kehilangan bayangan ditengah hari Bahkan sampai keadam Bersabung debar dalam banjir sesama nuh Di swarnadwipa emas berlumut data 3. Pertemuan Muara Takus

  Pada data 3, tipografi pada puisi Pertemuan Muara Takus memiliki tipografi yang tidak konsisten yang berjumlah 52 larik, pada halaman 10 pengarang memberikan 8 spasi terlebih dahulu sebelum menambakan judul pada puisi tersebut kemudian memberikan judul dan menuliskan isi puisi berjumlah 11 larik, pada halaman 11 kembali memberikan

  10 spasi baru kemudian menambahkan lanjutan puisinya berjumlah 13 larik, pada halaman 12 pengarang memberikan 10 spasi terlebih dahulu baru menuliskan 12 larik lanjutan puisi tersebut, pada halaman 13 pengarang langsung menuliskan lanjutan puisi tersebut berjumlah 10 larik kemudian memberikan 1 spasi dan dilanjutkan dengan 6 larik puisi terakhir ditambahkan dengan keterangan dibawahnya.

  Di bawah sinar tengan bulan yang menari Dengan tangan lentiknya memeluk jagat Di depan rakyat hambur menghampar Dpunta hyang tergar berujar: Untuk delapan abad menjelang Yang tk panjang berentang Yang tak tanggung digulung Kalian menjadi saksi Betapa perjalanan suci ini Menjemput mimpi-mimpi Yang tak boleh kita abaikan sebagai jani

  Pada data 4, pada puisi Depunta Hyang Sebelum Berangkat memiliki tipografi yang tidak konsisten yang berjumlah 45 larik, tipografi yang ada pada puisi tersebut yakni pada halaman 14, pengarang memberikan 8 spasi terlebih dahulu kemudian menuliskan judul dan lariknya berjumlah 11 larik, pada halaman 15 pengarang menambahkan 1 spasi kemudian menambahkan 10 larik dan 1 spasi kemudian 8 larik pada bait terakhir ditambah dengan keterangan dibawahnya.

  5. Percintaan Hang Tuah- Tun Teja

  Kalian sampai ketika renyai Saat hari mengawali sunyi Hingga diam kalian semakin sejuk Dan kalian membiarkan semuanya Terkurung dalam isyarat Yang berbasa-basi pada malam Dikunci dalam balik akata-kata Dengan mendustai makna Tampa sekat setia Atau sekedar tenggat pura-pura Menyetujui setiap khianat Pada tuju yang berbeda Satu menyatu pada yang tak suka Menghidu keinginan lain Dari sisa-sisa gelap Ditinggalkan dendam dan geram Tapi semuanya harus berakhir sebelum subuh

  Data 5. Percintaan Hang Tuah- Tun Teja Pada data 5, pada puisi Percintaan

  Hang Tuah- Tun Teja memiliki tipografi yang tidak konsisten yang berjumlah 20 larik, pada halaman 16 penulisan judul puisi langsung ditulis diikuti dengan penulisan larik sajak berjumlah 16 larik kemudian menambahkan 1 spasi dan menuliskan 2 larik pada bait terakhir.

4. Depunta Hyang Sebelum Berangkat

  SIMPULAN

  Berdasarkan analisis data penelitian, maka dapat penulis rumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut: Stile kepengarangan Taufik Ikram Jamil dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku

  Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga yaitu

  dilihat dari sisi pembaca kehadiran sebuah karya sastra berawal dari bentuk dan baru kemudian dari bentuk itu dapat dipahami isi yang ingin disampaikan, dalam kumpulan Stile Kepengarangan Taufik Ikram Jami dalam Kumpulan Sajak Tersebab Daku Melayu sajak Tersebab Daku Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga terdapat pemilihan kata yang membungkus pikiran dari apa yang ingin disampaikan pengarang melalui puisi- puisinya. 2. Penyimpangan dari norma, sastra cenderung dihubungkan dengan bahasa dan bahasa adalah lisan. Tulisan hanya bertugas untuk mengabaikannya. Hakikat tulisan memegang peranan penting dan tulisan dilihat mengembangkan sistemnya sendiri. Dalam kumpulan sajak Tersebab Daku Melayu terdapat stile dipandang sebagai penyimpangan dari norma yaitu pada penulisan tanda baca. 3. Stile sebagai sekumpulan ciri pribadi merupakan gaya penulis itu sendiri, hakikat pribadi yang berarti tidak mungkin dipunyai oleh penulis lain, stile juga ditentukan oleh siapa yang bertutur. Dari kumpulan sajak Tersebab Daku

  Melayu Buku Sajak Penggal Ketiga karya

  Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika .

  Terhadap Tradisi Bali Dalam Novel Tempurung: Kajian Stilistika.

  Subbidang Pengkajian Sastra Balai Bahasa Surabaya. Vol 14, No. 2 :228-241.

  Musyawir. 2014. Kajian Sosiologi dalam Roman Gelombang Sunyi Karya Taufik Ikram Jamil. Skripsi.

  Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning.

  Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian

  Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.

  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. _______. 2010. Teori Pengkajian Fiksi.

  Puisi-puisi Rendra dan Taufik Ismail . INOVASI. 2. (7):33-45.

  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nursalim. 2005. Pengantar Kemampuan

  Berbahasa Indonesia . Pekanbaru: Infinite.

  Sikana, Mana.1990. Pendekatan Kesusatraan

  Moden . Selangor Darul Ehsan: Penerbit Karyawan.

  Siswanto, Wahyudi.2008. Pengantar Teori Sastra . Jakarta: Grasindo.

  Stilistika . Jakarta: Grafiti.

  Sumarta, Karsinem. 2015. Menulis Karya Ilmiah. Pekanbaru : Universitas Islam Riau.

  Mashuri. 2011. Bahasa Pemberontakan

  Lamusu, A. Sance. 2010. Telaah Stilistika

  Taufik Ikram Jamil terdapat stile sebagai sekumpulan ciri pribadi pengarang yang mempunyai bentuk karya yang berbeda dari pengarang lainnya

  Pungguk . Skripsi. Mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau.

  Khudri. 2012. Telaah Stilistika Syair Burung