Analisis Kesehatan Bank Syariah. pdf

ANALISIS KESEHATAN BANK
SYARIAH

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmad dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kesehatan Bank Syariah“
ini dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua
Kami pun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karna itu selalu
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak agar dapat mencapai
kesempurnaan makalah ini.
Kami pun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan
hidayah-Nya serta selalu senantiasa memberikan keridaan-Nya atas segala usaha kita. Aamiin.

Bandar Lampung, 26 Desember 2017

Hairudin

2

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................

1

1.3 Tujuan .......................................................................................................

1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Kesehatan Bank.....................................................
2.2 Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank ......................
2.3 Mekanisme penilaian kesehatan bank umum dan BPR .............................

2
3
4

2.4 Faktor penilaian kesehatan berdasarkan metode CAMELS .......................

11

2.5 Teknik Penilaian dengan Metode CAMELS ..............................................

14

BAB III PENUTUP
KESIMPULAN ...............................................................................................

16


DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

17

3
ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Eksistensi bank syariah saat ini kian popular. Antusias memasyarakat terhadap lembaga
keuangan yang terbilang baru dalam kancah perekonomian Indonesia ini semakin meningkat
termasuk juga di kalangan pebisnis. Sebagai lembaga keuangan yang memiliki wewenang
melakukan banyak aktivitas, bank syariah dihadapkan pada berbagai macam risiko inherent
(melekat). Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak
dideteksi dan dikelola sedini mungkin. Berbagai eksposur risiko tersebut bisa berupa
penurunan tingkat kesehatan bank hingga risiko kebangkrutan.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin terjadi, diperlukan

suatu tindakan sedini mungkin untuk mengukur kondisi serta tingkat kesehatan bank.
Kesehatan merupakan hal yang terpenting di dalm berbagai kehidupan, baik, bagi manusia
maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan semangat untuk bekerja.
Kebijakan perbankan yang dikeluarkan pada dasarnya ditunjukan untuk menciptakan dan
memelihara kesehatan, baik secara individu maupun perbankan sebagai suatu sistem.
Kesehatan keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik,
pengelola bank, mayarakat pengguna jasa bank, dan Bank Indonesia selaku otoritas
pengawasan bank dan pihak lainnya.(Suryanto and Saputro 2016)

1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian dan tujuan Kesehatan Bank syariah?
b. Apakah faktor penilaian kesehatan pada bank syariah dengan metode CAMELS?
c. Bagaimanakah mekanisme penilaian dalam metode CAMELS?

1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dan tujuan kesehatan bank.
2. Untuk mengetahui penilaian tingkat kesehatan bank.
3. Untuk mengetahui sistem penilaian bank dalam metode CAMELS

4


1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap
risiko dan kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan Bank adalah suatu
cerminan bahwa sebuah bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik.Dalam pengertian
lain, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi1 atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan,
kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilakukan melalui penilaian kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang
didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari
faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.
Menurut Budisantoso dan Triandaru mengartikan kesehatan bank sebagai kemampuan
suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan

yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankan.[1]
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang
cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelolah dengan baik dan di operasikan
berdasarkan

prinsip

kehati-hatian,

menghasilkan

keuntungan

yang

cukup

untuk


mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat
memenuhi kewajiban setiap saat.
Selain itu suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang
telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsipprinsip kehati- hatian di perbankan. Dengan kata lain, tingkat kesehatan bank juga erat
kaitannya dengan pemenuhan peraturan perbankan (kepatuhan pada Bank Indonesia).[2]

[1] Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, hal. 51
[2] Muchdarsyah Sinungan,Ma na jemen Da na Ba nk, ( Jakarta: PT Bumi Aksara,2000),h.122

5

2

Menurut Bank Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut dapat
melaksanakan control terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan aspek
likuiditasnya. Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai denganUndang–
undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah Bank dikatakan sehat
apabila bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan memperhatikan aspek
Permodalan,


Kualitas

Asset,

Kualitas

Manajemen,

Kualitas

Rentabilitas,

Likuiditas,

Solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Penilaian Tujuan
kesehatan Bank adalah untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat,
cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar tetap mempertahankan
kesehatannya, sedangkan bank yang sakit untuk segera mengobati penyakitnya.

2.2 Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank

Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, karena kegagalan
perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian. Pihak-pihak yang berkepentingan
dalam laporan keuangan terdiri dari pihak eksternal dan pihak internal.
a. Pihak internal terdiri dari:
1. Pihak manajemen, berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan informasi
keuangan untuk tujuan pengendalian (controlling), pengoordinasian (coordinating)
dan perencanaan (planning) suatu perusahaan
2. Pemilik perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya pemilik dapat menilai
berhasil atau tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaan.
b. Pihak eksternal terdiri dari:
1. Investor, memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijakan
penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil
(return) dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan tersebut

2. Kreditur, merasa berkepentingan terhadap pengembalian/pembayaran kredit yang
telah diberikan kepada perusahaan, mereka perlu mengetahui kinerja keuangan jangka
pendek (likuiditas) dan profitabilitas dari perusahaan.
3. Pemerintah, informasi ini sangat berguna untuk tujuan pajak dan juga oleh lembaga
yang lain seperti Statistik.


6

3

4. Karyawan, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan tempat mereka
bekerja karena sumber penghasilan mereka bergantung pada perusahaan yang
bersangkutan.
2.3 Mekanisme penilaian kesehatan bank umum dan BPR
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan dan pengawasan bank
dilakukan oleh Bank Indonesia, menetapkan bahwa:[3]
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek
lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan
kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan
kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan
mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan

buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan
dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan
yang dilaporkan oleh bank tersebut.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk
dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi
tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tesebut wajib
terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik.
[3]Totok Budisantoso, op.cit., hal 52

7

4

g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Peraturan kesehatan bank menekankan bank di Indonesia memiliki kewajiban untuk
melakukan aturan-aturan yang telah disebutkan di atas. Keadaan bank yang tidak sehat akan
merusak

keadaan perbankan secara

keseluruhan dan mengurangi rasa kepercayaan

masyarakat.
Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai hak untuk selalu mengawasi jalannya
kegiatan operasional bank dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar keadaan
perbankan di Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan kegiatannya.Sesuai
surat edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 kepada semua bank umum
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat
kesehatan bank umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni,
September, dan Desember.[4]
Berdasarkan hasil penilaian itu, Bank Indonesia dapat meminta agar bank menyampaikan
rencana tindakan (action plan) yang memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib
dilaksanakan dalam target waktu penyelesaian selama periode tertentu, selambat-lambatnya
sepuluh hari kerja setelah pelaksanaan action plan. Action plan tersebut meliputi:
a. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya apabila
bank mengalami permasalahan faktor permodalan.
b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank mengalami
permasalahan faktor kualitas asset.
c. Peningkatan fungsi audit internal, penyempurnaan pemisahan tugas, dan peningkatan
efektivitas tindakan korektif berdasarkan temuan audit.
d. Peningkatan efisiensi bank apabila bank mengalami permasalahan rentabilitas.
e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan
lainnya apabila bank mengalami permasalahan likuiditas.
[4] Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (2004, Yogyakarta: EKONISIA), h. 268

8

5

f. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya atau
penataan kembali portofolio bank apabila bank mengalami permasalahan sensitivitas
terhadap risiko pasar.
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyampaikan laporan keuangan berkala
kepada Bank Sentral dan mempublikasikan laporan itu melalui media cetak: surat kabar dan
majalah. Bentuk dan isi laporan itu ditetapkan seragam. Laporan keuangan ini dipakai oleh
Bank Sentral dan publik untuk menilai kesehatan bank yang bersangkutan.
Laporan keuangan bank terdiri:
a. Laporan inti, meliputi:
1. Neraca
2. Daftar Laba-Rugi
b. Laporan pelengkap, meliputi:
1. Laporan perhitungan kewajiban penyediaan kepital minimum
2. Laporan tentang perhitungan rasio-rasio keuangan
3. Laporan kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya
4. Laporan transaksi valuta asing dan derivative
5.

Laporan komitmen dan kontinjensi

Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia
dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan agar bank bersangkutan menjadi
sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan secara umum. Bank Indonesia dapat
melakukan tindakan agar:
a. Pemegang saham menambah modal.
b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank.
c. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang
macet, dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya.
d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.
e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.
f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian bank kepada pihak lain.
g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank atau pihak lain.
9

6

Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank,
atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem
perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan
memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang
Saham guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuiditas dan apabila
direksi bank tidak menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, maka pimpinan Bank
Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisikan
pembubaran badan hukum bank

tersebut,

penunjukan tim likuiditas,

dan perintah

pelaksanaan likuiditas sesuai Dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.[5]
2.4 Faktor penilaian kesehatan berdasarkan metode CAMELS
Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan
dalam perekonomian Indonesia dan industri perbankan serta

dalam menjaga fungsi

intermediasi. Pada krisis ekonomi global, bank-bank menengah dan kecil yang tidak
menerima

bantuan

likuiditas

dari

pemerintah

mengalami

penurunan

dana

simpanan

masyarakat. Menurunnya dana simpanan masyarakat membuat industri perbankan berusaha
mempertahankan dana-dana yang mereka miliki untuk menjaga likuiditas bank dengan cara
memberikan tingkat suku bungan yang tinggi.
Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan
kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau
cara penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset
quality, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk. Kriteria sensitivity
to market risk merupakan aspek tambahan dari metode penilaian kesehatan bank yang

sebelumnya, yaitu CAMEL. CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak
dikeluarkannya Paket Februari 1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut
dikeluarkan sebagai dampak kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988).
CAMEL berkembang menjadi CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997 di

[5] Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syari’ah. Yogyakarta: EKONOSIA. Sinungan Muchdarsyah,
2000, Manajemen Dana Bank Syari’ah, Jakarta: PT Bumi Aksara

10

7

Amerika. CAMELS berkembang di Indonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari
krisis ekonomi dan moneter.[6]
Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan
bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah.
Berikut ini penjelasan metode CAMEL:
a. Capital (Permodalan)
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara
berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang pertama
adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang
buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank harus mempunyai
modal yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham
maupun pengurus bank harus benar-benar bertanggungjawab atas modal yang sudah
ditetapkan.
b. Assets Quality (Kualitas Aset)
Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan aktiva
lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank, sehingga jenis
aktiva tersebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain, aktiva produktif adalah
penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan,
piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara,
komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Di dalam menganalisis
suatu bank pada umumnya perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank karena
masalah solvensi memang penting. Namun demikian, menganalisis kualitaas aktiva

[6] Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, edisi 2, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002

11

8

produktif secara cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitas aktiva produktif bank yang
sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank.
Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitas aktiva
produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara
lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian
asset,pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian terhadap
kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan di indonesia didasarkan pada dua
rasio yaitu:
1. Rasio Aktiva Produktif diklasifikasikan terhadap Aktiva
Produktif (KAP 1). Aktiva produktif diklasifikasikan menjadi Lancar, kurang lancar,
Diragukan dan Macet. Rumusnya adalah:
Penilaian rasio KAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk rasio sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0
b. Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
2. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva
Produktif yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah:
Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut untuk rasio 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dari 0% nilai
kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
c. Management
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu bank.
Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu menejemen sebuah bank mendapatkan
perhatian yang besar dalam peneliaian tingkat kesehatan suatu bank diharapkan dapat
menciptakan dan memelihara kesehatannya.
Penilaian faktor menejemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan
dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhaadap bank yang bersangkutan.
Penilaian tersebut dilakukan dengan mempergunakan sekitar seratus kuesioner yang
dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu kelompok menejemen umum dan
kuesioner menejemen risiko. Kuesioner kelompok menejemen umum selanjutnya dibagi
ke dalam sub kelompok pertanyaan yang berkaitan dengan strategi, struktur, sistem,
12

9

sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja. Sementara itu, untuk kuesioner
menejemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan risiko likuiditas,
risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan risiko pemilik dan
pengurus.

d. Earning (Rentabilitas)
Salah satu parameter

untuk

mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah

kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank
selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan
kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja
tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan
pada dua macam, yaitu :
1. Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1). Rumusnya adalah : Penilaian
rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau negatif diberi nilai
kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah dengan
nilai maksimum 100.
2. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Earning 2). Rumusnya
adalah : Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100%
atau lebih diberi nilai kredit 0 dan setiap penerunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah
1 dengan maksimum 100.
e. Liquidity
Penilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua buah rasio, yaitu rasio
Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan rasio kredit terhadap dana yang
diterima oleh Bank yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank adlah selisih antara
kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain. Sementara itu yang termasuk Dana yang
Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan
Masyarakat, Pinjaman bukan dari bsnk yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak
termasuk pinjaman subordina), Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka

13

10

waktu lebih dari tiga bulan, dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka
waktu lebih dari tiga bulan.
Liquidity

yaitu rasio

untuk

menilai likuiditas

bank.

Penilaian likuiditas

bank

didasarkan atas dua maca rasio, yaitu :
1. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap Aktiva Lancar. Rumusnya adalah :
Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih
diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai dari nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
2. Rasio antara Kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rumusnya adalah:
Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau lebih diberi
nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit ditambah
4 dengan nilai maksimum 100.
Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolanya, sejarahnya, pemiliknya. Sisi kuantitatif dapat
dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kecukupan modal (capital adequency
ratio) dan Loan Deposit Ratio.
Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mencakup
penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:
a. Permodalan (Capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi komonen-komponen berikut ini:
1. Kecukupan modal
2. Komposisi modal
3. Proyeksi (trend ke depan) permodalan
4. Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah
5. Kemampuan bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan modal yang
berasal dari laba
6. Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan
7. Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk
meningkatkan permodalan bank yang bersangkutan.

14

11

b. Kualitas aset (Asset quality)
Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut ini :
1. Kualitas aktiva produktif
2. Kualitas aktiva produktif
3. Konsentresi eksposur risiko kredit
4. Perkembangan risiko kredit bermasalah
5. Kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
6. Kecukupan kebijakan dan prosedur
7. Sistem kaji ulang (review) internal
8. Sistem dikomentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
c. Manajemen (Management )
Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian atas komponen-komponen
berikut ini :
1. Kualitas manajemen umum dam penerapan manajemen risiko
2. Keputusan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada bank Indonesia
dan atau pihak lain.
d. Rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap

faktor rentabilitas meliputi penilaian atas komponen-komponen

berikut ini :
1. Pencapaian return on asset (ROA)
2. Pencapaian return on equity (ROE)
3. Pencapaian NIM (Net Interest Margin)
4. Tingkat efisiensi
5. Perkembangan laba operasional
6. Diversifiksi pendapatan
7. Penerapan prinsip akuntansi dan pengakuan pendapatan dan biay
8. Prospek laba operasional
e. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut
ini:
1. Rasio aktiva/pasiva yang likuid
15

12

2. Potensi maturity mismatch
3. Kondisi loan to deposit ratio (LDR)
4. Proyeksi cash flow (arus kas)
5. Konsentresi pendanaan
6. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liability management)
7. Akses kepada sumber pendanaan
8. Stabilitas pendanaan
f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)
Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :
1. kemampuan modal bank dalam meng-cover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi
(adverse movement) suku bunga dan nilai tukar
2. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar

2.5 Teknik penilaian dengan metode CAMELS
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar
didasarkan pada faktor CAMEL. Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian
tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan
penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru, yang memperhitungkan sensitivity to
market risk atau risiko pasar.
Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank tersebut
modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva produktifnya baik)
maka apabila permasalahan tidak segera dapat diatasi maka dapat dipastikan bank tersebut
akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia sebetulnya tidak
semua bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan
likuiditas, maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak sehat.
Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi
bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar
ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara
bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR
ditetapkan sebagai berikut:
16

13

Tabel Bobot CAMEL

No.

Bobot

Faktor CAMEL

Bank Umum

BPR

Permodalan

25%

30%

2

Kualitas Aktiva Produktif

30%

30%

3

Kualitas Manajemen

25%

20%

4

Rentabilitas

10%

10%

5

Likuiditas

10%

10%

1

Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot
masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada
pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan
penilaian bank adalah penilaian bank umum dan BPR.
Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan
pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan komponen
tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesahatan
suatu bank.
Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang
dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai
kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang
lain sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.
Berdasarkan

kuantifikasi atas

komponen-komponen sebagaimana

diuraikan diatas,

selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain
yang secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing faktor. Pada
17

14

akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan
bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.[7]

[7]

http://yantiruby.blogspot.co.id/2013/05/analisis-kesehatan-bank-dengan-metode.html

tanggal 03/10/2017 Jam 07.40 WIB)

18

15

(diakses

pada

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko
dan kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan Bank adalah suatu cerminan
bahwa sebuah bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai denganUndang– undang RI No.
7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah Bank dikatakan sehat apabila bank tersebut
memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan memperhatikan aspek Permodalan, Kualitas Asset,
Kualitas Manajemen, Kualitas Rentabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank.
Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan kualitatif
atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian
tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset quality, Management,
Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk.
Mekanisme penilaian kesehatan bank diatur dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan
dan pengawasan bank dan peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tentang sistem
penilaian tingkat kesehatan bank umum.

19

16

DAFTAR PUSTAKA

Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2006)
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000).
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: EKONISIA, 2004)
Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya , edisi 2, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi YKPN, 2002)
http://yantiruby.blogspot.co.id/2013/05/analisis-kesehatan-bank-dengan-metode.html
pada tanggal 03/10/2017 Jam 07.40 WIB)

20
17

(diakses

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

IbM Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Petani Kakao Kecamatan Bangsalsari

5 96 57