Makalah EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL doc
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Politik
Dosen pengampu :
Disusun Oleh:
Zurryatun Sholihah
(20140430002)
Fakultas Ekonomi
Jurusan Ekonomi Keuangan dan Perbankan Islam
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat limpahan rahmat dan karunianya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema “Ekonomi Politik Internasional”.
Makalah ini berisi tentang Ekonomi Politik Internasional. Dengan tujuan sebagai
sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman pada materi ini.
Namum, penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat
membangun.
Yogyakarta,30 September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
2. Tujuan ............................................................................................................................ 5
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
A............................................................................................................ 6
B. ……………………………………………………………............. 7
C.…………….......................................................................................... 8
D.……………………………………………………………............ 9
E.………………………………………………............. 10
BAB III
PENUTUP .........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Setiap
berbicara
tentang
kekuasaan
dalam
hubungan
internasional menimbulkan kesan bahwa masalah-masalah dunia
hanya berkaitan dengan konflik dan kesiagaan militer. Namum
sebenarnya, interaksi utama antar pemerintah dan antar bangsa
adalah ekonomi. Dimensi ekonomi selalu hadir dalam berbagai hal
seperti penjualan senjata internasional, politik kekuasaan, dan
tentu
saja
perekonomian
global.
Bahkan
dalam
hubungan
internasioanal yang lebih luas melibatkan berbagai organisasi
pemerintahan,
perusahaan,
individu
dan
actor-aktor
non
pemerintah lainnya, transaksi ekonomi juga menjadi kegiatan
utama. Beberapa tahun lalu, politik Internasional di anggap lahan
khusus para ilmuwan politik dan ekonomi internasional merupakan
bagian para ekonom. Pada saat ini, politik dunia tidak bisa di
pahami hanya melalui saru perpekstif saja, studi hubungan tidak
cukup bila hanya membahas soal politik tanpa mempelajari
ekonomi. Maka pada pembahasan kami menyajikan berbagai motif,
kegiatan, dan kebijakan ekonomi yang melintasi batas politik
nasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam
makalah ini sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ekonomi Politk Internasional (EPI )
Ekonomi Politik Internasional ( EPI ) menurut DR.Mohtar
Mas’oed dalam bukunya Ekonomi Politik Internasional tahun
1989/1990, didefinisikan sebagai studi tentang saling hubungan
antara ekonomi dan politik dalam arena internasional, yaitu
bagaimana
soal-soal
ekonomi
seperti
inflasi,
defisit
neraca
perdagangan atau pembayaran, penanaman modal asing, efisiensi
produksi,
dan
sebagainya.
Berkaitan
dengan
urusan
politik
bahwa
dalam
internasional dan politik domestik.
Mohtar
Mas’oed
menambahkan
lagi
pengertian yang lebih spesifik bisa disebutkan bahwa fokus
perhatian ekonomi politik internasional adalah hubungan antara
dinamika
berkaitan
pasar
dengan
dengan
domestik
pasar
itu
di
keputusan-keputusan
tingkat
domestik
yang
maupun
internasional. Ini berarti bahwa studi ekonomi politik internasional
adalah studi tentang hubungan antara politik domestik di berbagai
negara dengan ekonomi internasional atau sebaliknya, ini adalah
studi tentang dampak kekuatan pasar yang beroperasi dalam
ekonomi internasional terhadap politik domestik negara-negara
tertentu.
Sebagai contoh dapat kita lihat bagaimana gejolak harga
minyak dunia ketika Amerika Serikat mengancam Iran jika tetap
berkuat untuk melakukan pengayaan uranium di wilayah Iran.
Walaupun Iran telah berkeras dan berjanji bahwa pengayaan
uranium yang digalakkan oleh pemerintahnya, murni untuk tujuan
damai, Amerika Serikat tetap tidak percaya. Akibatnya Amerika
Serikat
mengancam
akan
melakukan
tindakan
seperti
yang
dilakukan olehnya terhadap Irak dan Afghanistan. Akibat ancaman
ini harga minyak mentah dunia sempat melonjak naik menjadi 72
dolar AS per barel-nya untuk pertama kali. Hal ini disebabkan
adanya ancaman dari Iran akan membatasi aliran minyak dari
ladang-ladang minyaknya, jika krisis Teheran semakin memburuk.
Tentu saja keadaan ini dijadikan serangan balik oleh Iran agar
Amerika Serikat tidak berkeras menyerang negaranya. Karena jika
ini terjadi, Industri Amerika Serikat akan terancam,mengingat
banyaknya konsumsi minyah mentah oleh indsutri di Amerika
Serikat. Selain itu karena Iran juga adalah produsen minyak mentah
nomor empat terbesar di dunia, maka serangan terhadap Iran akan
berpengaruh juga ke seluruh dunia. Sebaliknya harga minyak
mentah yang meroket naik tersebut mengakibatkan ikut naiknya
pula harga kebutuhan pokok di Indonesia. Keadaan ini dikarenakan
pendistribusian kebutuhan pokok seperti beras, sayur mayur, dan
sebagainya menggunakan kenderaaan sebagai alat transportasi
dan alat transportasi itu membutuhkan bensin sebagai pembantu
gerak dari mesin kendaraan. Dengan naiknya harga kebutuhan
pokok ini, mengakibatkan keadaan masyarakat semakin sengsara.
Karena naiknya harga kebutuhan pokok, tidak disertai dengan
kenaikan pendapatan masyarakat.
B. Perkembangan Pemikiran ekonomi politik
Pemikiran ekonomi politik telah berkembang sejak beberapa
abad lalu. Kini aktualitas ekonomi politik semakin kuat karena pada
kenyataannya
kehidupan
ekonomi
tak
bisa
dipisahkan
dari
kehidupan politik. Demikian pula sebaliknya, keputusan politik
banyak yang berlatar belakang kepentingan ekonomi. Fenomena
itu sangat kuat baik di negara maju maupun negara berkembang.
1. Zaman Klasik Baru (Pertengahan Abad ke-19 sampai Abad ke-20)
Pada zaman klasik baru perkembangan ekonomi politik masih
didominasi
pemikiran
Mazhab
Klasik.
Namun
muncul
pula
pemikiran lain yang berbeda dengan aliran Klasik terutama setelah
Marx dan Engels membuat teori-teori mereka tentang sistem
ekonomi. Namun dalam Zaman Klasik Baru yang dapat diartikan
sebagai masa jayanya pemikir-pemikir Aliran Klasik gaya baru
mereka lainnya.Tokh-tokoh pemikir zaman ini antara lain : Herman
Heinrich (1810-1858), Karl Merger (1841-1921), Eugen von Bohn
Bawerk (1851-1914) dan Friedrich von Wieser (1851-1926).
Perbedaan antara pemikiran Mazhab Klasik dan Mazhab
Neo Klasik terletak pada pola pendekatan dan metodologi yang
dikembangkan. Pusat studi mulai melebar dari Jerman, Inggris,
Austria dan Amerika Serikat. Tidak semua pemikir memberi
konotasi ekonomi politik sebagai kajian mereka karena kebanyakan
teori
yang
diungkapkan
berupa
prinsip-prinsip
ekonomi
konvensional atau hal-hal yang paradoksal dengan studi ekonomi
politik akibat keengganan mereka menggunakan menyebut istilah
tersebut. Buah pemikiran mereka dapat dijadikan tolok ukur
tentang polemik yang terjadi mengenai eksistensi ekonomi politik
yang mulai popular abad ke-20. Tokoh-tokoh yang mengembangkan
studi pembangunan masyarakat yang tak lupa dari pemikiran
ekonomi adalah Lucian Pye, La Palombara, David Easton, Gabriel
Almond, Max Weber, Huntington dan Hans J Morgenthau.
2. Zaman Klasik Baru II
Mazhab ini muncul menjadi penyempurna Mazhab Klasik
Baru. Tokoh pemikirnya antara lain Piero Sraffa (1898-1983), Joan V
Robinson (1903-1983) dan edward H Chamberlain (1899-1967).
Mazhab
ini
memberikan
sumbangan
besar
dalam
lapangan
ekonomi politik berupa teori-teori pembaharuan mazhab pasar,
masalah-masalah ekonomi kesejahteraan yang menyoroti segi
normatif dari mekanisme pasar. Mazhab ini menyorot segi moral
dari monopoli dimana adanya pemerasan terhadap tenaga kerja
karena praktek itu menimbulkan kesengsaraan pihak lain. Pendapat
Neo Klasik antara lain :
a) Prinsip akumulasi kapital sebagai suatu faktor penting.
b) Perkembangan perekonomian sebagai hasil proses bertahap,
harmonis, dan kumulatif.
c) Optimisme terhadap perkembangan perekonomian.
d) Adanya aspek internasional dari perkembangan ekonomi.
Menyangkut aspek internasional perkembangan ekonomi suatu
negara mengalami beberapa tahap:
a. Mula-mula negara meminjam modal .
b. Setelah melakukan produktivitas akan membayar dividen dan
bunga pinjaman.
c. Peningkatan hasil negara dan sebagian melunasi pinjaman
modal.
d. Menerima dividen dan bunga atau surplus.
e. Pemberi pinjaman.
3. Zaman Keynesian (Pertengahan Abad ke-20)
Mazhab ini dipelopori John Maynard Keynes (1883-1946), seorang
pakar filsafat dari Cambridge University, Inggris. Ciri-ciri Mazhab ini
adalah :
1) Keadaan ekonomi keseluruhannya merupakan fokus untuk
dianalisis.
2) Pendobrakan atas ilmu ekonomi klasik yang berasumsi bahwa
sumber ekonomi yang mengatur dirinya sendiri itu digunakan
seluruhnya dan dianggap stabil.
3) Dalam perekonomian kapitalis dapat berkembang
ketidakseimbangan yang serius dan pengangguran serta
depresi jangka panjang.
Sementara itu ikhtisar umum tentang ekonomi politik antara lain :
1. Tidak berlaku lagi dalil kuat dari pemikiran Mazhab Klasik yang
menyangkut negara dan ekonomi yang mengejar tujuan masingmasing.
2. Penguasa politik dapat mempengaruhi ekonomi melalui variabel
ekonomi.
3. Analisis ekonomi dan kebijakan negara yang berpola intervensi
aktif.
4. Kebajikan individu dalam tabungan masyarkat dapat merugikan
kepentingan umum.
4. Zaman Post Keynesian
Para pemikirnya bertujuan memperluas cakrawala untuk analisis
jangka panjang.
1. Terdapat syarat-syarat penting yang diperlukan untuk
mempertahankan perkembangan yang mantap dari pendapatan
pada tingkat full employment income dengan tidak mengalami
deflasi maupun implasi
2. Apakah pendapatan itu benar-benar bertambah pada tingkat
sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya
kemacetan yang lama atau inflasi secara terus menerus.
C. Teori-teori yang berkaitan dengan EPI
Berikut mengenai perkembangan EPI berdasarkan teori yang
dikembangkan beberapa ahli :
1. Teori Merkantilisme
Merkantilisme adalah pandangan dunia tentang elit-elit politik yang berada
pada
garis
depan
pembangunan
negara
modern.
Merkantilisme
melihat
perekonomian internasional sebgai arena konflik antara kepentingan nasional yang
bertentangan daripada sebgai wilayah kerjasama dan saling menguntungkan.
Persaingan ekonomi antar negara dapat mengambil dua bentuk yang berbeda ( Gilpin
1987 ; 32). Pertama adalah merkantilisme bertahan atau ramah ( benign
Mercantulism) adalah negara memelihara kepentingan ekonomi nasionalnya sebab
hal tersebut merupakan unsur penting dalam keamanan nasionalnya, kebijakan
seperti itu tidak memiliki dampak negatif pada negara lain. Yang kedua adalah
merkantilisme agresif atau jahat( malevolent mercatutis) yaitu megara-negara
berupaya mengeksploitasi perekonomian internasional melalui kebijakan ekspansi.
Sebagai contoh, imperalisme kekuatan kolonial bangsa Eropa di asia dan Afrika.
Merkantilisme dengan demikian melihat kekuatan ekonomi dan kekuatan politik
militer sebagai tujuan yang saling melengkapi, bukan saling bersaing, dalam
lingkaran
arus
balik
positif.
Pencapaian
kekuatan
ekonomi
mendukung
pengembangan kekuatan politik dan militer negara dan kekuatan politik dapat
meningkatkan dan memperkuat ekonomi negara. Kaum merkantilis menyatakan
bahwa perekonomian seharusnya tunduk pada tujuan utama peningkatan kekuatan
negara, politik harus di utamakan daripada ekonomi. Tetapi isi dari kebijakankebijakan spesifik yang direkomendasikan untukmenjalankan tujuan tersebut telah
berubahsepanjuang waktu.
Ringkasnya
merkantilisme
mengganggap
perekonomian
tunduk
pada
komunitas politik dan khususnya pemerintah. Aktivitas ekonomi di lihat dalam
konteks yang lebih besar atas peningkatan kekuatan negara. Organisasi yang
bertanggung jawab dalam mempertahankan dan memajukan kepentingan nasional
yang di sebut negara, memerintah di ats kepentingan ekonomi swasta. Kekayaan dan
kekuasaan adalah tujuan yang saling melengkapi bukan saling bertentangan.
Ketergantungan ekonomi pada negara-negara lain seharusnya di hindari sejauh
mungkin. Ketika kepentingan ekonomi dan keamanan pecah, kepentingan keamanan
mendapat prioritas.
2. Liberalisme ekonomi
Adam smith ( 1723-90), bapak Liberalisme ekonomi, yakin bahwa pasar
cenderung meluas secara spontan demi kepuasan kebutuhan manusia. Juga
menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh ikut campur. Ekonomi liberal di sebut
doktrin dan serangkaian prinsip dalam mengorganisasikan dan mengatur
pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan individu ( Gilvin 1987 : 27 ). Ekonomi
liberal didasarkan pada pemikiran bahwa jika di biarkan sendiri perekonomian pasar
akan berjalan spontan menurut mekanisme atau hukumnya sendiri. Hukum ini
dipandang melekat dalam proses produksi ekonomidan perdagangan. Kaum ekonomi
liberal menolak pandangan kaum merkantilis bahwa negara adalah aktor dan fokus
sentral ketika menghadapi permasalahan ekonomi. Aktor sentral adalah individu
sebgai konsumen dan sebagai produsen. Pasar adalah arena terbuka tempat para
individu bersama-sama menukarkan barang dan jasa. Kaum liberal selanjutnya
menolak pandangan” zero sum” kaum merkantilis, suatu pandangan bahwa
keuntungan ekonomi suatu negara sebenarnya merupakan kerugian ekonomi negara
lain. Kaum ekonom liberal terdahulu menyebut Laissez faire yaitu kebebasan pasar
dari semua jenis pembatasan dan peraturan politik.
Ringkasnya, kaum ekonomi liberal berpendapat bahwa perekonomian pasar
merupakan suatu wilayah otonom dari masyarakat yangberjalan menurut hukum
ekonominya sendiri. Pertukaran ekonomi bersifat “ positive sum game” dan pasar
cenderung akan nampak memaksimalkan keuntungan bagi semua individu, rumah
tangga, dan perusahaan yang berpartisipasi dalam pertukaran pasar. Perekonomian
merupakan wilayah kerjasama bagi keuntungan timbal balik antar negara dan juga
antar individu. Dengan demikian, perekonomian internasional seharusnya di
dasarkan perdagangan bebas.
3. Marxisme
Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan
realis/liberal tentang konflik atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada
aspek ekonomi dan materi. Marxisme membuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting
daripada persoalan-persoalan yang lain sehingga memungkinkan bagi peningkatan
kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis memandang sistem internasional
sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal (kapital).
Kaum Marxis sepakat dengan kaum merkantilis bahwa politik dan ekonomi
sangat berkaitan, keduanya menolak pandangan kaum liberal tentang bidang
ekonomi yang berjalan dengan hukumnya sendiri. Tetapi , sementara kaum
merkantilis melihat ekonomi sebagai alat politik, kaum marxis menempatkan
ekonomi yang pertama dan politik yang kedua. Bagi kaum marxis, perekonomian
kapitalis didasarkan pada dua kelas sosial yang bertentangan salah satu kelas, kaum
borjuis, memiliki alat-alat produksi. Kelas lain, kaum protelar, hanya memiliki
kekuatan kerjanya saja, yang harus di jual pada borjuis. Tetapi buruh lebih banyak
bekerja di banding yang ia dapatkan kmbali. Terdapat nilai tambah yang di ambil
kaum borjuis. Hal ini merupakan keuntungan kapitalis, dan keuntungan itu berasal
dari eksploitasi tenaga kerja.
Pandangan kaum Marxis tersebut disebut “Matrialisme”. Hal
ini didasarkan pada pernyataan bahwa
aktivitas inti
dalam
masyarakat mana pun hirau dengan cara-cara bagaimana manusia
menghasilkan alat-alat eksistensinya.
Teori ekonomi politik internasional saat ini yang berdasarkan
kerangka Marxisme adalah analisis Immanuel Wallerstein tentang
perkembangan
sejarah
perekonomian
dunia
kapitalis
(Wallerstein:1979:1991). Wallerstein memberikan banyak tekanan
pada perekonomian dunia dan cenderung mengabaikan politik
Internasional.
Ia
mempercayai
perekonomian
dunia
sebagai
pembangunan yang tidak seimbang yang telah menghasilkan
hierarki dari wilayah core,semi periphery, dan periphery. Yang kaya
dari wilayah core (Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang) digerakkan
atas penderitaaan wilayah periphery (Dunia Ketiga). Wellerstein
melihat akhir Perang Dingin dan kehancuran blok Soviet sebagai
akibat dari perkembangan perekonomian dunia kapitalis. Meskipun
demikian, prospek jangka panjang adalah kehancuran system
kapitalis.
Sebab
kontradiksi
dari
system
tersebut
sekarang
dibiarkan pada sekala dunia. Keberhasilan, bukan kegagalan,
merupakan
ancaman
nyata
bagi
kapitalisme
global,
ketika
kemungkinan perluasan semuanya digunakan, upaya tanpa akhir
dalam mencari keuntungan akan mengakibatkan pada krisis baru
dalam perekonomian kapitalis dunia yang, cepat atau lambat, akan
menengarai kematiannya.
Kami dapat meringkas poendekatan kaum marxis sebagai
berikut. Perekonomian adalah tempat eksploitasi da perbedaan
antar kelas sosial, khususnya kaum borjuis dan kaum proletar.
Politik sebagian besar ditentukan oleh konteks sosial ekonomi.
Kelas ekonomi yang dominan juga dominan secara politik. Hal itu
berarti bahwa dalam perekonomian kapitalis kaum borjuis akan
menjadi kelas berkuasa. Pembangunan kapitalis global bersifat
tidak seimbang bahkan menghasilkan krisis dan kontradiksi, baik
antar Negara maupun antar kelas sosial. EPI marxis selanjutnya
hirau
pada
sejarah
tentang
perluasan
kapitalisme
global,
perjuangan antar kelas dan Negara yang telah membangkitkan
kebangkitan di nseluruh dunia, dan bagaimana transformasi yang
revolusioner dari dunia tersebut mungkin akan muncul.
PEMBANDING
MERKANTILISME
Hubungan
Politik
antara
menentukan
ekonomi
LIBERALISME
yang Ekonomi
MARXISME
Ekonomi
otonom
yang
dan
menentukan
politik
Aktor
Negara-negara
utama.unit
Individu-
Kelas-kelas
individu
analisis
Sifat
Konfliktual
hubungan
sum game
ekonomi
Tujuan
zero Kooperatif
positive
Konfliktual
sum
game
Negara-negara
ekonomi
Memaksimumka
Kepentingan
n kesejahteraan kelas
indidivu
Bagan Tiga teori EPI
D. Teori Pembangunan Dunia Ketiga
Teori Pembangunan Dunia Ketiga adalah teori-teori pembangunan yang
berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh negara-negara miskin atau
negara yang sedang berkembang dalam dunia yang didominasi oleh kekuatan
ekonomi, ilmu pengetahuan dan kekuatan militer negara-negara adikuasa atau negara
industri maju.
Persoalan-persoalan yang dimaksud yakni bagaimana mempertahankan hidup atau
meletakkan dasar-dasar ekonominya agar dapat bersaing di pasar internasional.
Untuk mengukur pembangunan atau pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat
dilihat dari:
1. Kekayaan
rata-rata
yakni
produktifitas
masyarakat
atau
produktifitas negara tersebut melalui produk nasional bruto dan
produk domestic bruto.
2. Pemerataan: tidak saja kekayaan atau produktifitas bangsa yang
dilihat, tetapi juga pemerataan kekayaan dimana tidak terjadi
ketimpangan yang besar antara pendapatan golongan termiskin,
menengah dan golongan terkaya. Bangsa yang berhasil dalam
pembangunan adalah bangsa yang tinggi produktifitasnya serta
penduduknya relatif makmur dan sejahtera secara merata.
3. Kualitas kehidupan dengan tolok ukur PQLI (Physical Quality of
Life Index) yakni: rata-rata harapan hidup sesudah umur satu
tahun, rata-rata jumlah kematian bayi, dan rata-rata presentasi
buta dan melek huruf.
4. Kerusakan lingkungan.
5. Kejadian sosial dan kesinambungan.
Teori
Modernisasi:
Pembangunan
sebagai
masalah
internal.
Teori ini menjelaskan bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh
faktor internal atau faktor-faktor yang terdapat di dalam negara
yang bersangkutan.
Ada banyak variasi dan teori yang tergabung dalam kelompok teori
ini antara lain adalah:
1. Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan
masalah penyediaan modal dan investasi. Teori ini biasanya
dikembangkan oleh para ekonom. Pelopor teori antara lain Roy
Harrod dan Evsay Domar yang secara terpisah berkarya namun
menghasilkan kesimpulan sama yakni: pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi.
2. Teori yang menekankan aspek psikologi individu. Tokohnya
adalah McClelaw dengan konsepnya The Need For Achievment
dengan
symbol
n.
ach,
yakni
kebutuhan
atau
dorongan
berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan berarti
membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara
pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang
masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.
3. Teori
yang
menekankan
nilai-nilai
budaya
mempersoalkan
masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di
sekitarnya,
khususnya
nilai-nilai
agama.
Satu
masalah
pembangunan bagi Max Weber (tokoh teori ini) adalah tentang
peranan
agaman
sebagai
faktor
penyebab
munculnya
kapitalisme di Eropa barat dan Amerika Serikat. Bagi Weber
penyebab utama dari semua itu adalah etika protestan yang
dikembangkan oleh Calvin.
4. Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan
politik yang mendukung proses pembangunan sebelum lepas
landas dimulai.
5. Teori
ini
menekankan
lingkungan
material.
Dalam
hal
ini
lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk
membentuk manusia modern yang bisa membangun
Teori ketergantungan.
Teori ini pada mulanya adalah teori struktural yang menelaah
jawaban yang diberikan oleh teori modernisasi. Teori struktural
berpendapat bahwa kemiskinan yang terjadi di negara dunia ketiga
yang mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat
dari struktur pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian
dunia yang eksploitatif dimana yang kuat mengeksploitasi yang
lemah.
Ada 6 inti pembahasan teori ketergantungan:
1. Pendekatan keseluruhan melalui pendekatan kasus.
2. Pakar eksternal melawan internal.
3. Analisis ekonomi melawan analisi sosiopolitik
4. Kontradiksi sektoral/regional melawan kontradiksi kelas.
5. Keterbelakangan melawan pembangunan.
6. Voluntarisme melawan determinisme
Teori Dinamika Produksi
Tahapan pembangunan tidak hanya deskriptif, tidak pula
hanya suatu cara untuk menggeneralisir beberapa pengamatan
faktual
tentang
urutan
pertumbuhan
masyarakat.
Tahapan
pembangunan memiliki logika tersendiri yang berkesinambungan.
Tahapan tersebut mempunyai kerangka analitik yang berakar pada
teori dinamika produksi. Teori klasik pembangunan dirumuskan
berdasarkan asumsi dasar yang statis yang membatasi atau hanya
mengijinkan
variabel
yang
paling
relevan
dengan
proses
pertumbuhan ekonomi.
E. Kombinasi Teori-Teori Klasik
Pendekatan Gilpin (1987) yang pada dasarnya merkantilis
juga sesuai untuk mempelajari kerangka politik mengitari aktivitas
ekonomi. Pe3ndekatan itu mencerminkan premis dasarnya bahwa
Negara dan kekuatan politik militernya lebih penting dalam EPI
daripada bentuk-bentuk kekuatan lainnya, termasuk kekuatan
ekonomi . Gilpin menjadikan pernyataan kaum merkantilis tentang
perekonomian internasional yang liberal hanya dapat berfungsi
ketika didukung oleh kekuatan politik yang memimpin, disebut
hegomon. Kami akan kembali pada persoalan ini dibawah.
Perdebatan yang paling penting dimunculkan oleh teori-teori
EPI berasal dari Merkantilisme yang hirau dengan perlunya Negara
yang kuat untuk menciptakan perekonomian Internasional Liberal,
yang berfungsi baik. Perdebatan yang paling penting dipicu oleh
marxisme yang hirau dengan pembangunan dan keterbelakangan
didunia Ke tiga. Akhirnay kaum ekonomi Liberal telah memicu
sejumlah perdebatan dalam berbagai macam isu. Kami memilih
berkonsentrasi pada isu perubahan dalam konteks globalisasi
ekonomi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Merkantilisme menganggap perekonomian tunduk pada politik.
Aktivitas ekonomi dilihat dalam konteks yang lebih besar dari kekuatan
Negara yang meningkat, kepentingan nasional mengatur pasar.
Kekayaan dan kekuatan merupakan tujuan yang saling melengkapi
bukan saling bersaing, tetapi ketergantungan ekonomi yang besar
pada Negara lain harus dihindari ketika kepentingan ekonomi dan
keamanan pecah, kepentingan keamanan memiliki prioritas.
Ekonomi kaum liberal berpendapat bahwa perekonomian pasar
merupakan wilayah otonom dari masyarakat, berjalan sesuai dengan
hukum ekonominya sendiri. Pertukaran ekonomi bersifat “positive sun
game”, dan pasar akan cenderung memaksimalkan keuntungan bagi
individu, rumah tangga, dan perusahaan. Perekonomian merupakan
bidang kerjasama yang slingmenguntungkan, antar Negara dan juga
antar individu.
Dalam
pendekatan
marxis
perekonomian
adalah
tempat
eksploitasi dan perbedaan antar kelas sosial, khususnya kaum borjuis
dan kaum proletar. Politik untuk sbagian besar ditentukan oleh konteks
sosio ekonomi. Kelas ekonomi yang paling dominan juga dominan
secara politik. EPI hirau dengan sejarah ekspansi kapitalis global dan
perjuangan antar kelas dan. Pembangunan kapitalis bersifat tidak
seimbang dan menghasilkan krisis dan kontradiksi baru, baik antar
Negara maupun antar kelas sosial.
EPI juga mengangkat masalah pembangunan dan perubahan
kenegaraan
berdaulat
secara
langsung.
Perekonomian
nasional
merupakan sumber daya yang sangat mendasar bagi Negara-bangsa.
Ketika perekonomian nasional berada dalam proses yang terintegrasi
ke dalam perekonomian dalam konteks glonalisasi ekonomi, dasar
keseluruhan bagi kenegaraan yang modern berubah dengan cara yang
kritis.
DAFTAR PPUSTAKA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Politik
Dosen pengampu :
Disusun Oleh:
Zurryatun Sholihah
(20140430002)
Fakultas Ekonomi
Jurusan Ekonomi Keuangan dan Perbankan Islam
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat limpahan rahmat dan karunianya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema “Ekonomi Politik Internasional”.
Makalah ini berisi tentang Ekonomi Politik Internasional. Dengan tujuan sebagai
sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman pada materi ini.
Namum, penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat
membangun.
Yogyakarta,30 September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
2. Tujuan ............................................................................................................................ 5
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
A............................................................................................................ 6
B. ……………………………………………………………............. 7
C.…………….......................................................................................... 8
D.……………………………………………………………............ 9
E.………………………………………………............. 10
BAB III
PENUTUP .........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Setiap
berbicara
tentang
kekuasaan
dalam
hubungan
internasional menimbulkan kesan bahwa masalah-masalah dunia
hanya berkaitan dengan konflik dan kesiagaan militer. Namum
sebenarnya, interaksi utama antar pemerintah dan antar bangsa
adalah ekonomi. Dimensi ekonomi selalu hadir dalam berbagai hal
seperti penjualan senjata internasional, politik kekuasaan, dan
tentu
saja
perekonomian
global.
Bahkan
dalam
hubungan
internasioanal yang lebih luas melibatkan berbagai organisasi
pemerintahan,
perusahaan,
individu
dan
actor-aktor
non
pemerintah lainnya, transaksi ekonomi juga menjadi kegiatan
utama. Beberapa tahun lalu, politik Internasional di anggap lahan
khusus para ilmuwan politik dan ekonomi internasional merupakan
bagian para ekonom. Pada saat ini, politik dunia tidak bisa di
pahami hanya melalui saru perpekstif saja, studi hubungan tidak
cukup bila hanya membahas soal politik tanpa mempelajari
ekonomi. Maka pada pembahasan kami menyajikan berbagai motif,
kegiatan, dan kebijakan ekonomi yang melintasi batas politik
nasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam
makalah ini sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ekonomi Politk Internasional (EPI )
Ekonomi Politik Internasional ( EPI ) menurut DR.Mohtar
Mas’oed dalam bukunya Ekonomi Politik Internasional tahun
1989/1990, didefinisikan sebagai studi tentang saling hubungan
antara ekonomi dan politik dalam arena internasional, yaitu
bagaimana
soal-soal
ekonomi
seperti
inflasi,
defisit
neraca
perdagangan atau pembayaran, penanaman modal asing, efisiensi
produksi,
dan
sebagainya.
Berkaitan
dengan
urusan
politik
bahwa
dalam
internasional dan politik domestik.
Mohtar
Mas’oed
menambahkan
lagi
pengertian yang lebih spesifik bisa disebutkan bahwa fokus
perhatian ekonomi politik internasional adalah hubungan antara
dinamika
berkaitan
pasar
dengan
dengan
domestik
pasar
itu
di
keputusan-keputusan
tingkat
domestik
yang
maupun
internasional. Ini berarti bahwa studi ekonomi politik internasional
adalah studi tentang hubungan antara politik domestik di berbagai
negara dengan ekonomi internasional atau sebaliknya, ini adalah
studi tentang dampak kekuatan pasar yang beroperasi dalam
ekonomi internasional terhadap politik domestik negara-negara
tertentu.
Sebagai contoh dapat kita lihat bagaimana gejolak harga
minyak dunia ketika Amerika Serikat mengancam Iran jika tetap
berkuat untuk melakukan pengayaan uranium di wilayah Iran.
Walaupun Iran telah berkeras dan berjanji bahwa pengayaan
uranium yang digalakkan oleh pemerintahnya, murni untuk tujuan
damai, Amerika Serikat tetap tidak percaya. Akibatnya Amerika
Serikat
mengancam
akan
melakukan
tindakan
seperti
yang
dilakukan olehnya terhadap Irak dan Afghanistan. Akibat ancaman
ini harga minyak mentah dunia sempat melonjak naik menjadi 72
dolar AS per barel-nya untuk pertama kali. Hal ini disebabkan
adanya ancaman dari Iran akan membatasi aliran minyak dari
ladang-ladang minyaknya, jika krisis Teheran semakin memburuk.
Tentu saja keadaan ini dijadikan serangan balik oleh Iran agar
Amerika Serikat tidak berkeras menyerang negaranya. Karena jika
ini terjadi, Industri Amerika Serikat akan terancam,mengingat
banyaknya konsumsi minyah mentah oleh indsutri di Amerika
Serikat. Selain itu karena Iran juga adalah produsen minyak mentah
nomor empat terbesar di dunia, maka serangan terhadap Iran akan
berpengaruh juga ke seluruh dunia. Sebaliknya harga minyak
mentah yang meroket naik tersebut mengakibatkan ikut naiknya
pula harga kebutuhan pokok di Indonesia. Keadaan ini dikarenakan
pendistribusian kebutuhan pokok seperti beras, sayur mayur, dan
sebagainya menggunakan kenderaaan sebagai alat transportasi
dan alat transportasi itu membutuhkan bensin sebagai pembantu
gerak dari mesin kendaraan. Dengan naiknya harga kebutuhan
pokok ini, mengakibatkan keadaan masyarakat semakin sengsara.
Karena naiknya harga kebutuhan pokok, tidak disertai dengan
kenaikan pendapatan masyarakat.
B. Perkembangan Pemikiran ekonomi politik
Pemikiran ekonomi politik telah berkembang sejak beberapa
abad lalu. Kini aktualitas ekonomi politik semakin kuat karena pada
kenyataannya
kehidupan
ekonomi
tak
bisa
dipisahkan
dari
kehidupan politik. Demikian pula sebaliknya, keputusan politik
banyak yang berlatar belakang kepentingan ekonomi. Fenomena
itu sangat kuat baik di negara maju maupun negara berkembang.
1. Zaman Klasik Baru (Pertengahan Abad ke-19 sampai Abad ke-20)
Pada zaman klasik baru perkembangan ekonomi politik masih
didominasi
pemikiran
Mazhab
Klasik.
Namun
muncul
pula
pemikiran lain yang berbeda dengan aliran Klasik terutama setelah
Marx dan Engels membuat teori-teori mereka tentang sistem
ekonomi. Namun dalam Zaman Klasik Baru yang dapat diartikan
sebagai masa jayanya pemikir-pemikir Aliran Klasik gaya baru
mereka lainnya.Tokh-tokoh pemikir zaman ini antara lain : Herman
Heinrich (1810-1858), Karl Merger (1841-1921), Eugen von Bohn
Bawerk (1851-1914) dan Friedrich von Wieser (1851-1926).
Perbedaan antara pemikiran Mazhab Klasik dan Mazhab
Neo Klasik terletak pada pola pendekatan dan metodologi yang
dikembangkan. Pusat studi mulai melebar dari Jerman, Inggris,
Austria dan Amerika Serikat. Tidak semua pemikir memberi
konotasi ekonomi politik sebagai kajian mereka karena kebanyakan
teori
yang
diungkapkan
berupa
prinsip-prinsip
ekonomi
konvensional atau hal-hal yang paradoksal dengan studi ekonomi
politik akibat keengganan mereka menggunakan menyebut istilah
tersebut. Buah pemikiran mereka dapat dijadikan tolok ukur
tentang polemik yang terjadi mengenai eksistensi ekonomi politik
yang mulai popular abad ke-20. Tokoh-tokoh yang mengembangkan
studi pembangunan masyarakat yang tak lupa dari pemikiran
ekonomi adalah Lucian Pye, La Palombara, David Easton, Gabriel
Almond, Max Weber, Huntington dan Hans J Morgenthau.
2. Zaman Klasik Baru II
Mazhab ini muncul menjadi penyempurna Mazhab Klasik
Baru. Tokoh pemikirnya antara lain Piero Sraffa (1898-1983), Joan V
Robinson (1903-1983) dan edward H Chamberlain (1899-1967).
Mazhab
ini
memberikan
sumbangan
besar
dalam
lapangan
ekonomi politik berupa teori-teori pembaharuan mazhab pasar,
masalah-masalah ekonomi kesejahteraan yang menyoroti segi
normatif dari mekanisme pasar. Mazhab ini menyorot segi moral
dari monopoli dimana adanya pemerasan terhadap tenaga kerja
karena praktek itu menimbulkan kesengsaraan pihak lain. Pendapat
Neo Klasik antara lain :
a) Prinsip akumulasi kapital sebagai suatu faktor penting.
b) Perkembangan perekonomian sebagai hasil proses bertahap,
harmonis, dan kumulatif.
c) Optimisme terhadap perkembangan perekonomian.
d) Adanya aspek internasional dari perkembangan ekonomi.
Menyangkut aspek internasional perkembangan ekonomi suatu
negara mengalami beberapa tahap:
a. Mula-mula negara meminjam modal .
b. Setelah melakukan produktivitas akan membayar dividen dan
bunga pinjaman.
c. Peningkatan hasil negara dan sebagian melunasi pinjaman
modal.
d. Menerima dividen dan bunga atau surplus.
e. Pemberi pinjaman.
3. Zaman Keynesian (Pertengahan Abad ke-20)
Mazhab ini dipelopori John Maynard Keynes (1883-1946), seorang
pakar filsafat dari Cambridge University, Inggris. Ciri-ciri Mazhab ini
adalah :
1) Keadaan ekonomi keseluruhannya merupakan fokus untuk
dianalisis.
2) Pendobrakan atas ilmu ekonomi klasik yang berasumsi bahwa
sumber ekonomi yang mengatur dirinya sendiri itu digunakan
seluruhnya dan dianggap stabil.
3) Dalam perekonomian kapitalis dapat berkembang
ketidakseimbangan yang serius dan pengangguran serta
depresi jangka panjang.
Sementara itu ikhtisar umum tentang ekonomi politik antara lain :
1. Tidak berlaku lagi dalil kuat dari pemikiran Mazhab Klasik yang
menyangkut negara dan ekonomi yang mengejar tujuan masingmasing.
2. Penguasa politik dapat mempengaruhi ekonomi melalui variabel
ekonomi.
3. Analisis ekonomi dan kebijakan negara yang berpola intervensi
aktif.
4. Kebajikan individu dalam tabungan masyarkat dapat merugikan
kepentingan umum.
4. Zaman Post Keynesian
Para pemikirnya bertujuan memperluas cakrawala untuk analisis
jangka panjang.
1. Terdapat syarat-syarat penting yang diperlukan untuk
mempertahankan perkembangan yang mantap dari pendapatan
pada tingkat full employment income dengan tidak mengalami
deflasi maupun implasi
2. Apakah pendapatan itu benar-benar bertambah pada tingkat
sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya
kemacetan yang lama atau inflasi secara terus menerus.
C. Teori-teori yang berkaitan dengan EPI
Berikut mengenai perkembangan EPI berdasarkan teori yang
dikembangkan beberapa ahli :
1. Teori Merkantilisme
Merkantilisme adalah pandangan dunia tentang elit-elit politik yang berada
pada
garis
depan
pembangunan
negara
modern.
Merkantilisme
melihat
perekonomian internasional sebgai arena konflik antara kepentingan nasional yang
bertentangan daripada sebgai wilayah kerjasama dan saling menguntungkan.
Persaingan ekonomi antar negara dapat mengambil dua bentuk yang berbeda ( Gilpin
1987 ; 32). Pertama adalah merkantilisme bertahan atau ramah ( benign
Mercantulism) adalah negara memelihara kepentingan ekonomi nasionalnya sebab
hal tersebut merupakan unsur penting dalam keamanan nasionalnya, kebijakan
seperti itu tidak memiliki dampak negatif pada negara lain. Yang kedua adalah
merkantilisme agresif atau jahat( malevolent mercatutis) yaitu megara-negara
berupaya mengeksploitasi perekonomian internasional melalui kebijakan ekspansi.
Sebagai contoh, imperalisme kekuatan kolonial bangsa Eropa di asia dan Afrika.
Merkantilisme dengan demikian melihat kekuatan ekonomi dan kekuatan politik
militer sebagai tujuan yang saling melengkapi, bukan saling bersaing, dalam
lingkaran
arus
balik
positif.
Pencapaian
kekuatan
ekonomi
mendukung
pengembangan kekuatan politik dan militer negara dan kekuatan politik dapat
meningkatkan dan memperkuat ekonomi negara. Kaum merkantilis menyatakan
bahwa perekonomian seharusnya tunduk pada tujuan utama peningkatan kekuatan
negara, politik harus di utamakan daripada ekonomi. Tetapi isi dari kebijakankebijakan spesifik yang direkomendasikan untukmenjalankan tujuan tersebut telah
berubahsepanjuang waktu.
Ringkasnya
merkantilisme
mengganggap
perekonomian
tunduk
pada
komunitas politik dan khususnya pemerintah. Aktivitas ekonomi di lihat dalam
konteks yang lebih besar atas peningkatan kekuatan negara. Organisasi yang
bertanggung jawab dalam mempertahankan dan memajukan kepentingan nasional
yang di sebut negara, memerintah di ats kepentingan ekonomi swasta. Kekayaan dan
kekuasaan adalah tujuan yang saling melengkapi bukan saling bertentangan.
Ketergantungan ekonomi pada negara-negara lain seharusnya di hindari sejauh
mungkin. Ketika kepentingan ekonomi dan keamanan pecah, kepentingan keamanan
mendapat prioritas.
2. Liberalisme ekonomi
Adam smith ( 1723-90), bapak Liberalisme ekonomi, yakin bahwa pasar
cenderung meluas secara spontan demi kepuasan kebutuhan manusia. Juga
menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh ikut campur. Ekonomi liberal di sebut
doktrin dan serangkaian prinsip dalam mengorganisasikan dan mengatur
pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan individu ( Gilvin 1987 : 27 ). Ekonomi
liberal didasarkan pada pemikiran bahwa jika di biarkan sendiri perekonomian pasar
akan berjalan spontan menurut mekanisme atau hukumnya sendiri. Hukum ini
dipandang melekat dalam proses produksi ekonomidan perdagangan. Kaum ekonomi
liberal menolak pandangan kaum merkantilis bahwa negara adalah aktor dan fokus
sentral ketika menghadapi permasalahan ekonomi. Aktor sentral adalah individu
sebgai konsumen dan sebagai produsen. Pasar adalah arena terbuka tempat para
individu bersama-sama menukarkan barang dan jasa. Kaum liberal selanjutnya
menolak pandangan” zero sum” kaum merkantilis, suatu pandangan bahwa
keuntungan ekonomi suatu negara sebenarnya merupakan kerugian ekonomi negara
lain. Kaum ekonom liberal terdahulu menyebut Laissez faire yaitu kebebasan pasar
dari semua jenis pembatasan dan peraturan politik.
Ringkasnya, kaum ekonomi liberal berpendapat bahwa perekonomian pasar
merupakan suatu wilayah otonom dari masyarakat yangberjalan menurut hukum
ekonominya sendiri. Pertukaran ekonomi bersifat “ positive sum game” dan pasar
cenderung akan nampak memaksimalkan keuntungan bagi semua individu, rumah
tangga, dan perusahaan yang berpartisipasi dalam pertukaran pasar. Perekonomian
merupakan wilayah kerjasama bagi keuntungan timbal balik antar negara dan juga
antar individu. Dengan demikian, perekonomian internasional seharusnya di
dasarkan perdagangan bebas.
3. Marxisme
Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan
realis/liberal tentang konflik atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada
aspek ekonomi dan materi. Marxisme membuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting
daripada persoalan-persoalan yang lain sehingga memungkinkan bagi peningkatan
kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis memandang sistem internasional
sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal (kapital).
Kaum Marxis sepakat dengan kaum merkantilis bahwa politik dan ekonomi
sangat berkaitan, keduanya menolak pandangan kaum liberal tentang bidang
ekonomi yang berjalan dengan hukumnya sendiri. Tetapi , sementara kaum
merkantilis melihat ekonomi sebagai alat politik, kaum marxis menempatkan
ekonomi yang pertama dan politik yang kedua. Bagi kaum marxis, perekonomian
kapitalis didasarkan pada dua kelas sosial yang bertentangan salah satu kelas, kaum
borjuis, memiliki alat-alat produksi. Kelas lain, kaum protelar, hanya memiliki
kekuatan kerjanya saja, yang harus di jual pada borjuis. Tetapi buruh lebih banyak
bekerja di banding yang ia dapatkan kmbali. Terdapat nilai tambah yang di ambil
kaum borjuis. Hal ini merupakan keuntungan kapitalis, dan keuntungan itu berasal
dari eksploitasi tenaga kerja.
Pandangan kaum Marxis tersebut disebut “Matrialisme”. Hal
ini didasarkan pada pernyataan bahwa
aktivitas inti
dalam
masyarakat mana pun hirau dengan cara-cara bagaimana manusia
menghasilkan alat-alat eksistensinya.
Teori ekonomi politik internasional saat ini yang berdasarkan
kerangka Marxisme adalah analisis Immanuel Wallerstein tentang
perkembangan
sejarah
perekonomian
dunia
kapitalis
(Wallerstein:1979:1991). Wallerstein memberikan banyak tekanan
pada perekonomian dunia dan cenderung mengabaikan politik
Internasional.
Ia
mempercayai
perekonomian
dunia
sebagai
pembangunan yang tidak seimbang yang telah menghasilkan
hierarki dari wilayah core,semi periphery, dan periphery. Yang kaya
dari wilayah core (Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang) digerakkan
atas penderitaaan wilayah periphery (Dunia Ketiga). Wellerstein
melihat akhir Perang Dingin dan kehancuran blok Soviet sebagai
akibat dari perkembangan perekonomian dunia kapitalis. Meskipun
demikian, prospek jangka panjang adalah kehancuran system
kapitalis.
Sebab
kontradiksi
dari
system
tersebut
sekarang
dibiarkan pada sekala dunia. Keberhasilan, bukan kegagalan,
merupakan
ancaman
nyata
bagi
kapitalisme
global,
ketika
kemungkinan perluasan semuanya digunakan, upaya tanpa akhir
dalam mencari keuntungan akan mengakibatkan pada krisis baru
dalam perekonomian kapitalis dunia yang, cepat atau lambat, akan
menengarai kematiannya.
Kami dapat meringkas poendekatan kaum marxis sebagai
berikut. Perekonomian adalah tempat eksploitasi da perbedaan
antar kelas sosial, khususnya kaum borjuis dan kaum proletar.
Politik sebagian besar ditentukan oleh konteks sosial ekonomi.
Kelas ekonomi yang dominan juga dominan secara politik. Hal itu
berarti bahwa dalam perekonomian kapitalis kaum borjuis akan
menjadi kelas berkuasa. Pembangunan kapitalis global bersifat
tidak seimbang bahkan menghasilkan krisis dan kontradiksi, baik
antar Negara maupun antar kelas sosial. EPI marxis selanjutnya
hirau
pada
sejarah
tentang
perluasan
kapitalisme
global,
perjuangan antar kelas dan Negara yang telah membangkitkan
kebangkitan di nseluruh dunia, dan bagaimana transformasi yang
revolusioner dari dunia tersebut mungkin akan muncul.
PEMBANDING
MERKANTILISME
Hubungan
Politik
antara
menentukan
ekonomi
LIBERALISME
yang Ekonomi
MARXISME
Ekonomi
otonom
yang
dan
menentukan
politik
Aktor
Negara-negara
utama.unit
Individu-
Kelas-kelas
individu
analisis
Sifat
Konfliktual
hubungan
sum game
ekonomi
Tujuan
zero Kooperatif
positive
Konfliktual
sum
game
Negara-negara
ekonomi
Memaksimumka
Kepentingan
n kesejahteraan kelas
indidivu
Bagan Tiga teori EPI
D. Teori Pembangunan Dunia Ketiga
Teori Pembangunan Dunia Ketiga adalah teori-teori pembangunan yang
berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh negara-negara miskin atau
negara yang sedang berkembang dalam dunia yang didominasi oleh kekuatan
ekonomi, ilmu pengetahuan dan kekuatan militer negara-negara adikuasa atau negara
industri maju.
Persoalan-persoalan yang dimaksud yakni bagaimana mempertahankan hidup atau
meletakkan dasar-dasar ekonominya agar dapat bersaing di pasar internasional.
Untuk mengukur pembangunan atau pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat
dilihat dari:
1. Kekayaan
rata-rata
yakni
produktifitas
masyarakat
atau
produktifitas negara tersebut melalui produk nasional bruto dan
produk domestic bruto.
2. Pemerataan: tidak saja kekayaan atau produktifitas bangsa yang
dilihat, tetapi juga pemerataan kekayaan dimana tidak terjadi
ketimpangan yang besar antara pendapatan golongan termiskin,
menengah dan golongan terkaya. Bangsa yang berhasil dalam
pembangunan adalah bangsa yang tinggi produktifitasnya serta
penduduknya relatif makmur dan sejahtera secara merata.
3. Kualitas kehidupan dengan tolok ukur PQLI (Physical Quality of
Life Index) yakni: rata-rata harapan hidup sesudah umur satu
tahun, rata-rata jumlah kematian bayi, dan rata-rata presentasi
buta dan melek huruf.
4. Kerusakan lingkungan.
5. Kejadian sosial dan kesinambungan.
Teori
Modernisasi:
Pembangunan
sebagai
masalah
internal.
Teori ini menjelaskan bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh
faktor internal atau faktor-faktor yang terdapat di dalam negara
yang bersangkutan.
Ada banyak variasi dan teori yang tergabung dalam kelompok teori
ini antara lain adalah:
1. Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan
masalah penyediaan modal dan investasi. Teori ini biasanya
dikembangkan oleh para ekonom. Pelopor teori antara lain Roy
Harrod dan Evsay Domar yang secara terpisah berkarya namun
menghasilkan kesimpulan sama yakni: pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi.
2. Teori yang menekankan aspek psikologi individu. Tokohnya
adalah McClelaw dengan konsepnya The Need For Achievment
dengan
symbol
n.
ach,
yakni
kebutuhan
atau
dorongan
berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan berarti
membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara
pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang
masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.
3. Teori
yang
menekankan
nilai-nilai
budaya
mempersoalkan
masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di
sekitarnya,
khususnya
nilai-nilai
agama.
Satu
masalah
pembangunan bagi Max Weber (tokoh teori ini) adalah tentang
peranan
agaman
sebagai
faktor
penyebab
munculnya
kapitalisme di Eropa barat dan Amerika Serikat. Bagi Weber
penyebab utama dari semua itu adalah etika protestan yang
dikembangkan oleh Calvin.
4. Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan
politik yang mendukung proses pembangunan sebelum lepas
landas dimulai.
5. Teori
ini
menekankan
lingkungan
material.
Dalam
hal
ini
lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk
membentuk manusia modern yang bisa membangun
Teori ketergantungan.
Teori ini pada mulanya adalah teori struktural yang menelaah
jawaban yang diberikan oleh teori modernisasi. Teori struktural
berpendapat bahwa kemiskinan yang terjadi di negara dunia ketiga
yang mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat
dari struktur pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian
dunia yang eksploitatif dimana yang kuat mengeksploitasi yang
lemah.
Ada 6 inti pembahasan teori ketergantungan:
1. Pendekatan keseluruhan melalui pendekatan kasus.
2. Pakar eksternal melawan internal.
3. Analisis ekonomi melawan analisi sosiopolitik
4. Kontradiksi sektoral/regional melawan kontradiksi kelas.
5. Keterbelakangan melawan pembangunan.
6. Voluntarisme melawan determinisme
Teori Dinamika Produksi
Tahapan pembangunan tidak hanya deskriptif, tidak pula
hanya suatu cara untuk menggeneralisir beberapa pengamatan
faktual
tentang
urutan
pertumbuhan
masyarakat.
Tahapan
pembangunan memiliki logika tersendiri yang berkesinambungan.
Tahapan tersebut mempunyai kerangka analitik yang berakar pada
teori dinamika produksi. Teori klasik pembangunan dirumuskan
berdasarkan asumsi dasar yang statis yang membatasi atau hanya
mengijinkan
variabel
yang
paling
relevan
dengan
proses
pertumbuhan ekonomi.
E. Kombinasi Teori-Teori Klasik
Pendekatan Gilpin (1987) yang pada dasarnya merkantilis
juga sesuai untuk mempelajari kerangka politik mengitari aktivitas
ekonomi. Pe3ndekatan itu mencerminkan premis dasarnya bahwa
Negara dan kekuatan politik militernya lebih penting dalam EPI
daripada bentuk-bentuk kekuatan lainnya, termasuk kekuatan
ekonomi . Gilpin menjadikan pernyataan kaum merkantilis tentang
perekonomian internasional yang liberal hanya dapat berfungsi
ketika didukung oleh kekuatan politik yang memimpin, disebut
hegomon. Kami akan kembali pada persoalan ini dibawah.
Perdebatan yang paling penting dimunculkan oleh teori-teori
EPI berasal dari Merkantilisme yang hirau dengan perlunya Negara
yang kuat untuk menciptakan perekonomian Internasional Liberal,
yang berfungsi baik. Perdebatan yang paling penting dipicu oleh
marxisme yang hirau dengan pembangunan dan keterbelakangan
didunia Ke tiga. Akhirnay kaum ekonomi Liberal telah memicu
sejumlah perdebatan dalam berbagai macam isu. Kami memilih
berkonsentrasi pada isu perubahan dalam konteks globalisasi
ekonomi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Merkantilisme menganggap perekonomian tunduk pada politik.
Aktivitas ekonomi dilihat dalam konteks yang lebih besar dari kekuatan
Negara yang meningkat, kepentingan nasional mengatur pasar.
Kekayaan dan kekuatan merupakan tujuan yang saling melengkapi
bukan saling bersaing, tetapi ketergantungan ekonomi yang besar
pada Negara lain harus dihindari ketika kepentingan ekonomi dan
keamanan pecah, kepentingan keamanan memiliki prioritas.
Ekonomi kaum liberal berpendapat bahwa perekonomian pasar
merupakan wilayah otonom dari masyarakat, berjalan sesuai dengan
hukum ekonominya sendiri. Pertukaran ekonomi bersifat “positive sun
game”, dan pasar akan cenderung memaksimalkan keuntungan bagi
individu, rumah tangga, dan perusahaan. Perekonomian merupakan
bidang kerjasama yang slingmenguntungkan, antar Negara dan juga
antar individu.
Dalam
pendekatan
marxis
perekonomian
adalah
tempat
eksploitasi dan perbedaan antar kelas sosial, khususnya kaum borjuis
dan kaum proletar. Politik untuk sbagian besar ditentukan oleh konteks
sosio ekonomi. Kelas ekonomi yang paling dominan juga dominan
secara politik. EPI hirau dengan sejarah ekspansi kapitalis global dan
perjuangan antar kelas dan. Pembangunan kapitalis bersifat tidak
seimbang dan menghasilkan krisis dan kontradiksi baru, baik antar
Negara maupun antar kelas sosial.
EPI juga mengangkat masalah pembangunan dan perubahan
kenegaraan
berdaulat
secara
langsung.
Perekonomian
nasional
merupakan sumber daya yang sangat mendasar bagi Negara-bangsa.
Ketika perekonomian nasional berada dalam proses yang terintegrasi
ke dalam perekonomian dalam konteks glonalisasi ekonomi, dasar
keseluruhan bagi kenegaraan yang modern berubah dengan cara yang
kritis.
DAFTAR PPUSTAKA