Resume Jurnal Manajemen Risiko doc
RESUME PAPER
GOVERNMENT DEBT MANAGEMENT AND OPERATIONAL RISK:
A RISK MANAGEMENT FRAMEWORK AND
ITS APPLICATION IN TURKEY
Hakan Tokac and Mike Williams
SIGMA PAPER No. 50
Paris: Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2013
1. Pendahuluan
Fenomena yang melatarbelakangi penelitian ini adalah:
a.
Para manajer di sektor publik dan organisasi internasional memiliki kewajiban
untuk memastikan bahwa sistem internal kontrol dilaksanakan secara efektif dan
didokumentasikan dengan baik.
b.
Jika terjadi penyimpangan, baik itu karena kegagalan internal maupun eksternal,
dapat berdampak terhadap finansial dan situasi politik.
c.
Fakta-fakta yang ditemukan di beberapa Debt Management Units (DMUs)
antara lain:
Pegawai profesional di bidang manajemen risiko operasional jumlahnya
sangat sedikit.
Rekrutmen pegawai di DMU tidak berasal dari sektor swasta. Hal ini terjadi
bisa karena aturan pegawai sipil yang berlaku ataupun ketidakmampuan
gaji pegawai sipil untuk bersaing dengan sektor swasta.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Penelitian ini ditujukan kepada para manajer finansial khususnya government
debt and treasury managers, dan pada umumnya untuk semua yang sedang
mengembangkan manajemen risiko operasional.
1
b.
Penelitian ini memberikan pemahaman mengenai kebijakan mengenai kerangka
kerja manajemen yang relevan dan dapat diterapkan, contoh ilustrasi dengan
menggunakan kerangka kerja di Turkish Treasury.
2. Literatur
Tiga hal yang mempengaruhi risiko adalah kejadian di masa yang akan datang,
kemungkinan terjadinya, dan akibat yang ditimbulkan. Risiko dapat dikelola dengan cara
diidentifikasi dan dinilai faktor-faktor penyebab risiko muncul, lalu ditentukan aksi apa yang
dilakukan untuk memitigasi dampak dari risiko tersebut.
Menurut Tokac dan Williams (2013), pengertian risiko operasional adalah:
“the risk of loss (financial or non-financial) resulting from inadequate or
failed internal processes, people and systems, or from external events that
impact a company’s ability to operate its ongoing business processes.”
Operational Risk Management (ORM) merupakan bagian dari Enterprise Risk
Management (ERM). COSO mendefinisikan ERM sebagai:
“a process, effected by an entity’s [board or senior management], applied
in strategy setting and across the enterprise, designed to identify potential
events that may affect the entity, and manage risk to be within its risk
appetite, to provide reasonable assurance regarding the achievement of
entity objectives.”
Dalam konteks manajemen, entitas yang dimaksud pada pengertian ERM di atas
adalah DMU atau kementerian secara keseluruhan. Proses ORM terdiri dari beberapa tahapan
yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal, seperti pada gambar berikut.
Gambar 1
Proses Operational Risk Management
2
3.
Manajemen Risiko Operasional di Turkish Treasury
Pemerintah Turki telah melakukan reformasi berkaitan dengan kebijakan
pengelolaan utang, yang dimulai pada tahun 2002 dengan adanya Law on Regulating Public
Finance and Debt Management (RPFDM Law). Dalam peraturan tersebut, Treasury dijadikan
wakil dari pemerintah yang berwenang untuk melakukan manajemen pengelolaan utang dan
piutang.
Debt and Risk Management Committee (DRC) merupakan komite yang dibentuk
untuk menentukan strategi manajemen aset dan utang pemerintah, serta manajemen risiko
dan biaya.
Directorate General of Public Finance (DGPF) membentuk unit manajamen risiko /
DMU untuk mengawasi risiko yang berhubungan dengan utang dan piutang pemerintah dan
mengusulkan strategi kepada DRC. Unit ini melakukan pengawasan terhadap risiko pasar dan
risiko kredit sesuai dengan anjuran World Bank dan organisasi internasional lainnya. Kepala
DMU ditunjuk DGPF sebagai ‘risk champion’, yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
seluruh proses manajemen risiko dimulai dari proses identifikasi, proses asesment, sampai
dengan penyiapan laporan mengenai keseluruhan progres pengelolaan risiko termasuk jika
ada perubahan dalam profil risiko. Struktur organisasi yang berkaitan dengan pengelolaan
risiko di Pemerintah Turki adalah sebagai berikut:
3
Gambar 2
Struktur Organisasi Pengelola Risiko
3.1
Risk Identification
Proses identifikasi risiko dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain
brainstorming, scenarios, dan yang paling efektif adalah melalui workshops dengan
melibatkan konsultan. Pada proses ini ditentukan Key Risk Indicator (KRIs), yaitu ukuran
berbasis aktivitas atau volume yang dapat memberikan peringatan awal kepada manajemen
4
sehingga dapat mengambil aksi antisipasi sebelum dampak risiko menjadi material. Berikut
adalah contoh identifikasi risiko operasional beserta KRIs pada DMU:
Gambar 3
Identifikasi Risiko dan KRIs pada DMU
5
3.2
Risk Response and Control
Empat kategori yang biasanya dilakukakan dalam merespon risiko antara lain:
a. Menerima risiko, khususnya residual risk.
b. Menghindari risiko, contohnya menghentikan pelayanan tertentu atau memilih
menerapkan teknologi baru yang benar-benar berbeda dari yang sebelumnya
digunakan.
c.
d.
Transfer risiko, contohnya asuransi.
Mitigasi atau mengendalikan risiko, untuk mengurangi materialitas dari dampak
yang mungkin terjadi.
6
Aktivitas pengendalian dilakukan melalui kebijakan, prosedur, struktur organisasi
yang dapat mengurangi residual risk dan mengarahkan respon risiko dilaksanakan dengan
cepat dan tepat. Pengendalian yang biasanya dilakukan adalah sebagai berikut:
Gambar 4
Aktivitas Pengendalian
3.3
Documenting Procedures and Control
Setelah pengendalian ditentukan, prosedur-prosedur operasi pengendalian tersebut
harus segera dicatat. Pendokumentasian ini sebaiknya dilakukan oleh mereka yang
merancang dan mengidentifikasi aktivitas pengendalian, biasanya pimpinan tim.
3.4
Reporting
‘Risk champion’ harus melaporkan profil risiko yang teridentifikasi melalui
workshops, berikut dengan pengendalian yang dipilih dan aksi/respon pengelolaan risiko
7
yang relevan. Laporan ini diserahkan per tiga bulan. Contoh matriks risiko yang dilaporkan
oleh ‘risk champion’ dapat dilihat pada Gambar 5 di halaman terakhir.
4.
Kesimpulan
Walaupun sulit diukur, manfaat dari manajemen risiko operasional pada Debt
Management Units (DMU) adalah sebagai berikut:
a. Dengan pemahaman terhadap risiko, dapat meningkatkan kemampuan manajer
dalam meentukan keputusan karena manajer menjadi lebih fokus pada hal-hal
b.
yang penting.
Proses manajemen risiko menjadi semakin efektif dan efisien sehingga
c.
mekanisme pengendalian dan perbaikan menjadi lebih cepat.
Reputasi pemerintah meningkat sehingga dapat menguntungkan DMU
d.
khususnya ketika berinteraksi dengan bank sentral.
Timbulnya budaya sadar risiko sehingga dengan kolaborasi masing-masing
pegawai dapat membantu organisasi agar fokus dan tetap on the track terhadap
pencapaian tujuan
8
Gambar 5
Risk Matrix
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Tokac,
Hakan and Mike Williams., 2013. Government Debt Management
and Operational Risk: A Risk Management Framework and Its Application in Turkey.
Sigma Paper No.50. Paris: Organisation for Economic Cooperation and Development
(OECD)
11
GOVERNMENT DEBT MANAGEMENT AND OPERATIONAL RISK:
A RISK MANAGEMENT FRAMEWORK AND
ITS APPLICATION IN TURKEY
Hakan Tokac and Mike Williams
SIGMA PAPER No. 50
Paris: Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2013
1. Pendahuluan
Fenomena yang melatarbelakangi penelitian ini adalah:
a.
Para manajer di sektor publik dan organisasi internasional memiliki kewajiban
untuk memastikan bahwa sistem internal kontrol dilaksanakan secara efektif dan
didokumentasikan dengan baik.
b.
Jika terjadi penyimpangan, baik itu karena kegagalan internal maupun eksternal,
dapat berdampak terhadap finansial dan situasi politik.
c.
Fakta-fakta yang ditemukan di beberapa Debt Management Units (DMUs)
antara lain:
Pegawai profesional di bidang manajemen risiko operasional jumlahnya
sangat sedikit.
Rekrutmen pegawai di DMU tidak berasal dari sektor swasta. Hal ini terjadi
bisa karena aturan pegawai sipil yang berlaku ataupun ketidakmampuan
gaji pegawai sipil untuk bersaing dengan sektor swasta.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Penelitian ini ditujukan kepada para manajer finansial khususnya government
debt and treasury managers, dan pada umumnya untuk semua yang sedang
mengembangkan manajemen risiko operasional.
1
b.
Penelitian ini memberikan pemahaman mengenai kebijakan mengenai kerangka
kerja manajemen yang relevan dan dapat diterapkan, contoh ilustrasi dengan
menggunakan kerangka kerja di Turkish Treasury.
2. Literatur
Tiga hal yang mempengaruhi risiko adalah kejadian di masa yang akan datang,
kemungkinan terjadinya, dan akibat yang ditimbulkan. Risiko dapat dikelola dengan cara
diidentifikasi dan dinilai faktor-faktor penyebab risiko muncul, lalu ditentukan aksi apa yang
dilakukan untuk memitigasi dampak dari risiko tersebut.
Menurut Tokac dan Williams (2013), pengertian risiko operasional adalah:
“the risk of loss (financial or non-financial) resulting from inadequate or
failed internal processes, people and systems, or from external events that
impact a company’s ability to operate its ongoing business processes.”
Operational Risk Management (ORM) merupakan bagian dari Enterprise Risk
Management (ERM). COSO mendefinisikan ERM sebagai:
“a process, effected by an entity’s [board or senior management], applied
in strategy setting and across the enterprise, designed to identify potential
events that may affect the entity, and manage risk to be within its risk
appetite, to provide reasonable assurance regarding the achievement of
entity objectives.”
Dalam konteks manajemen, entitas yang dimaksud pada pengertian ERM di atas
adalah DMU atau kementerian secara keseluruhan. Proses ORM terdiri dari beberapa tahapan
yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal, seperti pada gambar berikut.
Gambar 1
Proses Operational Risk Management
2
3.
Manajemen Risiko Operasional di Turkish Treasury
Pemerintah Turki telah melakukan reformasi berkaitan dengan kebijakan
pengelolaan utang, yang dimulai pada tahun 2002 dengan adanya Law on Regulating Public
Finance and Debt Management (RPFDM Law). Dalam peraturan tersebut, Treasury dijadikan
wakil dari pemerintah yang berwenang untuk melakukan manajemen pengelolaan utang dan
piutang.
Debt and Risk Management Committee (DRC) merupakan komite yang dibentuk
untuk menentukan strategi manajemen aset dan utang pemerintah, serta manajemen risiko
dan biaya.
Directorate General of Public Finance (DGPF) membentuk unit manajamen risiko /
DMU untuk mengawasi risiko yang berhubungan dengan utang dan piutang pemerintah dan
mengusulkan strategi kepada DRC. Unit ini melakukan pengawasan terhadap risiko pasar dan
risiko kredit sesuai dengan anjuran World Bank dan organisasi internasional lainnya. Kepala
DMU ditunjuk DGPF sebagai ‘risk champion’, yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
seluruh proses manajemen risiko dimulai dari proses identifikasi, proses asesment, sampai
dengan penyiapan laporan mengenai keseluruhan progres pengelolaan risiko termasuk jika
ada perubahan dalam profil risiko. Struktur organisasi yang berkaitan dengan pengelolaan
risiko di Pemerintah Turki adalah sebagai berikut:
3
Gambar 2
Struktur Organisasi Pengelola Risiko
3.1
Risk Identification
Proses identifikasi risiko dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain
brainstorming, scenarios, dan yang paling efektif adalah melalui workshops dengan
melibatkan konsultan. Pada proses ini ditentukan Key Risk Indicator (KRIs), yaitu ukuran
berbasis aktivitas atau volume yang dapat memberikan peringatan awal kepada manajemen
4
sehingga dapat mengambil aksi antisipasi sebelum dampak risiko menjadi material. Berikut
adalah contoh identifikasi risiko operasional beserta KRIs pada DMU:
Gambar 3
Identifikasi Risiko dan KRIs pada DMU
5
3.2
Risk Response and Control
Empat kategori yang biasanya dilakukakan dalam merespon risiko antara lain:
a. Menerima risiko, khususnya residual risk.
b. Menghindari risiko, contohnya menghentikan pelayanan tertentu atau memilih
menerapkan teknologi baru yang benar-benar berbeda dari yang sebelumnya
digunakan.
c.
d.
Transfer risiko, contohnya asuransi.
Mitigasi atau mengendalikan risiko, untuk mengurangi materialitas dari dampak
yang mungkin terjadi.
6
Aktivitas pengendalian dilakukan melalui kebijakan, prosedur, struktur organisasi
yang dapat mengurangi residual risk dan mengarahkan respon risiko dilaksanakan dengan
cepat dan tepat. Pengendalian yang biasanya dilakukan adalah sebagai berikut:
Gambar 4
Aktivitas Pengendalian
3.3
Documenting Procedures and Control
Setelah pengendalian ditentukan, prosedur-prosedur operasi pengendalian tersebut
harus segera dicatat. Pendokumentasian ini sebaiknya dilakukan oleh mereka yang
merancang dan mengidentifikasi aktivitas pengendalian, biasanya pimpinan tim.
3.4
Reporting
‘Risk champion’ harus melaporkan profil risiko yang teridentifikasi melalui
workshops, berikut dengan pengendalian yang dipilih dan aksi/respon pengelolaan risiko
7
yang relevan. Laporan ini diserahkan per tiga bulan. Contoh matriks risiko yang dilaporkan
oleh ‘risk champion’ dapat dilihat pada Gambar 5 di halaman terakhir.
4.
Kesimpulan
Walaupun sulit diukur, manfaat dari manajemen risiko operasional pada Debt
Management Units (DMU) adalah sebagai berikut:
a. Dengan pemahaman terhadap risiko, dapat meningkatkan kemampuan manajer
dalam meentukan keputusan karena manajer menjadi lebih fokus pada hal-hal
b.
yang penting.
Proses manajemen risiko menjadi semakin efektif dan efisien sehingga
c.
mekanisme pengendalian dan perbaikan menjadi lebih cepat.
Reputasi pemerintah meningkat sehingga dapat menguntungkan DMU
d.
khususnya ketika berinteraksi dengan bank sentral.
Timbulnya budaya sadar risiko sehingga dengan kolaborasi masing-masing
pegawai dapat membantu organisasi agar fokus dan tetap on the track terhadap
pencapaian tujuan
8
Gambar 5
Risk Matrix
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Tokac,
Hakan and Mike Williams., 2013. Government Debt Management
and Operational Risk: A Risk Management Framework and Its Application in Turkey.
Sigma Paper No.50. Paris: Organisation for Economic Cooperation and Development
(OECD)
11