TUGAS BAHASA INDONESIA KARYA TULIS ILMIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengertian anak yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Pasal 1 ayat (1) dan (2) yaitu : Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Ayat 1 memuat
batas antara belum dewasa dengan telah dewasa yaitu berumur 21 (dua puluh satu)
tahun kecuali, anak yang sudah kawin sebelum umur 21 tahun, pendewasaan. Ayat 2
menyebutkan bahwa pembubaran perkawinan yang terjadipada seseorang sebelum
berusia 21 tahun, tidak mempunyai pengaruh terhadap kedewasaan.
Anak usia dini yang berusia lima sampai enam tahun terutama yang sedang
bersekolah di Taman Kanak-kanak memiliki perilaku yang berbeda dalam
menghadapi suatu hal, ada anak yang aktif dalam menjalani proses belajar, dan ada
juga yang pasif, anak yang pasif lebih memilih duduk diam memperhatikan gurunya,
bahkan ada anak yang harus selalu didampingi oleh orangtuanya. Anak yang
berprilaku seperti itu pasti memiliki faktor tersendiri, faktor tersebut menjadi alasan
mengapa anak-anak berperilaku pasif atau aktif di dalam kelas, mengapa anak
cenderung bersifat manja, berani, pemalu, nakal, dan lain-lain. Pada waktu istirahat
pun ada anak ada yang memisahkan diri dan memilih untuk sendiri, atau ada yang


1

aktif bermain ketika di luar ruangan dan pasif ketika sedang menjalani proses belajar
mengajar, hal tersebut mungkin berkaitan dengan faktor lingkungan keluarga dan
bagaimana tahap-tahap perkembangan yang dialami pada anak usia dini.
Pada perkembangan anak usia dini, perilaku mereka bergantung terhadap pola
pengasuhan dan pendidikan yang diberikan orangtuanya. Orangtua sebagai figur
sempurna dimata anaknya, oleh karena itu anak cenderung meniru atau
mencerminkan perilaku yang dimiliki orangtuanya, anak yang baik dibesarkan oleh
orangtua yang baik pula, seperti pribahasa “Buah yang jatuh tidak akan jauh dari
pohonnya”. Perilaku anak usia dini lebih rentan terpengaruh terhadap pola asuh atau
bimbingan keluarga dibandingkan dengan faktor lingkungan sekitar, karena anak usia
dini tidak mengenal lebih luas mengenai lingkungannya sekitar yang bukan
keluarganya dibandingkan dengan orang yang usianya lebih tua, anak masih
dikatakan baru mengenal dunia, sehingga faktor lingkungan sekitar tidak banyak
mempengaruhi perilaku yang dimiliki anak usia dini.
Timbulnya perilaku pada anak usia dini dapat pula disebabkan karena
keberhasilan dalam menyelesaikan tahap perkembangan yang telah dicapai, dalam
keadaan tersebuta anak yang sudah mencapai suatu tahap perkembangan akan
menguasai suatu kemampuan yang didapat pada tahap tersebut, contohnya adalah

pada perkembangan kognitif tahap awal anak cenderung bersifat egois, masih
memikirkan dirinya sendiri. Namun ada juga yang mengalami hambatan dalam tahap
perkembangan tertentu, hal tersebut akan berdampak pada tahap perkembangan

2

selanjutnya, jika seorang anak tidak dapat menyelesaikan tahap perkembangan dan
tidak menguasai suatu kemampuan atau keterampilan, anak tersebut cenderung
mengalami regresi, dalam psikologi resgresi yaitu kemunduran perkembangan.
Seseorang yang mengalami regresi akan memperlihatkan tingkah laku seperti anak
yang lebih muda dibandingkan dengan usianya sekarang.
Anak perlu diteliti mengapa perilaku tersebut melekat pada dirinya, faktor apa
saja

yang

dapat

memunculkan


perilaku?

dan

bagaimana

faktor

tersebut

mempengaruhi perilaku? pertanyaan tersebut dipandang penting, anak sebagai
penerus keluarga tentu harus memiliki sifat serta sikap yang dapat dikatakan baik
oleh masyarakat. Tidak hanya sebagai penerus keluarga, tetapi juga sebagai penerus
bangsa. Dalam psikologi perkembangan, perilaku anak akan diteliti, dan memiliki
manfaat tersendiri, jika dalam proses belajar mengajar, guru dapat mengetahui
strategi belajar berdasarkan tingkat kemampuan intelektual anak, dan dapat
membantu memahami perbedaan karakteristik anak. Sehingga peran psikologi
perkembangan anak dapat mengoptimalkan kualitas hidup.

3


1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan dapat diidentifikasi beberapa
masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.
2.

Apa yang menjadi penyebab anak berperilaku tertentu?
Bagaimana cara untuk mendorong anak untuk berperilaku positif?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah:
1.3.1 Tujuan Objektif
Tujuan objektif dari karya tulis ini adalah untuk mengetahui sebab-sebab
timbulnya perilaku tertentu pada anak usia dini dan mengetahui cara-cara agar anak
memiliki perilaku yang positif
1.3.2 Tujuan Subjektif
Tujuan subjektif dari karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia.
1.4 Ruang Lingkup Kajian

Untuk nenghindari terjadinya pelebaran masalah maka, penulis hanya
membahas mengenai faktor-faktor yang mendasari perilaku saja.

4

1.5 Postulat dan Hipotesis
1.5.1 Postulat
Quran surat An-Nahl ayat 90:

‫حكشارء كوال نممن نك كرر‬
‫عرن ال نكف ن‬
‫۞ رإ لكن الل لككه يكأ نمممر ربال نكعندرل كوال نرإنحكسارن كورإيكتارء رذي ال نمقنربكىى كويكن نكهىى ك‬
‫كوال نبكنغري يكرعمظك منم ل ككعل لكك منم تككذك لكمروكن‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
1.5.2 Hipotesis
Tahap-tahap perkembangan, faktor keluarga dan lingkungan menjadi penyebab

anak berprilaku.
1.6 Cara Memperoleh Data
Dalam menyusun karya tulis ini maka dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan metode observasi, yaitu suatu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara meninjau dan mengamati secara langsung dan wawancara,
yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung.

5

1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran penulisan Tugas Akhir ini, maka penulis
memberikan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan memberikan gambaran mengenai isi karya tulis,

sehingga pembaca mendapat informasi tentang apa yang dibahas. Di dalam
pendahuluan terdapat identifikasi masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup kajian,
postulat dan hipotesis, cara memperoleh data, dan sistematika penulisan.

BAB II

LANDASAN TEORI
Di dalam pemerian masalah berisi pokok-pokok yang terdapat pada ruang

lingkup kajian, berisi defisini faktor, definisi perilaku, dan definisi anak
BAB III

PEMBAHASAN

Dalam hal ini penulis mengemukakan pendapat mengenai faktor-faktor yang
mendasari perilaku yang datanya diperoleh dengan cara menganalisis.
BAB IV

KESIMPULAN

Pada kesimpulan terdapat jawaban terhadap masalah-masalah penyebab
perilaku.

6


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Definisi Faktor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) faktor adalah hal

(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.
Tidak mungkin suatu hal mucul tanpa adanya sebab, kita tidak mungkin makan tanpa
adanya rasa lapar, keingin tahuan mengenai rasa, atau bentuk dan warna yang
menarik perhatian kita.
Kegiatan kita sehari-hari pasti memiliki faktor yang mendukung untuk
melakukan kegiatan tersebut, entah itu kebutuhan, hobi, dan lain-lain. Begitu pula
dengan perilaku, perilaku muncul tidak tiba-tiba, dan tidak mungkin muncul tanpa
adanya sebab yang jelas, perilaku tentu memiliki faktor tersendiri, faktor tersebut
dapat berkaitan dengan keluarga, teman, guru, tetangga, bahkan dengan tahap-tahap
perkembangan. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku antara lain:
1)

Lingkungan Keluarga
Keluarga sebagai pengalaman pertama dan utama tentu menjadi pengaruh
paling berdampak bagi perkembangan anak, disanalah anak ditanamkan oleh dasardasar pengalaman emosi. Gaya pengasuhan dan bimbingan sangat berpengaruh, gaya
pengasuhan yang tidak peduli membuat anak impulsive, dan gaya pengasuhan otoriter
membuat anak menjadi pemarah (Fawzia Aswin Hadist, 1995).
Kesuksesan belajar kedepannya pasti dipengaruhi oleh kesuksesan belajar
sebelumnya. Jika ada seorang anak yang didik dengan pembelajaran yang baik, maka

7

dia akan tumbuh dengan baik. Namun pertumbuhan dan belajar anak dalam keluarga
tidak memadai, maka berikutnya akan mengalami gangguan, dan bahkan penyesuaian
emosi yang terhambat. Pada dasarnya keluarga sudah melekat pada diri kita, menjadi
sandaran bila timbulnya masalah-masalah, dan orang-orang yang paling sering
ditemui. Perilaku yang dimiliki keluarga akan tertanam dan melekat pada diri kita,
perilaku tersebut akan menjadi identitas, maka sebagian besar perilaku anak tentunya
memiliki perilaku yang sama seperti anggota keluarga lainnya (Fawzia Aswin Hadist,
1995).
2)
Lingkungan Sekitar

Selain keluarga, lingkungan sekitar juga berperan dalam faktor timbulnya
perilaku. Seseorang tidak akan mungkin tumbuh di lingkungan keluarga saja, atau
mungkin mengurung diri di rumah. Seseorang memiliki kebutuhan akan sosialisasi
yang tinggi, tidak akan mungkin terpenuhi oleh keluarga saja, bagaimana jika
keluarga tidak memiliki waktu luang yang banyak untuk bermain, berbincang,
rekreasi, dan lain–lain. Oleh karena itu, seseorang disela–sela waktunya ingin
melakukan aktivitas yang menghilangkan rasa bosan, terlebih lagi akan lebih seru jika
aktivitas tersebut ditemani. Manusia sebagai makhluk sosial, memenuhi kebutuhan
perlu bantuan orang lain. Sejak dilahirkan, manusia sudah ditakdirkan untuk hidup
bersama dengan manusia lain, mula-mula dengan ayah ibu dan saudara-saudaranya,
makin bertambah umur makin luas hubungannya dengan manusia lain, itu sebabnya
mengapa timbul kelompok. Di dalam kelompok terdapat anggota, dan anggota
memiliki perilaku yang berbeda, hal tersebut lambat laun akan menyebar ke anggota
kelompok yang lain, secara tidak sadar perilaku tersebut melekat ke setiap anggota
8

kelompok, dan menjadi identitas kelompok. Jika anak yang pada awalnya baik,
kemudian masuk ke dalam geng motor, sudah pasti anak tersebut akan memiliki
tingkah laku yang sama layaknya anggota geng motor. Maka dari itu, hati-hatilah
dalam memilik teman.

2.2.

Definisi Perilaku

Perilaku manusia tentunya dapat diamati secara langsung, tindakan
tersebut mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berlari,
menangis. Menurut Skinner seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsang dari luar).
Dalam teori Skinner ada 2 respon, yaitu:
1)
Respondent respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut eleciting
stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap.
2)

Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini
disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena memperkuat respon. Maka teori
Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon
(Notoatmojdo, 2003).
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat

9

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Faktor-faktor lain yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi 2.
1. Determinan atau faktor interval
Karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya
tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
2.

Determinan atau faktor eksternal

Lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.
Faktor lingkungan sering merupakan faktor domain yang mewarnai perilaku
seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Pembentukan perilaku menurut Ircham (2005) ada beberapa cara, diantaranya:
1.

Conditioning atau kebiasaan

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan conditioning
kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan
akhirnya akan terbentuklah perilaku.
2.

Pengertian (Insight)

Pembentukan perilaku yang didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar disertai
dengan adanya pengertian.
Perilaku bukan hanya karena insting saja, tetapi juga dapat dibentuk dengan
kebiasaan, yaitu dengan membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang diharapkan.
Pembentukan perilaku juga dapat didasarkan atas teori belajar kognitif yang disertai

10

dengan adanya pengertian. Selain itu, adanya model sebagai contoh juga dapat
dijadikan pembentukan perilaku, cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social
learning theory) atau observational learning theory oleh bandura (1977).
2.3

Definisi Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain
mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan
pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses
perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan
perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang
sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya
perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Adakalanya
anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan juga adakalanya perkembangan
kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak.
Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk
secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan
usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hamper sama dengan
konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak juga sudah terbentuk
mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak menangis.Salah satu pola
11

koping yang 6 Universitas Sumatera Utara dimiliki anak adalah menangis seperti
bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya.
Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk
mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat dilihat seperti
bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan
keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku social yang
seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga dapat berubah
sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain
dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang
terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga
secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman
yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia.
Awitan penyakit bagi mereka seringkali mendadak, dan penurunan dapat berlangsung
dengan cepat. Faktor kontribusinya adalah sistem pernapasan dan kardiovaskular
yang belum matang, yang memiliki cadangan lebih sedikit dibandingkan orang
dewasa, serta memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat, yang memerlukan
curah jantung lebih tinggi, pertukaran gas yang lebih besar dan asupan cairan serta
asupan kalori yang lebih tinggi per kilogram berat badan dibandingkan orang dewasa.
Kerentanan terhadap ketidakseimbangan cairan pada anak adalah akibat jumlah dan
distribusi cairan tubuh. Tubuh anak terdiri dari 70-75% cairan, dibandingkan dengan
57-60% cairan pada orang dewasa. Pada anak-anak, sebagian besar cairan ini berada

12

di Universitas Sumatera Utara kompartemen cairan ekstrasel dan oleh karena itu
cairan ini lebih dapat diakses. Oleh karena itu kehilangan cairan yang relatif sedang
dapat mengurangi volume darah, menyebabkan syok, asidosis dan kematian (Slepin,
2006).
Anak adalah pembawa kebahagian dalam keluarga, karena memberikan arti
bagi orangtuanya. Anak akan melanjutkan semua cita-cita harapan dan eksistensi
hidup. Menurut Garis Besar Haluan Negara (GBHN) anak merupakan generasi
penerus bangsa dan sumber insan bagi pembangunan sosial, maka anak harus dibina
dengan pendidikan yang bagus agar menjadi pribadi yang berkualitas dan berguna
untuk bangsa. Anak adalah mahluk yang independen, anak tentu memiliki takdirnya
sendiri, dan merupakan individu yang berbeda sekalipun dengan orangtuanya.
Anak yang tidak terkekang oleh orangtuanya cenderung dapat hidup lebih
mandiri, oleh karena itu tidak baik jika memaksakan kehendak pada anak, biarkan
anak memiliki cita-cita sesuai dengan apa yang mereka inginkan, orangtua hanya
bertugas sebagai pemantau dan mengarahkan agar tidak tersesat.
2.4
Definisi Taman Kanak-kanak
Taman Kanak-kanak atau yang biasa disebut TK adalah jenjang Pendidikan
anak usia dini, biasanya berkisar antara empat sampai lima tahun. Taman Kanakkanak adalah bentuk pendidikan formal untuk anak usia dini yang memiliki tujuan
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak, sehingga anak tumbuh besar
memiliki bekal untuk hidup di masa mendatang.

13

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Prasekolah Bab I Pasal 1 Ayat (2) dinyatakan bahwa “Taman Kanak-kanak
adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program
pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar.”
Berdasarkan pada Penjelasan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa Taman
Kanak-kanak adalah suatu bentuk pendidikan yang diselenggarakan untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan
peserta didik. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0486/U/1992 Bab I Pasal 2 Ayat (1)
dinyatakan bahwa “Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan wadah untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai
dengan sifat-sifat alami anak.”
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional Bab I Pasal 1 Ayat (14) dikemukakan bahwa: Pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dengan memasuki pendidikan lebih lanjut.

14

TK membantu anak dalam pembelajaran, dan mempersiapkan untuk jenjang
yang lebih tinggi. Masa pembelajaran TK mencapai dua tahun, pada tahun pertama
anak menduduki TK nol kecil, dan tahun selanjutnya TK nol besar. TK memiliki
tujuan membantu anak didiknya untuk lebih mengenal dirinya, kemampuannya,
sifatnya, kebiasaannya dan lingkungan sehingga dapat memiliki kemampuan untuk
beradaptasi di luar rumah. Setiap anak tentu memiliki potensinya sendiri, dalam ha
tersebut TK berguna untuk mengembangkan potensinya.
2.5

Tahap-Tahap Perkembangan
Pada perkembangan, terdapat tahap-tahap yang perlu dituntaskan, hal tersebut

berkaitan dengan perilaku yang dibawanya sampai saat ini, timbulnya perilaku dapat
dilihat melalui tahap-tahap perkembangan. Seseorang yang memiliki regresi,
cenderung mengalami kesalahan dalam mencapai tugas perkembangan. Tugas
tersebut dapat terlihat ketika salah satu tahap terlewat. Berikut adalah macam-macam
tahap perkembangan menurut para ahli :
A. Menurut Hurlock, tahap perkembangan biologis terbagi menjadi 6, antara lain :
1. Infancy (lahir-2 minggu)
Infancy adalah tahap awal dalam perkembangan biologis, tahap ini menjadi
masa terpendek dalam kehidupan manusia. Tahap ini adalah tahap penyesuaikan diri
dengan lingkungan yang bukan di dalam perut ibunya.
2. Babyhood (2 minggu-2 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dan pertumbuhan yang sangat cepat, tahap ini
membentuk dasar-dasar kepribadian.
3. Childhood
Tahap ini terbagi menjadi dua, antara lain :
a. Early Childhood (anak awal)

15

Pada umur dua sampai enam tahun kemampuan motoric halus dan kasar sudah
dikuasai, kemampuan bahasa sudah cukup baik.
b. Late Childhood (anak akhir)
Pada umur enam sampai dua belas tahun perkembangan intelektual tumbuh
dengan pesat, anak akan lebih mandiri dan mulai senang dengan hal yang berkaitan
dengan berkelompok.
4. Adolescene
Tahap ini terbagi menjadi dua, diantaranya :
a. Early Adolescene (masa awal pubertas)
Pada umur tiga belas samapi tujuh belas tahun organ-organ seksual telah
matang, pertumbuhan fisik sangat pesat, dan mulai tertarik dengan lawan jenis.
b. Late Adolescene (masa akhir pubertas)
Pada umur 18 sampai 22 tahun lingkungan mempunyai pengaruh yang
sangat penting. Peran teman sebaya mempengaruhi perilaku.

5.

Adulthood
Tahap ini terbagi menjadi tiga, antara lain:
a. Early Adulthood (masa awal kedewasaan)
Terjadi pada saat berumur 22 sampai 40 tahun. Masa ini adalah masa berkeluarga dan
memiliki pekerjaan tetap.
b. Middle Adulthood (masa pertengahan dewasa)
Terjadi pada saat berumur 40-60 tahun. Secara umum kehidupannya telah mapan,
terjadi menopause pada wanita, dan mulai menghadapi masa pension.
c. Late Adulthood (masa akhir dewasa)
Terjadi pada saat umur mencapai 60 tahun ke atas. Tahap ini adalah periode terakhir
dalam hidup manusia. Kondisi fisik mengalami penurunan, mulai menghadapi

16

masalah kesehatan, dan mendekatkan diri pada Tuhan (Diktat Psikologi Umum,
2014:50).
B. Menurut Jean Piaget, tahap-tahap perkembangan kognitif dibagi

menjadi 4,

antara lain:
1. Sensori Motor (0-2 tahun)
Perilaku individu bersifat motorik, belum ada kegiatan mental. Pada tahap ini anak
akan belajar membedakan diri dari objek, mulai mengenal dirinya sebagai pelaku
suatu tindakan dan melakukannya dengan sengaja.
2. Pra Operasional (2-7 tahun)
Anak mulai mampu berbahasa, bahasa tersebut digunakan untuk merepresentasikan
objek dengan citra atau kata. Namun, pola pikir anak asih bersifat egosentris, yaitu
mengalami kesulitan dalam memandang dari sudut pandang orang lain. Anak dapat
mengklasifikasi objek hanya dengan ciri tunggal.
3. Operasional Konkrit (7-12 tahun)
Pada tahap ini anak berpikir logis, dan dapat mengklasifikasi objek secara serial
dengan mengikuti dimensi tunggal seperti ukuran.
4. Operasional Formal (12 tahun)
Anak memiliki pola berfikir fleksibel, berpikir logis yang bersifat abstrak, analisa,
dan sintesa. Anak dapat memperhatika masalah hipotetik, yaitu sesuatu yang belum
pasti, harus diuji kebenarannya (Diktat Psikologi Umum, 2014:57).

17

BAB III
PEMBAHASAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI TERBENTUKNYA
PERILAKU ANAK TAMAN KANAK – KANAK KARTIKA KOTA
SUKABUMI

3.1 Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi di Taman Kanak-kanak Kartika di Jalan
Cimanggah, Kota Sukabumi, Anak yang sedang beraktivitas di TK memunculkan
perilaku yang berbeda-beda. Terlihat ada anak yang aktif dan pasif, namun yang pasif
lebih dominan dibandingkan yang aktif, hal tersebut dikarenakan anak masih
berusaha mengenal lingkungan baru. Sebelum anak menduduki bangku TK, anak
selalu menghabiskan waktu di rumah bersama keluarganya, sekalipun anak
beraktivitas di luar pasti ditemani oleh orang yang di kenalnya, anak lebih merasa
aman ketika ditemani oleh orang yang dia kenal, entah itu keluarga, atau tetangga.
Jika orang yang menemani hilang tanpa memberi kabar, anak cenderung menangis.
Kemudian setelah anak mencapai umur 4 atau 5 tahun, anak menghadapi
kondisi yang mengharuskan dia untuk belajar secara formal. Orangtua tentu
menginginkan anaknya untuk menjadi anak yang kaya akan ilmu dan disiplin,
sehingga orangtua mendaftarkan anak-anaknya ke Taman Kanak-kanak untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki anak-anaknya. Karena kebiasaan anak yang
selalu ditemani, maka ketika anak ditinggal sendiri saat proses belajar mengajar, anak

18

akan kebingungan, dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Meskipun terdapat
peran guru sebagai orangtua disekolah yang bertugas untuk membimbing, menemani,
dan memantau anak didik, tetap saja terdapat anak yang kurang terbuka dengan
gurunya, ketika anak tidak mengerti dengan apa yang disampaikan gurunya, anak
malu untuk bertanya, akibatnya ketika anak ditugaskan untuk membuat sesuatu yang
dapat mengembangkan potensinya anak cenderung diam dan kebingungan, bahkan
ada anak yang ingin buang air tetapi dia tidak berani untuk memberi tahu gurunya,
akibatnya anak buang air di celana.
Anak yang aktif memiliki semangat untuk pergi ke TK, anak menafsirkan TK
sebagai ajang untuk bermain dan mendapatkan teman baru. Terdapat perilaku anak
aktif yang dapat membuat kita tersenyum, anak aktif juga termasuk anak yang
percaya diri, anak tidak lagi merasa malu ketika berada di lingkungan baru, anak
tersebut mampu mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya, sehingga lebih
menonjol diantara teman-temannya. Karena timbulnya percaya diri anak lebih berani,
anak akan lebih mudah berkenalan dengan teman baru, anak yang berani akan lebih
cepat untuk maju karena tidak membatasi dirinya untuk mencoba sesuatu yang baru.
Namun tidak semua anak aktif dikatakan baik, ketika anak tersebut terlalu aktif,
orang menafsirkannya menjadi anak nakal. Anak dapat sulit diatur karena gerak yang
berlebihan, anak dapat dikatakan nakal jika tidak mengikuti aturan yang ada, lalu
pada perilaku anak nakal terdapat sifat jahil terhadap teman-temannya, akibatnya
anak yang dijahili tersebut menangis dan mengadu pada gurunya.

19

3.2 Hasil Wawancara
Menurut hasil wawancara orangtua, terdapat faktor-faktor penyebab
timbulnya perilaku tertentu pada anak TK Kartika Kota Sukabumi, antara lain :
1. Pola asuh orangtua terhadap anaknya
Anak berperilaku tertentu disebabkan melalui pola asuh orangtuanya. Anak
lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibandingkan di luar, makin sering
anak di rumah, makin besar pula pengaruh kebiasaan anggota keluarga terhadap
anaknya. Terdapat berbagai macam pola asuh orangtua terhadap anaknya, antara
a.

lain :
Orangtua Overprotective (melindungi secara berlebih)
Orangtua yang terlalu melindungi anak yang biasa disebut dengan

overprotective. Pola asuh seperti inilah akan menghasilkan anak yang manja. Anak
tidak dapat melakukan hal sendiri karena harus selalu ditemani kapan pun dan dimana
pun, anak yang seperti tentu saja akan membuat lelah orangtuanya. Perilaku manja
dapat memicu emosi orang – orang disekitarnya, kebanyakan orang tidak menyukai
sifat manja yang berlebihan karena dianggap mengesalkan dan melelahkan. Maka
dari itu orangtua diharapkan membatasi pola asuh yang terlalu sering memanjakan
ini, biarlah anak belajar melawan keinginan, dan membebaskan kegiatan anak, tetapi
tetap dipantau.
Orangtua overprotective akan membesarkan anak menjadi pembohong
unggul. Ketika anak berbuat sesuatu yang dilarang orangtuanya, anak lebih memilih
untuk berbohong dibandingkan dengan berkata jujur, hal tersebut dilakukan agar
orangtuanya tidak memarahinya. Anak yang kurang memiliki rasa percaya diri juga

20

dapat disebabkan karena orangtua yang overprotective, jika orangtua terlalu
mengekang kegiatan yang dilakukakan anak bisa jadi rasa percaya diri akan
berkurang, hal tersebut dikarenakan kebiasaan anak yang selalu mengikuti arahan
yang diberikan orangtuanya, sehingga tidak mempercayai kemampuannya sendiri,
anak mengalami kesulitan bila tidak ada orangtua, akan timbul rasa tegang ketika
anak menghadapi suatu hal atau tantangan yang dikarenakan minimnya informasi
yang dimilikinya, dan biasanya diakhiri dengan tangisan. Tangisan bisa jadi
berdampak untuk membuat anak meniru perilaku tersebut, terutama pada Taman
Kanak – Kanak yang anak – anaknya masih berumur dibawah enam tahun, dan masa
– masanya untuk belajar mengenai lingkungan sehingga cenderung mengamati dan
meniru apa yang dia lihat dan yang dia tangkap melalui pancaindera.
Ketika mengikuti proses pembelajaran, anak tersebut cenderung pasif, saat
diberikan kesempatan tanya jawab, anak lebih memilih untuk diam, meskipun anak
tersebut berkeinginan, dan mengetahui jawaban yang ditanyakan gurunya, tetapi
karena keberanian yang minim membuat anak tersebut tidak dapat maju kedepan
ataupun menjadi pusat perhatian. Maka, peran guru dalam membimbing anak yang
memiliki pola asuh seperti ini akan lebih sulit dibandingkan anak – anak yang
dibesarkan dengan pola asuh normal, guru harus lebih sabar dalam menghadapi tipe
anak seperti ini.
b.

Orangtua Yang Memberi Kebebasan pada Anak

21

Ketika orangtua memberi kebebasan pada anak, anak cenderung akan kreatif,
berani melakukan suatu hal, percaya diri. Ketika anak berusia empat sampai lima
tahun, perkembangan kognitif anak adalah mengamati dan meniru, sehingga anak
dapat dengan mudah menerima apa yang mereka dan bebas untuk berimajinasi serta
mengikuti apa yang mereka suka, hal itulah mengapa anak dapat bermain dan belajar
tanpa hambatan. Pola asuh ini adalah kebalikan dari Overprotective, karena adanya
kebebasan pada anak untuk mengeksplor lebih luas dalam usahanya untuk mengenali
dunia. Anak akan cenderung mengetahui informasi lebih banyak ketimbang dengan
duduk diam di rumah.
Orangtua tidak diharapkan untuk mengekang anak, anak diberi kebebasan
melakukan sesuatu sehingga kemampuan untuk menganalisa terasah, keberanian
terlatih, timbulnya kreativitas tinggi. Orangtua cukup mengawasi, memberikan arahan
kepada anaknya, dan memberi tahu konsekuensi yang akan didapat ketika anak
melakukan sesuatu. Jika anak tidak diberi kebebasan, anak yang terkekang tidak akan
mudah untuk hidup sendiri, harus selalu bergantung pada orang lain, dan kurang
mampu mengatur perilaku mereka sendiri.
Menjadi pusat perhatian adalah hal biasa untuk anak dengan pola asuh seperti
ini, mereka berani mengemukakan pendapat, meskipun ada rasa gugup saat berdiri di
depan dan diperhatikan oleh orang banyak, tetapi mereka bisa melewatinya. Jika hal
tersebut selalu diulang – ulang, keberanian makin terlatih, dan bisa menjadi individu
yang dipandang unggul. Guru mengajarkan pada anak – anaknya untuk tidak
khawatir ketika mereka berbuat salah, hal tersebut makin mendorong anak – anak

22

aktif untuk terus mengikuti proses belajar mengajar dengan semangat yang tinggi,
sehingga tidak ada hambatan ketika anak bersiap – siap dan berangkat ke sekolahnya
masing – masing.
c. Orangtua yang lemah lembut
Ketika orangtua menunjukan kasih sayangnya kepada anak, anak merasa
dibutuhkan dan senang. Secara tidak langsung orangtua mengajarkan kepada anaknya
berprilaku yang sopan, lembut, tanpa adanya amarah. Anak yang dibesarkan dengan
cara seperti ini cenderung mengikuti apa yang orangtua lakukan, orangtua tidak
pemarah, selalu berbicara dengan tutur kata yang lembut akan menghasilkan anak
yang berprilaku dan bersifat sama. Seorang anak yang dari kecil dibiasakan memulai
harinya dengan tersenyum, kemudian hari akan menjadi anak yang murah senyum.
2. Urutan Anak dalam Keluarga
Urutan anak dalam keluarga juga menjadi faktor anak berprilaku, menurut
wawancara terdapat 4 urutan, yaitu :

a. Anak terakhir
Urutan menentukan perilaku anak, seperti yang kita ketahui anak yang paling
muda biasanya cenderung manja, hal ini disebabkan karena anak yang paling muda
atau biasa disebut anak bungsu ini mendapat perhatian orang tua lebih dari anak-anak
yang lain. Perhatian tersebut membuat anak lebih merasa dirinya paling disayangi,
ketika anak bungsu meminta sesuatu, orangtua dapat dengan mudah memberikan apa
yang anak bungsu inginkan. Bukan hanya permintaan dan perhatian berlebih yang

23

diterima anak bungsu, tetapi juga mendapatkan perawatan lebih baik. Ketika anak
bungsu yang dimanja sedang dalam proses belajar mengajar di TK, pada awalnya
anak tidak mudah untuk berpisah dengan orangtuanya, meskipun rata-rata anak yang
pertama kali masuk TK sama seperti itu, tetapi anak bungsu lebih mengalami
kesulitan dalam hal tersebut.
b. Anak Kedua
Anak kedua tidak terlalu dimanja layaknya anak terakhir, tetapi ketika anak
kedua itu berjenis kelamin perempuan, terutama anak perempuan satu-satunya dalam
keluarga akan cenderung diberi perhatian lebih, lebih protektif dibandingkan kakak
dan adiknya, anak tersebut akan dididik untuk menjadi lebih feminim agar tidak
mengikuti perilaku kakak dan adik laki-lakinya. Namun, anak tersebut juga diajarkan
untuk berprilaku lemah lembut karena dia adalah anak perempuan, dan sudah
seharusnya perempuan memiliki rasa sayang yang besar dibandingkan dengan lakilaki.
c. Anak pertama
Anak pertama dituntut untuk mempunyai perilaku lebih baik dibandingkan
dengan adik-adiknya, karena anak pertama harus menjadi contoh. Anak pertama
biasanya lebih mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki rasa ingin melindungi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan adiknya. Karena dengan pola pengasuhan yang
mengharuskan anak pertama menjadi anak unggulan diantara adik-adiknya, maka
anak pertama akan menjadi individu yang lebih dewasa. Harapan orangtua akan
dipusatkan untuk anak pertama, orangtua mendorong anak pertamanya untuk dapat
sukses dikemudian hari. Anak pertama cenderung memiliki rasa ingin mengalah, hal
24

itu membuat anak pertama adalah sosok yang lebih baik, penting, dan baik
dibandingkan adik – adiknya.
d. Anak tunggal
Saat orangtua memiliki anak tunggal, orangtua akan memusatkan perhatian
kepada anak ketimbang dengan pekerjaan lain. Anak akan lebih diarahkan untuk
menjadi lebih sukses dibandingkan orangtuanya, anak akan diajarkan lebih intensif,
diberi dorongan untuk berani, sehingga anak tunggal memiliki kemampuan sama
seperti anak pertama, dan juga diberi perhatian penuh oleh orangtuanya layaknya
anak terakhir. Anak tunggal bisa jadi anak yang menja, harus selalu ditemani
orangtuanya ataupun akan menjadi anak yang lebih unggul dibandingkan dengan
anak – anak lain seusianya, hal tersebut bergantung pada pola asuh dan bimbingan
yang diterapkan orangtuanya.
Ketika orangtua memiliki anak tunggal, seberapapun uang yang dimiliki
mereka pasti akan berkumpul untuk membiayai pendidikan ataupun keinginan sang
anak. Sehingga anak bisa lebih pintar sekaligus bahagia.
3. Peran kasih sayang
Kasih sayang adalah hak yang dimiliki setiap anak, dan kasih sayang adalah
kewajiban bagi setiap orangtua. Kasih sayang akan berpengaruh terhadap
seberapa besar kebahagiaan seorang anak. Jika orangtua kurang menunjukan
kasih sayang kepada anaknya, anak tersebut tidak akan memiliki semangat yang
besar, atau mungkin anak akan menjadi anak yang suka mencari-cari perhatian.
Sedangkan anak yang diberi kasih sayang sebagaimana yang seharusnya, anak
akan merasakan rasa aman.
4. Bimbingan yang diberikan orangtua kepada anaknya

25

Orangtua memiliki cara membimbing tersendiri, ada yang membimbing dengan
selalu mengarahkan anak tanpa memberi kesempatan anak untuk mencoba, cara
membimbing seperti ini akan membuat anak selalu bergantung kepada oranglain,
anak tidak akan bisa mencari pengetahuan dan informasi sendiri. Ada yang
dengan cara pembiasaan agar terciptanya perilaku yang diinginkan, contohnya
setiap anak bangun tidur, orangtua akan menyapa dengan senyuman sehingga
anak akan menjadi murah senyum, atau anak dibiasakan bangun pagi. Lalu ada
juga dengan selalu diberi kesempatan untuk mencoba banyak hal, dituntut untuk
lebih mandiri dan berani.
5. Peran orang lain selain orangtua
Anak tentunya bukan hanya bergaul dengan keluarga saja. Ketika orangtua
pergi bekerja, anak dapat dititipkan dan diurusi oleh pengasuh. Hal tersebut juga
dapat menjadi faktor penyebab berprilaku, anak dapat memperhatikan dan meniru
apa yang ada di sekitarnya. Jika pengasuh mempunyai sifat malu-malu, anak anak
mengikuti sifat yang ada, itulah mengapa anak dapat menjadi pasif, malu untuk
mengutarakan apa yang ada dipikiran mereka. Selain pengasuh terdapat pula
kakak adik, jika anak yang dibesarkan di keluarga yang memiliki jumlah anak
yang dikatakan cukup banyak, anak akan lebih bahagia dan memiliki contoh yang
banyak, anak akan memiliki kemampuan sosialisasi tinggi, dan tidak akan
merasakan kesepian.
3.3 Kajian Islam

26

‫ك‬
‫ر‬
‫ك‬
‫ن ذ كل ل ك‬
‫صاب ك ك‬
‫ك‬
‫ك إل ن‬
‫معرمرو ل‬
‫صب لرر ع ككلى ك‬
‫ن ال ر م‬
‫ف كوان ر ك‬
‫مرر لبال ر ك‬
‫صكلة ك وكأ م‬
‫ما أ ك‬
‫من رك كرل كوا ر‬
‫ي أقلم ل ال ن‬
‫كياب من ك ن‬
‫ه عك ل‬
‫ن ع كرزم ل ال نأ مممورر‬
‫ل‬
‫م ر‬
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (QS. Luqman : 17)

‫حكيارة ال لمدن نكيا }الكهف‬
‫}ال نكمامل كوال نبكمنوكن رزين كمة ال ن ك‬
”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia” (QS. Al Kahfi: 46)

Rasulullah berpesan tentang cara-cara mendidik anak untuk mengajarkan tata
cara shalat yang baik, memberikan nama yang baik, dan sebagai ayah dari orangtua
diwajibkan untuk mengajari budi pekerti yang luhur, menulis, dan latihan fisik yang
menyehatkan badannya serta diwarisi harta yang halal.

‫حك رم ك ك‬
‫ما ي ك ر‬
‫ن يك ر‬
‫نا ر‬
‫ن‬
‫ن كك ك‬
‫شك ممر ل لن ك ر‬
‫قد ر كءات كي ركنا ل م ر‬
‫وكل ك ك‬
‫ف ل‬
‫فكر فكإ ل ن‬
‫سهل وك ك‬
‫شك مرر فكإ لن ن ك‬
‫شك مرر ل لل لهل وك ك‬
‫ن ال ر ل ك‬
‫ق ل‬
‫م ر‬
‫م ر‬
‫ةأ ل‬
‫م ك‬
‫ح ل‬
‫مي رد د‬
‫ي ك‬
‫الل ك‬
‫ه غ كن ل ي‬
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
“Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
mesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, ,aka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Luqman:
12)

27

Luqman dikenal sebagai seorang yang hikmat dan sangat peduli dengan pendidikan
anaknnya. Dia selalu menasihati anaknya dengan petuah-petuah agar anaknya berada
dalam jalan lurus. Luqman mengajari tentang iman dan juga akhlakul karimah.

BAB IV
KESIMPULAN
Perilaku yang terdapat pada setiap anak berbeda, hal tersebut dikarenakan
faktor pola asuh, bimbingan, besar kecilnya kasih sayang, urutan anak dalam
keluarga, dan faktor lingkungan. pola asuh dan bimbingan adalah faktor terkuat dan
sangat berperan terhadap perilaku anak, orangtua tentu ingin memberikan yang
terbaik untuk anaknya agar menjadi individu yang baik. Ketika orangtua ingin
membuat anaknya sebagai individu yang dikatakan baik, mereka memiliki cara-cara
tertentu dalam membimbing dan mengasuh anak, secara tidak langsung perilaku
orangtua melekat pada anak.

28

Orangtua akan mendorong anak untuk menjadi lebih berprestasi, berani, dan
kreatif. Agar anak menjadi individu yang diinginkan orangtua maka harus adanya
aksi oleh orangtua, contohnya orangtua berbicara kepada guru anaknya agar anaknya
diberi kesempatan untuk bertanya, mengemukakan pendapat sehingga anak terdorong
untuk menjadi lebih aktif dan berani. Orangtua juga harus menjadi contoh baik untuk
anak-anaknya sehingga timbul perilaku baik. Maka dari itu orangtua diharapkan
memiliki perilaku yang dapat mencerminkan perilaku positif.

SINOPSIS
Perilaku pada anak TK yang berusia empat sampai lima tahun tidak mungkin
timbul dengan sendirinya tanpa adanya peran faktor. Perilaku tentu didasari dari
beberapa faktor yang menyebabkan anak berperilaku tertentu, ada perilaku baik dan
ada pula yang buruk. Di TK, anak memperlihatkan perilaku mereka dengan caranya
masing – masing, ada anak yang aktif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dan ada juga yang pasif. Alasan mereka berperilaku tersebut dapat terlihat dari latar
belakangnya, entah itu keluarga, cara mengasuh, cara mendidik, kurangnya kasih
sayang, dan lain – lain.

29

Berdasarkan hasil observasi perilaku anak sangat bervariasi, anak tidak
mungkin memiliki latar belakang yang sama, terkecuali anak tersebut memiliki
saudara dalam Taman Kanak – kanak yang sama, tetapi hal tersebut jarang terjadi.
Berdasarkan pengamatan, anak – anak yang sedang melakukan aktivitas belajar
mengajar mendominasi perilaku pasif, hanya beberapa diantaranya yang aktif. Tetapi
ketika bel istirahat berbunyi, anak cenderung lebih aktif dibandingkan di dalam kelas,
anak dengan bahagianya bermain dan tertawa bersama teman – temannya, hal
tersebut menunjukan bahwa mereka merasa lebih nyaman ketika dibebaskan dan
beraktivitas di luar kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua murid,
faktor penyebab anak berperilaku didominasi oleh Pola asuh dan bimbingan orangtua,
faktor tersebut

sangat menentukan perilaku anak, orangtua overprotective akan

menghasilkan anak yang cenderung pasif ketika mengikuti proses pembelajaran. Dan
jika ada orangtua yang memberi kebebasan pada anak, anak cenderung akan kreatif,
berani, dan percaya diri. Kemudian terdapat orangtua yang menunjukan kasih
sayangnya kepada anak, anak merasa dibutuhkan dan senang, secara tidak langsung
orangtua mengajarkan kepada anaknya berprilaku yang sopan, lembut, tanpa adanya
amarah. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh masing – masing cenderung
mengikuti apa yang orangtua lakukan.
Faktor pendukung timbulnya perilaku anak adalah besar kecilnya kasih
sayang, urutan anak dalam keluarga, dan faktor lingkungan. Faktor pendukung tidak
mendominasi layaknya faktor pola asuh dan bimbingan orangtua, faktor – faktor ini

30

berperan ketika anak tidak bersama orangtuanya, anak akan menerima informasi
apapun yang didapat melalui pengamatan dan pendengaran, sehingga jangan biarkan
anak – anak bergaul dengan lingkungan yang tidak baik, di mana kata – kata kasar
bebas dikatakan. Selain orangtua, peran kakak dan adik ataupun pengasuh dapat
menentukan perilaku, kehadirannya sangat sering dijumpai sehingga tidak aneh
ketika anak mengikuti perilaku mereka. Sama halnya dengan orangtua, peran kaka
dan adik atau pengasuh dapat menjadi contoh untuk anak, baik itu contoh yang baik
ataupun contoh yang buruk.
Selain itu, urutan anak dalam keluarga juga turut ikut serta menjadi faktor
penyebab perilaku. Seperti yang kita ketahui anak manja rata – rata adalah anak
terakhir atau sering disebut sebagai anak bungsu. Mereka diberi perhatian lebih
dibandingkan dengan kakanya, mereka mendapat kasih sayang yang lebih oleh
orangtuanya, hal tersebut menjelaskan mengapa anak bungsu rata – rata manja.
Sedangkan anak pertama adalah anak yang memiliki figure yang baik karena harus
menjadi contoh untuk adiknya.
Faktor yang terakhir adalah kasih sayang, kasih sayang adalah hak yang
dimiliki setiap anak, dan kasih sayang adalah kewajiban bagi setiap orangtua. Jika
anak tidak memiliki hak tersebut, kepercayaan diri anak akan mengalami penurunan,
anak akan mudah cemas, dan penakut. Sebaliknya, kasih sayang yang berlebihan
dapat berujung pada sikap memanjakan, memberikan kemudahan untuk anaknya

31

membuat anak tersebut sulit mengerjakan sesuatu sendiri. Terlalu sayang dan terlalu
khawatir menjadikan orangtua yang overprotective.
Untuk mencegah anak berperilaku yang tidak menyenangkan, maka dari itu
peran orangtua harus lebih ditegaskan kea rah yang lebih baik, orangtua tidak boleh
memberi contoh yang tidak layak ditiru anak – anaknya. Namun jaman sekarang,
perilaku orangtua banyak yang menjadi contoh tidak baik, banyak orangtua yang
mempresepsikan tegas dikaitkan dengan amarah, ada juga orangtua yang dapat
dikatakan berumur sebagaimana semestinya umur orangtua kebanyakan, banyak yang
hamil diluar nikah. Maka dari itu, jagalah perilaku orangtua di depan anak – anaknya,
bimbinglah mereka dengan kasih sayang, kepedulian, dan ilmu yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah Bab I
Pasal 1 Ayat (2)
Rahayu, Sri Makmuroh.2014.Psikologi Umum Jilid 1 dan 2.Universitas Islam
Bandung : Bandung
32

Bandura. 1997. Self-Efficacy (The Exercise Of Control)
dalam http://www.kompasiana.com/jokowinarto/teori-belajar-sosial-albertbandura_550094558133119a17fa79fd
Hadist, Fawzia Aswin.1996.Psikologi Perkembangan Anak
dalam https://books.google.co.id/books?
id=J1yDuWpUHGMC&pg=PA351&lpg=PA351&dq=psikologi+perkembangan+anak
+fawzia+aswin+hadis&source=bl&ots=bfeifZ3Wil&sig=kRuZzF3hdQbp9GfjRO3Tf
h5CVnc&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjL7oT_0P7JAhUEj44KHT7KAaAQ6AEIJz
AC#v=onepage&q=psikologi%20perkembangan%20anak%20fawzia%20aswin
%20hadis&f=false
http://kbbi.web.id/faktor
http://digilib.uin-suka.ac.id/3991/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR
%20PUSTAKA.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24631/4/Chapter%20II.pdf

Lampiran 1

JISI UMJ Vol. 1 No. 1 1

33

PERILAKU MORAL ANAK USIA 4-5 TAHUN DI
TAMAN KANAK-KANAK (Survey di Kelurahan
Pengasinan Kecamatan Rawa Lumbu Bekasi)
(2013)
M. Kosasih 1) , Fithry Rahmaniah2)
ABSTRAK
Survey ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang perilaku moral anak usia 4-5
tahun. Sampel dalam penelitian adalah anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-kanak yang
berada di Kelurahan Pengasinan sebanyak 88 orang. Pengambilan sampel menggunakan
teknik cluster random sampling. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
teknik survey. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket lembar
pengamatan perilaku moral dengan Skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur
perhatian (caring) dalam perilaku moral anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-kanak memiliki
skor lebih tinggi dibanding dua unsur lainnya. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam
berinteraksi dengan anak usia dini sangatlah penting untuk mendapatkan perhatiannya.
Oleh sebab itu, guru perlu menggali daya kreativitas pada dirinya sehingga selalu dapat
meraih perhatian anak yang akan berdampak pada proses penerimaan informasi anak usia
4-5 tahun.
Kata kunci : perilaku moral anak

34

Latar

Belakang

Masalah

Keharmonisan keluarga menjadi satu

Perkembangan moral anak sangat

hal yang mutlak diwujudkan. Ketika

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

perilaku

Pendidikan moral untuk anak usia dini

diperlihatkan oleh setiap anggota

tidak dapat dianggap remeh karena

keluarga, maka hampir bisa dipastikan

moral merupakan suatu hal yang

bahwa hal yang sama juga akan

penting dan akan sangat berpengaruh

dilakukan

dalam kehidupan sosial masyarakat

apabila lingkungan keluarga selalu

seseorang.

Jika

diliputi

diabaikan

maka

permasalahan

eksistensi

moral

kekacauan

akan

dan

moral

oleh

yang

anak.

dengan

pertengkaran,

positif

Sebaliknya,
pertikaian,

ketidakjujuran,

bermunculan

kekerasan baik yang terjadi di dalam

sehingga mengakibatkan keterpurukan

keluarga ataupun dengan lingkungan

di segala sisi kehidupan. Anak-anak

sekitar rumah maka akan sulit bagi

tidak dapat langsung berkembang

anak untuk dapat menumbuhkan dan

menjadi

bermoral.

membiasakan perilaku yang baik.

Anak-anak memerlukan waktu dan

Menurut data yang dihimpun oleh

proses yang terus menerus dan

Dirjen

proses ini membutuhkan kesabaran

Mahkamah Agung RI, di tahun 2010

karena pada masanya, anak akan

tercatat

mulai memiliki keinginan sendiri, lalu

perceraian. Dalam laporan tersebut

membangkang,

disebutkan

manusia

yang

berbohong,

malas,

Badan

Peradilan

285.184
bahwa

terjadi
10.019

Agama
kasus
kasus

marah atau pun melawan orang tua.

perceraian dipicu cemburu, 67.891

Namun, situasi seperti itu dapat

dipicu masalah ekonomi, 91.041 kasus

diantisipasi

dipicu

dengan

menjaga

ketidakharmonisan

hubungan yang harmonis dengan

keluarga,

semua anggota keluarga di rumah.

masalah politik. Di tahun berikutnya,
35

dan

334

kasus

dalam
dipicu

KomNas

bahwa

Dalam UU No.23 Tahun 2002 tentang

khususnya

perlindungan anak jelas dinyatakan

perebutan anak pasca perceraian

pada pasal 4 bahwa setiap anak

mendominasi pada tahun 2011. Data-

berhak untuk dapat hidup, tumbuh,

data

kepada

berkembang dan berpartisipasi secara

gambaran mengenai dampak yang

wajar sesuai dengan harkat dan

pasti muncul akibat dari perceraian ini,

martabat

yaitu ratusan ribu anak menjadi

mendapat

korban terpisah dari salah satu orang

kekerasan dan diskriminasi. Namun,

tuanya. Dampak yang dimunculkan

masih

oleh perceraian, tidak hanya secara

memprihatinkan

fisik dialami oleh anak namun juga

memperkuat

secara psikis. Perceraian pasti akan

sangat berpengaruh terhadap perilaku

membuat anak sedih dan kecewa.

anak yaitu adanya balita perokok.

Mengenai hal ini, psikolog Rustika

Beberapa nama seperti Ilham Hadi,

Thamrin dalam sebuah artikel digital

Ardi Rizal dan Erfan menjadi terkenal

Femina mengatakan bahwa perceraian

akibat

dapat membuat anak cenderung lebih

merokok. Setiap harinya mereka dapat

pendiam, tidak fokus pada pelajaran,

menghabiskan rokok dalam hitungan

dan menarik diri dari pergaulan.

batang

Bahkan menyalahkan dirinya sebagai

Seorang ibu balita yang merokok

penyebab

dalam

pengaduan

Anak
hak

tersebut

pernyataan

mencatat
asuh

menuntun

perceraian.

Berdasarkan

tersebut

terlihat

kemanusiaan
perlindungan
terdapat

lainnya
betapa

sampai
sebuah

dari

fenomena

kelakuannya

mengatakan

serta

lingkungan

yang

dengan
artikel

bahwa

yang

suka

bungkus.
detikNews,

kemungkinan

bagaimana kondisi lingkungan sangat

besar anaknya menyukai rokok akibat

mempengaruhi perilaku anak.

perilaku anaknya yang lain yang telah
remaja sering kali merokok saat

JISI UMJ Vol. 1 No. 1 2
36

berkumpul dengan teman-temannya

dalam kegiatan sehari-hari di rumah.

di rumah. Fakta ini menunjukkan

Mulai

selain besarnya pengaruh lingk