Hakikat manusia dan perkembangan islam

Hakikat manusia dan perkembangan
Hakikat Manusia
Tuhan menciptakan mahluk hidup diduinia ini atas berbagai jenis dan tingkatan. Dari
berbagai jenis dan tingkatan mahluk hidup tersebut manusia adalah mahluk yang paling mulia
dan memiliki berbagai kelebihan.
Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain(hewan), selain memiliki
insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki beberapa
kemampuan antara berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan, menciptakan dan
lain-lain.sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat insting dan kemampuan berfikir yang
rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan mempertahankan kelangsungan
hidup jenisnya.lain halnya dengan manusia, selain memiliki insting manusia juga mampu
berfikir(homo sapiens), mampu mengubah dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan
rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu manusia adalah mahluk moral dan
religious.
Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan, maka mucul beberapa pandangan
tentang hakikat manusia sebagai berikut:
1. Pandangan psikoanalitik
a) Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia [ada
dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.
Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada
pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan dan insting biologisnya.
b)
Sigmund freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga
komponen yakni: ide, ego, super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan
berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan manusia.
1. Pandangan Humanistik
a)
Pandangan Humanistik(Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan Freud bahwa manusia
pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki control
terhadapnasibnya sendiri. Tokoh Humanistik (Roger) berpendapat bahwa manusia itu
memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri kearah positif, manusia itu rasional,
tersosialisasikan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri.
b)
Pandangan Adler (1954), bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan
untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan oleh rasa tanggung jawab social serta
oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
1. Pandangan Martin Buber
Mrtin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa manusia
berdosa dan dalam gengaman dosa. Buber berpendapat bahwa manusia merupakan sesuatu


keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun, diharapkan pada kesemestaan atau potensi
manusia itu terbatas.Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang mendasar (esensial), tetapi
keterbatsan factual semata-mata. Ini berarti bahwa yang akan akan dilakukan oleh manusia
ini tidak dapat diramalkan dan manusia masih menjadi pusat ketakterdugaan dunia.
1. Pandangan Behaviouristik
Kaum behaviouristik (Hansen, dkk, 1977) berpendapat bahwa manusia sepenuhnya adalah
mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh fakto-fakto yang datang dari luar.
Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian kepribadian
individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu dengan
lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hokum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan
(conditing) dan peniruan.
Setelah mengikuti beberpa pendapat tentang manusia diatas dapat ditarik beberapa pengertian
bahwa:
1)
Manusia pada dasarnya memiliki “teanga dalam” yang mengerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2)
Dlam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas
tingkah laku social dan rasional individu.
3)

Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan posotif, mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menetukan “nasibnya” sendiri.
4)

Manusia pada hakikatnya dalam proses berkembang terus tidak pernah selesai.

5)
Dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dlam usaha untuk mewujudkan dirinya
sendiri, membantu orang lain, dan membantu dunia lebih baik untuk ditempati.
6)
Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan
ketakterdugaan, namun potensi ini terbatas.
7)

Manusia adalah mahluk tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

8)
Lingkungan adalah penentuan tingkah laku manusia dan tingkah laku ini merupakan
wujud kepribadian manusia.
Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya

Secara filosofis hakikat manusia merupakan kesatauan dari potensi-potensi esensial yang ada
pada diri manusia, yakni: Manusia sebagai mahluk pribadi/individu, Manusia sebagai mahluk
social, manusia sebagai mahluk susila/moral. Ketiga hakikat manusia tersebut diatas dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1)

Manusia sebagai mahluk pribadi/individu (individual being)

Lysen mengartikan individu sebagai “orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan
yang tidak dapat dibagi-bagi (in divide). Selanjutnya individu diartikan sebgai pribadi.

Karena adanya individualitas itu setiap orang memliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kencerungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesangupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial
dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat-sifat sebagaimana digambarkan diatas
secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan
agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, memlalui pendidikan, benih-benih
individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya sesuatu
kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki
warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah

membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau menemukan kepribadiannya
sendiri. Pola pendidikan yang brsifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong
bertumbuh dan berkembangannya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola
pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter )
dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis
2)

Manusia sebagai mahluk social / dimensi social

Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkadung untuk saling memberikan dan
menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan
untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi
dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,
mengidentifikasikan sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta
menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya didalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam
saling menerima dan member, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
3)


Manusia sebagai mahluk susila/ dimensi kesusialaan

Susila berasaldari kata su dan sial yang berarti kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi
didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam
yang pantas atau sopan itu misalnnya terkandung kejahatan terselubung. Karean itu maka
pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang
mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika
(persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan
selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu
adalah mahluk susila.

Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi
hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik
tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi keslahan-kesalahan yang lazimnya
disebut salah didik. Sehubugan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu:

1. Pengembangan yang utuh

Tingkst krutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu
kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk
memberikan pelayanan atas perkembangannya.
Selanjutnya dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:
a)

Dari wujud dimensinya

Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualian,
sesosialan,kesusilaan dan keberagamaan, antar aspek kognitif. Afektif dan psikomotorik.
Pengembangan aspek jasmanisah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat
pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan,kesusilaan
dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapatkan layanan dengan
baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif
dan psikomotor dikatakan utuh jika tiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang.
b)

Dari arah pengembangan

Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dpat diarahkan kepada pengembangan

dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dam kebergamaan secara terpadu. Dapat
disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusi yang utuh diartikan sebagai
pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembang seacra selaras. Perkrmbangan di maksud mencakup yang horizontal (yang
menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian
martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh.
1. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam
proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk
ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi
keindividualan ataupun domain afektif didominasi oelh pengembangan dimensi
keindividualan atupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif.
Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak
mentap pengambangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

Sosok Manusia Indonesia
Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah di rumuskan di dalam GBNH mengenai arah
pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh

masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar
kemajuan lahirlah, sperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan atupun kepuasaan batiniah
seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab atau

rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan kseimbangan antara kedua sekaligus
batiniah.
Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, bukan hanya
untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Salanjutnya juga di artikan sebagai
keselarasan hubugan antara manusia dan tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia
dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga
keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan diakhirat.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disumpulkan bahwa sifat hakikat manusia dengan segnap dimensinya
hanya dimiliki oleh manusia tidak terdapat pada hewan. Cirri-ciri yang khas tersebut
membedakan secara prinsipiil dunia hewan dari dunia manusia. Adanya hakikat tersebut
membrikan tempat kedudukan pada manusia sedimikian rupa sehingga derajat lebih tinggi
dari pada hewan dan sekaligus menguasai hewan.salah satu hakikat yang istimewa ialah
adanya kemampuan menghayati kabahagian pada manusia semua sifat hakikat manusia dapat
dan harus ditumbuhkan kembangkan melalui pendidikan. Berkat pendidikan maka sifat

hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga menjadi
manusia yang utuh.

DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, umar.1990.pengantar pendidikan.jakarta.rineka cipta.
http://muhammadmuslih06.blogspot.com/2012/12/hakikat-manusia-danpengembangannya.html
http://jayustic.blogspot.com/2013/02/hakikat-manusia-dan-pengembangannya.html

Pengertian , Prinsip dan Aspek Perkembangan Manusia
Pengertian perkembangan.
Objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi.
Perkembangan pribadi manusia ini berlangsung sejak konsepsi sampai mati.
Perkembangan yang dimaksud adalah proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan
proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Istilah “perkembangan “ secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia.
Yusuf ( 2008 ) menjabarkan prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut :
Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process).
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman
atau beajar sepanjang hidupnya.

Perkembangan berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai
kematangan atau masa tua
Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek perkembangan individu
(fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan moral) saling mempengaruhi.
Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu.
Setiap tahapan perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang
merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan terjadi pada tempo yang
berlainan. Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan
tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat)
Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan
Aspek- aspek yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi:
1) Anak sebagai keseluruhan Anak sebagai keseluruhan tumbuh oleh kondisi dan interaksi
dari setiap aspek kepribadian yang ia miliki.
2) Umur mental anak mempengaruhi pertumbuhannya Umur mental anak mempengaruhi
kapasitas mentalnya. Kapasitas mental anak menentukan prestasi belajarnya.
3) Permasalah tingkah laku sering berhubungan dengan pola-pola pertumbuhan Kita harus
menyadari, bahwa pertumbuhan situasi-situasi menimbulkan tertentu yang menimbulkan
problem-problem tingkah laku.
4) Penyesuaian pribadi dan sosial mencerminkan dinamika pertumbuhan Peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada anak akibat pertumbuhan dan setelah dihadapkan dengan tantangan kultur
masyarakat terutama harapan-harapan orangtua, guru-guru dan teman-teman sebayanya,
tercermin di dalam penyesuaian sosialnya.

BAB I
PENDAHULUAN
1. HAKIKAT PERKEMBANGAN
A.

Gambaran terhadap adanya proses perkembangan
Kalau kita memperhatikan segala sesuatu yang ada disekitar kita, baik kehidupan

manusia, binatang, flora, fauna maupun benda-benda anorganik, kita akan melihat suatu hal
yang abadi, yaitu selalu adanya perubahan. Segalanya selalu berubah, lambat atau cepat,
berwujud penyusutan, pertumbuhan maupun perkembangan menurut sifat kodratnya masingmasing.
Demikian halnya dengan kehidupan manusia, yang bermula dari telur, kemudian
melalui garis pertumbuhan : janin, bayi, kanak-kanak, anak, pemuda, adolesan, orang tua, dan
akhirnya meninggal.
Bahwa setiap anak secara kodrat membawa variasi dan irama perkembangannya
sendiri, perlu diketahui setiap orang tua, agar ia tidak bertanya-tanya bahkan bingung atau
bereaksi negativ yang lain dalam menghadapi perkembangan anaknya. Bahkan ia harus
bersikap tenang sambil mengikuti terus menerus pertumbuhan itu, agar pertumbuhan itu
sendiri terhindar dari gangguan apapun, yang tentu saja akan merugikan.
Hal ini berlaku juga dalam menghadapi pertumbuhan pemuda, secara psikofisis.
Aspek-aspek yang manakah yang berkembang dari kehidupan manusia?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu lebih dahulu mengetahui hakikat manusia,
yaitu bahwa pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang hidup dalam keadaan:
 Psikofisis
 Sosioindividuil
 Culturilreligius
 Psikopfisis, yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, secara
jasmaniah dan rohaniyah
 Sosioindividuil, yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, sosial
dan individuil
 Culturilreligius, yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, dicipta
(oleh Maha Pencipta) dan mencipta (kebudayaan).
Bila kita perhatikan sifat-sifat tersebut tampak bahwa masing-masing selalu sepasangpasang yang kelihatannya bertentangan satu sama lain, tetapi saling lengkap melengkapi.

Semua sifat itu dan semua aspek tersebut berkembang seluruhnya secara simultan
selama mendapat kesempatan dan sejauh masih memungkinkan, menurut irama variasi dan
isinya sendiri-sendiri.
B.

Teori Proses Perkembangan
Bahwa sesuatu perkembangan selalu melalui suatu proses, mudah sekali dimengerti.

Tapi bagaimana proses itu berlangsung, ada beberapa teori yang perlu kita ketahui,
kebenarannya, atau kita renungkan demi perkembangan psikologi ini.


Teori yang pertama Johann Friederische Herbart
Teori yang tertua adalah yang diajukan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama
Johann Friederische Herbart. Teorinya disebut teori asosiasi. Disebut demikian oleh karena
Herbart berpendapat bahwa seluruh proses perkembangan itu diatur dan dikuasai oleh
kekuatan hukum asosiasi.
Herbart berpendapat bahwa terjadinya perkembangan adalah oleh karena adanya unsurunsur yang berasosiasi, sehingga sesuatu yang semua bersifat simpel (unsur yang sedikit)
makin lama makin banyak dan kompleks.



Yang kedua, Teori Gestalt (Wilhelm Wundt)
Mereka berpendapat bahwa proses perkembangan bukan berlangsung dari sesuatu yang
simpel ke sesuatu yang kompleks, melainkan berlangsung dari sesuatu yang bersifat global
(menyeluruh tetapi samar-samar) ke makin lama makin dalam keadaan jelas, tampak bagianbagian dalam keseluruhan itu. Bagian-bagian itu bukan merupakan pecahan dari Gestalt tadi,
melainkan merupakan kesatuan-kesatuan tertentu yang baru berfaedah bila ia berada dalam
Gestalt tersebut. Jadi dengan tegas mereka berpendapat bahwa perkembangan bukan proses
asosiasi melainkan proses diferensiasi.
Pada masa bayi, ia mengalami proses diferensasi kemudian naik ke tahap (strata) masa
kanak-kanak. Dalam masa kanak-kanak ini proses diferensasi berjalan terus, kemudian naik
ke strata masa anak. Demikian seterusnya.



Yang ketiga, Teori Sosialisasi (James Mark Baldwin)
Teori ini berpendapat bahwa proses perkembangan itu adalah proses asosiasi dari sifat
individualis. Dalam hal ini Baldwin terkenal dengan teori : Circulair Reastion. Ia berpendapat
bahwa perkembangan sebagai proses sosialisasi, adalah dalam bentuk imitasi yang
berlangsung dengan adaptasi dan seleksi.

Adaptasi dan seleksi berlangsung atas dasar hukum efek (Law of effect). Tingkah laku
pribadi seseorang adalah hasil peniruan (imitasi).
Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri sedang adaptasi adalah peniruan terhadap
orang lain. Oleh efeknya sendiri tingkah laku itu dipertahankan. Selanjutnya oleh efeknya
sendiri tingkah laku itu dapat ditingkatkan faedah dan prestasinya. Dalam hal yang demikian
inilah terkandung daya kreasi, sehingga manusia mampu menggunakan hasil peniruan itu
sesuai dengan kebutuhan sendiri. Teori ini mendapat dukungan dari W. Sern; Bechterev dan
Koffka.


Yang keempat, Teori Freudism (Sigmund Freund)
Teori ini dikemukakan oleh seorang pemuka dalam psikologi, yang bernama Sigmund
Freund. Dalam mengemukakan teorinya, ia menggunakan sebagai contoh:
Pada masa bayi, manusia belum bermoral kemudian sudah memiliki moral secara
heterogen dan akhirnya memiliki moral dengan norma yang ditetapkan sendiri secara
otonom.
Proses pemilikan moral dari heterogen ke moral otonom ini disebut internalisasi. Sebab
norma moral tersebut ditentukan sendiri oleh manusia dengan menggunakan faktor internnya.
Proses internalisasi ini berlangsung dengan identifikasi. Oleh karena proses ini
menggunakan masyarakat sebagai faktor utama maka teori ini dapat dimaksudkan pula teori
sosialisasi. Yang dapat dimaksudkan pula sebagai teori sosialisasi adalah teori Langeveld.
Ini menyusun teorinya atas empat asas, yaitu :

 Asas biologis;
 Asas ketidakberdayaan;
 Asas keamanan; dan
 Asas eksplorasi.
Mula-mula perkembangan yang dialami manusia adalah perkembangan biologis. Yaitu
dari telur ke janin, kemudian menjadi bayi dan seterusnya, kemudian baru secara psikis. Yang
bermula dari sifatnya yang tidak berdaya. Tetapi karena tidak berdaya inilah justru
memungkinkan terjadinya perkembangan, bila ia berada dalam pergaulan antar manusia.
Untuk itu ia memerlukan rasa aman, rasa dilindungi, sehingga memungkinkan adanaya
kesempatan untuk berimitasi, adaptasi maupun identifikasi.
Selanjutnya, karena perkembangan itu sendiri ada pada dirinya secara kodrat, maka si
anak mengadakan eksplorasi, untuk memungkinkan diri sebagai warga masyarakat.
Demikianlah, proses perkembangan itu berlangsung sampai dewasa.

BAB II
PRINSIP DAN ASPEK PERKEMBANGAN
1.

PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
A. Pengertian Prinsip
Prinsip adalah asas, kebenaran yang terjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak
dan sebagainya, atau dalam arti sempit adalah asasnya. Sedangkan perkembangan adalah
suatu perubahan yang terjadi sejak konsepsi sampai mati (perubahan kualitataif) atau
serangkaian perubahan yang terjadi akibat kematangan.
Dalam buku konsep dasar perkembangan menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar
perkembangan mencakup beberapa hal berikut:
1.

Perkembangan Merupakan Proses Yang Tidak Pernah Berhenti (Never

Ending Process)
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh
pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus
menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
2.

Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi

Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu
sama lainnya saling mempengaruhi. Terhadap hubungan atau korelasi yang positif diantara
aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan
(sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dan perkembangan aspek
lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
3.

Perkembangan Itu Mengikuti Pola atau Arah Tertentu

Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkewmbangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan
prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak
harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan persyaratan bagi perkembangan
selanjutnya.
Sementara itu, Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola
perkembangan itu sebagai berikut:
a.

Cephalocaudal & proximal-distal. Maksudnya, perkembangan manusia itu dari kepala ke
kaki (cephalocaudal), dan dari tengah: paru-paru, jantung dan sebagainya, ke pinggir: tangan
(proximal-distal)

b.

Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat
berfungsi setelah matang strukturnya.

Arah Tahap Perkembangan Anak
TAHAP

JENIS PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN
Usia 4-16 Minggu

Bayi dapat menguasai 12 macam otot ocular

Usia 16-24 Minggu

motornya
Bayi dapat menguasai otot-otot yang menyanggah
kepalanya dan menggerakkan tanganny. Ia mulai

Usia 28-40 Minggu

dapat meraih benda-benda
Ia dapat menguasai badan dan tangannya,. Ia mulai
dapat duduk, menangkap, dan mempermainkan

Tahap kedua

benda-benda
Anak sudah pandai berjalan dan berlari, dapat
menggunakan kata-kata dan mengenal identitasnya

Tahap ketiga

(seperti namanya)
Anak dapat berbicara

Tahap keempat

menggunakan kata-kata sebagai alat berfikir
Anak mulai banyak bertanya dan dapat berdiri

Tahap kelima

sendiri
Anak telah matang dalam menguasai gerak-gerik

dalam

kalimat

dan

motorisnya. Ia dapat melompat-lompat, bercerita
agak lebih panjang, lebih suka bermain berkawan.
c.

Perkembangan itu berdiferensiasi. Maksudnya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke
khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental
(psikis), respon anak pada mulanya bersifat umum

d.

Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu
berproses dari suatu kemampuan berfikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak
(objeknya tidak tampak)

e.

Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme

f.

Perkembangan itu berlangsung dari “outer control to inner control”. Maksudnya, pada
awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut
pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis(perlindungan kasih saying, atau norma-norma)
sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau
pengawasan dari luar (out control).
4. Perkembangan Terjadi Pada Tempo Yang Berlainan

Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo
yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).
5. Setiap Fase Perkembangan MempunyaiCiri Khas
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: (a) sampai usia dua tahun,
anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar
berbicara; (b) pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi
manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain)
6. Setiap Individu Yang Normal Akan Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang
individu akan mengalami fase-fase perkembangan : bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa,
dan masa tua.

B. Fase-fase Perkembangan
Pada setiap fase, dibedakan atas beberapa fase lagi. Demikian pula halnya pada masa
pemuda ini, dibedakan lagi atas tiga fase, yaitu:
1.Fase Peural
Pueral, berasal dari kata puer yang artinya anak laki-laki. Dalam hal ini mulai terjadi
hal yang baru, dalam pergaulan anak. Yaitu anak laki-laki mulai memisahkan diri dari anak
perempuan. Anak laki-laki memandang anak perempuan sebagai menjijikan dan anak
perempuan memandang anak laki-laki sebagai tukang membual. Meskipun demikian,
terdapat ciri-ciri yang sama pada mereka, terutama dalam cara mereka bergaul. Ciri-ciri itu
antara lain, ialah:
i.

Mereka tidak mau lagi disebut anak, sebutan anak dirasakan sebagai merendahkan

diri mereka
ii.

Mereka mulai memisahkan diri dari orang tuanya, atau orang-orang dewasa lain

yang ada disekitarnya
iii.

Mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing, antara kelompok yang

satu dengan kelompok yang lain
iv.

Mereka memiliki sifat mendewasakan tokoh-tokoh yang dipandang sebagai

memiliki kelebihan
v.

Mereka adalah pengembara-pengembara ulung

vi.

Pandangannya lebih baik diarahkan keluar (ekstravert) dan kurang bersedia untuk

meluhat dan mencapai dirinya sendiri

vii.

Mereka itu adalah pemberani, yang kadang-kadang kurang perhitungan dan agak

melupakan tata susila.
2.

Fase Negatif
Pada fase ini anak lebih banyak bersikap negative, atau sikap menolak. Sikap ini

hanya berlaku beberapa bulan saja. Tetapi Karl Buhler berpendapat bahwa berlangsung lama,
dengan alasan bahwa ciri-cirinya masih tampak juga pada masa-masa berikutnya. Adapun
ciri-ciri pada fse ini antara lain, ialah:
a.

Terhadap segala sesuatu, si anak bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju
dan sebagainya

b. Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya
c.

Sering melamun tak menentu, dan kadang berputus asa.
Terhadap sikap seperti ini orang tua dan guru sering bersikap jengkel, marah atau
putus asa, bingung dan bertanya-tanya, tanpa mengetahui apa sebabnya. Tetapi bagi orang tua
dan guru yang mengerti akan bersikap membiarkan keadaan itu berlalu untuk beberapa bulan.
Sebab sikap itu justru menunjukan bahwa anaknya telah melalui suatu fase yang biasa dilalui
oleh semua orang.
3.

Fase Pubertas
Puber atau remaja, masa inilah yang berlangsung paling lama diantara kedua fase

yang lain.
Ciri-ciri fase inipun didasarkan atas adanya pertumbuhan alat-alat kelamin, baik yang
tampak diluar maupun yang ada didalam tubuhnya. Perbedaan itu ialah:
a.

Ciri kelamin Primer
yaitu ciri-ciri, yang pertama-tama menampakkan diri dari luar.

a) Pada saat itu kelenjar anak putra mulai menghasilkan cairan yang terdiri atas sel-sel sperma
dan bagi anak putri kelenjar kelaminnya mulai menghasilkan sel telur
b)

Anak putra mengalami polusi pertama, dan anak putri mulai mengalami menstruasi, yang
berlangsung sebulan sekali

c) Tubuh berkembang dengan luar biasa, sehingga tampak seakan-akan tidak harmonis dengn
anggota badan yang lain. Anak putra dadanya bertambah bidang dengan otot-otot yang kuat
dan anak putri, pinggulnya mulai melebar.
b. Ciri kelamin Skunder

Ciri-ciri antara lain, ialah:
a)

Mulai tumbuhnya rambut-rambut baru di tempat baru baik pada anak putri maupun anak
putra

b)

Anak putra lebih banyak bernafas dengan perut, sedang anak putri lebih banyak bernafas
dengan dadanya

c) Suaranya mulai berubah atau parau
d) Wajah anak putra lebih tampak persegi dan wajah anak putri lebih tampak membulat.
c.

Ciri kelamin tertier
Ciri-ciri itu antara lain
a)

Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalan pun mengalami
perubahan. Demikian pula cara bergeraknya anak laki-laki dan anak perempuan. Anak lakilaki tampak lebih kaku dan kasar, sedang anak perempuan tampak lebih canggung

b)

Mulai tahu menghias diri, baik anak putra maupun anak putri. Mereka berusaha menarik
perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya, tetapi malu-malu

c) Sikap batinnya kembali mengarah kedalam (introvert) mulai percaya pada diri sendiri
d) Perkembangan tubuhnya, mencapai kesempurnaan dan kembali harmonis. Kesehatan pada
anak masa ini sangat kuat, sehingga jarang terjadi kematian pada saat ini.
2.

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
Asek-aspek perkembangan ini meliputi: fisik, inteligensi, emosi, bahasa, sosial,

kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
A. Perkembangan Fisik
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan).
Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956)
mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:

(1)

Sistem Syaraf, (2) Otot-otot, (3) Kelenjar Endokrin, (4) Struktur Fisik atau Tubuh, yang
meliputi tinggi, berat dan proporsi.
Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan

aspek-

aspek perkembangan individu lainnya, baik keterampilan motorik, intelektual, emosional,
sosial, moral, maupun kepribadian.
Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot
memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak. Keterampilan

motorik ini dibagi dua jenis, yaitu (a) keterampilan atau gerakan kasar, seperti berjalan,
berlari, melompat, naik dan turun trangga; (b) keterampilan motorik halus atau keterampilan
memanipulasi, seperti menulis, mengggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola.
B. Perkembangan Inteligensi
Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah
untuk mendeskripsikan prilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
Dalam mengartikan inteliggensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertiuan yang
beragam. Diantaranya:
a.

Penyebaran inteligensi
Berdasarkan hasil pengukuran atau tes inteligensi terhadap sampel yang dipandang
mencerminkan populasinya, maka dikembangkan suatu sistem norma ukuran kecerdasan
sebagai berikut:
Tingkatan Inteligensi
IQ(INTELLIGENCE QUOTION)
140- keatas

Jenius

130-139

Sangat cerdas

120-129

Cerdas

110-119

Diatas normal

90-109

Normal

80-89

Dibawah normal

70-79

Bodoh

50-69

Terbelakang (moron/debil)

49 ke bawah
C. Perkembangan Emosi

KLASIFIKASI

Terbelakang (imbecile/dan idiot)

1. Pengertian Emosi
Menurut English and English, emosi adalah “A complex feeling state accompanied by
characteristic motor and glandular activies” (suatu keadaan perasaan yang kompleks yang
disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono
berpendapat bahwa emosi merupakan “setiapkeadaan pada diri seseorang yang disertai warna
afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam).
2. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku Dan Perubahan Fisik Individu

Dibawah ini ada beberapa contoh tentang pengaruh prilaku individu di antaranya
sebagai berikut.
a.

Memperkuat semangat

b. Melemahkan semangat
c.

Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar

d. Terganggu penyesuaian sosial
e.

Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi
sikapnya dikemudian hari, terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Jenis-jenis Emosi dan Dampaknya Pada Perubahan Fisik
Jenis Emosi

Perubahan Fisik
4. reaksi elektris pada kulit

Peredaran darah bertambah cepat
Denyut jantung bertambah cepat
bernapas panjang
pupil mata membesar
air liur mengalir
berdiri bulu roma
11.

terganggu

percernaan,

otot-otot

9.
menegang atau bergetar (tremor)
D. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa
merupakan anugerah dari Allah Swt, yang dengannya manusia dapat mengenal atau
memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan
dirinya sebagai mahluk berbudaya dan mengembangkan budayanya.
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan
pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua
atau tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut.
a.

Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti “bapak makan”

b. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti “bapak tidak
makan”
c.

Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat

1) Kritikan: “tidak boleh, ini tidak baik”
2) Keragu-raguan

3) Menarik kesimpulan analogi
E. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan
orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau normanorma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya
bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sosialisasi dari orang tua ini sangat penting bagi anak, karena dia masih terlalu muda
dan terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya
sendiri ke arah kematangan.
Kegiatan Orang Tua

Pencapaian Perkembangan

Prilaku Anak
1. Memberikan makan dan1. mengembangkan sikap percaya
memelihara

kesehatan kepada orang lain

fisik anak
2. Melatih dan menyalurkan2.
kebutuhan fisiologis

mampu

mengendalikan

dorongan biologis dan belajar
untuk

menyalurkannya

pada

tempat yang diterima msyarakat
3.

Mengajar dan melatih3. belajar mengenal objek-objek,
keterampilan

belajar

bahasa,

berjalan,

4. mengenalkan lingkungan mengatasi hambatan
kepada anak

4.

mengembangkan pemahaman
tentang

5.

Mengajarkan

tentang belajar

budaya

tingkah

laku

sosial,

menyesuaikan

prilaku

dengan tuntutan lingkungan
5.

mengembangkan pemahaman
tentang baik-buruk, merumuskan

6.

mengembangkan tujuan dan kriteria pilihan dan
keterampilan

berprilaku yang baik
6.

belajar memahami perpektif
(pandangan)
merespons

orang

lain

harapan

dan
atau

pendapat mereka secara selektif

F. Perkembangan Kepribadian
Secara etimologis istilah kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
“personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari bahasa latin
“person” (kedok) dan “personare” (menembus). Jadi personal itu bukan pribadi pemain itu
sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang
dipakainya. Sedangkan dalam terminologis kepribadian dapat diartikan sebagai ”kualitas
prilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan
secara unik”. Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek
kepribadian itu sendiri.
G. Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan atau nilai-nilai tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip moral.
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Anak
memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Dalam
mengembangkan moral anak, peranan orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
perkembangan moral anak, di antaranya sebagai berikut.
a.

Konsisten dalam mendidik anak

b. Sikap orang tua dalam keluarga
c.

Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut

d. Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan moral
H. Perkembangan Kesadaran Moral
Salah satu kelebihan manusia sebagai mahluk Allah Swt, adalah dia di anugerahi
fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. dalam
kata lain, manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini,
kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo Devinans”, dan “Homo Religious”, yaitu mahluk
yang bertuhan atau beragama.
Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu
yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan ke dalam peribadatan
kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas.

BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori Proses Perkembangan Meliputi :


1. Teori yang pertama Johann Friederische Herbart



Yang kedua, Teori Gestalt (Wilhelm Wundt)



Yang ketiga, Teori Sosialisasi (James Mark Baldwin)



Yang keempat, Teori Freudism (Sigmund Freund)
Prinsip adalah asas, kebenaran yang terjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan
sebagainya, atau dalam arti sempit adalah asasnya. Sedangkan perkembangan adalah suatu
perubahan yang terjadi sejak konsepsi sampai mati (perubahan kualitataif) atau serangkaian
perubahan yang terjadi akibat kematangan
prinsip-prinsip dasar perkembangan mencakup beberapa hal berikut:

1. Perkembangan Merupakan Proses Yang Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)
2. Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi
3. Perkembangan Itu Mengikuti Pola atau Arah Tertentu
Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan
sebagai berikut:
a.

Cephalocaudal & proximal-distal. Maksudnya, perkembangan manusia itu dari kepala ke
kaki (cephalocaudal), dan dari tengah: paru-paru, jantung dan sebagainya, ke pinggir: tangan
(proximal-distal)

b.

Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat
berfungsi setelah matang strukturnya.

c.

Perkembangan itu berdiferensiasi. Maksudnya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke
khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental
(psikis), respon anak pada mulanya bersifat umum

d.

Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu
berproses dari suatu kemampuan berfikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak
(objeknya tidak tampak)

e.

Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme

f.

Perkembangan itu berlangsung dari “outer control to inner control”. Maksudnya, pada
awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut
pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis(perlindungan kasih saying, atau norma-norma)
sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau
pengawasan dari luar (out control).

4

Perkembangan Terjadi Pada Tempo Yang Berlainan

5

Setiap Fase Perkembangan MempunyaiCiri Khas

6

Setiap Individu Yang Normal Akan Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan

Fase-fase Perkembangan
1. Fase Peural
2. Fase Negatif
3. Fase Pubertas
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
Asek-aspek perkembangan ini meliputi: fisik, inteligensi, emosi, bahasa, sosial,
kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
B. SARAN
Demikian makalah ini kamu buat sebagai bahan pembelajaran semoga dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan kawan-kawan mahasisiwa/I sekalian. Kami hanya
menyarankan kepada pembaca semua untuk tetap mencari bahan referensi buku yang lain
karena kami menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam penyususnan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Drs. Agoes Soejanto, Psikologi Perkembanagn, Surabaya : Rineka Cipta, 2005

file:///C:/Users/SAMURAI_OP/Downloads/10710665_383489585148628_71747400495517
05826_n.jpg