Kepemudaan dan Pembangunan Manusia dan indikator
Tantangan pada Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) Khususnya Pemuda
Berpotensi yang Ada di Kota Blitar dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umum
Sesuai Amanat UUD 1945
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemudaan dan Pembangunan
Manusia
Yang dibimbing oleh :
Dr. Margaretha Hanita, S.H, M.Si
Dr. Amar Ahmad
Disusun oleh :
Bagus Aditya Nur Firmandani (1706097591)
Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Progam Studi Kajian Ketahanan Nasional
Sekolah Kajian Stratejik dan Global
Universitas Indonesia
2017
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sudah 72 tahun negara Indonesia merdeka, disitulah juga negara Indonesia
terus berjalan dalam menghadapi berbagai tantangan, hambatan, ancaman, dan
gangguan yang datang maupun dalam mencapai visi dan misi nya sesuai dengan
yang telah diamanatkan oleh UUD 1945. Membicarakan amanat UUD 1945 yang
menjadi dasar negara Indonesia semenjak di proklamasikannya negara Indonesia
yang bebas dan merdeka dari belenggu penjajah maka penulis teringat salah satu
kandungan maknanya yang sangat penting dibahas disini adalah adalah
mewujudkan kesejahteraan umum. Apabila dianalisis lebih jauh kandungan makna
mewujudkan kesejahteraan umum adalah seluruh masyarakat Indonesia mempunyai
hak untuk mendapatkan kesejahteraan umum dan mensejahterakan kesejahteraan
umum merupakan tugas dan kewajiban yang harus diemban oleh Pemimpin negeri
ini bersama-sama seluruh perangkat dalam aparatur negara yang mempunyai tugas
untuk memberikan layanan publik ke masyarakat tanpa kecuali, bahkan masyarakat
umum dapat juga saling bersinergi dalam mewujudkan kesejahteraan umum.
Negara Indonesia berdasarkan analisis Badan Pusat Statistik (BPS) merilis
bahwa negara Indonesia mempunyai penduduk dengan jumlah terbanyak ke-4
(empat) di dunia setelah negara, China, Amerika, dan India dengan nilai total 261,89
juta jiwa di tahun 2017 (bps.go.id). Maka dengan tingkat kepadatan penduduknya
tersebut negara Indonesia mempunyai sebuah tantangan besar bagaimana mampu
mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat negara Indonesia tanpa kecuali.
Maka jawabannya adalah melalui penciptaan dan pemanfaatan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas lah agar mampu mensejahterakan kesejahteraan
umum sesuai dengan yang telah diamanatkan oleh UUD 1945.
Tantangan mewujudkan kesejahteraan umum melalui penciptaan dan
pemanfaatan SDM yang berkualitas dapat dilakukan sejak dini artinya menyiapkan
SDM tersebut sejak awal atau dapat dikatakan dengan menggunakan generasi
pemuda sebagai objek utama. Alasan kuat yang mendasari generasi pemuda
sebagai garda terdepan dalam mewujudkan kesejahteraan umum karena generasi
pemuda lah yang mempunyai beragam pemikiran, inovasi baru, maupun sebagai
agen perubahan (agent of change) seperti yang sering menjadi slogan dalam setiap
aktivitas pergerakan mahasiswa baik di perguruan tinggi maupun di masyarakat.
Selain hal itu pemuda dan bonus demografi yang dimiliki negara Indonesia juga
merupakan aspek yang tidak terlepaskan. Maksud dari pemuda dan bonsu
demografi adalah ketika jumlah usia pemuda lebih besar dibandingkan dengan usia
tua sehingga usia muda dapat dijadikan sebuah potensi untuk mengembangkan
atau melakukan produktivitas. Dasar-dasar tersebut menjadikan generasi pemuda
sebagai objek utama dalam mewujudkan kesejahteraan umum sesuai yang telah
diamanatkan oleh UUD 1945.
Sejalan dengan mewujudkan kesejahteraan umum tersebut maka cara dalam
memberdayakan pemuda dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang yang
paling sering digunakan dalam memberdayakan maupun mengembangkan pemuda
agar dapat menciptakan SDM yang berkualitas dan dapat menjadikan sebuah
manfaat dalam mewujudkan kesejahteraan umum adalah melalui pendidikan. Alasan
mendasar melalui pendidikan karena menurut pengamatan penulis pemikiran suatu
masyarakat dapat berkembang ketika setiap individu tersebut diberikan dahulu
sebuah dasar-dasar keilmuan dan setelah setiap individu tersebut mendapatkan
keilmuan melalui pendidikan maka selanjutnya dapat dimotivasi agar dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki untuk melakukan pengembangan, inovasi,
maupun produktivitas. Sederhananya apabila bonus demografi yang dimiliki negara
Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal maka upaya-upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan umum dapat dilakukan. Contoh nyata yang dapat dijadikan sebuah
potensi dan panutan adalah kegiatan pemuda dalam bisnis secara online biasanya
terkait dalam bidang e-commerce.
Dari paparan diatas maka penulisi tertarik untuk menggangkat situasi dan
kondisi bukan di daerah perkotaan besar seperti Jakarta tetapi di daerah kota kecil
terkait bonus demografi yang dimiliki negara Indonesia, permasalahan dan
tantangan yang dihadapi, serta solusi terkini yang dapat ditawarkan dalam penulisan
makalah ini. Daerah yang akan diambil oleh penulis pada pembahasan ini adalah
kota Blitar yang merupakan kota kecil yang ada di Jawa Timur dan terkenal karena
tempat bersemayamnya Presiden RI pertama yaitu Soekarno. Nantinya dalam
penulisan makalah ini penulis akan membahas lebih dalam mengenai situasi dan
kondisi wilayah kota Blitar secara umum maupun secara khusus pada aspek
demografi serta tantangan maupun potensi yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi
yang ada di kota Blitar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tantangan aspek sumber daya manusia (SDM) khususnya
pemuda berpotensi yang ada di kota Blitar terkait dalam mewujudkan
kesejahteraan umum sesuai yang telah diamanatkan oleh UUD 1945 ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi kepada
pembaca secara lebih luas mengenai situasi dan kondisi terkait tantangan
aspek sumber daya manusia (SDM) khususnya pemuda berpotensi yang ada
di kota Blitar dalam mewujudkan kesejahteraan umum sesuai yang telah
diamanatkan oleh UUD 1945.
Bab II
Pembahasan
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Blitar
1. Sejarah Singkat Kota Blitar
Menurut buku Bale Latar menjelaskan bahwa Blitar didirikan pada sekitar
abad ke 15. Dalam sejarahnya Blitar mulai didirikan awal dengan menggunakan
sistem babat alas yang dilakukan oleh Nilasuwarna atau Gusti Sudomo yang
merupakan anak Adipati Wilatika Tuban sekaligus merupakan orang kepercayaan
Kerajaan Majapahit. Pada sejarah awalnya berdirinya Blitar dengan menggunakan
sistem babat alas, Blitar merupakan hamparan hutan yang belum ada penduduk
yang mendiaminya. Nilasuwarna juga mendapatkan tugas dari Kerajaan Majapahit
untuk menumpas pasukan Tartar yang bersembunyi di dalam hutan yang berada di
Blitar dan sekitarnya. Penyebabnya adalah pasukan Tartar tersebut dapat
menggancam Kerajaan Majapahit sehingga harus ditumpaskan dan saat itu juga
Nilasuwarna
dapat menakklukannya.
Singkat
cerita berkat keberhasilannya
memukul mundur pasukan Tartar tersebut, Nilasuwarna mendapatkan kepercayaan
dari Kerajaan Majapahit untuk menggelola hamparan hutan tersebut dan mendirikan
kepemimpinan serta mendapatkan anugerah dengan gelar Adipati Ariyo Blitar I dari
Kerajaan Majapahit. Asal mula nama dari kata Blitar adalah dengan pengambilan
gelar yang diperoleh dari Nilasuwarna di akhir gelar yang diberikannya yaitu Blitar
yang merupakan asal nama dari Bali Tartar (blitar.go.id)
Kota blitar secara resmi didirikan atau secara legal pada tanggal 1 April 1906
yang dalam perkembangannya ditetapkan sebagai momentum Hari Jadi Kota Blitar.
Membicarakan Kota Blitar maka tidak lengkap rasanya apabila tidak membahas
semangat juangnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satu
hal yang yang mencerminkan semangat juangnya adalah Presiden RI pertama yaitu
Soekarno yang telah disemayamkan di Kota Blitar dan menjadi ikon utama dalam
kunjungan wisata yang ada di Kota Blitar. Selain itu dalam sejarah pentingnya Kota
Blitar merupakan tempat Pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air) yang dipimpin
oleh Sudanco Supriyadi, yang diikuti dengan dicetuskannya Proklamasi dan
pengibaran Sang Merah Putih pada masa penjajahan Jepang. Hal yang terpenting
dari Kota Blitar adalah semboyannya dengan Kota Patria. Pengambilan kata Kota
Patria adalah diambil dari semangat juang dari PETA yang dipimpin oleh Sudanco
Supriyadi. Maka dari semangat juangnya tersebut pengambilan kata Patria ditujukan
agar pembentukannya dapat menggambarkan semangat patriotik, nasionalis, dan
cinta tanah air yang memang tumbuh dari semangat juang dari masyarakat Kota
Blitar. Sehingga pemilihan semboyan Blitar Kota Patria dinilai tepat dapat
mencermikan kobaran semangat nasionalisme dan patriot yang ada dalam
sejarahnya hingga sekarang (blitar.go.id).
2. Letak Geografis
Kota Blitar secara georafis terletak di wilayah Jawa Timur pada ketinggian
156 m dari permukaan air laut, pada koordinat 14 – 112 derajat bujur timur dan 2 - 8
derajat lintang selatan, dengan suhu rata-rata antara 24 – 34 derajat celcius. Serta
memiliki udara sejuk yang berada di kaki gunung Kelud dengan jarak 160 km arah
tenggara dari ibukota provinsi Jawa Timur yaitu Surabaya. Kota Blitar memiliki
wilayah luas sebesar 32,58 km² yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan
Sukorejo, Kecamatan Kepanjenkidul, dan Kecamatan Sananwetan dan memiliki total
21 kelurahan (blitar.go.id).
Gambar 2.1 Peta Kota Blitar
3. Simbol dan Semboyan Kota Blitar
Gambar 2.2 Logo Kota Blitar
Kota Blitar memiliki semboyan ‘Kridha Hangudi Jaya’ yang artinya gerak yang
timbul dari kita masing-masing masyarakatnya untuk berusaha mencari dan
mengupayakan segala sesuatu agar berhasil dengan gemilang.
Maksud dari
semboyan tersebut bila dikupas lebih dalam agar memberikan motivasi dan daya
penggerak yang lebih dinamis, aktif, dalam pelaksanaan pembangunan yang
menggarah ke masyarakat dengan menggunakan partisipasi masyarakat maupun
sumber daya yang ada (blitar.go.id).
B. Aspek Demografi dan Tingkat Kemiskinan
1. Aspek Demografi Negara Indonesia
Berdasarkan hasil analisis Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2017 telah
menyebutkan bahwa Indonesia mempunyai jumlah penduduk dengan nilai total
sebesar 261,89 juta jiwa. Badan Pusat Statistik juga melakukan proyeksi terhadap
persebaran penduduk di beberapa daerah dan menghasilkan sebuah data bahwa
provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki kepadatan tertinggi dengan
nilai total sebesar 48 juta jiwa atau dalam persentase sebesar 18,34 persen dari total
jumlah penduduk di negara Indonesia. Sedangkan provinsi Jawa Timur dan Jawa
Tengah menduduki urutan kedua dan ketiga dengan nilai total masing-masing
sebesar 39 juta jiwa dan 34 juta jiwa. Sedangkan untuk provinsi DKI Jakarta
menduduki peringkat ke-6 (enam) dengan nilai total 10 juta jiwa. Kondisi berbeda
terjadi di provinsi Papua Barat dimana provinsi tersebut memiliki kepadatan
penduduk hanya dengan nilai total 900 ribu lebih jiwa. Badan Pusat Statistik juga
memprediksi penduduk Indonesia meningkat di 2035 yang mencapai 305 juta jiwa.
Berikut akan disajikan jumlah penduduk Indonesia dan persebarannya di
tahun 2017 berdasarkan analisis Badan Pusat Statistik
Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Indonesia dan Persebarannya di tahun 2017
(Sumber : bps.go.id)
Sedangkan dalam analisis lebih lanjut Badan Pusat Statistik mengkategorikan
jumlah penduduk Indonesia merupakan kategori atau tipe ekspansive. Maksud dari
tipe ekspansive adalah jumlah penduduk usia muda yang lebih banyak dibandingkan
dengan penduduk usia tua. Hal tersebut terlihat pada pola piramida yang melebar di
bagian bawah dan mempunyai kecenderungan cembung di bagian tengah yang
keduanya merupakan dalam kategori usia muda. Dari jumlah penduduk Indonesia
sebesar 261,89 juta jiwa terdapat 131,58 juta jiwa penduduk laki-laki dan sebesar
130,31 juta jiwa penduduk perempuan (Sumber : bps.go.id)
Gambar 2.4 Penduduk Indonesia Menurut Usia dan Jenis Kelamin di Tahun 2017
(Sumber : katadata.go.id)
Berdasarkan hasil analisis Badan Pusat Statistik juga mengatakan bahwa
tingkat ketergantungan penduduk Indonesia di tahun 2017 mengalami penurunan di
angka 48,1 persen dari angka sebelumnya di tahun 2016 yaitu sebesar 51,3 persen
yang artinya dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung penduduk usia
non produktif sekitar 48-49 orang. Pertanyaan besar selanjutnya adalah bagaimana
kelompok usia produktif atau yang notabene adalah golongan muda mampu
memberikan dampak pada kesejahteraan bagi Indonesia ? kita ketahui bahwa
banyaknya jumlah penduduk Indonesia di usia produktif tersebut dapat dikategorikan
ke dalam dua kelompok yaitu usia sangat produktif rentan 15-49 tahun dan usia
produktif 50-64 tahun. Dilihat dari piramida tersebut maka sebenarnya Indonesia
merupakan negara yang dapat dikategorikan ke dalam negara yang memiliki bonus
demografi. Maksud dari bonus demografi tersebut adalah ketika penduduk usia
muda dan produktif jauh lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tua.
Artinya apabila dapat mendayagunakan bonus demografi yang dimiliki tentu
Indonesia dapat menjadikannya sebagai kunci dalam memajukan maupun bersaing
dengan negara maju yang lain ada di dunia seperti Amerika, Jepang, Singapura,
atau bahkan Inggris.
4. Keterkaitan Jumlah Penduduk Indonesia dengan Kesejahteraan Dilihat Dari
10 Provinsi dengan Tingkat Kemiskinan Tertinggi ke Rendah
Gambar 2.5 10 Provinsi dengan Tingkat Kemiskinan Tertinggi per Maret 2017
(Sumber : katadata.go.id)
Berdasarkan gambar grafik tersebut maka dapat dianalisis bahwa tingkat
kemiskinan yang ada di Indonesia masih merupakan sebuah persoalan yang
menjadi
pekerjaan
rumah
pemerintah
bersama
masyarakat
untuk
dapat
mengoptimalkan sumber daya yang ada agar dapat tetap terus meminimalisir tingkat
kemiskinan. Khususnya provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur
yang menduduki provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi yang merupakan
sebuah masalah untuk harus segera mendapatkan jalan berupa solusi terkini
dengan memanfaatkan sumber daya manusia khususnya kelompok pemuda usia
sangat produktif (15 – 49 tahun). Apabila dianalisis lebih lanjut tingkat persebaran
penduduk masih menempatkan pulau Jawa sebagai ketertarikan utama masyarakat
untuk mengembangkan kegiatan ekonomi maupun dalam pendidikan. Hal tersebut
tercemin pada subbab pembahasan sebelumnya yaitu mengenai tingat kepadatan
penduduk di setiap provinsi yang ada di Indonesia yang menempatkan provinsi Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah sebagai provinsi yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia.
C. Tantangan dan Solusi SDM Khususnya Pemuda di Kota Blitar
1. Aspek Sumber Daya Manusia dan Potensi yang Dimiliki Kota Blitar
2017
Kelompok Umur
Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Total (Jiwa)
0-4
6.019
5.554
11.573
5-9
5.790
5.382
11.172
10-14
5.774
5.229
11.003
15-19
5.598
6.121
11.719
20-24
5.078
4.935
10.013
25-29
5.671
5.419
11.090
30-34
5.467
5.274
10.741
35-39
5.153
5.209
10.362
40-44
5.232
5.455
10.687
45-49
4.695
5.268
9.963
50-54
4.351
4.580
8.931
55-59
3.642
3.834
7.476
60-64
2.504
2.507
5.011
65-69
1.763
2.009
3.772
70-74
1.264
1.548
2.812
75+
1.410
2.260
3.670
Jumlah
69.411
70.584
139.995
(Sumber : blitarkota.bps.go.id)
Apabila pada pembahasan subbab sebelumnya telah menjelaskan tingkat
kepadatan penduduk, rasio perbandingan penduduk berdasarkan umur dan jenis
kelamin, dan tingkat kemiskinan di Indonesia maka selanjutnya penulis ingin
menyajikan mengenai aspek demografi yang ada di kota Blitar. Dilihat dari jumlah
penduduk secara total di tahun 2017, kota Blitar mempunyai penduduk sebesar
139.995 jiwa merupakan sebuah potensi dari lingkup lokal dalam memanfaatkan
sumber daya manusia yang ada secara optimal. Jumlah penduduk kota Blitar juga
sejalan dengan analisis Badan Pusat Statistik yang mengkategorikan Indonesia
sebagai bonus demografi. Begitu juga dengan kota Blitar sebagai kota kecil yang
juga memiliki bonus demografi. Hal tersebut terlihat pada rentan usia umur 15-49
tahun yang merupakan kategori bonus demografi, artinya jumlah usia produktif
dengan kategori sangat produktif mempunyai jumlah lebih besar dibandingkan
dengan jumlah usia produktif dari umur 50-64 tahun dan usia bukan produktif yaitu
0-14 tahun.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis secara langsung potensipotensi yang dimiliki kota Blitar secara bonus demografi merupakan sebuah potensi
yang dapat dimanfaatkan secara optimal tetapi dalam rentan usia 15-49 tahun yang
masuk dalam kategori sangat produktif mengalami berbagai tantangan yang besar
bagi sumber daya manusia (SDM) yang ada di kota Blitar tersebut. Berikut akan
disajikan berbagai tantangan sumber daya manusia (SDM) khususnya pemuda yang
ada di kota Blitar di usia produktif rentan 15-49 tahun,
a. Terbatas dan Minimnya Akses Perguruan Tinggi yang Diharapkan
Pendidikan merupakan salah satu kunci dalam meraih masa depan, begitu
semboyan yang selalu dikumandangkan. Melalui pendidikan yang semakin baik
diperoleh
seorang
individu
maka
tingkat
mendapatkan
kesempatan
untuk
meningkatkan kesejahteraan juga semakin besar. Kota Blitar yang juga memiliki
bonus demografi dalam prateknya memiliki sejumlah akses sekolah dengan kualitas
unggulan seperti SMPN 1 Blitar maupun SMAN 1 Blitar yang merupakan sekolah
unggulan dan melahirkan sumber daya manusia yang bisa dipertimbangkan dan
mampu bersaing dengan dunia internasional. Tetapi keadaan tersebut tidak sejalan
dengan masih terbatas dan minimnya ketersediaan perguruan tinggi yang berada di
kota Blitar sehingga setelah lulus dalam dunia Sekolah Menengah Atas atau
Sekolah Menengah Kejuruan siswa-siswi yang berada di kota Blitar akan lebih
memilih untuk melanjutkan pendidikan atau bahkan bekerja di kota tetangga yang
dinilai lebih menjanjikan dalan sektor pengembangan pendidikan lebih lanjut maupun
untuk bekerja seperti Malang, Kediri, atau Surabaya
b. Keterbatasan pada Sektor Dunia Kerja
Setelah siswa-siswa yang berada di kota Blitar melanjutkan pendidikan di
kota tetangga seperti Malang atau Surabaya untuk mendapatkan pendidikan yang
lebih baik dan berkualitas di perguruan tinggi maka selanjutnya kelompok usia
produktif dengan kategori sangat produktif yaitu di usia 23 tahun (pasca menempuh
pendidikan
di
perguruan
tinggi)
dihadapkan
pada
sebuah
dilema
dalam
mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut yang terjadi di kota Blitar, menurut
pengamatan penulis secara langsung yang didapatkan dari data teman-teman
penulis yang sudah menempuh pendidikan di perguruan tinggi ketika kembali ke
daerah asal (Kota Blitar) terpaksa tidak melakukan aktivitas produktif dan menjadi
pengganguran terbuka. Alasan mendasar menurut pengamatan penulis yang
didapatkan lulusan perguruan tinggi tersebut lebih memilih menjadi pengganguran
terbuka karena menunggu panggilan atau mendapatkan pekerjaan yang lebh baik.
c. Ketertarikan Pemuda Membangun Kampung Halaman
Secara sadar bahwa seorang individu lebih memilih dan menyukai dunia
sektor kerja dan berpenghasilan di perkotaan. Inilah persoalan yang hingga
sekarang seolah menjadi susah terpecahkan. Hal ini ditemui juga di kota Blitar,
setelah kelompok usia produktif tersebut mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
di perguruan tinggi lebih memilih untuk melanjutkan hidup di perkotaan yang lebih
besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota besar lainnya karena dinilai
lebih menjanjikan dalam meningkatkan kesejahteraan dibandingkan harus pulang
untuk membangun kampung halaman.
d. Sosial dan Budaya Masyarakat
Pada sektor sosial budaya masyarakat kota Blitar tertanam secara
membudaya bahwa akan lebih baik merantau secara jauh di usia muda untuk
kesejahteraan yang lebih baik dan akan kembali di usia tua (pensiun) di kampung
halaman (Kota Blitar).
Dalam menghadapi berbagai persoalan yang timbul tersebut pemerintah Kota
Blitar lantas tidak hanya tinggal diam. Pemerintah Kota Blitar melakukan berbagai
upaya agar dapat menyediakan sektor lapangan kerja maupun menyediakan
pendidikan yang lebih baik di wilayah kota Blitar. Berikut adalah salah satu langkah
dalam menghadapi tantangan sumber daya manusia khususnya kepemudaan di
kelompok usia produktif,
a. Mendirikan dan Menyediakan Perguruan Tinggi Negeri di Kota Blitar
Bila sebelumnya siswa-siswa yang berada di kota Blitar setelah lulus SMA
lebih memilih melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di kota tetangga seperti
Malang dan Surabaya maka dengan menghadirkan perguruan tinggi negeri di kota
Blitar yang bernama Putra Sang Fajar dapat menjadikan sebuah solusi untuk dapat
meminimalisir perpindahan tenaga berpotensi di kelompok usia produktif dengan
kategori sangat produktif dengan tujuan agar dapat menempuh pendidikan dan
membangun kota Blitar maupun mengembangkan perekonomian yang ada sehingga
dapat berguna meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota Blitar pada khususnya.
b. Memberikan Kemudahan dalam Perizinan di Sektor Bisnis
Solusi atau jalan selanjutnya dalam menyikapi berpindahnya tenaga
berpotensi di kelompok usia produktif dengan kategori sangat produktif, Pemerintah
Kota Blitar melakukan kemudahan dalam perizinan di sektor bisnis. Diketahui bahwa
melalui kemudahan dalam perizinan di sektor bisnis diharapkan dapat memancing
para investor untuk melakukan penanaman maupun pengembangan bisnis di kota
Blitar. Manfaat dengan hadirnya sektor bisnis tersebut dapat memperluas
kesempatan atau pilihan jenis pekerjaan yang ada di kota Blitar secara langsung
maupun dapat meminimalisir berpindahnya tenaga berpotensi di kelompok usia
produktif. Sejalan dengan amanat dalam UUD 1945 yaitu mensejahterakan
kesejahteraan umum maka langkah Pemerintah Kota Blitar tersebut merupakan
sebuah langkah nyata dalam menghadapi tantangan sumber daya manusia
khususnya pemuda kelompok usia produktif agar dapat tetap meningkatkan
kesejahteraan Indonesia yang dapat dimulai dari lingkup lokal.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk terbanyak ke-4 (empat)
setelah negara China, Amerika, dan India dengan total 261,89 juta jiwa. Dengan
tingkat kepadatan tersebut menjadikan Indonesia mempunyai tantangan untuk
memajukan dan mampu bersaing dengan kemajuan negara-negara lain di dunia
dengan menggunakan sumber daya manusia yang ada tersebut. Badan Pusat
Statistik juga merilis bahwa Indonesia dengan tingkat kepadatan penduduknya
mengganntarkan Indonesia sebagai negara yang memiliki bonus demografi. Artinya
jumlah penduduk Indonesia di usia produktif (usia muda) memiliki jumlah lebih
banyak dibandingkan dengan penduduk di usia tidak produktif (usia tua). Inilah yang
dapat dijadikan sebagai tumpuan untuk Indonesia memajukan dalam berbagai
bidang melalui penggunaan sumber daya manusia usia produktif. Tetapi dengan
hadirnya bonus demografi yang dimiliki, Indonesia menghadapi tantangan yang
nyata khususnya di daerah kota kecil atau perdesaan. Begitulah yang terjadi di kota
Blitar ketika jumlah penduduk usia produktif meninggalkan daerah asalnya (Kota
Blitar) untuk menempuh pendidikan maupun bekerja karena tidak tersedianya akses
pendidikan yang lebih baik maupun pekerjaan yang lebih menjanjikan hingga
minimnya ketertarikan golongan usia muda untuk membangun kota Blitar menjadi
lebih baik.
B. Saran
Dalam menghadapi berbagai persoalan atau tantangan bagi sumber daya
manusia khususnya pemuda yang ada di Indonesia untuk meningkatkan
kesejahteraan di lingkup lokal hendaknya harus mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak. Langkah Pemerintah Kota Blitar untuk meminimalisir berpindahnya
penduduk usia produktif ke daerah lain dengan membangun pendidikan perguruan
tinggi negeri maupun mempermudah perizinan di sektor bisnis diharapkan nantinya
dapat membawa manfaat perkembangan pada berbagai sektor di kota Blitar dan
juga dapat meningkatkan kesejahteraan di lingkup lokal (Kota Blitar) sesuai yang
telah diamanatkan oleh UUD 1945.
Daftar Pustaka
Online :
Jumlah Penduduk Negara Indonesia Tahun 2017, (Online), (http://bps.go.id, diakses
pada 19 Desember 2017)
Proyeksi
Penduduk
Kota
Blitar
Tahun
2010-2020,
(http://blitarkota.bps.go.id, diakdes pada 24 Desember 2017)
(Online),
Sejarah dan Peta Kota Blitar, (Online), (http://blitar.go.id, diakses pada 24 Desember
2017)
Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2017, (Online),
(http://katadata.go.id, diakses pada 24 Desember 2017)
10 Provinsi dengan Tingkat kemiskinan Tertinggi per Maret 2017, (Online),
(http://katadata.go.id, diakses pada 24 Desember 2017)
Buku :
Statistik Daerah Kota Blitar 2017, Penerbit : Badan Pusat Statistik Kota Blitar.
Berpotensi yang Ada di Kota Blitar dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umum
Sesuai Amanat UUD 1945
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemudaan dan Pembangunan
Manusia
Yang dibimbing oleh :
Dr. Margaretha Hanita, S.H, M.Si
Dr. Amar Ahmad
Disusun oleh :
Bagus Aditya Nur Firmandani (1706097591)
Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Progam Studi Kajian Ketahanan Nasional
Sekolah Kajian Stratejik dan Global
Universitas Indonesia
2017
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sudah 72 tahun negara Indonesia merdeka, disitulah juga negara Indonesia
terus berjalan dalam menghadapi berbagai tantangan, hambatan, ancaman, dan
gangguan yang datang maupun dalam mencapai visi dan misi nya sesuai dengan
yang telah diamanatkan oleh UUD 1945. Membicarakan amanat UUD 1945 yang
menjadi dasar negara Indonesia semenjak di proklamasikannya negara Indonesia
yang bebas dan merdeka dari belenggu penjajah maka penulis teringat salah satu
kandungan maknanya yang sangat penting dibahas disini adalah adalah
mewujudkan kesejahteraan umum. Apabila dianalisis lebih jauh kandungan makna
mewujudkan kesejahteraan umum adalah seluruh masyarakat Indonesia mempunyai
hak untuk mendapatkan kesejahteraan umum dan mensejahterakan kesejahteraan
umum merupakan tugas dan kewajiban yang harus diemban oleh Pemimpin negeri
ini bersama-sama seluruh perangkat dalam aparatur negara yang mempunyai tugas
untuk memberikan layanan publik ke masyarakat tanpa kecuali, bahkan masyarakat
umum dapat juga saling bersinergi dalam mewujudkan kesejahteraan umum.
Negara Indonesia berdasarkan analisis Badan Pusat Statistik (BPS) merilis
bahwa negara Indonesia mempunyai penduduk dengan jumlah terbanyak ke-4
(empat) di dunia setelah negara, China, Amerika, dan India dengan nilai total 261,89
juta jiwa di tahun 2017 (bps.go.id). Maka dengan tingkat kepadatan penduduknya
tersebut negara Indonesia mempunyai sebuah tantangan besar bagaimana mampu
mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat negara Indonesia tanpa kecuali.
Maka jawabannya adalah melalui penciptaan dan pemanfaatan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas lah agar mampu mensejahterakan kesejahteraan
umum sesuai dengan yang telah diamanatkan oleh UUD 1945.
Tantangan mewujudkan kesejahteraan umum melalui penciptaan dan
pemanfaatan SDM yang berkualitas dapat dilakukan sejak dini artinya menyiapkan
SDM tersebut sejak awal atau dapat dikatakan dengan menggunakan generasi
pemuda sebagai objek utama. Alasan kuat yang mendasari generasi pemuda
sebagai garda terdepan dalam mewujudkan kesejahteraan umum karena generasi
pemuda lah yang mempunyai beragam pemikiran, inovasi baru, maupun sebagai
agen perubahan (agent of change) seperti yang sering menjadi slogan dalam setiap
aktivitas pergerakan mahasiswa baik di perguruan tinggi maupun di masyarakat.
Selain hal itu pemuda dan bonus demografi yang dimiliki negara Indonesia juga
merupakan aspek yang tidak terlepaskan. Maksud dari pemuda dan bonsu
demografi adalah ketika jumlah usia pemuda lebih besar dibandingkan dengan usia
tua sehingga usia muda dapat dijadikan sebuah potensi untuk mengembangkan
atau melakukan produktivitas. Dasar-dasar tersebut menjadikan generasi pemuda
sebagai objek utama dalam mewujudkan kesejahteraan umum sesuai yang telah
diamanatkan oleh UUD 1945.
Sejalan dengan mewujudkan kesejahteraan umum tersebut maka cara dalam
memberdayakan pemuda dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang yang
paling sering digunakan dalam memberdayakan maupun mengembangkan pemuda
agar dapat menciptakan SDM yang berkualitas dan dapat menjadikan sebuah
manfaat dalam mewujudkan kesejahteraan umum adalah melalui pendidikan. Alasan
mendasar melalui pendidikan karena menurut pengamatan penulis pemikiran suatu
masyarakat dapat berkembang ketika setiap individu tersebut diberikan dahulu
sebuah dasar-dasar keilmuan dan setelah setiap individu tersebut mendapatkan
keilmuan melalui pendidikan maka selanjutnya dapat dimotivasi agar dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki untuk melakukan pengembangan, inovasi,
maupun produktivitas. Sederhananya apabila bonus demografi yang dimiliki negara
Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal maka upaya-upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan umum dapat dilakukan. Contoh nyata yang dapat dijadikan sebuah
potensi dan panutan adalah kegiatan pemuda dalam bisnis secara online biasanya
terkait dalam bidang e-commerce.
Dari paparan diatas maka penulisi tertarik untuk menggangkat situasi dan
kondisi bukan di daerah perkotaan besar seperti Jakarta tetapi di daerah kota kecil
terkait bonus demografi yang dimiliki negara Indonesia, permasalahan dan
tantangan yang dihadapi, serta solusi terkini yang dapat ditawarkan dalam penulisan
makalah ini. Daerah yang akan diambil oleh penulis pada pembahasan ini adalah
kota Blitar yang merupakan kota kecil yang ada di Jawa Timur dan terkenal karena
tempat bersemayamnya Presiden RI pertama yaitu Soekarno. Nantinya dalam
penulisan makalah ini penulis akan membahas lebih dalam mengenai situasi dan
kondisi wilayah kota Blitar secara umum maupun secara khusus pada aspek
demografi serta tantangan maupun potensi yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi
yang ada di kota Blitar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tantangan aspek sumber daya manusia (SDM) khususnya
pemuda berpotensi yang ada di kota Blitar terkait dalam mewujudkan
kesejahteraan umum sesuai yang telah diamanatkan oleh UUD 1945 ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi kepada
pembaca secara lebih luas mengenai situasi dan kondisi terkait tantangan
aspek sumber daya manusia (SDM) khususnya pemuda berpotensi yang ada
di kota Blitar dalam mewujudkan kesejahteraan umum sesuai yang telah
diamanatkan oleh UUD 1945.
Bab II
Pembahasan
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Blitar
1. Sejarah Singkat Kota Blitar
Menurut buku Bale Latar menjelaskan bahwa Blitar didirikan pada sekitar
abad ke 15. Dalam sejarahnya Blitar mulai didirikan awal dengan menggunakan
sistem babat alas yang dilakukan oleh Nilasuwarna atau Gusti Sudomo yang
merupakan anak Adipati Wilatika Tuban sekaligus merupakan orang kepercayaan
Kerajaan Majapahit. Pada sejarah awalnya berdirinya Blitar dengan menggunakan
sistem babat alas, Blitar merupakan hamparan hutan yang belum ada penduduk
yang mendiaminya. Nilasuwarna juga mendapatkan tugas dari Kerajaan Majapahit
untuk menumpas pasukan Tartar yang bersembunyi di dalam hutan yang berada di
Blitar dan sekitarnya. Penyebabnya adalah pasukan Tartar tersebut dapat
menggancam Kerajaan Majapahit sehingga harus ditumpaskan dan saat itu juga
Nilasuwarna
dapat menakklukannya.
Singkat
cerita berkat keberhasilannya
memukul mundur pasukan Tartar tersebut, Nilasuwarna mendapatkan kepercayaan
dari Kerajaan Majapahit untuk menggelola hamparan hutan tersebut dan mendirikan
kepemimpinan serta mendapatkan anugerah dengan gelar Adipati Ariyo Blitar I dari
Kerajaan Majapahit. Asal mula nama dari kata Blitar adalah dengan pengambilan
gelar yang diperoleh dari Nilasuwarna di akhir gelar yang diberikannya yaitu Blitar
yang merupakan asal nama dari Bali Tartar (blitar.go.id)
Kota blitar secara resmi didirikan atau secara legal pada tanggal 1 April 1906
yang dalam perkembangannya ditetapkan sebagai momentum Hari Jadi Kota Blitar.
Membicarakan Kota Blitar maka tidak lengkap rasanya apabila tidak membahas
semangat juangnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satu
hal yang yang mencerminkan semangat juangnya adalah Presiden RI pertama yaitu
Soekarno yang telah disemayamkan di Kota Blitar dan menjadi ikon utama dalam
kunjungan wisata yang ada di Kota Blitar. Selain itu dalam sejarah pentingnya Kota
Blitar merupakan tempat Pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air) yang dipimpin
oleh Sudanco Supriyadi, yang diikuti dengan dicetuskannya Proklamasi dan
pengibaran Sang Merah Putih pada masa penjajahan Jepang. Hal yang terpenting
dari Kota Blitar adalah semboyannya dengan Kota Patria. Pengambilan kata Kota
Patria adalah diambil dari semangat juang dari PETA yang dipimpin oleh Sudanco
Supriyadi. Maka dari semangat juangnya tersebut pengambilan kata Patria ditujukan
agar pembentukannya dapat menggambarkan semangat patriotik, nasionalis, dan
cinta tanah air yang memang tumbuh dari semangat juang dari masyarakat Kota
Blitar. Sehingga pemilihan semboyan Blitar Kota Patria dinilai tepat dapat
mencermikan kobaran semangat nasionalisme dan patriot yang ada dalam
sejarahnya hingga sekarang (blitar.go.id).
2. Letak Geografis
Kota Blitar secara georafis terletak di wilayah Jawa Timur pada ketinggian
156 m dari permukaan air laut, pada koordinat 14 – 112 derajat bujur timur dan 2 - 8
derajat lintang selatan, dengan suhu rata-rata antara 24 – 34 derajat celcius. Serta
memiliki udara sejuk yang berada di kaki gunung Kelud dengan jarak 160 km arah
tenggara dari ibukota provinsi Jawa Timur yaitu Surabaya. Kota Blitar memiliki
wilayah luas sebesar 32,58 km² yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan
Sukorejo, Kecamatan Kepanjenkidul, dan Kecamatan Sananwetan dan memiliki total
21 kelurahan (blitar.go.id).
Gambar 2.1 Peta Kota Blitar
3. Simbol dan Semboyan Kota Blitar
Gambar 2.2 Logo Kota Blitar
Kota Blitar memiliki semboyan ‘Kridha Hangudi Jaya’ yang artinya gerak yang
timbul dari kita masing-masing masyarakatnya untuk berusaha mencari dan
mengupayakan segala sesuatu agar berhasil dengan gemilang.
Maksud dari
semboyan tersebut bila dikupas lebih dalam agar memberikan motivasi dan daya
penggerak yang lebih dinamis, aktif, dalam pelaksanaan pembangunan yang
menggarah ke masyarakat dengan menggunakan partisipasi masyarakat maupun
sumber daya yang ada (blitar.go.id).
B. Aspek Demografi dan Tingkat Kemiskinan
1. Aspek Demografi Negara Indonesia
Berdasarkan hasil analisis Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2017 telah
menyebutkan bahwa Indonesia mempunyai jumlah penduduk dengan nilai total
sebesar 261,89 juta jiwa. Badan Pusat Statistik juga melakukan proyeksi terhadap
persebaran penduduk di beberapa daerah dan menghasilkan sebuah data bahwa
provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki kepadatan tertinggi dengan
nilai total sebesar 48 juta jiwa atau dalam persentase sebesar 18,34 persen dari total
jumlah penduduk di negara Indonesia. Sedangkan provinsi Jawa Timur dan Jawa
Tengah menduduki urutan kedua dan ketiga dengan nilai total masing-masing
sebesar 39 juta jiwa dan 34 juta jiwa. Sedangkan untuk provinsi DKI Jakarta
menduduki peringkat ke-6 (enam) dengan nilai total 10 juta jiwa. Kondisi berbeda
terjadi di provinsi Papua Barat dimana provinsi tersebut memiliki kepadatan
penduduk hanya dengan nilai total 900 ribu lebih jiwa. Badan Pusat Statistik juga
memprediksi penduduk Indonesia meningkat di 2035 yang mencapai 305 juta jiwa.
Berikut akan disajikan jumlah penduduk Indonesia dan persebarannya di
tahun 2017 berdasarkan analisis Badan Pusat Statistik
Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Indonesia dan Persebarannya di tahun 2017
(Sumber : bps.go.id)
Sedangkan dalam analisis lebih lanjut Badan Pusat Statistik mengkategorikan
jumlah penduduk Indonesia merupakan kategori atau tipe ekspansive. Maksud dari
tipe ekspansive adalah jumlah penduduk usia muda yang lebih banyak dibandingkan
dengan penduduk usia tua. Hal tersebut terlihat pada pola piramida yang melebar di
bagian bawah dan mempunyai kecenderungan cembung di bagian tengah yang
keduanya merupakan dalam kategori usia muda. Dari jumlah penduduk Indonesia
sebesar 261,89 juta jiwa terdapat 131,58 juta jiwa penduduk laki-laki dan sebesar
130,31 juta jiwa penduduk perempuan (Sumber : bps.go.id)
Gambar 2.4 Penduduk Indonesia Menurut Usia dan Jenis Kelamin di Tahun 2017
(Sumber : katadata.go.id)
Berdasarkan hasil analisis Badan Pusat Statistik juga mengatakan bahwa
tingkat ketergantungan penduduk Indonesia di tahun 2017 mengalami penurunan di
angka 48,1 persen dari angka sebelumnya di tahun 2016 yaitu sebesar 51,3 persen
yang artinya dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung penduduk usia
non produktif sekitar 48-49 orang. Pertanyaan besar selanjutnya adalah bagaimana
kelompok usia produktif atau yang notabene adalah golongan muda mampu
memberikan dampak pada kesejahteraan bagi Indonesia ? kita ketahui bahwa
banyaknya jumlah penduduk Indonesia di usia produktif tersebut dapat dikategorikan
ke dalam dua kelompok yaitu usia sangat produktif rentan 15-49 tahun dan usia
produktif 50-64 tahun. Dilihat dari piramida tersebut maka sebenarnya Indonesia
merupakan negara yang dapat dikategorikan ke dalam negara yang memiliki bonus
demografi. Maksud dari bonus demografi tersebut adalah ketika penduduk usia
muda dan produktif jauh lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tua.
Artinya apabila dapat mendayagunakan bonus demografi yang dimiliki tentu
Indonesia dapat menjadikannya sebagai kunci dalam memajukan maupun bersaing
dengan negara maju yang lain ada di dunia seperti Amerika, Jepang, Singapura,
atau bahkan Inggris.
4. Keterkaitan Jumlah Penduduk Indonesia dengan Kesejahteraan Dilihat Dari
10 Provinsi dengan Tingkat Kemiskinan Tertinggi ke Rendah
Gambar 2.5 10 Provinsi dengan Tingkat Kemiskinan Tertinggi per Maret 2017
(Sumber : katadata.go.id)
Berdasarkan gambar grafik tersebut maka dapat dianalisis bahwa tingkat
kemiskinan yang ada di Indonesia masih merupakan sebuah persoalan yang
menjadi
pekerjaan
rumah
pemerintah
bersama
masyarakat
untuk
dapat
mengoptimalkan sumber daya yang ada agar dapat tetap terus meminimalisir tingkat
kemiskinan. Khususnya provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur
yang menduduki provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi yang merupakan
sebuah masalah untuk harus segera mendapatkan jalan berupa solusi terkini
dengan memanfaatkan sumber daya manusia khususnya kelompok pemuda usia
sangat produktif (15 – 49 tahun). Apabila dianalisis lebih lanjut tingkat persebaran
penduduk masih menempatkan pulau Jawa sebagai ketertarikan utama masyarakat
untuk mengembangkan kegiatan ekonomi maupun dalam pendidikan. Hal tersebut
tercemin pada subbab pembahasan sebelumnya yaitu mengenai tingat kepadatan
penduduk di setiap provinsi yang ada di Indonesia yang menempatkan provinsi Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah sebagai provinsi yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia.
C. Tantangan dan Solusi SDM Khususnya Pemuda di Kota Blitar
1. Aspek Sumber Daya Manusia dan Potensi yang Dimiliki Kota Blitar
2017
Kelompok Umur
Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Total (Jiwa)
0-4
6.019
5.554
11.573
5-9
5.790
5.382
11.172
10-14
5.774
5.229
11.003
15-19
5.598
6.121
11.719
20-24
5.078
4.935
10.013
25-29
5.671
5.419
11.090
30-34
5.467
5.274
10.741
35-39
5.153
5.209
10.362
40-44
5.232
5.455
10.687
45-49
4.695
5.268
9.963
50-54
4.351
4.580
8.931
55-59
3.642
3.834
7.476
60-64
2.504
2.507
5.011
65-69
1.763
2.009
3.772
70-74
1.264
1.548
2.812
75+
1.410
2.260
3.670
Jumlah
69.411
70.584
139.995
(Sumber : blitarkota.bps.go.id)
Apabila pada pembahasan subbab sebelumnya telah menjelaskan tingkat
kepadatan penduduk, rasio perbandingan penduduk berdasarkan umur dan jenis
kelamin, dan tingkat kemiskinan di Indonesia maka selanjutnya penulis ingin
menyajikan mengenai aspek demografi yang ada di kota Blitar. Dilihat dari jumlah
penduduk secara total di tahun 2017, kota Blitar mempunyai penduduk sebesar
139.995 jiwa merupakan sebuah potensi dari lingkup lokal dalam memanfaatkan
sumber daya manusia yang ada secara optimal. Jumlah penduduk kota Blitar juga
sejalan dengan analisis Badan Pusat Statistik yang mengkategorikan Indonesia
sebagai bonus demografi. Begitu juga dengan kota Blitar sebagai kota kecil yang
juga memiliki bonus demografi. Hal tersebut terlihat pada rentan usia umur 15-49
tahun yang merupakan kategori bonus demografi, artinya jumlah usia produktif
dengan kategori sangat produktif mempunyai jumlah lebih besar dibandingkan
dengan jumlah usia produktif dari umur 50-64 tahun dan usia bukan produktif yaitu
0-14 tahun.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis secara langsung potensipotensi yang dimiliki kota Blitar secara bonus demografi merupakan sebuah potensi
yang dapat dimanfaatkan secara optimal tetapi dalam rentan usia 15-49 tahun yang
masuk dalam kategori sangat produktif mengalami berbagai tantangan yang besar
bagi sumber daya manusia (SDM) yang ada di kota Blitar tersebut. Berikut akan
disajikan berbagai tantangan sumber daya manusia (SDM) khususnya pemuda yang
ada di kota Blitar di usia produktif rentan 15-49 tahun,
a. Terbatas dan Minimnya Akses Perguruan Tinggi yang Diharapkan
Pendidikan merupakan salah satu kunci dalam meraih masa depan, begitu
semboyan yang selalu dikumandangkan. Melalui pendidikan yang semakin baik
diperoleh
seorang
individu
maka
tingkat
mendapatkan
kesempatan
untuk
meningkatkan kesejahteraan juga semakin besar. Kota Blitar yang juga memiliki
bonus demografi dalam prateknya memiliki sejumlah akses sekolah dengan kualitas
unggulan seperti SMPN 1 Blitar maupun SMAN 1 Blitar yang merupakan sekolah
unggulan dan melahirkan sumber daya manusia yang bisa dipertimbangkan dan
mampu bersaing dengan dunia internasional. Tetapi keadaan tersebut tidak sejalan
dengan masih terbatas dan minimnya ketersediaan perguruan tinggi yang berada di
kota Blitar sehingga setelah lulus dalam dunia Sekolah Menengah Atas atau
Sekolah Menengah Kejuruan siswa-siswi yang berada di kota Blitar akan lebih
memilih untuk melanjutkan pendidikan atau bahkan bekerja di kota tetangga yang
dinilai lebih menjanjikan dalan sektor pengembangan pendidikan lebih lanjut maupun
untuk bekerja seperti Malang, Kediri, atau Surabaya
b. Keterbatasan pada Sektor Dunia Kerja
Setelah siswa-siswa yang berada di kota Blitar melanjutkan pendidikan di
kota tetangga seperti Malang atau Surabaya untuk mendapatkan pendidikan yang
lebih baik dan berkualitas di perguruan tinggi maka selanjutnya kelompok usia
produktif dengan kategori sangat produktif yaitu di usia 23 tahun (pasca menempuh
pendidikan
di
perguruan
tinggi)
dihadapkan
pada
sebuah
dilema
dalam
mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut yang terjadi di kota Blitar, menurut
pengamatan penulis secara langsung yang didapatkan dari data teman-teman
penulis yang sudah menempuh pendidikan di perguruan tinggi ketika kembali ke
daerah asal (Kota Blitar) terpaksa tidak melakukan aktivitas produktif dan menjadi
pengganguran terbuka. Alasan mendasar menurut pengamatan penulis yang
didapatkan lulusan perguruan tinggi tersebut lebih memilih menjadi pengganguran
terbuka karena menunggu panggilan atau mendapatkan pekerjaan yang lebh baik.
c. Ketertarikan Pemuda Membangun Kampung Halaman
Secara sadar bahwa seorang individu lebih memilih dan menyukai dunia
sektor kerja dan berpenghasilan di perkotaan. Inilah persoalan yang hingga
sekarang seolah menjadi susah terpecahkan. Hal ini ditemui juga di kota Blitar,
setelah kelompok usia produktif tersebut mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
di perguruan tinggi lebih memilih untuk melanjutkan hidup di perkotaan yang lebih
besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota besar lainnya karena dinilai
lebih menjanjikan dalam meningkatkan kesejahteraan dibandingkan harus pulang
untuk membangun kampung halaman.
d. Sosial dan Budaya Masyarakat
Pada sektor sosial budaya masyarakat kota Blitar tertanam secara
membudaya bahwa akan lebih baik merantau secara jauh di usia muda untuk
kesejahteraan yang lebih baik dan akan kembali di usia tua (pensiun) di kampung
halaman (Kota Blitar).
Dalam menghadapi berbagai persoalan yang timbul tersebut pemerintah Kota
Blitar lantas tidak hanya tinggal diam. Pemerintah Kota Blitar melakukan berbagai
upaya agar dapat menyediakan sektor lapangan kerja maupun menyediakan
pendidikan yang lebih baik di wilayah kota Blitar. Berikut adalah salah satu langkah
dalam menghadapi tantangan sumber daya manusia khususnya kepemudaan di
kelompok usia produktif,
a. Mendirikan dan Menyediakan Perguruan Tinggi Negeri di Kota Blitar
Bila sebelumnya siswa-siswa yang berada di kota Blitar setelah lulus SMA
lebih memilih melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di kota tetangga seperti
Malang dan Surabaya maka dengan menghadirkan perguruan tinggi negeri di kota
Blitar yang bernama Putra Sang Fajar dapat menjadikan sebuah solusi untuk dapat
meminimalisir perpindahan tenaga berpotensi di kelompok usia produktif dengan
kategori sangat produktif dengan tujuan agar dapat menempuh pendidikan dan
membangun kota Blitar maupun mengembangkan perekonomian yang ada sehingga
dapat berguna meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota Blitar pada khususnya.
b. Memberikan Kemudahan dalam Perizinan di Sektor Bisnis
Solusi atau jalan selanjutnya dalam menyikapi berpindahnya tenaga
berpotensi di kelompok usia produktif dengan kategori sangat produktif, Pemerintah
Kota Blitar melakukan kemudahan dalam perizinan di sektor bisnis. Diketahui bahwa
melalui kemudahan dalam perizinan di sektor bisnis diharapkan dapat memancing
para investor untuk melakukan penanaman maupun pengembangan bisnis di kota
Blitar. Manfaat dengan hadirnya sektor bisnis tersebut dapat memperluas
kesempatan atau pilihan jenis pekerjaan yang ada di kota Blitar secara langsung
maupun dapat meminimalisir berpindahnya tenaga berpotensi di kelompok usia
produktif. Sejalan dengan amanat dalam UUD 1945 yaitu mensejahterakan
kesejahteraan umum maka langkah Pemerintah Kota Blitar tersebut merupakan
sebuah langkah nyata dalam menghadapi tantangan sumber daya manusia
khususnya pemuda kelompok usia produktif agar dapat tetap meningkatkan
kesejahteraan Indonesia yang dapat dimulai dari lingkup lokal.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk terbanyak ke-4 (empat)
setelah negara China, Amerika, dan India dengan total 261,89 juta jiwa. Dengan
tingkat kepadatan tersebut menjadikan Indonesia mempunyai tantangan untuk
memajukan dan mampu bersaing dengan kemajuan negara-negara lain di dunia
dengan menggunakan sumber daya manusia yang ada tersebut. Badan Pusat
Statistik juga merilis bahwa Indonesia dengan tingkat kepadatan penduduknya
mengganntarkan Indonesia sebagai negara yang memiliki bonus demografi. Artinya
jumlah penduduk Indonesia di usia produktif (usia muda) memiliki jumlah lebih
banyak dibandingkan dengan penduduk di usia tidak produktif (usia tua). Inilah yang
dapat dijadikan sebagai tumpuan untuk Indonesia memajukan dalam berbagai
bidang melalui penggunaan sumber daya manusia usia produktif. Tetapi dengan
hadirnya bonus demografi yang dimiliki, Indonesia menghadapi tantangan yang
nyata khususnya di daerah kota kecil atau perdesaan. Begitulah yang terjadi di kota
Blitar ketika jumlah penduduk usia produktif meninggalkan daerah asalnya (Kota
Blitar) untuk menempuh pendidikan maupun bekerja karena tidak tersedianya akses
pendidikan yang lebih baik maupun pekerjaan yang lebih menjanjikan hingga
minimnya ketertarikan golongan usia muda untuk membangun kota Blitar menjadi
lebih baik.
B. Saran
Dalam menghadapi berbagai persoalan atau tantangan bagi sumber daya
manusia khususnya pemuda yang ada di Indonesia untuk meningkatkan
kesejahteraan di lingkup lokal hendaknya harus mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak. Langkah Pemerintah Kota Blitar untuk meminimalisir berpindahnya
penduduk usia produktif ke daerah lain dengan membangun pendidikan perguruan
tinggi negeri maupun mempermudah perizinan di sektor bisnis diharapkan nantinya
dapat membawa manfaat perkembangan pada berbagai sektor di kota Blitar dan
juga dapat meningkatkan kesejahteraan di lingkup lokal (Kota Blitar) sesuai yang
telah diamanatkan oleh UUD 1945.
Daftar Pustaka
Online :
Jumlah Penduduk Negara Indonesia Tahun 2017, (Online), (http://bps.go.id, diakses
pada 19 Desember 2017)
Proyeksi
Penduduk
Kota
Blitar
Tahun
2010-2020,
(http://blitarkota.bps.go.id, diakdes pada 24 Desember 2017)
(Online),
Sejarah dan Peta Kota Blitar, (Online), (http://blitar.go.id, diakses pada 24 Desember
2017)
Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2017, (Online),
(http://katadata.go.id, diakses pada 24 Desember 2017)
10 Provinsi dengan Tingkat kemiskinan Tertinggi per Maret 2017, (Online),
(http://katadata.go.id, diakses pada 24 Desember 2017)
Buku :
Statistik Daerah Kota Blitar 2017, Penerbit : Badan Pusat Statistik Kota Blitar.