Beberapa Jenis Alat Berat dan Fungsinya

Beberapa Jenis Alat Berat dan Fungsinya Isya Ansyari di 12:35 pm Alat Berat No Comments
Foto bersama Alat berat mahasiswa POLISAFARIS Eksistensi alat berat dalam proyekproyek baik proyek konstruksi maupun proyek manufaktur sangatlah penting guna
menunjang Pemerintah baik dalam pembangunan infastruktur maupun dalam eksplore hasilhasil tambang dalam pertambangan, misalnya semen dan batubara. Keuntungan-keuntungan
dengan menggunakan alat-alat berat antara lain waktu yang sangat cepat, tenaga yang besar
dan nilai-nilai ekonomis. Penggunaan alat berat yang kurang tepat dengan kondisi dan situasi
lapangan pekerjaan akan berpengaruh berupa kerugian antara lain rendahnya produksi, tidak
tercapainya jadwal atau target yang telah ditentukan atau kerugian biaya perbaikan yang tidak
semestinya. Oleh karena itu, sebelum menentukan tipe dan jumlah peralatan dan
attachmentnya sebaiknya dipahami terlebih dahulu fungsi dan aplikasinya. Berikut ada
beberapa jenis alat berat beserta fungsinya, agar dapat dipahami dalam penggunaannya. 1.
Pengertian Alat-alat berat Alat-alat berat (yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil)
merupakan alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan faktor pentingdidalam proyek,
terutama proyek-proyek konstruksi maupun pertambangan dankegiatan lainnya dengan skala
yang besar Tujuan dari penggunaan alat-alat berat tersebut adalah untuk memudahkan
manusia dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai
dengan lebih mudah dengan waktu yang relatif lebih singkat. Alat berat yang umum dipakai
dalam proyek kostruksi antara lain : Alat Pengolah Lahan seperti Dozer Shovel, Bulldozer
Alat gali (excavator) seperti backhoe, front shovel, clamshell; Alat pengangkut seperti loader,
truck dan conveyor belt; Alat pemadat tanah seperti roller dan compactor, dan lain lain. a.
Alat Pengolah Lahan Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang

harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat
semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan dozer.
Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat digunakan scraper. Sedangkan untuk
pembentukan permukaan supaya rata selain dozer dapat digunakan juga motor grader.
bulldozers bulldozers 1) BULLDOZER Adalah salah satu alat berat yang mempunyai roda
rantai (track shoe), untuk pekerjaan serba guna yang memliki kemampuan traksi yang tinggi.
Bisa digunakan untuk menggali, mendorong, menggusur, meratakan, menarik beban dan
menimbun (Digging, cutting/filling, pushing, spreading, grading, skidding dll). Mampu
beroperasi didaerah yang lunak sampai yang keras. Dengan swamp dozer untuk daerah yang
sangat lunak dan didaerah yang sangat keras perlu dibantu dengan ripper alat garu) atau
blasting (Peledakan dengan tujuan pemecahan pada ukuran tertentu). Mampu beroperasi pada

daerah yang miring (sudut kemiringan tertentu), berbukit apalagi di daerah yang rata. Untuk
jarak dorong yang effisiensi antara 25 – 40 meter jangan lebih dari 100 meter, jarak mundur
jangan terlalu jauh, bila perlu mendorong dilakukan dengan estafet, mendorong pada turunan
lebih produktif dari pada tanjakan. Attachment yang biasa menyertainya antara lain :
Bermacam-macam blade, towing, winch, ripper, tree pusher, herrow, disc plough, towed
scraper, sheep foot roller, peralatan pipe layer dan lain-lain. 2) DOZER SHOVEL Sebuah alat
berat pemuat beroda rantai (track loader), biasa digunakan untuk memuat material / tanah
atau batu kedalam alat pengangkut (dump truck atau hopper pada belt conveyor) atau

memindahkan material ke tempat lain dengan jarak angkut sangat terbatas (load and carry).
Hanya bisa beroperasi didaerah yang keras dan agak keras. Pada landasan yang kurang rata
sekalipun, daya cengkeram lebih kuat, tetapi tidak atau kurang mampu didaerah yang lunak
dan basah, mampu mengambil sendiri tanah merah asli atau yang agak lunak. Memerlukan
daerah pemuatan (loading point) sedikit agak lebar tetapi perpindahan daerah operasi kurang
cepat (kurang mobile). Selain bucket, attachment lainnya adalah log clamp (penjepit kayu
bulat/kepiting). b. Alat Penggali Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa
alat berat digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk didalam kategori ini
adalah front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell. backhoe loader backhoe loader c. Alat
Pengangkut Material Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material karena alat
ini dapat mengangkut material secara vertical dan kemudian memindahkannya secara
horizontal pada jarak jangkau yang relative kecil. Untuk pengangkutan material lepas (loose
material) dengan jarak tempuh yang relative jauh, alat yang digunakan dapat berupa belt,
truck dan wagon. Alat-alat ini memerlukan alat lain yang membantu memuat material ke
dalamnya. truck truck d. Alat Pemindahan Material Yang termasuk dalam kategori ini adalah
alat yang biasanya tidak digunakan sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk
memindahkan material dari satu alat ke alat yang lain. Loader dan dozer adalah alat
pemindahan material. wheel loader wheel loader e. Alat Pemadat Jika pada suatu lahan
dilakukan pembunan maka pada lahan tersebut perlu di lakukan pemadatan. Pemadatan juga
dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur

maupun perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller,
pneumatic-tired roller, compactor, dan lain-lain. Pekerjaan pembuatan landasan pesawat
terbang, jalan raya, tanggul sungai dan sebagainya tanah perlu dipadatkan semaksimal
mungkin. Pekerjaan pemadatan tanah dalam skala kecil pemadatan tanah dapat dilakukan
dengan cara menggenangi dan membiarkan tanah menyusust dengan sendirinya, namun cara
ini perlu waktu lama dan hasilnya kurang sempurna; agar tanah benar-benar mampat secara

sempurna diperlukan cara-cara mekanis untuk pemadatan tanah. Tandem Roller Tandem
Roller Pemadatan tanah secara mekanis umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin
penggilas (Roller); klasifikasi Roller yang dikenal antara lain adalah: Berdasarkan cara
geraknya; ada yang bergerak sendiri, tapi ada juga yang harus ditarik traktor. Berdasarkan
bahan roda penggilasnya, ada yang terbuat dari baja (SteelWheel) dan ada yang terbuat dari
karet (pneumatic). Dilihat dari bentuk permukaan roda; ada yang punya permukaan halus
(plain), bersegmen, berbentuk grid, berbentuk kaki domba, dan sebagainya. Dilihat dari
susunan roda gilasnya; ada yang dengan roda tiga (Three Wheel), roda dua (Tandem Roller),
dan Three Axle Tandem Roller. Alat pemadat yang menggunakan penggetar (vibrator). f. Alat
Pemroses Material Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan bergradasi,
semen, beton, dan aspal. Yang termasuk didalam alat ini adalah crusher dan concrete mixer
truck. Alat yang dapat mencampur material-material di atas juga dikategorikan ke dalam alat

pemroses material seperti concrete batch plant dan asphalt mixing plant. Concrete Mixer
Truck Concrete Mixer Truck g. Alat Penempatan Akhir Material Alat digolongkan pada
kategori ini karena fungsinya yaitu untuk menempatkan material pada tempat yang telah
ditentukan. Ditempat atau lokasi ini material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini adalah
concrete spreader, asphalt paver, motor grader, dan alat pemadat. Asphalt Concrete Paver
Asphalt Concrete Paver 2. Klasifikasi operasional Alat Berat Alat-alat berat dalam
pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain atau tidak dapat
digerakan atau statis. Jadi klasifikasi alat berdasarkan pergerakannya dapat dibagi atas berikut
ini. a. Alat dengan Penggerak Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang
menerjemahkan hasil dari mesin menjadi kerja. Bentuk dari alat penggerak adalah crawler
atau roda kelabang dan ban karet. Sedangkan belt merupakan alat penggerak pada conveyor
belt. Crawler Crane Crawler Crane b. Alat Statis Yang termasuk dalam kategori ini adalah
towercrane, batching plant, baik untuk beton maupun untuk aspal serta crusher plant. Tower
Crane Tower Crane Crane (alat pengangkat) jenisnya ada bermacam-macam: Crane gelegar,
cranekolom putar, crane putar, crane portal, crane menara, crane kabel, dan mobil crane.
Beberapa jenis Crane banyak digunakan dalam proyek-proyek bangunan sipil yang berkaitan
dengan pemindahan tanah adalah mobile crane, sebab craneini dapat dengan mudah dipindahpindahkan, karena pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis membutuhkan mobilitas alat
yang relatif tinggi. 3. Fungsi alat berat Dirancang untuk melakukan berbagai aplikasi
kehutanan dengan konfigurasi LogLoader, Harvester/Processor, dan Road Builder. alat berat


kehutanan forest machine alat berat kehutanan Backhoe Loader merupakan gabungan dari
dua alat berat yang berbeda fungsinya. Bagian depan dilengkapi dengan bucket dan berfungsi
sebagaimana loader dan bagian belakang dilengkapi dengan perlengkapan yang sama dengan
yang digunakan pada excavator Backhoe loader Backhoe loader Alat penggali sering juga
disebut Excavator; ada dua tipe Excavator yaitu: (1) Excavator yang berjalan menggunakan
roda kelabang / track shoe (Crawler Excavator) dan (2) Excavator yang menggunakan ban
(Wheel Excavator). Wheel Excavator SWEL210 Wheel Excavator Excavator digunakan
untuk pekerjaan-pekerjaan seperti : Excavating (menggali) Loading (memuat material)
Lifting (mengangkat beban) Hammering (menghancurkan batuan) Drilling (mengebor), dan
lain sebagainya Perbedaan mendasar antara Excavator dan Mass Excavator terdapat pada
kapasitas implement yang digunakan. Alat perata tanah (Grader) berfungsi untuk meratakan
pembukaan tanah secara mekanis; dusamping itu Grader dapat dipakai pula untuk keperluan
lain misalnya untuk penggusuran tanah, pencampuran tanah, meratakan tanggul, pengurugan
kembali galian tanah dan sebagainya; akan tetapi khusus untuk penggunaan pada pekerjaan
pengurugan kembali galian tanah hasilnya kurang memuaskan. MOTOR GRADER Motor
Gradder Beberapa pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh Grader antara lain adalah: Perataan
tanah (Spreading). Pekerjaan tahap akhir (finishing) pada “pekerjaan tanah”. Pencampuran
tanah maupun pencampuran material (Side cast/mixing). Pembuatan parit (Crowning
Ditching) Pemberaian butiran tanah (scarifying) Pada umumnya Grader digunakan untuk

pekerjaan yang berhubungan dengan pembangunan dan pemeliharaan jalan, diantaranya :
Grading, Spreading, Ditching Scarifying Side Sloping Dozing Ripping Tergantung
attachment (perlengkapan kerja) nya, Skid Steer Loader, disingkat SSL, dapat digunakan
untuk berbagai keperluan, diantaranya : Loading, Dozing, Digging, Clamping, Grading,
Leveling, dan sebagainya. skid steer intro skid steer intro Cat Grapple Skidder Grapple
Skidder Ada dua jenis Skidder yang digunakan yaitu : Wheel Skidder Track Skidder
Kegunaan dari Skidder adalah untuk menarik batang kayu. Pekerjaan ini biasanya banyak
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kayu (logging). Wheel Tractor Scrapper Wheel
Tractor Scrapper Wheel Tractor Scrapper, disingkat WTS, digunakan untuk memuat,
memindahkan, menyebarkan dan mem-buang material dalam rangka pemeliharaan jalan. Alat
ini digunakan untuk menggali muatannya sendiri, lalu mengangkut ke tempat yang
ditentukan, kemudian muatan itu disebagkan dan diratakan. Scrapper mampu menggali/
mengupas permukaan tanah sampai setebal + 2,5 mm atau menimbun suatu tempat sampai
tebal minimum + 2,5 mm pula. Scrapper dapat digunakan untuk memotong lereng tanggul
atau lereng bendungan, menggali tanah yang terdapat diantara bangunan beton, meratakan

jalan raya atau lapangan terbang. Efisiensi penggunaan Scrapper tergantung pada: (1)
kedalaman tanah yang digali, (2) kondisi mesin, dan (3) operator yang bekerja. Jika ditinjau
dari penggeraknya, jenis Scrapper ada dua macam yakni: (1) Scrapper yang ditarik Buldoser
(Down Scrapper Tractor), dan (2) Scrapper yang memiliki mesin penggerak sendiri (Self

Propelled Scrappers). Down Scrapper Tractor adalah jenis Scrapper kuno, Scrapper ini
bekerja dengan ditarik oleh Buldoser atau traktor sehingga punya kapasitas produksi yang
kecil, sebab gerakan Buldoser sebagai alat penarik sangat lamban, dan jarak angkut yang
ekonomis kurang dari 67 m. Self Propelled Scrappers adalah jenis Scrapper yang modern dan
saat ini banyak digunakan. Scrapper ini memiliki mesin penggerak khusus sehingga
gerakannya gesit dan lincah. Produksi SelfPropelled Scrappers dapat tinggi, jika digunakan
untuk mengangkut jarak yang sedang (+ 5 km) efektivitasnya dapat menyaingi truck, baik itu
dalam produksi beaya tiap ton (m3) maupun kecepatannya. Articulated Dump Truck
Articulated Dump Truck Articulated Dump Truck, disingkat ADT, digunakan untuk
memindahkan dan membuang material dengan kapasitas terbatas dan kondisi jalan
berlumpur. Off Highway Truck Off Highway Truck Sama halnya dengan ADT, Off Highway
Truck juga digunakan untuk memindahkan material dengan kapasitas yang besar mulai 40T
sampai 360T. Wheel Dozer Wheel Dozer Mesin ini merupakan wheel loader yang dilengkapi
dengan blade, dimana kegunaanya hampir sama dengan dozer. track loader track loader Track
Type Loader digunakan untuk memuat material, sama halnya dengan wheel loader, hanya
saja menggunakan track dan kapasitasnya lebih kecil. wheel loader wheel loader Loader
adalah alat pemuat hasil galian/ gusuran dari alat berat lainnya seperti Buldoser, Grader dan
sejenisnya. Pada prinsipnya Loader merupakan alat pembantu untuk menngangkut material
dari tempat-tempat penimbunan ke alat pengangkut lain. Selain itu Loader dapat digunakan
sebagai alat pembersih lokasi (Cleaning) yang ringan, untuk menggusur bongkaran,

menggusur tonggaktonggak kayu kecil, menggali pondasi basement dan lain-lain. Loader
merupakan alat pengangkut material dalam jarak pendek, bila digunakan sebagai alat
pengangkut maka Loader dapat bekerja lebih aik dari Buldoser, sebab dengan menggunakan
Loader tak ada material yang tercecer. Jenis Loader ada dua yaitu : (1) Loader dengan roda
rantai (CrawlerLoader), dan (2) Loader dengan roda karet (Wheel Loader). Dalam pemilihan
Loader sebagai alat pengangkut, hal yang perlu diperhitungkan adalah beban harus
diperhitungkan jangan sampai berat muatan melebihi berat dari loader itu sendiri, sebab ada
kemungkinan Loader dapat terjungkal ke depan, lebihlebih jika digunakan Wheel Loader.
Kegunaan dari Wheel Loader adalah untuk memuat material ke dalam ADT atau OHT. Pada
wheel loader kecil dan menengah, bisa juga digunakan untuk aplikasi lainnya (tergantung dari

attachment yang digunakan) seperti : WHA (Waste Handling Arrangement) Integrated
Toolcarrier, Forklift dan sebagainya. Track Type Tractor Track Type Tractor Track Type
Tractor atau Bulldozer atau Dozer adalah alat yang dirancang untuk mendorong material,
meratakan atau menyebarkan material, mengupas permukaan tanah dan penggunaan lainnya
yang sesuai. Untuk mengetahui Sejarah Tentang Bulldozer, Klik disini! Disamping itu ada
kegunaan lainnya yang bisa dilakukan oleh machine ini, tergantung dari attachment yang
dipasangkan, yaitu : Ripping, bila dilengkapi dengan Ripper Skidding, bila dilengkapi dengan
Winch telehandler Telehandler Penggunaan Telehandler tergantung dari attachment yang
dipasangkan pada mesintersebut. Misalnya bisa digunakan sebagai forklift dengan daya

jangkau yang lebih jauh. Power Shovel Dengan memberikan shovel attachment pada
excavator, maka disapatkan alat yang disebut dengan power shovel. Alat ini baik untuk
pekerjaan menggali tanah tanpa bantuan alat lain, dan sekaligus memuatkan ke dalam truk
atau alat angkut lainnya. Alat ini juga dapat untuk mebuat timbunan bahan persediaan (stock
pilling). Pada umumnya power shovel ini dipasang di atas crawler mounted, karena diperoleh
keuntungan yang besar antara lain stabilitas dan kemampuan floatingnya. Power shovel di
lapangan digunakan terutama untuk menggali tebing yang letaknya lebih tinggi dari tempat
kedudukan alat. Macam shovel dibedakan dalam dua hal, ialah shovel dengan kendali kabel
(cable controlled), dan shovel dengan kendali hidrolis (hydraulic controlled). Front shovel
Front shovel Cara kerja Power Shovel Pekerjaan dimulai dengan mennempatkan shovel pada
posisi dekat tebing yang akan digali, dengan menggerakkan dipper/bucket ke depan
kemudian ke atas sambil menggaruk tebing sedemikian rupa sehingga dengan garukan ini
tanah dapat masuk ke dalam bucket. Jika bucket sudah penuh, bucket ditarik ke luar. Operator
yang telah berpengalaman, akan dapat mengatur gerakan sedemikian rupa sehingga bucket
sudah terisi penuh pada saat bucket mencapai bagian atas tebing. Setelah terisi penuh, shovel
dapat diputar (swing) ke kanan atau ke kiri menuju tempat yang harus diisi. Segera sesudah
shovel tidak lagi dapat mencapai tebing dengan sempurna, shovel digerakkan/berjalan
menuju posisi baru hingga dapat bekerja seperti semula. Pada dasarnya gerakan-gerakan
selama bekerja dengan shovel ialah: Maju untuk menggerakkan dipper menusuk tebing,
Mengangkat dipper/bucket untuk mengisi, Mundur untuk melepaskan dari tanah/tebing,

Swing (memutar) untuk membuang (dump), Berpindah jika sudah jauh dan tebing galian, dan
Menaikkan/menurunkan sudut boom jika diperlukan
read more~ http://learnmine.blogspot.com/2013/04/beberapa-jenis-alat-berat-danfungsinya.html

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Survei adalah teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data, penyelidikan,
peninjaun di suatu daerah. Menyurvei adalah memeriksa, menyelidiki, meninjau. Penyurvei
adalah orang yang menyurvei. Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu
peta (Tamtomo, 2008).
Survei tanah adalah metode atau cara mengumpulkan data dengan turun langsung
kelapangan. Data yang diperoleh berupa data fisik, kimia, biologi, lingkungan, dan iklim.
Kegiatan survei terdiri dari kegiatan dilapangan, analisis dilaboratorium, mengklasifikasikan
tanah kedalam sistem taksonomi atau system klasifikasi tanah, melakukan pemetaan tanah
atau interpretasi atau penafsiran dari survei tanah dan ahli teknologi pertanian (Abdullah,
1996).
Survei sangat diperlukan dalam proses dalam berbagai penelitian, terutama dalam
proses yang dilakukan dilapangan seperti survei pendahuluan dalam penelitian tanah ini. Oleh

karena itu penyajian mengenai berbagai hal tentang survei perlu dibahas dan diketahui lebih
lanjut, terdapat berbagai macam hal yang perlu dibahas dan diketahui dalam survei
pendahuluan untuk memudahkan dalam proses lanjutan nanti.
B.

Rumusan Masalah
Beradasarkan latar belakang diatas, pemasalahan yang akan dibahas pada makalah ini
ialah:

1.
2.
3.
4.

Apakah yang dimaksud dengan survei tanah dan macamnya?
Bagaimanakah tahapan dalam survei tanah?
Bagaimanakah metode yang digunakan dalam survei tanah?
Apakah manfaat yang didapat dalam kegiatan survei tanah?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah:
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui yang dimaksud dengan survei tanah dan macamnya
Untuk mengetahui tahapan dalam survei tanah
Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam survei tanah
Untuk mengetahui manfaat yang didapat dalam kegiatan survei tanah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Macam Survei
1. Survei
Survei adalah teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data, penyelidikan,
peninjaun di suatu daerah. Menyurvei adalah memeriksa, menyelidiki, meninjau. Penyurvei
adalah orang yang menyurvei.
2. Survei Tanah
Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat membedakan
tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta (Tamtomo, 2008).
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan
tertentu. Evaluasi lahan tidak terlepas dari kegiatan survei tanah. Sedangkan survei tanah
dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan menentukan potensinya untuk
berbagai alternatif penggunaan lahan. Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan dan
memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah yang sama atau hampir sama sifatnya
(Subardja. 2000).
Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu:
a. metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik)
b. metode fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik)
c. metode grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survey. Biasanya
dalam metode grid bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam
mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta.
Rossiter (2000) mengemukakan bahwa disiplin survei sumber daya lahan kini
memasuki era baru karena munculnya teknologi dan metode baru sebagai berikut :
a.

Satelit penginderaan jauh (Yang dalam waktu dekat hampir sama detailnya dengan foto

udara) yang sangat bermanfaat untuk persiapan peta dasar dan klasifikasi tutupan lahan.
b. GPS (Global Positioning System) yang sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi secara
akurat, mampu menemukan teknologi pemetaan bawah permukaan, seta berkembangnya
model elevasi digital (DEM) untuk memprediksi karakteristik medan.
c. Geostatistik dan teknik interpolasi lainnya.
d. Sistem infomasi geografi.
B.

Tahap-Tahap dalam Survei Tanah

1. Tahapan Persiapan
Meliputi 3 hal utama, yaitu studi pustaka, peta topografi dan foto udara.
a.

Studi pustaka merupakan gambaran umum tentang daerah yang akan diteliti berdasarkan
hasil penelitian yang sudah ada atau berbagai sumber lain. Seperti tujuan, perizinan, estimasi

biaya, pembuatan kerangka acuan, pengumpulan data awal, dan bebrbagai peta dasar serta
citra. Tahapan survei atau pengamatan lapangan biasanya dilakukan dalam tiga bentuk
kegiatan survei yaitu pengamatan identifikasi (menggunakan boring tanah), pegamatan detail
(pembuatan minipit) dan dekripsi profil. Dua kegiatan survei yang paling umum dilakukan
adalah pengamatan identifikasi yang dilakukan dengan mengambil sampel tanah
menggunakan bor tanah dan mencatat keterangan-keterangan/data-data penting di lapang.
sementara pengamatan detail juga sangat sering dilakukan pada pengamatan detail dilakukan
b.

penggalian profil untuk identifikasi horison-horison tanah.
Peta topografi merupakan unsur kedua yang penting karena merupakan peta dasar untuk

melakukan pengamatan di lapangan.
c. Foto udara, komponen yang penting untuk informasi mengenai fisiografi & penggunaan
tanah serta untuk memberikan mosaik.

2. Tahapan Pendahuluan
Yaitu persiapan administrasi dan orientasi daerah studi.
a.

Penyiapan administrasi penting dilakukan untuk mendapatkan izin dari masyarakat di sekitar

yang diwakilkan dari beberapa pihak saja.
b. Orientasi daerah studi penting dilakukan dalam rangka memperoleh gambaran umum tentang
daerah pengamatan.
3. Tahapan Utama
Melakukan identifikasi jenis-jenis tanah dan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi tanah.
4. Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan.
Berdasarkan intensitas pengamatannya, survei tanah dibedakan atas 6 tingkatan
survei, Penjelasan mengenai kerapatan pengamatan, skala, luas tiap 1 cm2 pada peta, satuan
peta dan satuan tanah yang dihasilkan, dan contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Survei Tanah Tingkat Bagan
Pada survei tanah tingkat bagan belum dilakukan pengamatan lapang karena cukup
dengan menghimpun dari data dan peta yang sudah ada atau cukup dengan studi pustaka;
kisaran skala yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan 1: 2.500.000 dan pada umumnya
skala yang dihasilkan adalah 1 : 2.500.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta
adalah 625 km2; satuan peta yang diperoleh adalah Asosiasi dan beberapa Konsosiasi; satuan
tanah yang ditampilkan adalah Ordo dan Sub-Ordo; contoh penggunaannya berupa:

Gambaran umum tentang sebaran tanah di tingkat nasional yang dimanfaatkan untuk materi
pendidikan.
2. Survei Tanah Tingkat Eksplorasi
Pada survei tanah tingkat eksplorasi belum dilakukan pengamatan lapang karena
cukup dengan menghimpun dari data dan peta yang sudah ada atau cukup dengan studi
pustaka; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 1.000.000 sampai dengan 1:
500.000 dan pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 1.000.000; sehingga memiliki
luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 100 km2 atau kurang; satuan peta yang diperoleh adalah
Asosiasi dan beberapa Konsosiasi; satuan tanah yang ditampilkan adalah Grup atau SubGrup; contoh penggunaannya berupa: Perencanaan tingkat Nasional, untuk menentukan
penelitian secara terarah, dan dimanfaatkan untuk materi pendidikan.
3. Survei Tanah Tingkat Tinjau
Pada survei tanah tingkat tinjau perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat
kerapatan pengamatan di lapang: 1 tiap 12,5 km2 sampai dengan 1 tiap 2 km2; kisaran skala
yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 500.000 sampai dengan 1: 200.000 dan pada umumnya
skala yang dihasilkan adalah 1 : 250.000 atau 1 : 100.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2
pada peta adalah 625 hektar atau 100 hektar; satuan peta yang diperoleh adalah Asosiasi,
kompleks atau asosiasi; satuan tanah yang ditampilkan adalah Sub-Grup atau Famili; contoh
penggunaannya berupa: Perencanaan pembangunan makro di tingkat Regional dan Provinsi,
Penyusunan tata ruang wilayah propinsi, Penyusunan rencana penggunaan lahan secara
nasional, penentuan lokasi wilayah prioritas untuk dikembangkan.
4. Survei Tanah Tingkat Semi Detail
Pada survei tanah tingkat semi detail perlu dilakukan pengamatan lapang dengan
tingkat kerapatan pengamatan di lapang: 1 tiap 50 hektar; kisaran skala yang dihasilkan
berkisar antara: 1 : 100.000 sampai dengan 1: 25.000 dan pada umumnya skala yang
dihasilkan adalah 1 : 50.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 25 hektar;
satuan peta yang diperoleh adalah: Konsosiasi, beberapa kompleks dan asosiasi; satuan tanah
yang ditampilkan adalah Famili atau Seri; contoh penggunaannya berupa: Penyusunan peta
tata ruang wilayah kabupaten/kota; Perencanaan mikro dan operasional untuk proyek-proyek
pertanian, perkebunan, transmigrasi, perencanaan dan perluasan jaringan irigasi.
5. Survei Tanah Tingkat Detail
Pada survei tanah tingkat detail perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat
kerapatan pengamatan di lapang: 1 tiap 12,5 hektar atau 1 tiap 8 hektar atau 1 tiap 2 hektar;
kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 25.000 sampai dengan 1: 10.000 dan pada

umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 25.000 atau 1 : 20.000 atau 1 : 10.000; sehingga
memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 6,25 hektar atau 5 hektar atau 1 hektar; satuan peta
yang diperoleh adalah: Konsosiasi, beberapa kompleks; satuan tanah yang ditampilkan adalah
Fase dari Famili atau Seri; contoh penggunaannya berupa: Perencanaan mikro dan
operasional untuk proyek-proyek pengembangan tingkat kabupaten atau kecamatan,
perencanaan pemukiman transmigrasi, perencanaan dan pengembangan jaringan irigasi
sekunder dan tersier.
6. Survei Tanah Tingkat Sangat Detail
Pada survei tanah tingkat sangat detail perlu dilakukan pengamatan lapang dengan
tingkat kerapatan pengamatan di lapang: 2 tiap 1 hektar; kisaran skala yang dihasilkan
berkisar antara: 1 : 10.000 atau berskala lebih besar; pada umumnya skala yang dihasilkan
adalah 1 : 5.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 0,25 hektar; satuan peta
yang diperoleh adalah: Konsosiasi; satuan tanah yang ditampilkan adalah Fase dari Seri;
contoh penggunaannya berupa: Perencanaan dan pengelolaan lahan di tingkat petani,
penyusunan rancangan usaha tani konservasi; intensifikasi penggunaan lahan kebun.
C. Metode-Metode yang Digunakan dalam Survei Tanah
1. Metoda Grid Kaku (Rigid Grid)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Diterapkan pada survei tanah detil sampai dengan detil, dimana tidak tersedia foto udara.
Kalaupun foto udaranya tersedia, mungkin skalanya terlalu kecil dan Mutunya sangat rendah
Daerah yg disurvei tertutup awan/kabut
Kenampakan permukaan tidak jelas atau daerahnya sangat homogen dan datar,
Daerah yang disurvei tertutup vegetasi yg rapat dan lebat
Daerah survei berrawa, padang rumput atau
Savana yang tidak menampakkan gejala permukaan.
Dalam metoda ini, pengamatan dilakukan dalam pola teratur pada interval titik
pengamatan yang berjarak sama dalam kedua arah. Sangat cocok diterapkan pada daerahdaerah di mana posisi pemeta, sukar ditentukan dengan pasti.

Gambar :Lokasi titik observasi pada Metode Grid Kaku
Keuntungan Metoda Grid-Kaku:
Tidak memerlukan penyurvei yang berpengalaman, karena lokasi titik-titik pengamatan
sudah di plot pada peta rintisan (peta rencana-pengamatan).
Kerugian Metoda Grid-Kaku:




Perlu waktu sangat lama, terutama untuk medan berat.
Penggunaan titik pengamatan, tidak efektif.
Sebagian dari lokasi pengamatan, tidak mewakili satuan peta yang dikehendaki (misal pada
tempat pemukiman, daerah peralihan 2 satuan lahan dll).

2. Metoda fisiografik (dengan bantuan foto udara)
a.

Sangat efektif pada survei tanah berskala < 1 : 25.000, dan tersedia foto udara berkualitas

b.

cukup tinggi.
Hampir semua batas satuan peta diperoleh dari IFU, sedangkan kegiatan lapangan hanya
untuk mengecek batas satuan peta dan mengidentifikasi sifat dan ciri tanah masing2 satuan

peta.
c. Pengamatan dilakukan pada tempat-tempat tertentu pada masing-masing satuan peta.

Gambar: Lokasi titik observasi pada Metode Fisiografik
Jumlah pengamatan pada tiap-tiap satuan peta tergantung:




Ketelitian IFU dan keahlian + kemampuan
Penyurvei dlm memahami hub fisiografi dan keadaan tanah.
Kerumitan (kompleks tidaknya) satuan peta tersebut.
Makin rumit, makin banyak dan, Luasan satuan peta. Makin luas, jumlah pengamatannya pun
makin banyak.

3. Metoda Grid Bebas
a. Perpaduan metoda grid-kaku dg metoda fisiografi.
b. Pada survei detil s/d semi-detil, yang kemampuan foto udara dianggap terbatas, dan di
c.

tempat-tempat yang orientasi lapangan cukup sulit.
Pengamatan lapangan dilakukan pada titik-titik seperti pada grid-kaku, tapi jarak titik-titik

pengamatan tidak perlu sama dalam 2 arah, tetapi terntung keadaan fisiografi.
d. Jika terjadi perubahan fisiografi yang menyolok dalam jarak dekat pengamatan, rapat.
e. Jika bentuk-lahan relatif seragam, renggang.
f. Sangat baik diterapkan oleh penyurvei yang belum banyak berpengalaman dalam IFU.

Lokasi titik observasi pada Metode Grid Bebas

D. Variasi Penentuan Titik Observasi Dalam Survei Tanah
1. Penentuan titik observasi dalam Key Area ( Daerah Kunci )
Fungsi Key Area untuk :
a.
b.
c.
d.

Pelajari tanah secara lebih detil daripada skala peta final.
Buat definisi satuan peta, dg menyusun legenda peta sementara.
Buat korelasi antara SPT dg citra foto.
Kumpulkan data SDL (pola tanam, LU, produksi, dosis pupuk dll) scr > lengkap.
Beberapa syarat daerah kunci adalah :








Dapat mewakili sebanyak mungkin satuan yg ada dibuat pada daerah yang hubungan tanahlandskap dapat dipelajari dengan mudah.
Luasnya tdk boleh terlalu kecil, (semi detil,  10% ; tinjau  5% dr luas total).
Tidak boleh sejajar dengan batas landform.
Usahakan mencakup semua satuan peta yang ada.
Jumlahnya harus memadai.
Aksesibilitasnya tinggi

2. Penentuan Titik Observasi Dalam Transek

Transek juga merupakan daerah pewakil sederhana dalam bentuk jalur/rintisan, yang
mencakup satuan landform, sebanyak mungkin.

Metode survei tanah menggunakan dua pendekatan utama, yaitu pendekatan sintetik
dan analitik:
1. Pendekatan Sintetik

Untuk membagi permukaan tanah sebagai suatu satuan peta tanah adalah dengan cara
mengamati, mendeskripsikan dan mengklasifikasikan profil-profil tanah sesuai dengan
taksonomi yang digunakan sebagai acuan untuk memberi batas pada peta tanah yang ada,
batas tersebut dapat digunakan untuk menggabungkan daerah sekitar pengamatan yang
memiliki profil serupa atau yang berbeda dengan yang lain seusai denga klasifikasi
taksonomi yang digunakan.
Pendekatan analitik dilakukan di daerah survei tersebut dengan cara:


Hal yang dilakukan pertama adalah interpretasi foto udara yang ada atau didapat dari citra
satelit, gunakan acuan sifat-sifat tanah yang dapat dilihat dengan menggunakan foto udara
seperti jenis topografi, vegetasi dan bahan induk ( warna ) sehingga dapat menentukan jenis



landformnya.
Kemudian memberi batas-batas permukaan tanah yang memiliki sifat-sifat tanah yang



dianggap berbeda-beda.
Melaksanakan karakterisasi satuan-satuan yang dihasilkan melaluipengamatan dan
pengambilan contoh tanah di lapangan.

2. Pendekatan Analitik
Membagi suatu peta tanah berdasarkan pada pengamatan sifat – sifat tanah yang
secara eksternal dapat diketahui seperti halnya tekstur, struktur, konsistensi, hingga sifat yang
mempengaruhi proses pembentukan tanah misalnya topografi, bahan induk dan jenis vegetasi
yang ada pada suatu peta tanah. Jika menggunakan foto udara sebagai peta dasar untuk
melakukan pendekatan peta tanah maka dapat diketahui sifat-sifat tersebut yang selanjutnya
dapat digunakan untuk menentukan kontinum yang akan dibagi-bagi sebagai pembeda satu
titik dengan titik lainya pada peta tanah.
E.

Manfaat Kegiatan Survei Tanah

1. Pengukuran Untuk Mencari Luas Tanah
Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan jual beli, penentuan pajak, dan untuk
perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan, rencana pengairan dan rencana
transmigrasi.
2. Pengukuran Untuk Mengetahui Beda Tinggi Tanah
Sebelum suatu bangunan didirikan , maka terlebih dahulu harus diketahui tinggi
permukaan tanah dan rencana meratakan tanahnya sehingga dapat dihitung seberapa tanah

yang gigali dan berapa banyak urugan yang diperlukan serta untuk menentukan peil suatu
bangunan yang akan dibangunan untuk pedoman ketinggian lantai dan sebagainya.
3. Pengukuran Untuk Pembuatan Peta
Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat B maka kita harus
membuat sket jalan dari tempat A ke tempat B. Gambar sket tersebut walaupun tidak
sempurna dinamakan peta.
Untuk praktisnya pemerintah mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten , propinsi
bahkan setiap Negara mempunyai ganbar daerahnya yang disebut peta. Peta tersebut harus
digambar berdasarkan hasil pengukuran tanah, baik pengukuran secara teoritis maupun secara
fotogrametrik.
4. Pengukuran Untuk Merencanakan Bangunan
Bila akan mendirikan rumah , maka harus ada ijin bangunan dari dinas pertanahan
atau dinas pekerjaan umum. Pada setiap rencana pembangunan daerah , pembuatan jalan,
rencana irigasi terlebih dahulu tanah yang akan dibangunan harus diukur dan disahkan oleh
pemerintah daerah. Disamping hal tersebut pekerjaan ukur tanah merupakan hal sangat
penting dalam merencana bangunan karena dapat memudahkan menghitung rencana biaya.

Pentingnya Survei Tanah
Rabu, 16 September 2015
Pentingnya Survei Tanah
Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan
potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi
utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi
yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat
yang lebih besar, tergantung dengan pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim dkk, 1986).
Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan
maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun khusus. Survei
merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang
saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh
karena itu agar survei dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin,
perlu dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).
Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling
memberi maanfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah
menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci
tentang tujaun survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi
dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi.(Sutanto, 2005)
Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan
mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta

tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifatsifat kimia dan lain-lain (Hardjowigeno, 1995).
Pentingnya Kegiatan Survei Tanah
1.

Pengukuran Untuk Mencari Luas Tanah

Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan jual beli, penentuan pajak, dan untuk
perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan, rencana pengairan dan rencana
transmigrasi.
2.

Pengukuran Untuk Mengetahui Beda Tinggi Tanah

Sebelum suatu bangunan didirikan , maka terlebih dahulu harus diketahui tinggi permukaan
tanah dan rencana meratakan tanahnya sehingga dapat dihitung seberapa tanah yang gigali
dan berapa banyak urugan yang diperlukan serta untuk menentukan peil suatu bangunan yang
akan dibangunan untuk pedoman ketinggian lantai dan sebagainya.
3.

Pengukuran Untuk Pembuatan Peta

Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat B maka kita harus membuat
sket jalan dari tempat A ke tempat B. Gambar sket tersebut walaupun tidak sempurna
dinamakan peta.
Untuk praktisnya pemerintah mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten , propinsi bahkan
setiap Negara mempunyai ganbar daerahnya yang disebut peta. Peta tersebut harus digambar
berdasarkan hasil pengukuran tanah, baik pengukuran secara teoritis maupun secara
fotogrametrik.
4.

Pengukuran Untuk Merencanakan Bangunan

Bila akan mendirikan rumah , maka harus ada ijin bangunan dari dinas pertanahan atau dinas
pekerjaan umum. Pada setiap rencana pembangunan daerah , pembuatan jalan, rencana irigasi
terlebih dahulu tanah yang akan dibangunan harus diukur dan disahkan oleh pemerintah
daerah. Disamping hal tersebut pekerjaan ukur tanah merupakan hal sangat penting dalam
merencana bangunan karena dapat memudahkan menghitung rencana biaya.

Pengertian dan jenis jembatan
heru anjar 23.06 JEMBATAN
JEMBATAN
Pengertian jembatan

Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi
untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintanganrintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan
kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.
Dengan berkembangnya teknologi ada berbagai macam jenis jembatan yang
di bangun unutk keperluan mobilisasi baik itu berdasarkan fungsi jembatan tersebut,
dimana jembatan itu di bangun, bahan kontruksi yang digunakan serta tipe struktur
yang di aplikasikan pada jembatan.
1. berdasarkan fungsinya jembatan di bagi menjadi :
a. Jembatan jalan raya (highway bridge),
b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge),
c. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
2. Berdasarkan lokasi jembatan dibagi menjadi :
a. Jembatan di atas sungai atau danau serta laut,
b. Jembatan di atas lembah,
c. Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),
d. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),
e, Jembatan di dermaga (jetty).
3. Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, antara lain :
a. Jembatan kayu (log bridge),
b. Jembatan beton (concrete bridge),
c. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
d. Jembatan baja (steel bridge),
e. Jembatan komposit (compossite bridge).
4. Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, antara lain :
a. Jembatan plat (slab bridge),
b. Jembatan plat berongga (voided slab bridge),
c. Jembatan gelagar (girder bridge),
d. Jembatan rangka (truss bridge),
e. Jembatan pelengkung (arch bridge),
f. Jembatan gantung (suspension bridge),

g.Jembatan kabel (cable stayed bridge),
h. Jembatan cantilever (cantilever bridge).
STRUKTUR JEMBATAN
Secara umum struktur jembatan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu struktur
atas dan struktur bawah.
1. Struktur Atas (Superstructures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas
kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a Trotoar :
1. Sandaran dan tiang sandaran,
2. Peninggian trotoar (Kerb),
3. Slab lantai trotoar.
4. Slab lantai kendaraan,
5. Gelagar (Girder),
6. Balok diafragma,
7. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
8. Tumpuan (Bearing).
2. Struktur Bawah (Substructures)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan
beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan,
gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya
beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
a. Pangkal jembatan (Abutment),
1. Dinding belakang (Back wall),
2. Dinding penahan (Breast wall),
3. Dinding sayap (Wing wall),
4. Oprit, plat injak (Approach slab)
5. Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
6. Tumpuan (Bearing).
b. Pilar jembatan (Pier),

1. Kepala pilar (Pier Head),
2. Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
3. Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
4. Tumpuan (Bearing).
3. Fondasi
Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah
dasar. Berdasarkan sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan
menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
a. Fondasi telapak (spread footing)
b. Fondasi sumuran (caisson)
c. Fondasi tiang (pile foundation)
1. Tiang pancang kayu (Log Pile),
2. Tiang pancang baja (Steel Pile),
3. Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
4. Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile),
spun pile,
5. Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile,
6. Tiang pancang komposit (Compossite Pile).
Diatas berikut adalah sedikit penjelasan tentang jembatan secara umum baik
fungsi jembatan, jenis-jenis jembatan, struktur jembatan , bahan konstruksi jembatan
serta struktur jembatan secara umum.
Dan di bawah berikut merupakan jembatan yang kami temukan di sekitar
kami
1. jembatan struktur baja ( jembatan kali krasak jalan magelang-yogyakarta)

Jembatan baja yaitu jembatan yang mayoritas bahannya dari baja.sedangkan
konstruksinya dipertimbangkan pada kebutuhan bentang,bisa berbentuk rangka
bisa hanya merupakan baja propil menerus.
Kelebihan Jembatan Rangka Baja:
Gaya batang utama merupakan gaya aksial
Dengan sistem badan terbuka (open web) pada rangka batang dimungkinkan
menggunakan tinggi maksimal dibandingkan dengan jembatan balok tanpa rongga.
Besi baja mempunyai kuat tarik dan kuat tekan yang tinggi, sehingga dengan
material yang sedikit bisa memenuhi kebutuhan struktur.
Keuntungan lain bisa menghemat tenaga kerja karena besi baja diproduksi di
pabrikan dilapangan hanya memasang saja.
Setelah selesai masa layan, besi baja bisa dibongkar dengan mudah dan
dipindahkan ke tempat lain, setelah masa layan, jembatan baja bisa dengan mudah
diperbaiki dari karat.
Pemasangan jembatan baja di lapangan lebih cepat dibandingkan dengan jembatan
beton.
Kelemahan Jembatan Baja batang:
Efisiensi rangka Baja tergantung dari panjang bentangnya, artinya jika
jembatan rangka batang dibuat semakin panjang,maka ukuran dari rangka batang
itu sendiri juga harus diperbesar atau dibuat lebih tinggi dengan sudut yang lebih

besar untuk menjaga kekakuannya, sampai rangka batang itu mencapai titik dimana
berat sendiri jembatan terlalu besar ,sehingga rangka batang tidak mampu lagi
mendukung beban tersebut. Kelemahan lain dari jembatan Rangka baja adalah baja
beresiko berkarat dan biaya oprasional jembatan baja lebih mahal di bandingkan
beton

2. jembatan gantung/ jembatan kabel
( jembatan gantung di daerah sekitar merapi kab. Magelang)

Jembatan Gantung/ jembatan kabel adalah sebuah sistem struktur jembatan
yang bekerja berdasarkan prinsip gaya tarik, terdiri atas kabel baja, sendi, batang,
dsb
Keuntungan dan Kelemahan Struktur Kabel
Keuntungan struktur kabel :
1. Elemen kabel merupakan elemen konstruksi paling ekonomis untuk bentang
jembatan yang panjang
2. Ringan, meminimalisasi beban sendiri sebuah konstruksi
3. Memiliki daya tahan yang besar terhadap gaya tarik, untuk bentangan ratusan
meter mengungguli semua sistem lain
4. Memberikan efisiensi ruang lebih besar
5. Dari segi teknik, pada saat terjadi penurunan penopang, kabel segera
menyesuaikan diri pada kondisi keseimbangan yang baru, tanpa adanya
perubahan yang berarti dari tegangan
Kelemahan struktur kabel

Apabila lantai kerja tidak cukup kaku, maka jembatan penggantung akan bergoyang
dan menjadi tidak stabil jika terkena angin dan getaran akibat resonansi.
3. Jembatan Beton ( jembatan beton kali senowo kab. Magelang )

Jembatan beton adalah jembatan yang bahan konstruksinya mayoritas dari
material beton .
Kelebihan jembatan beton .
1. Beton tahan terhadap getaran, beban angin serta tahan terhadap berubahan
temperatur
2. berbagai bentuk konstruksi dapat dibuat dari bahan beton menurut selera
perancang atau pemakai.
3. Biaya pemeliharaan atau perawatan sangat sedikit), serta umur jembatan
beton lebih lama
Kekurangan jembatan beton
1. Jembatan beton memiliki berat massa yang besar sehingga di perlukan pondasi
yang kuat.
2. Perlu Pengawasan Ketat saat pekerjaan pembuatan jembatan beton untuk Menjamin
Kualitas Beton